DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENGARUH LARUTAN ELEKTROLIT ALKALI SULFAT TERHADAP
KAPASITANSI SPESIFIK KARBON TEMPURUNG KEMIRI (Aleurites
moluccana) TERAKTIVASI H3PO4
Oleh:
H311 15 308
MAKASSAR
2019
PRAKATA
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kimia S1, Fakultas Matematika
terbaik yang pernah ada di muka bumi ini, dialah utusan Allah yang membawa
perbaikan bagi alam semesta dan seisinya terkhusus kepada manusia agar tak salah
Kemudian, penulis dengan tulus hati dan rasa hormat menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta, Ayahanda Muh. Akib
Pahlefy dan Zul Ikram Al-Hafidz atas do’a dan dorongan semangat yang telah
M.Si selaku pembimbing utama dan Ibu Dr. Paulina Taba, M.Phill selaku
pembimbing pertama yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan mulai
dari pembuatan proposal sampai penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga
kepada:
iv
1. Ketua dan Sekertaris Jurusan Kimia Bapak Dr. Abdul Karim, M. Si dan
Ibu Dr. St. Fauziah, M.Si dan seluruh Dosen jurusan Kimia, serta staf dan
2. Dosen Penguji, Bapak Abdurrahman Arif, S.Si, M.Si dan Ibu Syadza
3. Pak Sugeng, Kak Fibi, Ibu Tini, Kak Linda, Kak Hanna, Kak Anti, Kak
Rahma dan Pak Iqbal, terima kasih atas bantuan yang diberikan.
4. Pak Sangkala dan Pak Suardi, terima kasih atas bantuan yang diberikan
5. Partner penelitian Andi Novi Setiana Budi atas bantuan dan kerja samanya
Iqriah yang suka nge-Gas dan Bucin Oppa-oppa Korea, Gita si dengkor
tapi lumayan bijak, Neli si Hajja tidak mapan, Cica si panik, Lhia si kecil
tidak besar-besar tapi selalu mau antar pulang, dan Niel si hitam dari Toraja)
yang telah rela menjadi teman saya dari maba sampai sekarang, Love you
full.
tapi hati Hello Kitty, Qiyadah si selingkuhannya Lee Yong Dae, Iqriyah si
pembuat stiker, Juntak mamanya Moly, Mila si bungsu, Eka sang Mama
v
dari Lambe, Neli yang kalau bicara pasti membully, Elsye si tukang tidur
dan Cica si penakut dan selalu khawatir yang suka lap Hp).
9. PRIA-PRIA KECE (Niel kalau ngomong kayak bahasa alien, Ojan tukang
ojek andalan tapi selalu ngehina, Ono paling cepat tersinggung, dan Syafril
10. Teman-teman OTW (Mba Lala bucinnya Chen EXO tapi menuju ditinggal
nikah, Mila si peternak lele, Yulinar si Ukhty tapi 1 kali bicara langsung
nyakko, dan Niluh si pintar tapi kadang terlewat pintar sehingga bisa bicara
tolo).
11. Terima kasih kepada Kak Akbar yang telah memberikan secara ikhlas
ilmunya.
12. Terima kasih kepada Koko Ronald yang selalu siap kalau ditanya dan
14. Terima kasih kepada Pak Taufik dan Om Parkiran yang senantiasa
15. Semua pihak yang tidak sempat tertulis namanya yang telah memberikan
Semoga segala bentuk bantuan, yaitu do’a, saran, motivasi dan pengorbanan
yang telah diberikan kepada penulis dapat bernilai ibadah dan diganjarkan pahala
Penulis
vi
ABSTRAK
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan karbon aktif dari tempurung kemiri.
Pembuatan karbon aktif dari tempurung kemiri ini melewati proses karbonisasi
dan aktivasi karbon. Karbonisasi dilakukan dengan suhu 750 ºC selama 90 menit
dan aktivasi dilakukan perendaman dengan H3PO4 2,5 %. Efek dari aktivator
H3PO4 dapat menurunkan kelembapan, kadar abu, serta meningkatkan luas
permukaan material karbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas
sebagian besar arang aktif yang dihasilkan telah memenuhi standar nasional
Indonesia SNI 06-3730-1995. Analisis dengan Fourier Transform Infra-Red
(FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD)
dilakukan guna mengetahui gugus fungsi, morfologi permukaan material karbon
serta struktur dan ukuran kristal. Efek dari aktivator H3PO4 juga dapat
meningkatkan nilai kapasitansi spesifik dengan nilai tertinggi pada larutan
elektrolit Li2SO4 pada scanrate 10 mV/s. Nilai kapasitansi spesifik KTK dalam
larutan elektrolit Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 adalah 0,030837 F/g, 0,020575 F/g
dan 0,007588 F/g sedangkan nilai kapasitansi spesifik KATK dalam larutan
elektrolit Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 adalah 0,053383 F/g, 0,047851 F/g dan
0,033619 F/g.
vii
ABSTRACT
In this research, the manufacture of activated carbon from candlenut shells was
carried out. The making of activated carbon from the candlenut shell passes through
carbonization and carbon activation processes. Carbonization was carried out at
750 ºC for 90 minutes and activation was immersed with 2,5% H3PO4. The effect
of the H3PO4 activator can reduce humidity, ash content, and increase the surface
area of carbon material. The results showed that the quality of most of the activated
charcoal produced had met the Indonesian National Standard SNI 06-3730-1995.
Analysis with Fourier Transform Infra-Red (FTIR), Scanning Electron Microscope
(SEM) and X-Ray Diffraction (XRD) was carried out to determine the functional
groups, surface morphology of carbon material and the structure and size of
crystals. The effect of the H3PO4 activator can also increase the specific capacitance
value with the highest value in the Li 2SO4 electrolyte solution at a scanrate of
10 mV/s. The specific capacitance values of KTK in Li2SO4, Na2SO4 and K2SO4
electrolyte solutions are 0,030837 F/g, 0,020575 F/g and 0,007588 F/g while the
KATK specific capacitance values in Li2SO4, Na2SO4 and K2SO4 electrolyte
solutions are 0,053383 F/g, 0,047851 F/g and 0,033619 F/g.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................. iv
ix
3.1 Bahan Penelitian..................................................................... 23
x
3.4.4 Karakterisasi Material ........................................................ 28
XRD ................................................................................ 31
4.2 Analisis Kadar Air dan Kadar Abu Material Karbon ........... 36
5.2 Saran...................................................................................... 53
LAMPIRAN ............................................................................................... 61
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
8. Grafik analisis kadar air dan kadar abu KTK dan KATK ................. 36
11. Diagram analisis gugus fungsi dengan metode titrasi Boehm ......... 41
12. Reaksi penetralan pada gugus fungsi oksigen pada metode Titrasi
Boehm ............................................................................................... 42
15. (a) Hasil SEM KTK perbesaran 10000x dan (b) Hasil SEM KATK
perbesaran 10000x ............................................................................ 44
16. Grafik karaterisasi XRD KTK (suhu karbonisasi 750 ○C) dan
KATK (setelah diaktivasi dengan H3PO4) ........................................ 46
xii
17. Kurva Scanrate vs Kapasitansi spesifik KTK dalam larutan
elektrolit Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 0,5 M .................................... 49
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
14. Grafik Voltammogram Kapasitansi Spesifik KTK dan KATK ......... 101
xv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
Simbol/Singkatan Arti
AC Activated Carbon
E Kepadatan energi
U Tegangan
C Kapasitansi
CV Cyclic Voltammetry
V Volt
nm Nanometer
xvi
JCPDS Joint Committee on Powder Diffraction
Standards
rad Radian
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan modern sangat terkait dengan jumlah dan mutu energi yang
merupakan salah satu negara yang sedang berkembang merupakan faktor yang
pemakaian energi listrik selama kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun
dikembangkan. Sistem ini terus dioptimalkan dalam hal biaya, kinerja, dan waktu
jangka panjang. Teknologi yang lebih mapan seperti baterai dalam siklus
pengisian daya dan teknologi sensor bergabung dengan teknologi yang muncul
seperti sel bahan bakar, baterai litium-ion dalam ukuran besar, reaktor
1
sel bahan bakar sebagai perangkat energi bersih untuk transportasi, stasioner dan
bahan bakar dan produksi bahan kimia; membran transport ion untuk pemisahan
penyimpanan energi listrik karena memiliki kerapatan energi yang lebih tinggi
pengisian yang cepat dan umur siklus pengisian yang panjang (Zuleta 2005).
adalah penggunaan bahan elektroda. Karbon aktif adalah salah satu jenis bahan
yang secara luas telah digunakan sebagai bahan elektroda untuk superkapasitor
konduktivitas listrik yang baik dan harga yang terjangkau (Babel dan Jurewicz
anorganik dan yang memiliki banyak pori-pori. Bahan baku yang dapat digunakan
sawit, bahan tambang, kayu atau limbah kayu, gambut, hasil pertanian dan limbah
2
peternakan. Bahan-bahan tersebut mempunyai karakteristik yang lebih baik
dibandingkan dari bahan non biomassa atau fosil. Hal ini disebabkan antara lain
namun teksturnya cukup keras sehingga waktu yang lama dibutuhkan untuk
menjadi tempurungnya adalah sebesar 64,57% dan tergolong sangat tinggi bila
dibandingkan dengan tempurung kelapa dan tempurung kelapa sawit yang tidak
lebih dari 30%. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa tempurung kemiri memang
sangat potensial untuk dijadikan bahan baku karbon aktif (Suhadak, 2005). Selain
itu, karbon aktif tempurung kelapa memiliki struktur yang sebagian besar
Karbon aktif dapat dibuat melalui dua tahap, yaitu tahap karbonisasi dan
oksigen dan bahan kimia lainnya, sedangkan aktivasi diperlukan untuk mengubah
hasil karbonisasi menjadi adsorben yang memiliki luas permukaan yang besar
3
Sifat karbon aktif selain dipengaruhi oleh jenis bahan baku, luas
permukaan, penyebaran pori dan sifat kimia permukaan karbon aktif, juga
dipengaruhi oleh cara aktivasi yang digunakan. Pada tahap aktivasi, arang
direndam terlebih dahulu dengan menggunakan bahan pengaktif antara lain ZnCl2,
bahwa H3PO4 sebagai agen aktivasi akan memberikan hasil terbaik jika
dengan H3PO4 yang banyak digunakan dalam industri pembuatan karbon aktif
karena limbahnya mudah terurai, biaya rendah dan tingginya rendamen karbon
bahan baru, geometri baru dan elektrolit baru. Sebagian besar superkapasitor yang
tersedia di pasaran didasarkan pada elektroda karbon aktif (AC) dan elektrolit
organik. Meskipun teknologi karbon aktif dalam elektrolit organik sekarang sudah
formulasi elektrolit diperlukan. Selain itu, solusi alternatif yang berdasarkan jenis
elektrolit lain harus diselidiki untuk mengembangkan sistem yang lebih baik atau
4
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Energy/Environment Group in
yang lebih tinggi dalam larutan natrium sulfat (Na2SO4) dibandingkan dalam
larutan H2SO4 atau KOH (Gao, 2013). Analisis elektrokimia karbon rumput laut
dalam Na2SO4 0,5 mol/L menunjukkan bahwa bahan elektroda dan pH elektrolit
mempengaruhi nilai kapasitansi dan stabilitas beda potensial karena adanya fungsi
nitrogen dalam karbon ini. Beda potensial yang dicapai 2,4 V dalam 0,5 mol/L
Na2SO4 (Bichat dkk., 2010). Dalam larutan elektrolit Li2SO4 nilai kapasitansi
spesifik dari karbon tinggi hingga 1000 Fg-1 (Lang dkk., 2011). Setelah
membandingkan berbagai larutan alkali sulfat pada suhu kamar, daya dan
kepadatan energi yang terbesar diperoleh untuk karbon aktif kapasitor simetris
alkali sulfat sebagai elektrolit menghilangkan sebagian efek korosi, dan ini
tinggi yang ramah lingkungan, hemat biaya, dan aman (Gao, 2013).
