Anda di halaman 1dari 70

SINTESIS MATERIAL MAGNETIK NiFe2O4 MENGGUNAKAN

EKSTRAK KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis) DAN


APLIKASINYA DALAM BIDANG FOTOKATALITIK

SKRIPSI SARJANA KIMIA

OLEH:
JELITA PUTRI
1310412046

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017

i
SINTESIS MATERIAL MAGNETIK NiFe2O4 MENGGUNAKAN
EKSTRAK KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis) DAN
APLIKASINYA DALAM BIDANG FOTOKATALITIK

SKRIPSI SARJANA KIMIA

OLEH:
JELITA PUTRI
1310412046

Skripsi Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada


Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Andalas

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Sintesis Material Magnetik NiFe2O4 Menggunakan Ekstrak Kembang


Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dan Aplikasinya dalam Bidang
Fotokatalitik merupakan skripsi Jelita Putri (BP : 1310412046) diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (Strata 1)
pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang 2017.

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rahmayeni Prof. Dr. Syukri Arief


NIP: 196310101989012001 NIP: 196609181991031005

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kimia

Dr. Afrizal
NIP: 196002091987031004

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Padang, 20 Juli 2017

Jelita Putri

iv
INTISARI

SINTESIS MATERIAL MAGNETIK NiFe2O4 MENGGUNAKAN


EKSTRAK KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis) DAN
APLIKASINYA DALAM BIDANG FOTOKATALITIK

Oleh :

Jelita Putri (1310412046)


Dr. Rahmayeni dan Prof. Dr. Syukri Arief

Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis material magnetik NiFe 2O4 secara
hidrotermal dan kalsinasi menggunakan ekstrak kembang sepatu. Material
magnetik disintesis dengan metode hidrotermal menggunakan ekstrak (NiE)
dan dengan penambahan NaOH (NiEN) dilanjutkan dengan kalsinasi (NiENK).
Material magnetik hasil sintesis dikarakterisasi dengan X-Ray Diffraction (XRD),
Transmission Electron Microscopy (TEM), Vibrating Sample Magnetometer
(VSM), Diffuse Reflactance Spectroscopy UV-Visible (DRS UV-Vis), dan
Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Material magnetik tersebut diaplikasikan
sebagai fotokatalis untuk degradasi zat warna direct yellow 27 dan limbah zat
warna batik di bawah sinar matahari. Puncak NiFe2O4 pada NiE yang terbentuk
belum sempurna, sedangkan NiEN dan NiENK memiliki puncak yang sempurna
dengan kristalinitas yang baik ditunjukkan oleh pola XRD. Bentuk partikel
NIENK adalah bola sedangkan NiEN sebagian kecil berbentuk batang dan
sebagian besar beraglomerasi yang ditunjukkan oleh gambar TEM. Sifat
magnet ditunjukkan oleh analisis VSM bahwa NiE 30 dan NiEN memiliki sifat
superparamagnetik, sedangkan NiENK bersifat ferromagnetik. Band gap
material magnetik NiE 30, NiEN, dan NiENK adalah 1,85 eV, 1,88 eV dan 1,68
eV. Hasil FTIR menunjukkan adanya interaksi Fe-O dan Ni-O pada bilangan
gelombang 300-600 cm-1. Aktivitas fotokatalitik terbaik ditunjukkan oleh material
magnetik NiEN yang memiliki persen degradasi direct yellow 27 dan limbah zat
warna batik adalah 90,52% dan 84,01%.

Kata kunci : Material Magnetik NiFe2O4, fotokatalis, hidrotermal, direct yellow


27, limbah zat warna

v
ABSTRACT

SYNTHESIS MAGNETIC MATERIAL NiFe2O4 USING HIBISCUS


EXTRACT (Hibiscus rosa-sinensis) AND ITS APPLICATION IN
PHOTOCATALYTIC

by :

Jelita Putri (1310412046)


Dr. Rahmayeni and Prof. Dr. Syukri Arief

Magnetic materials NiFe2O4 were synthesized by hydothermal and calcination


method using hibiscus rosa-sinensis extract. Magnetic materials had been
synthesized by hydrothermal method using extract (NiE 30) and by adding
NaOH followed by calcination (NiENK) were characterized by X-Ray
Diffractometer (XRD), Transmission Electron Microscopy (TEM), Vibrating
Sample Magnetometer (VSM), Diffuse Reflactance Spectroscopy UV-Visible
(DRS UV-Vis), and Fourier Transform Infra-Red (FTIR). The materials were
applied as photocatalysts to degradate direct yellow 27 and batik waste dye
under solar light irradiation. The NiFe2O4 peak on the formed NiE were not
perfect yet, while NiEN and NiENK have a perfect peak with good crystallinity
indicated by the XRD pattern. The NIENK particles formed were spherical, while
the small-shaped NiEN was rod and it was largely agglomerated as shown by
the TEM image. Magnetic properties were shown by VSM that NiE 30 and NiEN
were superparamagnetic, while NiENK was ferromagnetic. Band gap of
magnetic materials NiE 30, NiEN and NiENK were 1,84 eV, 1,88 and 1,68 eV.
FTIR spectra were shown the vibration of Fe-O and Ni-O in the range 300-600
cm-1. The best photocatalytic activities were shown by magnetic material NiEN
by 90,52% and 84,01% to degradate direct yellow 27 and batik waste.

Keyword : magnetic material NiFe2O4, photocatalyst, hydrothermal, direct


yellow 27, waste batik dye

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan berkah serta rahmat-Nya sehingga atas izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Sintesis
Material Magnetik NiFe2O4 Menggunakan Ekstrak Kembang Sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis) dan Aplikasinya dalam Bidang Fotokatalitik.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, arahan,
nasihat, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Rahmayeni dan Bapak Prof. Dr. Syukri Arief, M.Eng. selaku
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan
bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan pada penulis.
2. Bapak Dr. Syukri, Ibu Dr. Eng. Yulia Eka Putri, dan Bapak Dr. Matlal
Fajri Alif selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu,
memberikan ilmu dan saran dalam penulisan skripsi ini agar menjadi
lebih baik lagi.
3. Bapak Dr. Afrizal selaku ketua Jurusan Kimia, Bapak Dr. Mai Efdi selaku
sekretaris Jurusan Kimia, dan Bapak Dr. Syukri selaku Koordinator
Pendidikan Jurusan Kimia.
4. Ibu Dr. Upita Septiani selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis.
5. Staf pengajar, pegawai serta semua analis laboratorium Jurusan Kimia
atas petunjuk dan bimbingannya.
6. Rekan Sepembimbing: Aimi Alvina dan Wafil Julam, Alhamdulillah
penulis memiliki rekan kerja yang sangat baik, selalu memberikan
nasehat, semangat dan motivasi. Terima kasih tetap memberikan tawa
di masa-masa sulit penelitian.
7. Rekan Seperjuangan “Lalala” : Aimi Alvina, Denny Juli Pasaribu, Dio
Aldo Rano, Divary Permata Niwes, Rydi Elpika, Vanny Yulia syafitri, dan
Widia Gustiani Syam yang mengisi cerita sejak awal sampai akhir
perjuangan, memberikan kenyamanan dan menjadi tempat berbagi

vii
suka duka selama 4 tahun ini. Semoga Silaturrahmi persahabatan ini
selalu terjalin dengan baik. Semoga ini menjadi langkah awal menuju
kesuksesan kita masing-masing. Amin.
8. My Special Supporter : Raven Rahman Rafiqi (1310411040) yang
mendampingi penulis dengan sabar.
9. Keluarga Bp 046 : Keluarga selama masa perkuliahan yang selalu
memberikan semangat dan keceriaan kepada penulis.
10. Pembimbing dilaboratorium : Kak Wenny, abang Tio, Kak Intan yang
menasehati, motivasi, membantu, dan berbagi ilmunya tentang
penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan
lancar.
11. My Special Roomate : Vanny Yulia Safitri yang menerima sikap baik dan
buruk dalam keseharian dan tempat berbagi dikala suka dan duka.
semoga kita sukses bersama. Amin.
12. Kos Squad: Kak Rikha, Kak Cici, Kak Nurul, Kak Intan, Vanny yang
selalu memberi motivasi bahwa penulis pasti bisa melalui semuanya.
13. Rekan-rekan Kimia Materialist 2016 : selalu memberikan semangat
untuk masing-masing penelitian. Kerja sama lab yang solid.
14. Rekan seperludoan : Ciyay, Taniyai (Sobep Tahun Akhir), Yolayai,
Ameliyay yang selalu kalah oleh penulis dan mampu mengubah masa-
masa sulit menjadi lebih berarti.
15. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan NUCl3AR 2013 yang
selalu bersama dari zaman maba sampai sekarang, semoga kita sukses
dijalan masing-masing, serta adek-adek angkatan 2014 (ATOMIC) dan
angkatan 15 (Radioactive) serta angkatan 2016.
Penulis memohon maaf apabila ada ketidaksempurnaan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di
perlukan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Padang, 20 Juli 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii


HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
INTISARI ........................................................................................................ v
ABSTRACT.................................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ...................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
1.4. Manfaat penelitian ................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1. Nanoteknologi ......................................................................................... 4
2.2. MFe2O4 .................................................................................................... 4
2.3. Metode Hidrotermal ................................................................................. 6
2.4. Metode Kalsinasi ..................................................................................... 7
2.5. Kembang Sepatu ..................................................................................... 8
2.6. Zat Warna Direct Yellow 27 ..................................................................... 9
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 10
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 10
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................ 10
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................................. 11
3.3.1. Persiapan ekstrak kembang sepatu ..................................................... 11
3.3.2. Sintesis NiFe2O4 dengan metode hidrotermal ...................................... 12
3.3.3. Sintesis NiFe2O4 dengan metode kalsinasi ........................................... 12
3.3.4. Sintesis NiFe2O4 dengan metode hidrotermal (pembanding) ............... 12
3.3.5. Uji aktivitas fotokatalitik terhadap zat warna direct yellow 27 ............... 13
3.3.6. Uji aktivitas fotokatalitik terhadap limbah zat warna ............................. 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 15
4.1. Sintesis Material Magnetik NiFe2O4 ....................................................... 15
4.2. Karakterisasi............................................................................................ 16
4.2.1. X-Ray Diffraction (XRD) ....................................................................... 16
4.2.2. Vibrating Sample Magnetometer (VSM) ............................................... 17
4.2.3. Diffuse Reflactance Spectroscopy UV-Vis (DRS UV-Vis).................... 19
4.2.4. Fourier Transformed Infra Red (FTIR) .................................................. 20
4.3. Uji Aktivitas Fotokatalitik Terhadap Zat Warna Direct Yellow 27 ............ 21
4.3.1. Uji efisiensi konsentrasi ........................................................................ 21
4.3.2. Uji efisiensi waktu ................................................................................. 22
4.3.3. Uji efisiensi jumlah katalis..................................................................... 23
4.3.4. Uji efisiensi katalis recycle ................................................................... 24
4.4. Uji Aktivitas Fotokatalitik Terhadap Limbah Zat Warna Batik .................. 25

ix
4.5. Kinetika Reaksi Direct Yellow 27 dan Limbah Zat Warna Batik............... 26

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 28


5.1. Kesimpulan.............................................................................................. 28
5.2. Saran ....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................... 34
BIODATA PENULIS ...................................................................................... 56

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sifat Magnet Beberapa Spinel Ferit ............................................... 5


Tabel 2.2. Suhu Kalsinasi Optimum Spinel Ferit ............................................ 7
Tabel 2.3. Kandungan Senyawa Kembang Sepatu ........................................ 8
Tabel 3.1. Penamaan Sampel ........................................................................ 14
Tabel 4.1. Nilai Ms Masing-Masing Katalis ..................................................... 20
Tabel 4.2. Nilai Band Gap Masing-Masing Katalis ......................................... 22
Tabel 4.3. Nilai Konstanta Kinetika Reaksi ..................................................... 30

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Spinel Ferrite................................................................ 5


Gambar 2.2. Alat Autoclave............................................................................ 6
Gambar 2.3. Tanaman Kembang Sepatu ....................................................... 8
Gambar 2.4. Ekstrak Kembang Sepatu .......................................................... 9
Gambar 2.5. Larutan (A) Direct Yellow 27 (B) Limbah Zat Warna Batik ......... 9
Gambar 2.6. Struktur Direct Yellow 27 ........................................................... 10
Gambar 4.1. Bubuk (A) NiE 30 (B) NiE 45 (C) NiE 75.................................... 15
Gambar 4.2. Bubuk (A) Ni (B) NiE (C) NiEN (D) NiEN .................................. 15
Gambar 4.3. Pola Xrd (A) Standar NiFe2O4 (B) Standar α-Fe2O3 (C) NiE 30
(D) NiE 45 (E) NiE 75 ................................................................ 17
Gambar 4.4. Pola Xrd (A) NiE 30 (B) NiEN (C) NiENK (D) Standar ............... 18
Gambar 4.5. Hasil Analisis TEM NiEN (a dan b) dan NiENK (c dan d) .......... 19
Gambar 4.6. Kurva Histerisis (A) NiE 30 (B) NiEN (C) NiENK ....................... 20
Gambar 4.7. Sifat Optik (A) Ni (B) NiE 30 (C) NiE (D) NiENK ........................ 22
Gambar 4.8. Spektrum FTIR Material Magnetik NiFe2O4 ............................... 23
Gambar 4.9. Pengaruh konsentrasi terhadap % degradasi direct yellow 27
dengan adanya katalis Ni, NiE 30, NiEN, NiENK dan tanpa
katalis ........................................................................................ 24
Gambar 4.10. Pengaruh waktu (lama) penyinaran terhadap % degradasi
direct yellow 27 dengan adanya katalis Ni, NiE 30, NiEN,
NiENK dan tanpa katalis ......................................................... 25
Gambar 4.11. Pengaruh jumlah katalis terhadap % degradasi direct yellow
27 dengan adanya katalis Ni, NiE 30, NiEN, NiENK dan
tanpa katalis ............................................................................ 26
Gambar 4.12. Grafik Degradasi Direct Yellow 27 Dengan Recycle Katalis .... 27
Gambar 4.13. Grafik Degradasi Limbah Zat Warna Batik dengan Katalis
NiEN dan Tanpa Katalis .......................................................... 28
Gambar 4.14. Grafik Kinetika Reaksi Direct Yellow 27 .................................. 29
Gambar 4.15. Grafik Kinetika Reaksi Limbah Zat Warna ............................... 30

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dasar-Dasar Perhitungan Yang Digunakan dalam


Penelitian .................................................................................. 36
Lampiran 2. Skema Kerja .............................................................................. 37
Lampiran 3. Pola XRD .................................................................................. 42
Lampiran 4. Data ICDD No. 01-071-3850 untuk NiFe2O4 ............................. 44
Lampiran 5. ICDD No. 03-065-0390 untuk α-Fe2O3 ...................................... 45
Lampiran 6. Perhitungan Nilai Band Gap ...................................................... 46
Lampiran 7. Tabel-tabel Data Uji Aktivitas Fotokatalitik ................................ 49
Lampiran 8. Hasil Degradasi Direct Yellow 27 Menggunakan Katalis Ni,
NiE 30, NiEN, dan NiENK ......................................................... 51
Lampiran 9. Hasil Degradasi Limbah Zat Warna Batik Menggunakan
Katalis NiEN .............................................................................. 54
Lampiran 10. Spektrum Serapan Spektrofotometer UV-Vis .......................... 55

xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan Nama Pemakaian


pertama
pada
halaman
XRD X-Ray Diffraction v
VSM Vibrating Sample Magnetization v
DRS UV-Vis Diffuse Reflactance Spectroscopy UV-Visible v
FTIR Fourier Transformed Infra Red v
nm nano meter 4
eV elektron Volt 5
mL mili liter 8
Ms Magnetization Saturation 17
Eg energi band gap 19
ICDD International Centre for Diffraction Data 42

