MURTINA
H311 13 509
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
DERIVATISASI ETIL p-METOKSISINAMAT ISOLAT DARI KENCUR
Kaempferia galanga L. MENJADI N-o-TOLIL-p -METOKSISINAMAMIDA
DAN BIOAKTIVITASNYA TERHADAP SEL MURIN LEUKEMIA P-388
Oleh :
MURTINA
H 311 13 509
MAKASSAR
2018
ii
SKRIPSI
MURTINA
H 311 13 509
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN
iv
PRAKATA
Maha suci Allah yang telah menciptakan segala ilmu pengetahuan yang ada di
muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi
Bapak Dr. Firdaus, M.S., dan Ibu Prof. Dr. Nunuk Hariani Soekamto, M.S.
selaku pembimbing riset yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari
1. Kedua orang tuaku Umar dan Hj.Hasna yang telah mendoakan dan
2. Kepada adik-adikku Ridwan, Mirna dan Aidil yang telah mengajarkan saya
banyak hal.
sekarang ini.
v
5. Tim Penguji Ujian Sarjana Kimia, yaitu Dr. Maming M.Si, Drs. Musa
Ramang, M.Si, Dra. Hasnah Natsir, M.Si, Dr. St. Fauziah, M.Si, dan Alm.
yogi, danang, condang, slamet, aan, anton, afdhal, wahyu, flo, akbar, fatur,
suci, santri, eka, wina, ros, muli, ifah, riska, ayu, ody, nunu, usfah, adji, ani,
dss, harma, shila, rani, nisa, adri, afni, ita, vero, tisa, ulfa, ana, rafsen, samri,
mima, hikmah, fitri, Irma, sarifah, sri, emmi, eda, butet, fira, aul, adel, yuni,
7. Kepada om Lasier Mallo dan keluarga yang telah mengijinkan saya untuk
9. Kepada Sri Widiastuti dan Fauziah Nur Usfa yang selalu membantu apabila
11. Kepada Kak agustan, kak zul, kak tadir, kak ali, kak asmi, kak rahmi dan
12. Kepada kakak mesomeri, kakak siklik, adek prekursor 2014, polihedra 2015,
kromofor 2016, alifatik 2017, dan seluruh anggota serta alumni KMK FMIPA
UNHAS.
13. Kepada semua pengurus BEM ku waktu maba serta seluruh anggota dan
Kak bayu, Kak rival, iccang, pebi, rahel, lia, lia kadang.
vi
15. Kepada Pak Yusuf dan Keluarga yang telah mengijinkan kami untuk tinggal
16. Kepada Kak Aidah dan kak Ajirah yang telah mengajarkan saya tentang
Penulis sadar bahwa Tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan selanjutnya.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .................................................................................................... v
ABSTRACK ................................................................................................. ix
x
3.1 Bahan Penelitian ................................................................... 18
LAMPIRAN ............................................................................................... 43
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4. Struktur N-o-tolil-p-hidroksisinamamida.............................................. 4
9. Senyawa p-(asetoksi)-N-o-tolil-sinamamida......................................... 13
xii
19. Reaksi sintesis N-o-tolil-p-metoksisinamamida.................................. 29
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
o- : orto
m- : meta
p- : para
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi manusia
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kematian yang tinggi akibat
penyakit kanker dan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 1972, persentase
penyakit kanker adalah 1,4% dan meningkat menjadi 4,4% pada tahun 1992. Tidak
hanya di Indonesia, di seluruh belahan dunia pun, penyakit ini sering ditemukan.
timbul karena adanya kerusakan gen dalam sel. Sekumpulan sel kanker ini
Dermawan dkk. (2015), salah satu penyebab penyakit kanker adalah adanya
Berdasarkan hal tersebut, para peneliti di berbagai bidang mulai mencari dan
mengembangkan alternatif untuk mengatasi hal tersebut (Rocha dkk., 2012). Cara
yang biasa ditempuh oleh berbagai peneliti yaitu dengan menggunakan senyawa
radikal bebas. Apabila sel kanker sudah terlanjur tumbuh di dalam tubuh maka
1
merupakan salah satu tanaman yang sangat bermanfaat. Semua bagian dari kencur
seperti daun, akar, dan rimpang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, pada umumnya yang sering digunakan oleh masyarakat adalah bagian
rimpang. Rimpang kencur dapat digunakan sebagai obat tradisional yakni untuk
menambah nafsu makan dan memperlancar peredaran darah (Wirapati, 2008). Hal
ini disebabkan karena kencur mengandung senyawa asam sinamat dan turunannya
Menurut Ernawati dan Fairusi pada tahun 2013, bioaktivitas dari turunan
senyawa asam sinamat bergantung pada struktur dan gugus yang mensubstitusinya.
Asam sinamat dan turunannya memiliki gugus karbonil α,β-tak jenuh sebagai
bagian aktif sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam mendesain obat
antikanker. Selain gugus karbonil α,β-tak jenuh dan gugus karboksilat, asam
sinamat juga memiliki sisi aktif pada cincin fenil (Mushlihin, 2015).
