Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

KASUS PELANGGARAN ETIKA ENGINEERING

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Profesi D
Dosen Pengampu : Henmaidi Ph.D

Disusun oleh:
Kelompok 7
Ramadhan Riski Fernando 1910932039
Rani Nuzula Putri 1910933007
Rahmi Putri Salsabila 1910933009
Rezkia Kamilah Zulfi 1910933011

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERISTAS ANDALAS
PADANG
2020
KASUS 1 : RUNTUHNYA JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA
Ramadhan Riski Fernando, 1910932039

A. Deskripsi Singkat
What : Kasus runtuhnya jembatan yang melintas di atas sungai Mahakam dan
merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia yang merupakan sarana
penghubung antara kota Tenggarong dengan kecamatan Tenggarong Seberang
yang menuju ke Kota Samarinda.
Who : PT BUKAKA bertanggung jawab atas insiden tersebut.
When : 26 November 2011 pukul 16.20
Where : Kutai Kartanegara
Why : Penyebab utamanya adalah adanya kesalahan saat proses perencanaan,
pelaksanaan dan pemeliharaan jembatan tersebut.
How : sebelum runtuhnya jembatan kukar, diidentifikasi telah terjadi keretakan,
perkaratan dan kerusakan di beberapa bagian konstruksi jembatan. Sehingga
runtuhnya jembatan gantung terpanjang di Indonesia ini merupakan komulatif dari
beberapa faktor yang terjadi

B. Identifikasi Kasus
Kasus runtuhnya jembatan ini disebabkan oleh banyak faktor yang telah dikonfirmasikan.
Material yang digunakan sebagai bahan pembuatan jembatan tidak memenuhi standar yaitu FCD
60 (besi tuang, red) yang memilki ketahanan impak rendah. Tak hanya itu, dalam proses
pelaksanaan juga terjadi kelalaian. Kontraktor jembatan tidak melaksanakan uji geser, uji fatik
dan uji impak sebagaimana mestinya. Selain itu, tidak ada pula data proses monitoring saat
pembangunan awal. Sedangkan pemicu runtuhnya jembatan Kukar sendiri, diduga akibat
putusnya hanger (penghubung antar batang) nomor 13 jika dihitung dari pylon (menara
penyangga) arah Tenggarong. Putusnya hanger ini terjadi saat proses jacking (proses
pengangkatan jembatan). Akibatnya, ketahanan jembatan berkurang, sehingga dalam waktu 20
detik jembatan Kukar ambruk. Runtuhnya jembatan Kukar dikarenakan kurangnya perawatan
yang dilakukan.
Kasus ini dapat dilihat melanggar Catur Karsa dan Sapta Darma Insinyur Indonesia.
Kasus ini mencoreng Catur Karsa pada point Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya
untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia dan pada point Bekerja secara sungguh-sungguh
untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas & tanggungjawabnya. Hal ini dikarenakan
Sikap dari pihak bertanggung jawab yang tidak peduli atau bahkan melakukan sangat minimnya
perawatan untuk jembatan tersebut. Kotrantor memilih bahan pembuat jembatan yang tidak
sesuai dengan proporsi sesungguhnya, sehingga rentan untuk runtuh.

Pada Sapta Darma Insinyur, kasus ini melanggar point Mengutamakan keselamatan,
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, point Bekerja sesuai dengan kompetensinya. Hal ini
terlihat terdapat beberapa orang luka-luka dari insiden terbut. Pihak bertanggung jawab
seharusnya telah merencanakan dan mengembangkan pembangunan yang matang dalam
pengelolaan jembatan tersebut. Hasus ada studi mengenai pemelihataan rutin dari jembatan
tersebut, sehingga jembatan terjaga kelayakannya. Dari kasus ini, menurut penelitian hingga saat
ini,proyek pembangunan jembatan ini telah mendapat ijin atau telah dilakukan studi kelayakan
sebelum pembangunan jembatan ini, sehingga bias dipastikan kesalahannya bukan pada masa
studi kelayakannya. Dengan demikian, Gaktu kontraktor yang mengerjakannya mengusulkan
bahwa bangunan itu tidak kuat dengan penambahan lantai tersebut. mereka dipecat dan owner
akhirnya menunjuk anak perusahaan sendiri untuk melanjutkan pembangunan. Karena sebagian
besar restaurant disana adalah rumah makan korea tradisional, mereka mengecor beton untuk
keperluan itu yang menimbulkan beban tambahan yang besar karena menambah ketebalan pelat
lantai.ditambah dengan pedingin bangunan yang dipasang di atap sehingga menambah beban
aktual menjadi 4 x beban sebelumnya