lambang

°C derajat celcius 6
Λ lamda 13
θ theta 16

xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Senyawa ferit dengan rumus molekul MFe2O4 dimana M adalah logam transisi
atau alkali tanah merupakan material semikonduktor yang bersifat magnet
dengan struktur spinel. Senyawa-senyawa tersebut telah menarik perhatian
para peneliti dan dunia industri akhir-akhir ini karena aplikasinya yang sangat
potensial sebagai penyimpan data, biosensor, drug delivery, diagnosis penyakit,
sensor gas, elektronic devices, konversi energi, katalisator, magnetik fluid, dan
pemisahan secara magnetik1.
Dalam dekade terakhir, sintesis spinel nanopartikel magnetik telah
dikembangkan secara intensif dengan menggunakan berbagai macam metode
antara lain, sintesis NiFe2O4 dengan metode pembakaran2, CoFe2O4 dengan
metode solvothermal3, MnFe2O4 dengan metode sol-gel4, ZnFe2O4 dengan
metode hidrotermal5, MgFe2O4 dengan metode solid-state reaction6, dan
CuFe2O4 dengan metode kalsinasi7. Akan tetapi, pertumbuhan dan ukuran
partikel sulit dikontrol sehingga berdampak terhadap sifat material tersebut.
Selain itu, metode-metode kimia ini memberi efek yang negatif terhadap
lingkungan8.
Green Synthesis adalah sebuah metode dalam pembuatan berbagai
material anorganik termasuk spinel ferit MFe2O4 yang menggunakan bahan-
bahan yang tidak membahayakan terhadap peneliti dan lingkungan. Metode-
metode yang telah digunakan dalam green synthesis seperti : microwave
combustion dan conventional combustion method, metode hidrotermal, metode
sol gel, dan presipitasi9. Metode green synthesis ini lebih ramah lingkungan
karena menggunakan bahan alam sehingga mengurangi polutan dan tidak
menimbulkan efek bahaya bagi peneliti yang menggunakannya. Ekstrak bahan
alam digunakan dalam metode green synthesis berfungsi sebagai capping
agent untuk menstabilkan struktur nano. Ekstrak bahan alam yang digunakan
merupakan bahan alternatif ramah lingkungan, mudah didapat, ekonomis, dan
tidak beracun. Material magnetik yang dihasilkan dengan metode green
synthesis memiliki ukuran partikel yang lebih kecil, struktur yang halus, stabil,
dan homogen10. Bahan alam yang telah digunakan dalam green synthesis

1
sebagai capping agent antara lain, ekstrak aloe vera11, kulit rambutan12,
eukaliptus lemon13, bawang merah, bawang putih, bawang bombay14, ranti15,
mimba16 dan kembang sepatu17.
Dalam penelitian ini, dilakukan sintesis material magnetik NiFe2O4
dengan metode hidrotermal yang merupakan salah satu metode green
synthesis menggunakan ekstrak kembang sepatu. NiFe2O4 menarik perhatian
karena sifat magnetnya yang dominan. Dalam sintesis digunakan ekstrak
kembang sepatu sebagai penstabil struktur nano. Ekstrak kembang sepatu
mengandung bahan biokimia seperti taraxeol asetat, β-sitosterol, campasterol,
stigmasterol, kolesterol, ergosterol, lipid, asam sitrat, asam tartarat, asam
oksalat, fruktosa, sukrosa, flavonoid, dan flavonoid glikosida yang salah
satunya berfungsi sebagai penstabil struktur nano. Kelebihan ekstrak kembang
sepatu adalah ramah lingkungan, ekonomis18, mudah didapat, dan persiapan
ekstraknya mudah19. Material magnetik yang dihasilkan dikarakterisasi dengan
menggunakan peralatan seperti XRD, TEM, VSM, DRS UV Vis, dan FT-IR
untuk menganalisis struktur dan ukuran kristal, morfologi, sifat magnet, sifat
optik, dan interaksinya. Material yang dihasilkan diaplikasikan dalam proses
fotokataliktik yaitu degradasi zat warna direct yellow 27 dan limbah zat warna
batik di bawah sinar matahari.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh penggunaan ekstrak kembang sepatu dalam sintesis
NiFe2O4 secara hidrotermal yang merupakan salah satu metode green
synthesis.
2. Bagaimana sifat material magnetik NiFe2O4 yang dihasilkan.
3. Bagaimana aktivitas fotokatalitik material magnetik NiFe2O4 dalam
mendegradasi zat warna direct yellow 27 dan limbah zat warna batik di
bawah sinar matahari.

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Sintesis material magnetik NiFe2O4 melalui metode hidrotermal dengan
menggunakan ekstrak kembang sepatu.

2
2. Karakterisasi material magnetik yang didapatkan menggunakan XRD, TEM,
VSM, FT-IR, dan DRS UV-Vis.
3. Uji aktivitas fotokatalitik NiFe2O4 dalam mendegradasi zat warna direct yellow
27 dan limbah zat warna batik di bawah sinar matahari.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembuatan


NiFe2O4 berbasis green synthesis. Material yang dihasilkan diharapkan dapat
diaplikasikan untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh senyawa-senyawa organik berbahaya dengan bantuan sinar
matahari. Selain itu, sifat magnet yang dimiliki oleh senyawa hasil sintesis
menjadikannya sebagai fotokatalis yang efisien dalam pemisahannya dengan
memanfaatkan magnet eksternal.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nanoteknologi
Nanoteknologi dapat didefinisikan sebagai pengembangan teknologi pada
material dengan ukuran 1-100 nm untuk mendapatkan pengetahuan dasar
tentang struktur, peralatan dan sistem yang memiliki sifat serta fungsi baru
karena ukurannya yang kecil. Nanomaterial memiliki sifat yang berbeda dengan
material besar (bulk), seperti lebih kuat, lebih ringan, lebih menghantarkan
listrik, lebih bersifat magnet, memiliki pori lebih banyak, dan lebih tahan
terhadap korosi. Contoh bidang nanoteknologi adalah nanopartikel magnetik
dan nanokomposit. Nanopartikel magnetik menunjukkan berbagai fenomena
magnetik yang unik sehingga dengan sifat tersebut dapat menguntungkan
untuk berbagai bidang aplikasi. Sifat magnetik nano partikel sangat ditentukan
oleh morfologi, komposisi kimia, bentuk partikel, ukuran partikel, dan
interaksinya dengan partkel maupun matriks yang ada disekitarnya20.

2.2. Material Ferit MFe2O4


Struktur spinel ferit memiliki rumus umum MFe2O4, dimana M = Ni, Co, Mg, Mn,
Zn, dan Cu mewakili logam yang dapat digambarkan sebagai kubik close-
packed yang disusun oleh atom oksigen dengan ion logam M2+ dan Fe3+ pada
dua bagian kristal yang berbeda. Senyawa utama ferit adalah mineral magnetit
(Fe3O4). Rumus untuk Fe3O4 dapat ditulis sebagai Fe2+O2-∞(Fe3+)2(O2-)3,
dimana ion Fe ada di kedua valensi +2 dan +3 dalam rasio 1 : 2. Ion O 2- bersifat
magnetis netral. Dengan struktur spinel, setengah ion trivalen (Fe3+) yang
terletak di posisi oktahedral (B), dan setengah lainnya dalam posisi tetrahedral
(A). Ion divalen Fe2+ terletak di semua posisi oktahedral yang terlihat pada
gambar 121. Material ferit merupakan material yang sangat stabil dengan
karakteristik yang sangat baik. Material ferit diminati karena sifatnya menarik
seperti : titik leleh rendah, panas spesifik tinggi, koefisien ekspansi yang besar,
momen saturasi magnetik, temperature magnetik transisi yang rendah
membuat material ini sangat potensial untuk diaplikasikan dalam teknologi 22.
Sifat-sifat tersebut menunjukkan potensi yang baik untuk aplikasi teknologi
dalam banyak bidang seperti penyimpanan data, peralatan gelombang mikro,
alat-alat telekomunikasi, sistem penghantaran obat (drug delivery system),

4
teknologi ferrofluid dan sensor gas23, penyimpan informasi densitas tinggi,
ferrofluid, colour imaging, katalis, pemisahan biomolekul, diagnosis medis dan
drug delivery24.

Gambar 2.1. struktur spinel ferit (sumber : Naseri, et. al., 2012)

Spinel ferit MFe2O4 yang telah disintesis dengan metode yang berbeda juga
memiliki ukuran partikel, koersivitas dan nilai saturasi magnetik yang berbeda
pula seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1. NiFe2O4 adalah salah satu
material magnetik spinel ferit yang sangat penting karena memiliki struktur
spinel terbalik, magnetisasi saturasi tinggi, dan band gap yang sempit (1,6
eV)25. Material magnetik NiFe2O4 telah disintesis menggunakan metode sol-gel
sehingga dapat disimpulkan bahwa NiFe2O4 memiliki sifat ferrimagnetik26.