1,77% dan digunakan sebagai kandidat tabir surya. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Fahmi (2015) berhasil mengisolasi senyawa etil p-metoksisinamat dan etil
persentase inhibisi yang lebih besar dibandingkan etil sinamat. Hal ini
2
O
OC2H5
H3CO
Senyawa turunan ester asam sinamat yakni fenil sinamat telah disintesis
oleh Ernawati dan Fairusi pada tahun 2013. Awalnya, penelitian dilakukan dengan
mengisolasi metil sinamat dari tumbuhan laja gowah Alpinia malaccensis dan
menggunakan katalis basa sehingga terbentuk asam sinamat. Asam sinamat yang
fenol ester atau biasa disebut fenil sinamat. Reaksi ini (Gambar 2) menghasilkan
memberikan nilai LC50 sebesar 223,87 ppm. Produk sintesis ini juga diuji
hasilnya menunjukkan bahwa senyawa fenil sinamat berpotensi sebagai anti kanker
O
O
SOCl2
OH O
OH
p-kumaril)pirolidina oleh Asmi, dkk. (2016) melalui reaksi klorinasi dan amidasi
3
dengan rendemen reaksi sebesar 26,26%. Senyawa ini memiliki bioaktivitas
Firdaus dkk. Pada tahun 2009. Produk hasil sintesis diuji bioaktivitasnya terhadap
sel murin leukemia P-388 dan senyawa ini berpotensi sebagai antikanker karena
memiliki nilai IC50 sebesar 44 µg/mL. Selain itu, Rasyid dkk (2014) telah
NH2
HO
NH
CH3
HO
tentang turunan asam sinamat lain yang memiliki bioaktivitas lebih tinggi dengan
cara modifikasi struktur. Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi senyawa etil
langsung. Konversi ini dilakukan melalui proses reaksi hidrolisis, klorinasi dan
4
amidasi. Senyawa target yang terbentuk dipilih untuk mengetahui aktivitas gugus
–OCH3 dan –NHC6H4CH3 yang terikat pada gugus aromatiknya. Hasil yang
rimpang kencur?
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses amidasi etil
5
3. mensintesis senyawa N-o-tolil-p-metoksisinamamida melalui reaksi klorinasi
leukemia P-388.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia seperti terlihat pada gambar 5. Tanaman ini dapat digunakan sebagai
lambung, nyeri, tetanus dan panas dalam (Astuti dkk., 1996). Selain itu, Menurut
Sukmawati (2013), kencur juga memiliki manfaat yang dapat mengobati penyakit
dapat digunakan sebagai obat antiinflamasi. Pada penelitian ini, kencur yang
digunakan diambil dari dua daerah yaitu kabupaten Subang dan Kabupaten
Sukabumi.
hambat minimal (KHM) pada jamur T. mentagrophytes adalah 0,15% dan 2% pada
jamur C. neoformans. Daya hambat ini disebabkan oleh kandungan senyawa pada
2009):
7
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Subfamili : Zingiberoideae
Genus : Kaempferia
Salah satu kandungan kencur yang paling utama adalah etil p-metoksisinamat
(Nugraha dkk., 2012) yang digunakan sebagai bahan baku parfum (Chairul, 1996).
Senyawa ini diperoleh melalui ekstraksi kencur dengan etanol panas menghasilkan
padatan dengan titik leleh 48-49 oC dan rendemen sebesar 1,11% (Surbakti, 1990).
senyawa turunan asam sinamat yang lain karena memiliki beberapa gugus yang
8
reaktif seperti gugus fenil, olefin, dan ester (Surbakti, 1990). Beberapa senyawa
Umar dkk. (2012) juga telah mengisolasi metabolit sekunder dari kencur
dengan metode ekstraksi menggunakan petroleum eter, kloroform, metanol dan air.
yang terdapat dalam kencur. Hasil isolasi kemudian diuji bioaktivitasnya sebagai
kencur menggunakan n-heksana, etil asetat, dan metanol. Senyawa murni yang
sinamat. Oktil p-metoksisinamat yang merupakan produk trans esterifikasi dari etil
(Hidajati dan Suyatno, 2008). Tabir surya digunakan agar kulit tidak berwarna
9
coklat apabila terkena sinar matahari. Oktil p-metoksisinamat adalah senyawa aktif
rimpang kencur dengan cara maserasi menggunakan pelarut n-heksana pada suhu
reaksi transesterifikasi menggunakan isoamil alkohol dan katalis asam sulfat pada
berbagai suhu. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui suhu optimum dari
mengandung gugus nitro pada posisi orto. Penambahan gugus nitro pada posisi
tetapi, penambahan nitro pada posisi orto etil p-metoksisinamat tidak berhasil
melalui isolasi dan sintesis. Senyawa asam sinamat dan turunannya memiliki
10
bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, dan antioksidan (Pontiki dkk., 2014).
Selain itu, asam sinamat dan turunannya juga memiliki aktivitas sebagai
COOH
Riyanto dkk. (2012) telah berhasil mengisolasi metil sinamat dari minyak laja
gowa [Alpinia malaccensis (Burm f.)] menggunakan alat spinning band distilation
column. Metode ini merupakan suatu teknik pemisahan komponen dari campuran
dengan menggunakan pita berpilin yang terbuat dari teflon atau logam untuk
menciptakan jumlah plate teoritis yang tinggi. Metode ini juga memiliki tingkat
efisiensi yang tinggi sehingga memberikan derajat kemurnian yang tinggi pula.
Pada penelitian ini distilasi dilakukan secara batch pada kondisi tekanan vakum.