KASUS 2 : IKATAN PILOT INDONESIA SEPAKAT DENGAN


REGULATOR
Rani Nuzula Putri, 1910933007

A. Deskripsi singkat
Ikatan Pilot Indonesia (IPI) sepakat dengan regulator, dalam hal ini Kementerian
Perhubungan (Kemenhub), terkait pencabutan izin terbang pilot sekaligus Youtuber Vincent
Raditya untuk pesawat single engine. "Kalau itu kami sepakat bahwa itu semuanya diserahkan
kepada regulator. Apapun kebijakan regulator, karena dia authority. Jadi kita tidak akan
membahas apapun soal kebijakannya," ungkap Ketua IPI Capt Iwan Setyawan di Jakarta, Selasa
(25/6/2019). "Itu sudah final, apapun yang terjadi. Jadi kita tidak ingin membahas hal-hal seperti
itu lagi karena sudah selesai, dan itu regulasi," Iwan menambahkan. Adapun pangkal
permasalahan pencabutan izin terbang Vincent Raditya bermula ketika dirinya membuat video
prank dengan pesulap Limbad yang diunggahnya beberapa waktu lalu.

Dari video tersebut, Kemenhub menyatakan Capt Vincent Raditya melakukan beberapa
kesalahan, pelanggaran etika yang dilakukan :
1. Membawa penumpang duduk di samping pilot (hot seat) dengan kondisi pilot dan
penumpang tidak menggunakan shoulder harness sesuai ketentuan CSAR 91.105 dan
CSAR 91,107.
2. Capt Vincent juga memberikan kendali terbang kepada orang yang tidak berwenang dan
dengan sengaja melakukan manuver zero gravity (G Force), sementara dirinya bukan
pemegang otorisasi flight instructor. Akan tetapi, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Kemenhub masih memberikan kesempatan bagi Capt Vincent Raditya untuk mengajukan
banding apabila menginginkan kembali kemampuan Single Engine Land Class Rating
yang telah dicabut.

Manuver zero gravity (G Force) bukan manuver yang normal atau lazim dilakukan dalam
penerbangan sipil, karena manuver tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada
penumpang, membahayakan dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan. Manuver tersebut
apabila dilakukan oleh seseorang yang tidak menguasai dengan baik aspek-aspek terbang
aerobatik dan batasan performance pesawat terbang dapat membuat pesawat terbang mengalami
stres berlebih pada airframe atau flight control karena overload. Direktur Jenderal Perhubungan
Udara Kemenhub Polana B. Pramesti menjelaskan, Kemenhub mengambil langkah terkait
indikasi pelanggaran yang dilakukan oleh Capt. Vincent Raditya. “Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara mengambil tindakan tegas dengan mengambil langkah Cancellation Single
Engine Land Class Rating didalam ATPL 6702 atas nama Capt. Vincent Raditya,” jelas Polana
dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (29/5/2019). Namun demikian, Ditjen Hubud akan
memberikan kesempatan kepada Capt. Vincent Raditya apabila menginginkan kembali
kemampuan Single Engine Land Class Rating, maka dapat mengajukan kembali sesuai ketentuan
CASR Part 61. Langkah ini diambil oleh Ditjen Hubud, untuk mengingatkan kepada para
operator penerbangan, bahwa keselamatan dan keamanan penerbangan adalah prioritas utama.
“Kami menghimbau kepada seluruh penerbang pesawat udara sipil untuk tidak melakukan aksi
manuver zero gravity (G Force) kepada penumpang umum, karena dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada penumpang, dan membahayakan keselamatan dan keamanan
penerbangan,”

B. Indentifikasi Kasus
Salah satu contoh kasus pelanggaran etika profesi engineer adalah kasus kapten
Vincent karena tidak menjalankan tugas sesuai dengan kode etik keinsinyuran. Hal ini
bertentangan dengan kode etik keinsinyuran yaitu Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan
keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Akibat dari tindakan tersebut adalah
terjadinya kecelakaan pesawat sehingga izin terbang kapten Vincent dicabut.