Tabel 2.1. Sifat magnet beberapa spinel ferit yang diukur pada temperatur
ruang

Spinel Metode sintesis Ukuran Saturasi Koersivitas


ferit partikel Magnetik Hc (Oe)
(nm) Ms (emu/g)
ZnFe2O4 Pembakaran 20 4 Diabaikan
ZnFe2O4 Modifikasi sol ~20 1,4 156
NiFe2O4 Gel ~9 32,1 59
NiFe2O4 Sol gel 9 11,9 Diabaikan
CoFe2O4 Kopresipitasi 30 77 2000-2700
CoFe2O4 Hidrotermal mekanik alloy 30 30 diabaikan
(sumber : Naseri, et. al., 2012)

5
2.3. Metode Hidrotermal

Metode hidrotermal secara umum didefinisikan sebagai metode sintesis kristal


atau pertumbuhan kristal dalam suhu tinggi menggunakan alat autoclave
(gambar 2.3), kondisi air tekanan tinggi dari zat-zat yang tidak larut dalam
temperatur biasa dan tekanan (<100 °C, <1 atm). Sintesis hidrotermal dalam air
superkritis memiliki kelebihan terhadap sintesis senyawa multi-oksida logam
karena laju reaksi ditingkatkan lebih dari 103 kali di bawah kondisi konvensional
hidrotermal karena konstanta dielektrik rendah (<10) serta produk dengan
kristalinitas tinggi. Ukuran partikel oksida logam tergantung pada tingkat
hidrolisis dan kelarutan oksida logam. Untuk mencapai kontrol bidang pelarut
selama nukleasi dan kristalisasi partikel, kondisi hidrotermal suhu dan tekanan
dapat divariasikan dalam air subkritis dan superkritis27.
Metode hidrotermal menunjukkan tingkat reaksi yang sempurna untuk
menghasilkan senyawa multi-oksida logam. Ukuran kristal dari produk yang
dihasilkan tergantung pada tingkat hidrolisis dan kelarutan oksida logam.
Kondisi hidrotermal dapat divariasikan untuk mengontrol nukleasi dan
kristalisasi dari partikel serta ukuran kristal dan morfologi. Reaksi hidrotermal
pada dasarnya berlangsung dengan cara pelarutan pereaksi dan diikuti dengan
kristalisasi produk dengan dibantu dengan mineralizer, contohnya NaOH.
Metode hidrotermal telah digunakan untuk sintesis Bi4Ti3O1228 dan ZnO-
ZnFe2O429.

Gambar 2.2. Alat autoclave

6
2.4. Metode Kalsinasi
Kata kalsinasi berasal dari bahasa latin calcinare yang artinya membakar kapur.
Proses kalsinasi yang paling umum adalah diaplikasikan untuk dekomposisi
kalsium karbonat (batu kapur, CaCO3) menjadi kalsium oksida (kapur bakar,
CaO) dan gas karbondioksida atau CO2. Produk dari kalsinasi biasanya disebut
dengan “kalsin”, yaitu mineral yang telah melalui proses pemanasan. Proses
kalsinasi dilakukan dalam sebuah tungku atau reaktor yang disebut dengan kiln
atau calciners dengan beragam desain, seperti tungku porors, rotary kiln,
tungku perapian ganda, dan reaktor fluidized bed. Normalnya proses kalsinasi
dilakukan dibawah temperatur leleh (melting point) dari bahan produk. Untuk
batu kapur, proses kalsinasi umunya dilakukan pada temperatur antara 900-
1000οC30.
Beberapa spinel ferit telah disintesis menggunakan kalsinasi seperti
pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2. Suhu kalsinasi optimum spinel ferit


Nanopartikel ferit Suhu kalsinasi optimum Waktu optimum
(K) kalsinasi (jam)
ZnFe2O4 873 3
MnFe2O4 873 3
NiFe2O4 723 3
(sumber : Naseri, et. Al., 2012)

Selain itu, kalsinasi juga digunakan pada sintesis MnFe2O4, ZnFe2O431


dan MgFe2O4 layered double hydroxyde32.

2.5. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)

Hibiscus rosa-sinensis atau lebih dikenal kembang sepatu adalah tumbuhan


yang selalu berbunga, ia merupakan anggota dari family malvaceae. Tumbuhan
ini mengandung bahan biokimia seperti seperti taraxeol asetat, β-sitosterol,
campasterol, stigmasterol, kolesterol, ergosterol, lipid, asam sitrat, asam
tartarat, asam oksalat, fruktosa, sukrosa, flavonoid, dan flavonoid glikosida.
Ekstrak daun kembang sepatu digunakan capping agent dan penstabil dalam

7
pengontrolan ukuran dan bentuk nanopartikel. Capping agent yang berasal dari
bahan alam ini memiliki kandungan molekul organik yang digunakan untuk
membatasi dan memperlambat pertumbuhan inti. Hal ini memberikan efek
kepada ukuran partikel yang lebih kecil. Molekul organik yang terdapat dalam
ekstrak kembang sepatu dijelaskan pada tabel 2.3. Tanpa adanya capping
agent, pertumbuhan inti sulit dikontrol sehingga partikel tumbuh dengan bebas
ke segala arah. Dalam prosesnya, partikel yang membentuk inti lebih awal
menangkap partikel disekitarnya yang belum membentuk inti dan tumbuh tidak
merata. Hal ini menyebabkan bentuk dan ukuran partikel tidak seragam 33.

Gambar 2.3. Tanaman kembang sepatu (sumber : Raveendran, et. Al, 2016)

Tabel 2.3. Kandungan senyawa tanaman kembang sepatu


Bunga kembang Daun kembang
sepatu sepatu
Kandungan sampel Waktu Jumlah Waktu Jumlah
retensi (mg/100 retensi (mg/100
(menit) mL (menit) mL)
Asam kafeat 6,28 0,46 - -
Rutin - - 12,2 0,304
Kuersetin - - 22,95 0,187
Asam gallat 2,87 0,850 2,99 0,297
Asam homogentisat 3,29 3,150 - -
Pirogallol 3,53 1031,737 3,54 4,753
Asam 3,4-dihidroksibenzoat 4,04 0,767 4,1 2,995
Asam 2,5-dihidrobenzoat 6,22 6,734 - -
( sumber : Naseri, et. al., 2012)

8
Ekstrak kembang sepatu dapat menghambat pertumbuhan berbagai sel
kanker termasuk mammary carcinoma, leukimia, dan melanoma. Ekstrak
kembang sepatu dimanfaatkan sebagai obat herbal yang efektif dalam
pengobatan hipertensi, demam, dan liver. Selain itu, juga digunakan sebagai
mengobati ketombe dan merangsang pertumbuhan rambut. Kandungan
antioksidan yang dimiliki oleh kembang sepatu bermanfaat sebagai pereduksi,
dengan cara mengembalikan oksidasi menggunakan donor elektron dan ion
hidrogen 34.

Gambar 2.4. Ekstrak kembang sepatu

2.6. Zat Warna Direct Yellow 27 dan Limbah Zat Warna Batik

a b
)
Gambar 2.5. Larutan (a) direct )
Yellow (b) limbah zat warna batik

9
Pewarna yang ekstensif digunakan untuk pencelupan, pencetakan dan
beberapa tujuan pewarna lainnya di industri dengan sekitar 50% dari pewarna
yang digunakan menjadi pewarna azo. Zat warna golongan azo mempunyai
sifat non-biodegradable, diantaranya adalah Direct Yellow dan Direct Violet. Zat
warna golongan azo (N=N), merupakan zat warna yang banyak digunakaan
pada proses pencelupan dan pencatan industri tekstil. Limbah cair dari kedua
proses ini merupakan salah satu sumber pencemaran air yang cukup tinggi jika
tidak dilakukan pengolahan limbah. Umumnya tujuan dari pengolahan limbah
cair industri tekstil adalah mengurangi tingkat polutan organik, logam berat,
padatan tersuspensi dan warna sebelum dibuang ke badan air. Salah satu
limbah zat warna yang menjadi menimbulkan masalah lingkungan adalah
limbah zat warna batik yang berasal dari industri batik. Diperkirakan sekitar
15% dari zat warna yang hilang dalam limbah industri selama manufaktur dan
operasi pengolahan warna limbah dibuang ke ekosistem mempengaruhi flora
air dan fauna dan menyebabkan banyak penyakit lingkungan. Beberapa zat
warna beracun menghasilkan amina aromatik yang mungkin karsinogenik atau
beracun. Zat warna juga dapat terakumulasi dalam sedimen dan tanah,
terutama pada lokasi pembuangan air limbah. Hal ini menyebabkan masalah
dalam keseimbangan ekologi lingkungan 35.

