1. Perlengkapan Pemungutan Suara menurut ketentuan Pasal 341 ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 2017
adalah:
A. kotak suara, surat suara, tinta, bilik pemungutan suara, segel, alat untuk mencoblos
pilihan dan TPS.
B. kotak suara, meja untuk kotak suara, surat suara, tinta, bilik pemungutan suara, segel,
alat untuk mencoblos pilihan dan TPS.
C. kotak suara, meja untuk kotak suara, meja dan kursi untuk petugas KPPS, surat suara,
tinta, bilik pemungutan suara, segel, alat untuk mencoblos pilihan dan TPS.
D. kotak suara, surat suara, tinta, bilik pemungutan suara, segel, alat untuk mencoblos
pilihan, TPS, dan Linmas.
3. Kotak suara yang disediakan untuk pemungutan suara di TPS terdiri dari:
A. 4 (empat) jenis kotak suara, masing-masing untuk menyimpan surat suara calon anggota
DPR, surat suara calon anggota DPD, surat suara calon anggota DPRD Provinsi dan
surat suara calon anggota DPRD Kabupaten/Kota.
B. 6 (enam) jenis kotak suara, masing-masing untuk menyimpan surat suara Pasangan
Calon, surat suara calon anggota DPR, surat suara calon anggota DPD, surat suara calon
anggota DPRD Provinsi, surat suara calon anggota DPRD Kabupaten/Kota, dan surat
suara calon bupati dan wakil bupati.
C. 7 (tujuh) jenis kotak suara, masing-masing untuk menyimpan surat suara Pasangan
Calon, surat suara calon anggota DPR, surat suara calon anggota DPD, surat suara calon
anggota DPRD Provinsi, surat suara calon anggota DPRD Kabupaten/Kota, surat suara
untuk calon gubernur dan wakil gubernur, dan surat suara untuk calon bupati dan wakil
bupati.
D. 5 (lima) jenis kotak suara, masing-masing untuk menyimpan surat suara Pasangan
Calon, surat suara calon anggota DPR, surat suara calon anggota DPD, surat suara
calon anggota DPRD Provinsi dan surat suara calon anggota DPRD Kabupaten/Kota.
4. Jumlah surat suara yang disediakan di TPS untuk Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2024 adalah:
A. Sejumlah DPT pada suatu TPS ditambah 2,5% dari jumlah DPT sebagai cadangan.
B. Sejumlah DPT pada suatu TPS ditambah pemilih dalam DPPh dan ditambah 2,5% dari
jumlah DPT sebagai cadangan.
C. Sejumlah DPT pada suatu TPS ditambah 2 % dari jumlah DPT sebagai cadangan.
D. Sejumlah DPT pada suatu TPS ditambah pemilih dalam DPPh dan ditambah 2 % dari jumlah
DPT sebagai cadangan.
5. Jumlah surat suara yang disediakan untuk pemungutan suara ulang masing-masing untuk Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden di setiap kabupaten/kota, surat suara untuk Pemilu anggota DPR
untuk setiap Dapil, surat suara untuk Pemilu anggota DPD untuk setiap Dapil, surat suara
untuk Pemilu anggota DPRD Provinsi untuk setiap Dapil; dan surat suara untuk Pemilu anggota
DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Dapil yang ditetapkan oleh keputusan KPU, adalah:
A. foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon, nomor urut Pasangan Calon; dan tanda
gambar Partai Politik dan/atau tanda gambar Gabungan Partai Politik pengusul Pasangan
Calon.
B. foto Pasangan Calon, nama Pasangan Calon, nomor urut Pasangan Calon dan tanda
gambar Partai Politik.
C. foto Calon, nama Calon, nomor urut Calon; dan tanda gambar Partai Politik dan/atau tanda
gambar Gabungan Partai Politik pengusul Calon.
D. foto Calon, nama Calon, nomor urut Calon dan tanda gambar Partai Politik.
7. Surat suara untuk Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota memuat:
A. KPU, Bawaslu, DKPP, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/ Kota, Bawaslu Provinsi dan
Bawaslu Kabupaten Kota.
B. KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten Kota.
C. KPU, Bawaslu, KPU Kabupaten/ Kota, PPK, PPS, KPPS.
D. KPU, Bawaslu, KPU Kabupaten/ Kota, PPK, PPS.
9. Bilik pemungutan suara yang disediakan di setiap TPS dalam Pemilu sebanyak
A. 4 (empat) buah.
B. 5 (lima) buah.
C. 3 (tiga buah)
D. Lebih banyak lebih baik.
10. TPS yang dibuat untuk pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara harus memiliki
ketentuan:
A. Untuk memuat surat suara, berita acara pemungutan dan penghitungan suara dan
sertifikat hasil penghitungan suara di TPS, berita acara rekapitulasi hasil penghitungan
perolehan suara.