Pelanggaran Kode etik yang terjadi adalah :


1. Prinsip dasar yang dilanggar (catur karsa)
Mengutamakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia.

2. Sapta darma yang di langgar


Sapta darma yang dilanggar adalah senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat. Ini kapten tersebut tidak bekerja sesuai tugas yang
diberikan.

KASUS 3: MELUAPNYA LUMPUR LAPINDO


Rahmi Putri Salsabila, 1910933009
Semburan lumpur panas atau mud volcano di Kabupaten Sidoarjo itu muncul pertama
kalinya pada 29 Mei 2006 sekitar pukul 05.00. Tepatnya di area persawahan Desa
Siring,Kecamatan Porong. Jarak titik semburan sekitar 150 meter arah barat daya sumur Banjar
Panji 1 milik Lapindo Brantas Inc, yang merupakan sumur eksplorasi vertikal.
Targetnya,mencapai formasi Kujung dengan kedalaman 10.300 kaki. Sampai dengan semburan
atau blow out pertama, eksplorasi telah berjalan tiga bulan.

Semburan lumpur panas di Sidoarjo tidak muncul dengan sendirinya. Ada suatu
kronologi di dalam sumur Banjar Panji 1 yang mendahuluinya. Berdasarkan laporan kronologi
kejadian, pada tanggal 27 Mei, pengeboran dilakukan dari kedalaman 9.277 kaki ke 9.283 kaki.
Pukul 07.00 hingga 13.00 pengeboran dilanjutkan ke kedalaman 9.297 kaki. Pada kedalaman ini,
sirkulasi lumpur berat masuk ke dalam lapisan tanah. Peristiwa ini disebut loss. Lumpur berat ini
digunakan sebagai semacam pelumas untuk melindungi matabor sekaligus untuk menjaga
tekanan hidrostatis dalam sumur agar stabil. Setelah terjadi loss, sebagai langkah standar
disuntikkan loss circulating material (LCM) atau material penyumbat ke dalam sumur.
Tujuannya untuk menghentikan loss agar sirkulasi kembali normal. Peristiwa loss yang lazim
dalam pengeboran pada umumnya diikuti munculnya tekanan tinggi dari dalam sumur ke atas
atau disebut kick. Untuk mengantisipasi kick, pipa ditarik ke atas untuk memasukkan casing
sebagai pengamanan sumur. Sebagai catatan,casing terakhir terpasang di kedalaman 3.580 kaki.

Saat proses penarikan pipa hingga 4.241 kaki pada 28 Mei pukul 08.00-12.00, terjadilah
kick dengan kekuatan 350 psi. Kemudian disuntikkanlah lumpur berat ke dalam sumur. Ketika
hendak ditarik lebih ke atas, bor macet atau stuck di 3.580 kaki. Upaya menggerakkan pipa ke
atas, ke bawah, maupun merotasikannya gagal. Bahkan pipa tetap bergeming saat dilakukan
penarikan sampai dengan kekuatan 200 ton. Upaya ini berlangsung mulai pukul 12.00 hingga
20.00. Selanjutnya untuk mengamankan sumur, disuntikan semen di area macetnya bor. Akibat
macet, akhirnya diputuskan bor atau fish diputus dari rangkaian pipa dengan cara diledakkan.
Pada 29 Mei pukul 05.00, terjadilah semburan gas berikut lumpur kepermukaan. Secara kasat
mata, material keluar tersebut berupa lumpur berwarna abu-abu. Bila dipisahkan, secara umum
material lumpur terdiri atas air dan lempung. Volume lumpur yang keluar rata-rata 50.000meter
kubik per hari.