larutan elektrolit organik (Gao, 2013), larutan elektrolit netral (Bichat dkk., 2010),
larutan elektrolit ionik (Lin dkk., 2011), elektrolit asam dan basa (Lee dkk., 2013),
larutan elektrolit asetat (Piwek dkk., 2016), dan elektrolit redoks-additive (Zhang
dkk., 2018). Larutan garam seperti alkali asetat (Li2SO4, Na2SO4, dan K2SO4)
5
Pada penelitian ini, penentuan kapasitansi spesifik karbon aktif tempurung
kemiri dilakukan dalam larutan elektrolit Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 sehingga
elektrolit yang baik dalam meningkatkan nilai kapasitansi elektroda karbon aktif
atas analisis kadar air, analisis kadar abu, penentuan luas permukaan dengan
permukaan dengan SEM, analisis gugus fungsi dengan metode titrasi Boehm dan
FTIR, analisis struktur dan ukuran kristal dengan X-Rays difraction, serta
1. bagaimana pengaruh aktivator H3PO4 terhadap sifat fisik dan kimia karbon
kapasitansi spesifik karbon aktif tempurung kemiri dalam larutan elektrolit litium
sulfat (Li2SO4), natrium sulfat (Na2SO4), dan kalium sulfat (K2SO4) sehingga
6
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. menentukan pengaruh H3PO4 terhadap sifat fisik dan kimia karbon aktif
tempurung kemiri
sifat fisik dan kimia karbon aktif tempurung kemiri, dan memberikan informasi
K2SO4.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(>10kWkg-1) dengan proses pengisian dan pengosongan muatan yang cepat dan
tingkat kestabilan yang tinggi (>106 siklus) (Vangari dkk, 2012). Teknologi
karbon yang digunakan pada kapasitor ini menciptakan area permukaan yang
sangat besar dengan jarak pemisah yang sangat kecil. Superkapasitor terdiri atas
dua elektroda yang direndam dalam larutan konduktif atau polimer konduktif
dielektrik yang bukan hanya untuk mencegah agar tidak terjadi tumpang tindih
muatan pada kedua elektroda tetapi juga memiliki sifat listrik yang mempengaruhi
superkapasitor adalah:
8
a. aluminium tipis/aluminium foil yang dilekatkan dengan elektroda, aluminium
b. elektroda yang berupa karbon dengan luas permukaan yang tinggi dan
bersifat konduktif dan ditambahkan binder atau perekat, sehingga bila muatan
elektrolit cair.
terdiri atas lapisan ganda antara ion dalam elektrolit dan muatan elektronik pada
superkapasitor melibatkan kepadatan daya tinggi dan siklus hidup yang hampir
dalam media larutan yaitu pada tahun 1957 oleh Becker yang ditugaskan ke
9
perangkat seperti kapasitor emas oleh Matsushita, dynacap oleh Elna,
ultrakapasitor PRI yang dirancang untuk aplikasi militer seperti persenjataan laser
dan sistem panduan rudal (Pandolfo dkk., 2006; Sharma dan Bhatti, 2010). Sejak
tahun 2000, superkapasitor telah secara efektif meresap dalam aplikasi industri
sebagian besar termasuk mobil, trem, bus, crane, forklift, turbin angin, perataan
beban listrik dalam sistem stasioner dan transportasi (Beeguin dan Frackowiak,
2013).
Karbon aktif merupakan padatan berpori yang dibuat dari bahan baku yang
aktif dan bersifat selektif pada penggunaannya. Proses khusus dalam pembuatan
karbon aktif meliputi proses aktivasi fisika dan aktivasi kimia yang dapat
membuat pori-pori dari bahan baku terbuka sehingga daya serapnya lebih besar
dari karbon biasa. Karbon aktif merupakan karbon amorf dengan luas permukaan
sekitar 300 sampai 2000 m2/gr. Luas permukaan karbon aktif besar karena
satunya adalah sebagai bahan elektroda. Hal ini disebabkan oleh harga yang
murah, bahan dasar yang mudah didapat dari berbagai jenis bahan alam, sintesis
yang mudah, bentuk yang dapat diperoleh sebagai bubuk, fiber/serat, dan
komposit, luas permukaan yang besar dan porinya yang bisa diatur. Elektroda
karbon mudah terpolarisasi, stabil dalam larutan yang berbeda (asam, basa dan
10
aprotik) dan stabil dalam rentang temperatur tertentu (Marsh, 2006; Frackowiak
dkk, 2006).
Secara umum, proses pembuatan karbon aktif terdiri atas proses dehidrasi,
karbonisasi dan akitvasi. Pada dasarnya tahap dehidrasi digunakan untuk bahan
baku yang memiliki kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dehidrasi perlu
dilakukan untuk menguapkan kandungan air yang berada pada bahan baku.
Tujuan dari karbonisasi ini untuk menghilangkan zat-zat yang mudah menguap
(volatile matter) yang terkandung pada bahan dasar. Aktivasi adalah bagian dalam
proses pembuatan karbon aktif yang bertujuan untuk membuka atau menciptakan
pori yang dapat dilalui oleh adsorbat atau memperbesar distribusi, ukuran pori
serta memperbesar luas permukaan dari karbon aktif dengan perlakukan fisika
maupun kimia. Aktivasi fisika dilakukan dengan mengalirkan uap air ataupun gas
suatu reaktor pada rentang temperatur yang sangat tinggi yaitu 600-1000○C.
Reaksi gas yang mengalir dengan karbon akan melepaskan hidrogen dan CO
baku yang mengadung lignoselulosa. Larutan kimia yang dipakai biasanya adalah
garam alkali, alkali tanah dan asam seperti KOH, NaOH, ZnCl2, K2CO3, H3PO4
11
Tabel 1. Standar Kualitas Karbon Aktif
Prasyarat kualitas
Uraian
Butiran Serbuk
Kadar air % Maks. 4,5 Maks. 15
Kadar abu % Maks. 2,5 Mas. 10
Transform Infra Red (FTIR) biasanya menjadi penunjang untuk analisis karbon
radiasi gelombang elektromagnetik sinar-X (Purbo dkk., 2009). Janes dkk., (2007)
perubahan struktur pada karbon nanopori dengan variasi suhu aktivasi. Pola XRD
karbon nanopori pada suhu aktivasi 1050 oC dan 1150 oC seperti pada Gambar 2
mengarah pada bentuk dasar grafit yang mengindikasikan strukur amorf pada
karbon nanopori.
Gambar 2. Karakteristik pola XRD dari sampel karbon nanopori dengan suhu
aktivasi 950 oC sampai 1150 oC (Janes dkk., 2007).
12
Analisis spektrofotometer IR digunakan untuk mengidentifikasi
gugus-gugus fungsi yang terdapat pada permukaan karbon aktif. Analisis ini
oleh suatu material dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yaitu kesesuaian antara
dalam senyawa dan perubahan momen dipol selama bervibrasi (Chatwal, 1985).
atas tiga komponen utama yang membentuk dinding selnya, yaitu selulosa,
saat ini karena mempunyai beberapa keuntungan secara ekonomi, lingkungan dan
sosial (Pari dkk, 2014). Beberapa material elektroda berbahan dasar karbon dari
biomassa yang juga merupakan limbah telah dilaporkan seperti ampas kacang
(Teng dkk, 2016), ampas kopi (Kamikuri dkk, 2014), limbah cangkang sawit
(Aziz dkk, 2016), keramik lantai (Tetra dkk, 2016), biji karet (Tetra dkk, 2015)
tepung singkong dan tapioka (Pari dkk, 2014), serta sekam padi (Thi dkk, 2014).
memanfaatkan limbah kulit kemiri. Limbah kulit kemiri dapat digunakan untuk
13
menanggulangi penumpukkannya dan dapat menghasilkan produk yang berguna
meningkat, baik untuk kebutuhan ekspor maupun domestik. Pada tahun 2000,
Indonesia mengekspor karbon aktif sebesar 10.205 ton. Selanjutnya Asian and
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
kandungan lignin tinggi dalam kemiri memberikan hasil yang sama tinggi untuk
karbon aktifnya. Adapun kadar senyawa kimia yang terdapat dalam kemiri
14
Tabel 2. Komposisi kimia tempurung kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.)
(Darmawan dkk., 2016)
yang rendah sekitar 0,3 kg/m3 - 0,4 kg/m3, dan kandungan abu yang sangat sedikit
(Manocha, 2003).
