DISUSUN OLEH :
G2T122011
PROGRAM PASCASARJANA
KENDARI
2022
ETIKA PROFESI
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
PROFESIONAL, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau
dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu
luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN / PROFESI” dan
“PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan : PROFESI :
Studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang erat berkaitan dan hubungan sama lain tentang
prilaku moral , karakter , cita-cita dan hubungan orang-orang dengan organisasi yang
terlibat dalam pengembangan teknologi (Martin & schinx inger, 1994)
Etika rekayasa juga dpat didefinisikan sebagai studi tentang permasalahan dan rilaku
moral, karakter,cita-cita orang secara individu dan atauun secara berekelompok yang terlibat
dalam perancangan, pengembangan dan penyebarluasan teknologi.
BENCANA TEKNOLOGI
Mengapa bencana tersebut terjadi ? seperti ditulis Rudi Rubiandini (Kompas,1918) ada
dua penjelasan. Pertama karena adanya mud volcano yaitu keluarnya lumpur dari bawah
tanah seperti air, minyak, atau gas keluar tanpa melalui lubang pegeboran. Apapun yang
terjadi menggunakan penjelasan ilmiah semata-mata akan membawa kita pada
kesimpulan bahwa banir lumpur di sidoarjo adalah sebuah bencana alam.
Seperti yang dipaparkan james chiles dalam inviting disaster. Lessons from the Edge of
Technolog (2002) banyak kasus kegagalan teknologi yang tidak hanya merugikan secara
ekonomis tetapi juga menelan ribuan nyawa. Tidak jarang bencana teknologi terjadi
hanya karena suatu kesalahan kecil yang tedinya dianggap remeh. Kasus Three Miles
Island di Pennsylvana Union Carbide di Bhopal, dan kebocoran nuklir di Chernobly
adalah contoh –contoh mengerikan bagaimana teknologi mampu menjadi mesin embunuh
masal. Bencana lumpur lapindo memiliki karakter yang sama karena berawal dari
keputusan teknis sepele namun ceroboh.
ETIKA REKAYASA
Salah satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari kecerobohan tekis yang berujung
pada bencana lumpur lapindo adalah tidak adanya etika rekaysa dalam penerapan teknologi di
masyarakat. Dalam buku Engineering Ethics Concepts and Cases (2005),Charles Harris
menekankan entingnya etika bagi ahli rekayasa karena peran mereka pada posisi pengambilan
keputusan yang melibatkan kepentingan public. Etika rekayasa mencaku penerapan standar-
standar etika pemilihan, perencanaan , penerapan dan pengawasan teknologi untuk mencegah
terjadinya kegagalan teknologi yang merugikan kepentingan publik
Kasus lumpur lapindo menunjukan ketiadaan etika rekayasa dalam proses perencanaan
dan pelaksanaan pengeboran di sidoarjo. Jika kita runtut kebelakang, krisis etika rekayasa tidak
hana terjadi pada kasus lapindo. Robohnya jambatan laying slip, bocornya ammonia di
perokimia gresik dan jebolnya jalan tol cipularang adalah sedikit contoh dari daftar panjang
malapraktek ahli rekayasa kita. Buta etika seperti ini adalah konsekuensi dari sistem pendidikan
rekayasa kita yang kering akan pemahaman nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Ketiadaan etika rekayasa adalah salah satu faktor yang mesti menjadi pelajaran penting
agar kasus seperti lumpur lapindo tidak terulang kembali.
KODE ETIK
Kode yaiu tanda-tanda atau simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang
disepakati untuk maksud-maksud tertentu, missal untuk menjamin suatu berita atau suatu
keseakatan suatu organisasi. Kode etik juga dapat berupa kumpulan peraturan yang sistematis.
Kode etik dapat disimpulkan sebagai sebuah norma yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun ditemat kerja.
Menurut UU No.8 (Pokok-Pokok Kepegawaian), kode etik profesi adalah pedoman sikap
tingkah laku dalam kehiduan sehari-hari. Kode etik profesi merupakan bagian dar etika profesi.
Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma ang lebih umum yang telah dibahas dan
dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci
norma-norma ke bentu yang lebih sempurna walauun sebenarnya norma-norma tersebut sudah
tersirat dalam etika profesi.
Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atu aturan yang secara tertulis
dan jelas tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa
yang salah dan erbuatan apa yang dilakukan tidak boleh dilakukan oleh seorang professional.
Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang
lainya. Hal ini disebabkan perbedaan pendapat kebiasaan, kebudayaan, dan peranana tenaga ahli
profesi ang didefinisikan dalam suau negara tidak sama.
Adapun tujuan pokok dari rummusan etika yang digunakan dalam kode etik (Code Of
Conduct) profesi adalah :
Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien,
institusi dan masyarakat pada umumnya.
Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalaam menentukan apa yang harus
mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilemma-dilema dalam pekerjaan
Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi profesi
dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu.
Standar etika menceriminkan atau membayangkan pengharapan moral-moral dari
komunitas, dengan demikian standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan
menaati kitab undang-undang etika (kode etik) profesi dalam pelayananya
Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau
kejujuran dari tenaga ahli profesi. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak
sama dengan hokum (Undang-Undang). Seorang ahli profesi akan menerima sangsi atau
denda dari induk organisasi profesinya.
ORGANIASASI PROFESI PII
Persatuan Insinyur Indonesia (PII) adalah organisasi yang berdiri sejak tahun 1952
didirikan oleh Bapak Ir. Djuanda Kartawidjawja dan Bapak Ir. Rooseno Soerohadikoesoemo di
Bandung, merupakan organisasi profesi tertua kedua Indonesia setelah Ikatan Dokter Indonesia
(IDI). Dalam sejarah PII telah banyak mengeluarkan cendekiawan-cendekiawan dan profesionla-
profesional yang memegang peran pening ditanah air kita dalam beberapa decade ini. PII
didalam menjalankan proses kaderisasi insinyur melalui continius decelopmnet pogram (CPD)
yang isi programnya selain berisikan pengetahuan keinsinyuran (sains dan teknologi) juga
menitikberatkan pada engenalan dan pemantapan embahasan mengenai etika profesi insnyur.
Sarjan teknik diharpkan setelah menjadi anggota PII diwajibkan memegang teguh etika
profesi keinsinyuran yang dituliskan dalam kode etik insinyur Indonesia, Catur Karsa Sapta
Dharna Insinyur Indonesia yang terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
4 (empat) prinsip dasar dan
7 (tujuh) tuntunan sikap, yaitu sebagai berikut :
Seseorang yang bekerja dibagian Quality Control dan melakukan hal yang dianggap
tidak baik, yaitu dengan meloloskan sesuatu produk yang sebenarnya dianggap cacat atau
tidak layak. Hal ini disebut pelanggaran etika karena didalam diri orang tersebut tidak
ditanamkan norma-norma yang berlaku dalam etika profesi. Dampak yang akan di
timbulkan berdasarkan kasus tersebut yaitu :
1. Perusahaan dimana produk tersebut diciptakan akan di tinggalkan oleh
konsumennya, karena meloloskan suatu produk yang seharusnya di tolak di bagian
quality control tersebut.
2. Nama baik dari perusahaan tersebut akan tercoreng karena tindakan dari oknum
yang melakukan hal-hal tidak terpuji itu.
Cara menanggulangi hal tersebut :
Dengan cara memperketat keamanan pada perusahaan tersebut, terutama dibagian quality
control. karena dapat merusak citra atau nama baik dari perusahaan tersebut.
Penyelewengan Anggaran atau Keuangan Teknik oleh oknum yang tak bertanggung
jawab demi kepentingan pribadi. Hal ini disebut pelanggaran etika karena didalam diri
orang tersebut tidak ditanamkan norma-norma yang berlaku dalam etika profesi.
Dampak yang ditimbulkan dalam hal ini yaitu perusahaan yang bersangkutan akan
mengalami kerugian dalam segi finansial. Cara menanagulangi hal tersebut adalah
Sebaiknya orang yang melakukan hal tersebut tidak diperbolehkan masuk kedalam dunia
kerja, karena dalam diri orang terdapat pelanggaran-pelanggaran etika profesi yang
seharusnya tidah dlakukan oleh setiap orang yang bekerja dalam perusahaan.
Kasus dalam bidang proyek teknik, seorang melakukan kecurangan dalam bentuk
meminimalisir suatu kapasitas bahan baku yang seharusnya sudah d tetapkan
demimendapatkan keuntungan dari segi finansial kedalam dirinya sendiri. Contoh dalam
Proyek Pembuatan Jalan, maka bahan yang seharusnya dibeli untuk kebutuhan proyek
tersebut dikurangi kapsitasnya agar biaya menjadi murah dan keuntungannya akan
diterima oleh orang yang melakukan hal tersebut. Hal ini disebut pelanggaran etika
profesi karena didalam diri orang tersebut tidak ditanamkan norma-norma yang berlaku
dalam etika profesi. Cara menangulangi hal tersebut Sebaiknya orang yang melakukan
tindakan tersebut harus di tindak lanjuti agar tidak terjadi hal-hal seperti kasus di atas,
karena akan berdampak kepada proyek yang bersangkutan akan mengalami kerugian
dalam segi finansial, selain itu.umur ekonomis dari jalan yang sudah dibuat tidak sesuai
dengan perhitungan yang sebenarnya, karena material yang seharusnya digunakan sudah
diminimalisir demi keuntungan pribadi