B. Untuk memuat surat suara, sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan
sertifikat rekapitulasi.
C. Untuk memuat surat suara, sertifikat rekapitulasi, dan alat kelengkapan pemungutan suara.
D. Untuk memuat semua bentuk berita acara di TPS.
12. Tugas Pengawas Pemilu sesuai dengan kewenangan masing-masing, dalam mengawal proses
pengadaan sampai distribusi logistik Pemilu adalah:
13. Tinta yang digunakan di TPS Tinta harus memiliki daya tahan/lekat paling kurang:
15. Dalam hal terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam proses sortir dan pelipatan Surat Suara, hal
apa yang bisa dilakukan oleh Pengawas Pemilu?
16. Dalam hal terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam proses sortir-lipat suara, dan Pengawas Pemilu
tidak melaksanakan pengawasan sesuai kewenangan yang dimiliki, maka Pengawas Pemilu:
A. Dapat dikenai sanksi kode etik karena tidak melaksanakan tugas dan wewenang yang
dimiliki.
B. Tidak dapa dikenai sanksi karena bukan ia yang melakukan kesalahan.
C. Pengawas Pemilu memiliki hak imunitas sehingga tidak bisa diberi sanksi.
D. KPU dapat menjatuhkan sanksi berdasarkan masukan dari KPU Kabupaten/ Kota.
A. Pemerintah.
B. Partai Politik
C. Lembaga Negara
D. Disdukcapil
A. Semua benda yang mengandung unsure kampanye dan bersifat mengajak orang lain untuk
memilih dirinya.
B. Semua benda yang berisi visi, misi dan program pasangan calon, atau symbol-simbol, yang
dengan sengaja dibuat untuk keperluan kampanye.
C. Setiap orang perorang yang melakukan peragaan atau kegiatan yang mengandung unsur alat
di dalamnya, dan bersifat kampanye.
D. Semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, dan program pasangan calon,
simbol• simbol, atau tanda gambar pasangan calon yang dipasang untuk keperluan
Kampanye yang bertujuan untuk mengajak orang memilih pasangan calon tertentu, yang
difasilitasi oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang didanai Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah dan dapat didukung oleh Anggaran Pendapatan Belanja
Negara.
22. Materi kampanye dalam pemilu presiden dan wakil presiden meliputi:
A. 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara, dan dapat ditambah jika KPU menghendaki.
B. 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara, dan dapat dikurangi jika KPU menghendaki
atas rekomendasi Bawaslu.
C. 3 (hari) hari sebelum hari pemungutan suara.
D. 3 (hari) sebelum hari pemungutan suara dan dapat ditambah atau dikurangi maksimal 1 (satu)
hari.
26. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau peserta Pemilu yang lain,
termasuk kategori:
27. Setiap pelaksana kampanye atau peserta kampanye yang terbukti dengan sengaja atau lalai yang
mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu, diancam dengan:
A. Pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 24.000.000., (dua
puluh empat juta rupiah).
B. Pelanggaran administrasi Pemilu.
C. Pelanggaran kode etik Pemilu.
D. Pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 12.000.000., (dua
belas juta rupiah).
A. Pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau mekanisme yang berkaitan dengan
administratif pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
B. Pelanggaran terhadap tata cara, teknik dan mekanisme yang berkaitan dengan administarrif
pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan Pemilu.
C. Pelanggaran terhadap prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administarrif
pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan Pemilu.
D. Pelanggaran terhadap semua tahapan Pemilu.
A. Perseorangan yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta Pemilu calon presiden dan
wakil presiden.
B. Perseorangan yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta Pemilu calon anggota DPR.
C. Perseorangan yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta Pemilu calon anggota DPRD
Provinsi atau calon anggota DPRD Kabupaten/ Kota.
D. Perseorangan yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta Pemilu anggota DPD.
A. Rekomendasi Bawaslu .
B. Rekomendasi Bawaslu berdasarkan persetujuan KPU.
C. Putusan Bawaslu.
D. Putusan Bawaslu berdasarkan persetujuan KPU.
A. Rekomendasi Bawaslu.
B. Rekomendasi Bawaslu berdasarkan persetujuan KPU.
C. Putusan Bawaslu.
D. Putusan Bawaslu berdasarkan persetujuan KPU.
33. Dalam pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PPK, PPS, atau KPPS, lembaga yang
berwenang menindaklanjuti adalah:
A. DKPP
B. KPU Kabupaten/ Kota
C. Bawaslu Kabupaten/ Kota
D. KPU.
34. Bawaslu Kabupaten/ Kota wajib memutus penyelesaian pelanggaran administrasi Pemilu paling
lama:
A. 15 (lima belas) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi.
B. 14 (empat belas) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi.
C. 7 (tujuh) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi.
D. 3 (tiga) hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregirtrasi.
36. Sanksi administrasi pembatalan calon anggota DPRD yang dilakuka oleh KPU Kabupaten/ Kota
berdasarkan putusan Bawaslu Kabupaten/ Kota, dapat dilakukan upaya hukum lain ke:
A. DKPP.
B. Mahkamah Agung.
C. Bawaslu
D. KPU
A. Bawaslu.
B. DKPP
C. KPU
D. Mahkamah Konstitusi.
39. Putusan mengenai penyelesaian sengketa proses Pemilu merupakan putusan yang bersifat final
dan mengikat, kecuali sengketa proses Pemilu yang meliputi:
A. Verifikasi partai politik peserta Pemilu, Penetapan DCT anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota, dan penetapan pasangan calon.
