Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Hasil Penelitian
Oleh:
NINGSI
F1C1 14 013
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
SWT atas seluruh karunia yang dilimpahkan kepada penulis, selaku hamba-Nya
Reactive Orange 84”. Hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat
Halu Oleo.
dan penghargaan yang tak terhingga kepada Ayahanda La Ana dan Ibunda
tercinta Wa Lini yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang
dan senantiasa berdoa untuk keselamatan dan kebahagiaan penulis. Semoga Allah
mendapatkan kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Drs.
H. Muh. Zakir Muzakkar, M.Si. Ph.D selaku pembimbing I (satu) dan bapak
Prof. Dr. Hj. Maulidiyah, S.Si, M.Si selaku pembimbing II (dua) yang selalu
ii
memberikan arahan dan perbaikan-perbaikan sejak awal hingga penyelesaian
tugas akhir.
Suatu hal yang tidak terlupakan atas dorongan dan bimbingan, serta arahan
dan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian, maka patutlah kiranya
pihak, khususnya :
Oleo.
3. Bapak La Ode Ahmad, S.Si., M.Si., Ph.D selaku Ketua Jurusan Jimia
4. Ibu Desy Kurniawati, S.Si., M.Si selaku sekretaris Jurusan Kimia FMIPA
5. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Nurdin, M.Sc selaku Penasehat Akademik yang
FMIPA Universitas Halu Oleo yang telah memberikan izin kepada penulis
7. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Nurdin, M.Sc., ibu Dr. Hj. Mashuni, M.Si. dan
selaku Dewan Penguji yang telah banyak memberikan ide dan saran bagi
8. Bapak Dr. rer. nat. H. Ahmad Zaeni, M.Si. dan Dr. Prima Endang
iii
pemikiran saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Pondidaha.
9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Kimia, serta seluruh staf di lingkungan
FMIPA UHO atas segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan kepada
10. Saudara-saudaraku Hairil, Mira dan Avan yang terus memberi dukungan
11. Terima kasih kepada keluarga bunda Suci, Jusmar, Jumlia, Rejen Harlin,
dukungan dan doa untuk penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
12. Terima kasih banyak-banyaknya untuk Alisa, Rita, Fadly dan Ati atas
13. Sahabatku tercinta : Nofia Puspita Sari, Cici Sumarni, Elvi, Inal, Mayang
Sari, Fitmawati, Samsir Alam, Arjunk, Muh. Fadly, Nunung, Rita Yanti,
15. Kak Dwi Prayogo Wibowo, S.Si. dan irwan, S.Si. yang selalu memberikan
16. Rekan-rekan kimia 2014 : Nofia Puspita Sari, Cici Sumarni, Delpianti,
Rita Yanti, Nur Aprilyana, Sugianti Tahir, Alisa, Hariati, Asriani Hasan
S.Si., Erviana Ahmad S.Si., Amrin, Ade Muh. Satelit, Heri Kiswanto, Reni
iv
Kartika, Marlini, Samsiah, Linda Yani, Ni Putu Urani, Samsul Riadi, Fian,
Nursin S.Si, Ahzan Fazlia T., Fatima, dkk yang telah memberikan
17. Leting-letingku SMP Negeri 6 Raha : Elvi, Inal, Mayang Sari, Apeng,
Idawati, Jey Rini Safitri, Fitriani, Aisya Nur Fadila dkk yang telah
namanya terima kasih banyak atas doa dan dukungannya selama ini.
20. Junior-juniorku Ilham dan Zulfahmi terima kasih banyak atas bantuannnya
adanya. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kita kembalikan segala urusan dan
semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak terkhusus bagi pribadi
penulis.
Penulis
v
SINTESIS ELEKTRODA TiO2/Ti TERDOPING SELENIUM (Se) DAN
APLIKASINYA UNTUK DEGRADASI ZAT WARNA REACTIVE
ORANGE 84
Oleh:
NINGSI
F1C1 14 013
INTISARI
vi
COMPOSITE SYNTHES TiO2/Ti DOPED SELENIUM
AND THE APPLICATION FOR DEGRADATION OF REACTIVE
ORANGE 84 DYE
By:
NINGSI
F1C1 14 013
ABSTRACT
DAFTAR ISI
vii
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
INTISARI vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR LAMPIRAN xv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
C. Fotokatalis 10
D. Doping Selenium 12
E. Fotoelektrokatalisis TiO2 13
F. Metode Sol-Gel 15
viii
G. Proses Dip-Coating 17
H. Karakterisasi 18
1. Alat Penelitian
2. Bahan Penelitian
C. Metode Penelitian 25
4. Karakterisasi Elektroda 26
e. Spektrofotometer UV-Vis 27
ix
6. Uji Degradasi Reactive Orange 84 secara Fotoelektrokatalisis 28
V. PENUTUP 56
x
A. Kesimpulan 56
B. Saran 56
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN 64
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Pengukuran SEM-EDX
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 16. Grafik Linear Sweep Voltametry (LSV) (a) elektroda TiO2/Ti 39
(b) elektroda Se-TiO2/Ti
xiii
Gambar 20. Grafik Fotokatalisis Reactive Orange 84 ketika Penyinaran 46
Cahaya UV dan Visible (a) Kurva Penurunan Konsentrasi
TiO2/Ti (b) % Degradasi.
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xv
% Degradasi TiO2/Ti 70
2. Fotokatalisis 71
% Degradasi TiO2/Ti 71
% Degradasi Se-TiO2/Ti 72
3. Fotoelektrokatalisis 73
% Degradasi TiO2/Ti 73
% Degradasi Se-TiO2/Ti 74
xvi
Data Penyinaran Cahaya UV 91
xvii
ARTI LAMBANG DAN SIMGKATAN
Lambang/Singkatan Arti
(aq) Aqurous
ºC Deraja Celcius
λ Lamda (Panjang Gelombang)
eV Elektron Volt (energy celah pita)
•OH Radikal hidroksil
O2• Oksigen radikal
% Persen
nm Nanometer
cc Coarse Coats/ ukuran lapisan kasar
E0 Potensial Elektroda Standar
W Ketebalan Plat
mL Mililiter
RO Reactive Orange
UV Ultra Violet
Vis Visible
mm Milimeter
M Molaritas
L Liter
mg Miligram
xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perekonomian Indonesia, akan tetapi hal ini dapat menimbulkan masalah serius
bagi lingkungan, terutama masalah limbah cair yang dihasilkan limbah zat warna.
Industri tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair, sisa dari proses
pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya yang tinggi, limbah industri batik dan
tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar
diuraikan. Limbah zat warna memiliki karakteristik berwarna keruh dan pekat,
Zat warna tekstil merupakan salah satu pencemaran yang bersifat non
biodegradable, umumnya dibuat dari senyawa azo yang digunakan sebagai bahan
celup, yang dinamakan azo dyes. Senyawa azo bila terlalu lama berada
mutagenic (Sue et al., 2007). Salah zat warna azo yang digunakan dalam proses
pecelupan yaitu reactive orange 84. Reactive orange 84 merupakan pewarna yang
berasal dari kelas azo. Pewarna ini banyak digunakan sebagai zat pewarna
industry tekstil (Zulfikar et al., 2013) berupa jenis kain katun dan polyester
1
2
lingkungan dan makhluk hidup disekitarnya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
metode yang dapat mengolah limbah pewarna tekstil menjadi senyawa yang
telah banyak dilakukan, akan tetapi hasilnya kurang efektif. Metode alternatif
yang lebih efektif dan sedang dikembangkan adalah metode fotodegradasi dengan
polutan, dekomposisi air, udara dan degradasi polutan organik. Hal ini karena
oksidasi yang kuat, ikatan kimianya stabil terhadap cahaya dan tidak larut.
proses fotokatalitik seperti TiO2, CdS, ZnO, GaP, SiC, WO3 dan Fe2O3 (Dini,
2014a). Selain itu fotokatalis banyak diterapkan untuk berbagai aplikasi antara
orange (Widihati et al., 2011) dan metilen biru (Lestari et al., 2013).
jangka waktu yang panjang, ramah lingkungan, memiliki energi band gap yang
cukup besar yaitu 3,2 eV dan memiliki serapan di wilayah sinar UV. Namun, sinar
3
matahari yang sampai di bumi hanya mengandung 5-7% sinar UV, sehingga
dibutuhkan suatu usaha agar fotokatalis TiO2 memiliki serapan yang aktif di
TiO2 (Rohmah, 2015). Salah satu modifikasi yang dilakukan adalah dengan
melakukan doping.
dilakukan dengan penambahan unsur lain (dopan) ke dalam kisi kristal TiO2.
pada daerah sinar tampak maupun untuk mencegah terjadinya rekombinasi antara
elektron dan hole (Shirsath et al., 2013). Doping non logam yang umumnya
ditambahkan pada TiO2 adalah nitrogen (N), belerang (S), fosfor (P) dan flour (F).
Yin et al. (2010) menyatakan bahwa dari berbagai unsur non logam yang telah
digunakan sebagai doping, nitrogen adalah dopan yang cukup efektif menurunkan
energi celah pita TiO2 sehingga meningkatkan aktivitas lapis tipis TiO2 pada sinar
tampak.
dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti pembuatan sel surya (Ballarin, 2011)
dan fotokatalik (Nurdin et al., 2016) juga memiliki energi celah yang sempit.
Adapun unsur-unsur yang tergolong kalkogenik yaitu oksigen (O), sulfur (S),
selenium (Se), telurium (Te), vanadium dan polonium (Po). Pada penelitian ini
langsung dari sinar matahari dan digunakan juga dalam sel surya. Sehingga Se
4
Selenium dan Aplikasinya untuk Degradasi Zat Warna Reactive Orange 84”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
yaitu:
D. Mannfaat Penelitian
diantaranya:
5
digunakan pada berbagai aplikasi antara lain: sel surya, fotokatalis, sensor
biologis, kimia, produk kesehatan hingga pigmen cat (Riyani et al., 2015). Selain
itu titanium oksida adalah fotokatalis yang populer untuk udara dan air remediasi
sebagai akibat dari beberapa sifat menarik, termasuk toksisitas rendah, biaya
murah, stabilitas termal yang tinggi dan penerapan yang luas. Secara umum, TiO2
substansi terlarut yang ada didalam larutan oleh permukaan zat atau benda
penyerap disebut adsorben dan media yang diserap disebut adsorbat (Haris et al.,
2015).
Karuppuchamy dan Kumar (2015) TiO2 adalah salah satu fotokatalis yang
biayanya rendah, ketersediaannya dan non toksisitas. TiO2 memiliki energi celah
pita 3,2 eV dan hanya bisa sensitif dibawah sinar UV iradiasi. Beberapa peneliti
mencoba memperbaiki masalah ini dengan menurunkan energi celah pita dengan
doping logam atau non logam dan TiO2 untuk meningkatkan aktivitas
fotokatalitik.