Gambar 2.6. Struktur direct yellow 27 (sumber : El Nemr, et. al., 2009)

10
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Material Jurusan Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada bulan November 2016
sampai Mei 2017. Karakterisasi dengan alat XRD dilakukan di UNDIP,
Laboratorium Fisika UNP, dan di Laboratorium BPPT Nanotech Herbal
Indonesia, karakterisasi dengan alat FTIR dan DRS UV-Vis di Laboratorium
Kimia UNP Padang, karakterisasi dengan alat VSM dilakukan di Laboratorium
Badan Tenaga Atom Nasional, Serpong, Tangerang, karakterisasi dengan alat
TEM dilakukan di UGM, Yogyakarta.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : Alat-alat gelas, hot
plate stirrer, timbangan analitik, oven, autoklaf, furnace, spektrofotometer.
Peralatan instrumentasi yang digunakan untuk mengkarakterisasi sampel
adalah X-ray diffraction (XPERT-PRO Diffractometer system), Fourier
Transformed Infra-Red (Perkin Elmer 1600 series), Diffuse Reflactance
Spectroscopy UV-Vis (SPECORD 210 PLUS - 223F1936C), Vibrating Sample
Magnetometer (OXFORD VSM 1.2H) dan Transmission Electron Microscopy
TEM JEOL JEM 1400.

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : Ni(NO 3)2.4H2O
(Merck), Fe(NO3)3.9H2O (Merck), akuades, daun kembang sepatu didapatkan
dari daerah pariaman, NaOH, zat warna direct yellow 27 didapatkan dari
industri batik daerah silungkang dan limbah zat warna batik didapatkan dari
pencucian baju batik yang menghasilkan limbah.

3.3. Prosedur Penelitian


Sintesis NiFe2O4 dilakukan dengan menggunakan metode hidrotermal dan
kalsinasi. Tujuan penggunaan dua metode ini adalah untuk membandingkan
hasil sintesis dari kedua metode.

11
3.3.1. Persiapan Ekstrak Kembang Sepatu
25 g daun segar kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) yang telah dicuci
ditumbuk dan gel yang dihasilkan dilarutkan dalam 100 ml akuades. Kemudian,
distirrer selama 45 menit sampai didapatkan larutan yang jernih. Ekstrak yang
dihasilkan dinamakan ekstrak tanaman kembang sepatu.

3.3.2. Sintesis NiFe2O4 Dengan Metode Hidrotermal


a. NiFe2O4 + Ekstrak (NiE)
Sebanyak 5 mmol Ni(NO3)2.4H2O dan 10 mmol Fe(NO3)3.9H2O dicampurkan
dalam 75 ml ekstrak kembang sepatu dan distirer dengan kecepatan 500 rpm.
Campuran yang dihasilkan dituangkan ke dalam tabung autoklaf dan
dipanaskan dalam oven pada suhu 180°C selama 3 jam. Produk yang terbentuk
kemudian disaring, dibilas dengan akuades dan dikeringkan dalam oven pada
suhu 100°C selama 4 jam.

b. NiFe2O4 + Ekstrak + NaOH (NiEN)


Sebanyak 5 mmol Ni(NO3)2.4H2O dan 10 mmol Fe(NO3)3.9H2O dicampurkan
dalam 75 ml ekstrak kembang sepatu. NaOH 2 M ditambahkan sampai pH 12
dan distirer dengan kecepatan 500 rpm. Campuran yang dihasilkan dituangkan
ke dalam tabung autoklaf dan dipanaskan dalam oven pada suhu 180°C
selama 3 jam. Produk yang terbentuk kemudian disaring, dibilas dengan
akuades hingga pH netral serta dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C
selama 4 jam.

3.3.3. Sintesis NiFe2O4 dengan metode kalsinasi (NiENK)


Sebanyak 5 mmol Ni(NO3)2.4H2O dan 10 mmol Fe(NO3)3.9H2O dicampurkan
dalam 75 ml ekstrak kembang sepatu. NaOH 2 M ditambahkan sampai pH 12
dan distirer dengan kecepatan 500 rpm. Campuran yang dihasilkan dituangkan
ke dalam tabung autoklaf dan dipanaskan dalam oven pada suhu 180°C
selama 3 jam. Produk yang terbentuk kemudian disaring, dibilas dengan
akuades hingga pH netral serta dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C

12
selama 4 jam. Produk yang terbentuk dimasukkan ke dalam box furnace pada
suhu 700°C untuk dikalsinasi.

3.3.4 Sintesis NiFe2O4 (Ni) Tanpa Ekstrak (sebagai pembanding)


Sintesis nanopartikel NiFe2O4 (Ni) dilakukan dengan metode sederhana.
Sebanyak 5 mmol Ni(NO3)2.6H2O dan 10 mmol Fe(NO3)3.9H2O dicampurkan
dalam 75 ml akuades dan distirer dengan kecepatan 500 rpm. Campuran yang
dihasilkan dituangkan ke dalam tabung autoklaf dan dipanaskan dalam oven
pada suhu 180°C selama 3 jam. Produk yang terbentuk kemudian disaring,
dibilas dengan akuades hingga pH netral serta dikeringkan dalam oven pada
suhu 100°C selama 4 jam.

3.3.5. Uji Aktivitas Fotokatalitik Terhadap Zat Warna Direct Yellow 27


Uji aktivitas sampel magnetik dilakukan sebagai berikut : Direct yellow 27
ditimbang sebanyak 1 g dilarutkan dengan akuades dalam labu 100 mL dan
didapatkan konsentrasi larutan induk 1000 mg/L. Larutan induk diencerkan
menjadi 30 mg/L. Larutan tersebut diambil 20 mL dan masing-masing
ditambahkan 20 mg material magnetik Ni, NiE, NiEN atau NiENK. Campuran
tersebut kemudian disinari di bawah sinar matahari dengan variasi lama waktu
penyinaran 0,5 - 2 jam. Setelah dilakukan penyinaran. campuran dipisahkan
dari katalis dan diukur serapan larutan dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Untuk tanpa katalis, 20 mL larutan direct yellow 27 30 mg/L disinari
dibawah matahari dengan variasi lama penyinaran 0,5 - 2 jam lalu diukur
serapan larutan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk
mengetahui banyaknya direct yellow 27 yang terdegradasi.

3.3.6 Uji Aktivitas Fotokatalitik Terhadap Limbah Zat Warna


Uji aktivitas sampel magnetik dilakukan sebagai berikut : limbah zat warna batik
diukur serapannya sehingga didapatkan 0,345 A pada λ maksimum = 542 nm.
Larutan tersebut diambil 20 mL dan masing-masing ditambahkan 15 mg
material magnetik NiEN. Campuran tersebut kemudian disinari di bawah sinar
matahari dengan variasi lama waktu penyinaran 0,5 - 2 jam. Setelah dilakukan
penyinaran. campuran dipisahkan dari katalis dan diukur serapan larutan
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Untuk tanpa katalis, 20 mL

13
larutan limbah zat warna batik disinari dibawah matahari dengan variasi lama
penyinaran 2 jam lalu diukur serapan larutan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui banyaknya limbah zat warna batik
yang terdegradasi.

Tabel 3.1. Penamaan sampel


No Nama sampel Singkatan
1 NiFe2O4 Ni
2 NiFe2O4 + 30 ml Ekstrak NiE 30
3 NiFe2O4 + 45 ml Ekstrak NiE 45
4 NiFe2O4 + 75 ml Ekstrak NiE 75
5 NiFe2O4 + 30 ml Ekstrak + NaOH NiEN
6 NiFe2O4 + 30 ml Ekstrak + NaOH + kalsinasi NiENK

14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sintesis Material Magnetik NiFe2O4

Sintesis material magnetik NiFe2O4 dilakukan dengan metode hidrotermal dan

kalsinasi menggunakan pelarut air yang dicampur dengan ekstrak kembang

sepatu. NiFe2O4 dibuat menggunakan metode hidrotermal pada suhu 180°C

selama 3 jam dengan variasi volume ekstrak 30 : 45 : 75 masing-masing diberi


nama NiE 30, NiE 45, dan NiE 75. Bubuk yang dihasilkan berwarna kuning
kecoklatan (NiE 30), merah kecoklatan (NiE 45), coklat kekuningan (NiE 75)
seperti yang terlihat pada gambar 4.1.