Proses distilasi ini menghasilkan fraksi metil sinamat sebanyak 75% dengan
melalui proses distilasi, kemudian dikonversi menjadi asam sinamat melalui reaksi
oksidasi menggunakan KMnO4 pada kondisi refluks selama 6 jam pada suhu kamar
dengan pelarut dietil eter. Asam sinamat yang terbentuk kemudian disintesis lebih
lanjut menjadi etil sinamat melalui reaksi esterifikasi. Sebelum melakukan reaksi
esterifikasi (Gambar 7), asam sinamat direaksikan terlebih dahulu dengan SOCl2
11
untuk menghasilkan sinamoil klorida. Sinamoil klorida ini berfungsi untuk
membentuk etil asetat. Etil sinamat hasil sintesis menunjukkan bioaktivitas sebagai
O O
O
KMnO4 SOCl2 Cl
H OH
C2H5OH
OC2H5
Rudyanto dan Hartanti (2008) juga telah berhasil melakukan sintesis asam
sinamat dan turunannya melalui reaksi knoevenagel. Asam sinamat dibuat melalui
menggunakan katalis basa yang diikuti dengan reaksi dekarboksilasi dan dehidrasi
spontan. Senyawa yang dihasilkan adalah asam sinamat (rendemen 85,3%), asam
12
O O
OH OH
C4H9 (H3C)3C
H3CO
C4H9O Br
O OCH3 O
H3CO
OH
OH
Br
Asam 4-fenilsinamat Asam 5-bromo-2,3-dimetoksisinamat
langsung. Reaksi berlansung pada kondisi refluks selama 4 jam untuk proses
klorinasi dan 1 jam untuk proses amidasi. Produk hasil reaksi yang diperoleh
O NH
CH3
H3C O
13
Senyawa turunan asam sinamat yakni N-oktilsinamamida (Gambar 10)
telah berhasil disintesis oleh Nurhalimah (2014) melalui proses amidasi metil
katalis. Produk hasil reaksi diuji toksisitasnya terhadap larva udang Artemia salina
N CH3
H
metanol dan katalis H2SO4. Reaksi ini dijalankan didalam Dean Stark Trap dengan
benzena sebagai pelarut yang berfungsi untuk memindahkan air selama reaksi
berlangsung. Sintesis senyawa (Gambar 11) berlangsung pada kondisi refluks pada
suhu 59oC selama 12 jam. Rendemen reaksi yang dihasilkan adalah 82,5%. Hasil
sintesis yang diperoleh diuji bioaktivitasnya terhadap sel murin leukemia P-388
dan memberikan nilai IC50 sebesar 16,51 µg/mL. Charismawan dkk. 2015 juga
O O
OH OCH3
CH3OH
HO
HO
Asam p- hidroksisinamat Metil p- hidroksisinamat
14
2.3 Reaksi Amidasi
(Gambar 12) adalah reaksi konversi senyawa ester menjadi senyawa amida primer
metode distilasi azeotropik untuk memindahkan air dari campuran. Hal ini
menghasilkan air sehingga perlu dilakukan pemindahan air selama reaksi berjalan.
yang sama dilakukan oleh Sukarti (2010) yang memperoleh berat rendemen yang
lebih besar yaitu 46,13%. Reaksi amonolisis yang dilakukan menggunakan etil
O
O
OC2H5
OC2H5
NH2 H2N H
HO
HO
Intermediet
etil p-hidroksisinamat
-C2H5OH
NH2
HO
p-hidroksisinamamida
15
Penelitian lain juga dilakukan oleh Barus (2009) yang melakukan sintesis
prinsip HSBA (Hard Soft Base Acid). Bangun (2011) juga melakukan penelitian
dan pelarut etanol. Senyawa turunan sinamat yang dihasilkan adalah N-N-bis(2-
pada daya 300 W. Rendemen reaksi yang diperoleh adalah 20,925%. Hasil reaksi
oleh Rahmi (2016) melalui reaksi amidasi menggunakan etanolamin. Begitu juga
antiinflamasi.
adalah pengujian terhadap sel HeLa dan sel murin leukemia P-388. Pengujian
16
terhadap sel HeLa dilakukan dengan metode MTT menggunakan pelarut DMSO
2015). Sampel dengan berbagai konsentrasi dimasukkan kedalam sel HeLa yang
telah dikultur kemudian diinkubasi selama 24 jam di dalam inkubator CO2 5%.
jam pada suhu 37oC. Pembacaan hasil dilakukan dengan ELISA microplate reader
pada absorbansi 550 nm dan pertumbuhan selnya didasarkan pada nilai IC50
dibuat dengan berbagai variasi konsentrasi dan dimasukkan ke dalam sel murin
leukemia P-388 yang telah dikultur kemudian diinkubasi selama 24 jam. Aktivitas
didasarkan pada nilai IC50 (Sahid dkk., 2013). Di dalam penelitian ini, uji
bioaktivitas senyawa yang diperoleh dilakukan terhadap sel murin leukemia P-388.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
n-heksana teknis, akuades, diklorometana p.a, kloroform p.a, etil asetat teknis,
aseton teknis, etanol p.a, asam klorida p.a, natrium hidroksida p.a, trietilamin p.a,
piridin p.a, ammonium klorida p.a, o-toluidin p.a, kertas saring Whatman No. 42,
kertas Wrap, aluminium foil, tissue roll, sel murin leukemia P-388, silika gel,
laboratorium.