6
7
dengan menambahkan ion dopan. TiO2 juga mempunyai kelemahan dalam hal
pemisahan katalis setelah proses degradasi dan daya adsorpsi katalis terhadap
Titanium dioksida mempunyai tiga jenis bentuk kristal yakni bentuk rutile
bentuk kristal yang ada, TiO2 kebanyakan berada dalam bentuk rutile dan anatase
brookite memiliki ukuran kristal yang beragam antara 11-35 nm dan rutile
Struktur anatase memiliki band gap sebesar 3,2 eV (380 nm) sedangkan
struktur rutile memiliki band gap sebesar 3,0 eV (415 nm). Temperatur kalsinasi
(Zhang et al., 2009b). Kristal anatase mulai terbentuk pada suhu 500°C,
a b c
lebih reaktif dari rutile. Efektivitas fotokatalis pada struktur anatase disebabkan
luas permukaanya lebih besar sehingga sisi aktif per unit pada struktur anatase
lebih besar dibandingkan struktur TiO2 yang lain. Adapun perbedaan setiap jenis
struktur kristal TiO2 yaitu memiliki perbedaan jenis massa dan struktur pita
elektronik masing-masing. Oleh karena itu, kristal TiO2 dengan struktur anatase
memiliki daerah aktivasi yang lebih luas sehingga lebih reaktif terhadap cahaya
dan struktur dan struktur pita energinya pun lebih tinggi (Linsebigler et al., 1995).
kuat oleh karena tingginya potensial oksidasi dari holes yang terbentuk pada
pita valensi oleh fotoeksitasi. Keaktifan fotokatalisis yang dimiliki, sifat kimia
dan stabilitas fotokimia serta kemampuan oksidasi yang sangat tinggi sehingga
TiO2 menjadi pilihan dari para peneliti untuk mengembangkan berbagai metode
Zat warna adalah suatu senyawa yang kompleks yang dapat dipertahankan
zat organik tidak jenuh dengan kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom
sebagai pengikat warna dengan serat. zat organik tidak jenuh yang dijumpai dalam
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi
dengan serat (ikatan kovalen) sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari
serat (Rochanah, 2004). Zat warna ini terutama dipakai untuk mencelup serat
selulosa dan serat protein. Contoh zat warna reaktif yang sering digunakan :
Simon, 2005). Zat warna reaktif mempunyai berat molekul yang relatif kecil. Zat
warna reaktif mempunyai spektra absorpsi yang runcing dan jelas, strukturnya
antrakuinon dengan berat molekul relatif kecil. Daya serap terhadap serat tidak
besar. Sehingga zat warna yang tidak bereaksi dengan serat mudah dihilangkan.
Gugus-gugus reaktif merupakan bagian-bagian dari zat warna yang mudah lepas.
Dengan lepasnya gugus reaktif ini, zat warna menjadi mudah bereaksi dengan
kelas azo. Warna ini digunakan dengan pertimbangan bahwa zat warna tersebut
pemakaina jenis kain katun dan poly ester. Karakterisasi zat warna dilakukan
untuk mendapatkan sifat-sifat fisik dan kimia dari zat warna tekstil yang akan
Notodarmodjo, 2010).
C. Fotokatalis
menghasilkan pasangan elektron dan lubang (hole). Pasangan elektron dan hole
(mempercepat) transformasi kimia. Katalis pada proses ini lebih khas disebut
dibantu oleh cahaya dan katalis padat. Cahaya tersebut akan membentuk elektron
dan hole (e- dan h+). Elektron bereaksi dengan oksigen dalam air membentuk
anion (O2-) yang kemudian mengoksidasi secara kuat hidroksil radikal (•OH).
radikal dengan energi yang besar. Hidroksil radikal dengan energi besar akan
mendekomposisi polutan organik dalam zat cair menjadi gas yang selanjutnya
menguap atau menjadi zat lain yang tidak berbahaya. Proses fotokatalitik kurang
berada di antara insulator dan konduktor, yang juga disebut sebagai bahan
setengah listrik. Sifat semikonduktor ini pada prinsipnya disebabkan karena antara
valence band (VB) dan conduction band (CB) dipisahkan oleh sebuah gap (band
gap energy). Katalis semikonduktor yang sering digunakan adalah TiO 2, ZnO,
CdS dan Fe2O3. TiO2 adalah katalis semikonduktor yang paling efektif karena
mempunyai energy gap relatif besar (3,2 eV) yang cocok digunakan untuk
12
fotokatalis, tidak beracun, harganya terjangkau dan melimpah di alam (Joshi dan
Shrivastava, 2010).
Katalis semikonduktor dikenai sinar dengan energi yang lebih besar, maka
elektron (e-) pada pita valensi bereksitasi menuju pita konduksi dan akan
meninggalkan hole (h+) pada pita valensi. Gambar 3, hole (h+) akan berinteraksi
dengan H2O dan OH- yang berada pada permukaan katalis membentuk OH
radikal (•OH) yang bersifat sebagai oksidator kuat. Elektron (e-) akan bereaksi
dengan O2 yang berada pada katalis membentuk radikal superoksida (•O2-) yang
bersifat sebagai reduktor. Oksidator dan reduktor tersebut menyerang zat warna
metilen biru sehingga menghasilkan CO dan H2O serta beberapa asam dengan
D. Doping Selenium
tampak seperti doping TiO2 dengan karbon, sulfur, boron dan nitrogen. Namun
13
efisiensi kuantum yang dihasilkan oleh TiO2 terdoping beberapa unsur tadi jika
diaktivasi dengan cahaya tampak masih lebih rendah daripada ketika TiO2
penyerapan terlihat lebih besar dari TiO2 dan masih manpu dari spesies yang
mirip dengan menurunkan quinoline pada tingkat yang lebih cepat daripada TiO2
yang tidak digerakkan dibawah sinar UV. Se-TiO2 juga mampu mendegradasi
molekul organik di bawah sinar tampak murni dan jalur transfer elektron tunggal.
efisien dari spesies yang mirip dengan HO. Sehingga menunjukkan atom
al., 2009a) fotokatalis Se-TiO2 dalam lingkungan kaya akan oksigen dan
penangkap elektron.
diantaranya amobilisasi emas (Yogi et al., 2008), besi dan perak (Wang et al.,
14
2009) dan perak (Whang et al., 2009). Sedangkan untuk amobilisasi non logam,
(Gandhe dan Fernandes, 2005) telah melakukan amobilisasi nitrogen dalam TiO2.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa logam maupun non logam yang
daerah panjang gelombang cahaya tampak. Dopan ion logam mempunyai level
energi fermi yang lebih rendah dibandingkan dengan TiO2 sehingga elektron
tereksitasi dapat ditransfer dari pita konduksi ke partikel logam yang menyisip
pada permukaan TiO2 sementara hole di pita valensi tetap bertahan di TiO2 yang
E. Fotoelektrokatalisis TiO2
foton dan tegangan listrik. Mekanisme reaksi ini tidak jauh berbeda dengan
diamati dengan adanya hubungan antara reaksi fotolisis yang terjadi dan
yang sangat efektif untuk mendegradasi polutan organik dalam air(Quan et al.,
diperlukan metode pembuatan elektroda film TiO2 yang murah dan mudah.
lain (Chen dan Mao, 2007). Dari beberapa metode tersebut yang mudah dan
murah yaitu metode metode oksidasi langsung. Oksidasi langsung ini dapat
F. Metode Sol-Gel
melalui reaksi kimia dalam larutan pada suhu rendah dimana dalam proses
tersebut terjadi perubahan fasa dari suspensi koloid (sol) membentuk fasa cair
kontinyu (gel). Pada metode sol-gel, secara garis besar TiO2 disintesis dari sumber
titanium yang dipanaskan pada suhu tertentu. Metode sol-gel dapat membuat
suatu partikel berukuran nano, ukuran seragam, tidak menggumpal, murni dan
homogen. Kelebihan dari metode sol-gel ini adalah dapat dilakukan pada suhu
rendah dan pembentukan sol dapat dikontrol dengan mudah (Rahman et al.,
2014).
1. Hidrolisis
2. Polimerisasi Kondensasi
16
Tahap ini terjadi transisi dari sol menjadi gel. Molekul-molekul yang telah
molekul gel yang mempunyai kerapatan massa dan akan menghasilkan kristal
logam oksida.
3. Pematangan
Tahap ini merupakan tahap pematangan gel yang terbentuk dari proses
4. Pengeringan
Tahap ini merupakan proses penguapan pelarut yang digunakan dan cairan
yang tidak diinginkan untuk mendapatkan struktur sol-gel yang memiliki luas
dan pengeringan yang disebabkan oleh menguapnya pelarut secara spontan dari
pori. Ukuran struktur mikro tergantung pada rumusan komposisi kimia dan
prosedur preparasi pembuatan sol hingga titik gel serta jalannya proses aging,
mendiamkan gel untuk mengubah sifatnya agar lebih kaku, kuat dan menyusut
dan ukuran partikel yang akan disintetis. Pengaturan tepat dari parameter sol-gel
seperti kandungan air, pH dan temperatur dalam kombinasi pemilihan pelarut, zat
17
dilakukan untuk merubah sifat dan struktur TiO2 lapis tipis (Razmjou
Chaharmahali, 2012).
G. Proses Dip-coating
tidak merusak lingkungan (Arief et al., 2015). Metode untuk melapiskan TiO2
pada substrat, salah satunya adalah metode dip-coating (celupan). Pelapisan TiO2
koloid TiO2 (Dharsono dan Oktari, 2010). Larutan prekursor yang menempel pada
substrat akan membentuk lapisan tipis akibat pelarut yang menguap dan sebagian
larutan akan turun kebawah karena adanya gaya gravitasi. Ketebalan larutan dapat
digunakan karena prosesnya yang mudah dan tidak memerlukan biaya yang mahal
elektromagnetik yang berada diantara spektrum sinar γ dan ultra violet. Sinar X
didapatkan dari reaksi suatu logam yang dikenai atau ditumbuk oleh rangkaian
pengurangan kecepatan dengan cepat dan energi yang hilang hasil pengurangan
dengan data yang ada di literatur. Hasil dari difraksi sinar X ialah dimensi kisi
atau jarak antar kisi (d) dalam suatu struktur kristal sehingga dapat diketahui
kerapatan kristal tersebut. Prinsip dasar dari XRD ialah hamburan elektron yang
kristal dengan sudut (θ), maka sebagian sinar tersebut akan terhamburkan dan
yang dicatat oleh detektor yang mana setiap sinar yang tertangkap akan memenuhi
Ketika sudut (θ) diubah-ubah, maka sinar yang ditangkap oleh detektor
akan memberikan intensitas yang berbeda-beda pula sesuai dengan orde yang
diramalkan dan jika jarak d pada bidang yang bersebelahan dalam kristal
diketahui, maka panjang gelombang λ dapat dihitung. Hubungan antara jarak kisi
kristal dengan sudut yang dibentuk oleh sinar X ditunjukkan pada persamaan
Bragg berikut:
2d sin θ = n λ
1989).
gelombang 100 – 400 nm dan sinar Visible dengan range 400 nm (ungu) sampai
yaitu promosi electron dari ground state ke exited state yang berenergi lebih tinggi
adanya transisi elektronik suatu molekul yang disebabkan oleh peristiwa absorbs
energi berupa radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai oleh molekul
citra. Pancaran electron dihasilkan dari atas mikroskop oleh pemancar elektron.
benda seperti seberapa landai dan ke mana arah kemiringan atau dengan kata
lensa sehingga perbesaran dapat diatur dengan lebih baik. Hal ini disebabkan
gelombang optik. Makin kecil panjang gelombang yang digunakan maka makin
analisanya relative cepat, hasil pengukuran yang akurat, preparasinya yang tidak
terlalu rumit dan mudah dikerjakan oleh siapa saja tanpa perlu keahlian khusus
(Siregar et al., 2015). Spektroskopi FTIR mampu membedakan spektrum dari dua
kemampuan menyerap cahaya dari suatu senyawa akan berbeda bergantung pada
22
sifat fisikokimia, ikatan antar atom dalam senyawa dan karakteristik gugus
Menurut (Arlofa dan Herutomo, 2017) bahwa FTIR merupakan salah satu
alat yang dapat menganalisis gugus fungsi suatu senyawa. Fungsi tersebut
polipropilena dapat dilakukan dengan metode FTIR dengan waktu yang cepat dan
Mekanisme yang terjadi pada alat FTIR dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sinar yang datang dari sumber sinar akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah
oleh pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini
kemudian dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak.
