Anda di halaman 1dari 102

SINTESIS DAN KARAKTERISASI GRAPHENE/MnxOy/Li2B4O7 SEBAGAI

MATERIAL ELEKTRODA BATERAI LITHIUM-ION (LI-ION)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Sarjana


(S1)

Skripsi

OLEH:
RITA MEIDIAN
F1C115055

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji dan syukur Kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat

memperoleh ilmu hingga sekarang ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa

tercurah kepada nabi Muhammad SAW dan juga keluarga serta para sahabat-

sahabatnya. Tidaklah suatu kejadian terjadi tanpa seizin Allah penulis dapat

menyelesaikan penelitian yang berjudul Sintesis dan Karakterisaasi

Graphene/MnxOy/Li2B4O7 sebagai Material Elektroda Baterai Lithium-Ion

(Li-Ion).Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak baik

bimbingan, nasehat, arahan, serta doa maka penulisan skripsi ini tidak dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada Bapak Dr. Alimin, M.Si. selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Eng. La

Agusu, M.Si. selaku Pembimbing II, yang telah banyak mengorbankan waktu

dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran dan nasehat yang

sangat berharga selama penelitian tugas akhir ini.

Ucapan terimakasih tak lupa pula penulis sampaikan kepada pendoa

sekaligus guru besar untuk penulis yaitu kedua orang tua, Ayahanda Tafsin La

Ndau dan Ibunda tercinta Wa Nuu yang senantiasa memberikan dukungan moril

dan materil, motivasi, nasehat, cinta, kasih sayang, perhatian yang sangat luar

iii
iii

biasa serta do’a yang tulus dan ikhlas yang takkan pernah bisa penulis balas.

Kepada adik laki-laki tersayang Alfian serta seluruh keluarga besar yang telah

memberikan doa dan dukungan kepada penulis serta terima kasih banyak telah

menjadi penyemangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Si., M.Sc. selaku Rektor

Universitas Halu Oleo.

2. Bapak Dr. Ida Usman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo.

3. Bapak La Ode Ahmad S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Halu Oleo.

4. Ibu Dr. Prima Endang Susilowati, M.Si. selaku sekretaris Jurusan Kimia

FMIPA dan Bapak La Ode Abdul Kadir, S.Si., M.Si. yang telah memberikan

banyak bantuan administratif.

5. Ibu Fahmiati, S.Si., M.Si., M.Sc selaku Kepala Laboratorium Kimia yang

telah memberikan izin bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

6. Bapak La Ode Kadidae, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Penasehat Akademik yang

telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis..

7. Ibu Prof. Dr. Mashuni M.Si., Bapak La Ode Ahmad, M.Si., Ph.D, dan Bapak

Dr. Imran, S.Si., M.Si. selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan

ide dan saran bagi penulis.

iv
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Kimia, serta seluruh staf di lingkungan FMIPA

Universitas Halu Oleo atas segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan

kepada penulis selama menuntut ilmu di FMIPA UHO.

9. Laboran Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Halu Oleo.

10. Teman-teman grup Semangat Subuh: Fitrianti, Zul Athfin Listiani,Nur

Amalia, Jumrah Arif, Sariyana, S.Si., Eka Marlina, Aliya, Nurhidayah Kahar,

Andi Nofriani, Sri Wahyu Ningsih Katili, Wildayati, S.Si.,Nila Karmila,

Yuniatin, S.Si, Wa Nazila, Sukma Anita M. Anwar dan Rahmatia Aulia.

Terima kasih atas kehadiran, kebersamaan dan telah menjadi jawaban dari

setiap masalah, juga atas segala support, doa dan semangat yang kalian

berikan kepada penulis.

11. Teman-teman penulis angkatan 2015 yang tak sempat disebutkan namanya,

terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan motivasi yang telah diberikan

kepada penulis, serta kebersamaan yang sangat berarti selama menempuh

pendidikan di bangku perkuliahan. Semoga senantiasa dalam lindungan-Nya

serta dimudahkan segala urusannya.

12. Sahabat-sahabat penulis meliputi sahabat Chiby: Lisna, Nia, Yesi, Pipi, Fita,

Heni, Efi, Rani serta teman-teman lain: Feri, Nasrul, Anang, kak Apri, kak

Muhammad Risman Amin Boti yang telah banyak membantu, selalu

memberikan motivasi dan doa saat suka maupun duka selama menjalankan

studi hingga saat ini.

v
iv

13. Teman-teman Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Lasaritapo Wabula

(HIPPMALASWABUL) Kendari, terima kasih atas kebersamaan dan

kerjasamanya.

14. Adik-adik Mahasiswa Kimia Angkatan 2016: Saleh, Dila, fajar, Sani, Grace

beserta lainnya yang mohon maaf tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terimakasih telah Membantu.

15. Adik-adik penulis: Novi, Emi, Dewi, Muhaimin, Jumardin, Jamuri, Misran

yang telah banyak membantu penulis baik suka maupun duka. Trimakasih

atas bantuannya.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

menerima segala saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaannya. Akhir

kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Kendari, 10 Oktober 2019

Penulis

vi
SINTESIS DAN KARAKTERISASI GRAPHENE/MnxOy/Li2B4O7 SEBAGAI
MATERIAL ELEKTRODA BATERAI LITHIUM-ION(LI-ION)

Oleh :
RITA MEIDIAN
F1C1 15 055

ABSTRAK

Sintesis dan karakteristik komposit graphene/MnxOy/Li2B4O7 telah berhasil


dilakukan. Sintesis komposit graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan metode
Hummer’s termodifikasi berbasis hydrothermal dengan variasi komposisi yaitu
0,2:0,4:0,6; 0,2:0,6:0,4; 0,2:0,5:0,5 dan 0,0:0,5:0,5 (gram). Hasil karakterisasi
XRD menunjukan adanya Mn3O4 yang muncul pada puncak 2θ = 30.51˚ dengan
dspacing 2,9216 Å dan kristal MnO2 pada puncak 2θ = 34.14˚ dengan dspacing 2,6357Å
sedangkan pada 2θ = 39.85˚, 57.85˚, 68.94˚ dengan nilai dspacing berturut-turut
2,260 Å, 1,5927 Å, 1,3610 Å mengindikasikan pola difraksi litium mangan oksida
dan 2θ = 44.04˚ merupakan unsur karbon . Hasil karakterisasi Fourier Transform
Infrared (FTIR) menunjukan adanya gugus Mn-O dan Li-Mn yang muncul pada
spectrum 673.23-408.92 dan 310 cm-1. Disamping itu, keberadaan komposit
graphene/MnxOy/Li2B4O7 didukung hasil analisis EDX adanya unsur Mn, B, Li
dan O. Dengan metode Cyclic Voltammetry (CV) diperoleh kapasitas spesifik
elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 terbaik pada komposisi 0,2:0,6:0,4 (gram)
sebesar 13.56 mAh/g. Berdasarkan hasil tersebut, komposit
graphene/MnxOy/Li2B4O7 berpotensi untuk menjadi elektroda baterai Lithium
Ion(Li-Ion).

Kata Kunci: Elektroda, Graphene/MnxOy/Li2B4O7, hydrothermal, cyclic


voltammetry (CV), kapasitas spesifik, baterai lithium ion(Li-Ion).

vii
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION
OF GRAPHENE/ MnxOy/Li2B4O7 AS ELECTRODES OF LITHIUM-ION
(LI-ION) BATTERIES

By:

RITA MEIDIAN
F1C1 15 055

ABSTRACT

Synthesis and characteristics of graphene/MnxOy/Li2B4O7 composites have been


done successfully. Synthesis of graphene/MnxOy/Li2B4O7 composites using the
modified hummers method based on hydrothermal with composition
i.ei.0.2:0.4:0.6; 0.2:0.6:0.4; 0.2:0,5:0.5 and 0.0:0.5:0.5 (grams). The result of XRD
indicate the presence of Mn3O4 crystal at peak of 2θ = 30.51˚ with dspacing 2.9216 Å
and MnO2 crystal at peak of 2θ = 34.14 ˚ with dspacing 2.6357Å while the peak of 2θ
= 39.85˚, 57.85˚, 68.94˚ with dspacing values 2,260 Å, 1,5927 Å, 1,3610 Å show the
diffraction patterns of lithium manganese oxide and peak of 2θ = 44.04˚ is carbon
element. The results of Fourier Transform Infrared (FTIR) show the presence of
Mn-O groups and Li-Mn appearing on the spectrum 673.23-408.92 and 310 cm -1,
respectively. In addition, the presence of graphene/MnxOy/Li2B4O7 composites
supported by the results of EDX analysis the presence of elements Mn, B, Li and
O. Using the Cyclic Voltammetry (CV) method, the specific capacity of
graphene/MnxOy/Li2B4O7 electrodes in composition 0,2: 0.6: 0.4 (grams) of 13,56
mAh/g. Based on the results of the characterization that, the
graphene/MnxOy/Li2B4O7 composites has the potential to be a Lithium Ion (Li
Ion) battery electrode.

Keywords: Electrodes, Graphene/MnxOy/Li2B4O7, hydrothermal, cyclic


voltammetry (CV), specific capacity, lithium ion battery (Li-Ion).

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL I
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK Vii
DAFTAR ISI iX
DAFTAR GAMBAR Xii
DAFTAR TABEL Xiv
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN Xv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Baterai 6

1. Jenis Baterai 6

2. Baterai Lithium Ion (Li-Ion) 7

B. Graphene 8

C. Mangan 11

D. Lithium Borate 13

E. Metode Liquid Phase Absorbtion (LPA) 15

F. Elektrokimia 16

G. Dip-Coating 18

H. Karakterisasi 19

1. X-Ray Diffraction (XRD) 19

2. Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray (SEM-


EDX) 23

3. Fourier Transform Infrared (FTIR) 24

ix
4. Cyclic Voltammetry (CV) 26

III. METODELOGI PENELITIAN 29

A. Waktu dan Tempat Penelitian 29

B. Alat dan Bahan 29

1. Alat Penelitian 29

2. Bahan Penelitian 29

C. Prosedur Penelitian 30

1. Grafit Oksida 30

2. Sintesis Graphene Oxide 31

3. Leaching Mangan Alam 31

4. Preparasi Lithium Tetraborate 31

5. Reduksi dan Dopping Graphene Oksida


(Graphene/MnxOy/Li2B4O7) 31

6. Sintesis Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7 32

7. Karakterisasi Material Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7 32

8. Penentuan Kapasitas Spesifik komposit


Graphene/MnxOy/Li2B4O7 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 35

A. Sintesis Graphene Oxide 35

B. Sintesis Mangan Oksida(MnxOy) 37

C. Preparasi Lithium Tetraborate(Li2B4O7) 39

D. Sintesis dan Karakterisasi Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7 39

1. Karakterisasi Graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan FTIR 40

2. Karakterisasi Graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan XRD 42

x
3. Karakterisasi Graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan SEM-
EDX 46
4. Uji Kinerja Menggunakan Cyclic Voltammetry (CV)
49
5. Kestabilan Kapasitas Spesifik Elektroda
Graphene/MnxOy/Li2B4O7
V. PENUTUP 59

A. Kesimpulan 61

B. Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN 63

72

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Mekanisme kerja baterai Lithium Ion (Li-Ion) 8


Gambar 2. Struktur graphene kisi sarang lebah 9
Gambar 3. Struktur material graphene 10
Gambar 4. Graphene sebagai material penyusun bentuk
alotropkarbon lainnyayaitu: (a) Fullerene, (b) CNT, (c)
Graphene, (d) Graphite (Zhou et. al., 2012). 10
Gambar 5. Dispersi graphene 11

Gambar 6. Struktur Kristal Mn3O4 13

Gambar 7. Struktur Lithium tetraborate (Li2B4O7) 14

xi
Gambar 8. Skematik teknik XRD (X-Ray Diffraction) 21

Gambar 9. Pola XRD (X-Ray Diffraction) dari grafit, grafit oksida


dan graphene 22

Gambar 10. Pola XRD LiMnBO3 disinter pada suhu yang berbeda 23

Gambar 11. Skematis dari SEM-EDX 24

Gambar 12. (a). Grafit (b). Grafit oksida (c). Graphene 25

Gambar 13. Skematis dari Fourier Transform Infrared (FTIR) 27

Gambar 14. Sinyal eksitasi untuk cyclic voltammetry 29

Gambar 15. Voltamogram siklik reduksi oksidasi secara reversible 34

Gambar 16. Desain Pengukuran Elektroda secara Voltammetry 36

Gambar 17. Reaksi oksidasi grafit menjadi grafit oksida 37

Gambar 18. Pengelupasan grafit oksida menggunakan alat sonikator 38

Gambar 19. (a) Mangan Alam (b) Larutan Hasil Leaching 40

Gambar 20. Proses Hidrotermal menggunakan hydrothermal


autoclave 40
Gambar 21. Nikel Foam terdekomposit graphene/MnxOy/Li2B4O7 41

Gambar 22. Spektrum FTIR dari Graphene oksida dan


graphene/MnxOy/Li2B4O7 43
Gambar 23.
Pola XRD grafit oksida dan graphene oxide hasil sintesis 44
Gambar 24.
Pola XRD dari graphene/MnxOy/Li2B4O7 44
Gambar 25.
Pola Hasil XRD Li1,37Mn2O4 45
Gambar 26.
Hasil SEM graphene/MnxOy/Li2B4O7 perbesaran 1000x
(a); perbesaran 10.000x (b) dan Nikel foam terdekomposit
graphene/MnxOy/Li2B4O7(c). 47
Gambar 27.
Hasil SEM Li1,37Mn2O4 47
Gambar 28.
Hasil EDX graphene/MnxOy/Li2B4O7 48
Gambar 29.
Voltamogram elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7

xii
Gambar 30. Voltamogram variasi scan rate elektroda graphene oxide 50

Gambar 31. Elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 variasi scan rate 52

Gambar 32. Voltamogram graphene oxide variasi 5,15 dan 25 siklus 53

Gambar 33 Voltamogram graphene/MnxOy/Li2B4O7 variasi 5 siklus 57

Gambar 34. Voltamogram graphene/MnxOy/Li2B4O7 variasi15 siklus 57

Gambar 35. Voltamogram graphene/MnxOy/Li2B4O7 variasi 25 siklus 58

Gambar 36. Grafik Kestabilan Kapasitas Spesifik Elektroda 58


graphene/MnxOy/Li2B4O7

59

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daerah gugus fungsi pada IR 25

Tabel 2 Data spektrum FTIR graphene oksida dan


graphene/MnxOy/Li2B4O7 41

Tabel 3. Nilai Diameter Kristalin Litium Mangan Oksida 46

Tabel 4 Unsur Penyusun graphene/MnxOy/Li2B4O7 48

Tabel 5. Arus Puncak Oksidasi Reduksi Graphene/MnxOy/Li2B4O7 51

Tabel 6. Puncak oksidasi reduksi elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7 54

xiii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

xiv
Lambang/Singkatan Arti
Li Ion Lithium Ion
NF Nickel Foam
°C Derajat Celcius
I Kuat arus (A)
Mn3O4 nMn.nMnO2
Li2B4O7 Litium tetraborat
V/s Volt per sekon
g/cm3 Gram per centimeter kubik
g/mol Gram per mol
mg/L Miligram per Liter
W Watt
W/m·K Satuan konduktivitas termal
mAh/g Miliampere hours per gram
m2/g Milikuadrat per gram
mg/g Miligram per gram
Rpm Rotation per minute
G Gram
Cm Centimeter
mL Mililiter
J/mol K Joule per mol Kelvin
L/mol Liter per mol
M Molaritas
L Liter
Mg Miligram
Nm Nanometer
µm Mikro meter
KHz Kilo Herzt
MHz Mega Herzt
Nanopartikel Partikel berukuran 10 - 1.000 nm
EK Elektroda Kerja
EP Elektroda Pembanding
EC Elektroda Counter
CV Cyclic Voltammetry
Θ Sudut
Mr Massa molekul relatif
Ρ Massa jenis
O Spesi teroksidasi
R Spesi tereduksi
V Potensial (volt)
K Kelvin
e- Elektron
eV Elektron Volt
Satuan scan rate
JCPDS Database pola XRD
XRD X-Ray Diffraction
FTIR Fourier Transform Infrared
SEM Scanning Electron Microscope
EDX xv Dispersive X-Ray
Energy
% Persen
C Kapasitas spesifik
Potensial (V)
xvi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi sekarang, sains teknologi berkembang dengan pesat

diberbagai bidang ilmu, baik di bidang Kimia, Fisika, Biologi, industri, ataupun

elektronik. Berkembangnya sains dan teknologi tersebut didorong oleh kebutuhan

manusia yang semakin meningkat. Salah satunya terhadap barang-barang

elektronik. Hal itu dibuktikan dengan berkembangnya perangkat-perangkat

elektronik yang serba canggih. Perkembangan teknologi perangkat-perangkat

elektronik seperti laptop, handphone dan sebagainya tentu membutuhkan suatu

media sebagai penyimpan energi dalam penggunaannya.