Hal ini menyebabkan kerugian besar yaitu :


1. Banyak petani kehilangan ladangnya, sawah yang terendam tidak dapat ditanami
Kembali karena tidak subur lagi. Petani jelas berkurang kesejahteraannya karena
lapangan pekerjaanmereka telah rusak oleh lumpur yang meluap.
2. Banyak rumah penduduk yang terendam lumpur panas, rumah yang terendam tidak dapat
ditempati lagi. Tak kurang dari 10.426unit rumah warga dan 77unit rumah ibadah
terendam lumpur. Hal ini merupakan dampak pada kesejahteraan publik.
3. Banyak sektor pendidikan terancam lumpur sehingga para siswa dipindahkan ke
sekolahyang aman dari luberan lumpur. Sektor ini juga merupakan pelanggaran etika
kesejahteraan publik yang dilanggar oleh PT Lapindo Brantas
4. Banyaknya industri yang tutup, misalnya pabrik minuman, pabrik minyak wangi, pabrik
kerupuk, pabrik payung tradisional, pabrik sabun, pabrik jam, dan industri yang lain.
5. Banyak pengangguran, akibat semburan lumpur pabrik-pabrik ditutup karena takut
adanya kebakaran di lumpur panas. Keamanan di sekitar lokasi meluapnya lumpur panas
juga tidakdicermati sehingga berdampak ke berkurangnya kesejahteraan masyarakat,
yaitu masyarakatyang menganggur karena pabrik-pabrik yang ditutup.
6. Bau gas yang berasal dari lumpur panas membuat sesak nafas, dan kerusakan di saluran
pernapasan. Ini merupakan pelanggaran kode etik, yaitu kesehatan publik.
7. ribuan ekor hewan ternak lenyap dalam sekejap. Lumpur juga menenggelamkan kantor-
kantor pemerintahan, sekolah-sekolah, dan fasilitas publik lain.
8. Memutus jalan raya, tol, jalur kereta, jaringan listrik, telepon, dan air bersih. Areal seluas
15 desa di kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Jabon, Sidoarjo, lumpuh total

Penyebab semburan pun masih menjadi perdebatan. Pihak Lapindo mengemukakan dua teori,
yakni pertama, semburan terjadi akibat kesalahan prosedur saat pengeboran. Dari informasi di
lapangan, BOP telah pecah sebelum terjadi semburan lumpur. Jika hal itu benar maka telah
terjadi kesalahan teknis dalam pengeboran yang berarti pula telah terjadi kesalahan pada
prosedur operasional standar. Kesalahan teknis dalam prosedur operasional standar tentu sangat
fatal apalagi dilakukan oleh perusahaan sebesar PT. Lapindo Brantas. Kedua, lumpur panas
menyembur secara kebetulan saat pengeboran, tapi penyebabnya belum diketahui. Selain dua
teori itu, dugaan penyebab semburan lumpur panas adalah akibat proses panas bumi atau dipicu
gempa bumi berkekuatan 5,9 Skala Richter di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya, yang terjadi
dua hari sebelum semburan muncul, yakni pada 27 Mei 2006.

Lapindo akhirnya sepakat membayar ganti rugi sebesar Rp 3,8 triliun. Hingga kini,
perusahaan milik Bakrie Group itu dilaporkan telah mengeluarkan dana sebanyak Rp 3,03 triliun.
Sisanya kemudian ditalangi pemerintah, dengan kucuran dana sebesar Rp 827 miliar. Namun
faktanya, urusan ganti rugi tak kunjung tuntas sepenuhnya. Nasib sejumlah korban lumpur panas
Lapindo masih terkatung-katung, kendati selama 13 tahun ke belakang telah berkali-kali
mengadu dan menuntut pemerintah memberikan talangan pembayaran ganti rugi melalui APBN.
Di lain pihak, PT Minarak Lapindo Jaya dan PT Lapindo Brantas justru tengah tersengal-sengal
ditagih hutang oleh pemerintah. Pembayaran hutang, bunga dan denda dana talangan senilai Rp
1,763 triliun baru dibayar Rp 5 miliar, meski telah melewati tanggal jatuh tempo 10 Juli 2019.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pihaknya bakal terus melakukan
penagihan kepada perusahaan yang memiliki kaitan dengan Bakrie Group itu mengenai
kewajibannya. Dia juga mengaku, pihaknya telah menerima surat dari pihak Lapindo yang
menyatakan komitmen untuk melunasi.

Jenis pelanggaran etika profesi yang ada pada kasus:

Kasus lumpur Lapindo menunjukkan ketiadaan etika rekayasa yang merupakan salah satu
kode etik engineer. Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pengeboran di Sidoarjo
kebanyakan ahli hanya berpikir kaku yang hanya berorientasi pada kebutuhan industri tanpa
pernah peduli implikasi dari teknologi yang mereka gunakan di masyarakat. Mereka yang
awalnya bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat malah sebaliknya menyusahkan
masyarakat dan juga menyulitkan pemerintah karena banyaknya dana yang harus ditanggung
oleh pemerintah.