Sinar hasil pantulan kedua cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecah
sinar untuk saling berinteraksi. Pemecah sinar, sebagian sinar akan diarahkan
menuju cuplikan dan sebagian menuju sumber. Gerakan cermin yang maju
23
mundur akan menyebabkan sinar yang sampai pada detektor akan berfluktuasi.
Fluktuasi sinar yang sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal pada
Connolly, 1994)
III. METODE PENELITIAN
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo pada
1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu ukur Iwaky
pyrex ukuran 25 mL, 50 mL, 100 mL dan 500 mL, gelas beaker Iwaky pyrex
ukuran 50 mL, 100 mL dan 250 mL, magnetik stirrer, tanur, spatula, cawan
porselen, kuvet, pinset, tissue, pipet tetes, botol semprot, gunting, stopwatch, 1 set
alat refluks (labu alas bulat, kondensor, selang penghubung), statif dan klem,
Memmert, hot plate, aluminium foil, power supply, Linear Sweep Voltammetry
2. Bahan Penelitian
(Ti) dengan kemurnian 99% dan ketebalan 0,5 mm, amplas halis ukuran 1200 dan
220 cc, akuades (H2O), HF, HNO3, larutan gliserol 98%, NH4F, plat Cu, asam
Selenium (H2O3Se), AgCl, etilena glikol (C2H6O2), NaNO3 0,1 M, titanium tetra
24
25
C. Metode Penelitian
ini adalah membilas plat Ti dengan akuades untuk menghilangkan sisa larutan
sebagai anoda dan plat Cu sebagai katoda menggunakan beda potensial sebesar 25
Volt yang dihubungkan dengan power supply. Proses anodizing ini dilakukan
selama 4 jam. Tahapan akhir yang dilakukan yaitu kalsinasi plat Ti selama 1,5
jam dengan suhu 500°C untuk menguapkan sisa larutan elektrolit yang masih
tersisa pada permukaan plat Ti sekaligus untuk mendapatkan kristal TiO2 fase
kristal lainnya.
26
3. Doping Se pada plat TiO2/Ti dengan Metode Sol-Gel dan Dip Coating
melarutkan 0,43 gram asam Se (VI) H2O3Se 98,1% kedalam 15,0 mL etilen glikol
(C2H6O2), kemudian aduk sampai larut. Solusi B disiapkan dengan melarutkan 4,0
Campuran larutan direfluks selama 10 jam pada suhu 60ºC diaduk dengan
magnetic stirrer untuk mendapatkan sol Se-TiO2. Hal ini dipanaskan sampai
pelarut menguap pada suhu 80ºC selama 1 jam untuk menghasilkan sol-gel
Se-TiO2. Proses pelapisan pada TiO2/Ti dengan metode dip-coating. Sol-gel Se-
TiO2 direndam dalam TiO2/Ti selama 10 menit dan dikalsinasi selama 15 menit
ukuran padatan kristalin TiO2 yang terbentuk. Hasil dari XRD berupa pola
difraksi sinar-X yang menunjukkan puncak spesifik pada spektrum XRD yang
TiO2 hasil anodizing dan hasil doping selenium pada komposit TiO2/Ti. Hasil
unsur selenium pada struktur TiO2/Ti, dengan melihat keberadaan gugus fungsi
hasil sintesis.
NaNO3 0,1 M pada range bias potensial -1 Volt hingga 1 Volt dengan scan rate
1x10-4 V/s. Fotoelektroda TiO2/Ti dan Se-TiO2/Ti diuji dengan pemberian bias
lampu UV dan Visible untuk mengetahui kinerja keduanya pada iradiasi cahaya
berbeda.
e. Spektrofotometer UV-Vis
fotoelektrokatalisis.
dalam 100 mL larutan NaNO3 0,1 M hingga diperoleh larutan reactive orange
84 dalam NaNO3 0,1 M dengan konsentrasi 100 ppm. Larutan baku 100 ppm
UV-Vis.
absorbans.
dan Visibel. Pengujian LSV dilakukan dari potensial -1 Volt, hingga 1 Volt.
dan bias potensial 0,5 Volt dalam keadaan lampu UV menyala, tiap rentang
waktu 10 menit dalam 1 jam sebaliknya dengan uji lampu Visible. Selanjutnya
lapisan-lapisan oksida yang terdapat pada plat titanium tersebut. Plat Ti yang
bersih dicuci menggunakan detergen lalu dibilas dengan akuades guna untuk
lapisan oksida yang masih terdapat dipermukaan logam Ti, karena logam sangat
mudah bereaksi dengan oksida. Perlakuan akhir dalam preparasi plat Ti yaitu
dengan membilas plat Ti dengan akuades guna untuk menghilangkan sisa larutan
anodizing yang dilakukan selama 4 jam dengan beda potensial sebesar 25,0 Volt
sistem elektrokimia yang terdiri atas plat titanium (Ti) sebagai anoda dan tembaga
(Cu) sebagai katoda (Misriyani et al., 2015). Proses anodizing dalam penelitian ini
30
31
membentuk lapisan tipis oksida TiO2, sedangkan pada kutub katoda terjadi
reduksi air melepas gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung gas
disekitar tembaga logam (Cu). Reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda adalah
500ºC selama 1,5 jam. Proses kalsinasi ini bertujuan untuk menguapkan pelarut-
pelarut organik yang terjebak dalam plat titanium dan memperoleh elektroda kerja
TiO2 dengan struktur kristal anatase. Menurut (Ismail et al., 2015) kristal anatase
dengan jenis kristal yang lain dengan rentang suhu antara 120ºC hingga 500ºC.
(Nurdin et al., 2010a) hal ini disebabkan karena kristal anatase memiliki luas
permukaan yang lebih besar dan sisi aktif yang lebih besar sehingga mampu
mengabsorbsi cahaya baik daripada jenis kristal rutile. Struktur anatase memiliki
band gap sebesar 3,2 eV yang setara dengan panjang gelombang UV 388 nm.
Selain itu Tjahjanto dan Gunlazuardi, (2001) menyatakan bahwa energi band gap
ini menyatakan seberapa besar energi yang dibutuhkan untuk transisi elektron dari
32
pita valensi ke pita konduksi. Adapun plat yang telah berhasil disintesis adalah
sebagai berikut.
Permukaan Ti
TiO2/Ti
Gambar 10, menunjukkan hasil preparasi elektroda TiO2 pada plat Ti.
cukup baik.
ini menggunakan metode sol-gel. Ada beberapa metode yang efektif pada lapisan
Deposition), implantasi ion dan metode penggilingan bola (Jogadale et al., 2008).
Namun pada penelitian ini metode sol-gel, disebabkan karena metode ini
2015).
33
prekusor yang dapat larut pada semua jenis pelarut khususnya etilen glikol.
Pelarut etilen glikol ini digunakan untuk mengontrol proses hidrolisis dan
kondensasi pada proses sol-gel. Proses sol-gel yang digunakan sesuai dengan
metode yang telah dilakukan (Stengl et al., 2011) dan berhasil mensintesis
SeTiO2 dalam bentuk nano dengan energi celah pita 2,0 eV. Proses doping
(pelapisan) plat TiO2/Ti oleh sol SeTiO2 menggunakan menggunakan metode dip-
coating.
dalam larutan inti (precursor), setelah itu dilanjutkan dengan proses pengeringan
sehingga diperoleh lapis tipis pada substrat (Sanjaya, 2013). Proses dip-coating
dilakukan dengan cara merendam plat TiO2/Ti pada precursor (sol-gel SeTiO2)
selama 5 menit dan kemudian dilakukan proses kalsinasi pada suhu 70ºC selama
10 menit dengan tujuan lapis tipis SeTiO2 merekat pada permukaan TiO2. Untuk
ukuran padatan kristal TiO2 yang terbentuk. Adapun strukur yang diharapkan
pada penelitian ini adalah stuktur TiO2 dalam bentuk anatase. Sehingga dapat
dengan data standar TiO2 anatase dari JCPDS (Join Committee Powder Standar).
2θ (derajat)
Gambar 12. Difraktogram XRD plat TiO2/Ti
Gambar 12, menunjukkan pola-pola difraksi dimana terdapatnya
spektrum pada puncak 2θ 39,57º (111) dan 57,53º (112) menunjukkan puncak
anatase, yang sesuai dengan (JCPDS No. 21-1272). Hal ini elektroda kerja
berhasil dilakukan. Dimana TiO2 sendiri terdiri dari tiga jenis kristal yaitu
anatase, rutile dan brookie, tetapi hanya kristal jenis anatase yang baik digunakan
35
yang sering digunakan sebagai fotokatalis karena memiliki luas permukaan serbuk
yang lebih besar serta ukuraan partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan
struktur rutile (Licciulli et al., 2002). Selain itu, kristal jenis anatase memiliki
band gap sebesar 3,23 eV dan setara dengan serapan energi sinar UV sebesar 385-
388 nm. Sedangkan kristal jenis rutile memiliki energi band gap sebesar 3,00 eV
dan setara dengan serapan energi sinar UV sebesar 405-438 nm (Harper et al.,
2001).
yang ada dalam suatu senyawa serta untuk menguatakan informasi keberhasilan
doping Se pada permukaan TiO2/Ti. Hasil analisis FTIR dapat dilihat pada
gambar berikut.