18
terhadap sel murin leukemia P-388 dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam
dalam penangas air pada suhu 50oC selama 1 jam. Campuran disaring ke dalam
labu alas bulat dan dievaporasi sampai volume sekitar 10 mL. Didinginkan pada
suhu kamar hingga terbentuk kristal warna putih lalu pelarut didekantasi. Kristal
direkristalisasi hingga diperoleh kristal murni (diuji dengan KLT), dan ditentukan
titik lelehnya. Kristal ditimbang dan dihitung rendemennya. Kristal murni yang
etanol. Larutan direaksikan dengan 0,15 gram (4 mmol) natrium hidroksida dalam
kondisi refluks pada suhu 60oC selama tiga jam. Campuran hasil reaksi
kemudian diuji kemurniannya dengan KLT dan ditentukan titik lelehnya. Endapan
spektrorofotometer FT-IR.
19
3.4.3 Sintesis p-Metoksisinamamoil klorida
benzena. Larutan direaksikan dengan tionil klorida 0,4 mL (5,5 mmol) dalam
kondisi refluks pada suhu 70oC selama 4 jam (kontrol KLT setiap 2 jam). Hasil
diaduk dalam suhu ruang selama 4 jam (kontrol KLT setiap 2 jam). Hasil reaksi
dicuci dengan larutan HCl 3% dan larutan NH4Cl jenuh, dikeringkan dengan
Na2SO4 anhidrat, dan disaring. Filtrat dievaporasi sampai volume sekitar 10 mL,
lalu didiamkan pada suhu kamar hingga terbentuk kristal. Kristal dicuci dengan
kristal murni (diuji dengan KLT), dan ditentukan titik lelehnya. Kristal murni yang
jam kemudian ditambahkan pereaksi stop solution. Banyaknya sel tumor P-388
pada λ = 540 nm. Nilai IC50 dihitung melalui ekstrapolasi garis 50% serapan
20
kontrol positif pada kurva serapan terhadap berbagai konsentrasi sampel pada
kertas semilogaritma.
21
BAB IV
berhasil dilakukan melalui tiga tahap reaksi yaitu hidrolisis, klorinasi, dan amidasi.
L., kemudian hasil isolasi dihidrolisis dengan menggunakan pelarut etanol dan
benzena dengan kondisi gas nitrogen. Gas nitrogen digunakan agar uap air yang
metoksisinamamida.
beberapa pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat, dan n-heksana. Salah satu
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode refluks menggunakan
n-heksana pada suhu 50oC seperti yang telah dilakukan oleh Putra pada tahun
2014. Fungsi dari refluks adalah mempercepat kelarutan antara n-heksana dengan
etil p-metoksisinamat. Hasil isolasi yang diperoleh berupa kristal putih yang
memiliki massa 0,6671 gram dan rendemen sebesar 2,22 %. Rendemen reaksi yang
diperoleh dari penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan rendemen reaksi yang
diperoleh oleh Putra pada tahun 2014 yang menghasilkan kristal etil
22
p-metoksisinamat dengan massa 0,759 gram dan rendemen sebesar 2,53%. Kristal
Kristal murni yang diperoleh memiliki titik leleh sebesar 46-48oC. Hal ini
sesuai dengan Barus (2009) yang telah mengisolasi senyawa yang sama dengan
titik leleh sebesar 46,5oC. Selain uji titik leleh, senyawa ini juga diuji
kemurniannya menggunakan metode KLT (Gambar 14) dengan tiga sistem eluen
yang berbeda dan diperoleh satu spot noda. Hal ini membuktikan bahwa senyawa
23
Karakterisasi senyawa selanjutnya dilakukan dengan menggunakan
pada bilangan gelombang 2978,09 cm-1 yang berasal dari vibrasi ikatan C-H jenuh.
Hal ini diperkuat dengan adanya serapan pada bilangan gelombang 1367,63 cm-1
dan 1417,68 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus CH3. Pada bilangan gelombang
gelombang 3007,02 cm-1 yang didukung oleh adanya serapan pada bilangan
gelombang 1510,26 cm-1 dan 1600,92 cm-1. Serapan pada bilangan gelombang
1629,85 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=C olefin, pita serapan ini didukung
oleh adanya serapan trans 1,2-disubstitusi pada bilangan gelombang 952,84 cm-1.
Serapan C-O fenolik muncul pada bilangan gelombang 1251,80 cm-1 dan
serapan C-O metoksi muncul pada bilangan gelombang 1174,65 cm-1. Adanya pita
para pada cincin fenil. Pita-pita serapan yang ada pada spektrum Lampiran 6
24
Berdasarkan analisis spektrofotometer FT-IR, struktur senyawa yang
diperoleh pada tahap isolasi memiliki gugus yang sesuai dengan gugus yang ada
menggunakan pelarut etanol pada kondisi refluks (60oC) selama 3 jam. Hasil reaksi
yang diperoleh berupa endapan putih yang merupakan garam metoksisinamat yang
Endapan yang terbentuk berupa padatan berwarna putih dengan titik leleh
165-167oC dan rendemen sebesar 72%. Selain uji titik leleh, hasil hidrolisis juga
diuji kemurniannya dengan metode KLT menggunakan tiga sistem eluen yang
berbeda, dan ternyata ketiga KLT memperlihatkan hanya satu noda (Gambar 15).