Butir catur karsa yang dilanggar:

Butir ke 3 yaitu: Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai


dengan tugas dan tanggung jawabnya. Pada butir ini, seorang enginer harusnya dapat menjamin
kehandalan setiap hasil karyanya sesuai kaidah profesionalisme dan mengutamakan kepentingan
serta kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa, negara serta umat manusia dengan
mempertimbangkan perlindungan eko-sistem yang berkelanjutan. Namun pada kasus ini, pihak
engineer hanya berorientasi pada kebutuhan industri tanpa pernah peduli implikasi dari teknologi
yang mereka gunakan di masyarakat. Akibatnya terjadi kesalahan teknis dalam prosedur
operasional standar yang sangat fatal sehingga menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi
masyarakat sekitar. Namun dapat dilihat pada penyelesaian kasus, pihat PT LAPINDO
bertanggungjawab terhadap kerusakan yang terjadi dengan bersedia membayarkan ganti rugi
kepada pihak-pihak yang dirugikan.

Dan butir ke 2 yaitu: Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan


kesejahteraan umat manusia. Pada butir ini, jujur, tulus dan adil berkarya dalam kerangka
peningkatan kapasitas dan daya saing sumber daya manusia lokal dan nasional yang mampu
mengoptimalkan manfaat serta nilai tambah dari sumber daya alam nasional secara
berkesinambungan, demi kehandalan keswadayaan masyarakat untuk mensejahterakan
kehidupan rakyat, bangsa & umat manusia yg berkelanjutan. Namun ditinjau pada kasus
melupanya lumpur Lapindo, bukannya mengoptimalkan manfaat dari sumber daya, namun
petaka akibat kesalahan teknis yang mereka perbuat. Mereka yang awalnya bertujuan untuk
menyejahterakan masyarakat malah sebaliknya menyusahkan masyarakat dan juga menyulitkan
pemerintah karena banyaknya dana yang harus ditanggung oleh pemerintah.
Butir Sapta Dharma yang dilanggar:

Yaitu pada butir 1 : Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.


Dalam butir ini, kode etik yang dilanggar adalah
1. Profesional, taat dan patuh melaksanakan ketentuan serta prosedur Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Lindung Eko-sistem (K3LEs) yg berlaku & sesuai dengan
standardisasi acuan yang disepakati Para Pihak
Dilihat dari kasus tersebut bahwa teknisi proyek tersebut tidak berlaku professional
terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakannya.

Yaitu pada butir 2 : Bekerja sesuai dengan kompetensinya. a. Hanya melaksanakan pekerjaan
keinsinyuran. Dalam butir ini, kode etik yang dilanggar yaitu:
1. Menjamin kehandalan setiap karyanya sampai batas umur desain atau sesuai batas
rentang waktu jaminan yang disepakati bersama. Pihak proyek tidak dapat menjamin
proyek yang dijalankannya, sehingga terjadinya kesalahan teknis seperti pada kasus
tersebut.

Yaitu pada butir 6 : Memegang teguh kehormatan dan martabat profesi. Dalam butir ini, kode
etik yang dilanggar yaitu:
1. Profesional, bebas dan adil dalam berkarya serta tidak mengutamakan besarnya imbalan
atau kompensasi yang bakal diterimanya. Pada kasus ini, kebanyakan ahli hanya berpikir
kaku yang hanya berorientasi pada kebutuhan industri tanpa pernah peduli implikasi dari
teknologi yang mereka gunakan di masyarakat. Mereka yang awalnya bertujuan untuk
menyejahterakan masyarakat malah sebaliknya menyusahkan masyarakat dan juga
menyulitkan pemerintah karena banyaknya dana yang harus ditanggung oleh pemerintah.