(a) (b) (c)

Gambar 4.1. bubuk (a) NiE 30 (b) NiE 45 (c) NiE 75

Bubuk yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan XRD untuk melihat bubuk


yang terbentuk merupakan NiFe2O4 atau tidak. NiFe2O4 ditemukan pada
sampel NiE 30. Sedangkan pada bubuk NiE 45 dan NiE 75 tidak ditemukan
NiFe2O4. Oleh karena itu, NiE dimodifikasi dengan penambahan NaOH (NiEN)
dan dikalsinasi pada suhu 700°C (NiENK). Selain itu, NiFe2O4 tanpa ekstrak
(Ni) juga dibuat dengan metode hidrotermal sebagai pembanding dalam
aktifitas fotokatalitik. Bubuk yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan (NiE
30), coklat kekuningan (Ni dan NiEN), dan hitam kemerahan (NiENK) yang
terlihat pada Gambar 4.2.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4.2. bubuk (a) Ni (b) NiE (c) NiEN (d) NiENK

15
4.2 Karakterisasi
4.2.1 X-Ray Diffraction (XRD)
Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui struktur dan ukuran kristal sampel
yang dihasilkan. Struktur kristal dapat diketahui dari puncak yang dihasilkan
dibandingkan dengan data standar. Ukuran kristal ditentukan dengan
persamaan scherrer :

𝑘λ
L= (1)
𝛽 cos 𝜃

dimana L adalah ukuran kristal (nm), λ adalah panjang gelombang sinar x, k

adalah konstanta β adalah 0,15418 nm36.


. Pada gambar 4.3 terlihat pola XRD bubuk NiE 30, NiE 45, dan NiE 75
berbentuk amorf. Pada NiE 30 terdapat puncak (3 1 1) pada 2θ 35,16° yang
menunjukkan kehadiran NiFe2O4. Sedangkan pada NiE 45 dan NiE 75
terdapat puncak tertinggi pada 2θ masing-masing 32,67° dan 33,1° yang
menunjukkan kehadiran α-Fe2O310. Hal ini disebabkan karena pada NiE 45
hanya memiliki sedikit air yang akan mengionkan logam Fe dan Ni, sehingga
tidak semua logam yang dapat terion oleh air dan tidak semuanya membentuk
Nikel hidroksida Ni(OH)2. Akibatnya, logam oksida NiFe2O4 sulit terbentuk.

Secara umum proses reaksinya adalah sebagai berikut :


Fe3+ + OH- Fe(OH)3
Fe3+ + OH- β-FeOOH
Ni2+ + OH- Ni(OH)2
β-FeOOH + Ni(OH)2 NiFe2O4

dengan reaksi samping :


β-FeOOH α-Fe2O3

Pola XRD yang ditunjukkan pada gambar 4.4 terlihat bahwa NiE 30,
NiEN, dan NiENK dapat terbentuk dengan metode hidrotermal dan kalsinasi.
Hal ini ditunjukkan dengan kehadiran puncak tertinggi (3 1 1) NiE 30, NiEN,
NiENK pada 2ϴ 35,18°, 35,34°, dan 35,74°. Pola difraksi NiEN dan NiENK

16
menunjukkan kehadiran α-Fe2O3 sebagai pengotor pada 2ϴ 33,01°. Hal ini juga
ditunjukkan laoukul et.al 2011, bahwa pada suhu kalsinasi 700°C terdapat fasa

pengotor α-Fe2O3. Pada NiENK intensitas puncak meningkat karena pada suhu

tinggi terdapat energi yang cukup untuk menyusun atom-atomnya sehingga


pembentukan kristal lebih sempurna42.

10 20 30 40 50 60 70 80
2 Theta

Gambar 4.3. Pola XRD (a) standar NiFe2O4 (b) standar Fe2O3 (c) NiE 30
(d) NiE 45 (e) NiE 75

Intensitas puncak NiENK lebih tinggi dari NIEN yang disebabkan oleh
suhu kalsinasi yang tinggi sehingga mempengaruhi kristalinitas. Sedangkan
puncak NiE 30 yang terbentuk tidak begitu jelas. Hal ini disebabkan oleh
sumber OH- hanya terdapat pada ekstrak sehingga dibutuhkan penambahan
NaOH sebagai sumber OH- agar pembentukan kristal sempurna. Berdasarkan
pola difraksi ini didapatkan informasi bahwa nanopartikel NiFe 2O4 yang
terbentuk memiliki struktur spinel kubik yang sesuai dengan standar ICDD No.
01-071-3850 (Lampiran 6).

17
* = NiFe2O4
o= α-Fe2O3 a
* *
*
* *O * * * b

*
*O * * * c

10 20 30 40 50 60 70 80
2 Theta

Gambar 4.4. Pola XRD (a) NiE 30 (b) NiEN (c) NiENK (d) standar

4.2.3 Transmission Electron Microscopy (TEM)


Morfologi permukaan dan ukuran partikel dianalisis menggunakan karakterisasi
TEM. Hasil analisis TEM menunjukkan morfologi partikel yang terbentuk
seragam. Material magnetik NiEN sebagian kecil berbentuk batang dan
sebagian besar beraglomerasi. Hal ini disebabkan oleh senyawa organik yang
masih tersisa pada proses hidrotermal karena suhu hidrotermal yang rendah.
Sedangkan material magnetik NiENK berbentuk bola dan seragam seperti yang
dihasilkan pada penelitian sebelumnya menggunakan bahan kimia berbahaya
dengan metode sol-gel tanpa ekstrak36. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan ekstrak sebagai capping agent dapat memperlambat pertumbuhan
inti sehingga material NiENK dapat berukuran lebih kecil (skala nano) walaupun
dikalsinasi pada suhu tinggi. Selain itu, penggunaan ekstrak sebagai capping
agent dapat menggantikan bahan kimia berbahaya33.

18
a) b)

c) d)

Gambar 4.5. Hasil Analisis TEM sampel a) dan b) NiEN, c) dan d) NiENK

4.2.4 Vibrating Sample Magnetization (VSM)


Sifat magnet NiE 30, NiEN, dan NiENK ditentukan melalui karakterisasi VSM.
Gambar 4.6 merupakan hasil analisis VSM untuk NiE 30, NiEN, dan NiENK.
Nilai Ms dari NiE 30, NiEN, NiENK berturut-turut 0,356 emu/g, 1,66 em/g, 34,26
emu/g. NiENK dikalsinasi pada suhu 700°C dan menghasilkan kristal yang lebih
baik dari pada NiE 30 dan NiEN. Hal ini menyebabkan nilai Ms NiENK lebih
tinggi37. Material magnetik NiE dan NiEN bersifat superparamagnetik karena
bentuk hysterisis loopnya11 dan nilai Ms-nya yang sangat rendah21. Sedangkan
NiENK bersifat ferromagnetik37. Nilai Ms NiENK yang didapatkan pada suhu
kalsinasi 700°C lebih tinggi dibandingkan dengan nilai Ms NiFe 2O4 yang

19
didapatkan pada penelitian sebelumnya yang mensintesis NiFe 2O4
menggunakan ekstrak lidah buaya dengan metode kalsinasi 600°C, 700°C,
800°C, dan 900°C dengan nilai Ms masing-masing 6,7;12,7;17,0;25,0 emu/g10.

0,4 2,0
0,3 1,5
0,2 1,0

M (emu/g)
M (emu/g)

0,1 0,5

-1,0 -0,5 0,5 1,0 -1,0 -0,5 0,5 1,0


-0,1 -0,5
-0,2 -1,0
-0,3 -1,5
-0,4 a -2,0 b
H (T) H (T)

40
30
20
M (emu/g)

10

-1,0 -0,5 0,5 1,0


-10
-20
-30
-40 c
H (T)
Gambar 4.6. kurva histerisis (a) NiE 30 (b) NiEN (c) NiENK

Tabel 4.1 Nilai Ms masing-masing katalis

Katalis Ms (emu/g)

NiE 30 0, 356

NiEN 1,66

NiENK 34,26

20
4.2.5 Diffuse Refflactance Spectroscopy UV-Vis (DRS UV-Vis)
Sifat optik material magnetik dapat ditentukan menggunakan DRS Uv-Vis. Ada
4 variasi sampel yang diukur yaitu Ni, NiE 30, NiEN, dan NiENK. Daerah
serapan masing-masing sampel yang didapatkan disubstitusikan ke dalam
persamaan planck`s :