25
Senyawa murni yang diperoleh telah dikarakterisasi dengan
menunjukkan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 3450,65 cm-1 yang
berasal dari vibrasi rentangan ikatan O-H, dan pita serapan pada bilangan
gelombang 1683,86 cm-1 yang berasal dari gugus karbonil (C=O). Serapan pita
karbonil ini terlalu rendah untuk karbonil ester sehingga kedua pita serapan
gelombang 2937,59 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H jenuh, hal ini diperkuat
dengan adanya pita serapan pada bilangan gelombang 1315,45 cm-1 dan
gelombang 3061,03 cm-1 yang didukung oleh adanya serapan pada bilangan
gelombang 1510,26 cm-1 dan 1597,06 cm-1; dan pita serapan pada bilangan
para. Keberadaan gugus C=C olefin ditunjukkan oleh serapan pada bilangan
gelombang 1625,99 cm-1, dan serapan pada bilangan gelombang 943,19 cm-1
FT-IR telah sesuai dengan gugus fungsi yang ada pada struktur asam
p-mtoksisinamat. Semua pita serapan yang ada pada spektrum Lampiran 7 secara
26
Tabel 3. Data IR produk hasil reaksi asam p-metoksisinamat
3450,65 O-H
O O
OC2H5
OC2H5 OH
O
H3CO H3CO H
-C2H5OH
O
H O
OH
H3CO O
H3CO
27
4.3 Sintesis p-metoksisinamamoil Klorida
lebih mudah diserang oleh nukleofil (Sultan, 2017). Reaksi klorinasi berlangsung
dalam pelarut benzena dan atmosfir gas nitrogen. Pemilihan pelarut benzena
untuk mengusir uap air yang dapat menghidrolisis tionil klorida dan senyawa
Reaksi klorinasi berlangsung pada suhu 78oC selama 4 jam dan dikontrol
dengan metode KLT setiap 2 jam reaksi. Kromatogram hasil kontrol dipaparkan
(a) (b)
Gambar 17. Kontrol waktu refluks menggunakan KLT (etil asetat : kloroform 3:7)
(a) jam ke-2, (b) jam ke-4 (spot kiri: asam p-metoksisinamat, kanan:
produk reaksi)
Kontrol KLT dilakukan dengan membandingkan harga Rf antara produk
reaksi dan standar yaitu asam p-metoksisinamat. Munculnya noda dengan nilai Rf
yang lebih tinggi dari pada nilai Rf noda standar mengindikasikan terbentuknya
28
produk yang diinginkan (p-metoksisinamoil klorida). Pada jam ke-2 dan jam ke-4
memiliki kemiripan nilai Rf sehingga proses reaksi dihentikan. Hal ini dapat
dinyatakan bahwa reaksi klorinasi telah sempurna pada jam ke-2. Evaporasi pelarut
dan kelebihan tionil klorida dari campuran hasil reaksi memberikan padatan
berwarna kuning pucat. Produk hasil reaksi ini kemudian dilanjutkan ke proses
O O
S O S Cl
O Cl Cl
Cl
OH
O H
H3CO
H3CO
O
-HCl
O O S Cl
-SO2
Cl
Cl
O H
H3CO H3CO
Gambar 18. Reaksi klorinasi p-metoksisinamat
29
Penggunaan piridin dan trietilamina berguna untuk mengikat HCl yang terbentuk
(Islam, 2017). Reaksi ini berlangsung selama 4 jam pada suhu ruang (dikontrol
dengan metode KLT) dan memberikan kromatogram seperti pada Gambar 20.
Gambar 20. Kontrol waktu refluks menggunakan KLT (etil asetat : kloroform 3:7)
(spot kiri: hasil klorinasi, kanan: hasil amidasi)
Pencucian campuran hasil reaksi dengan HCl 3% dan larutan NH4Cl jenuh
kristal berbentuk jarum berwarna putih dengan titik leleh 170-172oC dan rendemen
sebesar 35,58%.
Uji kemurnian dilakukan menggunakan KLT dengan tiga sistem eluen yang
berbeda, dan kromatogram hasil uji kemurnian dapat dilihat pada Gambar 21.
30
Spektrum FT-IR pada Lampiran 8 menunjukkan adanya pita serapan
tunggal dan tajam pada bilangan gelombang 3240,41 cm-1 yang menandakan
adanya gugus –NH. Hal ini diperkuat oleh adanya pita serapan pada bilangan
gelombang 1421,54 cm-1 yang berasal dari vibrasi rentangan C-N. Spektrum pada
bilangan gelombang 2916,37 cm-1 menunjukkan adanya gugus C-H sp3 yang
didukung dengan pita serapan pada bilangan gelombang 1338,60 cm-1 dan
1456,26 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus CH3. Pita serapan kuat pada
terkonjugasi.