Baterai merupakan teknologi penyimpanan energi listrik yang umum

digunakan saat ini. Sistem kerja baterai didasarkan pada mekanisme elektrokimia

dimana baterai menyimpan energi listrik dalam senyawa kimia yang mampu

menghasilkan muatan. Baterai yang merupakan sumber energi ini mudah dibawa

kemana-mana dibandingkan media penyimpanan energi lain. Teknologi baterai

yang mendominasi pasar saat ini adalah baterai yang berbasis lithium. Baterai

jenis ini memang dianggap efektif untuk menjadi sumber daya bagi alat yang

membutuhkan voltase rendah. Namun, terdapat kelemahan jika sering dipakai

maka baterai akan mengalami voltage drop. Oleh karena itu, salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja baterai yaitu dikembangkannya suatu material sebagai

anoda maupun katoda baterai lithium ion untuk meningkatkan performa baterai

(Suwandana dan Diah, 2015).

1
2

Belakangan ini, graphene merupakan salah satu material karbon yang

sangat berkembang saat ini, menarik untuk dikaji oleh para peneliti dari berbagai

bidang ilmu baik Kimia, Fisika, Biologi maupun bidang Teknik material.

Graphene dengan ketebalan satu atom dalam struktur 2 dimensi, telah dikenal

sebagai material yang ideal untuk penyimpan energi kimia. Kristal terdiri dari

hibridisasi sp2 atom karbon dan membentuk struktur heksagonal serta memiliki

luas permukaan spesifik sangat tinggi, mencapai 1500 m 2/gram. Dengan luas

permukaan tersebut, graphene sangat cocok digunakan sebagai bahan elektroda

pada kapasitor elektrokimia karena alat tersebut bekerja berdasarkan luas

permukaan untuk proses charging-discharging (Suwandana dan Diah, 2015). Hal

ini disebabkan karena keunikan sifatnya antara lain memiliki konduktifitas

elektrik yang tinggi, luas permukaan dan kesetimbangan kimia yang bagus. Sifat

selalu berhubungan dengan struktur dari material. Beberapa peneliti telah

melakukan modifikasi sifat elektrik dari graphene dengan mengontrol

strukturnya, termasuk penyiapan carbon sheet dengan layer yang berbeda dan

graphene dengan atau tanpa efek akibat dari metode sintesisnya (adhitiawan dan

Diah, 2013).

Pada dasarnya graphene adalah allotropi karbon yang menjadi struktur

dasar untuk pembentukan material berbasis karbon seperti grafit (stacked

graphene), CNT (beberapa lapis graphene yang digulung melingkar terhadap

aksial) dan Fullerene. Graphene termasuk jenis karbon berbentuk monolayer

graphite, memiliki luas permukaan spesifik sebesar 2.600 m 2/g (Stoller et al.,

2008) dengan struktur berbentuk sarang lebah yang berpotensi menghasilkan


3

kapasitas penyimpanan ion litium yang lebih tinggi, memiliki mobilitas elektron

yang tinggi sebesar 15.000 cm2/Vs, konduktivitas termal yang luar biasa sebesar

3000 W/mK dan memiliki stabilitas kimia dan sifat mekanik yang baik (Bolotin

et. al., 2008). Dari kelebihan graphene tersebut maka ini menjadi hal menarik

untuk membentuk material komposit yang digunakan sebagai bahan material

penyimpan energi yang baik. Namun, graphene murni memiliki afinitas pori yang

kurang baik, rendahnya efisiensi coulomb, platform charge-discharge tinggi dan

stabilitas siklus yang rendah sehingga untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan

suatu pendoping atau komposit untuk memperbaikinya. Salah satu bahan aktif

elektroda baterai Li-ion yang prospektif adalah litium mangan oksida.

Litium mangan oksida memiliki karakteristik profil dengan tegangan

(voltage) yang sangat bagus, harga relatif murah dan aman bagi lingkungan

(Wigayati dan Ibrahim, 2018). oksida mangan yang memiliki berbagai polimorfi

struktur kristal. Setiap material oksida mangan ini terdiri dari suatu struktur

tunnel. Dengan struktur tunnel yang dimiliki oleh material oksida mangan ini

maka banyak digunakan sebagai selektif katalis, penukar ion, dan penukar

molekul. Jenis lithium yang baru juga belakangan ini telah menarik perhatian

untuk diteliti. Penggunaan kelompok borat litium adalah bahan kimia yang

menarik untuk diteliti karena pada borat litium bentuk struktur kimianya yang

sangat menarik. Sifat-sifat borat litium yang dihasilkan dari bentuk strukturnya

membuat borat lithium banyak dimanfaatkan salah satunya pada perangkat

permukaan gelombang akustik listrik yang mengubah gelombang akustik menjadi


4

sinyal listrik dan sebaliknya memanfaatkan efek piezoelektrik (Listrik yang dipicu

panas) (Pekpak et. al., 2010).

Lithium tetraborate (Li2B4O7) adalah salah satu jenis kristal Lithium

Borate yang telah menarik banyak perhatian karena koefisien frekuensi rendah

(TCF). Li2B4O7 adalah bubuk putih yang tidak memiliki bau khas dengan titik

lebur 917 oC dengan kelarutan dalam kisaran sedang 1-10 %. Kepadatan serbuk

lithium Tetraborate adalah 2,45 gram/cm dan memiliki banyak sifat teknologi

seperti piroelektrik (listrik yang dipicu panas) dan piezoelektrik (listrik yang

diinduksi tekanan). Lithium tetraborate (Li2B4O7) secara alami diperoleh dari

mineral, hemat biaya dan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan garam

litium sintetis lainnya sehingga sering digunakan dalam zat terlarut elektrolit

(Pekpak et. al., 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik graphene/MnxOy/Li2B4O7 sebagai bahan elektroda

baterai lithium ion (Li-ion)?

2. Bagaimana sifat elektrokimia dari elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7?

3. Berapa nilai kapasitas spesifik graphene/MnxOy/Li2B4O7 sebagai bahan

elektroda baterai lithium ion (Li-ion)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik graphene/MnxOy/Li2B4O7 sebagai bahan

elektroda baterai lithium ion(Li-ion).

2. Untuk mengetahui sifat elektrokimia dari elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7.


5

3. Untuk menghitung nilai kapasitas spesifik graphene/MnxOy/Li2B4O7 sebagai

bahan elektroda baterai lithium ion(Li-ion)?

D. Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang nanomaterial dalam proses

sintesis graphene dari graphite, MnxOy dan Li2B4O7.

2. Menemukan material baru untuk bahan elektroda baterai lithium ion (Li-ion)

khususnya katoda baterai.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Baterai

Baterai adalah alat listrik kimiawi yang menyimpan energi dan

mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik. Penciptaan baterai pertama

dilakukan oleh Alessandro Volta pada awal abad ke-19. Alessander Volta

menciptakan baterai pertama yang dikenal dengan Tumpukan Volta (Voltalic

Pile). Baterai ciptaan Alessander Volta terdiri dari tumpukan cakram seng dan

tembaga berselang seling dengan kain basah yang telah dicelup air garam sebagai

pembatasannya. Baterai ini telah mampu menghasilkan arus yang berkelanjutan

dan stabil (Buchman, 2015).

Baterai terdiri dari terminal positif (katoda) dan terminal negatif (anoda)

serta elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar. Output arus lstrik dari baterai

adalah arus searah dan disebut arus DC (Direct Current). Umumnya, baterai

terdiri dari 2 jenis utama yaitu baterai primer hanya dapat sekali pakai (single use

battery) dan baterai sekunder yang dapat diisi ulang (rechargeable battery).

1. Jenis Baterai

Baterai memiliki dua sifat yaitu baterai primer dan baterai sekunder, disebut

baterai primer berarti baterai ini hanya bisa dipakai satu kali saja sedangkan

baterai sekunder berarti baterai yang dapat dipakai berkali-kali dengan cara isi

ulang bila dayanya sudah mulai habis. material penyusun sel dipilih dari material

yang memiliki struktur kristal dengan kemampuan insertion compound yaitu

material keramik yang mampu menerima dan melepaskan x koefisien ion

35
7

litium/mol AzBy tanpa mengalami perubahan besar atau kerusakan dalam struktur

kristalnya. Persamaan dasar dari reaksi kimia yang terjadi dalam sel baterai

sekunder ditunjukan pada persamaan berikut ini (Linden,1994).

xLi + AzBy LixAzBy (1)

Baterai digunakan dengan menghubungkan beban pada terminal baterai

(discharge), elektron akan mengalir dari negatif ke positif. Sedangkan pada saat

sumber energi luar (charger) dihubungkan ke baterai sekunder, elektron akan

mengalir dari positif ke negatif sehingga terjadi pengisian muatan pada baterai.

Jenis-jenis baterai yang dapat diisi ulang (Rechargeable battery) yang sering kita

temukan antara lain seperti Ni-Cd (nickel-cadmium), Ni-MH (nickel-metal

hydride) dan Li-ion (lithium-ion). (Sari, 2015).

2. Baterai Lithium-Ion (Li-Ion)

Baterai lithium-ion memiliki kapasitas dan densitas energi tinggi, tegangan

tinggi, transfer daya tinggi, umur panjang, stabilitas siklus yang baik dan tidak

memiliki efek memori (Oswal et. al., 2010). Performa baterai lithium-ion meliputi

voltage, cycle life, charge and discharge capacity dan energi yang dihasilkan.

Dalam kondisi charge dan discharge, baterai lithium-ion bekerja berdasarkan

fenomena interkalasi, yaitu ion lithium dapat bermigrasi antar elektroda melewati

elektrolit tanpa terjadi perubahan struktur kristal dari bahan elektroda (Wigayati,

2007). Salah satu cara meningkatkan performa baterai adalah memilih dan

meningkatkan kualitas elektrodanya.

Secara umum terdapat empat komponen utama dalam baterai yaitu

elektroda negatif (anoda), elektroda positif (katoda), elektrolit dan separator.


8

Untuk anoda umumnya terbuat dari karbon (graphite) (Oswal et. al, 2010). Anoda

adalah material aktif dan berfungsi sebagai pengumpul ion lithium. Parameter

pengembangan material anoda yaitu kepadatan energi yang dihasilkan dan siklus

pemakaian (cyclability) (Rohman, 2012).

Baterai lithium-ion adalah baterai isi ulang (rechargeable). Dalam siklus

discharge, ion lithium pada anoda terionisasi dan masuk pada elektrolit kemudian

berpindah melalui separator berpori dan masuk ke dalam lubang berukuran atomik

pada katoda sehingga terjadi perpindahan aliran listrik ke sirkuit luar. Ketika

charging ion lithium akan kembali dari katoda menuju anoda. Pada saat baterai

tidak digunakan anoda mengalami oksidasi atau kehilangan elektron dan katoda

memperoleh aliran elektron tersebut, pada saat baterai digunakan maka proses

yang terjadi adalah kebalikan dari proses ini (Ningsih dkk., 2017).

Gambar 1. Mekanisme kerja baterai Lithium Ion (Li-Ion)

B. Graphene

Graphene merupakan salah satu material berbasis karbon. Gambar 2

memperlihatkan graphene berbentuk lembaran datar tipis sehingga modifikasi

struktural lapisan tunggal karbon yang di mana setiap atom karbon memiliki

ikatan sp2 seperti ikatan yang dimiliki benzena dan berbentuk rapat dalam bentuk
9

kisi kristal seperti sarang lebah dan graphene termasuk bahan dasar dalam

susunan material graphite (Choi et al., 2011).

Gambar 2. Struktur graphene kisi sarang lebah (Choi et. al., 2011).

Mobilitas elektron yang tinggi (10.000 cm2/Vs), efek Quantum Hall pada

temperatur ruang, transparansi optik yang baik (97,7%), luas permukaan spesifik

yang besar (2.630 m2/g) dan konduktivitas panas yang tinggi (3000 W/mK)

menjadikan graphene memiliki sifat yang sangat baik dalam pengembangannya.

Sehingga saat ini di bidang penelitian dan industri para fisikawan, kimiawan, dan

ilmuwan material berfokus pada pengembangan material graphene (Choi et al.,

2011; Stoller et. al., 2008). Graphene tersusun dari atom-atom karbon monolayer

dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang

lebah. Susunannya berupa lembaran dengan ketebalan satu atom karbon(Netro et

al., 2009).

Gambar 3. Struktur material graphene (Netro et. al., 2009).


10

Jarak antar atom karbon dalam graphene sebesar 0,142 nm pada satu

ikatan antar karbon. Sedangkan, suatu graphite, jarak antar lembar graphene

sebesar 0,335 nm. Lembaran graphene yang digulung menjadi sebuah bola akan

menjadi material fullerene (0D), graphene yang digulung mejadi semacam tabung

akan menjadi material Carbon Nano Tube (CNT) (1D), lembaran graphene itu

sendiri (2D), graphene yang disusun menjadi berlapis-lapis maka membentuk

material graphite (3D), ini semua bentuk alotrop dari karbon(Zhou et. al., 2012).

Bentuk-bentuk alotrop karbon dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Graphene sebagai material penyusun bentuk


alotrop karbon lainnya yaitu: (a) Fullerene,(b) CNT,
(c) Graphene, (d) Graphite (Zhou et. al., 2012).

Reduced Graphene Oxide (rGO) adalah material berbasis karbon yang

merupakan turunan dari Graphene Oxide (GO). Karakteristik dari GO yaitu dapat

direduksi menjadi lembaran graphene-like dengan mengurangi gugus oksigen

sehingga terbentuk rGO (Pei and Cheng, 2012). rGO biasa disebut graphene-like

karena strukturnya yang menyerupai graphene. Hanya saja terdapat cacat (defect)

yang disebabkan menyisipnya gugus oksigen ke dalam ikatan karbon. Semakin

sedikit kandungan oksigen maka semakin baik konduktivitasnya (Morimoto et. al,

2016).

Sifat elektronik pada graphene dapat ditinjau melalui sifat dari mobilitas

pembawa muatannya, konduktivitas, band gap serta kurva dispersinya. Susunan


11

atom graphene merupakan susunan heksagonal dua dimensi dari atom karbon.

Oleh karena itu, graphene memiliki mobilitas elektron diprediksi pada suhu kamar

pada tingkatan 106 cm2/V.s dan secara eksperimental dapat diketahui bahwa

mobilitas elektonnya adalah 15.000 cm2/V.s (Prasetyo, 2012). Pada gambar 5

pojok-pojok zona Brillouin pertama, energi elektron pada pita konduksi tepat

bertemu dengan pita valensi membentuk kerucut, sehingga band gapnya bernilai

nol (Rohman, 2012). Pada tempat ini dinamakan titik dirac, nilai energi

berbanding lurus dengan momentum, sehingga massa efektif elektron adalah nol.

Dengan massa efektif yang nol maka graphene mempunyai mobilitas yang tinggi

serta konduktivitasnya tinggi (Hidayah, 2015).

Gambar 5. Dispersi graphene (Rohman, 2012).

C. Mangan (Mn)

Mangan adalah unsur dengan lambang Mn dan memiliki massa atom

relatif 54, 94 g/mol, titik didih 2032 dan titik lebur 1247 . Di dalam sistem

periodik unsur, mangan merupakan unsur dengan nomor atom 25 serta berada

pada periode 4 dan masuk dalam golongan VII B yang berarti bahwa mangan

termasuk logam transisi (Hastutiningrum et al., 2015). Mangan merupakan unsur


12

yang paling berlimpah ke dua belas dan logam paling melimpah ke lima. Mangan

berasal dari alam berbentuk mineral alami (bijih mangan).

Biji mangan mengandung senyawa oksida seperti manganite (MnO)

pyrolusite (MnO2), rhodonite (Mn2O3) ,bixbyite (α-Mn2O3) dan hausmannite

(Mn3O4). Manfaat mineral mangan pyrolusite, bixbyite, hausmannite digunakan

untuk industri baterai. Salah satu mineral mangan yang menjadi perhatian menarik

untuk di kembangkan adalah hausmannite (Mn3O4) memiliki struktural yang khas

dikombinasikan dengan sifat fisikokimia yang membuatnya menjadi menarik

dalam piranti elektronik sebagai penyimpan energi (Jansirani et. al., 2018).