36
C-H Se-O
O-H Ti-O
keberadaan O-H stretching (vibrasi ulur) dengan signal kuat. Keberadaan gugus
O-H diduga berasal dari gugus titanil sebagai Ti-OH terminal dari fasa kristal
TiO2 maupun dari air yang terserap pada permukaan. Munculnya ikatan C-H
alkana berasal dari etilen glikol dengan puncak serapan pada daerah 2872 cm-1
(Ozturk et al., 2017). Pada serapan gelombang 400-1250 cm-1 terbentuk ikatan Ti-
O dengan puncak serapan pada daerah 1085 cm-1. Munculnya serapan pada
merupakan instrumen gabungan antara SEM dan EDX yang digunakan untuk
37
memperoleh gambaran permukaan atau fitur material dengan resolusi yang sangat
tinggi hingga memperoleh suatu tampilan dari permukaan sampel yang kemudian
a b
memastikan adanya unsur Se pada plat TiO2 dapat dilihat dengan dilakukan
cps/eV
3.0
2.5
2.0
1.5
Ti
O Se Ti Se
1.0
0.5
0.0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
keV
tiga unsur yang diinginkan yaitu titanium, oksigen dan selenium. Puncak yang
mengindikasikan keberadaan titanium pada tingkat energi 0,4 dan 4,5 KeV,
sedangkan eksistensi unsur selenium pada puncak 1,4 dan 11,2 KeV. Dimana
pada sumbu X merupakan energi pada tiap undur, sedangkan sumbu Y merupakan
O 36,00
Se 0,80
Jumlah 100,00
pengukuran arus (I) sebagai fungsi potensial (V) (Belhacova et al., 1999). Teknik
LSV digunakan untuk uji kualitatif fotoaktivitas kristal TiO2. Dengan metode
tersebut, kita dapat mengetahui keaktifan TiO2 hasil sintesis dengan menlihat
adanya kenaikan arus pada kurca LSV setelah elektroda disinari dengan lampu
UV. Arus yang dihasilkan merupakan arus yang teramati saat elektroda TiO2/Ti
permukaan katalis.
dimana elektroda kerja TiO2/Ti dan Se-TiO2/Ti elektroda counter Pt dan elektroda
potensial -1 Volt sampai 1 Volt untuk melihat arus oksidasi dalam larutan
elektrolit. Kemudian diatur scan rate sebesar 0,1 V/s untuk mengatur kecepatan
gelap
300 UV
(a) Vis
250
200
150
100
Arus cahaya (A)
50
-50
-100
-150
-200
-250
-300
-1000000 -500000 0 500000 1000000
Voltase (Volt)
gelap
300 Vis
(b) UV
250
200
150
100
Arus cahaya (A)
50
-50
-100
-150
-200
-250
-300
-1000000 -500000 0 500000 1000000
Voltase (Volt)
Gambar 16. Grafik Linear Sweep Voltametry (LSV) (a) elektroda TiO2/Ti (b)
elektroda Se- TiO2/Ti
41
tertinggi pada saat diiradiasi penyinaran lampu UV. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa TiO2 memiliki aktivitas fotoelektrokatalisis pada saat diiradiasi lampu UV,
karena aktif pada panjang gelombang ≤ 388 nm dengan energy gap (Eg) 3,2 eV.
tidak menunjukkan aktivitas pada proses pengukuran. Hal ini disebabkan karena
cahaya Visible memiliki panjang gelombang yang lebih besar dibanding dengan
energy yang diberikan, sehingga sangat sulit untuk diserap oleh elektroda kerja
visible memiliki aktivitas yang baik dibanding dengan saat penyinaran lampu
UV. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan selenium pada permukaan
TiO2/Ti yang dapat menggeser pita konduksi. Elektroda Se-TiO2 dapat menyerap
cahaya dengan panjang gelombang yang lebih besar dengan energi yang lebih
Visible membuktikan bahwa doping Se pada TiO2 memiliki aktivitas yang baik
mengetahui daerah serapan cahaya dari zat warna sebagai senyawa uji yang
digunakan. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum UV dan Visible
tergantung dari struktur elektronik dari molekul zat warna yang digunakan yaitu
nm. Hasil pengukuran absorbans dari larutan uji reactive orange menggunakan
0,19
485 nm
0,18
0,17
Absorbans (A)
0,16
0,15
0,14
0,13
0,12
400 500 600 700 800
Panjang Gelombang (nm)
konsentrasi 0,5 ppm : 1 ppm : 2 ppm : 3 ppm dapat dihasilkan suatu kurva
kalibrasi dengan persamaan garis lurus y= 0,0184x + 0,0645. Data tersebut dapat
0.14
0.12
0.1
Absorbans
0.08
0.02
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Konsentrasi zat warna
dalam penelitian ini yaitu 0,5 : 1 : 2 dan 3 ppm. Dimana proses degradasi dapat
proses fotokatalis dan elektrokimia yang melibatkan cahaya, katalis dan elektron.
0,5 ppm UV
0,5 ppm Vis
3,0
(a) 1 ppm UV
2,8 1 ppm Vis
2 ppm UV
2,6
2 ppm Vis
2,4 3 ppm UV
3 ppm Vis
2,2
Konsentrasi (ppm)
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
40
(b) 0,5 ppm UV
0,5 ppm Vis
35
1 ppm UV
30 1 ppm Vis
2 ppm UV
25 2 ppm Vis
% Degradasi
3 ppm UV
20 3 ppm Vis
15
10
-5
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
penurunan secara lamban. Hal ini dikarenakan degradasi senyawa reactive orange
foton tidak cukup mampu atau kurang efektif untuk menguraikan ikatan kromofor
reactive orange 84, dimana jumlah radikal hidroksil yang dihasilkan oleh foton
pada gambar 19(b). Dimana, nilai degradasi maksimum diperoleh dari senyawa
reactive orange 84 dengan konsentrasi 0,5 ppm sebesar 38%. Sinar UV memiliki
energi yang besar dibaning sinar Visible sehingga kemanpuan untuk memutuskan
0,5 ppm UV
0,5 ppm Vis
3,2
1 ppm UV
3,0
1 ppm Vis
2,8
2 ppm UV
2,6 2 ppm Vis
2,4 3 ppm UV
2,2 3 ppm Vis
2,0
Konsentrasi (ppm)
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(a)
46
50 3 ppm UV
40
30
20
10
-10
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(b)
Gambar 20. Grafik fotokatalisis reactive Orange 84 ketika penyinaran cahaya
UV dan Visible; (a) kurva penurunan konsentrasi TiO2/Ti, (b) %
degradasi TiO2/Ti
diperoleh pada konsentrasi 0,5 ppm sebesar 88% dibawah sinar UV. Namun
0,5 ppm UV
(a) 3,2 0,5 ppm Vis
3,0 1 ppm UV
2,8 1 ppm Vis
2,6 2 ppm UV
2,4 2 ppm Vis
2,2 3 ppm UV
3 ppm Vis
Konsentrasi (ppm)
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
0,5 ppm UV
100
(b) 0,5 ppm Vis
90 1 ppm UV
80
1 ppm Vis
2 ppm UV
70 2 ppm Vis
60 3 ppm UV
% Degradasi
3 ppm Vis
50
40
30
20
10
-10
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
elektroda Se-TiO2/Ti diperoleh pada konsentrasi 0,5 ppm sebesar 95% di bawah
48
anatase pada TiO2 itu sendiri, selain itu dapat menghasilkan oksigen yang lebih
banyak sehingga dapat menangkap elektron dan mencegah rekombinasi e- dan H+.
0,5 ppm UV
3,2 0,5 ppm Vis
3,0 1 ppm UV
2,8 1 ppm Vis
2,6 2 ppm UV
2,4 2 ppm Vis
2,2 3 ppm UV
3 ppm Vis
Konsentrasi (ppm)
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(a)
49
0,5 ppm UV
100 0,5 ppm Vis
1 ppm UV
1 ppm Vis
80 2 ppm UV
2 ppm Vis
3 ppm UV
60
% degradasi
3 ppm Vis
40
20
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(b)
Gambar 22. Grafik fotoelektrokatalisis reactive Orange 84 ketika penyinaran
cahaya UV dan Visible; (a) kurva penurunan konsentrasi TiO2/Ti, (b)
% degradasi TiO2/Ti
proses ini terdapat penambahan elektron (arus listrik) yang akan mencegah proses
spesi aktif pada katalis akan lebih banyak dan secara teoritis proses degradasi
Gambar 22(b). Nilai degradasi maksimum pada konsentrasi 0,5 ppm sebesar
92 %.
50
0,5 ppm UV
3,2 0,5 ppm Vis
3,0 1 ppm UV
2,8 1 ppm Vis
2,6 2 ppm UV
2,4 2 ppm Vis
2,2 3 ppm UV
3 ppm Vis
Konsentrasi (ppm)
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(a)
3 ppm Vis
50
40
30
20
10
-10
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(b)
Gambar 23. Grafik fotoelektrokatalisis reactive Orange 84 ketika penyinaran
cahaya UV dan Visible; (a) kurva penurunan konsentrasi Se-TiO2/Ti,
(b) % degradasi Se-TiO2/Ti
Gambar 23(b) dengan persen (%) degradasi maksimum pada larutan reactive
0,35
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(A)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(B)
52
2 ppm UV TiO2/Ti
2,0 2 ppm Vis TiO2/Ti
1,9
2 ppm UV Se-TiO2/Ti
2 ppm Vis Se-TiO2/Ti
1,8
1,7
Konsentrasi (ppm)
1,6
1,5
1,4
1,3
1,2
1,1
1,0
0,9
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(C)
2,4
2,3
2,2
2,1
2,0
1,9
1,8
1,7
1,6
1,5
1,4
1,3
1,2
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
(D)
Gambar 24. Grafik Penurunan Konsentrasi Reactive Orange 84 pada Elektroda
TiO2/Ti dan Se-TiO2/Ti Secara Fotoelektrokatalisis (A) 0,5 ppm, (B)
1 ppm, (C) 2 ppm (D) 3 ppm
orange 84 secara maksimum pada daerah UV, sedangkan pada daerah Visible
elektroda TiO2/Ti pada sinar UV, hal yang sama ditunjukkan pada konsentrasi
berdekatan antara kinerja elektroda TiO2/Ti pada daerah sinar UV dan elektroda
Se-TiO2 pada daerah sinar Visible yang terletak dibagian bawah. Hal
menunjukkan kinerja antara kedua elektroda TiO2/Ti dan Se-TiO2/Ti sangat baik
mendegradasi reactive orange 84 pada daerah Visible dengan jarak antara kedua
Oleh karena itu, grafik perbandingan kinerja elektroda TiO2/Ti dan Se-
TiO2/Ti dapat diketahui bahwa pada konsentrasi yang rendah elektroda Se-
TiO2/Ti sangat cepat kerjanya dalam menurunkan konsentrasi reactive orange 84,
pada konsentrasi tinggi kedua elektroda yaitu TiO2/Ti dan Se-TiO2/Ti saling
yang berbeda. Dimana pada daerah sinar UV untuk TiO2/Ti dan pada daerah sinar
persamaan ini dapat ditentukan tetapan laju reaksi dengan memplotkan antara ln
𝐶0
terhadap waktu iradiasi (t) menghasilkan kurva garis lurus dengan slope k’.
𝐶𝑡
dan Se-TiO2/Ti pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari
kurva tersebut diperoleh nilai tetapan laju degradasi (Kd) pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Nilai tetapan laju degradasi reactive orange 84 untk setiap variasi
konsentrasi dan penyinaran lampu UV dan reactive orange Visible dari TiO2/Ti,
Se-TiO2/Ti secara fotoelektrokatalisis
Kd UV Kd Vis Kd UV Kd Vis
Konsentrasi
TiO2/Ti TiO2/Ti Se-TiO2/Ti Se-TiO2/Ti
(ppm)
-1
(menit ) (menit-1) (menit-1) (menit-1)
itu, tetapan laju degradasi akan semakin kecil dengan meningkatnya konsentrasi
larutan senyawa reactive orange 84. Hal ini menunjukan bahwa proses
55
dengan konsentrasi rendah. Hal ini disebabkan dengan menggunakan katalis yang
sama jumlahnya, maka sisi aktif permukaan akan sama jumlahnya juga. Oleh
karena itu, larutan reactive orange dengan konsentrasi yang lebih rendah akan
menurun. Menurut Tian et al., (2008) menyatakan bahwa adanya penurunan laju
degradasi dipengaruhi oleh sisi aktif dari katalis dalam menghasilkan radikal O2
pada cahaya UV atau Visible pada senyawa uji, yang disebabkan akan mengurang
penyinaran cahaya UV dan Visible. Tetapan laju tertinggi yang dicapai pada
degradasi dengan elektroda TiO2/Ti yaitu 0,0372 menit-1 (UV) dan 0,0187 menit-1
laju sebesar yaitu 0,0288 menit-1 (UV) dan 0,572 menit-1 (Visible). Oleh karena
itu, elektroda Se-TiO2/Ti cenderung lebih aktif dengan penyinaran cahaya Visible
A. Kesimpulan
elektrolit gliserol 98%, NH4F 0,27 M dan akuades pada bias poensial 25 volt
sumber Se. Se-TiO2 terbentuk dari immobilisasi pada plat Ti dengan metode
yang dikenai sinar Visible degan persen degradasi masing-masing 95% dan
98%.