lignoselulosa. Pada aktivasi ini, karbon dicampur dengan larutan kimia yang
Menurut Laos dkk (2016), karbon aktif dapat diperoleh dari kulit kemiri
konsentrasi 2,5 % selama 24 jam dan disintering pada suhu 200 ○C, 250 ○C,
300 ○C, 350 ○C dan 400 ○C. Karbon aktif yang dihasilkan cukup baik dan
memenuhi standar SNI dengan hasil pengujian kadar air yaitu antara
4,15 % -14,35% dimana standar SNI maksimum 15 %, hasil pengujian kadar abu
15
maksimal yaitu 8,5 % dengan standar SNI minimum 10 %. Daya serap iodin
252,97 mg/g dengan standar SNI minimum 750 mg/g, dan semakin tinggi suhu
sintesis maka semakin baik daya serap karbon aktif terhadap metilen biru
karbon aktif (AC) dan menghasilkan daya yang tinggi dalam waktu singkat
dengan siklus hidup yang sangat baik. Kepadatan energi (E) kapasitor
E = ½ CU2 (1)
dimana 'C' adalah kapasitansi dan 'U' tegangan listrik atau beda potensial;
organik. Elektrolit seperti H2SO4 dan KOH, umumnya memiliki ESR/tahanan seri
yang lebih rendah dan memiliki ukuran pori lebih kecil dibandingkan dengan
tegangan breakdown yang lebih rendah. Oleh karena itu, pemilihan antara larutan
Performa superkapasitor dapat diuji dengan sistem yang berbeda, misal Cyclic
16
potensial stabilitas charging/discharging, waktu pemakaian dan tahanan listrik
luas, elektrolit yang memberikan muatan ion, dan separator sebagai pemisah
elektrostatik (Zhou dkk., 2013). Luas permukaan yang tinggi, memberikan nilai
kapasitansi yang tinggi juga jika semua pori dapat diakses oleh ion dan material
Material elektroda utama untuk kapasitor adalah karbon aktif (AC) tapi
muatan elektrostatik pada antarmuka elektroda dan elektrolit seperti pada Gambar
media elektrik konduktif. Elektrolit kimia umumnya ada sebagai larutan asam,
17
memainkan peran penting dalam mencapai rapatan daya dan energi yang
diinginkan. Jika elektrolit rusak pada voltase yang relatif rendah, sel
superkapasitor mungkin tidak memiliki energi atau kerapatan daya yang cukup
tinggi. Proses ini adalah difusi dan pergerakan ion-ion ini yang memungkinkan
menyebabkan penyimpanan muatan. Bila tidak ada bias potensial yang diterapkan
ada bias potensial, anion tertarik ke lapisan elektroda positif dan kation sebaliknya
mekanisme yang melibatkan difusi melalui materi (dalam hal ini ion melalui
ion dapat mencapai permukaan elektroda tanpa adanya hambatan sifat kimiawi
ion lapisan difusi pada elektroda. Suatu jenis elektrolit yang disebut cairan ionik
suhu ruangan dapat digunakan pada superkapasitor. Cairan ini adalah larutan
elektrolit dengan suhu leleh di bawah suhu kamar (Boyea dkk, 2007)
Elektrolit larutan netral seperti alkali sulfat dapat mencapai tegangan yang
18
diperoleh dalam media asam atau basa. Dalam penelitian sebelumnya, jendela
potensial stabilitas sekitar 2,0 V telah ditunjukkan dengan karbon aktif dalam
Na2SO4 0,5 molL-1 (Demarconnay dkk., 2010). Fic dkk., (2012) melaporkan
bahwa di antara tiga elektrolit (Li2SO4, Na2SO4, K2SO4) 1 molL-1 larutan lithium
sulfat memberikan hasil terbaik. Tegangannya sangat besar, terutama untuk ion
Li+ dan SO42-. Tegangan operasi tertinggi 2,2 V dengan stabilitas siklus yang luar
biasa telah ditunjukkan dalam Li2SO4, hidrasi yang lebih kuat dari Li+
dibandingkan dengan ion Na+ dan K+ bertanggung jawab untuk tegangan yang
lebih besar dalam larutan Li2SO4. Penyebaran muatan yang baik dan nilai
kapasitansi tertinggi 140 Fg-1 dicapai dalam 1 molL-1 Li2SO4. Oleh karena itu,
nilai kapasitansi yang disajikan pada Gambar 4 dinyatakan per massa satu
elektroda.
Pengisian muatan dan nilai kapasitansi terbaik dicapai larutan Li2SO4. Ini
sangat terkait dengan mobilitas ion logam alkali, meningkat sebagai berikut: Li+ <
Na+ < K+. Tidak seperti sistem pseudocapacitive, di mana transfer ion yang cepat
sederhana dan pemakaian lapisan ganda listrik pada EDLCs tidak memerlukan
mobilitas ion yang sangat tinggi. Oleh karena itu, mobilitas tinggi dapat
memperburuk penyebaran muatan yang cepat dan efisien. Hasil yang diperoleh
untuk tiga larutan logam alkali (Li, Na, K) sulfat membuktikan dengan jelas
asumsi ini. Untuk kecepatan pemindaian yang relatif lambat (1 mVs-1) perbedaan
dalam penyebaran muatan tidak signifikan untuk ketiga larutan, namun, nilai
kapasitansi adalah yang tertinggi pada larutan Li2SO4 (170 Fg-1) bila
dibandingkan dengan 105 Fg-1 untuk Na2SO4 dan 78 Fg-1 untuk K2SO4; pada
19
tingkat pemindaian sedang (10 mVs-1) Li2SO4 tampaknya masih merupakan
lebih tinggi daripada Na2SO4 (28 Fg-1) dan K2SO4 (23 Fg-1). Untuk mendapatkan
diterapkan menggunakan berbagai densitas, mis., dari 0,2 hingga 50 Ag-1. Hasil
ditunjukkan oleh voltametri siklik. Dapat dilihat bahwa nilai kapasitansi tertinggi
diperoleh Li2SO4. Dalam kisaran kerapatan arus dari 0,2 A hingga 10 Ag-1
kapasitansi elektroda di atas 100 Fg-1, namun, penurunan yang signifikan dapat
diamati untuk nilai-nilai ini (178 Fg-1 pada 0,25 Ag-1 dan 102 Fg-1 pada 10 Ag-1)
20
Gambar 5. Kapasitansi vs muatan untuk berbagai larutan logam alkali sulfat (Fic
dkk., 2012).
Dalam larutan Na2SO4 kapasitansi pada 0,2 Ag-1 adalah 130 Fg-1, 72 Fg-1
pada 10 Ag-1 dan sedikit menurun menjadi 55 Fg-1 pada 50 Ag-1. Hasil yang sama
diperoleh untuk larutan K2SO4, yaitu, penurunan yang signifikan dari nilai
kapasitansi dari 114 Fg-1 hingga 50 Fg-1 dalam kisaran densitas dari 0,2 Ag-1
hingga 10 Ag-1. Penurunan lebih lanjut dari nilai kapasitansi pada kepadatan arus
tinggi dari 10 hingga 50 Ag-1 agak berkurang, mencapai nilai dari 50 hingga
29 Fg-1. Hasil terbaik yang diperoleh larutan Li2SO4 mungkin dijelaskan oleh
dimensi ion. Telah diketahui bahwa ion logam alkali sangat terlarut dalam larutan
air dengan peningkatan diameter kompleks pelarut ion dalam urutan K+ < Na+ <
Li+. Tentu saja, agak tidak mungkin untuk secara tepat menentukan jumlah
jumlah elektrolit adalah sistem yang dinamis dan angka-angka itu dapat dengan
Nilai kapasitansi tertinggi yang diperoleh untuk ion terbesar dan paling
terlarut, yaitu Li+ yang bahkan dikelilingi oleh 27 molekul air dapat dijelaskan
21
dengan mobilitasnya yang buruk dan koefisien difusi yang rendah. Kedua kation
Na+ dan K+ dicirikan oleh mobilitas dan koefisien difusi yang lebih tinggi, oleh
karena itu Na+ dan K+ dapat bermigrasi ke dalam jumlah elektrolit selama
dimensi ion dan energi solvasi, mungkin juga diasumsikan bahwa kation Li+
terlarut lebih baik menghindari desolvasi (Fic dkk., 2012). Hasil ini memberikan
22
BAB III
METODE PENELITIAN
0,5 M, K2SO4 0,5 M, indikator metil merah, indikator fenolftalin, kawat tembaga,
kawat platina, elektroda Ag/AgCl, elektroda Pt, parafin, parafilm, kertas saring
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas yang
biasa digunakan di laboratorium, tanur (Muffle furnace tipe 6000), hot plate,
ayakan ukuran 100 mesh, desikator, labu semprot, cawan porselin, mortar
porselin, lumpang, pompa vakum, solder uap, pipet, oven (tipe SPNISOSFD),
23
3.4 Prosedur Percobaan
250 mL, dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan dicampur hingga
akuades sebanyak 25 mL, larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL,
dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan dicampur hingga homogen
sebanyak 25 mL, larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 250 mL, dihimpitkan
dengan akuades hingga tanda batas dan dicampur hingga homogen (Jeffery dkk.,
1989).
250 mL, kemudian dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan dicampur
24
3.4.1.5 Pembuatan Larutan Na2B4O7 0,05 N
ukur 100 mL, dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan dihomogenkan
100 mL, dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan dicampur hingga
2-3 tetes lalu dititrasi dengan HCl hingga berubah warna. Volume HCl yang
digunakan dicatat. Titrasi dilakukan secara triplo dan konsentrasi larutan HCl
ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalin, dititrasi dengan larutan NaOH hingga
terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda, volume NaOH dicatat.
Titrasi dilakukan secara triplo dan konsentrasi larutan NaOH dihitung (Jeffery
dkk., 1989).
25
3.4.1.9 Pembuatan Larutan Li2SO4 0,5 M
50 mL, kemudian larutan dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan
50 mL, kemudian larutan dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan
50 mL, kemudian larutan dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan
dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan dicampur hingga homogen
26
3.4.1.13 Pembuatan Larutan Metilen Biru 50 ppm
Larutan metilen biru 500 ppm dipipet sebanyak 10 mL ke dalam labu ukur
100 mL, kemudian dihimpitkan dengan akuades hingga tanda batas dan dicampur
hingga homogen.
2 mL, 4 mL, 8 mL dan 16 mL kedalam labu ukur 100 mL, kemudian dihimpitkan
kecil-kecil.
dikarbonisasi dalam tanur pada temperatur 750 oC selama 90 menit. Proses ini
27
3.4.2.3 Aktivasi Karbon Tempurung Kemiri
dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 2 jam. Selanjutnya, karbon
aktif tempurung kemiri didinginkan dalam desikator (Efendi dan Astuti, 2016).
(Cu) dan kawat Platinum (Pt) menggunakan solder uap. Kemudian dimasukkan ke
dalam pipet yang selanjutnya direkatkan dengan parafilm. Karbon aktif dicampur
dengan lilin parafin dengan perbandingan massa karbon/massa lilin parafin adalah
1 : 1 dan diaduk sampai homogen menggunakan spatula pada cawan petri. Setelah
itu, pasta karbon dimasukkan ke dalam badan elektroda dengan cara ditekan
menggunakan spatula agar memadat (Vytras dkk., 2009; Wachid dan Setiarso,
2014).
sebanyak 0,5 gram dan dimasukkan dalam cawan yang telah diketahui beratnya
dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam. Kemudian karbon
dalam oven selama 30 menit dan didinginkan kembali dalam desikator. Percobaan
28
diulangi sampai bobotnya tetap dan ditentukan kadar airnya dalam persen (%).
Kadar zat menguap arang dapat dihitung dengan rumus pada persamaan (2).
Cawan porselin yang telah bersih dikeringkan dalam oven pada suhu
Kemudian dimasukkan dalam tanur dan dipanaskan pada suhu 600 oC selama
Kadar abu karbon dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan
(3).
massa abu
Kadar abu (%) = x 100 % (3)
berat sampel
adsorpsi karbon terhadap senyawa metilen biru. Sebanyak 0,3 gram karbon aktif
metilen biru 5000 ppm kemudian distirer selama 90 menit. Selanjutnya campuran
gelombang maksimum. Adapun larutan standar dibuat dari larutan metilen biru
dengan konsentrasi 0,5; 1; 2; 4; dan 8 ppm yang diukur absorbansinya pada pada
29
λ maksimum 664 nm, lalu dibuat kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi
sampel.
metode adsorpsi metilen biru. Banyaknya metilen biru yang diadsorpsi sebanding
dengan luas permukaan adsorben. Konsentrasi metilen biru yang teradsorpsi dapat
ditentukan luas permukaan metilen biru berdasarkan rumus pada persamaan (5),
Xm . N . a
S= (5)
Mr
(320,5 g/mol), a adalah luas permukaan 1 molekul metilen biru (197 x 10 -20 m2)
uap air. Sampel film ditempelkan pada sel holder dengan perekat ganda, kemudian
dilapisi dengan logam emas dalam keadaan vakum. Setelah itu, sampel
30
3.4.4.5 Karakterisasi Gugus Fungsi dengan FTIR
Unhas dengan preparasi sampel metode pellet KBr. Preparasi sampel dilakukan
dengan 1-10 mg sampel dihaluskan dan dicampur dengan 100 mg KBr dan
dalam bentuk serbuk lolos saringan 100 mesh menggunakan perangkat XRD.