ℎ𝑐 1240
Eg = = (2)
𝜆 𝜆 𝑚𝑎𝑥

Eg merupakan band gap fotokatalis (eV), h adalah konstanta planck`s (JS), c


adalah kecepatan cahaya (m/s) dan 𝜆 max merupakan panjang gelombang
maksimum (nm)38. Persamaan ini dikonversikan sehinggan didapatkan nilai
band gap (eV) dari masing-masing sampel (lampiran 6). Pada gambar 4.7 a, b,c
dan d merupakan kurva serapan untuk Ni, NiE 30, NiEN, dan NiENK yang
memiliki nilai absorban maksimum masing-masing 629,77 nm, 670,35 nm,
657,78 nm dan 736,498 nm. Hal ini menunjukkan bahwa katalis tersebut aktif
pada sinar tampak sehingga dapat dilakukan uji aktivitasnya di bawah sinar
matahari. Nilai band gap yang didapat masing-masing katalis adalah 1,94 eV,
1,84 eV, 1,88 eV, dan 1,68 eV (lampiran 6) yang membuktikan bahwa katalis
tersebut bersifat semikonduktor. Nilai band gap NiENK yang didapatkan
mendekati nilai yang didapatkan pada penelitian sebelumnya yaitu 1,64 eV39.
Sedangkan nilai band gap Ni, NiE 30 dan NiEN mendekati nilai yang
didapatkan pada penelitian sebelumnya yaitu ~2,1 eV yang dibuat dengan
metode sol-gel dan kopresipitasi40.

3,2
a 3,4 b
3,0
3,2
2,8 3,0
Absorban

Absorban

2,6 2,8
2,6
2,4
2,4
2,2
2,2
629,9677 670,35
2,0 2,0
400 500 600 700 800 400 500 600 700 800 900
Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm)

21
3,2
c 3,2
d
3,0

3,0
2,8
Absorban

Absorban
2,6 2,8

2,4
2,6

2,2 657,787 736,498


2,4
400 600 800 400 600 800 1000 1200
Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang (nm)

Gambar 4.7. Sifat optik material magnetik (a) Ni (b) NiE (c) NiEN (d) NiENK

Tabel 4.2 Nilai band gap masing-masing katalis

Katalis Panjang gelombang Band gap


maksimum

Ni 629,97 nm 1,97 eV

NiE 30 670,35 nm 1,85 eV

NiEN 657,78 nm 1,88 eV

NiENK 736,50 nm 1,68 eV

4.2.6 Fourier Transformed Infra-Red (FTIR)


Gugus fungsi dari material magnetik diamati dengan spektrum FTIR. Hasil FTIR
memperlihatkan adanya serapan pada bilangan gelombang 379,35 cm-1 untuk
Ni, 376,25 cm-1 untuk NiE 30, dan 373,62 cm-1 untuk NiEN yang dikaitkan
dengan adanya vibrasi antara Fe dengan O serta Ni dengan O pada sisi
oktahedral9. Sedangkan pada NiENK ditemukan serapan pada 562,62 cm -1
yang mengindikasikan adanya stretching vibrasi pada sisi tetrahedral19. Pada
serapan 883,46 cm-1, 1352,52 cm-1, dan 1356,61 cm-1 menigindikasikan adanya
Ni-O-Fe. Pada bilangan gelombang 1600-1700 cm-1 terdapat vibrasi O-H untuk
masing-masing katalis. Selanjutnya, pada serapan 3000-3338 cm-1 terdapat OH
pada katalis Ni, NiE 30, dan NiEN. Sedangkan pada NiENK tidak terdapat lagi
OH karena suhu kalsinasi yang tinggi yaitu 700°C menyebabkan lepasnya
molekul H2O. Pada NiE 30 ditemukan serapan lemah pada 994,64 cm-1 yang

22
menunjukkan adanya C-H dan 1083 cm-1 menunjukkan adanya C-N seperti
pada gambar 4.8. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat senyawa organik
yang berasal dari ekstrak kembang sepatu.

a
a
376,25
b 1629,83 376,25 1181,54
1181,54
3338,49 1083,35 608,22
1083,35 608,22 994,64
994,64
b 373,62
373,62

3137 1352,52 674,93


1623 1352,52
c 674,93
c 379,65
379,65
1356,61
3155 1633 1356,61 883,46 606,26
d 883,46 606,26
d
562,62 562,62

3500 2800 2100 1400 700 1500 1200 900 600 300
Bilangan gelombang Bilangan gelombang

Gambar 4.8. Spektrum FTIR (a) NiE 30 (b) NiEN (c) Ni (d) NiENK

4.3 Uji Aktifitas Fotokatalitik Terhadap Zat Warna Direct Yellow 27


4.3.1 Uji Efisiensi Konsentrasi
Aktivitas fotokatalitik dari Ni (pembanding), NiE 30, NiEN, dan NiENK diuji
dengan mendegradasi zat warna direct yellow 27 dengan konsentrasi 25, 30,
35, 40 mg/L di bawah sinar matahari selama 2 jam. Intensitas cahaya matahari
untuk degradasi antara 134,214-173,664 lux yang diukur dengan aplikasi
luxmeter. Persen degradasi didapatkan dengan persamaan :

Ao−A
%Degradasi = 𝐴𝑜
𝑥 100 % (3)

Dimana Ao merupakan absorban sebelum degradasi, A merupakan absorban


setelah degradasi41. Hasil uji aktivitas fotokatalitik masing-masing katalis
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9.
Pada gambar terlihat bahwa aktivitas fotokatalitik terbaik dimiliki oleh Ni
(pembanding) dan NiEN dengan persen degradasi 95,74% dan 95,25% pada
konsentrasi 25 mg/L dengan waktu penyinaran 2 jam. Persen degradasi ini jauh

23
lebih besar jika dibandingkan dengan NiE 30, NiENK, dan tanpa katalis. Pada
konsentrasi 25 mg/L dan 30 mg/L didapatkan persen degradasi yang tidak jauh
berbeda yaitu sekitar 0,5%. Sedangkan pada konsentrasi 30 mg/L dan 35 mg/L,
perbedaan persen degradasi berbeda sekitar 3 %. Oleh karena itu, untuk
selanjutnya, digunakan uji fotokatalitik pada konsentrasi 30 mg/L menggunakan
katalis yang sama dengan variasi konsentrasi.

100
Tanpa katalis
90 NiENK
NiE
80 NiEN
% Degradasi

Ni
70
60
50
40
30
20
10
0
25 30 35 40
konsentrasi
Konsentrasi (ppm)
(mg/L)

Gambar 4.9. Pengaruh konsentrasi terhadap % degradasi direct yellow 27


dengan adanya katalis Ni, NiE 30, NiEN, NiENK dan tanpa
katalis

Aktivitas terbaik dari Ni dibuktikan dengan nilai Band Gapnya yang paling
tinggi dibandingkan dengan katalis lainnya. Band gap Ni yang lebih lebar
menyebabkan umur yang panjang pada hole (h +) sehingga lebih banyak
menghasilkan radikal hidroksida yang berguna untuk mendegradasi zat warna
di bawah sinar matahari.

4.3.2 Uji Efisiensi Waktu


Uji efisiensi waktu juga dilakukan untuk melihat kemampuan katalis
mendegradasi 30 mg/L direct yellow 27 pada waktu yang telah ditentukan.
Selain itu, efisiensi waktu dilakukan untuk melihatKatalis Ni dan NiEN memiliki
aktivitas yang paling baik selama 2 jam dibandingkan katalis NiE 30 dan NiENK
masing-masing 65,18% dan 36,2% seperti yang terlihat pada gambar 4.10.