B. Verifikasi partai politik peserta Pemilu dan penetapan pasangan calon.
C. Penetapan DCT anggota DPR, DPD, DPR Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota.
D. Semua jawaban salah.
40. Jika putusan dalam penyelesaian sengketa proses Pemilu yang dilakukan Bawaslu tidak diterima
oleh para pihak, maka dapat dilakukan upaya hukum ke:
A. Mahkamah Agung.
B. Mahkamah Konstitusi
C. Pengadilan Tinggi.
D. PTUN.
A. Mahkamah Konstitusi.
B. Mahkamah Agung.
C. Bawaslu
D. PTUN.
42. Sengketa proses Pemilu melalui PTUN yang berkaitan dengan dikeluarkannya Keputusan KPU
tentang penetapan partai politik sebagai peserta Pemilu bersifat:
A. Final dan mengikat dan tidak dapat dilakukan upaya hukum lain.
B. Final dan mengikat, tapi bisa diupayakan hukum lain ke Mahkamah Agung sepanjang
ditemukan bukti baru.
C. Tidak final dan mengikat, karena masih dapat dilakukan upaya hukum lain.
D. Dapat dilakukan upaya hukum lain dengan cara banding ke Pengadilan Khusus Pemilu.
A. Tidak wajib menindaklanjuti, karena KPU berhak untuk mengajukan upaya banding.
B. Putusan PTUN tak ada bedanya dengan rekomendasi Bawaslu, maka KPU berwenang untuk
melakukan pemeriksaan, klarifikasi, dan memutus, sebagaimana diatur dalam PKPU Nomor
25 Tahun 2013.
C. KPU wajib menindaklanjuti paling lama 3 (tiga) hari kerja.
D. KPU wajib menindaklanjuti paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
44. Peserta pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD dapat mengajukan sengketa perselisihan ke
Mahkamah Konstitusi dengan ketentuan:
A. Kabupaten/ Kota dengan jumlah penduduk 500 ribu, selisih suara dengan calon lain lain
maksimal 2% (dua persen).
B. Kabupaten/ Kota dengan jumlah penduduk 500 ribu-1 juta, selisih suara dengan calon lain
maksimal 1% (satu persen).
C. Paling lama 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak diumumkan penetapan perolehan
suara secara nasional oleh KPU.
D. Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diumumkan penetapan perolehan suara oleh KPU Kabupaten/
Kota.
45. Yang berhak mengajukan sengketa perselisihan hasil Pemilu anggota DPR dan DPRD adalah:
46. Dalam hal terjadi perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, yang berhak mengajukan keberatan ke Mahkamah Konstitusi adalah:
47. Dalam No. 2 Tahun 2008, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 2 Tahun 2011 Tentang
Partai Politik, diatur bahwa perselisihan internal partai politik harus terlebih dulu diselesaikan
melalui:
A. Musyawarah mufakat
B. Azas damai
C. Pengadilan negeri
D. Mahkamah partai politik atau sebutan lain yang dibentuk partai politik
48. Dalam hal penyelesaian perselisihan di dalam internal Partai Politik sebagaimana dimaksud
nomor 47 tersebut tidak tercapai, maka penyelesaian perselisihan dilakukan melalui:
A. PTUN
B. Pengadilan Tinggi
C. Pengadilan Negeri.
D. Mahkamah Konstitusi
49. Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap
lima tahun sekali. Bunyi ketentuan tersebut terdapat dalam:
A. Pasal 22E Ayat 1 UUD 1945 amandemen ketiga.
B. Pasal 21E Ayat 1 UUD 1945 amandemen kedua.
C. Pasal 22E Ayat 2 UUD 1945 amandemen ketiga
D. Pasal 21D Ayat 3 UUD 1945 amandemen kedua
50. Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional,
tetap dan mandiri. Ketentuan tersebut tertuang dalam:
A. Pasal 23C Ayat 1 UUD 1945
B. Pasal 3 Ayat 3 UUD 1945 amandemen pertama
C. Pasal 22E Ayat 5 UUD 1945 amandemen ketiga
D. Pasal 22D ayat 5 UUD 1945