B. Saran
84.
56
DAFTAR PUSTAKA
Arief, S., Alif, A. dan Willian, N., 2015, Pembuatan Lapisan Tipis TiO2-Doped
Logam M (M= Ni, Cu dan Zn) Dengan Metoda Dip-Coating dan Aplikasi
Sifat Katalitiknya pada Penjernihan Air Rawa Gambut, Jurnal R iset
Kimia, 2(1): 69.
Arlofa, N. dan Herutomo, H., 2017, Perbandingan Analisis Gugus Ataktik pada
Polimer Polipropilena dengan Metode Gravimetri dan Fourier Transform
Infra Red (FTIR), Prosiding Seminar Nasional Riset Terapan, 139-146.
Astuti, P., 2007, Adsorbsi Limbah Zat Warna Tekstil Jenis Procion Red Mx 8b
Oleh Kitosan Sulfat Hasil Deasetilasi Kitin Cangkang Bekicot (Achatina
Fullica). Jurusan Kimia FMIPA UNS, Surakarta.
Ballarin, A., 2011, Functionalization of Carbon Nanotubes with Quantum Dots for
Photovoltaic Applications.
Batista, A. P., Carvalho, H. W. P., Luz, G. H., Martins, P. F., Gonçalves, M. dan
Oliveira, L. C., 2010, Preparation of CuO/SiO2 and Photocatalytic Activity
by Degradation of Methylene Blue, Environmental Chemistry Letters,
8(1): 63-67.
Belhacova, L., Krysa, J., Geryk, J. dan Jirkovsky, J., 1999, Inactivation of
Microorganisms in a Flow‐through Photoreactor with an Immobilized
TiO2 Layer, Journal of Chemical Technology & Biotechnology:
International Research in Process, Environmental & Clean Technology,
74(2): 149-154.
Cholid, S. dan Yuniati, A., 2009, Degradasi Fotokatalitik Polutan Organik dalam
Air Limbah Menggunakan TiO2 Nano Partikel Sistem Lapisan Tipis-Alir,
Journal of Industrial Research (Jurnal Riset Industri), 3(2).
57
58
Dharsono, W. dan Oktari, Y. S., 2010, Proses Pembuatan Biodiesel dari Dedak
dan Metanol dengan Esterifikasi in Situ, Skripsi,. Universitas Diponegoro.
Gnanasekar, K., Subramanian, V., Robinson, J., Jiang, J., Posey, F. E. dan
Rambabu, B., 2002, Direct Conversion of TiO2 Sol to Nanocrystalline
Anatase at 85 C, Journal of materials research, 17(6): 1507-1512.
Haris, A., Widodo, D. S. dan Nuryanto, R., 2015, Sintesis dan Karakterisasi
Nanopartikel Fotokatalis TiO2 dengan Doping Tembaga dan Sulfur Serta
Aplikasinya pada Degradasi Senyawa Fenol, Jurnal Sains dan
Matematika, 22(2): 48-51.
Ismail, W., Nawawi, W. I., Ain, S., Zaharudin, R., Jawad, A. H., Ishak, M.,
Ismail, K. dan Sahid, S., 2015, New TiO2/DSAT Immobilization System
for Photodegradation of Anionic and Cationic Dyes, International Journal
of Photoenergy.
Joshi, K. dan Shrivastava, V., 2010, Removal of Hazardious Textile Dyes from
Aqueous Solution by Using Commercial Activated Carbon with TiO2 and
ZnO as Photocatalyst, International Journal of ChemTech Research, 2(1):
427-435.
Lestari, M. W., Saputro, S. H. dan Wahyuni, S., 2013, Sintesis dan Karakterisasi
Nanokatalis CuO/TiO2 yang Diaplikasikan pada Proses Degradasi Limbah
Fenol, Indonesian Journal of Chemical Science, 2(2).
Licciulli, A., Maffezzoli, A., Torsello, G., Diso, D., Tundo, S., Rella, M. dan
Mazzer, M., 2002, Sol Gel Preparation of Selective Emiyttersfor
Thermophotovoltaic Conversion, Journal of Sol-Gel Science and
Technology, 26.
Linsebigler, A. L., Lu, G. dan Yates Jr, J. T., 1995, Photocatalysis on TiO2
Surfaces: Principles, Mechanisms, and Selected Results, Chemical
reviews, 95(3): 735-758.
Lu, X., Wang, G., Zhai, T., Yu, M., Gan, J., Tong, Y. dan Li, Y., 2012,
Hydrogenated TiO2 Nanotube Arrays for Supercapacitors, Nano letters,
12(3): 1690-1696.
Manurung, R. dan Hasibuan, R., 2012, Perombakan Zat Warna Azo Reaktif
Secara Anaerob-Aerob, Jurnal, 1-19.
Maryani, Y., Kustiningsih, I., Rakhm, Y. dan Nufus, H., 2010, Uji Aktivitas
Beberapa Katalis pada Proses Degradasi Senyawa Aktif Deterjen Secara
Fotokatalisi, 151-158.
Maulidiyah, R. H., Salamba, R., Wibowo, D. dan Nurdin, M., 2015, Organic
Compound Rhodamine B Degradation by TiO2/Ti Electrode in a New
Portable Reactor, Int J ChemTech Res, 8(6): 645-653.
Mohabansi, N., Patil, V. dan Yenkie, N., 2011, A Comparative Study on Photo
Degradation of Methylene Blue Dye Effluent by Advanced Oxidation
Process by Using TiO2/ZnO Photo Catalyst, Rasayan Journal of
Chemistry, 4(4): 814-819.
Nurdin, M., Muzakkar, M. Z., Maulidiyah, M., Maulidiyah, N. dan Wibowo, D.,
2016, Plasmonic Silver N/TiO2 Effect on Photoelectrocatalytic Oxidation
Reaction, J. Mater. Environ. Sci, 7(9): 3334-3343.
Nurdin, M., Natsir, M. dan Maulidiyah, G., 2010, Pengembangan Metode Analisis
Chemical Oxygen Demand Model Baru, Jurnal Teknologi Pengolahan
Limbah, 13(2): 1410-9565.
Nurdin, M., Wibowo, W., Febrian, M., Surahman, H., Krisnandi, Y. dan
Gunlazuardi, J., 2010, Pengembangan Metode Baru Penentuan Chemical
Oxygen Demand (COD) Berbasis Sel Fotoelektrokimia: Karakterisasi
Elektroda Kerja Lapis Tipis TiO2/ITO, Makara Journal of Science, 13(1-
8).
Quan, X., Yang, S., Ruan, X. dan Zhao, H., 2005, Preparation of Titania
Nanotubes and Their Environmental Applications as Electrode,
Environmental science & technology, 39(10): 3770-3775.
Regonini, D., Bowen, C. R., Jaroenworaluck, A. dan Stevens, R., 2013, A Review
of Growth Mechanism, Structure and Crystallinity of Anodized TiO2
Nanotubes, Materials Science and Engineering: R: Reports, 74(12): 377-
406.
Riyani, K., Setyaningtyas, T. dan Dwiasi, D. W., 2015, Sintesis dan Karakterisasi
Fotokatalis TiO2-Cu, Molekul, 10(2): 104-111.
Rochanah, T., 2004, Adsorpsi Zat Warna Procion Red Mx 8b pada Limbah
Tekstil oleh Batang Jagung, Jurusan Kimia, FMIPA, UNS, Surakarta.
61
Rockafellow, E. M., Haywood, J. M., Witte, T., Houk, R. S. dan Jenks, W. S.,
2010, Selenium-Modified TiO2 and Its Impact on Photocatalysis,
Langmuir, 26(24): 19052-19059.
Sanjaya, H., Arief, S. dan Alif, A., 2013, Pembuatan Lapisan Tipis TiO2 pada Plat
Kaca dengan Metoda Dip-Coating dan Uji Aktivitas Fotokatalisnya pada
Air Gambut, Sainstek, 7(01).
Sanjaya, W., 2013, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, Jakarta:
Kencana.
Shirsath, S., Pinjari, D., Gogate, P., Sonawane, S. dan Pandit, A., 2013,
Ultrasound Assisted Synthesis of Doped TiO2 Nano-Particles:
Characterization and Comparison of Effectiveness for Photocatalytic
Oxidation of Dyestuff Effluent, Ultrasonics sonochemistry, 20(1): 277-
286.
Siregar, Y. D. I., Heryanto, R., Lela, N. dan Lestari, T. H., 2015, Karakterisasi
Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Menggunakan FTIR dan
Analisis Kemometrika, Jurnal Kimia VALENSI, 1(2): 103-116.
Stefanie Amni, P., 2016, Karakterisasi Lapisan Tipis Titanium Dioksida (TiO2)
yang Ditumbuhkan dengan Metode Spin Coating Diatas Substrat Kaca.
Štengl, V., Bakardjieva, S. dan Bludská, J., 2011, Se and Te-Modified Titania for
Photocatalytic Applications, Journal of materials science, 46(10): 3523-
3536.
Subiyanto, H., Abdullah, M., Khairurrijal, K. dan Mahfudz, H., 2009, Pelapisan
Nanomaterial TiO2 Fasa Anatase pada Nilon Menggunakan Bahan Perekat
Aica Aibon dan Aplikasinya sebagai Fotokatalis, Jurnal NANOSAINS &
NANOTEKNOLOGI, 50-52.
Sue, D. W., Capodilupo, C. M., Torino, G. C., Bucceri, J. M., Holder, A., Nadal,
K. L. dan Esquilin, M., 2007, Racial Microaggressions in Everyday Life:
Implications for Clinical Practice, American psychologist, 62(4): 271.
Supriyanto, G. dan Simon, J., 2005, The Chromatomembrane Method Used for
Sample Preparations in the Spectrophotometric Determination of Zinc and
Copper in Pharmaceuticals, Talanta, 68(2): 318-322.
62
Tjahjanto, R. T. dan Gunlazuardi, J., 2001, Preparasi Lapisan Tipis TiO2 sebagai
Fotokatalisis: Keterkaitan antara Ketebalan dan Aktivitas Fotokatalisis,
Jurnal Penelitian Universitas Indonesia, 5(2): 81-91.
Wang, D., Yu, B., Zhou, F., Wang, C. dan Liu, W., 2009, Synthesis and
Characterization of Anatase TiO2 Nanotubes and Their Use in Dye-
Sensitized Solar Cells, Materials Chemistry and Physics, 113(2-3): 602-
606.
Wang, J., Li, S., Yan, W., Stephen, D. T. dan Yao, Q., 2011, Synthesis of TiO2
Nanoparticles by Premixed Stagnation Swirl Flames, Proceedings of the
Combustion Institute, 33(2): 1925-1932.
West, A. R., 1999, Basic Solid State Chemistry, John Wiley & Sons Inc.