Keberadaan gugus aromatik ditunjukkan oleh pita serapan C-H tak jenuh
pada bilangan gelombang 3032,10 cm-1 yang didukung oleh adanya pita serapan
kuat pada bilangan gelombang 1514,12 cm-1 dan 1600,92 cm-1; dan pita serapan
kuat pada bilangan gelombang 827,46 cm-1 menyatakan aromatik disubstitusi para,
dan pita serapan kuat pada bilangan gelombang 761,88 cm-1 menunjukkan adanya
disubstitusi orto pada cincin fenil toluidin. Serapan pada bilangan gelombang
1620,21 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=C olefin yang didukung oleh adanya
Serapan C-O fenolik ditunjukkan oleh adanya pita serapan pada bilangan
gelombang 1251,80 cm-1 dan gugus C-O metil ditunjukkan oleh adanya pita
serapan pada bilangan gelombang 1176,58 cm-1. Semua pita serapan yang ada
pada Lampiran 8 secara singkat dipaparkan pada Tabel 4, dan semua pita serapan
31
Tabel 4. Data IR produk hasil reaksi N-o-tolil-p-metoksisinamamida
3240,41 N-H
1421,54 C-N
yang mewakili 17 karbon. Dua sinyal diantaranya mewakili posisi atom karbon
(C-6 dan C-8) dan pada δ 129,86 ppm (C-5 dan C-9). Sinyal pada δ 18,18 ppm
berasal dari karbon dengan kerapatan elektron tertinggi yaitu gugus metil (-CH3)
δ 55,72 ppm. Sinyal pada δ 164,90 ppm dan 161,40 ppm berasal dari atom karbon
yang memiliki kerapatan elektron yang rendah yakni C-1 dan C-7 karena
32
masing-masing terikat pada atom dan gugus penarik elektron. Sinyal pada nilai
δ 143,51 ppm (C-3) dan δ 114,58 ppm (C-2), sedangkan sinyal dari atom-atom
karbon aromatik gugus toluidinil muncul pada δ 143,00 ppm (C-1’), δ 114,58 ppm
(C-2’), δ 127,13 ppm (C-3’), δ 127,73 ppm (C-4’), δ 131,16 ppm (C-5’), dan
δ 136,40 ppm (C-6’). Seperti halnya dengan data FT-IR, data C-NMR produk
9 H H CH3
H3CO 7 7'
8
10
33
Data dari spektrum H-NMR (Gambar 23) juga berkoroborasi dengan data
FT-IR dan karbon C-NMR yang telah dijelaskan. Pada spektrum tersebut terdapat
17 unit proton. Sinyal dari proton-proton gugus trans olefin muncul sebagai
doublet masing-masing pada δ 7,73055 ppm dan δ 6,46245 ppm dengan nilai
J=15,45. Sinyal proton gugus p-metoksi muncul sebagai singlet pada δ 3,8518 ppm
dengan nilai integrasi 3H. Sinyal proton aromatik dari gugus p-metoksisinamamoil
muncul pada daerah δ 6,91375 ppm (2H, d, J = 8,35, H-6 dan H-8) dan
δ 7,4961 ppm (2H, d, J=8,25, H-5 dan H-9). Semua sinyal proton yang telah
ditunjukkan dengan data H-NMR. Sinyal singlet pada daerah terlindungi yakni
δ 2,3249 ppm (3H, s, H-7’) berasal dari proton gugus -CH3 yang terikat pada cincin
34
fenil, sedangkan proton cincin o-tolil muncul pada δ 7,1273 sampai 7,2735 ppm.
Munculnya sinyal melebar dari proton N-H pada δ 7,9662 ppm merupakan fakta
yang kuat bahwa gugus o-toluidinil telah menjadi bagian dari struktur senyawa
O
O
Cl
Cl
H3CO NH2
H2N CH3
H3CO CH3
-Cl
O
N
NH H
H3CO CH3
N
Cl
NH
CH3
H3CO
bioaktivitasnya terhadap sel murin leukemia P-388 dengan metode MTT (3-(4,5-
artonin E dengan nilai IC50 0,8 µg/mL sebagai kontrol positif (Alamsyah, 2016).
35
memiliki nilai IC50 sebesar 50,44 µg/mL. Menurut Rahmawati dkk. (2013), suatu
dimana senyawa ini memiliki gugus fenolik. Hal ini mengindikasikan bahwa
NH NH
CH3 CH3
OH H3CO
N-o-tolil-p-hidroksisinamamida N-o-tolil-p-metoksisinamamida
(IC50=16,97 µg/mL) (IC50 = 50,44 µg/mL)
30-100 Aktif
36
BAB V
5.1 Kesimpulan
murin leukemia P-388 memberikan nilai IC50 sebesar 50,44 µg/mL dan dinyatakan
5.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D., Ngadiwiyana, dan Fachriyah, E., 2013, Sintesis Etil Sinamat Dari
Sinamaldehid Pada Minyak Kayu Manis (Cinnamomun cassia) dan Uji
Aktivitas Sebagai Antidiabetes, Jurnal Sains dan Matematika, 21(4):
108-113.
Asmi, N., Firdaus, dan Soekamto, N.H., 2016, Sintesis Senyawa N-(4-O-asetil-p-
kumaril)pirolidina dari Asam 4-O-asetil-p-kumarat Melalui Reaksi
Asetilasi dan Amidasi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Astuti, Y., Sundari, D., dan Winarno, M.W., 1996, Tanaman Kencur (Kaempferia
galanga L.); Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologi, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Jakarta.
Barus, R., 2009, Amidasi Etil p-metoksisinamat Yang Diisolasi Dari Kencur
(Kampferia galangan Linn), Tesis tidak diterbitkan, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Charismawan, I., Firdaus dan Soekamto, N.H., 2015, Penggunaan Katalis Asam
pada Reaksi Esterifikasi Asam p-Kumarat, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Ernawati, T., dan Fairuzi, D., 2013, Sintesis Fenil Sinamat dan 4-Fenilkroman-2-on
dan Uji Sitotoksisitas Terhadap Sel Kanker Serviks HeLa, Jurnal Ilmu
Kefarmasian, 11(2): 202-210.
38
Eryanti, Y., Zamri, A., Jasril dan Rahmita, 2010, Sintesis Turunan 2-
Hidroksikalkon Melalui Kondensasi Claisen-Schmidt dan Uji Aktivitasnya
Sebagai Antimikroba, Jurnal Natur Indonesia, 12(2): 223-227.
Fahmi, M., 2015, Isolasi dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa Metabolit
Sekunder dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.), Skripsi tidak
diterbitkan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Firdaus, Soekamto, N.H., dan Karim, A., 2009, Sintesis 4-hidroksisinamamida dari
Asam 4-hidroksisinamat, Indonesia Chimica Acta, 2(2): 37-43.