Menghitung besar ukuran kristal (nm) dapat dilihat pada Persamaan 6 (Sandi dan
Astuti, 2014):
Kλ
D= (6)
B cos θ
Dimana:
3.4.4.7 Penentuan Gugus Fungsi Asam dan Basa Total dengan Metode Titrasi
Boehm
sebanyak 0,1 gram dimasukkan ke dalam 4 buah gelas kimia yang berisi larutan
31
fungsional asam) dan HCl 0,05 N (untuk penentuan gugus fungsional basa)
0,05 N berlebih, lalu ditirasi balik dengan menggunakan larutan NaOH 0,05 N.
karboksil, Na2CO3 dapat menetralkan gugus karboksil dan lakton, NaOH dapat
menetralkan gugus karboksil, lakton dan fenol, dan HCl dapat menetralkan gugus
basa total. Analisis gugus asam total dan basa total dapat menggunakan rumus
Vp
[VNaH𝐶𝑂3 NNaH𝐶𝑂3 - (NHCl VHCl - NNaOH VNaOH )]
Vs
ncarboxylic = (7)
w
Vp
[V𝑁𝑎2𝐶𝑂3 N𝑁𝑎2𝐶𝑂3 - (NHCl VHCl - NNaOH VNaOH )]
Vs
nlactonic = - ncarboxylic (8)
w
Vp
[VNaOH NNaOH - (NHCl VHCl - NNaOH VNaOH )]
Vs
nphenolic = - ncarboxylic - nlactonic (9)
w
Vp
[ VHCl NHCl - (NNaOH VNaOH - NHCl VHCl ) ]
Vs
ntotal base = (10)
w
alat Potensiostat EA161 dengan tiga elektroda yaitu elektroda Pt, elektroda
32
Ag/AgCl dan elektroda pasta karbon. Pengujian elektroda dilakukan dengan nilai
laju scan 10, 20, dan 50 mV/s menggunakan larutan elektrolit 0,5 M Li2SO4,
Ic – Id
Cs = (11)
vxm
dimana, Cs adalah nilai kapasitansi spesifik (F/g), Ic adalah arus charge (A), Id
adalah arus discharge (A), v adalah scanrate (V/s) dan m adalah massa elektroda
33
BAB IV
dan karbon aktif tempurung kemiri melalui analisis proksimat (kadar air dan
FTIR, analisis struktur dan ukuran kristal dengan XRD, serta analisis nilai
pengeluaran pengotor dimana sebagian besar unsur non-karbon akan hilang pada
tahap ini. Karbonisasi menggunakan tanur pada suhu 750 oC selama 90 menit
karena menurut Efendi dan Astuti (2016), ukuran pori yang didapatkan mulai
100 mesh untuk mereduksi ukurannya. Karena ukuran partikel karbon yang kecil
memberikan luas permukaan yang besar. Selain itu, hal ini dilakukan agar karbon
Komposisi dari karbon dan activator dalam proses aktivasi karbon akan
34
akan membentuk spesies polipospat yang panjang (Ali dkk., 2014) yang kemudian
reaksi ini disertai dengan tranformasi kimia berlanjut seperti degradasi, dehidrasi,
2001; Nahil dan Williams, 2012; Jagtoyen dan Deryshire, 1998; Yakout dan
El-Deen, 2016; Timur dkk., 2006). Reaksi aktivator H3PO4 dengan karbon dapat
Gambar 6. Reaksi aktivator H3PO4 pada material karbon (Li dkk., 2012).
Selain bereaksi dengan atom C, reaksi lain yang terjadi saat aktivasi
35
Gambar 7. Reaksi pengikatan air oleh Phosphorus(V) Oxide (Masson, 2008).
Senyawa P4O10 sebagai sisa hasil reaksi yang tidak lagi bereaksi dengan
karbon, dapat berperan sebagai agen pendehidrasi sesuai reaksi pada Gambar 7
(Masson, 2008).
Analisis kadar air dan kadar abu dilakukan untuk menentukan kualitas
sampel karbon tempurung kemiri dan karbon aktif tempurung kemiri agar sesuai
dengan standar SNI. Hasil analisis dan perbandingan kadar air dan kadar abu
5.5000
5.4000
5.3000
5.2000
5.1000
5.0000
4.9000
4.8000
KTK KATK
Uap Air (%) 5.4464 5.0577
Abu (%) 5.2942 5.1274
Gambar 8. Grafik analisis kadar air dan kadar abu KTK dan KATK
36
Pada gambar tersebut diketahui bahwa kadar air karbon tempurung kemiri
yaitu sebesar 5,4464 %. Sedangkan kadar air karbon aktif tempurung kemiri
menurun yaitu sebesar 5,0577 %. Hal ini menunjukkan kualitas karbon aktif yang
dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Kadar air yang terkandung sesuai
maksimum 15%.
Penurunan kadar air sangat erat hubungannya dengan sifat higrokopis dari
aktivator H3PO4, dimana karbon aktif mempunyai sifat afinitas yang besar
terhadap air. Terikatnya molekul air yang ada pada karbon aktif oleh aktivator
menyebabkan pori-pori pada karbon aktif semakin besar. Semakin besar pori-pori
maka luas permukaan karbon aktif semakin bertambah (Laos dkk., 2016).
dari mineral-mineral dalam suatu bahan yang tidak dapat menguap pada proses
pengabuan (Budiono, 2009). Dari Gambar 8 terlihat bahwa kadar abu karbon
tempurung kemiri menurun setelah diaktivasi dengan H3PO4. Kadar abu karbon
tempurung kemiri yaitu sebesar 5,2942 %. Sedangkan kadar abu pada karbon aktif
tempurung kemiri yaitu sebesar 5,1274 %. Keseluruhan kadar abu yang diperoleh
pada penelitian ini telah memenuhi SNI 06-3703-1995 yaitu dibawah 10%.
Pada karbon aktif, kadar abu diupayakan sekecil mungkin karena akan
menurunkan kemampuan daya serapnya baik dalam bentuk gas maupun larutan.
Kandungan abu dapat berupa kalsium, kalium, magnesium dan natrium yang
37
4.3 Karakterisasi dengan FTIR dan Titrasi Boehm
konsentrasi gugus asam dan basa dari material karbon ditentukan melalui metode
titrasi Boehm. Hasil analisis FTIR dapat dilihat pada Gambar 9 dan Tabel 3.
KATK
2927.94
3165.19
1647.21
3277.06
C-H
O-H =C-H C=C
1064.71
1132.21
%T
KTK C-O
2922.16
1118.71
1056.99
3414.00
C-H 1535.34
C=C C-O
O-H
38
Tabel 3. Spektrum IR sampel Karbon Tempurung Kemiri dan Karbon Aktif
Tempurung Kemiri
Gugus Fungsi Bilangan Gelombang cm-1
KTK KATK
O-H 3414.00 3277.09
C-O 1118.71 1132.21
C=C aromatik 1535.34 1647.21
C-H 2922.16 2927.94
karbon tempurung kemiri dan karbon aktif tempurung kemiri secara kualitatif
Harris dkk., (2008), struktur tepat karbon aktif tidak diketahui, namun material
aktivasinya.
Gambar 10. Beberapa spesies gugus fungsional berbasis oksigen pada permukaan
karbon aktif (Shafeeyan dkk., 2010).
KTK dan KATK. Pita serapan yang lebar dan kuat pada daerah 3414 cm -1 (KTK)
39
dan 3277.06 cm-1 (KATK) mengindikasikan adanya gugus O-H yang merupakan
gugus hidroksil baik dari kelompok alkohol, fenol atau asam karboksilat. Pita
serapan di daerah 1118.71 cm-1 (KTK) dan 1132.21 cm-1 (KATK) menunjukkan
vibrasi C-O dari fenol. Hal tersebut diperkuat dengan adanya vibrasi dari C=C
aromatik pada pita serapan 1535.34 cm-1 (KTK) dan 1647.21 cm-1 (KATK).
bilangan gelombang 1132.21 cm-1 yang merupakan vibrasi C-O, serta munculnya
pita serapan baru pada bilangan gelombang 3165.19 cm-1 yang menunjukkan
fenol pada karbon setelah aktivasi. Adapun pita serapan yang lemah pada daerah
2922.16 cm-1 (KTK) dan 2927.94 cm-1 (KATK) merupakan vibrasi dari C-H
alifatik.
Hasil dari karakterisasi gugus fungsi pada KTK dan KATK menggunakan
FTIR diperkuat dengan hasil dari titrasi Boehm. Jumlah gugus asam dan basa
dihitung dari hasil titrasi Boehm dan dinyatakan dalam meq/gram. Reaktan
Boehm dapat menetralkan gugus asam dan basa. NaOH dapat menetralkan gugus
karboksil, fenol dan lakton, Na2CO3 dapat menetralkan gugus karboksil dan
lakton, NaHCO3 menetralkan gugus karboksil, dan HCl dapat menetralkan gugus
basa total.
40
18
Hasil yang didapatkan dari titrasi Boehm yang menunjukkan kadar asam
karboksilat dan fenol pada permukaan KATK lebih tinggi dari KTK. Asam total
yang dihasilkan pada karbon aktif lebih tinggi dari pada asam total pada karbon
pada gugus karboksil dan fenol sedangkan konsentrasi gugus basa menurun. Hal
ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa peningkatan gugus yang
permukaan karbon aktif dan akibatnya dapat mengurangi sifat basa dari karbon
aktif. Dengan adanya gugus aktif yang bersifat asam dan basa ini akan
dan dapat meningkatkan nilai kapasitansi spesifik. Reaksi titrasi Boehm dapat
41
Gambar 12. Reaksi penetralan pada gugus fungsi oksigen pada metode Titrasi
Boehm (Li, 2012).
42
4.4 Karakterisasi Luas Permukaan
diukur dengan metode metilen biru. Prinsip metode metilen biru ini berdasarkan
pada daya adsorpsi karbon mesopori terhadap zat warna metilen biru. Hasil
13 dan 14.
350.0000
Kapasitas adsorpsi (mg/g)
300.0000
250.0000
200.0000
150.0000
100.0000
50.0000
0.0000
KTK KATK
Kapasitas adsorpsi
226.9437 293.2643
(mg/g)
Gambar 13. Perbandingan kapasitas adsorpsi KTK dan KATK
1200.00
Luas permukaan (m2/g)
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
KTK KATK
Series1 839.76 1085.16
Gambar 14. Perbandingan luas permukaan KTK dan KATK
43
Berdasarkan data pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa luas permukaan
dari tempurung kemiri sebelum aktivasi adalah 839,76 m2/g dan meningkat
setelah diaktivasi menggunakan aktivator H3PO4, yaitu sebesar 1085,16 m2/g. Hal
ini diakibatkan aktivator H3PO4 yang digunakan, jumlah pori yang terbentuk
akibat terjadinya cross-linking dari H3PO4 dengan rantai karbon yang terdapat
tempurung kemiri.
morfologi serta diameter pori lebih jelas yang diperlihatkan pada gambar 15.