Whang, T.-J., Huang, H.-Y., Hsieh, M.-T. dan Chen, J.-J., 2009, Laser-Induced
Silver Nanoparticles on Titanium Oxide for Photocatalytic Degradation of
Methylene Blue, International journal of molecular sciences, 10(11):
4707-4718.
Wibowo, D., 2018, Fabrikasi Elektroda TiO2/Ti Nano Tube dengan Metode
Anodizing Terdoping Nitrogen dan Logam Ag: Uji Kinerja Degradasi
Senyawa Organik Rhodamin B, Jurnal Progres Kimia Sains, 3(1).
Xu, Y., He, Y., Cao, X., Zhong, D. dan Jia, J., 2008, TiO2/Ti Rotating Disk
Photoelectrocatalytic (Pec) Reactor: A Combination of Highly Effective
Thin-Film Pec and Conventional Pec Processes on a Single Electrode,
Environmental science & technology, 42(7): 2612-2617.
Yin, W.-J., Chen, S., Yang, J.-H., Gong, X.-G., Yan, Y. dan Wei, S.-H., 2010,
Effective Band Gap Narrowing of Anatase TiO2 by Strain Along a Soft
Crystal Direction, Applied physics letters, 96(22): 221901.
Yogi, C., Kojima, K., Wada, N., Tokumoto, H., Takai, T., Mizoguchi, T. dan
Tamiaki, H., 2008, Photocatalytic Degradation of Methylene Blue by TiO2
Film and Au Particles-TiO2 Composite Film, Thin Solid Films, 516(17):
5881-5884.
63
Yulita, R., Septiani, U. dan Rilda, Y., 2012, Optimasi Proses Kalsinasi pada
Sintesis Komposit TiO2/Kitosan, Jurnal Kimia Unand, 1(1): 59-66.
Zhang, H., Liu, C.-X., Qi, X.-L., Dai, X., Fang, Z. dan Zhang, S.-C., 2009,
Topological Insulators in Bi2Se3, Bi2Te3 and Sb2Te3 with a Single Dirac
Cone on the Surface, Nature physics, 5(6): 438.
Zulfikar, M., Novita, E., Hertadi, R. dan Djajanti, S., 2013, Removal of Humic
Acid from Peat Water Using Untreated Powdered Eggshell as a Low Cost
Adsorbent, International Journal of Environmental Science and
Technology, 10(6): 1357-1366.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Preparasi Plat Ti
FTIR Doping Selenium (Se) dengan Metode Sol Gel dan dip-
SEM-EDX
coating
Uji Kinerja
Spektrofotometer UV-Visibel
64
65
LAMPIRAN 2
Plat Ti (Titanium)
Plat Ti
Sol-gel Se-TiO2
Elektroda Se-TiO2/Ti
Keterangan:
(1) Probe berbentuk tabung
(2) Elektroda counter Pt
(3) Elektroda kerja (TiO2/Ti ; Se-TiO2/Ti)
6 (4) Elektroda pembanding Ag/AgCl
(5) Lampu UV
(6) Larutan elektrolit (NaNO3 0,1 M)
TiO2/Ti Se-TiO2/Ti
Aktivitas fotoelektrokatalitik
NaNO3
NaNO3 0,1 M
b. Pembuatan Larutan Reactive Orange 84
RO 84
- ditimbang sebanyak 0,01 gram
- dilarutkan didalam 100 mL NaNO3 0,1 M
RO 84 100 ppm
RO 84 0,5 RO 84 1 RO 84 2 RO 84 3
ppm ppm ppm ppm
RO 84
Lampiran 3. Data-Data Hasil Penelitian
0,19
485 nm
0,18
0,17
Absorbans (A)
0,16
0,15
0,14
0,13
0,12
400 500 600 700 800
Panjang Gelombang (nm)
0.14
0.12
0.1
Absorbans
0.08
0.06
0.04
1. Fotolisis
70
0,5 ppm UV
3,2 0,5 ppm Vis
3,0 1 ppm UV
2,8 1 ppm Vis
2,6 2 ppm UV
2,4 2 ppm Vis
2,2 3 ppm UV
2,0 3 ppm Vis
Konsentrasi (ppm)
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
TiO2/Ti % Degradasi
40 0,5 ppm UV
0,5 ppm Vis
35
1 ppm UV
30 1 ppm Vis
2 ppm UV
25 2 ppm Vis
% Degradasi
3 ppm UV
20 3 ppm Vis
15
10
-5
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
2. Fotokatalisis
0,5 ppm UV
0,5 ppm Vis
3,2
1 ppm UV
3,0
1 ppm Vis
2,8 2 ppm UV
2,6 2 ppm Vis
2,4 3 ppm UV
2,2 3 ppm Vis
2,0
Konsentrasi (ppm)
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (waktu)
TiO2/Ti % Degradasi
50 3 ppm UV
40
30
20
10
-10
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
0,5 ppm UV
3,2 0,5 ppm Vis
3,0 1 ppm UV
2,8 1 ppm Vis
2,6 2 ppm UV
2,4 2 ppm Vis
2,2 3 ppm UV
2,0 3 ppm Vis
1,8
Konsentrasi
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu
Se-TiO2/Ti % Degradasi
73
3. Fotoelektrokatalisis
0,5 ppm UV
3,2 0,5 ppm Vis
3,0 1 ppm UV
2,8 1 ppm Vis
2,6 2 ppm UV
2,4 2 ppm Vis
2,2 3 ppm UV
3 ppm Vis
Konsentrasi (ppm)
2,0
1,8
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
TiO2/Ti % Degradasi
0,5 ppm UV
100 0,5 ppm Vis
1 ppm UV
1 ppm Vis
80 2 ppm UV
2 ppm Vis
3 ppm UV
60
% degradasi
3 ppm Vis
40
20
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
74
0,5 ppm UV
3,2 0,5 ppm Vis
3,0 1 ppm UV
2,8 1 ppm Vis
2,6 2 ppm UV
2,4 2 ppm Vis
2,2 3 ppm UV
2,0 3 ppm Vis
1,8
Konsentrasi
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu
Se-TiO2/Ti % Degradasi
0,5 ppm UV
0,5 ppm Vis
100
1 ppm UV
90 1 ppm Vis
2 ppm UV
80
2 ppm Vis
70 3 ppm UV
60
3 ppm Vis
% degradasi
50
40
30
20
10
-10
0 10 20 30 40 50 60
Waktu
75
RO 0,5 UV %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/Co
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,56451613 1 1,71429E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,56451613 1,105263 0,10008346 0,904762 9,5238
20 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,56451613 1,105263 0,10008346 0,904762 9,5238
30 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,56451613 1,235294 0,211309095 0,809524 19,0476
40 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,56451613 1,235294 0,211309095 0,809524 19,0476
50 0,0186 0,0645 0,072 0,40322581 0,56451613 1,4 0,336472238 0,714286 28,5714
60 0,0186 0,0645 0,071 0,34946237 0,56451613 1,615385 0,479573082 0,619048 38,0952
1 ppm UV %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi Konsentrasi Degradasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,25714E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,25714E-09 1 0
20 0,0186 0,0645 0,081 0,88709677 0,94086022 1,060606 0,058840505 0,942857 5,7143
30 0,0186 0,0645 0,08 0,83333333 0,94086022 1,129032 0,121360862 0,885714 11,4286
40 0,0186 0,0645 0,08 0,83333333 0,94086022 1,129032 0,121360862 0,885714 11,4286
50 0,0186 0,0645 0,079 0,77956989 0,94086022 1,206897 0,188052237 0,828571 17,1429
76
2 ppm UV %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi Konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 0,027779563 1 0
10 0,0186 0,0645 0,1 1,90860215 1,96236559 1,028169 0,085766821 0,972603 2,7397
20 0,0186 0,0645 0,098 1,80107527 1,96236559 1,089552 0,116072171 0,917808 9,2192
30 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 1,96236559 1,123077 0,116072171 0,890411 10,9589
40 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 1,96236559 1,123077 0,147324714 0,890411 10,9589
50 0,0186 0,0645 0,096 1,69354839 1,96236559 1,15873 0,179585576 0,863014 13,6986
60 0,0186 0,0645 0,095 1,63978495 1,96236559 1,196721 0,179585576 0,835616 16,4384
3 ppm UV %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 0,017857618 1 0
10 0,0186 0,0645 0,12 2,98387097 3,03763441 1,018018 0,036039937 0,982301 1,7699
20 0,0186 0,0645 0,119 2,93010753 3,03763441 1,036697 0,073427469 0,964602 3,5398
77
1 ppm Vis %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,25714E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,25714E-09 1 0
20 0,0186 0,0645 0,081 0,88709677 0,94086022 1,060606 0,058840505 0,942857 5,7143
30 0,0186 0,0645 0,081 0,88709677 0,94086022 1,060606 0,058840505 0,942857 5,7143
40 0,0186 0,0645 0,08 0,83333333 0,94086022 1,129032 0,121360862 0,885714 11,4286
50 0,0186 0,0645 0,08 0,83333333 0,94086022 1,129032 0,121360862 0,885714 11,4286
60 0,0186 0,0645 0,079 0,77956989 0,94086022 1,206897 0,188052237 0,828571 17,1429
79
2 ppm Vis %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi Konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 -7,12329E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 -7,12329E-10 1 0
20 0,0186 0,0645 0,1 1,90860215 1,96236559 1,028169 0,027779563 0,972603 2,7397
30 0,0186 0,0645 0,099 1,85483871 1,96236559 1,057971 0,056352936 0,945205 5,4795
40 0,0186 0,0645 0,098 1,80107527 1,96236559 1,089552 0,085766821 0,917808 9,2192
50 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 1,96236559 1,123077 0,116072171 0,890411 10,9589
60 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 1,96236559 1,123077 0,116072171 0,890411 10,9589
3 ppm Vis %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,60177E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,60177E-10 1 0
20 0,0186 0,0645 0,12 2,98387097 3,03763441 1,018018 0,017857618 0,982301 1,7699
30 0,0186 0,0645 0,119 2,93010753 3,03763441 1,036697 0,036039937 0,964602 3,5398
40 0,0186 0,0645 0,119 2,93010753 3,03763441 1,036697 0,036039937 0,964602 3,5398
50 0,0186 0,0645 0,118 2,87634409 3,03763441 1,056075 0,054558985 0,946903 5,3097
60 0,0186 0,0645 0,117 2,82258065 3,03763441 1,07619 0,073427469 0,929204 7,0796
80
0,5 ppm UV %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/Co
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,56451613 1 1,77143E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,56451613 1,105263 0,10008346 0,904761903 9,5238097
20 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,56451613 1,235294 0,211309095 0,809523808 19,0476192
30 0,0186 0,0645 0,069 0,24193548 0,56451613 2,333333 0,847297862 0,428571428 57,1428572
40 0,0186 0,0645 0,067 0,1344086 0,56451613 4,2 1,435084527 0,238095238 76,1904762
50 0,0186 0,0645 0,066 0,08064516 0,56451613 7 1,945910151 0,142857143 85,7142857
60 0,0186 0,0645 0,065 0,02688172 0,56451613 21 3,044522439 0,047619048 95,2380952
1 ppm UV
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 % degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,940860215 0,94086022 1 -5,7143E-11 1 0
10 0,0186 0,0645 0,081 0,887096774 0,94086022 1,060606 0,058840505 0,942857 7,143
20 0,0186 0,0645 0,08 0,833333333 0,94086022 1,129032 0,121360862 0,885714 11,4286
30 0,0186 0,0645 0,079 0,779569892 0,94086022 1,206897 0,188052237 0,828571 17,1429
40 0,0186 0,0645 0,079 0,779569892 0,94086022 1,206897 0,188052237 0,828571 17,1429
50 0,0186 0,0645 0,077 0,672043011 0,94086022 1,4 0,336472242 0,714286 28,5718
60 0,0186 0,0645 0,076 0,61827957 0,94086022 1,521739 0,419853851 0,657143 34,2857
81
2 ppm UV
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 % degradasi