KASUS 4 : BAU BUSUK LIMBAH PABRIK PENCEMAR


BENGAWAN SOLO
Rezkia Kamilah Zulfi, 1910933011

Deskripsi kronologis singkat


Seorang penduduk bernama Giyem menderita iritasi kulit di sekujur punggung kakinya. Itu
setelah warga Desa Plesan di Sukoharjo ini sering membasuh kaki berlumpur di Kali Gupit,
bersama petani lain, di samping sawah sejak setahun lalu. “Saya kira airnya bersih. Tidak
tahunya gatal. Malamnya saya garuk, lalu berdarah,” kata perempuan petani 60 tahun ini kepada
saya di rumahnya, Maret lalu. Ia menduga air sungai terkontaminasi limbah.
Rumah Giyem, yang berjarak 100-an meter dari Kali Gupit, berada di belakang pabrik
PT Rayon Utama Makmur (PT RUM), hanya dihalangi pepohonan. Pabrik serat rayon itu
membangun saluran pipa pembuangan limbah berdiameter 50 sentimeter sepanjang 3 kilometer
mengikuti alur Kali Gupit hingga bermuara di Sungai Bengawan Solo. Saluran pipa ini dibuat
pada September 2018, setahun setelah pabrik senilai Rp8 triliun ini beroperasi. Desa Plesan
berada di Kecamatan Nguter, lokasi jalur pembuangan limbah PT RUM. Karena jalur pipa PT
RUM bocor dan mengalir ke sungai di depan rumah, warga waswas air sumur mereka tercemar
limbah sehingga mengonsumsi air kemasan isi ulang.
Pada Mei 2020, saluran pipa pembuangan limbah ini bocor dan mengalir ke Kali Gupit.
Pada Agustus lalu, pipanya rusak. Dari rekaman video yang diambil warga setempat dalam
rentang waktu berbeda, limbah PT RUM di Kali Gupit tampak berbusa, berwarna hijau, hitam,
kuning dan berbau telur busuk. Dampaknya, ikan-ikan mati. Warga Dusun Ngepos di Wonogiri,
bertetangga dengan Sukoharjo, mengeluhkan limbah PT RUM kemungkinan telah membuat air
sumur mereka tercemar dan berbau “seperti petai”. Dusun ini berjarak 100-500 meter dari mulut
pipa pembuangan limbah (outfall) PT RUM di Bengawan Solo. Buntut dari air sumur tak layak
dikonsumsi, warga Dusun Ngepos harus membeli air galon demi kebutuhan minum sehari-hari,
ujar Siti Kosaimah, warga setempat berumur 52 tahun. Kini warga membangun sistem
pengolahan air tanah dengan bantuan pemerintah desa.
Pada 13 & 15 Mei lalu, sampel baku mutu air diambil di lokasi pipa bocor di Kali Gupit,
parit belakang pabrik, dan mulut pembuangan limbah PT RUM di Bengawan Solo. Hasil uji di
Laboratorium Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
menunjukkan tingkat kandungan sulfida di masing-masing lokasi itu mencapai 0,8, 0,6, dan
1,0—ketiganya melebihi batas baku mutu sebesar 0,3. Sementara tingkat kebutuhan oksigen
kimiawi (COD) mencapai 958,8—lebih dari 6 kali lipat batas baku mutu sebesar 150.Kandungan
sulfida yang tinggi bisa bikin gatal dan air berbau menyengat, sementara kadar COD yang tinggi
bisa membuat ikan di sungai itu mati. Sekretaris PT Rayon Utama Makmur Bintoro
Dibyoseputro membantah perusahaan mencemari lingkungan. “Pembuangan limbah kami sudah
ada standar dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” katanya pada 31 Agustus lalu.
“Kami juga mengikuti peraturan Menteri Lingkungan Hidup tentang pemantauan kualitas air
limbah secara terus-menerus dalam sistem pelaporan online.” Soal ada pipa pembuangan limbah
yang bocor ke Kali Gupit, Dibyo mengklaim itu bukan pipa limbah melainkan pipa air bersih
menuju pabrik. “Kami sudah mengganti pipa yang bocor itu. Kami melakukan perawatan pipa
setiap pekan, termasuk mengganti pipa secara rutin,” kilahnya. Kepala Seksi Pencemaran
Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup Sukoharjo, Purwanto, berkata pipa bocor dari PT
RUM adalah kesalahan. Tapi, bila pipa segera diperbaiki, katanya, persoalan bisa kelar seketika
Ada pun pencemaran terhadap anak Sungai Bengawan Solo di Sukoharjo terjadi juga di