`
(a) (b)
Gambar 15. (a) Hasil SEM KTK perbesaran 10000x dan (b) Hasil SEM KATK
perbesaran 10000x.
Berdasarkan hasil analisis morfologi dengan SEM pada material KTK dan
44
maupun ukurannya pada permukaan material karbonnya. Terlihat lebih banyak
pori yang terbentuk pada karbon yang telah diaktivasi dengan H3PO4. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdiati dan Astuti (2015), karbon
○
tempurung kemiri yang diaktivasi dengan suhu 600 C dan menggunakan
aktivator H3PO4 2,5 % menghasilkan pori yang lebih banyak dan dengan pori
yang dalam.
merupakan asam kuat yang mampu mengangkat senyawa hidrokarbon atau zat
karbon. Struktur dan ukuran pori hasil karakterisasi SEM menunjukkan bahwa
selama proses aktivasi pelat-pelat karbon kristalit yang tidak teratur mengalami
memiliki permukaan yang sangat kasar dan terdapat retakan, yang menegaskan
kristal dengan X-Rays diffraction (XRD). Hasil karakterisasi XRD berupa pola
karakterisasi XRD karbon dengan suhu karbonisasi 750 ○C dapat dilihat pada
Gambar 16. Pola difraksi ini akan dibandingkan dengan pola pada data JCPDS-
International Center for Difraction Data (ICDD) nomor 20-058 (Lampiran 8).
45
bersesuaian dengan pola dari JCPDS. Grafit merupakan material berbasis karbon
yang berstruktur kristal. Grafit adalah salah satu alotrop karbon yang sangat lunak
karena ikatan antar karbonnya masih sangat lemah. Grafit terdiri dari sejumlah
pelat yang tersusun secara paralel dan masing-masing pelat mempunyai sistem
5000
4000
KATK
Intensity (Counts)
3000
2000
1000
KTK
0
10 30 50 70
2 (deg)
Gambar 16. Grafik karaterisasi XRD KTK (suhu karbonisasi 750 ○C) dan KATK
(setelah diaktivasi dengan H3PO4)
data difraktogram standar dari data JCPDS menunjukkan bahwa karbon yang
pengotor ditandai dengan munculnya peak pada profil difraktogram yang tidak
30.0221 º puncak ini sesuai dengan puncak karbon yang dilihat dari database
JCPDS yaitu 30.403 º. Pada gambar 15 terdapat puncak untuk bidang {210}
46
sesuai untuk struktur grafit. Ini menunjukkan terdapat karbon pada sampel hasil
karbonisasi tempurung kemiri. Dari hasil XRD diperoleh ukuran kristal KTK
sebesar 0,0131 rad, dan θ sebesar 15,0111. Didapatkan ukuran kristal sebesar
10,9579 nm.
telah diaktivasi secara kimia dengan larutan H3PO4. Pada difraktogram tersebut
terlihat terdapat puncak pada sekitar 26.3284 º dan 44 º hal ini menunjukkan
adanya karbon aktif pada sampel tersebut dan berbeda dengan nilai 2Ө pada
struktur amorf yang ditandai dengan tidak beraturannya puncak yang dihasilkan.
(amorf). Difraktogram KATK menunjukkan puncak pada sudut difraksi (2ϴ) yang
memiliki kesesuain terhadap data difraksi karbon aktif yang dimiliki Aisiyah
(2016).
menjadi P4O10 yang menghadirkan polimorf kristal dan puncak yang beratutan
terjadinya perbedaan jarak antara muka kristal karbon yang disebabkan oleh zat
aktivator H3PO4.
47
4.7 Analisis Kapasitansi Spesifik Karbon Tempurung Kemiri dan Karbon
elektroda referensi dan elektroda pasta karbon berfungsi sebagai elektroda kerja
nilai arus charge-discharge dari data Voltammogram pada lampiran 13 dan 14.
dihasilkan dalam penelitian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
sifat dari bahan elektroda, jenis elektrolit, komposisi elektroda, laju scanrate dan
dalam larutan elektrolit Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 0,5 M dapat dilihat pada
Tabel 4. Hasil analisis nilai kapasitansi pada berbagai scanrate pada karbon
tempurung kemiri
48
0.035
Gambar 17. Kurva Scanrate vs Kapasitansi spesifik KTK dalam larutan elektrolit
Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 0,5 M
spesifik karbon tempurung kemiri pada elektrolit Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4
Li2SO4 pada scanrate 50 mV/s ke 10 mV/s yaitu 0.002043 F/g naik menjadi
elektrolit K2SO4 sebesar 0.007588 F/g meningkat menjadi 0.020575 F/g pada
pada scanrate yang sama meningkat menjadi 0.030837 F/g. Pada umunya sifat
dari elektrolit seperti ukuran ion, jenis ion, konduktivitas ion dan konsentrasi
bahwa sifat dari elektrolit terutama ukuran ion sangat berpengaruh terhadap nilai
49
kapasitansi spesifik dari KATK dalam larutan elektrolit Li 2SO4, Na2SO4 dan
Tabel 5. Hasil analisis nilai kapasitansi pada berbagai scanrate pada karbon aktif
tempurung kemiri
0.06
Kapasitansi spesifik (F/g)
0.05
0.04
0.03 Li2SO4
Na2SO4
0.02
K2SO4
0.01
0
0 20 40 60
Scanrate (mV/s)
spesifik KATK pada elektrolit Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 0,5 M dengan variasi
nilai kapasitansi spesifik dalam larutan elektrolit K2SO4 pada scanrate 50 mV/s ke
10 mV/s yaitu 0.0059 F/g naik menjadi 0.033619 F/g. Pengukuran kapasitansi
lainnya pada scanrate 10 mV/s untuk sampel KATK sebesar 0.033619 F/g
50
meningkat menjadi 0.047851 F/g dalam larutan elektrolit Na2SO4. Nilai
maka elektrolit Li2SO4 yang memiliki nilai kapsitansi terbesar karena ukuran ion
dan konduktivitas ion akan mempengaruhi pergerakan ion dalam pori elektroda
kation logam alkali berada pada urutan sebagai berikut: Li+ > Na+ > K+. Elektrolit
Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 akan terionisasi menjadi Li+, Na+, K+ dan SO42- dalam
air. Ion-ion ini akan masuk ke dalam pori-pori elektroda dan membentuk lapisan
ganda.
Seperti yang diketahui, ukuran ion logam alkali ada pada urutan Li+
(0,6 Å) < Na+ (0,95 Å) < K+ (1,33 Å), sedangkan jari-jari ion terhidrasi sesuai
pada urutan Li+ (3,82 Å) > Na+ (3,58 Å) > K+ (3,31 Å) (Qu dkk., 2009; Zheng
dkk., 2010). Di antara ketiga larutan ini, yang paling menjanjikan, ditandai dengan
operasional tinggi adalah 0,5 molL-1 Li2SO4. Ini berarti bahwa ion membentuk
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fic dkk., (2012) yang menggunakan
elektrolit Li2SO4, Na2SO4 dan K2SO4 yang secara berturut-turut memiliki nilai
51
kapasitansi spesifik 170 F/g, 105 F/g dan 78 F/g pada scanrate 10 mV/s. Hal ini
karbon yang telah diaktivasi pada penelitian ini memiliki hasil yang lebih tinggi
scanrate 10 mV/s. Hal ini membuktikan bahwa elektrolit alkali sulfat lebih baik
52
BAB V
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Karbon aktif dapat diperoleh dari tempurung kemiri yang diaktifkan dengan
20 jam. Karbon aktif yang dihasilkan memenuhi standar SNI dengan hasil
pengujian kadar air yaitu 5,0577 % dan kadar abu yaitu 5,1274 %. Aktivator
2. Nilai kapasitansi spesifik meningkat dalam urutan Li 2SO4 > Na2SO4 > K2SO4
muatan elektroda/elektrolit.
5.2 Saran
elektrolit alkali sulfat terhadap nilai kapasitansi spesifik karbon tempurung kemiri
yaitu perlunya modifikasi permukaan karbon dengan H2SO4 atau H2O2 yang
sulfat.
53
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadpour, A. and Do, D.D., 1995, The Effect of Pore Structure on The
Adsorptionequilibria and Dynamics of A Commercial Activated Carbon
has Been Investigated, Carbon, 33 (10): 1393-1398.
Aisiyah, R. H., 2016, Pemanfaatan Karbon Aktif dari Limbah Tongkol Jagung
sebagai Filter Air, Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
Ali, M. M. S., El-Sai, N., Girgis, B. S., 2014, Evaluation and Modeling of High
Surface Area Activated Carbon from Date Frond and Application on Some
Pollutants, Int. J. Comp. Eng. Res., 4(1): 70-78.
Aripin, H., Lestari, L., Ismail, D., Sabchevski, S., 2010, Sago Wasted Based
Activated Carbon Film as an Electrode Material for Electric Double Layer
Capacitor, The Open Materials Science Journal, 4(1): 117-124.
Aziz, H., Tetra, O.N., Alif, A., Syukri, and Ramadhan, W., 2016, Electrical
Properties of Supercapacitor Electrode Based on Activated Carbon from
Waste Palm Kernel Shells, Der Pharma Chemica, 8(15): 227-232.
Babel, K., Jurewicz, K., 2004, KOH Activated Carbon Fabrics as Supercapacitor
Material, Journal of Physics and Chemistry of Solids, 65(2): 275-280.
Badwal, S.P.S., Giddey, S.S., Munnings, C., Bhatt, A.I., and Hollenkamp, A.F.,
2014, Emerging Electrochemical Energy Conversion and Storage
Technologies, Review Article, 2(79): 1-28.
Bansal, R.C., and Goyal, M., 2005, Activated Carbon Adsorption, Boca Raton,
FL: CRC Press.
Becker, H.I., 1957, Low Voltage Electrolytic Capacitor, United States Patent,
USA.
Béguin, F., and Frackowiak, E., 2013, Supercapacitors: Materials, Systems and
Applications, Ch. 2, Wiley-VCH, Weinheim.
Bichat, M.P., Raymundo-Pineero, E., and Béguin, F., 2010, High Voltage
Supercapacitor Built with Seaweed Carbons in Neutral Aqueous
Electrolyte, Carbon, 48(15): 4351–4361.
54
Boyea, J.M., Camacho, R.E., Turano, S.P., and Ready, W.J., 2007, Carbon
Nanotube Based Supercapacitors: Technologies and Markets,
Nanotechnology Law & Business, 4(1): 585-593.
BSN, 1995, SNI 06-3730-1995, Arang Aktif Teknis, Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
Budiono, A., 2009, Pengaruh Aktivasi Arang Tempurung Kelapa dengan Asam
Sulfat dan Asam Fosfat untuk Adsorpsi Fenol, Jurusan Kimia, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Darmawan, S., Wistara, N. J., Pari, G., Maddu, A., dan Syafii, W., 2016,
Characterization of Lignocellulosic Biomass as Raw Material for the
Production of Porous Carbon-based Materials, BioResources, 11(2):
3561-3574.
Dastgheib, S. A., dan Rockstraw, D. A., 2001, Pecan Shell Activated Carbon:
Synthesis, Characterization, and Application for The Removal of Copper
From Aqueous Solution, Carbon, 39(12): 1849-1855.