Absorbansi Konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,962365591 1,96236559 1 -2,0274E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,094 1,586021505 1,96236559 1,237288 0,212921997 0,808219 19,1781
20 0,0186 0,0645 0,093 1,532258065 1,96236559 1,280702 0,247408173 0,780822 21,9178
30 0,0186 0,0645 0,093 1,532258065 1,96236559 1,280702 0,247408173 0,780822 21,9178
40 0,0186 0,0645 0,092 1,478494624 1,96236559 1,327273 0,283126256 0,753425 24,6575
50 0,0186 0,0645 0,091 1,424731183 1,96236559 1,377358 0,320167527 0,726027 27,3973
60 0,0186 0,0645 0,091 1,424731183 1,96236559 1,377358 0,320167527 0,726027 27,3973
3 ppm UV
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,037634409 3,03763441 1 1,30973E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,105 2,177419355 3,03763441 1,395062 0,332938664 0,716814 28,3186
20 0,0186 0,0645 0,102 2,016129032 3,03763441 1,506667 0,409899705 0,663717 33,6283
30 0,0186 0,0645 0,1 1,908602151 3,03763441 1,591549 0,464707942 0,628319 37,1681
40 0,0186 0,0645 0,098 1,801075269 3,03763441 1,686567 0,522695199 0,59292 40,708
50 0,0186 0,0645 0,097 1,747311828 3,03763441 1,738462 0,553000549 0,575221 42,4779
60 0,0186 0,0645 0,095 1,639784946 3,03763441 1,852459 0,616513955 0,539823 46,0177
1 ppm Vis
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,25714E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,08 0,83333333 0,94086022 1,129032 0,121360862 0,885714281 11,4285719
20 0,0186 0,0645 0,079 0,77956989 0,94086022 1,206897 0,188052237 0,828571424 17,1428576
30 0,0186 0,0645 0,077 0,67204301 0,94086022 1,4 0,336472242 0,714285711 28,517289
40 0,0186 0,0645 0,077 0,67204301 0,94086022 1,4 0,336472242 0,714285711 28,517289
50 0,0186 0,0645 0,076 0,61827957 0,94086022 1,521739 0,419853851 0,657142854 34,2857146
60 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,94086022 1,842105 0,610909088 0,54285714 45,714286
2 ppm Vis
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 -7,12329E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,094 1,58602151 1,96236559 1,237288 0,212921997 0,808219179 19,1780821
83
3 ppm Vis
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,60177E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,105 2,17741935 3,03763441 1,395062 0,332938665 0,716814159 28,3182841
20 0,0186 0,0645 0,102 2,01612903 3,03763441 1,506667 0,409899706 0,663716814 33,6283186
30 0,0186 0,0645 0,1 1,90860215 3,03763441 1,591549 0,464707942 0,628318584 37,1681416
40 0,0186 0,0645 0,098 1,80107527 3,03763441 1,686567 0,5226952 0,592920354 40,7079646
50 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 3,03763441 1,738462 0,553000549 0,575221239 42,4778761
60 0,0186 0,0645 0,095 1,63978495 3,03763441 1,852459 0,616513955 0,539823009 46,0716991
84
0,5 ppm UV
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,56451613 1 1,714E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,56451613 1,10526316 0,1000835 0,9047619 9,52381
20 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,56451613 1,23529412 0,2113091 0,80952381 19,047619
30 0,0186 0,0645 0,072 0,40322581 0,56451613 1,4 0,3364722 0,71428571 28,571429
40 0,0186 0,0645 0,071 0,34946237 0,56451613 1,61538462 0,4795731 0,61904762 38,095238
50 0,0186 0,0645 0,07 0,29569892 0,56451613 1,90909091 0,6466272 0,52380952 47,619048
60 0,0186 0,0645 0,069 0,24193548 0,56451613 2,33333334 0,8472979 0,42857143 57,172857
1 ppm UV
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1,00000001 5,257E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,081 0,88709677 0,94086022 1,06060607 0,0588405 0,94285714 5,714286
20 0,0186 0,0645 0,08 0,83333333 0,94086022 1,12903226 0,1213609 0,88571428 11,428572
30 0,0186 0,0645 0,079 0,77956989 0,94086022 1,20689656 0,1880522 0,82857142 17,142858
40 0,0186 0,0645 0,077 0,67204301 0,94086022 1,40000001 0,3364722 0,71428571 28,571429
50 0,0186 0,0645 0,076 0,61827957 0,94086022 1,52173914 0,4198539 0,65714285 34,285742
60 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,94086022 1,66666668 0,5108256 0,6 40
Absorbansi Konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 -7,12E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,098 1,80107527 1,96236559 1,08955224 0,0857668 0,91780822 8,219178
20 0,0186 0,0645 0,094 1,58602151 1,96236559 1,23728813 0,212922 0,80821918 19,178082
30 0,0186 0,0645 0,093 1,53225806 1,96236559 1,28070175 0,2474082 0,78082192 21,917808
40 0,0186 0,0645 0,092 1,47849462 1,96236559 1,32727273 0,2831263 0,75342466 24,657534
50 0,0186 0,0645 0,091 1,42473118 1,96236559 1,37735849 0,3201675 0,7260274 27,39726
60 0,0186 0,0645 0,09 1,37096774 1,96236559 1,43137255 0,3586338 0,69863014 30,136986
3 ppm
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,602E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,105 2,17741935 3,03763441 1,39506173 0,3329387 0,71681416 28,318584
20 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 3,03763441 1,54794521 0,4369284 0,6460177 35,39823
30 0,0186 0,0645 0,098 1,80107527 3,03763441 1,68656716 0,5226952 0,59292035 40,707965
40 0,0186 0,0645 0,096 1,69354839 3,03763441 1,79365079 0,5842531 0,55752212 44,247788
50 0,0186 0,0645 0,095 1,63978495 3,03763441 1,85245902 0,616514 0,53982301 46,017699
60 0,0186 0,0645 0,094 1,58602151 3,03763441 1,91525424 0,6498504 0,52212389 47,787611
86
1 ppm Vis
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,2571E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,079 0,77956989 0,94086022 1,2068966 0,18805224 0,828571 17,1429
20 0,0186 0,0645 0,076 0,61827957 0,94086022 1,5217391 0,41985385 0,657143 34,2857
30 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,94086022 2,0588235 0,72213472 0,485714 51,4286
40 0,0186 0,0645 0,069 0,24193548 0,94086022 3,8888889 1,35812349 0,257143 74,2857
50 0,0186 0,0645 0,067 0,1344086 0,94086022 7 1,94591015 0,142857 85,7143
60 0,0186 0,0645 0,065 0,02688172 0,94086022 35 3,55534807 0,028571 97,1429
Absorbansi konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 -7,123E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,09 1,37096774 1,96236559 1,4313725 0,35863381 0,69863 30,137
20 0,0186 0,0645 0,089 1,3172043 1,96236559 1,4897959 0,39863914 0,671233 32,8767
30 0,0186 0,0645 0,086 1,15591398 1,96236559 1,6976744 0,52925932 0,589041 41,0959
40 0,0186 0,0645 0,084 1,0483871 1,96236559 1,8717949 0,62689779 0,534247 46,5753
50 0,0186 0,0645 0,083 0,99462366 1,96236559 1,972973 0,67954153 0,506849 49,3151
60 0,0186 0,0645 0,081 0,88709677 1,96236559 2,2121212 0,79395188 0,452055 54,7945
3 ppm Vis
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 %degradasi
Absorbansi Konsentrasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,6018E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,1 1,90860215 3,03763441 1,5915493 0,46470794 0,628319 37,1681
20 0,0186 0,0645 0,098 1,80107527 3,03763441 1,6865672 0,5226952 0,59292 40,708
30 0,0186 0,0645 0,096 1,69354839 3,03763441 1,7936508 0,58425309 0,557522 44,2478
40 0,0186 0,0645 0,094 1,58602151 3,03763441 1,9152542 0,64985038 0,522124 47,7876
50 0,0186 0,0645 0,093 1,53225806 3,03763441 1,9824561 0,68433655 0,504425 49,5575
60 0,0186 0,0645 0,093 1,53225806 3,03763441 1,9824561 0,68433655 0,504425 49,5575
88
0,5 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi Konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,56451613 1 1,7143E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,56451613 1,1052632 0,10008346 0,9047619 9,52381
20 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,56451613 1,2352941 0,2113091 0,80952381 19,047619
30 0,0186 0,0645 0,07 0,29569892 0,56451613 1,9090909 0,64662717 0,52380952 47,619048
40 0,0186 0,0645 0,07 0,29569892 0,56451613 1,9090909 0,64662717 0,52380952 47,619048
50 0,0186 0,0645 0,069 0,24193548 0,56451613 2,3333333 0,84729786 0,42857143 57,142857
60 0,0186 0,0645 0,068 0,18817204 0,56451613 3 1,09861229 0,33333333 66,666667
1 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi Konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,2571E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,08 0,83333333 0,94086022 1,1290323 0,12136086 0,88571428 11,428572
20 0,0186 0,0645 0,079 0,77956989 0,94086022 1,2068966 0,18805224 0,82857142 17,142858
30 0,0186 0,0645 0,077 0,67204301 0,94086022 1,4 0,33647224 0,71428571 28,571429
40 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,94086022 1,6666667 0,51082563 0,6 40
50 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,94086022 1,8421053 0,61090909 0,54285714 45,714286
60 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,94086022 2,0588235 0,72213472 0,48571428 51,428572
89
2 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 -7,123E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,1 1,90860215 1,96236559 1,028169 0,02777956 0,97260274 2,739726
20 0,0186 0,0645 0,098 1,80107527 1,96236559 1,0895522 0,08576682 0,91780822 8,219178
30 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 1,96236559 1,1230769 0,11607217 0,89041096 10,958904
40 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 1,96236559 1,1230769 0,11607217 0,89041096 10,958904
50 0,0186 0,0645 0,095 1,63978495 1,96236559 1,1967213 0,17958558 0,83561644 16,438356
60 0,0186 0,0645 0,093 1,53225806 1,96236559 1,2807018 0,24740817 0,78082192 21,917808
3 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,6018E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,118 2,87634409 3,03763441 1,0560748 0,05455898 0,94690265 5,309735
20 0,0186 0,0645 0,115 2,71505376 3,03763441 1,1188119 0,1122673 0,89380531 10,619469