Firdaus, Soekamto, N.H., dan Permatasari, N.U., 2012, Sintesis Senyawa Turunan
Sekunder dan Tersier p-Kumaramida dan Uji Aktivitasnya Sebagai
Antitumor Sel Leukemia P-388, Jurnal Chimica Acta, 5(2): 10-16.
Fitriyah dan Anwar, L., 2009, Uji Aktivitas Antikanker Secara In Vitro Dengan Sel
Murin P-388 Senyawa Flavonoid Dari Fraksi Etil Asetat Akar Tumbuhan
Tunjuk Langit (Helmynthostachis Zeylanica (Linn) Hook), 12(1): 1-4.
Gholib, J., 2009, Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia galangan L.)
Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans
Jamur Penyebab Penyakit Kurap Pada Kulit dan Penyakit Paru, Bul. Littro,
2(1): 59-67.
Hasanah, A.N., Nazaruddin, F., Febrina, E., dan Zuhrotun, A., 2011, Analisis
Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.), Jurnal Matematika dan Sains,
16(3): 147-152.
Hernawan, U.E., dan Setyawan, A.D., 2003, Biosintesis, Isolasi dan Aktivitas
Biologi, Biofarmasi, 1(1): 25-38.
Hidajati, N., dan Suyatno, 2008, Sintesis Senyawa Tabir Matahari n-Oktil-p-
Metoksisinamat Menggunakan Material Awal Etil p-Metoksisinamat Hasil
Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaempferia galangan L.), Jurnal Ilmu Dasar,
9(1): 22-27.
39
Islam, M.F., 2017, Sintesis N-Fenetil Ferulamida dan N-o-Tolil Ferulamida Serta
Uji Bioaktivitasnya terhadap Sel Murin Leukemia P-388, Tesis tidak
diterbitkan, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
Minarti, Budiana, A., dan Ernawati, T., 2014, Bioaktivitas Turunan Metil Sinamat
terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli, Bacillus aureus, Bacillus
subtilis, Pseudomonas aureugnosa dan Jamur Candida albicans, Jurnal
Kimia Valensi, 1(1): 60-64.
Nugraha, S.A., Siadi, K., dan Sudarmin, 2012, Uji Antimikroba Etil p-
Metoksisinamat dari Rimpang Kencur Terhadap Bacillus Subtilis,
Indonesian Journal of Chemical Science, 1(2): 147-151.
Nurhalimah, N., 2014, Modifikasi Struktur Metil Sinamat Melalui Reaksi Amidasi
serta Uji Toksisitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) terhadap Senyawa
Hasil Modifikasi, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Farmasi, Jakarta.
Nurlelasari, Muflihah, L.F., Wardoyo, M.M., Harneti, D., Puspa, H., dan Awang,
K., 2014, Senyawa 7-Hidroksi-6-Metoksikumarin yang Bersifat Sitotoksik
dari Kulit Batang Chisochetonmacrophyllus (Meliaceae), Jurnal Ilmu-ilmu
Hayati dan Fisik, 16(1): 59-61.
Pontiki, E., Litina, D.H., Litinas, K., and Geromichalos, G., 2014, Novel Cinnamic
Acid Derivates as Antioxidant and Anticancer Agents: Design, Synthesis
and Modeling Studies, Molecules, 19: 9655-9674.
Putra, A.D., 2014, Isolasi Etil p-Metoksisinamat dari Kencur (Kaempferia galanga
L. dan Sintesis Asam p-Metoksisinamat: Sintesis Turunannya dan
Penetapan Struktur, Institute Teknologi Bandung.
Rahmawati, E., Sukardiman, dan Muti, A.F., 2013, Aktivitas Antikanker Ekstrak
n-Heksana dan Ekstrak Metanol Herba Pacar Air (Impatiens balsamina
Linn) terhadap Sel Kanker Payudara T47D, Media Farmasi, 10(2): 47-55.
Rasyid, H., Firdaus dan Soekamto, N.H., 2014, Sintesis Senyawa Metil β-(p-
hidroksifenil)akrilat Dari Asam Asam β-(p-hidroksifenil)akrilat dan
Metanol Menggunakan Metode Dean Stark Trap, Skripsi tidak diterbitkan,
40
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Reza, M., 2015, Amidasi Senyawa Etil p-Metoksisinamat Melalui Reaksi Langsung
dengan Iradiasi Microwave serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi,
Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program
Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Riyanto, A., Yunilawati, R., dan Nuraeni, C., 2012, Isolasi Metil Sinamat dari
Minyak Atsiri Laja Gowah (Alpinia malaccensis (Burm f.)), Jurnal Kimia
dan Kemasan, 34(2): 237-242.
Rocha, L.D., Monteiro, M.C., dan Teodoro, A.J., 2012, Anticancer Properties of
Hydroxycinnamic Acids, Cancer and Clinical Oncology, 1(2): 109-121.
Rohmah, J., Taufikurohmah, T., dan Poerwono, H., 2009, Optimasi Suhu Sintesis
Isoamil p-Metoksisinamat Melalui Reaksi Transesterifikasi dari Etil p-
Metoksisinamat Hasil Isolasi Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa, Jurusan Kimia FMIPA UNESA
dan Jurusan Farmasi UNAIR, Surabaya.
Rudyanto, M., dan Hartanti, L., 2008, Synthesis Of Some Cinnamic Acid
Derivatives: Effect of Groups Attached On Aromatic Ring To The
Reactivity Of Benzaldehyde, Indo. J. Chem, 8(2): 226-230.