Efendi, Z. dan Astuti, 2016, Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Morfologi dan
Jumlah Pori Karbon Aktif Tempurung Kemiri sebagai Elektroda, Jurnal
Fisika Unand, 5(4): 297-302.
Fellman, B., 2010, Carbon-Based Electric Double Layer Capacitors for Water
Desalination, Department of Mechanical Engineering, Massachusetts
Institute of Technology.
Fic, K., Lota, G., Meller, M., and Frackowiak, E., 2012, Novel Insight into
Neutral Medium as Electrolyte for High-Voltage Supercapacitors, Energy
Environ. Sci., 5: 5842–5850.
Goertzen, S. L., Theriault, K. D., Oikcle, A. M., Tarasuk, A. C., dan Andreas,
H. A., 2010, Standardization of The Boehm titration. Part I. CO2
Expulsion and Endpoint Determination, Carbon, 48: 1252-1261.
55
Girgis, B.S., Samya, S.Y., dan Ashraf, M.S., 2002, Characteristic of Activated
Carbon from Peanut Hulls in Relation to Condition of Preparation,
Materials Letters, 57(1): 164-172.
Himmaty, I., dan Endarko, 2013, Pembuatan Elektroda dan Perancangan Sistem
Capacitive Deionization untuk Mengurangi Kadar Garam pada Larutan
Sodium Clorida (NaCl), Berkala Fisika, 16(3): 67 – 74.
Jagtoyen, M., dan Deryshire, F., 1998, Activated Carbons from Yellow Poplar and
White Oak by H3PO4 Activation, Carbon, 36(7): 1085-1097.
Janes, A., Kurig, H., Lust, E., 2007, Characterization of Activated Nanoporous
Carbon for Supercapacitor Electrode Materials, Carbon, 45, 1226-1233.
Jeffery, G. H., Basset, J., Mendham, J., dan Denney, R. C., 1989, Vogel's textbook
of Quantitative Chemical Analysis 5th Edition, Longman Group UK,
England.
Kamikuri, N., Hamasuna, Y., Tashima, D., Fukuma, M., Kumagai, S., John,
D.W., and Madden, W., 2014, Low Cost Activated Carbon Materials
Produced from Used Coffee Grounds for Electric Double-Layer
Capacitors, International Journal of Engineering Science and Innovative
Technology (IJESIT), 3: 492-501.
Kötz, R., Baertschi, M., Müller, S., and Schnyder, B., 2001, Supercapacitors for
Peak-Power Demand in Fuelcell-Driven Cars, Electrochemical Society
Proceedings, 21: 564-575.
Kercher, A.K. and Nagle, D.C., 2003, Microstructural Evolution During Charcoal
Carbonization by X-Ray Diffraction Analysis, Carbon, 41(1): 15-27.
Lang, X.Y., Hirata, A., Fujita, T., Chen, M.W., 2011, Nanoporous metal/oxide
hybrid electrodes for electrochemical supercapacitors, Nat. Nanotechnol,
6: 232-236.
Labanni’, A., Zakir, M. dan Maming, 2015, Sintesis dan Karakterisasi Karbon
Nanopori Ampas Tebu (Saccharum officinarum) dengan Aktivator ZnCl2
56
melalui Iradiasi Ultrasonik sebagai Bahan Penyimpan Energi
Elektrokimia, Indo. Chim. Acta, 8 (1), 1-9.
Laos, L.E., Masturi, dan Yulianti, I., 2016, Pengaruh Suhu Aktivasi terhadap
Daya Serap Karbon Aktif Kulit Kemiri, E-Journal, 5: 135-140.
Lestari, L. F. K. D., Ratnani, R. D., Suwardiyono dan Kholis, N., 2017, Pengaruh
Waktu dan Suhu Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa
Sebagai Upaya Pemanfaatan Limbah dengan Suhu Tinggi Secara Pirolisis,
Inovasi Teknik Kimia, 2(1): 32 – 38.
Li, X., Xing, W., Zhuo, S., Zhuo, J., Li, F., Qiao, S., Lu,G., 2011, Preparation of
Capacitor’s Electrode from Sunflower Seed Shell, Bioresour. Technol.,
102, 1118-1123.
Lin, R.Y., Taberna, .L., Fantini, S., Presser, V., Pérez, C.R., Malbosc, F.,
Rupesinghe, N.L., Teo, K.K., Gogotsi, Y., and Simon. P., 2011,
Capacitive Energy Storage from -50 to 100 oC Using an Ionic Liquid
Electrolyte, J. Phys. Chem. Lett, 2(2011): 2396-2401.
Marsh, H., F.R.-R., 2006, Activated Carbon, 1 ed, Elsevier, Amsterdam, London.
Meilita, T.S. dan Tuti, S.S., 2003, Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
Pembuatannya), Skripsi, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
57
Muzakir, M., 2018, Sintesis Nitrogen-Doped Carbon (NDC) dari Tempurung
Kemiri (Aleurites Moluccana) Teraktivasi H3PO4 sebagai Penyimpanan
Energi Superkapasitor, Skripsi, Universitas Hasanuddin.
Nurdiati, D., dan Astuti, 2015, Sintesis Komposit PAni/Karbon dari Tempurung
Kemiri (Aleurites moluccana) Sebagai Elektroda Kapasitor, Jurnal Fisika
Unand, 4(1): 51-57.
Qu, Q.T., Wang, B., Yang, L.C., Shi, Y., Tian, S., and Wu, Y.P., 2008, Study on
Electrochemical Performance of Activated Carbon in Aqueous Li2SO4,
Na2SO4 and K2SO4 electrolytes, Electrochemistry Communications,
10(2008): 1652-1655.
Qu, Q. T., Zhang, P., Wang, B., Chen, Y. H., Tian, S., Wu, Y. P., and Holze, R.,
2009, J. Phys. Chem. C., 113: 14020.
Pari, G., Darmawan, S., and Prihandoo, B., 2014, Porous Carbon Spheres from
Hydrothermal Carbonization and KOH Activation on Cassava and Tapioca
Flour Raw Material, Procedia Environmental Sciences, 20: 342 – 351.
Pandolfo, A.G. and Hollenkamp, A.F., 2006, Carbon Properties and Their Role in
Supercapasitors, CSIRO Division of Energy Technology.
Piwek, J., Platek, A., Fic, K., and Frackoiwak, E., 2016, Carbon-Based
Electrochemical Capacitors with Acetate Aqueous Electrolytes,
Electrochimica Acta, 215: 179–186.
Purbo, C., Rachman, F., Teguh, K.B., Sukma, R.N., Fadhilah, U.R., Kurniawati,
Y., 2009, X-Ray Difraktometer (XRD), Tugas Kimia Fisika Semester
Pendek, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Ren, X. J., 2013, Comparative study of graphene oxide, activated carbon and
carbon nanotubes as adsorbents for copper decontamination, Dalton Trans,
42: 5266-5274.
Ruiz, V., Santamaria, R., Granda, M., and Blanco, C., 2009, Long-term cycling of
carbon based supercapacitors in aqueous media, Electrochimica Acta,
54(19): 4481– 4486.
58
Sandi, A. P. dan Astuti, 2014, Pengaruh Waktu Aktivasi menggunakan H3PO4
terhadap Struktur dan Ukuran Pori Karbon Berbasis Arang Tempurung
Kemiri (Aleurites Moluccana), Jurnal Fisika Unand, 3(2): 115 - 120.
Sharma, S.S., Kumar, V., and Joshi, R.R., 2010, An Overview on Energy Storage
Options for Renewable Energy Systems, Udaipur, India.
Surest, A.H., Kasih, J.A.F., Wisanti, A., 2008, Pengaruh Suhu, Konsentrasi Zat
Aktivator dan Waktu Aktivasi terhadap Daya Serap Karbon Aktif dari
Tempurung Kemiri, Jurnal Teknik Kimia, 2(15): 17-22.
Teng, Y., Liu, E., Ding, R., Liu, K., Liu, R., Wang, Luo., Yang, Z., and Jiang, H.,
2016, Bean Dregs-Based Activated Carbon/Copper Ion Supercapacitors,
Electrochimica Acta, 194: 394-404.
Tetra, O.N., Aziz, H., Emriadi, Wahyuni, H., and Alif, A., 2016, Performance of
TiO2-Carbon on Ceramic Template with Sodium Hydroxide Activation as
Supercapacitor Electrode Materials, Der Pharma Chemica, 8(17): 26-30.
Timur, S., Kantarli, C., Ikizoglu, E., dan Yanik, J., 2006, Preparation of Activated
Carbons from Oreganum Stalks by Chemical Activation, Energy and
Fuels, 20(6): 2636-2641.
Van, K. L., and Thi, T.T.L., 2014, Activated Carbon Derived From Rice Husk By
NaOH Activation And Its Apllication In Supercapacitor, Materials
International, 24(3): 191-198.
Vangari, M., Pryor, T., dan Jiang, L., Supercapacitors: review of materials and
fabrication methods, J. Energy Eng, 139(2): 72-79.
Vytras, K., Svancara, I. dan Metelka, R., 2009, Carbon Paste Electrodes in
Electroanalytical Chemistry, J. Serb. Chem. Soc., 74(10), 1021-1033.
Wulandari, F., Erlina., Bintoro, R.A., Budi, E., Umiatin, U., dan Nasbey, H.,
Pengaruh Temperatur Pengeringan Pada Aktivasi Arang Tempurung
Kelapa Dengan Asam Klorida dan Asam Fosfat Untuk Penyaringan Air
Keruh, E-Journal, 3: 289-293.
59
Yakout, S. M., dan El-Deen, G. S., 2016, Characterization Of Activated Carbon
Prepared By Phosphoric Acid Activation Of Olive Stones, Arab. J. Chem.,
9: 1155-1162.
Yuliusman dan Diana, A., 2013, Adsorption of Carbon Monoxide (CO) Gas And
Clearing Fire Smoke Using Activated Carbon From Coconut, The 13th
International Conference on QIR, Quality in Research, 496-503.
Zhang, M., Wang, G., Xu, H., Lu, L., Xiao, Z., and Liu, S., 2018, Synergistic
Interaction Between Redox-Active Electrolytes and Functionalized Carbon
in Increasing the Performance of Electric Double-Layer Capacitors,
Journal of Energy Chemistry, 27(4): 1219-1224.
Zheng, C., Qi, L., Yoshio, M., and Wang, H. Y., 2010, J. Power Sources, 195:
4406.
Zhong, C., Deng, Y., Hu, W., Qiao, J., Zhang, L., dan Zhang, J., 2015, A review
of Electrolyte Materials and Compositions For Electrochemical
Supercapacitors, Chem. Soc. Rev., 44(21): 7484 -7539.
Zhou, Z., Benbouzid, M., Charpentier, J.F., Scuiller, F., and Tang, T., 2013, A
Review of energy storage technologies for marine current energy systems,
Renewable and suistanable reviews, 18: 390-400.
Zuleta, M., Bjornbom, P., and Lundblad, A., 2005, Effects of Pore Surface
Oxidation on Electrochemical and Mass-Transport Properties of
Nanoporous Carbon, Journal of The Electrochemical Society, 152(2):
A270-A276.