Mangan hadir dalam dua bilangan oksidasi +2 dan +3 dan formula ini

kadang-kadang ditulis sebagai MnO.Mn2O3. Mn3O4 memiliki struktur spinel, di

mana ion oksida yang dikemas berbentuk kubik dan Mn 2+ menempati situs

tetrahedral dan situs oktahedral di tempati oleh Mn3+(gambar 6). Mn3O4

mempunyai sistem kristal berbentuk tetragonal dengan dengan dimensi sel nya a =

5,76 Å, b = 5,76 Å, c = 9,45Å serta grup ruang 141/amd. Berat jenis 4,7- 4,8 g

cm_3 berwarna hitam kecoklatan. Mn3O4 memiliki kilap seperti logam. Mn3O4

diaplikasikan sebagai material elektronik magnet keramik dan bahan material

semikonduktor. Berikut struktur kristal dari Mn3O4 (Putri et. al., 2015).

Gambar 6. Struktur Kristal Mn3O4 (Putri et. al., 2015)


13

Mn3O4 cukup elektropositif dan mudah melarut dalam asam bukan

pengoksidasi. Selain titik cairnya yang tinggi, memiliki daya hantar listrik. Selain

itu, memiliki kekerasan yang sedang akibat dari cepat tersedianya elektron dan

orbital untuk membentuk ikatan logam (Brady, 2010). Mn3O4 juga digunakan

sebagai katalis dan memiliki tahanan listrik yang tinggi (Schlute, 2004).

D. Lithium Borate

Borat litium dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis tergantung pada

substituen pada atom boron: litium aril borat dan litium alkil borat. Anion litium

aril borat mengandung sejumlah besar gugus aromatik, seperti bis lithium hidrida

borat lithium (LBNB) bis (2,2-bifenil) Oxil borat lithium, bis (asam salisilat)

lithium borat (LBSB), dan lain-lain.  jika gugus alkil dengan kemampuan menarik

elektron yang kuat, kelompok dial, dan lain-lain. digabungkan dengan B

bermuatan negatif, serangkaian garam alkil borat lithium seperti litium malonat

borat (LiBMB) dapat diperoleh dari Litium oksalat borat (LiBOB) dan

sejenisnya. Alkil borat lithium tersebut juga memiliki stabilitas termal yang tinggi,

stabilitas hidrolitik dan stabilitas oksidatif (Loubser, 2009).

Gambar 7. Struktur Lithium tetraborate(Li2B4O7)

Perlu diketahui dari beberapa penelitian terdahulu dimana elektroda

komposit kaca V2O5 - LiBO2 dengan oksida grafit tereduksi memberikan kapasitas
14

pelepasan pertama sekitar 400 mAh/g dan mempertahankan kapasitas dalam

kisaran, 300 mAh/g dalam 100 siklus pertama. Metode sintesis untuk kelas

elektroda baru sangat sederhana dan hemat biaya. Material katoda yang sebanding

menghasilkan kapasitas dan energi spesifik yang serupa hanya dapat diperoleh

dengan metode sintetik yang melelahkan dan menggunakan teknik dan educt yang

mahal. Faktor lain untuk memilihnya sebagai garam doping adalah ketersediaan

bahan baku yang melimpah dan tidak ada pencemaran lingkungan (Xu et. al.,

2004).

Beberapa penelitian juga tentang Borat mangan lithium fase tunggal,

LiMnBO3, diperoleh pada suhu lebih tinggi dari 850 ◦ C dengan reaksi keadaan

padat tanpa menggunakan karbon hitam dalam bahan awal. Kapasitas pelepasan

spesifik awal untuk bahan aktif katoda adalah 75,5 mAh/g pada kerapatan arus 5

mA/g dan rata-rata kapasitas menurun adalah 0,09% per siklus kecuali untuk

siklus pertama. Senyawa LiMnBO3 mempertahankan kapasitas pelepasan spesifik

42,3 mAh/g bahkan pada kepadatan arus 50 mAh/g dan kapasitas menurun per

siklus hanya 0,2% selama 40 siklus. Kurva voltammogram siklik (CV)

menunjukkan bahwa pasangan redoks Mn3+ / Mn2+ terletak di 2,23 dan 4,13 V

dapat dengan jelas diamati selama sapuan anodik dan katodik. Menggabungkan

hasil voltammogram siklik dengan pola difraksi sinar-X elektroda sebelum dan

sesudah, di mana tidak ada perubahan yang signifikan dari arus puncak dan

potensi puncak, diantisipasi bahwa ekstraksi dan penyisipan ion Li benar-benar

dapat dibalik dalam senyawa ini dan struktur heksagonal untuk LiMnBO 3 dapat
15

dipertahankan setelah siklus panjang di bawah tingkat pengisian dan pengosongan

yang tinggi (Ling Chen et. Al., 2010).

E. Metode Liquid Phase Absorbtion (LPA)

Adsorpsi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses melekatnya

gas atau cairan pada permukaan zat padat yang membentuk lapisan partikel-

partikel. Proses adsorpsi terjadi pada dinding berpori dan pada tempat tertentu

didalam partikel yang terakumulasi pada permukaan padatan. Zat yang

terakumulasi disebut sebagai adsorbat dan sedangkan material penyerap disebut

adsorben. Gaya Tarik molekul pada permukaan adsorben menyebabkan adanya

proses adsorpsi. Molekul pada permukaan zat cair atau padat memiliki gaya tarik

kearah dalam karena tidak ada gaya yang mengimbangi, sehingga meyebabkan zat

padat maupun cair memiliki daya adsorpsi (Alberty dan Cornowel, 1992).

Proses adsorpsi yang umum digunakan adalah fasa gas-padat dan fasa

padat-cair. Komponen-komponen yang terdapat dalam proses adsorpsi adalah

adsorbat dan adsorben (Noll et al., 1992). Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis

yaitu, adsorpsi fisika (physisorption) dan adsorpsi kimia (chemisorption). Kedua

metode terjadi ketika molekul dalam fasa cair melekat pada permukaan zat padat

(adsorben) sebagai akibat adanya gaya tarik pada permukaan zat padat untuk

mengatasi energi kinetik pencemar pada fase cair (adsorbat) (Sanredian et. al.,

2017).

Adsorpsi fisika dalam mengikat adsorbat menggunakan adsorben

menggunakan ikatan van deer walls. Molekul terikat sangat lemah dari molekul

dan energi yang dilepaskan pada adsorpsi fisik cukup rendah yakni dibawah 20
16

kj/mol. Adsorpsi kimia dalam proses mengikat adsorbat menggunakan adsorben

melibatkan ikatan kimia didalamnya. Adsorpsi kimia diawali dengan terjadinya

adsorpsi fisika, yaitu partikel-partikel adsorbat melekat pada permukaan adsorben

melalui gaya van deer walls atau melalui ikatan hidrogen. Adsorpsi kimia terjadi

secara spesifik dan melibatkan gaya yang lebih besar dibanding adsorpsi fisika.

Terdapatnya ikatan kimia pada adsorpsi kimia mengakibatkan terbentuknya

lapisan yang akan menghambat penyerapan selanjutnya, sehingga efektivitas

semakin berkurang (Atkins, 1999).

Adsorpsi fasa cair telah banyak digunakan untuk menyimpan

nanopartikel pada luas permukaan karbon yang tinggi. Produksi nanopartikel

dengan adsorpsi fasa cair dapat mengembangkan rute yang cerdas yang berfungsi

untuk menyimpan bahan aktif dalam nanokarbon dan dengan stimulasi eksternal

(Alimin et al., 2015).

F. Elektrokimia

Elektrokimia adalah cabang kimia fisika yang mempelajari hubungan

antara listrik sebagai fenomena terukur dan kuantitatif dengan perubahan kimia

yang teridentifikasi. Arus listrik yang dihasilkan dianggap sebagai hasil dari

perubahan kimia tertentu atau sebaliknya. Reaksi ini melibatkan muatan listrik

yang bergerak antara elektroda dan elektrolit (spesies ionik dalam larutan).

Dengan demikian, elektrokimia melibatkan interaksi antara energi listrik dan

perubahan kimia (Khopkar, 1990).

Rangkaian sel elektrokimia dapat dipelajari hubungan-hubungan antara

konsentrasi dengan potensial (potensiometri), konsentrasi dengan daya hantar


17

listrik (konduktometri), konsentrasi dengan jumlah muatan listrik (koulometri),

konsentrasi dengan potensial dan arus listrik (polarografi dan voltametri)

(Hendayana, 1994). Elektrokimia pada dasarnya terjadi reaksi oksidasi dan

reduksi. Terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi karena adanya elektron yang

berpindah dari satu spesi atom ke spesi atom yang lain atau pelepasan elektron

(oksidasi) dan penangkapan elektron (reduksi). Peristiwa seperti itu menandakan

bahwa adanya elektron yang mengalir (Khopkar, 1990).

Arus listrik yang mengalir mengindikasikan adanya aliran elektron berupa

serah terima elektron dan mengakibatkan perubahan muatan atom-atom yang

berikatan atau spesi kimia yang terlibat. Perubahan muatan yang terjadi disebut

peristiwa oksidasi dan reduksi atau dikenal sebagai reaksi redoks. Peristiwa ini

memberikan informasi mengenai konsentrasi, mekanisme reaksi, kinetika dan

aktifitas dari spesi dalam larutan. Reaksi oksidasi dan reduksi (redoks) dapat

dituliskan dalam bentuk ½ reaksi sebagai berikut :

O + ne - R (1)

Dimana O adalah spesi yang teroksidasi dan R adalah spesi yang tereduksi. Setiap

proses reduksi dan oksidasi terjadi pada permukaan elektroda dari sel

elektrokimia. Dalam sistem yang dikontrol secara termodinamik, potensial

elektroda dapat diukur dengan menentukan konsentrasi spesi elektroaktif pada

permukaan elektroda berdasarkan persamaan Nerst :

E = E°– ln (2)

dimana, E° = potensial standar dari reaksi redoks


18

R = konstanta gas (8.314 J/K mol)

T = temperatur (K)

n = bilangan yang menyatakan transfer elektron dalam reaksi

F = adalah konstanta Faraday (96.487 C/mol) (Wang, 1994).

Elektrokimia mempelajari hubungan antara energi listrik dengan

terjadinya reaksi kimia. Untuk memahaminya dapat dipahami melalui proses yang

terjadi dalam selelektrokimia. Sel elektrokimia merupakan seperangkat komponen

peralatan dan bahan elektrolit yang dapat menghantarkan arus listrik (Reiger,

1994). Sel elektrokimia digolongkan ke dalam sel galvani dan sel elektrolisis,

keduanya berguna dalam analisis elektrokimia. Sel galvani merupakan

seperangkat komponen peralatan dan bahan elektrolit yang dapat menghasilkan

listrik karena reaksi kimia yang terjadinya secara spontan, sedangkan sel

elektrolisis adalah seperangkat komponen peralatan dan bahan elektrolit yang

menggunakan listrik sebagai sumber energi untuk terjadinya reaksi kimia (Skoog

dan Leary, 1992).

G. Dip-Coating

Coating adalah suatu proses pelapisan untuk menutupi permukaaan suatu

material dengan cara menuangkan atau pengolesan di atas permukaan. Proses

coating dapat meningkatkan meningkat performa dari suatu material. Metode

pelapisan yang digunakan dalam proses ini adalah metode dip-coating. Metode

dip-coating atau metode celupan sering digunakan karena prosesnya mudah dan

tidak memerlukan biaya yang mahal. Proses yang terjadi adalah substrat

dicelupkan ke dalam larutan kemudian diangkat secara vertikal dengan kecepatan


19

yang konstan. Larutan prekursor yang melengket pada substrat dan membentuk

lapisan tipis karena pelarutnya akan menguap dan sebagian larutan akan turun

karena adanya gaya gravitasi. Ketebalan larutan dapat diatur sesuai dengan

kecepatan pengangkatan substrat. Metode ini telah sukses digunakan untuk

membuat suatu lapisan tipis material ferroelektrik, semikonduktor elektronik dan

transparent conducting film. Metode ini banyak diminati karena prosesnya yang

sederhana dan tidak memerlukan biaya yang mahal, selain itu juga tidak merusak

lingkungan dan peralatan yang digunakan tidak begitu kompleks. (Sanjaya et. al.,

2015).

H. Karakterisasi

1. X-Ray Diffracton (XRD)

Karakterisasi menggunakan XRD merupakan metode analisis yang

penting untuk menganalisa suatu kristal. Karakterisasi XRD digunakan untuk

menentukan struktur kristal menggunakan sinar-X (Smallman and Bishop, 1999).

Sinar-X adalah salah satu bentuk radiasi elektromagnetik yang mempunyai energi

antara 200 eV- 1 MeV. Sinar ini berada pada radiasi antara sinar gamma dan

ultraviolet (UV), dengan panjang gelombang yang hampir sama dengan jarak

antara atom dalam kristal, sehingga sinar-X menjadi teknik dalam analisis struktur

(Ismunandar, 2006). Prinsip dasar dari XRD, jika seberkas sinar-X dijatuhkan

pada sampel kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang

memiliki panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut.

Sinar yang dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan


20

sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam

sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang

muncul pada pola XRD mewakili satu bidangkristal yang memiliki orientasi

tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data

pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk

hampir semua jenis material (Masrukan, 2008).

Prinsip kerja dari difraksi sinar-X adalah elektron menembak sampel

padatan kristalin, kemudian mendifraksikan sinar ke segala arah. Bentuk keluaran

dari difraktometer dapat berupa data analog atau digital. Rekaman data analog

berupa grafik garis-garis yang terekam per menit sinkron, dengan detektor dalam

sudut 2θ/menit, sehingga sumbu-x setara dengan sudut 2θ. Sedangkan rekaman

digital pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan puncak-puncak difraksi

dengan intensitas relatif bervariasi sepanjang nilai 2θ tertentu. Besarnya intensitas

relatif dari deretan puncak-puncak tersebut bergantung pada jumlah atom atau ion

yang ada, dan distribusinya di dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi

setiap padatan kristalin sangat khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit

parameter dan panjang gelombang sinar-X yang digunakan. Dengan demikian,

sangat kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi yang sama untuk suatu padatan

kristalin yang berbeda (Warren, 1969). Berikut gambar menunjukkan skematik

teknik instrument XRD (X-Ray Diffraction) (Masrukan, 2008).

Gambar 8. Skematik teknik XRD (X-Ray Diffraction) (Masrukan, 2008).


21

Pengamatan struktur grafit, grafit oksida, dan rGO yang dilakukan oleh

Adhitiawan dkk., 2013 menggunakan X-Ray Diffraction (Philips Analytical).

Gambar 9. Pola XRD (X-Ray Diffraction) dari grafit, grafit oksida dan graphene

Pengamatan difraksi sinar x dilakukan pada sudut 2θ = 5˚ – 90˚ dengan λ

Cu-Kα 1.54060 Å. Grafit, grafit oksida, dan rGO dapat dilihat. Grafit

teridentifikasi pada peak 2θ = 26,4866˚ (JCPDS-41-1487). Pada grafit oksida peak

2θ = 26,4866˚ tidak tampak, tetapi terbentuk peak pada 2θ = 12,0433˚. Hal ini

menunjukkan bahwa grafit telah teroksidasi seluruhnya menjadi grafit oksida.

Grafit oksida memiliki d-spacing = 7.3400 Å, lebih lebar daripada grafit dengan

d-spacing = 3.3612 Å. Hal ini menunjukkan adanya gugus-gugus fungsi oksigen

dalam lapisan grafit oksigen. Sedangkan rGO teridentifikasi pada peak 2θ =

24.1093 dengan d-spacing = 3.6869 Å. Nilai d-spacing yang menjadi lebih kecil

menunjukkan bahwa grafit oksida telah tereduksi menjadi graphene. Selain itu

nilai d-spacing rGO yang lebih besar daripada grafit mengindikasikan bahwa telah

terjadi pengelupasan lapisan grafit menjadi single layer graphene (adhitiawan dan

Diah, 2013).
22

Penelitian yang dilakukan oleh Ling Chen et. al., 2010 menggunakan

instrument XRD melihat struktur heksagonal LiMnBO3.

Gambar 10. Pola XRD LiMnBO3 disinter pada suhu yang berbeda:
(a) 750 ◦C; (b) 800 ◦C; (c) 850 ◦C (Ling Chen et. al., 2010)

Struktur adalah fase dominan pada 750 dan 800 ◦C masing-masing

(Gambar. 10 (a) dan (b)). Ketika suhu lebih tinggi dari 850 ◦C, fase tunggal

LiMnBO3 dengan struktur heksagonal yang teratur dapat diperoleh (Gambar 10

(c)). Hasil percobaan kami menunjukkan suhu 850◦C untuk senyawa LiMnBO3

fase tunggal dengan struktur kristal heksagonal mulai muncul lebih tinggi bahwa

800◦C dalam penelitian sebelumnya di mana permukaan spesifik tinggikarbon

hitam digunakan sebagai bahan awal. Difraksi sinar-X pola senyawa LiMnBO3

(Gambar. 10 (c)) berhasil diindeks dengan kisi heksagonal menggunakan program

Dicvol, dan hasil pengindeksan ditampilkan pada Gambar 10. Berdasarkan

kondisi refleksi, dan parameter kisi selanjutnya kuadrat terkecil disempurnakan

oleh program PIRUM sebagai a = 8.1702 (1) Å dan c = 3.1472 (1) Å (Ling Chen

et. al., 2010).


23

2. Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX)

Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan sebuah alat yang sangat

berguna untuk mendapatkan informasi mengenai morfologi permukaan melalui

gambaran perbesaran dari berbagai jenis material. Perbedaan topografi permukaan

dan komposisi elemen yang berbeda dapat diketahui dari kontras warna

yangterdeteksi. Scanning Electron Microscopy (SEM) menggunakan sinar

electron berenergi tinggi untuk mengamati objeknya yang sangat kecil dalam

bentuk stereo dengan skala pembesaran tinggi (Nuwaiir, 2009). Pancaran elektron

dihasilkan dari atas mikroskop oleh pemancar elektron. Elektron dipancarkan

vertikal ke bawah melalui medan elektromagnetik yang memfokuskan pancaran

menuju sampel. Dengan arah pergerakan electron tersebut maka akan terlihat

permukaan penampang melintang dan membujur specimen secara mikroskopis,

sehingga topografi, tonjolan, lekukan dan pori-pori pada permukaan dapat terlihat

(Daulay, 2005).

Gambar 11. Skematis dari SEM-EDX (Elena dan Manea, 2012).


24

Pengamatan morfologi graphite, graphite oxide dan graphene oxide yang

dilakukan oleh Adhitiawan dkk. (2013) menggunakan instrumen SEM Inspect

S50 menghasilkan gambar dibawah ini

Gambar 12(a). Grafit (b). Grafit Oksida (c). Graphene

Perubahan morfologi dari grafit menjadi graphene ditunjukkan pada gambar.

Grafit (a) merupakan tumpukan dari lembaran-lembaran tipis graphene sehingga

grafit berbentuk flake yang tebal. Sedangkan grafit oksida (b) merupakan

tumpukan dari lembaran-lembaran graphene oksida sehingga morfologi grafit

oksida juga tebal namun sudah berbentuk lembaran. Sedangkan graphene (c)

merupakan selapis lembaran tipis transparan dari grafit (adhitiawan dan Diah,

2013).

3. Fourier Transform Infrared (FTIR)

Fourier Transform Infrared (FTIR) merupakan teknik pengukuran dengan

menggunakan persamaan transformasi fourier, yang digunakan untuk

mengkonversi spektrum waktu ke spektrum frekuensi. Daerah radiasi spektrum

Infrared (IR) berkisar pada bilangan gelombang 12.800-10 cm-1, dan umumnya

yang digunakan adalah daerah IR tengah, dengan bilangan gelombang 4000-690

cm-1 (Dewi, 2017).


25

Analisis sampel dengan menggunakan FTIR memiliki beberapa

keuntungan, yaitu spektrum yang terdapat dalam sampel dapat dideteksi dalam

waktu singkat, sensitifitasnya lebih baik, spektrum dari pelarut atau pengotor

dapat dihilangkan dari spektrum sampel yang dianalisis dan sejumlah kecil sampel

dapat menghasilkan spektrum dengan menambahkan informasi dari beberapa hasil

scan untuk menghasilkan spektrum tunggal (Faust, 1998). Tujuan dari analisis

FTIR adalah untuk mengetahui adanya gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam

suatu senyawa(Smith, 1996). Prinsip kerja dari FTIR yaitu Jika suatu molekul

menyerap sinar inframerah, maka dalam molekul itu akan terjadi perubahan

tingkat energi vibrasi dan perubahan energi rotasi.

Gambar 13. Skematis dari Fourier Transform Infrared (FTIR) (Smith, 1996)
Tabel 1. Daerah gugus fungsi pada IR (Skoog dan Leary., 1998)
Ikatan Tipe Senyawa Daerah Intensitas
frekuensi (cm-1)
C–H Alkana 2850 – 2970 Kuat
1340 – 1470 Kuat
C–H 3010 – 3095 Sedang
C C 675 – 995 Kuat
Alkena
C–H C C 3300 Kuat
Alkuna
C–H Cincin Aromatik 3010 – 3100 Sedang
690 – 900 Kuat
O–H Fenol, monomer alkohol, 3590 – 3650 Berubah-ubah,
alkohol, ikatan hidrogen, 3200 – 3600 Berubah-ubah,
26

fenol terkadang
melebar
Monomer asam karboksilat, 3500 – 3650 Sedang
Ikatan hidrogen asam 2500 – 2700 Melebar
karboksilat
N–H Amina, Amida 3300 – 3500 Sedang
C=C Alkena 1610 – 1680 Berubah - ubah
C=C Cincin aromatic 1500 – 1600 Berubah - ubah
C≡C Alkuna 2100 – 2260 Berubah - ubah
C–N Amina, Amida 1180 – 1360 Kuat
C≡N Nitril 2210 – 2280 Kuat
C–O Alkohol, Eter, Asam 1050 – 1300 Kuat
Karboksilat, Ester
C=O Aldehid, Keton, Asam 1690 – 1760 Kuat
Karboksilat, Ester
NO2 Senyawa Nitro 1500 – 1570 Kuat
1300 – 1370 Kuat

4. Cyclic Voltammetry (CV)

Voltametri merupakan salah satu metode elektroanalisis skala mikro yang

mengkaji informasi tentang analit berdasarkan pengukuran arus (I) sebagai fungsi

potensial (V) pada kondisi dimana elektroda indikator atau elektroda kerja

mengalami polarisasi. Arus yang diukur adalah arus difusi yaitu arus yang timbul

karena adanya proses oksidasi atau reduksi analit elektroaktif pada permukaan

elektroda (Skoog dan Leary, 1992).

Sel voltametri terdiri dari Elektroda Kerja (EK), Elektroda Pembanding

(EP) berupa elektroda kalomel (Saturated Calomel Electrode, SCE) atau elektroda

Ag/AgCl dan Elektroda Kounter (EK) berupa kawat platina atau batang karbon

yang berfungsi sebagai pembawa arus di dalam sel terutama untuk sistem yang

menghasilkan arus yang cukup besar (Andriani, 2007; Wang, 2000). Voltametri

siklik merupakan teknik voltametri dimana arus diukur selama pembacaan

potensial dari potensial awal ke potensial akhir dan kembali lagi ke potensial awal
27

setelah reaksi berlangsung. Dengan demikianarus katodik maupun anodik dapat

terukur. Arus katodik adalah arus yang digunakan pada saat pembacaan dari

potensial yang paling besar menuju potensial yang paling kecil dan arus anodik

adalah sebaliknya yaitu pembacaan dari potensial yang paling kecil menuju

potensial yang paling besar (Scholz, 2010).

Sinyal eksitasi untuk voltametri siklik merupakan pembacaan potensial

linear dengan gelombang segitiga seperti pada gambar 13.

Gambar 14. Sinyal eksitasi untuk cyclic voltammetry (Scholz, 2010).

Potensial sinyal eksitasi segitiga membaca potensial elektroda antara dua

nilai. Sinyal eksitasi segitiga. Pada gambar 14 menyebabkan potensial pertama

untuk pembacaan negatif dari +0,80 (potensial awal) ke -0,20 V (potensial akhir)

terhadap EJK, sedangkan titik arah pembacaan balik (switching potensial)

menghasilkan pembacaan positif kembali ke potensial awal 0,80 V. kecepatan

pembacaan terlihat pada kemiringan garis yaitu 50 mV/s.

Voltamogram siklik diperoleh dengan mengukur arus pada elektroda kerja

selama pembacaan potensial. Arus dapat dianggap sebagai respon sinyal terhadap

potensial eksitasi. Voltamogram yang dihasilkan merupakan kurva antara arus

(pada sumbu vertical) terhadap potensial (sumbu horizontal) (gambar 14). Saat
28

variasi potensial linear terhadap waktu, sumbu horizontal dapat dianggap sebagai

sumbu waktu (Andriani, 2007).

Gambar 15. Voltamogram siklik reduksi oksidasi secara reversible


(Andriani, 2007).

Kegunaan teknik voltametri siklik ini ialah mampu memberikan informasi

mengenai termodinamika proses reduksi-oksidasi dan kinetika transfer elektron

yang terjadi di permukaan elektroda. Selama pengukuran dengan voltametri siklik

akan terjadi kurva antara arus dengan potensial yang dikenal sebagai voltagram

siklik dan adanya kemungkinan reaksi lain saat reduksi-oksidasi berlangsung

dapat dilihat dari voltamogram.


29

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Selesai 2019 di Laboratorium

Nanosains dan Nanoteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Halu Oleo.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu potensiostat

DY2100B, elektroda platina, elektroda pembanding Ag/AgCl (KCl jenuh), badan

elektroda, kawat platina, gelas kimia (Iwaky Pyrex) 50 mL, 100 mL dan 250 mL,

1000 mL, gelas ukur (Iwaky Pyrex) 5 m L , 25 mL, 50 mL, labu takar (Iwaky

Pyrex) 100 mL, pipet ukur (Iwaky Pyrex) 5 mL dan 10 mL, pipet mikro,

centrifuge, hidrotermal autoclave, oven (Gallenkamp England), cawan porselin,

tanur, pipet tetes, filler, mortal, hotplate, stirrer, icebath, ultrasonikasi, batang

pengaduk, pinset, botol semprot, statif dan klem, kaca arloji, timbangan

(Exploler Ohaus: maks. 210 g dan min. 0,001 mg), spatula, penjepit, X-Ray

Diffraction (XRD) (Shimadzu 6000), Fourier Transform InfraRed (FTIR)

(Shimadzu 8400) dan Scanning Electron Microscopy (SEM) (merk

HITACHISU3500).

2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu graphite, kalium


30

permanganat (KMnO4), Lithium tetraborate (Li2B4O7), asam sulfat (H2SO4) 98%,

hidrogen peroksida (H2O2), Natrium Nitrat (NaNO3) asam klorida (HCl) 37%,

kertas pH, batuan mangan, kertas pH dan akuades.

C. Prosedur Penelitian

1. Grafit Oksida

Grafit oksida disintesis dengan menggunakan metode Hummer

termodifikasi. Proses sintesis dengan metode ini menggunakan serbuk grafit,

KMnO4, NaNO3 dan H2SO4 sebagai bahan dasar. Proses sintesis dimulai dengan

pengadukan 2 g serbuk grafit dan 4 g NaNO3 dengan 98 mL H2SO4 98% selama 4

jam dengan kecepatan tinggi di dalam icebath. Setelah proses pengadukan

berjalan selama 1 jam, sebanyak 8 g KMnO4 dan 4 g NaNO3 mulai ditambahkan

sedikit demi sedikit secara bertahap. Selanjutnya, dilanjutkan proses pengadukan

pada temperatur 25o C selama 24 jam. Kemudian 200 mL akuades ditambahkan

secara bertahap kedalam larutan tersebut dan diaduk kurang lebih selama 1 jam

atau sampai larutan tersebut homogen. Setelah larutan homogen, ditambahkan 15

mL hidrogen peroksida (H2O2) secara bertahap sambil diaduk. Setelah itu,

larutan dipisahkan antara fasa padat dan cairnya dengan menggunakan

centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 jam. Fasa padat yang sudah

terpisah dari fasa cair dicuci menggunakan 10 mL HCl 37% dan akuades

beberapa kali sampai pH larutan netral. Ketika pH larutan netral dan tidak

adalagi ion sulfat (SO4-), maka dilakukan proses pengeringan grafit oksida pada
31

temperatur 110o C selama 12 jam (Agusu dan Yuliana, 2017).

2. Sintesis Graphene Oksida

Sintesis Graphene Oksida dilakukan dengan melarutkan 2 gram grafit

oksida dilarutkan dalam 40 mL akuades hingga homogen. Setelah homogen,

larutan diultrasonikasi selama 3 jam dengan suhu 100oC. Grafit Oksida akan

terkelupas menjadi graphene oksida kemudian, dicuci dan dikeringkan (Agusu

dan Yuliana, 2017).

3. Leaching Mangan Alam

Leaching Mangan Alam dimulai dengan menimbang serbuk mangan alam,

kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia dan dilarutkan kedalam HCl (37%)

lalu diaduk dengan menggunakan stirrer selama 3 jam yang dijaga konstan 70 ℃.

Larutan hasil pengadukkan disaring menggunakan kertas saring untuk diambil

filtratnya dihitung volume akhirnya, kemudian residu dari larutan ditimbang,

dicatat beratnya kemudian dibuang. Larutan hasil dari pengadukkan tersebut

dicuci dengan akuades hingga pHnya netral (pH 7).

4. Preparasi Lithium tetraborate

Serbuk Lithium tetraborate dihaluskan kemudian ditimbang sebanyak 4 g

dan di masukkan kedalam cawan porselin.

5. Reduksi dan Dopping Graphene Oksida (Graphene/MnxOy/Li2B4O7)

Proses reduksi dilakukan dengan melarutkan graphene oksida yang


32

ditambahkan filtrat mangan oksida dan Lithium tetraborate yang divariasikan

dengan perbandingan 0,2:0,6:0,4; 0,2:0,4:0,6; 0,2:0,5:0,5 dan 0,0:0,5:0,5 (gram).

Komposit graphene/MnxOy/Li2B4O7 lalu distirrer selama 30 menit dilakukan

selama berulang-ulang. Setelah itu graphene oksida yang telah terlarut

diultrasonikasi dengan frekuensi 53 kHz selama 2 jam. Dilanjutkan dengan

proses hidrotermal menggunakan hidrotermal autoclave pada suhu 180oC

selama 24 jam. Proses Hidrotermal adalah proses pembentuk mineral yang

terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah (Chen et. al.,

2008).

6. Sintesis Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7

Media sintesis elektroda dengan menggunakan nickel foam. Nickel foam

dipreparasi dengan cara memotong nickel foam berukuran 4 9 mm lalu ditimbang

untuk mengetahui massa nickel foam. Kemudian mencelupkan nickel foam

berukuran 4 9 mm di dalam larutan graphene/MnxOy/Li2B4O7 yang telah dibuat

dan di ultrasonifikasi selama 30 menit. Selanjutnya dikeringkan. Nickel foam lalu

ditimbang sekali lagi untuk mengetahui massa graphene/MnxOy/Li2B4O7 yang

terdeposit ke dalam pori-pori nickel foam (Safitri, 2017). Produk elektroda yang

dihasilkan diuji kinerjanya menggunakan cyclic voltammetry.


33

7. Karakterisasi Material Elektroda

7.1 Analisis Morfologi Permukaan menggunakan SEM-EDX

Analisis menggunakan SEM-EDX dilakukan untuk mengetahui morfologi

permukaan dari material elektroda kerja graphene/MnxOy/Li2B4O7 dan

mengidentifikasi adanya pembentukan pori serta penyebaran pada sampel

dengan perbesaran gambar SEM1.000-10.000 kali, serta mengetahui persentase

kandungan unsur bahan penyusun material elektroda.

7.2 Analisis Gugus Fungsi menggunakan FTIR

` Analisis dengan menggunakan FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus

fungsional dari material elektroda kerja graphene/MnxOy/Li2B4O7 yang telah

disintesis dengan rentang panjang gelombang dari 400-4000 cm-1.

7.3 Analisis Struktur Kristal menggunakan XRD

Karakterisasi dengan menggunakan XRD dilakukan untuk melihat struktur

kristal dari graphene/MnxOy/Li2B4O7 hasil sintesis.

7.4 Analisis menggunakan Cyclic Voltametry (CV)

Analisis menggunakan CV bertujuan untuk mengetahui potensial dan kuat

arus pada elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7.

7.4.1 Pembuatan Larutan Elektrolit K3Fe(CN)6 0,1 M

Pembuatan larutan elektrolit K3Fe(CN)6 0,1 M dilakukan dengan cara

menimbang K3Fe(CN)6 sebanyak 3,29 gram (BM = 329 g/mol) kemudian


34

dilarutkan menggunakan akuades dalam labu takar 100 mL sampai tanda tera dan

dihomogenkan.

7.4.2 Uji Kinerja Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7 dalam Larutan


Elektrolit K3Fe(CN)6 0,1 M menggunakan Cyclic Voltammetry (CV)

Uji kinerja elektroda dilakukan dengan menggunakan metode Cyclic

Voltammetry (CV) untuk mengetahui potensial dan kuat arusnya. Pengujian

elektroda dilakukan dengan sistem tiga elektroda, yaitu graphene/MnxOy/Li2B4O7

sebagai elektroda kerja, Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding dan kawat

platina sebagai elektroda kounter. Rangkaian cyclic voltammetry dapat dilihat

pada gambar 15. Ketiga elektroda tersebut dimasukkan ke dalam sel elektrokimia

yang berisi larutan elektrolit K3Fe(CN)6 0,1 M selanjutnya dilakukan pengukuran

pada rentang potensial dari 0 V sampai 0,8 V dengan variasi scan rate 0,005 V/s,

0,01 V/s dan 0,05V/s (Yang et al., 2015).

1 2 3 Potentiostat Keterangan :
1. Elektroda pembanding Ag/AgCl
2. Elektroda kounter Pt
3. Elektroda kerja Graphene-N/Mn3O4/TiO2
4. Larutan K3Fe(CN)6 0,1 M

Gambar 16 . Desain Pengukuran Elektroda secara Voltammetry (Yang et al., 2015).

8. Penentuan Kapasitas Spesifik Komposit Graphene/MnxOy/Li2B4O7

M= M1-M0
35

C =

C = kapasitas spesifik
I = kuat arus (A)

= Potensial (V)

M = massa (g)

= scan rate (V/s)

Vb = puncak voltamogram tertinggi (A.V)


Va = puncak voltamogram rendah (A.V)
M1 = berat komposit yang terdeposit dalam nickel foam (g)
M0 = berat nickel foam (g)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sintesis Graphene Oxide

Sintesis graphene oxide dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa

metode diantaranya Chemical Vapor Decomposition (CVD), micromechanical

exfoliation dengan menggunakan scout tape dan penumbuhan epitaxial diatas

substrate SiC. Namun metode microchemical exfoliation tidak efisien untuk

dilakukan, sedangkan metode CVD dan penumbuhan eptaxial membutuhkan

biaya yang sangat mahal. Adapun cara lain untuk melakukan sintesis graphene

adalah menggunakan metode sintesis secara kimia melalui sintesis graphene

oksida (GO) terlebih dahulu, kemudian ikatan oksida pada GO direduksi dengan

menggunakan suatu senyawa kimia agen pereduksi. Sintesis GO secara kimia

menggunakan bubuk graphite yang dioksidasi dengan asam kuat disebut dengan

metode Hummer’s (Rafitasari et. al, 2016). Graphene memiliki berbagai keunikan

sifat kimia dan fisika dan berbagai potensi yang dapat digunakan dalam aplikasi

teknologi, maka metode dalam proses memproduksi graphene menjadi penting

untuk diteliti.

Sintesis graphene diawali dengan proses oksidasi grafit. Serbuk grafit

dilarutkan dalam larutan asam yaitu HCl. Proses oksidasi grafit menggunakan

kalium permanganat (KMnO4) sebagai agen pengoksidasi dan natrium nitrat

(NaNO3) sebagai katalis. Reaksi yang terjadi selama proses oksidasi grafit oleh

KMnO4 dapat dinyatakan dengan persamaan (8) dan (9) (Dreyer dkk., 2009).

35
36

Proses oksidasi ini hanya dapat berlangsung pada kondisi asam, sehingga H2SO4

juga berperan sebagai pembuat suasana asam pada larutan.

KMnO4 + 3H2SO4 K+ + MnO3+ + H3O+ + 3HSO4- (8)


MnO3+ + MnO4- Mn2O7 (9)

Reaksi oksidasi yang berlangsung dalam suasana asam akan menghasilkan

campuran berwarna coklat tua. Adanya perubahan warna dari hijau tua pekat

menjadi coklat tua yang terjadi akibat reaksi antara grafit, H2SO4 dan KMnO4.

Selama proses ini, beberapa gugus fungsi seperti gugus fenol, gugus epoksi,

gugus keton, gugus karboksil, dan gugus karbonil akan terbentuk dan terikat

pada grafit (Shao dkk., 2012). Gugus fungsi ini menyebabkan grafit oksida

bersifat sangat hidrofilik dan mudah terkelupas menjadi graphene oksida.

Gambar 17. Reaksi oksidasi grafit menjadi grafit oksida (Taufantri dkk., 2016)

Graphene oksida diperoleh dari proses pengelupasan grafit oksida di

dalam air dengan cara sonikasi pada frekuensi 53 kHz dan proses hidrotermal

menggunakan hydrothermal autoclave selama 24 jam pada suhu 180 oC. Proses
37

pengelupasan tersebut diakibatkan oleh gelombang ultrasonik yang memiliki

daerah frekuensi gelombang lebih dari 20 kHz (Herdianto, 2017). Interaksi

dengan gelombang ultrasonik dan proses kavitasi (perubahan fase uap dari zat

cair karena tekanannya berkurang hingga dibawah tekanan uap jenuhnya) yang

dialami oleh medium yang berupa air mengakibatkan terjadinya pergeseran pada

lapisan grafit oksida. Proses kavitasi disebabkan karena adanya perbedaan

tekanan pada saat proses ultrasonikasi, sehingga menyebabkan terjadinya proses

pengelupasan grafit oksida menjadi graphene oksida (Ilhami dan Diah, 2014).

Gambar 18. Pengelupasan grafit oksida menggunakan alat sonikator

B. Sintesis Mangan oksida(MnxOy)

Sintesis MnxOy dimulai dengan menimbang serbuk mangan alam sebanyak

20 g kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia dan dicampur dengan 50 mL

HCl (37%). HCl berfungsi sebagai katalis sehingga mempengaruhi tingkat

kemurnian mangan yang diperoleh. Semakin tinggi konsentrasi HCl yang

digunakan maka tingkat kemurnian mangan alam akan semakin tinggi. HCl

merupakan asam kuat yang memiliki kemampuan melarutkan oksida mangan dari

bijihnya menjadi Mn2+, Mn3+, Mn4+, Mn6+ dan Mn7+. Larutan dengan kandungan
38

ion-ion tersebut sangat penting sebagai bahan dasar pembentukan nanopartikel

mangan oksida. Luas permukaan partikel mangan oksida dipengaruhi oleh

kemampuan daya larut HCl, semakin kecil luas permukaan partikel, maka terjadi

tumbukan yang lebih besar dengan pelarut sehingga menyebabkan partikel

tersebut dapat larut (Mahardika, 2008). Larutnya mangan alam ditandai dengan

reaksi terbentuknya warna cokelat kuning pada larutan yang diaduk dengan

menggunakan stirrer selama 3 jam yang dijaga konstan 70 . Larutan hasil

pengadukkan disaring menggunakan kertas saring untuk diambil filtratnya,

sedangkan residunya dari larutan dibuang.

a b

Gambar 19. (a) Mangan Alam (b) Larutan Hasil Leaching

Proses leaching (pencucian/pelarutan) mangan dari bahan dasar bijih

mangan menggunakan asam klorida telah diusulkan dan dipatenkan oleh

Abdrashitov (2001). Dalam proses ini, bijih Mn dapat larut dalam larutan 5% air-

20% HCl dan terjadi pembentukan MnCl2 (Zhang dan Cheng, 2007), sesuai reaksi

berikut (Sayilgan dkk., 2009).

MnO + 2HCl→MnCl2 + H2O (8)

Mn2O3 + 2HCl→MnO2 +MnCl2 + H2O (9)


39

Mn3O4 + 4HCl→MnO2 + 2MnCl2 +2H2O (10)

Larutan dengan kandungan ion-ion tersebut sangat penting sebagai bahan dasar

pembentukan nanopartikel mangan oksida. Luas permukaan partikel mangan

dipengaruhi oleh kemampuan daya larut HCl, semakin kecil luas permukaan

partikel, maka terjadi tumbukan yang lebih besar dengan pelarut sehingga

menyebabkan partikel tersebut dapat larut (Mahardika, 2008). Larutnya mangan

alam ditandai dengan terbentuknya warna kuning pekat pada larutan.

C. Preparasi Litium Tetraborate(Li2B4O7)

Preparasi Li2B4O7 dimulai dengan menimbang serbuk Li 2B4O7 sesuai

dengan variasi elektroda yang akan disintesis.Serbuk Li2B4O7 yang digunakan

merupakan bahan sintesis yang diperoleh melalui pembelian.

D. Sintesis dan Karakterisasi Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7

Sintesis graphene/MnxOy/Li2B4O7 dibuat dalam empat variasi komposisi

dengan perbandingan graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,2:0,4:0,6; 0,2:0,6:0,4;

0,2:0,5:0,5 dan 0,0:0,5:0,5 (gram) masing-masing dimasukkan ke dalam wadah

yang sudah disiapkan kemudian disonikasi selama 1 jam dan setelah itu distirrer

selama 1 jam. Proses sonikasi pada larutan graphene/MnxOy/Li2B4O7 dilakukan

agar partikel-partikel dalam larutan menjadi lebih kecil lagi dan larutan menjadi

homogen. Setelah distirer selama 1 jam, larutaan graphene/MnxOy/Li2B4O7 di

hidrotermal pada suhu 1800C selama 24 jam. Proses hidrotermal merupakan

proses pembentukan mineral yang terjadi disekitar sumber dari panas yang terjadi

akibat adanya injeksi dari sampel terhadap air sehingga mengalami pengkristalan.
40

Larutan graphene/MnxOy/Li2B4O7 yang telah dihidrotermal kemudian di keringkan

pada suhu 1800 C selama 3 jam.

Gambar 20. Proses Hidrotermal menggunakan hydrothermal autoclave

Sintesis elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dimulai dengan menggunakan

metode dip coating (pencelupan). Dalam metode ini badan elektroda (Nickel

foam) dicelup dalam larutan graphene/MnxOy/Li2B4O7 agar material tersebut dapat

terdispersi dengan baik ke dalam pori-pori nickel foam. Nikel foam yang

berukuran 3 9 mm dicelupkan kedalam larutan graphene/MnxOy/Li2B4O7 selama

15 menit kemudian dikeringkan.

Gambar 21. Nikel Foam terdekomposit graphene/MnxOy/Li2B4O7

1. Karakterisasi Graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan FTIR


41

Karakterisasi graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan FTIR berfungsi

untuk menganalisis gugus fungsi graphene oksida hasil sintesis. Rentang panjang

gelombang yang digunakan dari 500-4000 cm-1.

C-H
C-O C=C C=O O-H

Mn-O
C–O
C–H
C =C
Li-Mn C=O

O– H

Gambar 22. Spektrum FTIR dari graphene oksida dan graphene/MnxOy/Li2B4O7

Hasil pengukuran FTIR graphene/MnxOy/Li2B4O7 ditunjukkan pada gambar 22.

Hasil analisis pada gambar 22 menunjukkan bahwa spektrum FTIR

graphene/MnxOy/Li2B4O7 memiliki gugus fungsi O-H, C-H, C=C, C=H, dan C-O.

Data spektrum FTIR graphene/MnxOy/Li2B4O7 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data spektrum FTIR graphene oksida dan graphene/MnxOy/Li2B4O7.

Graphene oksida Graphene/MnxOy/Li2B4O7


Gugus Fungsi (cm-1) (cm-1)
O-H 3417,86 3415,33
(3200-3600 cm-1)
C=O 1720.50 1699,85
(1690-1760 cm-1)
42

C=C Aromatik 1571.99 -


(1500-1600cm-1)
C=C Alifatik - 1626,55
(1610-1680 cm-1)
C-O 1124.50 1155,36-1286,52
(1050-1300 cm-1)
C-H Aromatik - 812,03
(690-900 cm-1)
C–H Alifatik 2850.79-2918.30 -
(2850-2970 cm-1)
Mn-O - 673.23-408.92
(400-700 cm-1)
Li-Mn - 310

Tabel 2 di atas merupakan gugus-gugus fungsional yang teridentifikasi

danterdapat perbedaan puncak daerah serapan graphene Oksida dan

graphene/MnxOy/Li2B4O7, Puncak graphene Oksida yang telah hilang setelah

disintesis diantaranya C=C Aromatik stretching 1571,99 cm-1, C-H alifatik

stretching 2850,79-2918,30 cm-1. Perubahan intensitas gugus fungsi disebabkan

oleh perusakan dinding graphene yang menandakan bahwa graphene telah

teroksidasi, serta adanya daerah serapan Mn-O dan Li-Mn mengindikasikan

adanya mangan oksida dan litium mangan oksida. Menurut Prieto (2003) pada

wilayah serapan antara 700-400 cm-1 merupakan pita serapan yang khas dari

mangan oksida. Hal yang sama juga dikemukaan oleh Lale Rahayu (2018)

mengatakan 585 cm-1 yang tajam dan luas, dimana pada daerah ini merupakan

daerah sidik jari untuk magnetit.

2. Karakterisasi Graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan XRD

Pengukuran menggunakan instrument X-Ray Diffraction (XRD)

dilakukan untuk mengetahui struktur kristal dari graphene oxide dan komposit
43

graphene/Mn3O4/Li2B4O7 yang telah disintesis. Pengujian X-Ray Diffraction

(XRD) dilakukan pada sudut 2θ= 15-80ᴼ dan λ cu-ka= 1.54060 Ᾰ. Seperti yang

terlihat pada gambar berikut.

Gambar 23. Pola XRD grafit oksida dan graphene oxide hasil sintesis

Hasil analisis XRD menunjukkan adanya puncak intensitas dari grafit

oksida dengan sudut sebesar 2 = 26.5149 dengan dspacing 3.359 Å. Pada graphene

terdapat puncak baru yaitu 23.04 dengan dspacing 3.857 Å (Apriani, 2019). Hal ini

sejalan dengan penelitian terkait tinjauan graphene yang dilakukan oleh

Suwadana dan Diah (2015) yang menyatakan bahwa intensitas tertinggi pada

grafit oksidaterdapat pada 2θ = 26,49o dengan dspacing = 3,365 Å sedangkan

intensitas tertinggi pada graphene terdapat pada 2θ = 24,86o dengan dspacing = 3,578

Å. Perubahan jarak dan pergeseran sudut ke kiri terjadi ketika grafit oksida

berubah menjadi graphene yang disebabkan karena hilangnya gugus fenol, gugus

keton, gugus epoksi, gugus karboksil dan gugus karbonil . Nilai dspacing yang

menjadi lebih besar menunujukkan bahwa grafit telah tereduksi menjadi graphene

oxide.
44

Spektrum XRD graphene/MnxOy/Li2B4O7 dapat dilihat pada gambar 24


Boron
Litium
Carbon
Mn3O4
MnO2
LiMn2O4
LiMnO(0,89;1,96;3,64)
LiMnO(0,5;0,5;1)
LiMnO(0,93;1,84;3,72)

Gambar 24. Pola XRD dari graphene/MnxOy/Li2B4O7

Hasil karakterisasi XRD graphene terdoping mangan dapat dilihat pada

sudut 2θ = 30.51 dengan dspacing 2,9216 Å merupakan pola Kristal Mn3O4, sudut 2θ

= 34.14 dengan dspacing 2,6357Å merupakan pola Kristal MnO2 sedangkan pada

sudut 2θ = 39.85, 44.39, 57.85, 65.17, 69.84 dengan nilai dspacing berturut-turut

2,260 Å, 2,0390 Å, 1,5927 Å, 1,4251 Å, 1,3610 Å merupakan pola difraksi

menyerupai litium mangan oksida. Intensitas yang tinggi dari sudut 2θ= 44.39

mangan oksida menunjukan adanya logam-logam lain sebagai zat pengotor. Hal

tersebut dimungkinkan karena beberapa zat pengotor seperti Fe, Ni, Cu, Cr ikut

teranalisis menggunakan software match. Menurut (Zhang dkk, 2016) menyatakan

bahwa doping logam mempengaruhi intensitas puncak senyawa yang di doping.


45

Hasil karakterisasi XRD terkait litium mangan oksida juga dilakukan oleh

Wigayati dan Ibrahim (2018) menghasilkan pola difraksi XRD sebagai berikut:

Gambar 25. Pola Hasil XRD Li1,37Mn2O4(Wigayati dan Ibrahim, 2018)

Menurut Wigayati dan Ibrahim (2018), reaksi pembentukan Mn3O4

merupakan reaksi disorder dimana fasa pembentukan Mn3O4 hanya merupakan

pembentukan fasa impuritas saja dengan melalui reaksi antara MnO2 dengan

carbon dan menghasilkan Mn. Mn yang dihasilkan dari reaksi tersebut kemudian

bereaksi kembali dengan MnO2 yang masih tersisa sehingga menghasilkan Mn3O4.

Reaksi diprediksi sebagai berikut:

Tahap 1: nMnO2 (s) + n C (s) nMn (s) + n CO2 (g)

Tahap 2: 2n MnO2 (s) + n Mn (s) nMn3O4 (s)

Penentuan ukuran kristalin dari Kristal Litium mangan oksida pada komposit

dapat dihitung menggunakan persamaan Scherrer sebagai berikut :

(1)

dengan D adalah ukuran kristal, k adalah konstanta Scherrer (0,9), adalah

panjang gelombang sinar-X yang digunakan dan adalah lebar setengah puncak
46

(dalam radian), dan sudut difraksi Bragg (dalam radian). Hasil Perhitungan

ukuran kristal (D) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Nilai Diameter Kristalin Litium Mangan Oksida

Theta FWMH D rata-rata


2 (Rad) (rad) 0,9𝜆 cos theta (nm) (nm)
37,84 0,3297 0,004426 0,138768 0,99998 31,35598
39,52 0,344702 0,004058 0,138768 0,999982 34,20033
44,06 0,384301 0,004375 0,138768 0,999977 31,71865
57,48 0,501475 0,003911 0,138768 0,999961 35,48244 33,04622
64,44 0,56206 0,004394 0,138768 0,999951 31,58096
68,84 0,600438 0,004089 0,138768 0,999945 33,93895

Tabel 3 diatas merupakan rata-rata ukuran kristal litium mangan oksida yang

dihitung menggunakan persamaan Scherrer menghasilkan rata-rata ukuran Kristal

litium mangan oksida senilai 33,04622 nm.

3. Karakterisasi Graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan SEM-EDX

Karakterisasi dengan menggunakan SEM-EDX dilakukan untuk

memberikan informasi tentang bentuk morfologi permukaan elekroda

graphene/MnxOy/Li2B4O7 dan kandungan unsur-unsur yang terdapat dalam

elektroda.
47

a b

Gambar 26. Hasil SEM graphene/MnxOy/Li2B4O7


perbesaran 1000x(a); perbesaran 10.000x(b) dan
Nikel foam terdekomposit graphene/MnxOy/Li2B4O7(c).

Hasil SEM pada gambar 26a dan 26b morfologi permukaan

graphene/MnxOy/Li2B4O7 terlihat adanya partikel-partikel yang memanjang diduga

merupakan litium mangan oksida. Menurut Wigayati dan Ibrahim (2018) yang
48

mengatakan bahwa partikel litium mangan oksida berupa batang yang memanjang

dengan bentuk tidak seragam.

Gambar 27. Hasil SEM Li1,37Mn2O4(Wigayati dan Ibrahim,2018)

Hasil SEM pada Gambar 26c memperlihatkan bentuk dari nickel foam dan

morfologi persebaran graphene/MnxOy/Li2B4O7 yang telah di depositkan dalam

nickel foam. Nickel foam berbentuk seperti network atau sponge dengan bentuk

seperti jaring, Nickel foam berfungsi sebagai pengumpul arus akan memberikan

akses yang lebih mudah bagi elektrolit serta meningkatkan luas area kontak akibat

strukturnya yang berupa porous. Pada gambar 26c, nampak bahwa

graphene/MnxOy/Li2B4O7 telah berhasil di depositkan dan Terlihat pula bahwa

graphene/MnxOy/Li2B4O7 mengisi atau menutupi lubang yang ada di nickel foam.


cps/eV

4.0

3.5

3.0

2.5

B
2.0 Mn
O Mn

1.5

1.0

0.5

0.0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
keV
49

Gambar 28. Hasil EDX graphene/MnxOy/Li2B4O7

Karakterisasi graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan EDX menghasilkan

komposisi unsur seperti pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4. Unsur Penyusun graphene/MnxOy/Li2B4O7

Unsur Komposisi Unsur (%)


C -
Mn 11,27
Li -
O 21,67
B 35,80

Tabel 4 merupakan komposisi unsur dari komposit

graphene/MnxOy/Li2B4O7 dengan menggunakan EDX. Hasil yang dihasilkan

terdapat kekurangan yaitu tidak terdeteksi adanya unsur karbon. Hal tersebut

kemungkinan karena dalam proses pencampuran yang tidak merata serta jumlah

komposisi karbon yang terlalu sedikit dibanding logam-logam penyusun komposit

graphene/MnxOy/Li2B4O7 yaitu litium tetraborate dan mangan oksida.

4. Uji Kinerja menggunakan Cyclic Voltammetry (CV)

4.1. Uji Pengaruh Variasi Komposisi terhadap Kinerja Elektroda


Graphene/MnxOy/Li2B4O7
Uji Pengaruh variasi komposisi terhadap kinerja elektroda

graphene/MnxOy/Li2B4O7 dilakukan menggunakan metode cyclic voltammetry

(CV). Hal ini bertujuan untuk menentukan variasi komposisi terbaik dengan

menguji empat variasi komposisi graphene/MnxOy/Li2B4O7 yaitu 0,2:0,6:0,4;

0,2:0,4:0,6; 0,5:0,5:0,2 dan 0,:0,5:0,5 (gram). Keenam variasi tersebut diuji secara

bergantian dalam sel voltametri yang berisi larutan K3Fe(CN)6 0,1 M. Menurut
50

Buchari dan Suprapto (2014) K3Fe(CN)6 dalam sistem elektrokimia memiliki

reaksi yang cepat dengan proses transfer 1 elektron. Pada temperatur 25

menghasilkan (Epa/Epc)=1, sehingga reaksi elektrokimianya dianggap bersifat

reversible. Hasil pengukuran dari variasi komposisi graphene/MnxOy/Li2B4O7

ditunjukkan pada gambar 29.

a b

c d
51

Gambar 29
a.Voltamogram elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,2:0,6:0,4 (gram)
b. Voltamogram elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,2:0,4:0,6 (gram)
c. Voltamogram elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,2:0,5:0,5 (gram)
d. Voltamogram elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,0:0,5:0,5 (gram)
e. Voltamogram elekroda Graphene oxide

Gambar 29 di atas dari hasil pengukuran elekroda

graphene/MnxOy/Li2B4O7 menggunakan cyclic voltammetry (CV) menunjukan

voltamogram yang ideal dengan adanya efek pseudocapacitance yaitu berupa

adanya hump (gundukan) menandakan bahwa terjadi proses reduksi-oksidasi pada

sampel, sedangkan pada gambar elektroda graphene oxide yang tidak terdapat

gundukan menunjukan bahwa tidak ada proses reduksi-oksidasi selama pengujian.

Masing-masing puncak reduksi-oksidasi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Arus Puncak Oksidasi Reduksi Graphene/MnxOy/Li2B4O7

Jenis Elektroda Kerja Arus Puncak (A)


Graphene/MnxOy/Li2B4O7(Gram) Oksidasi Reduksi
0,2 : 0,4 : 0,6 5,87 10-5 -7,89 10-5
0,2 : 0,6 : 0,4 6,63 10-5 -1,46 10-4
0,2 : 0,5 : 0,5 3,36 10-5 -5,21 10-5
0 : 0,5 : 0,5 5,54 10-5 -2,02 10-4
52

4.2. Uji Pengaruh Variasi Laju Pindai (Scan Rate) terhadap Kinerja
Elektroda Graphene/MnxOy/ Li2B4O7

1. Laju Pindai (Scan Rate) terhadap Kinerja Elektroda Graphene Oxide

Pengujian scan rate terbaik dilakukan menggunakan elektroda graphene

dalam sel voltametri yang berisi larutan K3Fe(CN)6 0,1 M. Penggunaan

K3Fe(CN)6 untuk melihat responnya terhadap larutan elektrolit dengan adanya

puncak voltamogram terbaik pada perubahan scan rate. Variasi scan rate yang

digunakan yaitu 0,05; 0,01 dan 0.005 V/s. Pengukuran elektroda

graphene/MnxOy/Li2B4O7 dengan voltametri siklik dilakukan pada rentang

potensial awal 0 V, potensial balik 0.5 V dan potensial akhir 0 V. Rentang

potensial tersebut digunakan untuk mengetahui pembentukan puncak oksidasi-

reduksi dari elektroda kerja graphene oksida. Analisis voltamogram pengaruh

scan rate terhadap elektroda graphene oksida dapat dilihat pada gambar 30.

Gambar 30. Voltamogram variasi scan rate elektroda graphene oxide

Hasil voltagram pada gambar diatas memperlihatkan bahwa elektroda

graphene menunjukan voltagram yang baik pada scan rate 0,05 V/s dan 0,01 V/s.
53

Kurva persegi panjang pada scan rate 0,05 V/s dan 0,01 V/s berarti proses

penyimpanan berlangsung stabil, besarnya rapat arus hampir tetap seiring

bertambahnya beda potensial dan saat discharging, muatan yang keluar pun tetap

stabil, sedangkan voltagram pada scan rate 0,005 V/s menunjukan kurva yang

kurang baik dengan proses penyimpanan yang tidak stabil. scan rate yang

diberikan kecil maka aliran tegangan dapat masuk sampai ke dalam elektroda

material graphene sedangkan ketika scan rate yang diberikan tinggi maka aliran

tegangan hanya melewati bagian permukaan dari elektroda material graphene saja

(Adhitiawan dan diah, 2013). Hasil voltagram pada scan rate 0,005 V/s yang

tidak stabil kemungkinan disebabkan karena banyaknya ion-ion elektrolit yang

terdifusi pada elektroda graphene sedangkan graphene pada elektroda terlalu

sedikit.

2. Laju Pindai (Scan Rate) Terhadap Kinerja Elektrodagraphene/MnxOy/ Li2B4O7

a b
54

c d

Gambar 31 a.Elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,2:0,6:0,4 (gram)


b.Elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,2:0,4:0,6 (gram)
c.Elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,2:0,5:0,5 (gram)
d.Elekroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 0:0,5:0,5:0 (gram)

Hasil voltamogram pada gambar memperlihatkan semakin besar scan rate

dalam pengukuran sampel, maka semakin lebar voltamogram yang dihasilkan

(Suwandana dan Diah, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa elektroda tersebut

mampu menerima transfer elektron dengan baik dalam keadaan yang cepat dan

jika menerima transfer elektron yang cepat maka akan terjadi arus dengan

voltamogram yang dihasilkan semakin sempit. Berdasarkan hasil pengukuran

tersebut maka scan rate 0,05 V/s menjadi scan rate terbaik. Semakin besar scan

rate maka puncak oksidasi reduksinya semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel 6.

Tabel 6. Puncak oksidasi reduksi elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7


Jenis scan rate Arus Puncak (A)
Jenis Elektroda (V/s) Oksidasi Reduksi
0,05 2,65 10-4 -2,69 10-4
Graphene/MnxOy/Li2B4O7
(0,2 : 0,6 : 0,4) gram 0,01 1,05 10-4 -9,74 10-5
0,005 6,63 10-5 -1,46 10-4
55

0,05 1,67× 10-4 -2,24 × 10-4


Graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,01 3,00× 10-5 -1,07 × 10-4
(0,2 : 0,4 : 0,6) gram
0,005 5,87 × 10-5 -7,89 × 10-5
0,05 1,31× 10-4 -1,20 × 10-4
Graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,01 6,82 × 10-5 -6,60 × 10-5
(0,2 : 0,5 : 0,5) gram 0,005 3,36× 10-5 -5,21 × 10-5
0,05 1,18× 10-4 -3,05 × 10-4
Graphene/MnxOy/Li2B4O7 0,01 9,38 × 10-5 -1,78 × 10-4
(0 : 0,5 : 0,5) gram
0,005 6,63× 10-5 -2,02× 10-4

Umumnya scan rate yang tinggi mengakibatkan lapisan difusi yang

dihasilkan semakin menipis, sehingga transfer elektron pada permukaan

elektrodamenjadi lebih mudah dan arus puncak yang dihasilkan juga semakin

besar. Sebaliknya, scan rate yang kecil mengakibatkan lapisan difusi yang

dihasilkan semakin tebal, sehingga proses transfer elektron di permukaan

elektroda lambat dan arus puncak mengalami penurunan (Yulianto dan Setiarso,

2014). Puncak reduksi oksidasi pada masing-masing komposisi elektroda terjadi

pada potensial 0,14 V dan 0,26 V.

4.3.Uji Pengaruh Variasi Siklus terhadap Kinerja Elektroda Kerja

1.Uji Pengaruh Variasi Siklus terhadap Kinerja Elektroda Graphene Oksida

Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kestabilan suatu

elektroda dilakukan dengan cara pengukuran secara terulang. Metode ini menjadi

salah satu uji presisi untuk memperoleh derajat kesesuaian antara hasil uji

individual yang diukur melalui berbagai hasil individual dari rata-rata jika

prosedur ditetapkan secara berulang (Irdhawati et al., 2015). Keberulangan


56

elektroda kerjadalam pengujian dilakukan dengan menggunakan metode cyclic

voltammmetry untuk mengetahui reversibilitas elektroda dengan menganalisis

terbentuknya puncak oksidasi dan reduksi sehingga menghasilkan voltamogram

yang stabil. Hasil voltammogram cyclic voltammmetry dari elektroda graphene

menggunakan elektrolit K3Fe(CN)6 dengan keterulangan 5, 15 dan 25 siklus

ditunjukkan pada gambar

a b

Gambar 32a.Voltamogram 5 siklus graphene oksida


b.Voltamogram 15 siklus graphene oksida
c.Voltamogram 25 siklus graphene oksida

Voltagram dari graphene oksida pada 5, 15 dan 25 siklus menunjukan

votagram yang sama dimana memiliki arus yang tinggi pada siklus pertama

namun kuat arus akan menurun pada siklus kedua. Setelah itu arus kembali
57

c
mengalami perubahan pada siklus ke 3 hingga siklus ke 25 namun tidak secara

signifikan. Elektroda graphene oksida menunjukan hasil voltagram yang stabil

mulai dari siklus ke 2 sampai siklus ke 25.

2. Uji Pengaruh Variasi Siklus Terhadap Kinerja Elektroda


Graphene/MnxOy/Li2B4O7
a. Variasi 5 Siklus Terhadap Kinerja Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7

b
a

Gambar 33.a. Voltamogram 5 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,6:0,4) gram


b.Voltamogram 5 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,4:0,6) gram
c.Voltamogram 5 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,5:0,5) gram
2. Variasi 15d.Voltamogram
Siklus Terhadap5 Kinerja Elektroda Graphene/Mn
siklus graphene/Mn 3O4/Li2B4O gram
xOy/Li2B4O7 (0,0:0,5:0,5)

b. Variasi 15 Siklus Terhadap Kinerja Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7


58

Gambar 34.a.Voltamogram 15 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,6:0,4) gram


c. Variasi 25 Siklus Terhadap
b.Voltamogram 15Kinerja Elektroda Graphene/Mn
siklus graphene/Mn Oy/Li2B4O7 gram
xOy/Li2B4O7 x(0,2:0,4:0,6)
c.Voltamogram 15 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,5:0,5) gram
d.Voltamogram 15 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,0:0,5:0,5) gram

a b
59

c d

Gambar 35 a.Voltamogram 25 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,6:0,4) gram


b.Voltamogram 25 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,4:0,6) gram
c.Voltamogram 25 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,5:0,5) gram
d.Voltamogram 25 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,0:0,5:0,5) gram

Hasil pengukuran terhadap elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7

memperlihatkan kestabilan siklus yang berbeda seiring pertambahan siklus. dari

keempat elektroda tersebut yang mengalami kestabilan yang kurang baik adalah

elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,0:0,5:0,5) gram. elektroda ini, pada siklus 5

masih mempertahankan kestabilannya namun pada siklus ke 15 mulai mengalami

perubahan baik pada arus keluar katodik maupun arus masuk anodik.

Voltamogram 15 siklus graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,4:0,6) gram mengalami

perubahan voltamogram hanya pada arus keluar oksidasi. Siklus ke 25

graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,4:0,6) gram dan graphene/MnxOy/Li2B4O7

(0,0:0,5:0,5) gram mengalami perubahan voltamogram pada arus reduksi maupun

oksidasi sedangkan pada graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,6:0,4) gram dan

graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,5:0,5) gram mengalami perubahan voltamogram

hanya pada arus anodik, namun tidak secara signifikan.

5. Kestabilan Kapasitas Spesifik Elektroda Graphene/MnxOy/Li2B4O7


60

Kestabilan kapasitas spesifik elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dapat

diketahui dengan cara melakukan keberulangan pengukuran. Hal ini bertujuan

untukmenunjukkan kepresisian, seberapa dekat perbedaan nilai pada saat

dilakukan pengulangan pengukuransemakin dekatnya perbedaan nilai dari

pengukuran sebelumnya maka semakin presisi nilai yang diperoleh. semakin

presinya nilai yang diperoleh menunjukkan kestabilan yang baik (Irdhawati et al.,

2015). Kestabilan kapasitas spesifik elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dapat

dilihat pada gambar 36.

Gambar 36.Grafik kestabilan kapasitas spesifik


elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7

Gambar 36 menunjukkan kapasitas spesifik tertinggi yaitu pada elektroda

graphene/MnxOy/Li2B4O7 (0,2:0,6:0,4) gram. Variasi komposisi pada elektroda

graphene/MnxOy/Li2B4O7 memperlihatkan semakin meningkatnya mangan oksida

maka akan meningkatkan kapasitas spesifiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa

komposisi mangan oksida mampu menjadi penukar ion yang baik jika digunakan

pada katoda serta mampu untuk menjadi pengumpul ion litium yang baik pada

anoda jika dikomposisikan dengan graphene. Adanya penambahan graphene

menyebabkan komposit litium mangan oksida menjadi lebih stabil. Kapasitas


61

spesifik tertinggi kedua yaitu elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dengan

komposisi 0,0:0,5:0,5 (gram). Komposisi litium mangan oksida tanpa graphene

oxide, kurang baik digunakan sebagai anoda baterai namun baik digunakan

sebagai katoda baterai. Tabel 5 puncak arus reduksi oksidasi dapat dilihat di mana

puncak arus reduksi tertinggi dimiliki oleh elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7

dengan komposisi 0,0:0,5:0,5 (gram) sedangkan puncak arus oksidasi tertinggi

dimiliki oleh elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dengan komposisi 0,2:0,6:0,4

(gram). Namun elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 komposisi 0,0:0,5:0,5 (gram)

dengan kapasitas tertinggi kedua memiliki kestabilan kurang baik dimana terjadi

penurunan kapasitas spesifik pada setiap siklusnya.

Beberapa penelitian tentang elektoda baterai seperti penelitian yang telah

dilakukan oleh Yurwendra dan Lukman (2014) mensintesis material Li 5FePO4

menghasilkan nilai kapasitas yang dihasilkan sekitar 8 mAh/gr dengan kapasitas

yang hilang setelah 100 siklus sebesar 73,7 % sedangkan pada penelitian ini,

pengukuran elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 menghasilkan kapasitas spesifik

13,56 mAh/g (Lampiran 5. Kapasitas spesifik graphene/MnxOy/Li2B4O7).

Kapasitas dari elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dilihat berdasarkan Gambar 36

terlihat lebih stabil dibandingkan komposisi elektroda tanpa adanya graphene

yang mengalami penurunan setiap siklusnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

penambahan karbon dapat memperbaiki konduktivitas elektronik dan

meningkatkan stabilitas elektroda sehingga elektron bergerak lebih stabil. Namun,

penambahan karbon yang berlebihan dapat menurunkan kapasitas spesifik

elektroda karena dapat menyebabkan mengaglomerat (penggumpalan) pada


62

material elektroda yang dapat mengurangi sifat konduktivitas ioniknya

(Yurwendra dan Lukman, 2014).

Kestabilan kapasitas spesifik dari keempat elektroda secara umum

memiliki kestabilan yang baik, dalam perjalanannya terjadi penurunan kemudian

meningkat kembali. Menurut Shuhua et. al., (2015) penurunan ataupun

peningkatan nilai kapasitas dalam perjalanan siklusnya disebabkan oleh naik

turunnya difusi ion dan laju transpor elektron sehingga mempengaruhi kapasitas

spesifiknya. Gambar 36 mengindikasikan sifat elektrokimia yang baik pada

elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 sehingga sangat cocok sebagai bahan

elektroda baterai lithium ion.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Telah dilakukan sintesis graphene/MnxOy/Li2B4O7 dengan fasa kristal yang

dominan dari hasil XRD yaitu litium mangan oksida dan diameter kristal rata-

rata 33,04 nm. Keberadaan litium mangan oksida didukung dengan hasil

karakterisasi FTIR adanya gugus Mn-O dan Li-Mn pada spectrum 673.23-

408.92 dan 310 cm-1 dan SEM-EDX adanya unsur berupa Mn, B, Li dan O.

Hasil karakterisasi tersebut menunjukan sintesis graphene/MnxOy/Li2B4O7 telah

berhasil dilakukan.

2. Sifat elektrokimia elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dengan metode cyclic

voltammetry menunjukan kestabilan voltamogram hingga siklus ke 25.

Penambahan mangan oksida dan litium tetraborate menyebabkan voltamogram

yang dihasilkan menjadi lebih besar dan memiliki gundukan (hump) dari hasil

voltamogram graphene oksida murni. Puncak oksidasi reduksi elektroda

graphene/MnxOy/Li2B4O7 terdapat pada tegangan 0,14 V dan 0,26 V.

3. Nilai kapasitas spesifik tertinggi elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dengan

variasi komposisi 0,2:0,6:0,4 (gram) sebesar 13,56 mAh/g.

B. Saran

Perlu dilakukannya penelitian variasi komposisi graphene untuk

mengetahui komposisi terbaik graphene dalam material elektroda.

62
DAFTAR PUSTAKA

Adhytiawan, A. A. dan Diah S., 2013, Pengaruh Variasi Waktu Tahan


Hidrotermal terhadap Sifat Kapasitif Superkapasitor Material Graphene,
Jurnal Teknik Pomits, 2(1) : 2301-9271

Agusu, L. dan Yuliana, 2017, Fabrikasi Komposit Graphene/TiO2/Pani sebagai


Bahan Elektroda Baterai Lithium Ion (Li-Ion), Jurnal Aplikasi Fisika,
13(1) : 33-40.

Andriani, V., 2007, Pengembangan Sensor Voltametri N2O dengan Optimalisasi


Polarisasi Elektroda dan Konsentrasi Elektrolit Menggunakan Elektroda
Kerja Perak (Ag), Skripsi Universitas Jember.

Arisandi, D.M., 2007, Pengaruh Pemanasan dan Jenis Surfaktan pada Sifat
Megnetik Ferofluida Berbahan Dasar Pasir Besi, Tugas Akhir, Institut
Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Atabaki dan Kovacevic, 2013, The electronic Properties of Graphene, Rev.


modern Physic Journal of the American Physical Society.

Azizah, F., 2016, Sintesis Grafit Terlapis Karbon (Citric Acid) dengan Variasi
Komposisi sebagai Bahan Anoda pada Baterai Ion Lithium, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Beidu G., Fang l. and Zhang B., 2011, Graphene Doping. Review Paper
Insciences J.1(2) : 80-89

Bolotin,K.I, Sikes, K.J, Jiang, Z., Klima, M., Fudenberg, G., Hone, J., Kim, P.
dan Stormer, H.I., 2008, Ultrahigh Electron Mobility in Suspended
Graphene, Solid State Commun, 146(1): 351-355.

Brady, J., 2010, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Binarupa Aksara,
Tangerang.

Brindan T., Vikrant S. and Sonia G., 2015, Heavily Nitrogen Doped Graphene
Supercapacitor from Silk Cocoon, Electrochimica Acta,160(2015) : 244–
253

Buchari dan Suprapto, 2004, Studi Elektrokimia Sistem Fe(III)/Fe(II) dalam


Lelehan KOH secara Voltametri Siklis, Jurnal Matematika dan Sains, 9(1)
: 193 – 197.
Buchman, I., 2015, Baterai University, Gramedia, Jakarta.

63
64

Cai, D., Peichao L., Xuefeng Z., Shuzhao L., Weishen Y. and Haihui W., 2012,
High Specific Capacity of TiO2-Graphene Lithium-Ion Nanocomposite as
an Anode Material for Batteries in an Enlarged Potential Window,
Electrochimica Acta. 7(4) : 65-72.

Carp,O.,HuismanC.L., RellerA., 2004, Photoinduced Reactivity of Titanium


Oxide, Prog.Solid State Chem., 32(1) :33-177.

Chen, J., Del Genio A.D., Carlso B.E. and Bosilovich M.G., 2008, The
spatiotemporal Structure of Twentieth-century Climate Variations in
Observations and Reanalyses, J. Climate, 2(1) : 2611-2633.

Choi, S.M.,Wonbong dan Lee, J., 2011, Synthesis and Characterization of


Graphene-Supported Metal Nanoparticles by Impregnation Method with
Heat Treatment In Atmosphere, Synthetic Metals, 161: 2405-2411.

Chotimah,K., 2012, Preparasi dan Karakterisasi N-Doped TiO2 dengan Metode


Anodisasi Serta Uji Aktivitas Degradasinya Terhadap Zat Warna Congo
Red, Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.

Chunhui T., Suqin H., Jing C., Abdul M. K., Feipeng C., Bo J. and Gai Y., 2014,
High-Performance Tin Oxide-Nitrogen Doped Graphene Aerogel Hybrids
as Anode Materials for Lithium-Ion Batteries, Journal of Power Sources,
270(1).

Daulay, E., 2005, Spektroskopy Scanning Electron Microscope, Liberty,


Yogyakarta.

Dewi, I.S., 2017, Sintesis dan Karakterisasi Komposit Alginat-Hematit-Kitosan


Terlapis TiO2 untuk Adsorpsi dan Fotodegradasi Zat Warna Rhodamin B,
Skripsi UHO Kendari.

Dreyer, D.R., Park, S., Bielawski, C.W. dan Ruoff, R.S., 2009, The Chemistry of
Graphene Oxide, Chemical Society Review, 39(1) : 228-240.
Elena, J., Manea D. L., 2012, Application of X Ray Diffraction (XRD) and
Scanning Electron Microscopy (SEM) Methods to The Portland Cement
Hyration Process, Journal of Applied Engineering Science, 2(15) : 35-42.

Eriksson, T., 2001, LiMn2O4 as a Li-Ion Battery Chatoda from Bulk to Electrolyte
Interfase. Uppsala University, Sweden.

Faust, B., 1998, Modern Chemicals Techniques, Royal Society of Chemistry,


London.
65

Fitria, D., 2016, Electron Microscopy Investigation and Electrochemical


Performance of Carbon-coated LiFe7Mn2NiPO4 and TiO2 for Lithium Ion
Battery, LIPI, Jakarta.

Geng., D., Songlan Y., Yong Z., Jinli Y., Jian L., Ruying L., Tsun K. S.,
Xuenliang S., Siyu Y. and Shanna K., 2011, Nitrogen Doping Effects on
the Structure of Graphene, Applied Surface Science, 257(2011): 9193–
9198.

Gong, Y., Li D., Fu Q. and Pan C., 2015, Influence of Graphene Microstructures
on Electrochemical Performance for Supercapacitors, Progress in Natural
Science: MaterialsInternational, 25(5) : 379-385.

Guo,Meili,DuJ.,2010,First Principles Study Of Electronics Structuresand Optical


Properties of Cu, Ag and Au-doped Anatase TiO2, Tianjin
University,China.

Gupta, S.M. dan Triphathi M., 2011, A Review of TiO2Nanoparticles, Physical


Chemistry, 56(1):1639-1657.

Guoqiang, J., Yunhua X., Li-Chung L., Chunsheng W. and Michael R. Z., 2014,
Mn3O4 Hollow Spheres for Lithium-Ion Batteries with High Rate and
Capacity, Journal of Materials Chemistry, 2(1) : 4627–4632.

Harper,J.C., Christensen P.A., EgertonT.A., CurtisT.P., dan Gunlazuardi J., 2001,


Effectof Catalyst Typeon The Kinetics of The Photoelectrochemical
Disinfection of Water Inoculated with E. Coli, J. Applied
Electrochemistry, 31(6) :623-628.

Hastutiningrum, S., Purnawan, E., Nurmaitawati, 2015, Penurunan Kadar Besi


(Fe) dan Mangan (Mn) dalam Air Tanah dengan Metode Aerasi
Conventional Cascadedan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade,
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan, 1693-4393.

Hendayana, S., 1994, Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang, Semarang.

Hidayah, 2015, Aplikasi Graphene untuk Lithium Ion Battery, Skripsi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

House, V. E. and Ross, F., 2007, “Anode’r’way” – Why the anode yields better
result, Altair nanotechnologies, (Altairnano) Inc.
Hutomo,D.W.,2012,SintesisdanKarakterisasi FotokatalisMn2+ZnOBerbasisZeolit
Alam,Skripsi,UniversitasIndonesia,Depok.

Irdhawati, Manuntun, M. dan Kadek, A.S., 2015, Deteksi Dopamin Secara


Voltametri Menggunakan Elektroda PastaKarbon Termodifikasi Eter
66

Mahkota (Dibenzo-18-Crown-6). Jurnal Kimia Mulawarman, 12(2): 68-


74.

Ismunandar, 2006, Padatan Oksida Logam, Institut Teknologi Bandung,


Bandung.

Ilhami, M.R. dan Diah, S., 2014, Pengaruh Massa Zn Dan Temperatur
Hydrotermal terhadap Struktur dan Sifat Elektrik Material Graphene,
Jurnal Teknik Pomits, 3(2) : 185-190.

JansiraniB., Ravina M., Ravi G., Ravichandran S., Ganesh V. and Yuvakkumar
R., 2018, Synthesis and Characterization of Hausmannite (Mn3O4)
Nanostructures, surfaces and Interfaces, 1(1). : 1-30.

Jianhui, Z., Jun N., Zhiwei Z., Ning L., Jie L., and Fuyi C., 2017, Energy-Efficient
Fabrication of A Novel Heterojunction Multivalence Mn3O4-MnO2 for Dye
Degradation Under Visible Light Irradiation, Applied Catalysis
Environmental202 (1) : 509–517.

Kalanur, S.S., Jaldappagari S. dan PrashanthS.N., 2010, Voltammetric Sensor for


Buzepide Methiodide Determination Based on TiO 2Nanoparticle-
Modified Carbon Paste Electrode, Colloids and Surfaces B: Biointerfaces,
78(1) : 1-5.

Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia,


Jakarta.

Linden, D., 1994. Handbook of Solid State Batteries and Capacitors, Word
Sciencetific. Singapore.

Mahardika, P.A, 2008, Kajian Sifat Megnetik (Fe3O4) Hasil Penumbuhan dengan
Metode Presipitasi Berbahan Dasar Pasir Besi, Tesis, Program Magister
Fisika InstitutTeknologi, Bandung.

Martin, W., and Ralph J. B., 2004, Batteries, Fuel Cells, and Supercapacitors,
American Chemical Society, USA.

Masrukan, 2008, Analisis Kualitatif dengan Menggunakan Teknik Difraksi Sinar-


X pada Penambahan Unsur Zr Terhadap Pembentukan Fasa Paduan U-
Zr, Urania, Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan
Puspiptek Serpong, Tangerang.

Munshi, 1995, Handbook of Solid State Batteries and Capacitors, Word


Sciencetific. Singapore.
67

Netro, C.A.H., Guinea, F,. Peres, N.M.R., Novoselov, K.S. dan Geim, A.K., 2009,
The Electronic Properties of Graphene Rev. Modern Physics, Journal of
The American Physical Society, 81(1) : 109-162.

Nurjana, 2015, Pembuatan Elektroda Ag-N-TiO2/Ti dan Aplikasinya terhadap


Degradasi Senyawa Rhodamin B secara Fotoelektrokatalisis, Skripsi,
Universitas Halu Oleo, Kendari.

Nuwaiir, 2009, Kajian Impedansi dan Kapasitansi Listrik pada Membran Telur
Ayam Ras, Skripsi IPB Bogor.

Nuzully, S., Takeshi, K., Satoshi, I., dan Edi, S., 2013, Pengaruh Konsentrasi
Polyethylene glycol (PEG) pada Sifat KemagnetanNanopartikel Magnetik
PEG-Coated Fe3O4, Jurnal Fisika Indonesia, 17(51).

Ollis, D.F. dan Elkabi, 1993, Photocatalytic Purification and Treatment of Water
and Air, Elsevier, Amsterdam.

Prasetyo, A., 2012, Graphene, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Putri, P. J., Ratnawulan dan Gusnedi, 2015, Analisis Struktur Bijih Mangan Hasil
Proses Sinter yang Terdapat di Nagari Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh
Kabupaten Pasaman Barat, Pillar of Physics, 5(1): 105-112.

Rafitasari, Y., Haris S., Nurul I. dan Fitri L., 2016, Sintesis Graphene Oxide dan
Reduced Graphene Oxide, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)
SNF2016, 5(1) : 1-4

Ramadhani, D., 2011, Penelitian Material Komposit Berpenguat Serat Alam


untuk Wadah Ikan Hidup Portable, Jurnal Teknik Kimia, 1(1) : 8-9

Reiger, P.H., 1994, Electrochemistry 2nd edition, Chapman and Hall Inc., USA.

Rohman, F.,2012,Aplikasi Graphene untuk Baterai Litium Ion, Skripsi ITB


Bandung.

Roylance, D., 2000, Introduction to Composite Materials, Department of


Materials Science and Engineering Massachusetts Institute of
Technology Cambridge, MA 02139

Safitri, D. A., 2017, Analisa Pengaruh Doping Nitrogen terhadap Sifat Kapasitif
Superkapasitor Berbahan Graphene, Skripsi, Istitut Sepuluh November,
Surabaya.
68

Sanjaya, H., Syukri A. dan Admin A., 2013, Pembuatan Lapisan Tipis TiO2 pada
Plat Kaca dengan Metode Dip Coating dan Uji Aktivitas Fotokatalisnya
pada Air Gambut, Chemical Material, 1(1) : 1-5

Sari, K., 2015, Pembuatan Baterai Lithium Menggunakan Bahan Aktif


Mesocarbon Microbead (MCBC) sebagai Anoda dengan Variasi
Presentase Berat Pelarut N,N-Dimethyl Acetamida (DMAC), Skripsi,
USU, Sumatera Utara.

Schlute, K., 2004, Soil And Applied Manganese, Understanding Plant Nutrients,
Madison, University of Wisconsin.

Scholz, F., 2010. Elektroanalytical Methods : Guide to Experiments and


Application, Springer, USA.

Shao, G., Lu, Y., Wu, F., Yang, C., Zeng, F. dan Wu, Q., 2012, Graphene oxide:
The Mechanisms of Oxidation and Exfoliation, J. Mater. Sci., 47(10):
4400-4409.

Shuhua, Y., Yuan L., Xuefeng S., Peng Z. and Lian G., 2015, Covalently Coupled
Ultrafine H-TiO2 Nanocrystals/Nitrogen-doped Graphene Hybrid
Materials for High-Performance Supercapacitor, ACS Applied Materials
& Interfaces, 1(1) : 1-26

Srinivasu, P., Surya P. S., Ashraful I. and Liyuan H., 2011, Novel Approach for
the Synthesis of Nanocrystalline Anatase Titania and Their Photovoltaic
Application, Advances in Opto Electronics, 539382 : 1-5.

Sudhakar, S.,Krishna K. J.,Gouse P. S. and Arun P. R., 2017, Green Synthesis of


N-Graphene By Hydrothermal-Microwave Irradiation for Alkaline Fuel
Cell Application, International Journal of Recent Scientific Research,
8(8).

Supriyanto, E., Ashanal, H. dan Suwardiyanto, 2014, Pengaruh Thermal


Annealing terhadap Struktur Kristal dan Morfologi Bubuk Titanium
Dioksida (TiO2), Jurnal Ilmu Dasar, 15(1) : 6-12.

Skoog, D.A. dan Leary, J.J., 1992, Principle of Instrumental Analysis4th Ed.,
Saunders College Publishing, USA.

Skoog, D.A. dan Leary, J.J., 1998, Principle of Instrumental Analysis5th Ed.,
Saunders College Publishing, USA.

Slamet, Arbianti R., Marliana E., 2006, Pengolahan Limbah Cr (VI) dan Fenol
dengan Fotokatalis Serbuk TiO2 dan CuO/TiO2, Reaktor, 11(2) :78-85.
69

Smallman, R. and Bishop R., 1999, Modern Physics Metallurgy and Materials
Engineering.Butterworth-Heinemann, Oxford.

Smith, B., 1996, Fundamentals of Fourier Transform Infrared Spectroscopy, CRC


Press, Washington, D.C.

Stoller, M.D., Park, S.J., Zhu, Y.W., An, J.H. dan Ruoff, R.S., 2008, Graphene-
Based Ultracapacitors, Nano Lett, 8(1) : 3498-3502.

Sudhakar, S.,Krishna K. J.,Gouse P. S. and Arun P. R., 2017, Green Synthesis of


N-Graphene By Hydrothermal-Microwave Irradiation for Alkaline Fuel
Cell Application, International Journal of Recent Scientific Research,8(8)

Sunardi, S., 2006, Unsur Kimia, Yrama Widya, Jakarta.

Sun, L., Lei W., Chungui T. Taixing T., Ying X., Keying S., Meitong L. and
Honggang F., 2012, Nitrogen-Doped Graphene With High Nitrogen Level
Via A One-Step Hydrothermal Reaction of Graphene Oxide with Urea for
Superior Capacitive Energy Storage, RSC Advances, 2(1) : 4498–4506.

Supriyanto, E., Ashanal, H. dan Suwardiyanto, 2014, Pengaruh Thermal


Annealing terhadap Struktur Kristal dan Morfologi Bubuk Titanium
Dioksida (TiO2), Jurnal Ilmu Dasar, 15(1) : 6-12

Surianty, L., 2013, Analisis Sifat Listrik Komposit Polianilin (Pani) Terhadap
Penambahan Bottom Ash Sebagai Elektroda Superkapasitor. Jurnal
FisikaUnand, 2(2).

Suwandana, Rahman F., dan Susanti, Diah, 2015, Analisis Pengaruh Massa
Reduktor Zinc terhadap Sifat Kapasitif Superkapasitor Material Graphene
Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Jurnal Teknik ITS, 4(1).

Syukri, S., 1999,Kimia Dasar, ITB, Bandung.

Tashkhourian, J., Nami S.F.A., Hashemnia dan Hormozi, M.R.N., 2013,


Construction of a Modified Carbon Paste Electrode Based on TiO 2
Nanoparticles for the Determination of Gallic Acid, Journal Solid State
Electrochem, 17(1) : 157–165.

Taufiq A., Triwikantoro. Pratap S., dan Darminto. 2008. Sintesis Partikel Nano
Fe3-xMnxO4 Berbasis Pasir Besi dan Karakterisasi Struktur Serta
Kemagnetan. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi, 4(2).

Tjahjanto, R.T. dan Gunlazuardi, J., 2001, Preparasi Lapisan Tipis TiO 2 sebagai
Fotokatalis:Keterkaitan antara Ketebalan dan Aktivitas Fotokatalisis,
70

Jurnal Penelitian Universitas Indonesia, 5(2): 81-91.

Urquhart, A. W., 1991, A Review of Lanxide Composite Technologi, Mat.


Science and Technologi. USA.

Wang, J., 1994, Analytical Electrochemistry, A John Wiley and Sons Inc., USA.

Wang, J., 2000, Analytical Electrochemistry 2nd edition, A John Wiley and Sons
Inc., USA.

Warren, E., 1969, X-Ray Diffraction, Addittion-wesley pub: Messachssetfs.

Xing, Z., Zhicheng J., Yulong Z., Jialu W., Yabo Z., Yinghuai Q. and Yitai Q.,
2016, One-pot hydrothermal synthesis of Nitrogen-doped graphene as
highperformance anode materials for lithium ion batteries,Scientific
Reports, 6 (26146) : 1-10.

Yang, S., Yuan L., Xuefeng S., Peng Z. and Lian G., 2015, Covalently Coupled
Ultrafine H-TiO2 Nanocrystals/Nitrogen-Doped Graphene Hybrid
Materials for High-Performance Supercapacitor, ACS Applied Materials &
Interfaces, 1(1) : 1-26

Yixing, Y., Panpan W., Changhao L., Hongmei S., Zhenfei T. and Jun L., 2015,
Structural and Electrochemical Evaluation of TiO2/Graphene Oxide Based
Sandwich Structure for Lithium Ion Battery Anodes, Electronic
Supplementary Material (ESI) for RSC Advances, 1(1) : 1-3.

Yuanzhan, W., Suqin L., Haiyan W., Xiwen W., Xia Z. and Guanhua J., 2013, A
Novel Solvothermal Synthesis of Mn3O4/graphene Composites for
Supercapacitors. Electrochimica Acta, 1(1) : 210-218.

Yu. F., Lo S. T., Lin J. C., Zhang W., Lu J. Y., Liu F. H. and Li L. J., 2013,
Nitrogen Doped Graphene Sheets Grown by Chemical Vapor Deposition:
Synthesis and influence of nitrogen impurities on carrier transport, ACS
nano, 7(8) : 6522-6532.
Yuliana, 2016, Fabrikasi Komposit Graphene/TiO2/Pani sebagai Bahan
Elektroda Baterai Lithium-Ion (Li-Ion), Skripsi, Skripsi UHO Kendari.

Yulianto, A., 2014, Pengaruh Temperatur Hydrothermal terhadap Performa


Elektrokimia LiFePO4 sebagai Katoda Baterai Ion Lithium Type Aqueous
Elektrolit.Jurnal Teknik Pomits, 3(2).

Yulianto, A. dan Setiarso M., 2014, Pengaruh Suhu Sintering Dalam Sintesis
Litium Besi Fosfat Terkomposit Karbon Sebagai Bahan Katode Baterai
Ion Litium.Jurnal Material dan Energi Indonesia, 6(2).
71

Zhamu, Lingyu, Xiajun Z., Xiao P. L., Yang B. dan Ronghai Y., 2012,
Hydrotermal Synthesis of Magnetic Fe3O4/Graphene Composite with good
Electromagnetic Microwave Absorbing Performance, Journal of
Magnetism and Magnetic Materials School of Materials Science and
Engineering, Beihang University, Beijing 100191, China.

Zhou, Q., Zhang, M.C., Shuang, C.D., Li, Z.Q. dan Li, A.M., 2012, Preparation of
A Novel Magnetic Powder Resin for the Rapid Removal of Tetracycline in
the Aquatic Environment, China Chemistry Letters, 23 (1) : 745-748.

Zumdahl, S. S. and Susan A. Z., 2007, Chemistry Seventh Edition, Houston


Mifflin Company. USA
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambaran Umum Alur Penelitian

Grafit Mangan alam Li2B4O7

Graphene
Leaching Oksida
Mangan Alam

Graphene/MnxOy/Li2B4O7

Karakterisasi Pengujian dengan Cyclic


voltammetry (CV)

SEM XRD FTIR

Lampiran 2. Prosedur Kerja Penelitian

72
73

a. Sintesis grafit oksida

2 g grafit + 4 g NaNO3 + 98 mL
H2SO4 98 %
- diaduk dalam ice bath selama 4 jam
- ditambahkan 8 g KMnO4 dan 4 g NaNO3
sedikit demi sedikit secara bertahap
- diaduk pada temperatur 35oC selama 24
jam
- ditambahkan 200 mL akuades secara
bertahap
- diaduk sampai larutan tersebut homogen
- ditambahkan 15 mL H2O2 secara
bertahap sambil diaduk
- dicentrifuge 3000 rpm selama 1 jam

Endapan Residu

- dicuci menggunakan 10 mL
HCl 37% dan akuades
beberapa kali sampai pH
larutan netral
- dikeringkan pada temperatur
110 0C selama 12 jam

Grafit Oksida

b. Leaching Mangan Alam


74

Mangan Alam

- ditimbang sebanyak 20 gram


- dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL
- ditambahkan 50 mL HCl 37 %
- diaduk dengan magnetic stirrer selama 3 jam
pada suhu 70 ℃
- disaring

Filtrat Mangan Residu

c. Sintesis Graphene Oksida

0,4 gram grafit oksida

-dilarutkan dengan 100 mL akuades


-diaduk hingga homogen
-diultrasonikasi dengan frekuensi 53 kHz
selama 3 jam
-dikeringkan pada temperatur 110 oC
selama 24 jam

Graphene Oksida

a. Sintesis Elektroda elektroda graphene/MnOy/Li2B4O7


1. Preparasigraphene/MnxOy/Li2B4O7

graphene/MnxOy/Li2B4O7

- dibuat dengan perbandingan dengan perbandingan komposisi


0,2:0,6:0,4 (gram), 0,2:0,4:0,6 (gram)0,2:0,5:0,5 (gram)dan
0,0:0,5:0,5 (gram) ke dalam wadah yang sudah disiapkan
- dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan
- diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 1 jam.
Hasil Pengamatan

2. Pembuatan elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7


75

Nickel Foam
- dipotong berukuran 2 1 mm
- ditimbang massa nickel foam yang telah dipotong
- dicelupkan dalam larutan elektroda graphene/Mn3O4/Li2B4O7
- diultrasonikasi selama 30 menit
- dikeringkan dalam oven selama 12 jam pada suhu 110
- dipress
- ditimbang untuk mengetahui massa graphene/MnxOy/Li2B4O7yang
terdeposit ke dalam pori-pori nickel foam.
- diuji menggunakan cyclic voltammetry

Hasil Pengamatan

Lampiran 3. Hasil dan Analisis Data

a. Perhitungan Pembuatan Larutan K3Fe(CN)6 0,1 M


76

Mr K3Fe(CN)6 = 3 Ar K + Ar Fe + (Ar C + Ar N) 6

= 3 39 + 59 + ( 12 + 14 ) 6

= 176 + 156

= 332 g/mol

M =

0,1 =

33,2 = m 10
m = 3,32 g

Jadi, pembuatan Larutan K3Fe(CN)6 0,1 M membutuhkan 3,32 g K3Fe(CN)6


77

Lampiran 4. Data Karakterisasi

a. Karakterisasi Fourier Transform Infrared (FTIR)graphene/MnxOy/Li2B4O7

b. KarakterisasiX-Ray Diffraction (XRD)graphene/MnxOy/Li2B4O7


78

b. Karakterisasi SEM-EDX graphene/MnxOy/Li2B4O7

cps/eV

4.0

3.5

3.0

2.5

B
2.0 Mn
O Mn

1.5

1.0

0.5

0.0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
keV

Lampiran 5.
79

Perhitungan Kapasitas Spesifik Elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7

M= M1-M0

C=

C = kapasitas spesifik
I = kuat arus (A)

= Potensial (V)

M = massa (g)

= scan rate (V/s)

Vb = puncak voltamogram tertinggi (A.V)


Va = puncak voltamogram rendah (A.V)
M1 = berat komposit yang terdeposit dalam nickel foam (g)
M0 = berat nickel foam (g)
Kapasitas Spesifik Siklus 1 Elektrodagraphene/MnxOy/Li2B4O70,2 :0,6 :0,4
(Gram)
Dik : V = 1,00 x 10-3V
M Nickel Foam = 0,005 g
M graphene/MnxOy/Li2B4O7 = 0,003 g
% Nickel Foam tercelup = 10 %
Scan rate = 0,05 V/s
Dit C...?

C=

C=
80

C=

C = 11,6 As/g
C = 3320 mAh/kg

Untuk nilai kapasitas spesifik siklus elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7

1,5,15 dan 25 dapat dihitung menggunakan rumus yang sama. Kapasitas spesifik

siklus 1,5,15 dan 25 elektroda graphene/MnxOy/Li2B4O7 dilihat pada tabel

dibawah..

a. elekteroda graphene/MnxOy/Li2B4O7(0,2 : 0,6 : 0,4) 1 siklus

Scan rate(V/s) Kapasitas spesifik


(mAh/kg)
0,05 3322, 218
0,01 2940,277
0,005 13569,444

Elektroda Kapasitas spesifik


graphene/MnxOy/Li2B4O7 (mAh/kg)
5 siklus 2864,2098
15 siklus 2702,7778
25 siklus 2805,5556

b. elekteroda graphene/MnxOy/Li2B4O7(0,2 : 0,4 : 0,6) 1 siklus

Scan rate(V/s) Kapasitas spesifik


(mAh/kg)
0,05 2086,111
0,01 4833,333
0,005 7751,444

Elektroda Kapasitas spesifik


graphene/MnxOy/Li2B4O7 (mAh/kg)
5 siklus 1363,8889
15 siklus 1450,7778
25 siklus 1330,5556
81

c. elekteroda graphene/MnxOy/Li2B4O7(0,2 : 0,5 : 0,5)1 siklus

Scan rate(V/s) Kapasitas spesifik


(mAh/kg)
0,05 1605,556
0,01 3512,277
0,005 4222,442

Elektroda Kapasitas spesifik


graphene/MnxOy/Li2B4O7 (mAh/kg)
5 siklus 1088,8889
15 siklus 1027,7778
25 siklus 1108,3333

d. elekteroda graphene/MnxOy/Li2B4O7(0,0 : 0,5 : 0,5) 1 siklus

Scan rate(V/s) Kapasitas spesifik


(mAh/kg)
0,05 2138,887
0,01 7613,774
0,005 9569,444

Elektroda Kapasitas spesifik


graphene/MnxOy/Li2B4O7 (mAh/kg)
5 siklus 2269,444
15 siklus 2250,3444
25 siklus 2305,5556
82

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

1. Sintesis Grafit Oksida


83

2. Sintesis Graphene Oksida

2.a Tahap Sonikasi

2.b Tahap Pengendapan Selama 7 Hari

3. Leaching Mangan Alam


84

4. Proses Doping Graphene dan LarutanMangandanserbuk Li2B4O7

7.Uji Voltametri Siklik

Anda mungkin juga menyukai