Sahid, A., Pandiangan, D., dan Siahaan, P., 2013, Uji Sitotoksisitas Ekstrak
Metanol Daun Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides Presl.) Terhadap
Sel Leukemia P-388, Jurnal MIPA Unsrat Online, 2(2): 94-99.
Sultan, 2017, Sintesis Ester Fenetil Ferulat dari Asam Ferulat dan 2-Feniletanol
Serta Aktivitasnya Sebagai Antioksidan terhadap DPPH, Skripsi tidak
diterbitkan, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.
41
Surbakti, D., 1990, Isolasi dan Transformasi Etil p-Meetoksisinamat dari
Kaempferia galanga Linn, Tesis tidak diterbitkan, Fakultas Pascasarjana
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Umar, M.I., Asmawi, M.Z., Sadikun, A., Atangwho, I.J., Yam, M.F., Altaf, R., dan
Ahmed, A., 2012, Bioactivity-Guided Isolation of Ethyl p-
Methoxycinnamate, and Anti-inflammatory Constituent from Kaempferia
galangal L. Extract, Molecules, 17: 8720-8734.
Usman, H., 2012, Dasar-Dasar Kimia Organik Bahan Alam, Dua Satu Press,
Makasssar.
42
Lampiran 1. Isolasi Etil p-Metoksisinamat dari isolat Kencur
Residu Filtrat
Kristal kotor
- Direkristalisasi
Kristal murni
- Ditimbang
- Dihitung rendemennya
Data
43
Lampiran 2. Sintesis Asam p-metoksisinamat
- Disaring
Filtrat Endapan
Endapan murni
- Ditimbang
- Dihitung rendemennya
Hasil
44
Lampiran 3. Sintesis p-metoksisinamamoil klorida
setiap 2 jam)
- Dievaporasi
p-metoksisinamamoil klorida
45
Lampiran 4. Sintesis N-o-tolil-p-metoksisinamamida
p-metoksisinamamoil klorida
2 jam)
- Disaring
Endapan Filtrat
- Dievaporasi
- Didiamkan pada suhu kamar
Kristal kotor
- Direkritalisasi
Kristal murni
- Ditimbang
- Dihitung rendemennya
- Diuji bioaktivitasnya
Hasil
46
Lampiran 5. Uji Bioaktivitas Senyawa terhadap Sel Murin Leukemia P-388
Data
47
Lampiran 6. Spektrum IR Etil p-metoksisinamat
48
49
Lampiran 7. Spektrum IR Asam p-metoksisinamat
50
51
Lampiran 8. Spektrum IR N-o-tolil-p-metoksisinamamida
52
53
Lampiran 9. Spektrum 13C-NMR Senyawa N-o-tolil-p-metoksisinamamida
54
Lampiran 10. Spektrum 1H-NMR Senyawa N-o-tolil-p-metoksisinamamida
55
Lampiran 11. Perhitungan Reaktan
a. Etil p-metoksisinamat
Massa = mol x Mr
= 500 mg
= 0,5 gram
b. Natrium hidroksida
= 4 mmol x 40 g/mol
= 150 mg
= 0,15 gram
a. Asam p-metoksisinamat
Massa = mol x Mr
= 250 mg
= 0,25 gram
b. Tionil klorida
56
= 5 x 0,0011 mol
= 0,6545 gram
,6545 gram
=
1,64 g mol
= 0,399 mL = 0,4 mL
a. o-toluidina
= 0,1177 gram
massa o-toluidina
ρ o-toluidina =
o-toluidina
massa o-toluidina
V o-toluidina =
ρ o-toluidina
57
,1177 gram
=
1 g mol
= 0,1177 mL = 0,1 mL
b. Trietilamina
= 0,111309 gram
massa trietilamina
ρ trietilamina =
trietilamina
massa trietilamina
V trietilamina =
ρ trietilamina
,1113 9 gram
=
,7255 g mol
= 0,1534 mL = 0,2 mL
c. Piridin
= 0,08701 gram
massa piridin
ρ piridin =
piridin
massa piridin
V piridin =
ρ piridin
, 87 1 gram
=
,9819 g mol
58
= 0,0886 mL = 0,1 mL
59
Lampiran 12. Perhitungan Rendemen
= x 100%
= 2,22%
Persamaan reaksi:
O O
H3CO H3CO
= 0,43076 gram
berat praktek
% rendemen = x 100%
berat t oritis
= x 100%
= 72%
60
3. Sintesis Senyawa N-o-tolil-p-metoksisinamamida
Persamaan reaksi:
O NH2 O
CH3
OH NH H2O
= 0,2937 gram
berat praktek
% rendemen = x 100%
berat t oritis
= x 100%
= 35,58%
61
Lampiran 13. Hasil Uji Bioaktivitas Senyawa N-o-tolil-p-metoksisinamamida
terhadap Sel Murin Leukemia P-388
ppm MT-Noek
100 0.076667 0.051667 0.070667 0.066333
30 0.187878 0.177667 0.190667 0.185404
10 0.157868 0.151667 0.154765 0.154766
3 0.154365 0.166667 0.132435 0.151156
1 0.197667 0.121667 0.229667 0.183
0.3 0.213667 0.116667 0.181667 0.170667
0.1 0.226667 0.217667 0.253667 0.232667
62
Lampiran 14. Dokumentasi Hasil Penelitian
63
Gambar 7. Endapan APMS Gambar 8. Proses klorinasi
64