60
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian
Karbonisasi
Aktivasi Karbon
Analisis Kadar Air Analisis Kadar Abu Analisis dengan Analisis dengan FTIR
Spektrofotometer
UV-Vis
61
Lampiran 2. Bagan Kerja
1. Pembuatan Karbon Aktif Tempurung Kemiri (Efendi dan Astuti, 2016)
Tempurung Kemiri
20 jam
• dicuci dengan akuades berulang-ulang hingga filtrat pH
o
netral dan dikeringkan dalam oven pada suhu 110 C
selama 2 jam.
• didinginkan dalam desikator.
Karbon Aktif
Tempurung Kemiri
62
2. Analisis Kadar Air (Lestari dkk., 2017)
Hasil
Catatan: diulangi prosedur yang sama dengan sampel karbon aktif tempurung
kemiri
Hasil
Catatan: diulangi prosedur yang sama dengan sampel karbon aktif tempurung
kemiri
63
4. Analisis Luas Permukaan (Labbanni’ dkk., 2015)
0,3 Gram Karbon
Tempurung Kemiri
• dicampurkan dengan 25 mL larutan metilen biru 5000 ppm
kemudian distirer selama 90 menit
• disaring
• diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum
Hasil
Catatan: diulangi prosedur yang sama dengan sampel karbon aktif tempurung
kemiri
Karbon Aktif
Tempurung Kemiri
• diusahakan dalam keadaan kering dan bebas uap air
• ditempelkan pada sel holder dengan perekat ganda
• dilapisi dengan logam emas dalam keadaan vakum
• dimasukkan pada tempatnya di dalam SEM
• diamati dan dilakukan perbesaran 10000 kali
Hasil
Hasil
64
7. Analisis Kristalinitas dengan XRD (Kercher & Nagle, 2003; Iguchi, 1997)
Karbon Aktif
Tempurung Kemiri
• dibuat dalam bentuk serbuk lolos saringan 100 mesh
• dianalisis menggunakan perangkat XRD
Hasil
8. Analisis Gugus Fungsi Asam dan Basa Total dengan Metode Titrasi Boehm
(Goertzen dkk., 2010)
Filtrat Endapan
• dipipet sebanyak 10 mL dari larutan Na 2CO3, NaHCO3 dan NaOH,
Hasil
65
9. Analisis Kapasitansi Spesifik (Vytras dkk., 2009; Wachid dan Setiarso,
2014; Himmaty dan Endarko, 2013)
Karbon Aktif
Tempurung Kemiri
• dicampur dengan lilin parafin dengan perbandingan
massa karbon/massa lilin parafin adalah 1 : 1 dan diaduk
sampai homogen menggunakan spatula pada cawan petri
• dimasukkan ke dalam badan elektroda dengan cara
ditekan menggunakan spatula
Elektroda
Karbon
Hasil
66
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
67
Analisis Kadar Air Analisis Kadar Abu
68
Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan Larutan Pereaksi
V1 × M1 = V2× M2
V1 = 7.35 mL
gram = L × N × BE
gram = L × N × BE
gram = L × N × BE
% × bj × 10 V1 × N1 = V2× N2
N=
BE
V1 × 12,06 N = 250 mL × 0,05 N
37×1,19 g/mL × 10
N=
36,5 g/eq V1 = 1,03 mL
N= 12,06 N
69
2.6 Pembuatan Larutan Na2B4O7 0,05 N
gram = L × N × BE
gram = L × N × BE
gram = L × M × BM
gram = L × M × BM
gram = L × M × BM
70
mg metilen biru = 1250 mg
V1 × C1 = V2 × C2
V1 = 10 mL
V1 × C1 = V2 × C2
V1 = 0,25 mL
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 50 ppm = 25 mL × 1 ppm
V1 = 0,5 mL
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 50 ppm = 25 mL × 2 ppm
V1 = 1 mL
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 50 ppm = 25 mL × 4 ppm
V1 = 2 mL
V1 × C1 = V2 × C2
V1 × 50 ppm = 25 mL × 8 ppm
V1 = 4 mL
71
Lampiran 5. Data Spektrum FTIR
100
1247.94
752.24
804.32
1653.00
1745.58
%T
2922.16
1797.66
2519.03
572.86
90
715.59
2358.94
1118.71
1056.99
3414.00
80
362.62
1535.34
875.68
70
60
1423.47
50
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
Karbon Tempurung Kemiri 1/cm
No. Peak Intensity Corr. Intensity Base (H) Base (L) Area Corr. Area
1 362.62 80.847 19.317 410.84 349.12 2.877 2.9
2 572.86 97.095 0.781 634.58 559.36 0.538 0.101
3 715.59 92.788 6.914 736.81 680.87 0.722 0.653
4 752.24 98.938 0.762 777.31 736.81 0.119 0.068
5 804.32 98.92 0.766 829.39 777.31 0.169 0.099
6 875.68 73.919 25.754 921.97 831.32 3.331 3.203
7 1056.99 90.21 3.403 1103.28 923.9 5.304 1.793
8 1118.71 91.321 1.328 1199.72 1105.21 2.496 0.581
9 1247.94 99.629 0.476 1273.02 1246.02 0.026 0.031
10 1423.47 58.079 29.186 1533.41 1273.02 30.504 16.575
11 1535.34 77.96 0.429 1637.56 1533.41 6.716 1.154
12 1653 98.796 1.306 1666.5 1637.56 0.073 0.088
13 1745.58 98.682 0.878 1761.01 1724.36 0.138 0.076
14 1797.66 97.854 1.78 1828.52 1780.3 0.221 0.157
15 2358.94 92.554 3.594 2393.66 2343.51 0.997 0.354
16 2519.03 97.387 2.574 2636.69 2443.81 0.889 0.836
17 2922.16 98.02 0.561 2947.23 2904.8 0.309 0.052
18 3259.7 88.255 0.721 3431.36 3398.57 1.725 0.062
Comment;
Karbon Tempurung Kemiri Date/Time; 5/16/2019 11:29:51 AM
No. of Scans;
Resolution;
Apodization;
72
2. Karbon Aktif Tempurung Kemiri
100
%T
1456.26
1421.54
2927.94
653.87
90
1219.01
3165.19
1566.20
790.81
3277.06
2364.73
1647.21
3489.23
3547.09
80
873.75
364.55
70
576.72
985.62
60
1132.21
1064.71
526.57
50
4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
Karbon Aktif Tempurung Kemiri 1/cm
No. Peak Intensity Corr. Intensity Base (H) Base (L) Area Corr. Area
1 364.55 73.973 10.455 372.26 347.19 2.069 0.772
2 526.57 54.185 35.157 557.43 455.2 9.669 6.056
3 576.72 73.37 15.641 621.08 559.36 3.665 1.501
4 653.87 93.786 0.405 655.8 623.01 0.479 0
5 790.81 90.475 8.515 835.18 727.16 2.916 2.315
6 873.75 76.075 23.755 918.12 837.11 3.317 3.253
7 985.62 72.344 26.197 1018.41 947.05 4.045 3.612
8 1064.71 57.964 34.657 1095.57 1020.34 9.43 7.22
9 1132.21 58.215 35.204 1178.51 1097.5 9.589 7.377
10 1219.01 91.225 7.992 1280.73 1180.44 2.101 1.734
11 1421.54 96.063 1.684 1444.68 1406.11 0.543 0.171
12 1456.26 97.105 1.454 1479.4 1444.68 0.292 0.108
13 1566.2 90.57 0.216 1573.91 1564.27 0.401 0.006
14 1647.21 88.422 11.236 1674.21 1625.99 1.124 1.058
15 2364.73 89.999 2.673 2507.46 2347.37 2.834 0.213
16 2927.94 95.992 1.353 2949.16 2891.3 0.833 0.152
17 3165.19 90.555 4.005 3207.62 3074.53 3.473 1.082
18 3277.06 89.896 0.092 3278.99 3228.84 2.031 0.029
19 3489.23 85.895 6.786 3512.37 3435.22 2.995 1.145
20 3547.09 83.883 8.232 3606.89 3514.3 4.825 1.882
Comment;
Karbon Aktif Tempurung Kemiri Date/Time; 5/16/2019 11:23:38 AM
No. of Scans;
Resolution;
Apodization;
73
Lampiran 6. Hasil SEM
74
2. Karbon Aktif Tempurung Kemiri
75
Lampiran 7. Hasil Analisis XRD
Group : Standard
Data : C#kemiri
# Strongest 3 peaks
no. peak 2Theta d I/I1 FWHM Intensity Integrated Int
no. (deg) (A) (deg) (Counts) (Counts)
1 10 30.0221 2.97407 100 0.74980 1400 56507
2 9 27.0324 3.29582 30 0.86750 418 23768
3 6 23.5266 3.77841 24 2.05330 341 28215
76
# Data Infomation
Group : Standard
Data : C#kemiri
Sample Nmae : serbuk
Comment :
Date & Time : 05-22-19 11:41:51
# Measurement Condition
X-ray tube
target : Cu
voltage : 40.0 (kV)
current : 30.0 (mA)
Slits
Auto Slit : Used
divergence slit : 1.00000 (deg)
scatter slit : 1.00000 (deg)
receiving slit : 0.30000(mm)
Scanning
drive axis : Theta-2Theta
scan range : 10.0000 - 65.0000 (deg)
scan mode : Continuous Scan
scan speed : 2.0000 (deg/min)
sampling pitch : 0.0200 (deg)
preset time : 0.60 (sec)
77
< Group: Standard
I (CPS)
Data: C#kemiri >
Profile
4000
3000
2000
1000
I (CPS)
Smoothing Profile
4000
3000
2000
1000
I (CPS)
4000
3000
2000
1000
I (CPS)
Ka1 Profile
4000
3000
2000
1000
I (CPS)
Peak
4000
3000
2000
1000
10
0 20
78
2. Karbon Aktif Tempurung Kemiri
Group : Standard
Data : C#Aktif3Kemiri
# Strongest 3 peaks
no. peak 2Theta d I/I1 FWHM Intensity Integrated Int
no. (deg) (A) (deg) (Counts) (Counts)
1 7 20.8399 4.25906 100 0.44810 686 19395
2 2 11.5921 7.62766 84 0.37570 576 11500
3 17 29.1790 3.05806 83 0.40660 570 14333
79
43 58.6100 1.57378 4 0.38000 28 620
44 59.3750 1.55532 9 0.37660 63 1216