Kali Langsur, sungai sepanjang 12 kilometer selebar 3 meter. Warga dari 13 kampung di
sepanjang aliran kali menuding PT Sri Rejeki Isman atau Sritex sebagai pelakunya. Perusahaan
tekstil raksasa yang didirikan keluarga Lukminto ini memiliki satu saluran pembuangan limbah
dari selokan di belakang pabrik menuju Kali Langsur. Hasil uji laboratorium sampel air yang
diambil pada 15 Mei lalu menunjukkan tingkat kebutuhan oksigen hayati (BOD) di Kali
Langsur, 1 km dari saluran pembuangan limbah Sritex, mencapai 38,95—melebihi baku mutu
sebesar 35; adapun kandungan sulfidanya 1,2 atau 4 kali lipat di atas baku mutu. Dari sampel air
di titik saluran pembuangan, hasil sulfidanya mencapai 19,2; sementara ukuran kekeruhan airnya
(TSS) mencapai 60,6—dua kali lipat dari batas baku mutu sebesar 30. Warga memprotes
pembuangan limbah Sritex sejak 20 tahun lalu sejalan gerakan reformasi saat itu, kendati bau
limbah sudah mencemari lingkungan sejak 1991. Sritex meredam protes dengan memberi
kompensasi. Salah satunya membagikan Rp200 juta ke 13 kampung, yang “di kampung saya
dipakai untuk membangun sebuah jembatan,” ujar Marjono Setio Budi, 49 tahun, warga
Kampung Langsur.
Pada 2007-2009, warga kembali melakukan protes besar-besaran, dipicu dari fenomena
pladu—istilah setempat untuk menyebut banyak ikan sekarat mengambang ke permukaan kali.
Saat warga beramai-ramai mencebur ke kali untuk mengambil ikan-ikan itu, terjadi malapetaka.
Kulit kaki mereka gatal-gatal, panas, dan mengelupas. Warga menuntut Sritex membayar
kerugian Rp129 miliar, tapi berakhir tanpa ada kesepakatan. Pada 2019, Kali Langsur tercemar
dan berwarna merah. Kali ini minim protes warga. Agus Setiady dari tim teknis Waste Water
Management Sritex mengklaim limbah pabriknya sudah diolah sesuai standar pemerintah. “Kami
punya izin pembuangan limbah cair. Pengukuran kadar limbah kami telah dilakukan secara
berkala oleh pihak ketiga yang ditunjuk Kementerian Lingkungan Hidup. Hasilnya sesuai baku
mutu yang ditetapkan pemerintah,” klaim Agus pada 29 Juli lalu. Sementara manajer Human
Resources Development Sritex, Sri Saptono Basuki, mempertanyakan pengambilan sampel air di
mulut pipa pembuangan di Kali Langsur. “Pengambilan sampel di sungai belum bisa dinyatakan
itu sebagai sampel murni. Artinya, mungkin banyak komponen luar yang bisa memberi hasil
berbeda bila dibanding dengan limbah yang diambil langsung,” katanya. Saat saya bermaksud
mengambil sampel langsung di lokasi pengolahan limbah di dalam pabrik pada Juni lalu, pihak
Sritex menolak memberi izin.
Pada 6 Agustus, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melakukan inspeksi mendadak
ke lokasi pembuangan limbah Indo Acidatama, persis di titik Sungai Sroyo tempat saya
mengambil sampel. Ganjar menyebut saluran di sana adalah “pipa siluman” atau tak berizin.
Namun, tak ada tindakan tegas. Ganjar hanya menyampaikan peringatan lisan kepada pengelola
pabrik.
Pelanggaran Etika Profesi :
Pada kasus ini, pelanggaran profesi yang dilakukan adalah kelalaian dan tidak bertanggung
jawabnya pihak pabrik yang berulang kali membuang limbah tanpa berpikir panjang. Hal ini
dikarenakan adanya kebocoran pipa sehingga limbah menjadi mencemari sungar di sekitar
bengawan solo. Namun, saat di tegur dan diberitahu pihak pabrik malah mengelak Hal ini telah
membuat pabrik melanggar kode etik mereka sebagai insinyur.
1. Prinsip dasar yang dilanggar (catur karsa)
a. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentigan kesejahteraan umat
manusia
b. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya
2. Sapta darma yang di langgar
a. Mengutamakan keselamatan, skesehatan, dan kesejahteraan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai