Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Jurusan S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
Disusun Oleh:
ABSTRAK
Slag nikel merupakan salah satu jenis limbah yang diperoleh dari peleburan biji nikel
PT. ANTAM Pomala Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawasi Tenggara. Salah satu jenis
peleburan biji nikel adalah slag nikel FeNI 4, berbeda dengan jenis sebelumnya slag nikel
FeNi 4 memiliki ukuran butiran yang lebih kecil dimana ukuran butirannya lolos saringan
No. 4 sehingga mendekati ukuran butiran agregat halus. Salah satu jenis campuran
perkerasan jalan adalah CPHMA atau Cold Paving Hot Mix Asbuton adalah asbuton yang
dicampur panas dan dihampar dalam keadan dingin, campuran perkerasan cphma
membutuhkan bahan penyusun seperti agregat halus untuk mendukung kinerja konstruksi
lapis perkerasan agar mampu untuk menahan beban lalu lintas. Pada penelitian ini
memanfaatkan limbah nikel berupa slag nikel FeNi 4 yang memiliki ukuran butitan seperti
agregat halus normal sehingga berpotensi digunakan sebagai subtitusi agregar halus pada
campuran perkerasan jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
slag nikel FeNi 4 terhadap karakteristik marshall pada campuran cphma. Penetapan variasi
kadar subtitusi agregat halus sebesar 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, terhadap total berat
agregar halus. Hasil penelitian menunjukan bahwa seiring dengan penambahan kadar
subtitusi slag nikel FeNi 4 yaitu sebesar 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, mengakibatkan
karaktirsik marshall pada campuran semakin menurun. Jika penggunaan kadar slag nikel
sedikit maka akan mengakibatkan karakteristik marshall pada campuran cphma akan
semakin membaik begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan bentuk fisik slag nikel yang
sedikit berbeda dengan agregat halus dimana permukaan slag nikel lebih halus dan licin.
v
THE EFFECT OF USING PHENY 4 NICKEL SLAG AS A SUBSTITUTION OF
FINE AGGREGATE IN HOT ASPHALT MIXTURES COLD PAVING HOT MIX
ASBUTON (CPHMA)
ABSTRACT
Nickel slag is one type of waste obtained from the smelting of nickel ore PT. ANTAM Pomala, Kolaka,
Southeast Sulawesi. One type of nickel ore smelting is FeNI 4 nickel slag, in contrast to the previous
type, FeNi 4 nickel slag has a smaller grain size where the grain size passes the No. sieve. 4 so that it
is close to the grain size of the fine aggregate. One type of road pavement mixture is CPHMA or Cold
Paving Hot Mix Asbuton is asbuton which is mixed hot and spread cold, the CPHMA pavement
mixture requires constituent materials such as fine aggregate to support the performance of the
pavement layer construction to be able to withstand traffic loads. In this study, nickel waste is used in
the form of nickel slag FeNi 4 which has a grain size similar to normal fine aggregate so that it has
the potential to be used as a substitute for fine aggregate in road pavement mixtures. This study aims
to determine the effect of using FeNi 4 nickel slag on the marshall characteristics of the CPHMA
mixture. Determination of the variation of fine aggregate substitution content of 0%, 25%, 50%, 75%
and 100%, to the total weight of fine aggregate. The results showed that along with the addition of
nickel slag substitution levels of FeNi 4, namely 0%, 25%, 50%, 75% and 100%, the marshall
characteristics of the mixture decreased. If the use of a small amount of nickel slag will result in the
Marshall characteristics of the CPHMA mixture getting better and vice versa. This is because the
physical form of nickel slag is slightly different from that of fine aggregate where the surface of nickel
slag is smoother and slicker.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang
FeNi 4 Sebagai Subtitusi Agregat Halus Pada Campuran Aspal Panas Hampar
terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis ibunda tercinta Kartini,
S.Ag dan ayahanda tercinta La Ngkarisu, S.Pd., SH., MH, atas segala doa,
apabila selama penulis menyusun skripsi ini penulis sering kali lalai dalam
ala selalu melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kedua orang tua
penulis.
Terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Dr. Edward Ngii, ST.,
pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
vi
mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan maupun
dalam proses penyusunan Skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula
2. Dekan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Dr. Edward Ngii, ST., MT.
3. Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Dr. Ir.
Adris Ade Putra., ST.,MT, terimakasih atas arahan dan bimbingan selama
4. Dosen Penguji, Ibu Dr. Siti Nurjanah Ahmad, ST., MT, Bapak Dr. La
One, ST., MT dan Ibu Rinni Sriyani, ST., MT, yang telah bersedia
5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
menyelesaikan studi.
7. PT. ANTAM POMALA atas bantuan material berupa Slag Nikel FeNi 4
Fajriatus Syifa, Dewi Kurniawati (alm), yang selalu memberikan doa dan
10. Kakak sepupu penulis kakak egi dan istrinya kakak ayu serta anaknya
Annisa Puji Lestari, Anita Yuliana, Dian Nirmala Sari, Pipit Krida Rahayu,
terimakasih atas segala dukungan dan selalu menjadi tempat penulis dalam
12. Sahabat-Sahabat penulis saat SMA hingga saat ini Astri Syahirani, Resti
viii
14. Teknisi Laboratorium Sistem dan Teknik Transportasi, Kak Yadi terimakasi
15. Senior-Senior penulis, kak fadil, kak ian, kak pangki,kak dimas yang telah
melakukan penelitian
16. Serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu paenulis
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bukan hanya sebagai kewajiban
ilmu selanjutnya.
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 7
x
2.2.1 Perkerasan Lentur .......................................................................................... 7
2.8.3 Rongga Udara yang Terisi Aspal (Voids Filled whit Butimen/VFB)........... 38
BAB III.................................................................................................................. 39
xi
3.4.2 Tahap Pengujian Karakteristik Agregat....................................................... 48
3.4.5 Tahap Pengujian Karateristik Agregat Halus Subtitusi (Slag Nikel FeNi 4 )
50
BAB IV ................................................................................................................. 60
4.1.1 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus (Abu Batu) Ex Moramo .......... 61
4.7.5 Grafik Pengujian Marshall Pada Kadar Subtitusi Slag Nikel 100 %
dengan Kadar Modifier 2%, 2,5% dan 3%. .................................................... 141
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.11 kadar dan Sifat Aspal Hasil Ekstraksi CPHMA ................................. 34
Tabel 4.2 Berat Jenis Agregat Halus (Abu Batu) Ex Moramo ............................. 62
Tabel 4.3 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus (Slag Nikel FeNi 4) ......... 63
Tabel 4.6 Pengujian Karakteristik Modifier (Aspal Minyak –Bungker Oil) ........ 65
Tabel 4.7 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Subtitusi 0% Slag Nikel 66
xiv
Tabel 4.8 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Subtitusi 25% Slag Nikel
............................................................................................................ 67
Tabel 4.9 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Sutitusi 50% Slag Nikel 68
Tabel 4.10 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Subtitusi 75% Slag Nikel
............................................................................................................ 69
Tabel 4.11 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Subtitusi 100% Slag
Nikel ................................................................................................... 70
Tabel 4.16 Rancangan Komposisi Campuran 100 % Slag Nikel FeNi 4 ............. 89
Tabel 4.17 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 0% Slag Nikel .......... 92
Tabel 4.18 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 25 % Slag Nikel ....... 93
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 50% Slag Nikel ........ 94
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 75% Slag Nikel ........ 94
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 100% Slag Nikel ...... 95
Tabel 4.22 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 0% dengan
Tabel 4.23 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 25 % dengan
Tabel 4.24 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 50 % dengan
xv
Tabel 4.25 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 75 % dengan
Tabel 4.26 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 100 % dengan
Tabel 4.27 Hasil Analisis perhitunan VIM dengan jumlah kadar subbtitusi slag
Tabel 4.28 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar subtitusi slag
nikel 25% dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%............................. 102
Tabel 4.29 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar subtitusi slag
Tabel 4.30 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar subtitusi slag
nikel 75% dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%............................. 103
Tabel 4.31 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar subtitusi slag
nikel 100% dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%........................... 103
Tabel 4.32 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 0%, dan kadar
Tabel 4.33 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 25%, dan kadar
Tabel 4.34 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 50%, dan kadar
Tabel 4.35 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 75 %, dan kadar
xvi
Tabel 4.36 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 100 %, dan kadar
Tabel 4.37 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 0% dan
.......................................................................................................... 108
Tabel 4.38 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 25%
Tabel 4.39 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 50 %
Tabel 4.40 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 75 %
Tabel 4.41 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 100%
Tabel 4.42 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 0% dan
Tabel 4.43 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 25% dan
Tabel 4.44 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 50% dan
Tabel 4.45 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 75% dan
Tabel 4.46 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 100 % dan
Tabel 4.47 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 0% slag nikel... 115
xvii
Tabel 4.48 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 25 % slag nikel 116
Tabel 4.49 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 50% slag nikel. 116
Tabel 4.50 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 75 % slag nikel 117
Tabel 4.51 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 100 % slag nikel
.......................................................................................................... 118
Tabel 4.52 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 0% slag nikel
Tabel 4.53 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 25 % slag
nikel dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%. .............................. 125
Tabel 4.54 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 50 % slag
nikel dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%. .............................. 130
Tabel 4.55 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 75 % slag
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.16 Penyaringan Agregat batu moramo dan Slag Nikel FeNi 4 .............51
Gambar 3.17 Pemisahan agregat batu moramo dan slag nikel FeNi 4 berdasarkan
Gambar 3.18 Agregat dan Slag Nikel FeNi 4 yang telah ditimbang dan dimasukan
xix
Gambar 3.19 Proses pemanasan bahan peremaja/modifier ....................................52
Gambar 3.21 Agregat dan Asbuton dicampur dan dipanaskan hingga mencapai
Gambar 3.24 Benda uji yang telah dipadatkan sesuai variasi slag dan modifier ..55
Gambar 3.25 Proses penimbangan benda uji dalam keadaan kering .....................56
Gambar 3.29 Benda uji direndam dalam air selama 30-40 menit ..........................58
Gambar 4.1 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 0%,
Gambar 4.2 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 0%, dengan
Gambar 4.3 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag nikel
Gambar 4.4 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel 0% dengan
xx
Gambar 4.5 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 0% Variasi
Gambar 4.6 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 0%,
Gambar 4.7 Penentuan Kadar Modifier Optimum Pada Variasi Kadar Subtitusi
Gambar 4.8 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 25%,
Gambar 4.9 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 25%,dengan
Gambar 4.10 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag
nikel 25%, dengan kadar modifier 2%, 2,5 % dan 3%. ................127
Gambar 4.11 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel
Gambar 4.12 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 25 %
Gambar 4.13 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 25
Gambar 4.14 Penentuan Kadar Modifier Optimum Pada Variasi Kadar Subtitusi
Gambar 4.15 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 50%
xxi
Gambar 4.16 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 50 %
Gambar 4.17 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag
Gambar 4.18 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel 50%
Gambar 4.19 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 50 %
Gambar 4.20 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 50
Gambar 4.21 Penentuan Kadar Modifire Optimum Pada Variasi Kadar Subtitusi
Gambar 4.22 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 75 %
Gambar 4.23 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 75 %,
Gambar 4.24 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag
Gambar 4.25 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel 75 %
Gambar 4.26 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 75 %
xxii
Gambar 4.27 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 75
Gambar 4.28 Penentuan Kadar Modifire Optimum Pada Variasi Kadar Subtitusi
Gambar 4.29 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 100%
Gambar 4.30 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 100 %,
Gambar 4.31 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag
nikel 100 %, dengan kadar modifire 2%, 2,5 % dan 3%. .............144
Gambar 4.32 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel 100 %
Gambar 4.33 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 100 %
Gambar 4.34 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 100
Gambar 4.35 Penentuan Kadar Modifire Optimum Pada Variasi Kadar Subtitusi
Gambar 4.36 Grafik rekapitulasi hubungan antar stabilitas dengan kadar modifier147
Gambar 4.37 Grafik rekapitulasi hubungan antar flow dengan kadar modifier ...148
Gambar 4.38 Grafik rekapitulasi hubungan antar Marshall Quotient dengan kadar
modifier.........................................................................................149
Gambar 4.39 Grafik rekapitulasi hubungan antar VMA dengan kadar modifier .150
xxiii
Gambar 4.40 Grafik rekapitulasi hubungan antar VFA dengan kadar modifier ..150
Gambar 4.41 Grafik rekapitulasi hubungan antar VIM dengan kadar modifier ..151
xxiv
BAB I
PENDAHULUAN
Infrastuktur merupakan salah satu hal yang paling penting dalam upaya
kehidupan. Salah satu jenis infrastruktur yaitu jalan yang merupakan kebutuhan
peranan penting terutama dalam bidang ekonomi sosial dan budaya serta
sebagai salah satu negara berkembang sangat membutuhkan kualitas dan kuantitas
jenis kegiatan, baik itu aksesibilitas maupun perpindahan barang dan jasa.
Pembangunan infrastuktur jalan pada saat ini difokuskan pada kualitas dan
konstruksi perkerasana jalan baik itu perkerasan kaku (rigid pavement) ataupun
pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara yang biasa disebut dengan asbuton.
ton (Balitbang PU, 2016). Melihat jumlah asbuton yang melimpah Kementerian
yang berisi tentang Penggunaan aspal buton untuk pembangunan dan preservasi
jalan.
Hot Mix Asbuton (CPHMA). Menurut Ditjen Bina Marga (2013) CPHMA adalah
campuran asbuton yang terdiri dari agregat, asbuton butir, peremaja dan bahan
tambah lain yang dicampur panas hampar dingin. CPHMA memiliki keunggulan
yaitu dalam penggunaan CPHMA dapat dipadatkan dingin sehingga sangat cocok
digunakan untuk daerah yang berada jauh dari lokasi AMP. Tetapi pada
karena campuran yang sudah dingin lebih kaku sehingga lebih susah untuk
Penggunaan material alam sebagai bahan baku perkerasan jalan saat ini
besar dan sangat berdampak pada eksploitasi sumber daya alam, alternatif
pemanfaatan limbah sebagai bahan baku perkerasan jalan pada saat ini sangat
dimungkinkan, salah satu jenis limbah yang dapat digunakan sebagai material
2
perkerasan jalan adalah slag nikel. Slag nikel adalah salah satu jenis limbah yang
dihasilkan dari proses peleburan biji nikel PT. ANTAM Kabupaten Kolaka
Provinsi Sulawesi Tenggara. Salah satu jenis slag nikel yang diperolah dari hasil
peleburan biji nikel pada aktivitas penambangan adalah Slag FeNi 4. Berbeda
dengan jenis sebelumnya distribusi ukuran material tipe FeNi 4 ini mencapai lebih
dari lolos saringan No. 8, sehingga mendekati ukuran bahan agregat halus (pasir).
bentuk fisik dari slag nikel yang menyerupai batu alam, menyebabkan potensi slag
semakin sulit diperoleh karena agregat campuran aspal didasarkan pada asumsi
berasal dari sumber yang sama, kualitas yang sama, serta memilili berat jenis yang
sama atau hampir sama. Penumpukan slag nikel halus yang semakin banyak setiap
tahunnya dapat dikurangi dengan cara memanfaatkan slag nikel halus (FeNi 4)
Penelitian ini akan digunakan slag nikel FeNi 4 sebagai bahan penganti
agregat halus pada campuran aspal panas hampar dinggin Cold Paving Hot Mix
Asbuton (CPHMA).
3
1.2 Rumusan Masalah
sebagai berikut :
2. Berapa Kadar Modifire Optimum (KMO) pada penggunaan slag nikel FeNi
berikut :
campuran aspal
4
2. Menafaatkan limbah B3 slag nikel FeNi 4 sebagai agregat halus pada
campuran aspal.
berikut :
50/30.
3. Material agregat kasar berasal dari moramo, agregat halus dari pohara,
abu batu berasal dari pohara, dan slag nikel FeNi 4 berasal dari
BAB I : PENDAHULUAN
5
penelitian, persamaan dan perbedaan dngan penelitian sebelumnya
Dalam bab ini diuraikan tentang teori – teori yang dijadikan dasar
Dalam bab ini diuraikan tentang data dan metode yang akan
penelitian ini.
BAB V : PENUTUP
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan
tanah, dibawah permukaan tanah, serta diatas permukaan air, kecuali jalan rel, jalan
lori dan jalan kabel (UU RI No 2 Tahun 2022). Jalan juga dapat didefiniskan
sebagai jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar ( Sukirman, 1999 ).
Perkerasan lentur juga dapat didefinisikan sebagai campuran agregat batu pecah,
pasir, material pengisi, dan aspal yang dihamparkan dan dipadatkan. Konsep
7
lapisan – lapisan permukaan dan lapis fondasi beserta lapisan – lapisan antaranya,
sedemikian hingga regangan pada tanah dasar dapat dikendalikan guna mencegah
menganalisis regangan dalam setiap lapisan agar defleksi berlebihan tidak terjadi.
adalah (1) Agar di atas struktur perkerasan itu bisa dilalui setiap saat. Oleh
karena itu perkerasaan harus kedap air melindungi lapis tanah dasar sehingga
kadar air lapis tanah dasar tidak mudah berubah; (2) Mendistribusikan beban
terpusat, sehingga tekanan yang terjadi pada lapis tanah dasar menjadi lebih
kecil. Oleh karena itu lapis struktur perkerasan harus dibuat dengan sifat
modulus kekakuan (moduus elastisitas) lapis di atas lebih besar dari lapis di
bawahnya; (3) Menyediakan kekesatan agar aman Oleh karena itu permukaan
perkerasan harus kasar, sehingga mempunyai koefisien gesek yang besar antara
roda dan permukaan perkerasan; (4) Menyediakan kerataan agar nyaman. Oleh
karena itu permukaan harus rata, sehingga pengguna tidak terguncang pada saat
secara memadai, sehingga melindungi tanah dari teknanan yang berlebihan; (3)
8
2.2.2 Komponen – Komponen Perkerasan Lentur
lapis perkerasan, yaitu lapis permukaan, lapis pondasi atas, dan lapis pondasi
bawah yang diletakkan di atas tanah dasar. Bila beban kendaraan bekerja, seluruh
lapis perkerasan dari atas ke bawah akan menerima beban dinamis dan berulang,
yang menyebabkan terjadinya tegangan dan regangan di setiap titik kedalaman (as
1. Lapis Permukaan
lapisan yang terletak paling atas pada lapis perkerasan jalan dan fungsinya
kendaraan yang diterima oleh lapis keras; (b) Non struktural, yaitu berupa lapisan
kedap air untuk mencegah masuknya air kedalam lapis perkerasan yang ada
dibawahnya dan menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan berjalan
berfungsi agar kendaraan yang berada diatas permukaan mampu menahan beban
Djalante, 2011 ).
Course) adalah (1) Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda; (2)
9
Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan
akibat cuaca; (3) Sebagai lapisan aus (wearing course). Bahan untuk lapis
permukaan umumnya sama dengan bahan untuk lapis pondasi dengan persyaratan
yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat
kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik,
lentur yang terletak di antara lapis permukaan dan lapisan pondasi bawah.
Adapun menurut Hardiyatmo (2015) bahan lapisan pondasi (base course) terdiri
dari material pilihan, yaitu batu pecah yang stabil (awet), tahan terhadap
a. Ketebalanya
spesifikasi umum bidang jalan dan jembatan (2007), adapun agrgegat lapis
pondasi dan pondasi bawah sebagai lapisan struktur perkersan dibagi menjadi 3
kelas, yaitu: kelas A, B, dan C dengan persyaratan sebagai berikut :Sumber Bahan
Bahan lapis pondasi agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui
10
a. Kelas Lapis Pondasi Agregat.
Terdapat tiga kelas yang berbeda dari lapis pondasi agregat yaitu kelas A,
kelas B dan kelas C. Lapis pondasi atas harus terdiri dari agregat kelas A
atau kelas B, sedangkan lapis pondasi bawah harus terdiri dari agregat
kelas C.
b. Fraksi Agregat
Agregat kasar (tertahan pada saringan 4,75 mm) harus terdiri dari partikel
yang keras dan awet. Agregat kasar kelas A yang berasal dari batu kali
harus 100 % mempunyai paling sedikit dua bidang pecah. Agregat kasar
kelas B yang berasal dari batu kali harus 65 % mempunyai paling sedikit
(lolos saringan 4,75 mm) harus terdiri dari partikel pasir atau batu pecah
halus.
Lapisan ini berada di antara lapisan pondasi atas dan diatas lapisan tanah
dasar. Adapun material untuk lapis pondasi adalah agregat yang harus bebas
dari bahan organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak
pekerjaan umum, 2007. Terdapat jenis material lapisan pondasi bawah (sub-base
11
berupa Sirtu/Pitru kelas A, Sirtu/Pitru kelas B, dan Sirtu/Pirtu kelas C. adapun
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan berupa
tanah asli, galian, maupun timbunan sebagai lapisan perletakan bagi lapisan
dan digunakan. Tebalnya berkisar antara 50 – 100 cm. Apabila mengacu pada
sebagaimana pada kadar air ± 2% dari kadar air optimum di laboratorium. Fungsi
utama lapisan tanah dasar (subgrade) adalah sebagai tempat perletakan jalan raya
2.3 Aspal
12
perekat (cementitious) berwarna hitam atau coklat tua dalam bentuk solid,
semisolid, atau kental, alami atau buatan, yang terdiri dari molekul-molekul
hydrocarbon dalam kadar yang tinggi (Materials for Roads and Pavement).
Pemanfaatan aspal Buton selama ini lebih terfokus pada aspal Buton Kabungka
maka pedoman dan spesifikasi pemanfaatan aspal Buton pada perkerasan jalan
yang ada saat ini juga umumnya lebih cocok untuk asbuton Kabungka, dibanding
asbuton Kabungka asbuton Lawele memiliki sifat kadar bitumen, kadar minyak
ringan dan nilai penetrasi bitumen yang relative lebih tinggi. Asbuton Lawele
memiliki kadar bitumen sekitar 30%, kadar minyak ringan sekitar 7%, dan nilai
Indonesia membutuhan aspal sebesar dua juta ton per tahun, maka
devisa negara dapat mencapai Rp.9,3 triliun pertahun selama masa layanan
minimal 350 tahun apabila menggunakan asbuton untuk konstruksi jalan yang ada
Berdasarkan tempat diperolehnya aspal terbagi menjadi dua aspal alam dan
aspal minyak. Klasifikasi aspal berdasarkan asalnya (Fannisa dan Wahyudi, 2010)
a. Aspal Padat
Aspal padat adalah berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang dan
menjadi cair bil dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen aspal
13
(aspalt cement). aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu
d) AC Pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200 – 300
lalu lintas tinggi. Di Indonesia umunya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan
80/100.
b. Aspal Alam
Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan
nama Asbuton (aspal batu buton). Aspal batu buton adalah jenis rock asphalt,
yaitu batuan yang terimpregnasi oleh aspal. Batuan induknya adalah batugamping
dan napal. Partikel asbuton terdiri dari mineral, bitumen dan air, berwarna hitam
dipisahkan antara mineral dengan bitumennya. Kadar aspal (bitumen) dari asbuton
bervariasi dari 10 sampai 40%..Aspal alam adalah aspal yang didapat di suatu
14
sedikit pengolahan. Salah satu contoh aspal alam adalah aspal dari pulau Buton,
c. Aspal Minyak
minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crusade oil yang
banyakmengandung paraffin, atau mixed base crude oil yang banyak mengandung
paraffin, atau mixed base crude oil yamng mengandung paraffin dan aspal. Untuk
perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphltic base crude oil.
d. Aspal Cair
Aspal cair (cutback asphalt) adalah aspal yang berbentuk cair pada suhu
ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair
dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. aspal
yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang berbentuk cair
1) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari
15
Prime Coat (Lapis Resap Pengikat)
menguapnya sedang.
e. Aspal Emulsi
Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah campuran aspal dengan air dan
lebih cair dari aspal cair, dan didalam aspal emulsi butiran aspal larut dalam air.
aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin
dan cair.
1) Aspal emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan lain.
muatan listrik.
16
2.3.2 Fungsi Aspal Sebagai Material Pengikat
berikut :
2. Bahan pengisi rongga butiran antara agregat dan pori-pori yang ada dalam
sifat adhesi dan kohesi yang baik sehingga aspal tersebut memiliki durabilitas
yang tinggi. Daya tahan atau durabilitas pada aspal merupakan kemampuan aspal
mempertahankan sifat dan bentuk asalnya dari pengaruh cuaca, beban dan
atas yang kedap air dan tidak mengikat agregat sampai ke bawah (Kurniadji,
2007).
Sehingga penentuan campuran agar tidak ada karakteristik yang tidak bernilai
optimum.
Rongga dalam campuran dikenal dengan VIM (vold in mix). VIM dalah
rongga dalam campuran yang tidak di tempati oleh agregat maupun aspal (The
Aspahalt Institute).
rongga udara yang berperan penting dalam durabilitas lapis perkerasan sehubung
dengan udara dan air. Permeabilitas yang tinggi terhadap udara dapat memici
17
terjadinya pemggetasan pada aspal akibat oksida dan retak/crack (Sukirman,
1999).
Slag nikel adalah salah satu jenis sisa dari proses industri yaitu dari proses
peleburan biji nikel setelah melalui proses pembakaran dan penyaringan. Slag
nikel merupakan salah satu limbah hasil pengolahan nikel dari PT. Aneka
Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari Proses peleburan biji nikel tersebut
menghasilkan limbah berupa slag yang jumlahnya sangat besar dan dapat
masyarakat. Banyaknya limbah buangan yang berupa slag nikel dari PT. Aneka
Tambang Pomalaa kini harus ditangani atau dimanfaatkan dengan benar sehingga
Aneka tambang Pomalaa. Sebagai limbah buangan hasil pengelohan biji nikel,
18
selama ini slag nikel hanya digunakan sebagai bahan timbunan oleh masyarakat
yang dianggap sudah tidak memiliki manfaat lagi. Tetapi jika dilihat secara
visual,bentuk fisik dari slag nikel menyerupai agregat baik yang halus menyerupai
pasir dan kasar yang meyerupai kerikil, dimana dapat digunakan untuk bahana
(TCLP), kandungan bahan beracun yang terdapat pada slag nikel lebih kecil dari
kolom TCLP-A dan TCLP-B hal tersebut berarti bahwa limbah slag nikel dapat
digunakan sebagai bahan perkerasan jalan pengganti agregat alam. Adapaun hasil
19
Tabel 2.2 Hasil Pengujian sifat fisik slag nikel
Agregat Agregat Agregat Spesifikasi
Pengujian
Kasar Sedang Halus LFA kelas A
Abrasi % 39,5 - - Maks 40%
Berat Jenis
Bulk 2,82 2,75 2,92 -
SSD 2,86 2,79 2,93 -
Apperent 2,94 2,87 2,95 -
Penyerapam % 1,40 1,54 0,40
Angularitas % 100/100 100/100 - Min 95/90
Perbandingan lolos # - 0,26 0,33 Maks 2/3
200/ #40
Kepipihan % 0 0 - Maks 10%
Pelapukan % 0,1 0,2 0,9 Maks 3%
Gumpalan Lempung 0 0,02 1,22 Maks 5%
%
(Sumber : Bhineka, Vol 1 Edisi Oktober 2020)
Namun, karena banyaknya limbah nikel atau slag nikel yang terdapat
melakukan 3 tahap pengelohan limbah dan sampai pada saat ini PT. Antam
bernamakan FeNi tipe 1, FeNi Tipe 2, FeNi tipe 3, dan FeNi Tipe 4.
Aspal Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA) adalah jenis asbuton
produk campuran panas hampar dingin (pada temperatur ruang 30°C) . Jenis aspal
ini memiliki bahan material yang digunakan untuk lapisan permukaan maupun
20
perata jalan raya. Spesifikasi dari CPHMA ini terdiri dari agregat tertentu, asbuton
butir, bahan peremaja dan bahan tambah lain bila di perlukan yang sesuai dengan
udara, diatas permukaan yang telah disiapkan dan memenuhi garis tinggi dan
pelosok terpencil, karena lebih praktis dan efisien dalam penghamparan dan
pemadatan yang dilakukan secara dingin (temperatur udara di lokasi). serta proses
pabrikasi dalam kondisi panas dengan Unit pencampuran Aspal selain dari pada
itu produk CPHMA ini dapat dipasarkan dalam bentuk kemasan atau curah
(Delman R, 2006).
tidak memiliki AMP. Saat ini telah beredar di pasaran produk asbuton campuran
panas hampar dingin (cold paving hot mix asbuton), yang terdiri dari agregat,
asbuton butir, bahan peremaja dan bahan tambah lain bila diperlukan sesuai
dingin (temperatur udara). Produk ini menjadi alternatif pilihan terutama untuk
21
Karakteristik campuran dipengaruhi temperatur pemadatan. Tujuannya
dan panas.
Mix Asbuton)
1. Umum
digunakan baik sebagai lapis perata ataupun lapis permukaan dan dapat
CPHMA harus dilaksanakan di atas permukaan jalan lama atau lapis fondasi
yang telah disiapkan dan memenuhi garis ketinggian dan potongan memanjang
2. Agregat
struktur perkerasan jalan, yaitu 90-95% agregat berdasarkan prosentase berat, atau
perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat
dengan material lain. Agregat adalah bahan pengisi atau yang dicampurkan dalam
proses pembuatan aspal yang berasal dari batu dan mempunyai peranan penting
22
Sifat agregat merupakan salah satu penentu kemampuan perkerasan jalan
memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan
kemampuan untuk menyerap air, berat jenis, dan, daya kelekatan terhadap aspal.
Butiran agregat dapat menyerap air dan menahan lapisan air tipis di
ekstraksi asbuton campuran panas hampar dingin sesuai SNI 03-3640-1994 dan
23
Tabel 2.3 Persyaratan Gradasi CPHMA
Ukuran Ayakan Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat
ASTM (mm) %
¾― 19 100
½― 12,5 90-100
3/8 ― 9,5 -
No. 4 4,75 45-70
No. 8 2,36 25-55
No. 50 0,300 5-20
No. 200 0,075 2-9
(Sumber : Spesifikasi Umum CPHMA, 2018)
Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil, batu pecah, terak
tanur tiup atau beton semen hidrolis yang dipecah. Fraksi agregat kasar untuk
rancangan adalah yang tertahan saringan No.4 (4,75 mm) dan haruslah bersih,
keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya
dan memenuhi persyaratan pada tabel 2.3 fraksi agregat kasar untuk keperluan
pengujian harus terdiri atas batu pecah ata kerikil pecah dan harus disediakan
dalm ukuran-ukurn normal. Agregat kasar ini menjadikan perkerasan lebih stabil
dan mempunyai ketahanan terhadap slip (skid resisttance) yang tinggi sehingga
menjamin keamanan lalu lintas. Agregat kasar yang mempunyai bentuk butiran
yang tinggi. Agregat kasar harus mempunyai ketahanan terhadap abrasi bila
digunakan sebagai campuran wearing course, untuk itu nilai Los Angeles
24
Agregat kasar (kerikil/batu pecah) yang akan dipakai untuk membuat
1. Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori serta mempunyai sifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca seperti terik matahari atau hujan). Agregat yang mengandung butir-
butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
berat kering) dan apabila mengandung lebih dari 1%, agregat kasar tersebut
harus dicuci.
Agregat halus berbutir lebih kecil dan halus dibandingkan agregat kasar.
Tidak mudah pecah atau hancur karena pengaruh cuaca. Agregat halus tidak
25
boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati ayakan 0,060 mm) lebih
dari 5 %, apabila lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci. Tidak boleh
mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu beton. Bila direndam
dalam larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan tidak lebih gelap dari warna
larutan pembanding. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik,
Apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus masuk salah satu
daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3 atau 4 dan harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
3. Sisa di atas ayakan 0,30 mm, maks 15% dari berat agregat halus tidak
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
penyaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan No.4 (4,75
mm) dan tertahan saringan No.200 (0,075) sesuai SNI 03-6819-2002. Fungsi
(interlocking) dan gesekan antar butiran. Untuk hal ini maka sifat eksternal
butiran (particle surface roughtness). Agregat halus harus merupakan bahan yang
bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya.
26
Tabel 2.5 Spesifikasi Agregat Halus
Jenis Pemeriksaan Metode Pengujian Persyaratan
Berat Jenis Bulk
Berat Jenis SSD SNI 03-1969-1990 Min. 2,5
Berat Jenis Semu
Penyerapan, % SNI 03-1969-1990 Maks. 3%
Kadar Lempung SNI 03-4142-2008 Maks 1%
(Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Perkerasan Aspal)
Rongga dalam campuran yang tidak ditempati oleh agregat dinamakan VMA
(Void in mineral agregat) (The Aspalt Institute, 1983). Rongga ini sebagian akan
diisi oleh aspal pada campuran aspal, sehingga jumlah rongga udara yang akan
kelembaban :
berisi.
2. Air-dry (AD), seluruh partikel air telah dihilangkan dari permukaan agregat,
4. Basah, seluruh pori agregat dan permukaannya dilapisi oleh air (Prativi S.
1998).
27
c. Campuran
Asbuton
Tenggara yang selanjutnya dikenal dengan istilah Asbuton. Asbuton atau Aspal
batu Buton ini pada umumnya berbentuk padat yang terbentuk secara alami akibat
proses geologi. Proses terbentuknya asbuton berasal dari minyak bumi yang
aspal keras sebagai bahan aditif yang akan memperbaiki karakterestik aspal keras.
2. Asbuton Butir
Jenis asbuton butir dan kadar aspal yang di kandungnya dapat dilihat
sebagai berikut : Asbuton butir adalah salah satu produk aspal Buton yang
berbentuk butir dengan kadar aspal rata-rata 20%. Asbuton butir ini terdiri dari 2
No.06/BM/2008)
(Kabungka)
Lawele
berikut :
1. Keunggulan Asbuton
Titik lembeknya lebih tinggi dari aspal minyak dan ketahanan asbuton
yang cukup tinggi membuatnya tahan terhadap panas dan menjadi tidak mudah
meleleh, sehingga dapat meningkatkan daya tahan infrastruktur jalan raya. Dari
pengujian yang telah di lakukan didapatkan hasil campuran aspal yang bermutu
29
c. Meningkatkan umur konstruksi
2. Kelemahan Asbuton
dilapangan
Kabungka keras hampir mirip seperti pasir sedangkan Lawele lembek dan lengket
mirip seperti tanah, untuk Job Mix kedua material hampir sama, keduanya harus
mineral yang membedakan dan perlu diperhatikan pada Job Mix asbuton dengan
30
Tabel 2.8 Persyaratan Asbuton Butir B 50/30
No Sifat asbuton butir Standar uji Persyaratan
.
1. Sifat asbuton butir B 50/30
- Ukuran butir asbuton: SNI ASTM
C136:2012
Lolos ayakan 3/8 inci (9,5 mm); % 100
- Kadar bitumen asbuton; % SNI 8279:2016 Min. 20
- Kadar air; % SNI 2490:2008 Maks. 4
2. Sifat bitumen asbuton butir B 50/30 has il ekstraksi (SNI 8279:2016 ) dan
pemulihan (SNI 4797:2015)
- Kelarutan dalam trikloroetilen; % SNI 2438:2015 Min 99
- Penetrasi bitumen asbuton pada 25°C,
SNI 2456:2011 40 -- 70
100 g,5 detik; dmm
- Titik lembek; °C SNI 2434:2011 Min. 48
- Daktilitas pada 25°C; cm SNI 2432:2011 Min.100
(Sumber : Spesifikasi Asbuton Butir B 50/30 untuk Perkerasan Jalan, 2019)
(tahan air) kuat/kokoh (stabilitas tinggi), lentur (tahan fatique) dan awet
(tahan ageing)
3. Punya titik lembek tinggi sangat sesuai bila di campur dengan aspal minyak
plastis), paparan sinar utra violet (againg dan getas) dan kelihatan / fatique (
beban berulang ).
31
4. Hampir tanpa kandungan parafin, sehingga bila dicampurkan dengan aspal
6. Material lokal yang tidak terkait dengan harga minyak dunia, bahkan
Campuran beraspal yang terdiri dari agregat, aspal minyak, asbuton B 50/30
dan bahan tambah lain bila diperlukan, yang sudah dicampur dengan baik secara
panas serta dapat dihampar dan dipadatkan secara dingin pada temperatur udara
32
untuk pembuatan perkerasan jalan beraspal.Umumnya pada perkerasan jalan
penggunaan asbuton dengan type 50/30 adalah yang terbaik saat ini karena selain
kadar air yang rendah,tpye ini memiliki kadar bitumen yang cukup tinggi,dan
bahan tambah (aditif) aspal atau sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya aspal
Bahan baku untuk membuat aspal hasil ekstraksi Asbuton ini dapat
dilakukan dari asbuton dengan nilai penetrasi rendah (misal asbuton eks
33
Kabungka) atau asbuton dengan nilai penetrasi tinggi (misal asbuton eks Lawele).
Bahan pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi asbuton diantaranya adalah
kerosin, algosol, naptha, normal heptan, asam sulfat dan trichlor ethylen (TCE).
ekstraksi yang keras (penetrasi rendah) maka untuk membuat bitumen tersebut
setara dengan aspal keras Pen 40 dan Pen 60 dapat dilunakkan dengan bahan
sampai dengan 60%, agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat masih
memerlukan pelunak atau peremaja sehingga yang selama ini telah digunakan
Asbuton‖.
bitumen 100% atau ―Bitumen Asbuton Modifikasi‖ yang memiliki nilai penetrasi
34
2.7 Bahan Modifier
Modifier yang digunakan adalah Modifier PH-1000 dengan ketentuan seperti pada
tabel berikut:
Bruce Marshall, dan telah di standarisasi oleh ASTM ataupun AASTHO melalui
dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow) dan
35
Tabel 2.13 Persyaratan CPHMA Padat
Metode
Karakteristik Campuran Persyaratan Satuan
Penuaiian
Rongga diantara mineral agregat (VMA) Minimum 16 %
AASHTO M
Rongga dalam campuran (VIM) 4-10 %
323-12
Rongga terisi aspal (VFB) Minimum60 %
Stabilitas Marshall, pada temperatur
Minimum 500 Kg
25°C
ASTM D 6927-
Pelelehan Marshall 3-5 Mm
06
Stabilitas sisa setelah direndaman selama
Minimum60 %
2 x 24 jam pada temperatur 25°C.
(Sumber : Spesifikasi Umum CPHMA 2018)
campuran (VIM), rongga di antra mineral agregat (VMA) dan rongga yang terisi
aspal (VFB). Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data-data dan bahan yang
Rongga antar mineral agregat (VMA) adalah ruang rongga diantara partikel
agregat pada suatu perkerasan, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif
(tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung berdasarkan
berat jenis bulk (Gsb) agregat dan dinyatakan sebagai persen volume bulk
campuran yang dipadatkan. VMA dapat dihitung pula terhadap berat campuran
36
total atau terhadap berat agregat total. Perhitungan VMA terhadap campuran
Dengan :
Campuran
perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang
aspal padat. Volume rongga udara dalam campuran dapat ditentukan dengan
rumus berikut:
Dimana :
pemadatan(gr/cc).
2.8.3 Rongga Udara yang Terisi Aspal (Voids Filled whit Butimen/VFB)
Rongga terisi aspal (VFB) adalah persen rongga yang terdapat diantara
partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang
diserap oleh agregat. Dengan demikian aspal yang mengisi VFB inilah yang
merupakan persentase volume beton aspal padat yang menjadi film atau selimut
100 cm3
Dimana :
VMA (%) VMA = Rongga udara pada mineral agregat prosentase dari
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
mendapatkan data dan hasil yang menghubungkan antara variabel yang terkait.
pengaruh penggunaan Slag Nikel FeNi 4 sebagai subtitusi agregat halus pada
campuran aspal panas hampar dingin Cold Paving Hot Mix Asbuton (CPHMA)
pembuatan penelitian ini adalah bulan Oktober sampai dengan Bulan Desember
waktu dan telah mahir dalam mengoperasikan alat penelitian sehingga hasil yang
39
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara
langsung melalui serangkaian kegiatan percobaan pada benda uji yang dilakukan
sendiri dengan mengacu pada petunjuk manual yang ada. Data primer pada
a) Hasil pengujian karakteristik agregat kasar, agregat halus, filler, dan slag
FeNi 4.
b) Hasil pengujian Modifier meliputi hasil pengujian berat jenis dan penetrasi
modifier.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk
jenis bahan yang sama dan masih berhubungan dengan penelitian berupa literatur
a) Jurnal ilmiah
b) Penelitian terdahulu
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk benda uji pada penelitian ini
40
a. Agregat kasar
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini berupa batu pecah dari
moramo
b. Agregat Halus
41
c. Agregat halus pengganti (slag nikel FeNi 4 )
Agregat halus penganti yang digunakan berupa slag nikel FeNi 4 dari
d. Filler/Bahan Pengisi
Filler yang digunakan berupa abu batu yang berasal dari moramo.
Asbuton yang digunakan adalah asbuton lawelle yang berasal dari lawelle
Buton Selatan
43
3.3.2 Alat-Alat Yang digunakan
Laboratorium Perkerasan Jalan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, antara lain
meliputi :
a. Alat uji Marshall adalah alat tekan yang terdiri dari beberapa bagian yaitu
dengan kecepatan beban 50 mm/s yang dilengkapi dengan arloji tekan dengan
meter).
b. Cetakan benda uji, alat yang digunakan untuk membuat briket (benda uji)
44
Gambar 3.8 Cetakan Benda Uji
c. Ejector yaitu alat yang digunakan untuk mengluarkan benda uji dari
cetakanya
45
d. Alat penumbuk untuk memadatkan benda uji yang mempunyai permukaan
rata, berbentuk silinder dengan berat 4,536 kg (10 Pound) dan tinggi jatuh
46
f. Oven untuk memanaskan bahan, kompor pemanas, wajan aluminium yang
47
h. HP tipe Iphone XS MAX untuk mendokumentasikan jalannya proses
Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang dimiliki
Oleo. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, Slag nikel FeNi 4
yang berasal dari PT. ANEKA TAMBANG POMALA, Agregat kasar, agregat
halus dan filler menggunakan batu maroma yang diperoleh dari hasil Stone
crusher PT. PATRIOT salah satu AMP yang berada di Moramo Konawe Selatan,
Bungker oil bahan yang digunakan untuk modifier diperoleh dari Pelabuhan
Bungkutoko. Semua alat dan bahan yang akan digunakan dipastikan berada dalam
Agregat yang digunakan berupa agregat kasar, agregat halus, filler yang
berasal dari salah satu AMP di moramo dan slag nikell FeNi 4 yang berasal dari
agregat yang digunakan dalam penelitian ini, adapun jenis pengujian yang
48
dilakukan adalah analisa saringan agregat (agregat kasar dan agregat halus)
mineral aspal dan butimen yang terdapat di kandungan Asbuton yang digunakan
dalam penelitian.
ekstraksi untuk diketahui kadar mineral dan butimen yang terdapat dikandungan
49
3.4.4 Tahap Pengujian Berat Jenis Modifier
digunkan dalam penelitian ini mengunakan campuran antara 500 gr aspal minyak
dan 500 gr bungker oil, setelah dicapur kemudian dipanaskan lalu di dinginkan
FeNi 4 )
Subtitusi Agregat Halus Yang digunakan dalam penelitian ini adalah Slag
Nikel FeNi 4 yang berwarna hitam yanag diperolah dari PT. ANTAM POMALA.
Variasi subtitusi kadar slag yang digunakan dalam penelitian yaitu sebesar 0%,
25%, 50%,75% ,100% terhadap berat agregat yang akan digunakan pada
penelitian. Adapun jenis pengujian yang dilakukan adalah pengjian adalah analisa
standar yang berlaku dengan sedikit perlakuan khusus pada proses pencampuran,
secara umum tahapan pengujian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
50
Gambar 3.16 Penyaringan Agregat batu moramo dan Slag Nikel FeNi 4
Gambar 3.17 Pemisahan agregat batu moramo dan slag nikel FeNi 4
51
b. Agregat batu moramo dan slag nikel FeNi 4 yang telah dipisahkan sesuai
Gambar 3.18 Agregat dan Slag Nikel FeNi 4 yang telah ditimbang dan
52
d. Panaskan agregat yang telah disaring sehingga mencapai suhu 150 ◦ C.
53
Gambar 3.21 Agregat dan Asbuton dicampur dan dipanaskan hingga
54
Gambar 3.23 Proses pemadatan benda uji
tanda pengenal sesuai variasi kadar Asbuton dan kadar campuran modifier.
Gambar 3.24 Benda uji yang telah dipadatkan sesuai variasi slag dan modifier
55
3.4.7 Tahap Pengujian Marshall Test
a. Benda uji dipastikan telah bersih dari kotoran yang menempel, timbang
56
c. Timbang dan catat berat benda uji didalam air.
d. Keringkan benda uji hingga kering permukaan jenuh. Timbang dan catat
57
e. Rendam benda uji didalam air selama 30-40 menit.
Gambar 3.29 Benda uji direndam dalam air selama 30-40 menit
g. Keluarkan benda uji dari air, kemudian letakan benda uji di ring proving.
Letakan ring proving yang berisi benda uji ditengah penekanan marshall
test. Pasang arloji pembacaan flow didudukanya dan atur posisi jarum pada
dan flow
58
3.5 Bagan Alur Penelitian
Mulai
Studi Literatur
Pengujian Material
Ya
Spesifikasi CPHMA 2018
Pengujian Marshall
Kesimpulan
Selesai
Variasi kadar slag nikel yang disubtitusi yang digunakan sebagai agregat
halus terdapat lima vairasi subtitusi yaitu 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100 % dengan
kadar modifier yang digunakan yaitu 2%,2,5% dan 3% . Hasil pengujian meliputi,
yang digunakan dalam pembuatan benda uji. Data yang digunakan pada
agregat meliputi agregat kasar, agregat halus, mineral asbuton, dan slag nikel
Pada pengujian ini agregat kasar yang digunakan berupa agregat kasar
moramo yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu material penyusun
campuran dalam pembuatan sampel uji untuk pengujian marshall. Adapaun data
60
yang diperoleh berdasarkan panduan SNI 03-1969-1990 mengenai agregat kasar
4.1.1 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus (Abu Batu) Ex Moramo
Pada pengujian ini agregat kasar yang digunakan berupa agregat halus
(Abu batu) moramo yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu material
61
Tabel 4.2 Berat Jenis Agregat Halus (Abu Batu) Ex Moramo
Pemeriksaan Rata-
Parameter
I II rata
A. Berat piknometer 200,6 169,8
B. Berat contoh SSD di Udara 507,2 505,7
C. Berat piknometer + air + contoh 1120,2 1102,8
D. Berat piknometer + air 805 784,9
E. Berat contoh kering + Berat cawan 506,2 504,8
Apparent specifik gravity (E/(E+D-C)) 2,65 2,70 2,676
Bulk specifik gravity on dry basic (E/(B+D-C)) 2,64 2,69 2,662
Bulk specifik gravity on SSD basic (B/(B+D-C)) 2,64 2,69 2,667
Prosentase water absorption ((B-E)/E) x 100% 0,20 0,18 0,188
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Pada pengujian ini agregat halus yang digunakan berupa agregat halus
slag nikel FeNi 4 yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu material
62
Tabel 4.3 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus (Slag Nikel FeNi 4)
Pemeriksaan Rata-
Parameter
I II rata
A. Berat piknometer 114,4 114,8
B. Berat contoh SSD di Udara 250 250
C. Berat piknometer + air + contoh 580,6 581,6
D. Berat piknometer + air 417,5 418,5
E. Berat contoh kering + Berat cawan 249,1 249
Apparent specifik gravity (E/(E+D-C)) 2,89 2,90 2,894
Bulk specifik gravity on dry basic (E/(B+D-C)) 2,87 2,87 2,866
Bulk specifik gravity on SSD basic (B/(B+D-C)) 2,88 2,88 2,877
Prosentase water absorption ((B-E)/E) x 100% 0,36 0,40 0,381
yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu bahan yang akan digunakan
dalam membuat Mix design pada pencampuran benda uji. Data ini menggunakan
63
Tabel 4.4 Hasil Ekstraksi Asbuton
PARAMETER A B C
Kerucut (A) 306,4 281,5
Kerucut + Kertas Saring (B) (gram) 310,5 285,6
Kerucut + Kertas Saring + Contoh Benda Uji Sebelum
592,9 606,9
(C) (gram)
Contoh Benda Uji (D) = C - B (gram) 277,4 321,3 598,7
Kerucut + Kertas Saring + Contoh Benda Uji Sesudah
521,3 523,9
(E) (gram)
Berat Contoh Kering (F) = E - B (gram) 210,8 238,3 449,1
Berat Aspal (G) = C - E (gram) 71,6 83 154,6
Kadar Aspal (H) = (G/D) x 100% (%) 25,81 25,83 25,82
Rata – rata 25,82
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
pengujianya tidak tersedia. Oleh karena itu sebagai alternatis untuk mendapatkan
nilai berat jenis mineral asbuton maka diambil data pengujian dari PT. PUTINDO
BINTECH dengan nilai hasil pengujian berat jenis mineral asbuton adalah 2,23
gr/ml
Asbuton, yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu perhitungan dalam
merancang mix design dan akan digunakan dalam membuat sampel untuk uji
64
marshall. Data ini menggunakan pengujian berdasarkan SNI ASTM C136:2012
karakteristik aspal meliputi berat jenis dan daktalitas dan merujuk pada penelitian
benda uji presentase berat jenis terdiri dari penambahan slag nikel yaitu 0%, 25%,
Digunakan perbandingan berat jenis bulk dan berat jenis apparent untuk
mendapatkan berat jenis efektif agregat berdasarkan persentase volume benda uji,
Tabel 4.7 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Subtitusi 0% Slag Nikel
% Berat Jenis Agregat
Uraian Berat Jenis Aspal
Komposisis Bulk Apparent Efektif
Agregat Kasar 41,00% 2,64 2,71 2,68
Agregat Halus 40,00% 2,66 2,68 2,67
Slag Nikel - - - -
19,00%
Bj. Mineral
2,23 2,23 2,23
Asbuton
Aspal
1,001
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
66
= 2,559 gr/cc
= 2,590 gr/cc
= 2,575 gr/cc
Tabel 4.8 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Subtitusi 25% Slag Nikel
% Berat Jenis Agregat
Uraian Berat Jenis Aspal
Komposisi Bulk Apparent Efektif
Agregat Kasar 41,00% 2,64 2,71 2,68
Agregat Halus 40,00% 2,66 2,68 2,67
slag nikel 8,00% 2,87 2,89 2,88
Bj. Mineral
19,00% 2,23 2,23 2,23
Asbuton
Aspal
1,001
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
67
Berat Jenis Bulk Agregat
= 2,389 gr/cc
= 2,417 gr/cc
= 2,403 gr/cc
Tabel 4.9 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Sutitusi 50% Slag Nikel
% Berat Jenis Agregat
Uraian Berat Jenis Aspal
Komposisi Bulk Apparent Efektif
Agregat Kasar 41,00% 2,64 2,71 2,68
Agregat Halus 17,00% 2,66 2,68 2,67
slag nikel 17,00% 2,87 2,89 2,88
Bj. Mineral
19,00% 2,23 2,23 2,23
Asbuton
Aspal 1,001
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
68
Berat Jenis Bulk Agregat
= 2,751 gr/cc
= 2,787 gr/cc
= 2,769 gr/cc
Tabel 4.10 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Subtitusi 75% Slag Nikel
% Berat Jenis Agregat
Uraian Berat Jenis Aspal
Komposisi Bulk Apparent Efektif
Agregat Kasar 41,00% 2,68 2,67 2,67
Agregat Halus 10,00% 2,66 2,68 2,67
Slag Nikel 23,00% 2,87 2,89 2,88
BJ Mineral
19,00% 2,23 2,23 2,23
Asbuton
Aspal 1,001
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
69
Berat Jenis Bulk Agregat
= 2,807 gr/cc
= 2,812 gr/cc
= 2,809 gr/cc
Tabel 4.11 Analisa Berat Jenis Gabungan dengan Kadar Subtitusi 100% Slag
Nikel
% Berat Jenis Agregat
Uraian Berat Jenis Aspal
Komposisi Bulk Apparent Efektif
Agregat Kasar 41,00% 2,67 2,67 2,67
Agregat Halus - - - -
Slag Nikel 34,00% 2,87 2,89 2,88
BJ Mineral
19,00% 2,23 2,23 2,23
Asbuton
1,001
Aspal
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
70
Berat Jenis Bulk Agregat
= 2,799 gr/cc
= 2,807 gr/cc
= 2,803 gr/cc
berdasrkan pada nilai titik tengah dari spesifikasi yang digunakan dalam persen.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakuakn komposisi agregat halus subtitusi
dengan lima variasi slag nikel yaitu 0%, 25%, 50%, 75% dan 100 %.
71
Kadar bahan peremaja yang 2%, 2,5% dan 3% pada pembuatan benda uji
yang dimana dibuat tiga benda uji untuk masing-masing kadar modifier. Nilai
slag nikel FeNi 4. Untuk penggabungan seluruh bahan sampel menagacu pada
berat sampel pada muatan mold yang digunakan yaitu 1100 gram.
berikut,
72
Tabel 4.12 Rancangan Komposisi Campuran 0% Slag Nikel FeNi 4
Mineral
Saringan Spec CPHMA Target (%) Target Asbuton Target Agregat Agregat
Asbuton
(kumulatif (Kumulatif (Kumulatif
Mm inch % Kumulatif Lolos (gram) (gram)
lolos) Tertahan) Tertahan)
Agregat Kasar
19 3/4" 100 100 0,00 0 0 0
12,5 1/2" 90 - 100 95 0,00 5 55 0
4,75 No. 4 45 - 70 57,5 1,4 36,1 397,4 15,15
Total Agregat Kasar 467,55
Agregat Halus
2,36 No. 8 30 - 55 42,5 4,4 10,6 117,1 47,9
0,300 No. 50 12 - 25 18,5 4,7 19,3 212,2 51,8
0,075 No. 200 6 - 15 10,5 4,1 3,9 42,9 45,1
Filler - - - 0 4,6 5,9 65,4 50,1
Total Agregat Halus 632,50
Total Agregat Kasar dan Halus 1100
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
74
Komposisi bahan diumpamakan penggunaan Asbuton B 50/30 dengan
Saringan ½ = = 55 gram
= 890 gram
Asbuton
= 15,15 gram
= 47,9 gram
= 45,1
= 50,1 gram
= 210,05 garam
= 890 + 210,05
= 1100 gram
76
Pada perancangan komposisi campuran dengan variasi subtitusi slag nikel 25% dengan variasi kadar modifier 2%, 2,5%
dan 3 % dengan penggunaan Asbuton B 50/30 dihasilkan rancangan komposisi campuran sebagai berikut.
77
Komposisi bahan diumpamakan penggunaan Asbuton B 50/30 dengan
Saringan ½ = = 55 gram
Saringan No. 8
= 87,8 gram
Saringan No. 50
= 159,2 gram
= 32,2 gram
78
PAN Filler = = 65,4 gram
= 890 gram
Asbuton
= 15,15 gram
= 47,9 gram
= 51,8 gram
= 45,1
= 50,1 gram
= 210,05 garam
79
Berat total campuran = Volume Total Agregat + Kadar Asbuton
= 890 + 210,05
= 1100 gram
80
Pada rancangan komposisi dengan variasi subtitusi 50 % slag nikel FeNi 4 dengan variasi kadar modifier 2%, 2,5 % dan 3%
dengan penggunaan Asbuton B 50/30 dihasilkan rancangan komposisi campuran sebagai berikut.
81
Komposisi bahan diumpamakan penggunaan Asbuton B 50/30 dengan
Saringan ½ = = 55 gram
Saringan No. 8
= 58,6 gram
Saringan No. 50
= 106,1 gram
= 21,5 gram
82
PAN Filler = = 65,4 gram
= 890 gram
Asbuton
= 15,15 gram
= 47,9 gram
= 51,8 gram
= 45,1
= 50,1 gram
= 210,05 garam
83
Berat total campuran = Volume Total Agregat + Kadar Asbuton
= 890 + 210,05
= 1100 gram
84
Pada rancangan komposisi dengan variasi subtitusi 75 % slag nikel FeNi 4 dengan variasi kadar modifier 2%, 2,5 % dan 3%
dengan penggunaan Asbuton B 50/30 dihasilkan rancangan komposisi campuran sebagai berikut.
85
Komposisi bahan diumpamakan penggunaan Asbuton B 50/30 dengan
Saringan ½ = = 55 gram
Saringan No. 8
= 29,3 gram
Saringan No. 50
= 53,1 gram
= 32,2 gram
86
PAN Filler = = 65,4 gram
= 890 gram
Asbuton
= 15,15 gram
= 47,9 gram
= 51,8 gram
= 45,1
= 50,1 gram
= 210,05 garam
87
Berat total campuran = Volume Total Agregat + Kadar Asbuton
= 890 + 210,05
= 1100 gram
88
Pada rancangan komposisi dengan variasi subtitusi 100 % slag nikel FeNi 4 dengan variasi kadar modifier 2%, 2,5 % dan 3%
dengan penggunaan Asbuton B 50/30 dihasilkan rancangan komposisi campuran sebagai berikut.
89
Komposisi bahan diumpamakan penggunaan Asbuton B 50/30 dengan
Saringan ½ = = 55 gram
Saringan No. 8
Saringan No. 50
= 890 gram
Asbuton
= 15,15 gram
90
Saringan No. 8 = 4,4 x 1100 gram
= 47,9 gram
= 51,8 gram
= 45,1
= 50,1 gram
= 210,05 garam
= 890 + 210,05
= 1100 gram
91
4.5 Pengujian Marshall
dari campuran aspal dan agregat. Data yang didapatkan dari benda uji yaitu berat
benda uji, berat benda uji dalam keadaan jenuh kering permukaan (SSD) dan berat
meliputi volume pori dalam agregat (VMA), volume pori dalam campuran (VIM),
volume pori campuran yang terisi Aspal/Bitumen (VFA), Stabilitas, kelelehan dan
Data yang diperoleh dari hasil uji marshall dari penelitian laboratorium
adalah Berat kering/sebelum direndam (gram), berat SSD (gram), Berat dalam air
subtitusi agregat halus teridiri dari lima variasi yaitu 0%, 25%, 50%, 75% dan
100%, dengan kadar modifier/peremaja yang digunkan yaitu 2%, 2,5% dan 3%
92
Lanjutan Tabel 4.17 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 0% Slag Nikel
Subtitusi
Slag Modifier Kering SSD Di Air Pembacaan Flow
Nikel (%) (Gram) (Gram) (gram) Dial (mm)
(%)
3% 1106,0 1121,1 609,9 290 6,7
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dijelaskan bahwa dari hasil pembacaan dial
dan flow diperoleh hasil terbaik pada penggunaan kadar modifier 2,5 % dengan
kadar variasi subtitusi slag nikel 0% dapat dibuktikan dengan tingginya nilai hasil
pembacaan flow yang tidak terlalu besar yaitu 4,4 dan 3,7 mm sehingga dapat
menjelaskan benda uji yang dilakukan pengujian memiliki hasil flow terbaik dari
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dijelaskan bahwa dari hasil pembacaan dial
dan flow pada kadar subtitusi 25% slag nikel nilai flow mengalami peningkatan
sehingga dapat dijelaskan bahwa benda ujidengan kadars subtitusi 25% slag nikel
93
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 50% Slag Nikel
Subtitusi
Slag Modifier Kering SSD Di Air Pembacaan Flow
Nikel (%) (Gram) (Gram) (gram) Dial (mm)
(%)
2% 1107,2 1157,1 600,7 210 6,3
2% 1105,9 1158,6 593,3 230 6,5
2,5 % 1105,5 1152,0 596,0 260 6,3
50 %
2,5 % 1105,6 1156,8 602,2 240 6,6
3% 1113,8 1159,8 606,4 240 6,5
3% 1109,0 1109,0 610,3 230 6,5
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
Berdasarkan tabel 4.19 dapat dijelaskan bahwa dari hasil pembacaan dial
dan flow pada kadar subtitusi 50% slag nikel nilai flow mengalami peningkatan
dan tidak memenuhi spesifikasi sehingga dapat dijelaskan bahwa benda ujidengan
kadars subtitusi 50% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi umum CPHMA,
maksimum 5 mm.
Tabel 4.20 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 75% Slag Nikel
Subtitusi
Slag Modifier Kering SSD Di Air Pembacaan Flow
Nikel (%) (Gram) (Gram) (gram) Dial (mm)
(%)
2% 1109,7 1152,3 600,8 210 6,6
2% 1115,9 1163,5 618,9 200 6,5
2,5 % 1118,6 1142,8 604,6 240 6,3
75%
2,5 % 1106,0 1171,4 621,8 220 6,5
3% 1113,8 1149,3 613,5 200 6,4
3% 1109,0 1153,6 618,2 210 6,5
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dijelaskan bahwa dari hasil pembacaan dial
dan flow pada kadar subtitusi 75% slag nikel nilai flow mengalami peningkatan
dan tidak memenuhi spesifikasi sehingga dapat dijelaskan bahwa benda ujidengan
94
kadars subtitusi 75% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi umum CPHMA,
maksimum 5 mm.
Tabel 4.21 Hasil Pengujian Campuran CPHMA Subtitusi 100% Slag Nikel
Subtitusi
Slag Modifier Kering SSD Di Air Pembacaan Flow
Nikel (%) (Gram) (Gram) (gram) Dial (mm)
(%)
2% 1109,8 1102,7 605,5 180 6,7
2% 1189,4 1152,9 594,2 190 6,7
2,5 % 1102,4 1121,1 615,7 220 6,4
100 %
2,5 % 1125,0 1139,4 606,9 220 6,6
3% 1103,8 1186,6 616,7 180 6,5
3% 1106,0 1121,1 609,9 190 6,3
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
Berdasarkan tabel 4.21 dapat dijelaskan bahwa dari hasil pembacaan dial
dan flow pada kadar subtitusi 100% slag nikel nilai flow mengalami peningkatan
dan tidak memenuhi spesifikasi sehingga dapat dijelaskan bahwa benda ujidengan
kadars subtitusi 100% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi umum CPHMA,
maksimum 5 mm.
(Void In Mineral Agregat), VIM (Void In Mix), VFB (Void Filled With Bitumen),
95
4.6.1 VMA (Void In The Mineral Aggergate)
padat. Berat volume benda uji pada penggunaan Asbuton B 50/30 dan kadar
subtitusi slag nikel FeNi 4 sebagai agregat halus yaitu 0%. Dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
VMA = 100 ( )
VMA = ( )
VMA = 22,17%
subtitusi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% slag nikel dan kadar modifier 2%, 2,5%
Tabel 4.22 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 0% dengan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3% .
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VMA
Campuran
(gr/cc)
6,75 2,136 22,17
6,75 2,120 22,77
Rata – rata 2,128 22,47
96
Lanjutan Tabel 4.22 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 0%
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3% .
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VMA
Campuran
(gr/cc)
7,00 2,152 21,79
7,00 2,113 23,22
Rata – rata 2,132 22,51
7,25 2,199 20,29
7,25 2,164 21,59
Rata – rata 2,181 20,94
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai VMA pada table 4.22 didapatkan hasil terbaik
untuk variasi kadar slag nikel 0% yaitu pada kadar modifier 3% yaitu 20,94%
Tabel 4.23 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 25 % dengan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3% .
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VMA
Campuran
(gr/cc)
6,75 1,942 24,19
6,75 1,699 33,69
Rata – rata 1,821 28,94
7,00 1,942 24,42
7,00 1,919 25,31
Rata – rata 1,930 24,87
7,25 1,952 24,21
7,25 2,149 25,95
Rata – rata 2,051 25,08
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
Dari hasil perhitungan nilai VMA pada table 4.23 didapatkan hasil terbaik
untuk variasi kadar slag nikel 25% yaitu pada kadar modifier 2% yaitu 28,94%
97
memenuhi spesifikasi CPHMA berdasarkan nilai spesifikasi umum 2018 dengan
Tabel 4.24 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 50 % dengan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3% .
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VMA
Campuran
(gr/cc)
6,75 1,990 32,54
6,75 1,956 33,68
Rata – rata 1,973 33,11
7,00 1,988 32,77
7,00 1,996 32,50
Rata – rata 1,992 32,64
7,25 2,013 32,13
7,25 2,025 32,72
Rata – rata 2,019 31,93
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
Dari hasil perhitungan nilai VMA pada table 4.24 didapatkan hasil terbaik
untuk variasi kadar slag nikel 50% yaitu pada kadar modifier 2% yaitu 33,11%
Tabel 4.25 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 75 % dengan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3% .
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VMA
Campuran
(gr/cc)
6,75 2,012 33,15
6,75 2,049 31,93
Rata – rata 2,031 32,54
7,00 2,078 31,14
98
Lanjutan Tabel 4.25 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 75
% dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3% .
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VMA
Campuran
(gr/cc)
7,00 2,011 33,36
Rata – rata 2,045 32,25
7,25 2,079 31,31
7,25 2,071 31,56
Rata – rata 2,075 31,43
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
Dari hasil perhitungan nilai VMA pada table 4.25 didapatkan hasil terbaik
untuk variasi kadar slag nikel 75% yaitu pada kadar modifier 2% yaitu 32,54%
Tabel 4.26 Hasil Analisa perhitungan VMA pada variasi slag nikel 100 % dengan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3% .
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VMA
campuran
(gr/cc)
6,75 2,209 26,41
6,75 1,950 35,04
Rata – rata 2,079 30,72
7,00 2,181 27,53
7,00 2,113 29,80
Rata – rata 2,147 28,67
7,25 2,199 27,13
7,25 2,164 28,31
Rata – rata 2,181 27,72
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
Dari hasil perhitungan nilai VMA pada table 4.26 didapatkan hasil terbaik
untuk variasi kadar slag nikel 100% yaitu pada kadar modifier 2% yaitu 30,72%
99
memenuhi spesifikasi CPHMA berdasarkan nilai spesifikasi umum 2018 dengan
modifier 2%, 2,5 dan 3% dan jumlah kadar subtitusi slag nikel 0%, 25%, 50%,
dan jumlah subtitusi slag nikel 0% dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Sehingg,
= 2,328 gr/cc
dengan peremaja 2%
VIM = 100 x * ( )+
VIM = 100 x * ( )+
= 8,25%
100
Untuk perhitungan VIM selanjutnya dengan jumlah kadar subtirusi slag
nikel 0% dan peremaja 2%, 2,5% dan 3% dapat dilihat pada table berikut
Tabel 4.27 Hasil Analisis perhitunan VIM dengan jumlah kadar subbtitusi slag
nikel 0% dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VIM
Campuran
(gr/cc)
6,75 2,136 8,25
6,75 2,120 8,25
Rata – rata 2,128 8,60
7,00 2,152 6,73
7,00 2,113 8,44
Rata – rata 2,132 7,59
7,25 2,199 4,36
7,25 2,164 5,91
Rata – rata 2,181 5,13
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan VIM pada table 4.27 untuk variasi kadar subtitusi
0% slag nikel didaptkan nilai terbaik pada kadar modifier 2% yaitu 8,60% untuk
variasi kadar subtitusi 0% slag nkel nilai VIM memenuhi spesifikasi berdasarkan
nilai spesifikasi umum CPHMA, 2018 dengan nilai standard VIM minimum 4%-
10%
101
Tabel 4.28 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar subtitusi slag
nikel 25% dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VIM
Campuran
(gr/cc)
6,75 1,942 11,53
6,75 1,699 22,61
Rata – rata 1,821 17,07
7,00 1,942 10,89
7,00 1,919 11,89
Rata – rata 1,930 11,36
7,25 1,952 10,06
7,25 2,149 12,13
Rata – rata 2,051 11,10
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan VIM pada table 4.28 nilai VIM untuk variasi
kadar subtitusi 25% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi, berdasarkan nilai
spesifikasi umum CPHMA, 2018 dengan nilai standard VIM minimum 4%-10%.
Tabel 4.29 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar subtitusi slag
nikel 50 % dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VIM
Campuran
(gr/cc)
6,75 1,990 19,56
6,75 1,965 20,92
Rata – rata 1,973 20,24
7,00 1,988 18,86
7,00 1,996 18,54
Rata – rata 1,922 18,70
7,25 2,013 17,55
7,25 2,025 17,05
Rata – rata 2,019 17,30
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
102
Dari hasil perhitungan VIM pada table 4.29 nilai VIM untuk variasi
kadar subtitusi 50% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi, berdasarkan nilai
spesifikasi umum CPHMA, 2018 dengan nilai standard VIM minimum 4%-10%.
Tabel 4.30 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar subtitusi slag
nikel 75% dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VIM
Campuran
(gr/cc)
6,75 2,021 19,64
6,75 2,049 18,16
Rata – rata 2,031 18,90
7,00 2,078 16,60
7,00 2,011 19,29
Rata – rata 2,045 17,94
7,25 2,079 16,25
7,25 2,071 16,25
Rata – rata 2,075 16,40
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan VIM pada table 4.30 nilai VIM untuk variasi
kadar subtitusi 75% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi, berdasarkan nilai
spesifikasi umum CPHMA, 2018 dengan nilai standard VIM minimum 4%-10%.
Tabel 4.31 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar subtitusi slag
nikel 100% dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VIM
Campuran
(gr/cc)
6,75 2,209 11,61
6,75 1,950 21,97
Rata – rata 2,079 16,79
7,00 2,181 12,27
103
Lanjutan Tabel 4.32 Hasil analisa perhitungan VIM dengan jumlah kadar
subtitusi slag nikel 100% dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Berat volume
% Aspal terhadap
Benda uji % VIM
Campuran
(gr/cc)
7,00 2,113 15,02
Rata – rata 2,147 13,64
7,25 2,199 11,19
7,25 2,164 12,63
Rata – rata 2,181 11,91
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan VIM pada table 4.31 nilai VIM untuk variasi
kadar subtitusi 100% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi, berdasarkan nilai
spesifikasi umum CPHMA, 2018 dengan nilai standard VIM minimum 4%-10%.
biasnya akan naik berdasarkan naiknya kadar aspal sampai batas tertentu, yaitu
pada saat rongga telah penuh. Artinya rongga dalam campuran telah terisi penuh
oleh aspal, maka persen kadar aspal yang mengisi rongga adalah persen kadar
subtitusi slag nikel 0%, 25%, 50% 75% dan 100% slag dengan bahan peremaja
peremaja 2%
VFA = 100 x
104
VFA = 100 x
= 62,81 %
Untuk perhitungan selanjutnya nilai VFA dapat dilihat pada table berikut
Tabel 4.33 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 0%, dan kadar
modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Aspal V.M.A. V.I.M V.F.A
Terhadap Campuran% % % %
6,75 22,17 8,25 62,81
6,75 22,77 8,25 60,69
Rata – rata 22,47 8,60 61,75
7,00 21,79 6,73 69,12
7,00 23,22 8,44 63,64
Rata – rata 22,51 7,59 66,38
7,25 20,29 4,36 78,53
7,25 21,59 5,91 72,62
Rata – rata 20,94 5,13 75,57
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai VFA pada tabel 4.32 untuk kadar subtitusi
slag nikel 0% memenuhi nilai spesifikasi umum CPHMA, 2018 dengan nilai
Tabel 4.34 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 25%, dan kadar
modifier 2%, 2,5% dan 3 %.
Aspal V.M.A. V.I.M V.F.A
Terhadap Campuran% % % %
6,75 24,19 11,53 52,33
6,75 33,69 22,61 32,87
Rata – rata 28,94 17,07 42,60
7,00 24,42 10,89 55,63
7,00 25,31 11,89 53,03
Rata – rata 24,87 11,36 54,33
7,25 24,21 10,06 58,43
7,25 25,95 12,13 53,26
Tabel 4.35 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 25%, dan kadar
modifier 2%, 2,5% dan 3 %.
105
Aspal V.M.A. V.I.M V.F.A
Terhadap Campuran% % % %
Rata – rata 25,08 11,10 55,85
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai VFA pada tabel 4.33 untuk kadar subtitusi
slag nikel 25% nilai VFA tidak memenuhi nilai spesifikasi umum CPHMA
Tabel 4.36 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 50%, dan kadar
modifier 2%, 2,5% dan 3 %.
Aspal
V.M.A. V.I.M V.F.A
Terhadap
% % %
Campuran%
6,75 32,54 19,56 39,90
6,75 33,68 20,92 37,89
Rata – rata 33,11 20,24 38,89
7,00 32,77 18,86 42,45
7,00 32,50 18,54 42,97
Rata – rata 32,64 18,70 42,71
7,25 32,13 17,55 45,39
7,25 32,72 17,05 46,25
Rata – rata 31,93 17,30 45,25
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai VFA pada tabel 4.34 untuk kadar subtitusi
slag nikel 50% nilai VFA tidak memenuhi nilai spesifikasi umum CPHMA
106
Tabel 4.37 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 75 %, dan kadar
modifier 2%, 2,5% dan 3 %.
Aspal V.M.A. V.I.M V.F.A
Terhadap Campuran% % % %
6,75 33,15 19,64 40,78
6,75 31,93 18,16 43,12
Rata – rata 32,54 18,90 41,95
7,00 31,14 16,60 46,70
7,00 33,36 19,29 42,18
Rata – rata 32,25 17,94 44,44
7,25 31,31 16,25 48,11
7,25 31,56 16,25 47,56
Rata – rata 31,43 16,40 47,83
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai VFA pada tabel 4.35 untuk kadar subtitusi
slag nikel 75% nilai VFA tidak memenuhi nilai spesifikasi umum CPHMA
Tabel 4.38 Hasil Analisa perhitungan VFA dengan slag nikel 100 %, dan kadar
modifier 2%, 2,5% dan 3 %.
Aspal V.M.A. V.I.M V.F.A
Terhadap Campuran% % % %
6,75 26,41 11,61 56,05
6,75 35,04 21,97 37,29
Rata – rata 30,72 16,79 46,67
7,00 27,53 12,27 55,44
7,00 29,80 15,02 49,59
Rata – rata 28,67 13,64 52,52
7,25 27,13 11,19 58,75
7,25 28,31 12,63 55.38
Rata – rata 27,72 11,91 57,07
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai VFA pada tabel 4.36 untuk kadar subtitusi
slag nikel 100% nilai VFA tidak memenuhi nilai spesifikasi umum CPHMA
107
4.6.4 Stabilitas (Stability)
Nilai stabilitas benda uji diperoleh dari pembacaan arloji stabilitas pada
proving ring, dan masih harus dikoreksi dengan faktor koreksi yang dipengaruhi
Contoh perhitungan menggunakkan kadar slag nikel 0%, 25%, 50%, 75%
dan 100% dengan penggunaan Asbuton B 50/30 dan kadar modifier 2%, 2,5% dan
3%.
S = 484,56 kg
Tabel 4.39 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 0% dan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Kadar STABILITAS
Aspal Stabilitas
terhadap Kalibrasi prov. Koreksi
Pemb. Dial (Kg)
campuran Ring Volume
6,75 230 0,0208 101,19 484,56
6,75 270 0,0208 101,19 568,83
Rata-rata 526,69
7,00 330 0,0208 101,19 695,24
7,00 290 0,0208 101,19 610,96
Rata-rata 653,10
7,25 250 0,0208 101,19 526,69
7,25 290 0,0208 101,19 610,96
Rata-rata 568,83
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai Stabilitas pada tabel 4.37 didapatkan hasil
terbaik untuk kadar subtitusi slag nikel 0% memenuhi nilai standard spesifikasi
108
umum CPHMA nilai stabilitas terbaik diperoleh pada kadar modifier 2,5% yaitu
dengan nilai sebesar 635,10 kg, berdasarkan nilai spesifikasi CPHMA dengan
Tabel 4.40 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 25%
dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Kadar STABILITAS
Aspal Kalibrasi prov. Koreksi Stabilitas
terhadap Pemb. Dial
Ring Volume (Kg)
campuran
6,75 240 0,0208 101,19 505,63
6,75 235 0,0208 101,19 495,09
Rata-rata 500,36
7,00 270 0,0208 101,19 568,83
7,00 235 0,0208 101,19 495,09
Rata-rata 531,96
7,25 249 0,0208 101,19 524,59
7,25 230 0,0208 101,19 484,56
Rata-rata 504,57
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai Stabilitas pada tabel 4.38 didapatkan hasil
terbaik untuk kadar subtitusi slag nikel 25% memenuhi nilai standard spesifikasi
umum CPHMA nilai stabilitas terbaik diperoleh pada kadar modifier 2,5% yaitu
dengan nilai sebesar 531,96 kg berdasarkan nilai spesifikasi CPHMA dengan nilai
Tabel 4.41 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 50 %
dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Kadar STABILITAS
Aspal Kalibrasi prov. Koreksi Stabilitas
terhadap Pemb. Dial
Ring Volume (Kg)
campuran
6,75 210 0,0208 101,19 442,42
6,75 230 0,0208 101,19 484,56
Rata-rata 463,49
7,00 240 0,0208 101,19 505,63
7,00 220 0,0208 101,19 547,76
Rata-rata 526,69
7,25 260 0,0208 101,19 505,63
109
7,25 230 0,0208 101,19 484,56
Rata-rata 495,09
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai Stabilitas pada tabel 4.39 didapatkan hasil
untuk kadar subtitusi slag nikel 50% untuk kadar modifier 2% dan 3% tidak
diperoleh pada kadar modifier 2,5% yaitu dengan nilai sebesar 526,69 kg,
berdasarkan nilai spesifikasi CPHMA dengan nilai standar stabilias minimum 500
kg.
Tabel 4.42 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 75 %
dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Kadar STABILITAS
Aspal Kalibrasi prov. Koreksi Stabilitas
terhadap Pemb. Dial
Ring Volume (Kg)
campuran
6,75 210 0,0208 101,19 442,42
6,75 220 0,0208 101,19 463,49
Rata-rata 452,49
7,00 200 0,0208 101,19 421,36
7,00 240 0,0208 101,19 505,63
Rata-rata 463,49
7,25 200 0,0208 101,19 421,36
7,25 210 0,0208 101,19 442,42
Rata-rata 431,89
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai Stabilitas pada tabel 4.40 didapatkan hasil
untuk kadar subtitusi slag nikel 75 % pada kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
110
Tabel 4.43 Hasil Analisis perhitungan stabilitas kadar subtitusi slag nikel 100%
dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Kadar STABILITAS
Aspal Kalibrasi prov. Koreksi Stabilitas
terhadap Pemb. Dial
Ring Volume (Kg)
campuran
6,75 220 0,0208 101,19 463,49
6,75 220 0,0208 101,19 463,49
Rata-rata 463,49
7,00 180 0,0208 101,19 379,22
7,00 190 0,0208 101,19 400,29
Rata-rata 389,75
7,25 180 0,0208 101,19 379,22
7,25 190 0,0208 101,19 400,29
Rata-rata 389,75
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan nilai Stabilitas pada tabel 4.41 didapatkan hasil
untuk kadar subtitusi slag nikel 100 % pada kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan akibat beban yang diterimanya.
Seperti halnya cara memperoleh nilai stabilitas, nilai flow merupakan nilai dari
variasi kadar subtitusi slag nikel 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dan bahan
peremaja/modifier 2%, 2,5% dan 3% dapat dilihat pada tabel berikut ini.
111
Tabel 4.44 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 0% dan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Aspal Flow
Terhadap Campuran (mm)
%
6,75 4,5
6,75 4,7
Rata – rata 4,6
7,00 4,4
7,00 3,7
Rata – rata 4,1
7,25 5,0
7,25 6,7
Rata – rata 5,9
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan flow pada tabel 4.42 untuk kadar subtitusi slag
nikel 0% nilai flow yang didapatkan telah mencapai spesifikasi yang sesuai
Tabel 4.45 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 25% dan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Aspal Flow
Terhadap Campuran (mm)
%
6,75 6,5
6,75 6,6
Rata – rata 6,6
7,00 6,3
7,00 6,4
Rata – rata 6,4
7,25 6,5
7,25 6,5
Rata – rata 6,5
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
112
Dari hasil perhitungan flow pada tabel 4.43 untuk kadar subtitusi slag
nikel 25% nilai flow yang didapatkan tidak memenuhi spesifikasi yang sesuai
dengan CPHMA yaitu nilai yang didapatkan menunjukan bahwa kadar subtitusi
25% slag nikel tidak mampu menahan besarnya deformasi beban yang diterima,
Tabel 4.46 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 50% dan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Aspal Flow
Terhadap Campuran (mm)
%
6,75 6,3
6,75 6,5
Rata – rata 6,4
7,00 6,3
7,00 6,6
Rata – rata 6,5
7,25 6,6
7,25 6,5
Rata – rata 6,6
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan flow pada tabel 4.44 untuk kadar subtitusi slag
nikel 50% nilai flow yang didapatkan tidak memenuhi spesifikasi yang sesuai
dengan CPHMA yaitu nilai yang didapatkan menunjukan bahwa kadar subtitusi
50% slag nikel tidak mampu menahan besarnya deformasi beban yang diterima,
Tabel 4.47 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 75% dan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Aspal Flow
Terhadap Campuran (mm)
%
6,75 6,6
6,75 6,5
Rata – rata 6,6
113
7,00 6,3
7,00 6,5
Rata – rata 6,4
7,25 6,4
7,25 6,5
Rata – rata 6,5
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan flow pada tabel 4.45 untuk kadar subtitusi slag
nikel 75% nilai flow yang didapatkan tidak memenuhi spesifikasi yang sesuai
dengan CPHMA yaitu nilai yang didapatkan menunjukan bahwa kadar subtitusi
75% slag nikel tidak mampu menahan besarnya deformasi beban yang diterima,
Tabel 4.48 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag nikel 100 % dan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Aspal Flow
Terhadap Campuran (mm)
%
6,75 6,7
6,75 6,7
Rata – rata 6,7
7,00 6,4
7,00 6,6
Rata – rata 6,5
Tabel Lanjutan Tabel 4.49 Nilai Pembacaan arloji flow pada kadar subtitusi slag
nikel 100 % dan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Aspal Flow
Terhadap Campuran (mm)
%
7,25 6,5
7,25 6,3
Rata – rata 6,4
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasil perhitungan flow pada tabel 4.46 untuk kadar subtitusi slag
nikel 100% nilai flow yang didapatkan tidak memenuhi spesifikasi yang sesuai
114
dengan CPHMA yaitu nilai yang didapatkan menunjukan bahwa kadar subtitusi
100% slag nikel tidak mampu menahan besarnya deformasi beban yang diterima,
campuran.
50%, 75% dan 100% dengan Asbuton B 50/30, dan peremaja 2%, 2,5% dan 3 %.
MQ =
MQ =
= 107,68 kg/mm
Tabel 4.50 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 0% slag nikel
Aspal
Stabilitas Flow Marshall
Terhadap Campuran
(Kg) (mm) Quotient
%
(Kg/mm)
6,75 484,56 4,5 107,68
6,75 568,83 4,7 121,03
Rata – rata 526,69 4,6 114,4
7,00 695,24 4,4 158,01
7,00 610,96 3,7 161,13
Rata – rata 653,10 4,1 161,6
7,25 526,69 5,0 105,34
7,25 610,96 6,7 91,19
Rata – rata 568,83 5,9 98,3
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasi perhitungan marshall quotient pada tabel 4.47 untuk variasi
kadar subtitusi 0% slag nikel. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA
115
tidak ada untuk spesifikasi khusus 2018 sehingga dapat dikatakan semua nilai
MQ memenuhi.
Tabel 4.51 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 25 % slag nikel
Aspal
Stabilitas Flow Marshall
Terhadap Campuran
(Kg) (mm) Quotient
%
(Kg/mm)
6,75 505,63 6,5 77,79
6,75 495,09 6,6 75,01
Rata – rata 500,36 6,6 76,40
7,00 568,83 6,3 90,29
7,00 495,09 6,4 77,36
Rata – rata 531,96 6,4 83,82
7,25 524,59 6,5 80,71
7,25 484,56 6,5 74,55
Rata – rata 504,57 6,5 77,63
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasi perhitungan marshall quotient pada tabel 4.48 untuk variasi
kadar subtitusi 25 % slag nikel. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA
tidak ada untuk spesifikasi khusus 2018 sehingga dapat dikatakan semua nilai
MQ memenuhi.
Tabel 4.52 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 50% slag nikel
Aspal
Stabilitas Flow Marshall
Terhadap Campuran
(Kg) (mm) Quotient
%
(Kg/mm)
6,75 442,42 6,3 70,23
6,75 484,56 6,5 74,55
Rata – rata 463,49 6,4 72,39
7,00 505,63 6,3 80,26
7,00 547,69 6,6 82,99
Rata – rata 526,69 6,5 81,63
7,25 505,63 6,6 76,61
7,25 484,56 6,5 74,55
Rata – rata 495,09 6,6 75,58
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
116
Dari hasi perhitungan marshall quotient pada tabel 4.49 untuk variasi
kadar subtitusi 50 % slag nikel. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA
tidak ada untuk spesifikasi khusus 2018 sehingga dapat dikatakan semua nilai
MQ memenuhi.
Tabel 4.53 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 75 % slag nikel
Aspal
Stabilitas Flow Marshall
Terhadap Campuran
(Kg) (mm) Quotient
%
(Kg/mm)
6,75 442,42 6,6 67,03
6,75 463,49 6,5 71,31
Rata – rata 452,96 6,6 69,2
7,00 421,36 6,3 66,88
7,00 505,63 6,5 77,79
Rata – rata 463,49 6,4 72,3
7,25 421,36 6,4 65,84
7,25 442,42 6,5 68,07
Rata – rata 431,89 6,5 67,0
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasi perhitungan marshall quotient pada tabel 4.50 untuk variasi
kadar subtitusi 75 % slag nikel. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA
tidak ada untuk spesifikasi khusus 2018 sehingga dapat dikatakan semua nilai
MQ memenuhi.
117
Tabel 4.54 Hasil perhitungan MQ pada variasi kadar subtitusi 100 % slag nikel
Aspal
Stabilitas Flow Marshall
Terhadap Campuran
(Kg) (mm) Quotient
%
(Kg/mm)
6,75 379,22 6,7 56,60
6,75 400,29 6,7 59,74
Rata – rata 389,75 6,7 58,2
7,00 463,49 6,4 72,42
7,00 463,49 6,6 70,23
Rata – rata 463,49 6,5 71,3
7,25 379,22 6,5 58,34
7,25 400,29 6,3 63,54
Rata – rata 389,75 6,4 60,9
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari hasi perhitungan marshall quotient pada tabel 4.51 untuk variasi
kadar subtitusi 100 % slag nikel. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA
tidak ada untuk spesifikasi khusus 2018 sehingga dapat dikatakan semua nilai
MQ memenuhi.
variasi subtitusi slag nikel dan penggunaan Asbuton B 50/30 dengan bahan
peremaja yang digunakan dapat digambarkan grafik hubungan antara VMA, VIM,
VFB, Stabilitas, dan Flow dengan kadar bahan peremaja pada setiap variasi
118
4.7.1 Grafik Pengujian Marshall Pada Kadar Subtitusi Slag Nikel 0 %
Tabel 4.55 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 0% slag nikel
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Parameter Kadar Modifier (%)
Spesifikasi CPHMA
Marshall 2% 2,5 % 3%
1400 STABILITAS
1300
1200 y = -421,36x2 + 2148,9x - 2085,7
Stabilitas ( Kg)
1100
1000
900
800
700
600
500
400
300
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.1 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 0%,
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
campuran benda uji dengan kadar subtitusi 0% slag nikel bersifat fleksibel dapat
526,69 kg, kemudian dengan adanya penambahan bahan peremaja sebanyak 2,5%
119
nilai stabilitas meningkat mencapai 653,10 kg dengan adanya penambahan kadar
semakin tinggi, karena sudah tidak efektif lagi. Kadar bahan peremaja yang terlalu
tinggi tidak dapat membuat bahan peremaja menyelimuti dan mengikat agregat
dengan baik. Nilai stabilitas yang didapat pada kadar subtitusi 0% slag nikel
sebagai subtitusi agregat halus telah memenuhi spesifikasi umum CPHMA yaitu
mampu menahan deformasi akibat beban lalu lintas minimum 500 kg.
FLOW
9,00
8,00
7,00
Flow ( mm)
6,00
y = 4,7x2 - 22,25x + 30,3
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier(%)
Gambar 4.2 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 0%, dengan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi 0% slag nikel dijelaskan bahwa
semakin tinggi kadar presentase modifier yang digunakan maka nilai flow akan
semakin meningkat dapat dilihat pada kadar modifire 2% diperoleh nilai flow 4,6
flow 4,1 mm dengan adanya penambahan kadar modifier nilai flow meningkat
menjadi 5,8 mm. Untuk variasi kadar subtitusi 0% slag nikel yang memenuhi
120
spesifikasi umum CPHMA terdapat pada kadar modifier 2% dan 2,5% nilai yang
MARSHALL QUOTIENT
180
170
160
150
140
Flow ( mm)
130
120
110
100
90 y = -242,41x2 + 1185,3x - 1286,5
80
70
60
50
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier (%)
Gambar 4.3 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag nikel
0%, dengan kadar modifier 2%, 2,5 % dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi slag nikel 0%, menjelaskan bahwa
semakin menurun. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA tidak ada
memenuhi.
121
VMA
30
y = -3,1985x2 + 14,463x + 6,3375
27
24
VMA (%) 21
18
15
12
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier(%)
Gambar 4.4 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel 0% dengan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 0% slag nikel dijelaskan
modifier dapat dilihat pada persentase kadar modifier 3% nilai VMA mengalami
penurunan namun semua masih berada di atas nilai minimum untuk spesifikasi
CPHMA sehingga dapat di katakan bahwa untuk variasi kadar subtitusi 0% slag
nikel rongga yang terisi aspal pada sampel memenuhi spesifikasi umum CPHMA
122
VFA
80
77
74
71
VFA (%) 68
65
62
59
56 y = 9,1212x2 - 31,781x + 88,827
53
50
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier (%)
Gambar 4.5 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 0% Variasi
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi slag nikel 0% nilai VFA
memenuhi spesifikasi VFA atau rongga terisi aspal nilai VFA yang didapatkan
menujukan bahwa rongga bitumen yang terisi oleh aspal memenuhi spesifikasi
VIM
17
16
15
14
13 y = -2,8779x2 + 10,925x - 1,7412
12
VIM (%)
11
10
9
8
7
6
5
4
3
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier(%)
Gambar 4.6 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 0%,
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
123
Dari grafik diatas dapat menjelaskan bahwa peningkatan kadar aspal
menyebabkan nilai VIM atau rongga didalam campuran semakin menurun untuk
nilai VIM yang diperoleh pada kadar variasi subtitusi 0% slag nikel memenuhi
spesifikasi CPHMA. Syarat untuk nilai VIM pada campuran CPHMA yaitu antara
4% - 10%, Nilai VIM yang didapatkan menunjukan bahwa udara yang berada
pada partikel agregat yang telah terselimuti aspal pada campuran yang telah
Stabilitas (Kg)
Flow (mm)
MQ (Kg/mm)
VMA (%)
VFWA (%)
VITM (%)
Dari barchart di atas didapat bahwa kadar bahan peremaja optimum pada
124
4.7.2 Grafik Pengujian Marshall Pada Kadar Subtitusi Slag Nikel 25 %
Tabel 4.56 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 25 % slag
nikel dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Parameter Kadar Modifier (%)
Spesifikasi CPHMA
Marshall 2% 2,5 % 3%
STABILITAS
1400
1300 y = -117,98x2 + 594,11x - 215,94
1200
1100
Stabilitas ( Kg)
1000
900
800
700
600
500
400
300
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifirer(%)
Gambar 4.8 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 25%,
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
campuran benda uji dengan kadar subtitusi 25% slag nikel bersifat fleksibel dapat
125
dilihat nilai stabilitas mengalami penurunan pada kadar peremaja 2% nilai
secara perlahan yaitu 504,57 kg. Penambahan kadar bahan peremaja tidak
menyebabkan nilai stabilitas semakin tinggi, karena sudah tidak efektif lagi.
Kadar bahan peremaja yang terlalu tinggi tidak dapat membuat bahan peremaja
menyelimuti dan mengikat agregat dengan baik. Nilai stabilitas yang didapat
pada kadar subtitusi 25% slag nikel sebagai subtitusi agregat halus telah
9,00 FLOW
8,00
7,00 y = 0,7x2 - 3,55x + 10,85
Flow ( mm)
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier(%)
Gambar 4.9 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 25%,dengan
kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi 25% slag nikel dijelaskan bahwa
semakin tinggi kadar presentase modifier yang digunakan maka nilai flow akan
semakin meningkat dapat dilihat pada kadar modifire 2% diperoleh nilai flow 6,55
menjadi 6,50 mm. Untuk variasi kadar subtitusi 25% slag nikel menunjukan
bahwa variasi ini tidak mampu menahan besarnya deformasi beban yang diterima
110
100
90
80
70
60
50
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier (%)
Gambar 4.10 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag
nikel 25%, dengan kadar modifier 2%, 2,5 % dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi slag nikel 25%, menjelaskan
bahwa peningkatan kadar bahan modifier terdapat pada kadar 2% dan 2,5%
semakin menurun. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA tidak ada
memenuhi.
127
VMA
33
30
VMA (%)
27
24
y = 8,5688x2 - 46,703x + 88,071
21
18
15
12
1,75 2 2,25 2,5
Kadar Modifire 2,75
(%) 3 3,25
Gambar 4.11 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel
25%dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 25% slag nikel dijelaskan
modifier dapat dilihat pada persentase kadar modifier 3% nilai VMA mengalami
penurunan namun semua masih berada di atas nilai minimum untuk spesifikasi
CPHMA sehingga dapat di katakan bahwa untuk variasi kadar subtitusi 25% slag
nikel rongga yang terisi aspal pada sampel memenuhi spesifikasi umum CPHMA
69
VFA
y = -20,415x2 + 115,32x - 106,39
66
63
60
57
VFA (%)
54
51
48
45
42
39
36
33
30
1,75 2 2,25 2,5 2,75
Kadar Modifire(%) 3 3,25
Gambar 4.12 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 25 %
dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
128
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi slag nikel 25 % dapat
spesifikasi VFA atau rongga terisi aspal. Penambahan slag nikel mengakibatkan
rongga terisi aspal semakin menurun. Sehingga nilai VFA yang didapatkan
menujukan bahwa rongga bitumen yang terisi oleh aspal tidak mencapai
28
VIM
27
26 y = 10,884x2 - 60,399x + 94,335
25
24
23
22
21
20
19
18
VIM (%)
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.13 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 25
%, dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 25% slag nikel
kadar subtitusi 25% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi CPHMA. Syarat untuk
nilai VIM pada campuran CPHMA yaitu antara 4% - 10%. Penambahan slag nikel
pada campuran dapat mengakibatkan udara yang berada pada partikel ageregat
yang terselimuti aspal semakin meningkat. Nilai VIM yang didapatkan untuk
variasi kadar subtitusi 25% slag nikel menunjukan bahwa udara yang berada pada
partikel agregat yang telah terselimuti aspal pada campuran yang telah dipadatkan
Dari barchart di atas didapat bahwa tidak diperoleh nilai kadar bahan
Tabel 4.57 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 50 % slag
nikel dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Parameter Kadar Modifier (%)
Spesifikasi CPHMA
Marshall 2% 2,5 % 3%
Stabilitas (kg) 463,49 526,69 495,09 > 500
130
STABILITAS
1400
1300
1200 y = -189,61x2 + 979,65x - 737,37
1100
Stabilitas ( Kg)
1000
900
800
700
600
500
400
300
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.15 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 50%
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
campuran benda uji dengan kadar subtitusi 50 % slag nikel mengalami penurunan
kadar peremaja sebanyak 2,5% nilai stabilitas meningkat mencapai 526,69 kg dan
pada kadar modifier 3% nilai stabilitas menurun menjadi 495,09 kg. Penambahan
kadar bahan peremaja tidak menyebabkan nilai stabilitas semakin tinggi, karena
sudah tidak efektif lagi. Kadar bahan peremaja yang terlalu tinggi tidak dapat
membuat bahan peremaja menyelimuti dan mengikat agregat dengan baik. Nilai
stabilitas yang didapat pada kadar subtitusi slag nikel 50% sebagai subtitusi
agregat halus yang sesuai dengan spesifikasi terdapat pada kadar peremaja 2,5%
namun masih sangat rendah sesuai dengan spesifikasi CPHMA yaitu mampu
131
FLOW
9,00
8,00 y = 0,1x2 - 0,35x + 6,7
7,00
Flow ( mm)
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier (%)
Gambar 4.16 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 50 %
,dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi 50% slag nikel dijelaskan bahwa
semakin tinggi kadar presentase modifier yang digunakan maka nilai flow akan
semakin meningkat dapat dilihat pada kadar modifire 2% diperoleh nilai flow 6,40
mm kemudian pada kadar modofire 2,5% diperoleh nilai flow 6,45 mm dengan
adanya penambahan kadar modifier nilai flow meningkat menjadi 6,55 mm. Untuk
variasi kadar subtitusi 50% slag nikel menunjukan bahwa variasi ini tidak mampu
spesifikasi umum CPHMA berdasarkan spesifikasi umum CPHMA nilai flow 2-5
mm.
132
200 MARSHALL QUOTIENT
190
180
170
160 y = -30,574x2 + 156,06x - 117,44
Flow ( mm) 150
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier (%)
Gambar 4.17 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag
nikel 50 %, dengan kadar modifire 2%, 2,5 % dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi slag nikel 50%, menjelaskan
bahwa peningkatan kadar modifier terdapat pada kadar 2% kemudian pada kadar
kembali mengalami penurunan pada kadar modifier 3%. Syarat untuk nilai MQ
pada campuran CPHMA tidak ada untuk spesifikasi umum 2018 sehingga dapat
40 VMA
37
34
31
VMA (%)
28
25 y = -0,4881x2 + 1,2607x + 32,537
22
19
16
13
10
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.18 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel 50%
dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
133
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 50% slag nikel dijelaskan
modifier dapat dilihat pada persentase kadar modifier 3% nilai VMA mengalami
penurunan namun semua masih berada di atas nilai minimum untuk spesifikasi
CPHMA sehingga dapat di katakan bahwa untuk variasi kadar subtitusi 50% slag
nikel rongga yang terisi aspal pada sampel memenuhi spesifikasi umum CPHMA
VFA
63
60
57
54
VFA (%)
Gambar 4.19 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 50 %
Variasi dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi slag nikel 50% dapat
menjelaskan bahwa variasi kadar subtitusi slag nikel 50% tidak memenuhi
spesifikasi VFA atau rongga terisi aspal. Penambahan slag nikel mengakibatkan
rongga terisi aspal semakin menurun. Sehingga nilai VFA yang didapatkan
menujukan bahwa rongga bitumen yang terisi oleh aspal tidak mencapai
134
VIM
22
21
20
19
18
17
16
15
VIM (%)
14
13 y = 0,2678x2 - 4,2759x + 27,716
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.20 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 50
%, dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 50% slag nikel
kadar subtitusi 50% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi CPHMA. Syarat untuk
nilai VIM pada campuran CPHMA yaitu antara 4% - 10%. Penambahan slag nikel
pada campuran dapat mengakibatkan udara yang berada pada partikel ageregat
yang terselimuti aspal semakin meningkat. Nilai VIM yang didapatkan untuk
variasi kadar subtitusi 50% slag nikel menunjukan bahwa udara yang berada pada
partikel agregat yang telah terselimuti aspal pada campuran yang telah dipadatkan
135
Stabilitas
Flow (mm)
MQ (Kg/mm)
VMA (%)
VFWA (%)
VITM (%)
Dari barchart di atas dapat dilihat bahwa tidak diperolah kadar modifire
optimum untuk variasi kadar subtitusi 50% slag nikel dikarenakan nilai VFA dan
Tabel 4.58 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 75 % slag
nikel dengan kadar Modifier2%, 2,5% dan 3%.
Parameter Kadar Modifier (%) Spesifikasi
Marshall 2% 2,5 % 3% CPHMA
Gambar 4.22 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 75 %
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
campuran benda uji dengan kadar subtitusi 75 % slag nikel dan kadar modifier
spesifikasi umum CPHMA yaitu mampu menahan deformasi akibat beban lalu
9,00
FLOW
8,00
y = 0,4x2 - 2,1x + 9,15
7,00
Flow ( mm)
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier(%)
Gambar 4.23 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 75 %,
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
137
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi 75% slag nikel dijelaskan bahwa
semakin tinggi kadar presentase modifier yang digunakan maka nilai flow bersifat
fleksibel dapat dilihat pada kadar modifire 2% diperoleh nilai flow 6,55 mm
kemudian pada kadar modofire 2,5% diperoleh nilai flow 6,40 mm dengan adanya
penambahan kadar modifier nilai flow meningkat menjadi 6,45 mm. Untuk variasi
kadar subtitusi 50% slag nikel menunjukan bahwa variasi ini tidak mampu
spesifikasi umum CPHMA berdasarkan spesifikasi umum CPHMA nilai flow 2-5
mm
80
70
y = -17,099x2 + 83,276x - 28,986
60
50
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.24 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag
nikel 75 %, dengan kadar modifier 2%, 2,5 % dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi slag nikel 75%, menjelaskan
bahwa peningkatan kadar bahan peremaja terdapat pada kadar 2,5% kemudian
semakin menurun. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA tidak ada
memenuhi.
138
VMA
35
32
29 y = -1,0495x2 + 4,14x + 28,46
VMA (%) 26
23
20
17
14
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.25 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel 75 %
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 75% slag nikel dijelaskan
modifier dapat dilihat pada persentase kadar modifier 3% nilai VMA mengalami
penurunan namun semua masih berada di atas nilai minimum untuk spesifikasi
CPHMA sehingga dapat di katakan bahwa untuk variasi kadar subtitusi 75% slag
nikel rongga yang terisi aspal pada sampel memenuhi spesifikasi umum CPHMA
VFA
69
66
63
60
57
VFA (%)
139
Gambar 4.26 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 75 %
Variasi dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi slag nikel 75% dapat
menjelaskan bahwa variasi kadar subtitusi slag nikel 75% tidak memenuhi
spesifikasi VFA atau rongga terisi aspal. Penambahan slag nikel mengakibatkan
rongga terisi aspal semakin menurun. Sehingga nilai VFA yang didapatkan
menujukan bahwa rongga bitumen yang terisi oleh aspal tidak mencapai
VIM
20
19
18
17
16
15 y = -1,182x2 + 3,4091x + 16,809
14
13
VIM (%)
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.27 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 75
%, dengan kadar peremaja 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 75% slag nikel
kadar subtitusi 75% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi CPHMA. Syarat untuk
nilai VIM pada campuran CPHMA yaitu antara 4% - 10%. Penambahan slag nikel
pada campuran dapat mengakibatkan udara yang berada pada partikel ageregat
140
yang terselimuti aspal semakin meningkat. Nilai VIM yang didapatkan untuk
variasi kadar subtitusi 75% slag nikel menunjukan bahwa udara yang berada pada
partikel agregat yang telah terselimuti aspal pada campuran yang telah dipadatkan
Stabilitas
Flow (mm)
MQ (Kg/mm)
VMA (%)
VFWA (%)
VITM (%)
Dari barchart di atas dapat dilihat bahwa tidak diperolah kadar modifire
4.7.5 Grafik Pengujian Marshall Pada Kadar Subtitusi Slag Nikel 100 %
Tabel 4.56 Rekapitulasi hasil pengujian pada variasi kadar subtitusi 100 % slag
nikel dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
Parameter Kadar Modifier (%) Spesifikasi
Marshall 2% 2,5 % 3% CPHMA
141
VMA (%) 30,724 28,67 27,72 > 16
1400
STABILITAS
1300
1200
1100
Stabilitas ( Kg)
1000
900
800 y = -294,95x2 + 1474,7x - 1379,9
700
600
500
400
300
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.29 Hubungan antara stabilitas dengan kadar subtitusi slag nikel 100%
dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik di atas dapat menjelaskan bahwa nilai stabilitas pada campuran
benda uji dengan kadar subtitusi 100 % slag nikel dan kadar bahan peremaja 2%,
didapat pada kadar subtitusi slag nikel 100 % sebagai subtitusi agregat halus yang
tidak dengan spesifikasi CPHMA yaitu mampu menahan deformasi akibat beban
142
09 FLOW
08 y = 0,2x2 - 1,3x + 8,5
07
Flow ( mm)
06
05
04
03
02
01
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Bahan Peremaja(%)
Gambar 4.30 Hubungan antara flow dengan kadar subtitusi slag nikel 100 %,
dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi 100% slag nikel dijelaskan bahwa
semakin tinggi kadar presentase modifier yang digunakan maka nilai flow akan
semakin meningkat dapat dilihat pada kadar modifire 2% diperoleh nilai flow 6,7
mm kemudian pada kadar modofire 2,5% diperoleh nilai flow 6,5 mm dengan
adanya penambahan kadar modifier nilai flow meningkat menjadi 6,4 mm. Untuk
variasi kadar subtitusi 100% slag nikel menunjukan bahwa variasi ini tidak
143
150 MARSHALL QUOTIENT
140
130 y = -47,069x2 + 238,11x - 229,78
120
Flow ( mm)
110
100
90
80
70
60
50
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier (%)
Gambar 4.31 Hubungan antara Marshall Quotient dengan kadar subtitusi slag
nikel 100 %, dengan kadar modifire 2%, 2,5 % dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk kadar subtitusi slag nikel 100 %, menjelaskan
bahwa peningkatan kadar bahan peremaja terdapat pada kadar 2% kemudian pada
semakin menurun. Syarat untuk nilai MQ pada campuran CPHMA tidak ada
memenuhi.
VMA
33
30
27
VMA (%)
Gambar 4.32 Hubungan antara VMA dengan kadar subtitusi slag nikel 100 %
dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
144
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 100% slag nikel dijelaskan
modifier dapat dilihat pada persentase kadar modifier 3% nilai VMA mengalami
penurunan namun semua masih berada di atas nilai minimum untuk spesifikasi
CPHMA sehingga dapat di katakan bahwa untuk variasi kadar subtitusi 100% slag
nikel rongga yang terisi aspal pada sampel memenuhi spesifikasi umum CPHMA
69
VFA
66
63 y = -2,5929x2 + 23,361x + 10,32
60
57
VFA (%)
54
51
48
45
42
39
36
33
30
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.33 Hubungan antara VFA dengan kadar subtitusi slag nikel 100 %
Variasi dengan kadar modifier 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi slag nikel 75% dapat
menjelaskan bahwa variasi kadar subtitusi slag nikel 75% tidak memenuhi
spesifikasi VFA atau rongga terisi aspal. Penambahan slag nikel mengakibatkan
rongga terisi aspal semakin menurun. Sehingga nilai VFA yang didapatkan
menujukan bahwa rongga bitumen yang terisi oleh aspal tidak mencapai
145
VIM
17
16
15
14
13
VIM (%) 12
11
10
9 y = 2,8199x2 - 18,979x + 43,469
8
7
6
5
4
3
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifire(%)
Gambar 4.34 Hubungan antara VIM dengan variasi kadar subtitusi slag nikel 100
%, dengan kadar modifire 2%, 2,5% dan 3%.
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022
Dari grafik diatas untuk variasi kadar subtitusi 75% slag nikel menjelaskan
bahwa peningkatan kadar modifier menyebabkan nilai VIM atau rongga didalam
75% slag nikel tidak memenuhi spesifikasi CPHMA. Syarat untuk nilai VIM pada
campuran CPHMA yaitu antara 4% - 10%. Penambahan slag nikel pada campuran
dapat mengakibatkan udara yang berada pada partikel ageregat yang terselimuti
aspal semakin meningkat. Nilai VIM yang didapatkan untuk variasi kadar
subtitusi 75% slag nikel menunjukan bahwa udara yang berada pada partikel
agregat yang telah terselimuti aspal pada campuran yang telah dipadatkan tidak
146
Stabilitas (Kg)
Flow (mm)
MQ (Kg/mm)
VMA (%)
VFWA (%)
VITM (%)
Dari barchart di atas dapat dilihat bahwa tidak diperolah kadar modifire
nilai karakteristik pengujian marshall pada setiap variasi kadar subtitusi agregat
Stabilitas
700,00
0% slag
600,00
25% Slag
Stabilitas
500,00
50% slag
400,00
75% slag
300,00
100% slag
200,00
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25
Kadar Modifier %
Gambar 4.36 Grafik rekapitulasi hubungan antar stabilitas dengan kadar modifier
(Sumber : Analisa Data Laboratorium, 2022)
147
Berdasarkan gambar 4.36 dapat dijelaskan bahwa dari kelima variasi
CPHMA, semakin banyak penggunaan kadar subtitusi slag nikel yang digunakan
maka nilai stabilitas akan semakin menurun. Selain itu penambahan kadar
500kg
Flow
8,00 0% Slag
6,00 25% Slag
Flow
Gambar 4.37 Grafik rekapitulasi hubungan antar flow dengan kadar modifier
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
agregat halus dapat mempengaruhi nilai flow atau kelelehan, semakin banyak
komposisi kadar subtitusi slag nikel yang digunakan maka nilai flow akan
semakin meningkat, nilai flow yang semakin tinggi akan membuat komposisi
bentuk apabila menerima beban, dari kelima variaisi kadar subtitusi slag nikel
nilai flow yang didapatkan memenuhi spesifikasi umum CPHMA terdapat pada
148
variasi 0% slag nikel sedangkan untuk variasi 25%, 50%, 75% dan 100% nilai
MQ
200,00
0% Slag
150,00
25% Slag
MQ
Gambar 4.38 Grafik rekapitulasi hubungan antar Marshall Quotient dengan kadar
modifier
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
agregat halus dapat mempengaruhi nilai marshall quotient, semakin banyak kadar
subtitusi slag nikel yang digunakan makan nilai marshal quotient semakin
menurun, begitu juga dengan penambahan kadar modifier yang semakin banyak
ketetapan spesifikasi untuk nilai marshall quotient sehingga dapat dikatakan dari
kelima variasi kadar subtitusi yang digunakan semua memenuhi spesifikasi umum
CPHMA.
149
VMA
40,00
0% Slag
30,00 25% Slag
VMA
20,00 50% Slag
Gambar 4.39 Grafik rekapitulasi hubungan antar VMA dengan kadar modifier
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
agregat halus mempengaruhi nilai VMA atau rongga dalam agregat pada
campuran CPHMA, semakin banyak kadar subtitusi slag nikel yang digunakan
makan nilai VMA pada campuran akan semakin menurun. Penurunan nilai VMA
VFA
90,00
70,00
0% Slag
VFA
Gambar 4.40 Grafik rekapitulasi hubungan antar VFA dengan kadar modifier
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
agregat halus mempengaruhi nilai VFA atau rongga terisi aspal penambahan
150
kadar subtitusi slag nikel dapat menurunkan nilai VFA pada campuran CPHMA.
VIM
25,00
20,00
0% Slag
15,00
VIM
25% Slag
10,00
50% Slag
5,00
0,00 75% Slag
1,75 2 2,25 2,5 2,75 3 3,25 100% Slag
Kadar Modifier %
Gambar 4.41 Grafik rekapitulasi hubungan antar VIM dengan kadar modifier
(Sumber : Analisa Data Laboratorium,2022)
halus mempengaruhi nilai VIM atau rongga dalam campuran semakin banyak
kadar subtitusi slag yang digunakan maka nilai VIM akan semakin meningkat dan
151
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
penambahan slag nikel 0%, 25%, 50% ,75% dan 100% pada campuran
nilai Stabilitas min 500 kg, flow 2-5 mm, VMA (Rongga Dalam Agregat)
campuran aspal panas hampar dingin dengan variasi penggunaan slag nikel
(526 kg, 653,10 kg, 568,83 kg), nilai flow diperoleh nilai ( 4,6 mm, 4,5
nilai VIM diperoleh (8,6%, 7,59%, 5,13%), nilai VFA diperoleh (61,75%,
yang diperoleh. Pada variasi 25%, 50%, 75% dan 100% setelah dilakukan
152
Spesifikasi Umum CPHMA (Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran
14, 15, 16, 17). Jika penggunaan kadar slag nikel sedikit maka akan
penambahan kadar subtitusu slag nilai VIM (Rongga Terisi Udara) dan
pada kadar 0% slag nikel. Penambahan kadar subtitusi slag nikel pada
menurun sehingga pada kadar subtitusi 25%, 50%, 75% dan 100% slag
nikel nilai VIM dan VFA tidak memenuhi spesifikasi CPHMA sehingga
tidak didapatkan kadar modifier optimum pada variasai tersebut. Hal ini
dengan agregat normal dimana permukaan slag nikel lebih halus dan licin.
5.2 Saran
dengan komposisi campuran hot mix yang memiliki kelekatan yang baik
dari pada campuran cphma apabila tidak dilakukan secara hati-hati benda
153
uji bisa dengan mudah tidak rata sehingga berpengaruh pada penggujian
kadar subtitusi slag nikel dimana variasi subtitusi yang digunakan dibawah
50%.
Oleo lebih ditingkatkan lagi, misalnya alat untuk menguji berat jenis
mineral aspal buton , sehingga tidak perlu lagi ada pengujian yang tidak
154
DAFTAR PUSTAKA
Bina Marga. 2018. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Divisi VI
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Mektek/article/view/558.
Guslan Pangki et al. (2021) , Pemanfaatan bunker oil dan aspal minyak
Gusty, S., Erniati and Yosis (2021) . The effect of using asbuton with used
waste diesel oil on the stability of the porus asphalt mix with hot mix
155
Engineering, 1088(1), p. 012095. doi: 10.1088/1757-
899x/1088/1/012095.
Jalan
Bandung : Nova
Ressang, V., Ngii, E. and Nasrul, N. (2020) . Pengaruh Penggunaan Filler Slag
Nikel Feni Iii Pada Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course
Availableat:http://ojs.uho.ac.id/index.php/stabilita_jtsuho/article/view/13
682.
Zebua, Cove. (2015, 26 Juli). Aspal buton, harta karun terpendam di bumi
ezebua/55b496bf917a614f1d8ea6ce/aspal-but onharta-karun-terpendam
di-bumi-indonesia.
157
LAMPIRAN
158
Lampiran 1
Pemeriksaan Rata-
PARAMETER
rata
I II
A. Berat Container (gr) 44,4 45,2 44
159
Lampiran 2
Pemeriksaan Rata-
PARAMETER
rata
I II
A. Berat Container (gr) 39 44,3 41,65
B. Berat Container + sampel sebelum dicuci
461 524,2 492,6
(gr)
C. Berat Container + sampel setelah dicuci (gr) 457,5 520,1 488,8
160
Lampiran 3
Pemeriksaan Rata-
PARAMETER
rata
I II
A. Berat Container (gr) 48,3 49,3 48,8
161
Lampiran 4
PARAMETER A B C
Kerucut (A) 306,4 281,5
Kerucut + Kertas Saring (B) (gram) 310,5 285,6
Kerucut + Kertas Saring + Contoh Benda Uji
592,9 606,9
Sebelum (C) (gram)
Contoh Benda Uji (D) = C - B (gram) 277,4 321,3 598,7
Kerucut + Kertas Saring + Contoh Benda Uji
521,3 523,9
Sesudah (E) (gram)
Berat Contoh Kering (F) = E - B (gram) 210,8 238,3 449,1
Berat Aspal (G) = C - E (gram) 71,6 83 154,6
Kadar Aspal (H) = (G/D) x 100% (%) 25,81 25,85 25,82
Rata – rata 25,82
162
Lampiran 5
Pemeriksaan
Parameter
I II
a. Berat piknometer + air 51,4 64,5
b. Berat Piknometer 22,3 24,4
c. Isi piknometer (a-b) 29,1 40,1
d. Berat piknometer + aspal 34,45 40,85
e. Berat aspal (d-b) 12,15 16,45
f. Berat pikno + air + Aspal 51,3 64,65
g. Barat Air (f-d) 16,85 23,8
h. Isi bitumen/aspal (c-g) 12,25 16,3
i. Berat jenis aspal (e/h) 0,992 1,01
Berat Jenis Rata-rata 1,001
163
Lampiran 6
Pemeriksaan
Parameter Rata-rata
I II
A. Berat benda uji kering oven 456,2 452,1
B. Berat contoh SSD di Udara 460,1 456,7
C. berat benda uji di dalam air 288,0 285
Apparent specifik gravity (A/(A-C)) 2,71 2,71 2,709
Bulk specifik gravity on dry basic (A/(B-
2,65 2,63 2,642
C))
Bulk specifik gravity on SSD basic (B/(B-
2,67 2,66 2,667
C))
Prosentase water absorption ((B-A)/A) x
0,85 1,02 0,936
100%
164
Lampiran 7
Pemeriksaan
Parameter Rata-rata
I II
A. Berat benda uji kering oven 332,5 461,4
B. Berat contoh SSD di Udara 336,1 467,9
C. berat benda uji di dalam air 210,4 291,7
Apparent specifik gravity (A/(A-C)) 2,72 2,72 2,721
Bulk specifik gravity on dry basic (A/(B-C)) 2,65 2,62 2,632
Bulk specifik gravity on SSD basic (B/(B-C)) 2,67 2,66 2,665
Prosentase water absorption ((B-A)/A) x
1,08 1,41 1,246
100%
165
Lampiran 8
Pemeriksaan Rata-
Parameter
rata
I II
A. Berat piknometer 114,4 114,8
B. Berat contoh SSD di Udara 250 250
C. Berat piknometer + air + contoh 580,6 581,6
D. Berat piknometer + air 417,5 418,5
E. Berat contoh kering + Berat cawan 249,1 249
Apparent 166pecific gravity (E/(E+D-C)) 2,89 2,90 2,894
Bulk 166pecific gravity on dry basic (E/(B+D-
2,87 2,87 2,866
C))
Bulk 166pecific gravity on SSD basic
2,88 2,88 2,877
(B/(B+D-C))
Prosentase water absorption ((B-E)/E) x 100% 0,36 0,40 0,381
166
Lampiran 9
Pemeriksaan Rata-
Parameter
rata
I II
A. Berat piknometer 200,6 169,8
B. Berat contoh SSD di Udara 507,2 505,7
167
Lampiran 10
Pemeriksaan Rata-
Parameter
rata
I II
A. Berat piknometer 127,8 106,3
168
Lampiran 11
169
Lampiran 12
170
Lampiran 13
% % Aspal Berat Benda Uji Kondisi Volum Berat vol. BJ Max Prosentase dari Stabilitas Marshall
Flow
Aspal terhadap Kering SSD di Air e BU BU teoritis Aspal Aggregat Rongga % V.M.A % V.F.W.A % V.I.T.M Pemb. Kalibrasi Koreksi Stabilitas quotient
Kode BU
terhada campura (gram) (gram) (gram) (cc) (gr/cc) (gr/cc) % % % Dial prov. Volume (Kg) mm (Kg/mm)
a b c d e f g h i j cur j eff k l m n o p q r s t
A ( 2%) 6,75 6,75 1098,3 1119,7 605,5 514,20 2,136 2,328 14,41 77,83 77,34 8,25 22,17 62,81 8,25 230 0,0208 101,19 484,56 4,5 107,68
B ( 2%) 6,75 6,75 1099,6 1121,2 602,4 518,80 2,120 2,328 14,30 77,23 76,75 8,95 22,77 60,69 8,95 270 0,0208 101,19 568,83 4,7 121,03
RATA RATA 6,75 6,75 1099,0 1120,5 604,0 516,50 2,128 2,328 14,35 77,53 77,05 8,60 22,47 61,75 8,60 250 0,0208 101,19 526,69 4,6 114,4
1 (2.5 %) 7,00 7,00 1102,40 1127,90 615,7 512,20 2,152 2,308 15,06 78,21 77,73 7,21 21,79 69,12 6,73 330 0,0208 101,19 695,24 4,4 158,01
2. (2.5%) 7,00 7,00 1125,00 1139,40 606,9 532,50 2,113 2,308 14,78 76,78 76,30 8,92 23,22 63,64 8,44 290 0,0208 101,19 610,96 3,7 165,13
RATA RATA 7,00 7,00 1113,70 1133,65 611,3 522,35 2,132 2,308 14,92 77,49 77,01 8,07 22,51 66,38 7,59 310 0,0208 101,19 653,10 4,1 161,6
1 ( 3%) 7,25 7,25 1103,8 1118,6 616,7 501,90 2,199 2,299 15,94 79,71 79,21 4,85 20,29 78,53 4,36 250 0,0208 101,19 526,69 5,0 105,34
2 ( 3%) 7,25 7,25 1106,0 1121,1 609,9 511,20 2,164 2,299 15,68 78,41 77,92 6,40 21,59 72,62 5,91 290 0,0208 101,19 610,96 6,7 91,19
RATA RATA 7,25 7,25 1104,90 1119,85 613,3 506,55 2,181 2,299 15,81 79,06 78,57 5,63 20,94 75,57 5,13 270 0,0208 101,19 568,83 5,9 98,3
BJ.cur.agg = 2,559 BJ.eff.agg =2,575 BJ.aspl =1,001
170
Lampiran 14
Tabel Perhitungan Karakteristik Marshall Pada Kadar Subtitusi 25% Slag Nikel
% % Aspal Berat Benda Uji Kondisi Volum Berat vol. BJ Max Prosentase dari Stabilitas Marshall
Flow
Aspal terhadap Kering SSD di Air e BU BU teoritis Aspal Aggregat Rongga % V.M.A % V.F.W.A % V.I.T.M Pemb. Kalibrasi Koreksi Stabilitas quotient
Kode BU
terhada campura (gram) (gram) (gram) (cc) (gr/cc) (gr/cc) % % % Dial prov. Volume (Kg) mm (Kg/mm)
a b c d e f g h i j cur j eff k l m n o p q r s t
A ( 2%) 6,75 6,75 1198,0 1171,1 554,3 616,80 1,942 2,195 13,10 75,81 75,36 11,53 24,19 52,33 11,53 240 0,0208 101,19 505,63 6,5 77,79
B ( 2%) 6,75 6,75 1088,9 1184,7 543,8 640,90 1,699 2,195 11,46 66,31 65,92 22,61 33,69 32,87 22,61 235 0,0208 101,19 495,09 6,6 75,01
RATA RATA 6,75 6,75 1143,5 1177,9 549,1 628,85 1,821 2,195 12,28 71,06 70,64 17,07 28,94 42,60 17,07 238 0,0208 101,19 500,36 6,6 76,40
1 (2.5 %) 7,00 7,00 1104,20 1167,20 598,50 568,70 1,942 2,178 13,58 75,58 75,14 11,28 24,42 55,63 10,84 270 0,0208 101,19 568,83 6,3 90,29
2. (2.5%) 7,00 7,00 1104,20 1181,50 606,00 575,50 1,919 2,178 13,42 74,69 74,25 12,33 25,31 53,03 11,89 235 0,0208 101,19 495,09 6,4 77,36
RATA RATA 7,00 7,00 1104,20 1174,35 602,25 572,10 1,930 2,178 13,50 75,13 74,69 11,80 24,87 54,33 11,36 253 0,0208 101,19 531,96 6,4 83,82
1 ( 3%) 7,25 7,25 1154,0 1178,1 587,0 591,10 1,952 2,171 14,15 75,79 75,35 10,51 24,21 58,43 10,06 249 0,0208 101,19 524,59 6,5 80,71
2 ( 3%) 7,25 7,25 1152,3 1167,3 563,2 604,10 1,907 2,171 13,82 74,05 73,62 12,56 25,95 53,26 12,13 230 0,0208 101,19 484,56 6,5 74,55
RATA RATA 7,25 7,25 1153,15 1172,70 575,10 597,60 1,930 2,171 13,98 74,92 74,48 11,54 25,08 55,85 11,10 240 0,0208 101,19 504,57 6,5 77,63
BJ.cur.agg = 2,389 BJ.eff.agg =2,403 BJ.aspl =1,001
171
Lampiran 15
% % Aspal Berat Benda Uji Kondisi Volum Berat vol. BJ Max Prosentase dari Stabilitas Marshall
Flow
Aspal terhadap Kering SSD di Air e BU BU teoritis Aspal Aggregat Rongga % V.M.A % V.F.W.A % V.I.T.M Pemb. Kalibrasi Koreksi Stabilitas quotient
Kode BU
terhada campura (gram) (gram) (gram) (cc) (gr/cc) (gr/cc) % % % Dial prov. Volume (Kg) mm (Kg/mm)
a b c d e f g h i j cur j eff k l m n o p q r s t
A ( 2%) 6,75 6,75 1107,2 1157,1 600,7 556,40 1,990 2,474 13,43 67,46 67,02 19,56 32,54 39,90 19,56 210 0,0208 101,19 442,42 6,3 70,23
B ( 2%) 6,75 6,75 1105,9 1158,6 593,3 565,30 1,956 2,474 13,20 66,32 65,89 20,92 33,68 37,89 20,92 230 0,0208 101,19 484,56 6,5 74,55
RATA RATA 6,75 6,75 1106,6 1157,9 597,0 560,85 1,973 2,474 13,31 66,89 66,45 20,24 33,11 38,89 20,24 220 0,0208 101,19 463,49 6,4 72,39
1 (2.5 %) 7,00 7,00 1105,50 1152,00 596,0 556,00 1,988 2,451 13,91 67,23 66,78 19,30 32,77 42,45 18,86 240 0,0208 101,19 505,63 6,3 80,26
2. (2.5%) 7,00 7,00 1106,50 1156,50 602,2 554,30 1,996 2,451 13,97 67,50 67,05 18,98 32,50 42,97 18,54 260 0,0208 101,19 547,76 6,6 82,99
RATA RATA 7,00 7,00 1106,00 1154,25 599,1 555,15 1,992 2,451 13,94 67,36 66,92 19,14 32,64 42,71 18,70 250 0,0208 101,19 526,69 6,5 81,63
1 ( 3%) 7,25 7,25 1113,8 1159,8 606,4 553,40 2,013 2,441 14,58 67,87 67,42 18,00 32,13 45,39 17,55 240 0,0208 101,19 505,63 6,6 76,61
2 ( 3%) 7,25 7,25 1109,0 1158,0 610,3 547,70 2,025 2,441 14,67 68,28 67,83 17,50 31,72 46,25 17,05 230 0,0208 101,19 484,56 6,5 74,55
RATA RATA 7,25 7,25 1111,40 1158,90 608,4 550,55 2,019 2,441 14,63 68,07 67,62 17,75 31,93 45,82 17,30 235 0,0208 101,19 495,09 6,6 75,58
BJ.cur.agg = 2,751 BJ.eff.agg =2,769 BJ.aspl =1,001
172
Lampiran 16
173
Lampiran 17
Tabel Perhitungan Karakteristik Marshall Pada Kadar Subtitusi 100 % Slag Nikel
% % Aspal Berat Benda Uji Kondisi Volum Berat vol. BJ Max Prosentase dari Stabilitas Marshall
Flow
Aspal terhadap Kering SSD di Air e BU BU teoritis Aspal Aggregat Rongga % V.M.A % V.F.W.A % V.I.T.M Pemb. Kalibrasi Koreksi Stabilitas quotient
Kode BU
terhada campura (gram) (gram) (gram) (cc) (gr/cc) (gr/cc) % % % Dial prov. Volume (Kg) mm (Kg/mm)
a b c d e f g h i j cur j eff k l m n o p q r s t
A ( 2%) 6,75 6,75 1098,3 1102,7 605,5 497,20 2,209 2,499 14,90 73,59 73,49 11,61 26,41 56,05 11,61 180 0,0208 101,19 379,22 6,7 56,60
B ( 2%) 6,75 6,75 1089,4 1152,9 594,2 558,70 1,950 2,499 13,15 64,96 64,87 21,97 35,04 37,29 21,97 190 0,0208 101,19 400,29 6,7 59,74
RATA RATA 6,75 6,75 1093,9 1127,8 599,9 527,95 2,079 2,499 14,03 69,28 69,18 16,79 30,72 46,67 16,79 185 0,0208 101,19 389,75 6,7 58,2
1 (2.5 %) 7,00 7,00 1102,40 1121,10 615,7 505,40 2,181 2,486 15,26 72,47 72,37 12,37 27,53 55,44 12,27 220 0,0208 101,19 463,49 6,4 72,42
2. (2.5%) 7,00 7,00 1125,00 1139,40 606,9 532,50 2,113 2,486 14,78 70,20 70,10 15,12 29,80 49,59 15,02 220 0,0208 101,19 463,49 6,6 70,23
RATA RATA 7,00 7,00 1113,70 1130,25 611,3 518,95 2,147 2,486 15,02 71,33 71,24 13,74 28,67 52,52 13,64 220 0,0208 101,19 463,49 6,5 71,3
1 ( 3%) 7,25 7,25 1103,8 1118,6 616,7 501,90 2,199 2,476 15,94 72,87 72,78 11,29 27,13 58,75 11,19 180 0,0208 101,19 379,22 6,5 58,34
2 ( 3%) 7,25 7,25 1106,0 1121,1 609,9 511,20 2,164 2,476 15,68 71,69 71,59 12,73 28,31 55,38 12,63 190 0,0208 101,19 400,29 6,3 63,54
RATA RATA 7,25 7,25 1104,90 1119,85 613,3 506,55 2,181 2,476 15,81 72,28 72,18 12,01 27,72 57,07 11,91 185 0,0208 101,19 389,75 6,4 60,9
BJ.cur.agg = 2,799 BJ.eff.agg =2,803 BJ.aspl =1,001
174
Lampiran 18
175
176
177
178
179
DOKUMENTASI
180
BAHAN DAN ALAT PENELITIAN
Keterangan Foto
BAHAN
Agregat Kasar
Agregat Halus
181
Filler
Bahan Peremaja/Modifire
Aspal Buton
182
Slag Nikel FeNi 4
ALAT
183
Cetakan Benda Uji
Ejector
184
Alat Penumbuk
Bak Perendam
Oven
185
Termometer
186
PENGUJIAN KARAKTERISTIK BAHAN PENELITIAN
Keterangan Foto
187
Pengujian Berat dan Penyerapan Jenis
Slag Nikel
Ekstraksi Asbuton
188
Analisa Saringan Mineral Asbuton
189
PEMBUATAN BENDA UJI
Keterangan Foto
190
Agregat , slag nikel dan asbuton yang
telah ditimbangan berdasarkan hasil
analisa mix desing
191
Agregat dan Asbuton dicampur dan
dipanaskan hingga mencapai suhu
150◦ C
192
Benda uji yang telah
dipadatkan
193
TAHAPAN PENGUJIAN BENDA UJI
Keterangan Foto
194
Benda uji dikeringkan hingga kering
permukaan jenuh kemudian dilakukan
proses penimbangan benda uji kering
SSD
195