45 60.3000 1.53365 5 0.32000 31 588
46 60.7600 1.52314 4 0.36000 27 692
47 63.9200 1.45524 6 0.64000 41 1324
48 64.3994 1.44556 28 0.34630 195 3384
80
# Data Infomation
Group : Standard
Data : C#Aktif3Kemiri
Sample Nmae : serbuk
Comment :
Date & Time : 05-22-19 12:13:04
# Measurement Condition
X-ray tube
target : Cu
voltage : 40.0 (kV)
current : 30.0 (mA)
Slits
Auto Slit : Used
divergence slit : 1.00000 (deg)
scatter slit : 1.00000 (deg)
receiving slit : 0.30000(mm)
Scanning
drive axis : Theta-2Theta
scan range : 10.0000 - 65.0000 (deg)
scan mode : Continuous Scan
scan speed : 2.0000 (deg/min)
sampling pitch : 0.0200 (deg)
preset time : 0.60 (sec)
81
< Group: Standard
I (CPS)
Data: C#Aktif3Kemiri >
Profile
3000
2000
1000
I (CPS)
Smoothing Profile
3000
2000
1000
I (CPS)
2000
1000
I (CPS)
Ka1 Profile
3000
2000
1000
I (CPS)
Peak
3000
2000
1000
10 20
0
82
Lampiran 8. Database JCPDS Karbon
83
Lampiran 9. Perhitungan Kadar Air
84
b. Karbon Aktif Tempurung Kemiri
85
Lampiran 10. Perhitungan Kadar Abu
86
b. Karbon Aktif Tempurung Kemiri
87
Lampiran 11. Perhitungan Luas Permukaan dengan Metode Metilen Biru
1 0,043 0.2
Absorbansi
0.15 y = 0.0279x + 0.0185
2 0,072 R² = 0.9987
4 0,131 0.1
0.05
8 0,242
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi
88
Penentuan konsentrasi awal metilen biru (Co)
y = 0,0279 x + 0,0185
x = 5668,4587 ppm
89
b. Karbon Aktif Tempurung Kemiri
90
Lampiran 12. Perhitungan Kadar Gugus Fungsi dengan Titrasi Boehm
V. Titran Massa
V. Sampel V. HCl V. NaOH n Carboxyl
No NaHCO3 N. NaHCO3 N. HCl N. NaOH Karbon
(Vs) (mL) (mL) (mL) (meq/g)
(Vp) (mL) (g)
1 25 10 0,05 0,0279 12 0,0481 5 0,1169 8,6762
2 25 10 0,05 0,0279 12 0,0481 4,7 0,1169 8,3676
Rata-rata 8,5219
Vp
[VNaH𝐶𝑂3 NNaH𝐶𝑂3 - (NHCl VHCl - NNaOH VNaOH )]
Vs
ncarboxylic =
w
25 mL
[10 mL x 0,05 N - (0,0279 N x 12 mL - 0,0481 N x 5 mL)]
ncarboxylic = 10 mL
0,1169 gram
25 mL
[0,5 meq - (0,3348 meq - 0,2405 meq)]
ncarboxylic = 10 mL
0,1169 gram
25 mL
[0,5 meq - 0,0943 meq]
ncarboxylic = 10 mL = 8,6762 meq
0,1169 gram gram
91
Penentuan Kadar Lakton
V. Titran Massa
V. Sampel V. HCl V. NaOH n Lactone
No Na2CO3 N. Na2CO3 N. HCl N. NaOH Karbon
(Vs) (mL) (mL) (mL) (meq/g)
(Vp) (mL) (g)
1 25 10 0,05 0,0279 12 0,0481 3,2 0,1040 -1,0050
2 25 10 0,05 0,0279 12 0,0481 3,2 0,1040 -1,0050
Rata-rata -1,0050
Vp
[VNa2 CO3 NNa2 CO3 - (NHCl VHCl - NNaOH VNaOH )]
Vs
nlactonic = - ncarboxylic
w
25 mL
[10 mL x 0,05 N - (0,0279 N x 12 mL - 0,0481 N x 3,2 mL)]
nlactonic = 10 mL - 8,6762 meq
0,1040 gram gram
25 mL
[0,5 meq - (0,3348 meq - 0,15392 meq)]
nlactonic = 10 mL - 8,6762 meq
0,1040 gram gram
92
Penentuan Kadar Fenol
V. Titran Massa
V. Sampel V. HCl V. NaOH n Phenolic
No NaOH (Vp) N. NaOH N. HCl N. NaOH Karbon
(Vs) (mL) (mL) (mL) (meq/g)
(mL) (g)
1 25 10 0,0481 0,0279 12 0,0481 5,4 0,1006 5,4505
2 25 10 0,0481 0,0279 12 0,0481 5,7 0,1006 5,8091
Rata-rata 5,6298
Vp
[VNaOH NNaOH - (NHCl VHCl - NNaOH VNaOH )]
Vs
nphenolic = - ncarboxylic - nlactonic
w
25 mL
[10 mL x 0,0481 N - (0,0279 N x 12 mL - 0,0481 N x 5,4 mL)]
nphenolic = 10 mL - 8,6762 meq - (-4,0388 meq )
0,1006 gram gram gram
25 mL
[0,481 meq - (0,3348 meq - 0,25974 meq)]
nphenolic = 10 mL - 8,6762 meq - (-4,0388 meq )
0.1006 gram gram gram
93
Penentuan Kadar Basa Total
V. Titran Massa
V. Sampel N. V. NaOH V. HCl n total base
No HCl (Vp) N. HCl N. HCl Karbon
(Vs) (mL) NaOH (mL) (mL) (meq/g)
(mL) (g)
1 25 10 0,0279 0,0481 12 0,0279 9 0,1551 -0,7591
2 25 10 0,0279 0,0481 12 0,0279 10 0,1551 -0,3094
Rata-rata -0,5342
Vp
[VHCl NHCl- (NNaOH VNaOH - NHCl VHCl )]
Vs
nphenolic =
w
25 mL
[10 mL x 0,0279 N - (0,0481 N x 12 mL - 0,0279 N x 9 mL)]
nphenolic = 10 mL
0,1551 gram
25 mL
[0,279 meq - (0,5772 meq - 0,2511 meq)]
nphenolic = 10 mL
0.1551 gram
25 mL
[0,279 meq - 0,3261 meq]
nphenolic = 10 mL = -0,7591 meq
0.1551 gram gram
94
b. Karbon Aktif Tempurung Kemiri
Penentuan Kadar Karboksilat
V. Titran Massa
V. Sampel V. HCl V. NaOH n Carboxyl
No NaHCO3 N. NaHCO3 N. HCl N. NaOH Karbon
(Vs) (mL) (mL) (mL) (meq/g)
(Vp) (mL) (g)
1 25 10 0,05 0,0279 12 0,0481 5 0,1066 9,5145
2 25 10 0,05 0,0279 12 0,0481 6 0,1066 10,6425
Rata-rata 10,0785
95
Penentuan Kadar Basa Total
V. Titran Massa
V. Sampel N. V. NaOH V. HCl n total base
No HCl (Vp) N. HCl N. HCl Karbon
(Vs) (mL) NaOH (mL) (mL) (meq/g)
(mL) (g)
1 25 10 0,0279 0,0481 12 0,0279 7,7 0,1202 -1,7339
2 25 10 0,0279 0,0481 12 0,0279 7 0,1202 -2,1401
Rata-rata -1,9370
96
Lampiran 13. Perhitungan Kapasitansi Spesifik
a. Elektrolit Li2SO4 0,5 M
Massa
Scanrate Kapasitansi
Sampel Ic (A) Id (A) karbon
(V/s) spesifik (F/g)
(gram)
0.05 3.74E-05 -1.18E-05 0.106 0.009281
KTK 0.02 4.11E-05 -1.75E-05 0.106 0.027624
0.01 4.21E-05 9.44E-06 0.106 0.030837
0.05 5.19E-05 -1.75E-05 0.1079 0.012859
KATK 0.02 5.21E-05 -1.43E-05 0.1079 0.030758
0.01 4.56E-05 -1.20E-05 0.1079 0.053383
97
1.4 Scan rate 20 mV/s
Massa
Scanrate Kapasitansi
Sampel Ic (A) Id (A) karbon
(V/s) spesifik (F/g)
(gram)
0.05 2.51E-05 3.13E-06 0.1212 0.003624
KTK 0.02 3.01E-05 2.50E-07 0.1212 0.012315
0.01 2.67E-05 1.75E-06 0.1212 0.020575
0.05 5.19E-05 -1.25E-05 0.011589
0.1112
KATK 0.02 4.89E-05 -1.24E-05 0.027597
0.1112
0.01 4.54E-05 -7.81E-05 0.047851
0.1112
98
2. Penentuan Kapasitansi Spesifik KATK
Massa
Scanrate Kapasitansi
Sampel Ic (A) Id (A) karbon
(V/s) spesifik (F/g)
(gram)
0.05 2.29E-05 1.22E-05 0.1046 0.002043
KTK 0.02 2.24E-05 1.52E-05 0.1046 0.003436
0.01 2.21E-05 1.42E-05 0.1046 0.007588
0.05 3.56E-05 2.87E-06 0.1108 0.0059
KATK 0.02 3.55E-05 -3.13E-06 0.1108 0.01743
0.01 3.44E-05 -2.81E-06 0.1108 0.033619
99
1.2 Scan rate 20 mV/s
100
Lampiran 14. Grafik Voltammogram Kapasitansi Spesifik KTK dan KATK
1. Grafik voltammogram kapasitansi spesifik dalam elektrolit Li 2SO4 0,5 M
a. KTK
0.00004
Scanrate 50 mV/s Scanrate 20 mV/s
0.00004
0.00002
0.00002
I (A)
I (A)
0.00000
0.00000
-0.00002
-0.00002
0.60 0.65 0.70 0.75 0.70 0.75 0.80
E (V) E (V)
0.00004
0.00003
I (A)
0.00002
0.00001
Scanrate 10 mV/s
b. KATK
0.00006
0.00006
Scanrate 20 mV/s
0.00004
0.00004
0.00002
I (A)
0.00002
I (A)
0.00000
0.00000
-0.00002
Scanrate 50 mV/s
-0.00002
0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.2 0.4 0.6 0.8
E (V) E (V)
101
0.00004
0.00002
I (A)
0.00000
Scanrate 10 mV/s
-0.00002
0.15 0.20 0.25 0.30
E (V)
a. KTK
0.00006
0.00006
Scanrate 50 mV/s
0.00004 0.00004
Smoothed Y1
0.00002 0.00002
I (A)
0.00000 0.00000
Scanrate 20 mV/s
-0.00002 -0.00002
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
E (V) E (V)
0.00006
Scanrate 10 mV/s
0.00004
0.00002
I (A)
0.00000
-0.00002
0.10 0.12 0.14 0.16 0.18 0.20
E (V)
102
b. KATK
0.00003
Scanrate 50 mV/s Scanrate 20 mV/s
0.00003
0.00002
0.00002
I (A)
I (A)
0.00001
0.00001
0.00000
0.00000
0.0 0.5 1.0 0.68 0.70 0.72 0.74 0.76
E(V) E (V)
0.00003
0.00002
I (A)
0.00001
0.00000
Scanrate 10 mV/s
a. KTK
0.000025
Scanrate 50 mV/s Scanrate 20 mV/s
0.000022
0.000020 0.000020
I (A)
I (A)
0.000018
0.000015
0.000016
0.000010 0.000014
-0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 0.62 0.64 0.66 0.68 0.70 0.72
E (V) E (V)
103
Scanrate 10 mV/s
0.000022
0.000020
0.000018
I (A)
0.000016
0.000014
b. KATK
0.00004 0.00004
Scanrate 50 mV/s
0.00003
0.00003
0.00002
0.00002 I (A)
I (A)
0.00001
0.00001
0.00000
Scanrate 20 mV/s
0.00000 -0.00001
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 0.65 0.70 0.75 0.80
E (V) E (V)
0.00004
0.00003
0.00002
I (A)
0.00001
0.00000
Scanrate 20 mV/s
-0.00001
0.65 0.70 0.75 0.80
E (V)
104