30 0,0186 0,0645 0,114 2,66129032 3,03763441 1,1414141 0,13226797 0,87610619 12,389309
40 0,0186 0,0645 0,112 2,55376344 3,03763441 1,1894737 0,17351093 0,84070796 15,929204
50 0,0186 0,0645 0,11 2,44623656 3,03763441 1,2417582 0,21652831 0,80530973 19,469027
60 0,0186 0,0645 0,109 2,39247312 3,03763441 1,2696629 0,23875145 0,78761062 21,238938
90
0,5 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,56451613 1 1,71429E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,56451613 1,2352941 0,211309095 0,8095238 19,04762
20 0,0186 0,0645 0,072 0,40322581 0,56451613 1,4 0,336472238 0,7142857 28,57143
30 0,0186 0,0645 0,069 0,24193548 0,56451613 2,3333333 0,847297862 0,4285714 57,14286
40 0,0186 0,0645 0,067 0,1344086 0,56451613 4,2 1,435084527 0,2380952 76,19048
50 0,0186 0,0645 0,066 0,08064516 0,56451613 7 1,945910151 0,1428571 85,71429
60 0,0186 0,0645 0,066 0,08064516 0,56451613 7 1,945910151 0,1428571 85,71429
1 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi Konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,25714E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,081 0,88709677 0,94086022 1,0606061 0,058840505 0,9428571 5,71429
20 0,0186 0,0645 0,079 0,77956989 0,94086022 1,2068966 0,188052237 0,8285714 17,14286
30 0,0186 0,0645 0,076 0,61827957 0,94086022 1,5217391 0,419853851 0,6571429 34,28571
40 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,94086022 1,6666667 0,510825629 0,6 40
50 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,94086022 1,8421053 0,610909088 0,5428571 45,71429
60 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,94086022 1,8421053 0,610909088 0,5428571 45,71429
2 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
91
3 ppm %
Waktu A B Absorbansi konsentrasi C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0 degradasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,60177E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,117 2,82258065 3,03763441 1,0761905 0,073427469 0,9292035 7,07965
20 0,0186 0,0645 0,114 2,66129032 3,03763441 1,1414141 0,132267969 0,8761062 12,38938
30 0,0186 0,0645 0,113 2,60752688 3,03763441 1,1649485 0,152676841 0,8584071 14,15929
40 0,0186 0,0645 0,111 2,5 3,03763441 1,2150538 0,194788326 0,8230088 17,69912
50 0,0186 0,0645 0,106 2,2311828 3,03763441 1,3614458 0,308547211 0,7345133 26,54867
60 0,0186 0,0645 0,1 1,90860215 3,03763441 1,5915493 0,464707942 0,6283186 39,16814
92
0,5 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,56451613 1 1,71429E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,56451613 1 1,71429E-09 1 0
20 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,56451613 1,2352941 0,211309095 0,809524 19,0476
30 0,0186 0,0645 0,069 0,24193548 0,56451613 2,3333333 0,847297862 0,428571 57,1429
40 0,0186 0,0645 0,068 0,18817204 0,56451613 3 1,09861229 0,333333 66,6667
50 0,0186 0,0645 0,067 0,1344086 0,56451613 4,2 1,435084527 0,238095 76,1905
60 0,0186 0,0645 0,067 0,1344086 0,56451613 4,2 1,435084527 0,238095 76,1905
1 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,25714E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,081 0,88709677 0,94086022 1,0606061 0,058840505 0,942857 5,7143
20 0,0186 0,0645 0,077 0,67204301 0,94086022 1,4 0,336472242 0,714286 28,5714
30 0,0186 0,0645 0,074 0,51075269 0,94086022 1,8421053 0,610909088 0,542857 45,7143
40 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,94086022 2,0588235 0,722134723 0,485714 51,4286
50 0,0186 0,0645 0,072 0,40322581 0,94086022 2,3333333 0,847297866 0,428571 57,1429
60 0,0186 0,0645 0,071 0,34946237 0,94086022 2,6923077 0,990398709 0,371429 62,8571
93
2 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 -7,12329E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,1 1,90860215 1,96236559 1,028169 0,027779563 0,972603 2,7397
20 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 1,96236559 1,1230769 0,116072171 0,890411 10,9589
30 0,0186 0,0645 0,096 1,69354839 1,96236559 1,1587302 0,147324714 0,863014 13,6986
40 0,0186 0,0645 0,095 1,63978495 1,96236559 1,1967213 0,179585576 0,835616 16,4384
50 0,0186 0,0645 0,094 1,58602151 1,96236559 1,2372881 0,212921997 0,808219 19,1781
60 0,0186 0,0645 0,093 1,53225806 1,96236559 1,2807018 0,247408173 0,780822 21,9178
3 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,60177E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,115 2,71505376 3,03763441 1,1188119 0,112267302 0,893805 10,6195
20 0,0186 0,0645 0,112 2,55376344 3,03763441 1,1894737 0,173510928 0,840708 15,9292
30 0,0186 0,0645 0,111 2,5 3,03763441 1,2150538 0,194788326 0,823009 17,6991
40 0,0186 0,0645 0,098 1,80107527 3,03763441 1,6865672 0,5226952 0,59292 40,708
50 0,0186 0,0645 0,096 1,69354839 3,03763441 1,7936508 0,584253093 0,557522 44,2478
60 0,0186 0,0645 0,094 1,58602151 3,03763441 1,9152542 0,649850375 0,522124 47,7876
94
0,5 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,075 0,56451613 0,56451613 1 1,71429E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,072 0,40322581 0,56451613 1,4 0,336472238 0,7142857 28,57143
20 0,0186 0,0645 0,071 0,34946237 0,56451613 1,6153846 0,479573082 0,6190476 38,09524
30 0,0186 0,0645 0,068 0,18817204 0,56451613 3 1,09861229 0,3333333 66,66667
40 0,0186 0,0645 0,066 0,08064516 0,56451613 7 1,945910151 0,1428571 85,71429
50 0,0186 0,0645 0,065 0,02688172 0,56451613 21 3,044522439 0,047619 95,2382
60 0,0186 0,0645 0,065 0,02688172 0,56451613 21 3,044522439 0,047619 95,2382
1 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,082 0,94086022 0,94086022 1 5,25714E-09 1 0
10 0,0186 0,0645 0,081 0,88709677 0,94086022 1,0606061 0,058840505 0,9428571 5,71429
20 0,0186 0,0645 0,076 0,61827957 0,94086022 1,5217391 0,419853851 0,6571429 34,28571
30 0,0186 0,0645 0,073 0,45698925 0,94086022 2,0588235 0,722134723 0,4857143 51,42857
40 0,0186 0,0645 0,071 0,34946237 0,94086022 2,6923077 0,990398709 0,3714286 62,85714
50 0,0186 0,0645 0,068 0,18817204 0,94086022 5 1,609437918 0,2 80
60 0,0186 0,0645 0,066 0,08064516 0,94086022 11,666667 2,456735778 0,0857143 91,42857
95
2 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,101 1,96236559 1,96236559 1 -7,12329E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,099 1,85483871 1,96236559 1,057971 0,056352936 0,9452055 5,47945
20 0,0186 0,0645 0,095 1,63978495 1,96236559 1,1967213 0,179585576 0,8356164 16,43836
30 0,0186 0,0645 0,091 1,42473118 1,96236559 1,3773585 0,320167527 0,7260274 27,39726
40 0,0186 0,0645 0,089 1,3172043 1,96236559 1,4897959 0,398639142 0,6712329 32,87671
50 0,0186 0,0645 0,085 1,10215054 1,96236559 1,7804878 0,576887374 0,5616438 43,83562
60 0,0186 0,0645 0,083 0,99462366 1,96236559 1,972973 0,679541528 0,5068493 49,31504
3 ppm %
Waktu A B C0 C0/Ct ln C0/Ct Ct/C0
Absorbansi konsentrasi degradasi
0 0,0186 0,0645 0,121 3,03763441 3,03763441 1 4,60177E-10 1 0
10 0,0186 0,0645 0,113 2,60752688 3,03763441 1,1649485 0,152676841 0,8584071 14,15929
20 0,0186 0,0645 0,111 2,5 3,03763441 1,2150538 0,194788326 0,8230088 17,69912
30 0,0186 0,0645 0,097 1,74731183 3,03763441 1,7384615 0,553000549 0,5752212 42,47788
40 0,0186 0,0645 0,094 1,58602151 3,03763441 1,9152542 0,649850375 0,5221239 47,78761
50 0,0186 0,0645 0,091 1,42473118 3,03763441 2,1320755 0,757095906 0,4690265 53,09735
60 0,0186 0,0645 0,09 1,37096774 3,03763441 2,2156863 0,795562186 0,4513274 54,86726
96
RO 84 0,5 ppm UV
2.5
y = 0.0372x - 0.1546
2
R² = 0.954
ln C0/Ct
1.5
1
0.5
0
-0.5 0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
RO 84 1 ppm UV
0.8
y = 0.0124x - 0.0159
0.6
R² = 0.9913
ln C0/Ct
0.4
0.2
0
-0.2 0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
RO 84 2 ppm UV
0.6
y = 0.0069x - 0.017
0.4 R² = 0.9211
ln C0/Ct
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.2
Waktu (menit)
97
RO 84 3 ppm UV
0.3
0.25 y = 0.0039x + 0.0145
R² = 0.9831
ln C0/Ct
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.5
Waktu (menit)
RO 84 1 ppm Vis
0.8
0.6 y = 0.0116x - 0.0065
R² = 0.9486
ln C0/Ct
0.4
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.2
Waktu (menit)
98
RO 84 2 ppm Vis
0.3
y = 0.0045x - 0.0005
0.2 R² = 0.9573
ln C0/Ct
0.1
0
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.1
Waktu (menit)
RO 84 3 ppm Vis
0.3
0.25 y = 0.0038x - 0.0049
0.2 R² = 0.9564
ln C0/Ct
0.15
0.1
0.05
0
-0.05 0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
RO 84 0,5 ppm UV
2.00E+00
y = 0.0288x - 0.1457
1.50E+00 R² = 0.937
ln C0/Ct
1.00E+00
5.00E-01
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60 70
-5.00E-01
Waktu (menit)
99
RO 84 1 ppm UV
1.20E+00
1.00E+00 y = 0.0176x - 0.0192
R² = 0.973
8.00E-01
ln C0/Ct
6.00E-01
4.00E-01
2.00E-01
0.00E+00
-2.00E-01 0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
RO 84 2 ppm UV
8.00E-01
y = 0.0116x - 0.0278
6.00E-01
R² = 0.9332
ln C0/Ct
4.00E-01
2.00E-01
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60 70
-2.00E-01
Waktu (menit)
RO 84 3 ppm UV
3.00E-01
2.50E-01 y = 0.0042x + 0.007
2.00E-01 R² = 0.9704
ln C0/Ct
1.50E-01
1.00E-01
5.00E-02
0.00E+00
-5.00E-02 0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
2.00E+00
1.00E+00
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60 70
-1.00E+00
Waktu (menit)
RO 84 1 ppm Vis
3.00E+00
y = 0.0394x - 0.2892
2.00E+00 R² = 0.9237
ln C0/Ct
1.00E+00
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60 70
-1.00E+00
Waktu (menit)
RO 84 2 ppm Vis
1.00E+00
8.00E-01 y = 0.0145x + 0.0093
ln C0/Ct
6.00E-01 R² = 0.9451
4.00E-01
2.00E-01
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
101
RO 84 3 ppm Vis
8.00E-01
y = 0.0118x - 0.0376
6.00E-01
R² = 0.989
ln C0/Ct
4.00E-01
2.00E-01
0.00E+00
0 10 20 30 40 50 60 70
-2.00E-01
Waktu (menit)
102
Pembuatan Sol-Gel
Proses Fotolisis