24
Persen degradasi Ni (pembanding) tidak jauh berbeda dari NiEN yang
disintesis dengan adanya ekstrak kembang sepatu. Karena, nilai band gap
keduanya tidak jauh berbeda. Jadi, penggunaan ekstrak tidak terlalu
menurunkan sifat optik dan aktivitas fotokatalitiknya serta dapat menggantikan
bahan kimia berbahaya dalam sintesis material magnetik NiFe 2O4.
100
Tanpa Katalils

90 NiENK

NiE 30
80
NiEN

70 Ni
% Degradasi

60
50
40
30
20
10
0
0,5 1,0 1,5 2,0
Waktu (Jam)

Gambar 4.10. Pengaruh lama (waktu) penyinaran terhadap % degradasi direct


yellow 27 dengan adanya katalis Ni, NiE 30, NiEN dan NiENK dan
tanpa katalis

4.3.3 Uji Efisiensi Jumlah Katalis NiFe2O4


Penggunaan 20 mg fotokatalis (Ni, NiE 30, NiEN, dan NiENK) dalam uji
fotokatalitik untuk degradasi direct yellow 27 menunjukkan hasil yang sangat
baik dan persen degradasi yang didapat hampir mendekati 100%. Untuk itu
dilakukan uji efisiensi jumlah fotokatalis dengan variasi 5 mg, 10 mg, 15 mg,
dan 20 mg. Setelah 2 jam penyinaran, persen degradasi menggunakan 15 mg
dan 20 mg fotokatalis menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, dimana
persen degradasi yang didapat adalah 33,18%, 57,08%, 90,52%, dan 91,6%
untuk masing-masing katalis NiENK, NiE 30, NiEN, dan Ni seperti yang terlihat
pada grafik 4.11. Katalis Ni dan NiEN memiliki aktifitas terbaik dengan persen
degradasi tertinggi. Apabila jumlah katalis tersebut ditambah menjadi 20 mg,
maka persen degradasi juga akan meningkat sekitar 3 %. Hal yang sama juga
terjadi untuk katalis NiE 30 dan NiENK, namun persen degradasi yang

25
dihasilkan masing-masing hanya 57,08 % dan 33,18 % untuk 15 mg. Persen
degradasi yang didapatkan pada jumlah katalis 20 mg tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan persen degradasi pada jumlah katalis 15 mg. Oleh
karena itu, untuk selanjutnya digunakan jumlah katalis 15 mg.
100
NiENK
90 NiE
NiEN
Ni
80

70
% Degradasi

60

50

40

30

20

5 10 15 20
Jumlah Katalis (mg)

Gambar 4.11. pengaruh jumlah katalis terhadap % degradasi direct yellow 27


dengan adanya katalis Ni, NiE 30, NiEN dan NiENK dan tanpa
katalis

4.4 Uji Efisiensi Katalis Recycle


Uji aktivitas fotokatalitik terhadap katalis yang sudah pernah digunakan
(recycle) juga dilakukan. Fotokatalis recycle ini merupakan material magnetik
yang sudah diaktivasi kembali dengan cara dicuci, dikeringkan dan digerus
setelah digunakan untuk uji fotokatalitik pada siklus ke-0 (pemakaian awal).
Aktivitas fotokatalitik kedua material magnetik untuk siklus ke-1 (pemakaian
kedua) mengalami penurunan seperti yang terlihat pada gambar 4.12. hal ini
disebabkan karena terjadinya penyerapan zat warna pada permukaan katalis
sehingga menutupi sisi aktif dari katalis tersebut. Oleh sebab itu, aktivitasnya
menurun sehingga persen degradasi yang didapatkan juga menurun. Jadi,
katalis material magnetik ini kurang cocok untuk digunakan kembali.

26
100 Ni
NiE 30
NiEN
80 NiENK

% Degradasi 60

40

20

0
siklus ke-0 siklus ke-1

siklus

Gambar 4.12. Grafik degradasi recycle katalis

4.3.5 Uji Aktivitas Fotokatalitik Limbah zat warna


Katalis yang telah disintesis juga diuji aktivitas fotokatalitiknya terhadap limbah
zat warna. Limbah yang akan didegradasi menggunakan katalis diambil 30 ml
dan diencerkan dalam labu 100 ml. Absorban larutan yang didapatkan sebesar
0,348 tidak jauh berbeda dengan absorban direct yellow 27 yang telah
digunakan sebelumnya yaitu 0,305.

100
NiEN
90 Tanpa katalis
80
70
% Degradasi

60
50
40
30
20
10
0
0,5 1,0 1,5 2,0
waktu (jam)

Gambar 4.13. Grafik degradasi limbah zat warna batik dengan katalis NiEN dan
tanpa katalis

27
Degradasi limbah zat warna batik ini dilakukan dengan variasi waktu
penyinaran 0,5 : 1,0 : 1,5 : 2,0 menggunakan katalis terbaik yaitu NiEN
sebanyak 15 mg. Pada gambar 4.13 terlihat bahwa katalis NiEN mampu
mendegradasi limbah zat warna batik dengan persen degradasi 84,01% selama
2 jam. Hal ini menegaskan bahwa material magnetik NiFe 2O4 berperan penting
dalam mengatasi limbah zat warna.

4.5 Kinetika Reaksi Dari Degradasi Fotokatalitik Zat Warna Direct Yellow
27 dan Limbah Zat Warna Batik
Kinetika reaksi direct yellow 27 dan limbah zat warna batik diperlihatkan pada
gambar 4.14 dan 4.15. pada gambar terlihat bahwa degradasi direct yellow 27
dan limbah zat warna batik mengikuti hukum kinetika orde satu karena
kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi direct yellow 27 ataupun limbah
batik yang akan didegradasi ditentukan dari persamaan langmuir :

Co
ln = 𝑘𝑡 (4)
𝐶𝑡

dimana Co merupakan konsentrasi awal zat warna direct yellow 27 dan limbah
zat warna, Ct merupakan konsentrasi pada selang waktu tertentu, t merupakan
waktu penyinaran, dan k merupakan konstanta laju reaksi.

3.5 y = 0.5444x + 1.9745


r = 0.9896
3

2.5 y = 0.7016x + 1.5205


r = 0.9792
ln Co/C

1.5 y = 0.1648x + 0.719


r = 0.9957
1
y = 0.1568x + 0.1275
0.5 r = 0.9675

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
waktu (jam) Ni NiE

Gambar 4.14. grafik kinetika reaksi direct yellow 27

28
Pada gambar 4.14 terlihat bahwa grafik yang diperoleh pada katalis NiE
30 paling linear dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,9957 dibandingkan katalis
lainnya. Nilai r ini lebih besar dibandingkan dengan nilai rtabel statistik pada
tingkat kepercayaan 95% sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
variasi waktu dengan konsentrasi memiliki hubungan yang erat dan memiliki
keterkaitan satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan terhadap
polutan organik hampir sempurna pada zat warna sehingga absorban yang
dihasilkan menunjukkan absorban yang maksimal di setiap waktu tertentu.
Sedangkan nilai k didapatkan dari persamaan (3) dengan nilai k tertinggi dimiliki
oleh Ni yaitu 0,02544 min-1, nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai k pada
NiEN yaitu 0,02368 min-1. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya direct yellow
27 yang terdegradasi selama 2 jam adalah sebanyak 0,002368 mg/L per menit.

2
1.8
1.6
1.4 y = 0.466x + 0.9698
r = 0.945
1.2
ln Co/C

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
waktu (jam)

Gambar 4.15. Grafik kinetika reaksi limbah zat warna

Pada gambar 4.15 terlihat bahwa grafik kinetika reaksi limbah zat warna
batik kurang linear dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,945. Nilai r ini lebih besar
dari nilai rtabel pada kepercayaan 90%. Pada hasil perbandingan ini dapat
diketahui bahwa adanya keterkaitan antara 2 variabel yaitu konsentrasi dan
waktu. Bagaimanapun, grafik yang didapatkan kurang linear. Hal ini
menunjukkan penyerapan polutan organik pada zat warna kurang sempurna,

29
sehingga % degradasi yang diperoleh kurang maksimal di setiap waktu yang
telah ditentukan. Nilai k yang diperoleh sebesar 0,0154 min -1. Nilai ini
menunjukkan banyaknya limbah zat warna batik yang terdegradasi setiap menit
selama 2 jam.

Tabel 4.3. Nilai Konstanta Kinetika Reaksi


Katalis Nilai K (min-1) Larutan
Ni 0,025440 Direct yellow 27
NiE 30 0,023680 Direct yellow 27
NiEN 0,002368 Direct yellow 27
NiEN 0,015400 Limbah zat warna batik

30
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Material magnetik NiFe2O4 telah berhasil disintesis menggunakan metode
hidrotermal dan kalsinasi dengan adanya ekstrak kembang sepatu.
2. Material magnetik yang dihasilkan menunjukkan puncak spesifik NiFe2O4,
memiliki interaksi pada bilangan gelombang 300-600 cm-1 dan aktif pada
sinar tampak.
3. NiEN yang dihasilkan bersifat superparamagnetik, sebagian kecil berbentuk
batang dan sebagian besar beraglomerasi sedangkan NiENK bersifat
ferromagnetik dan berbentuk bola yang seragam.
4. Material magnetik NiEN memiliki aktivitas fotokatalitik paling tinggi terhadap
degradasi direct yellow 27 dan limbah zat warna.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hal-hal yang dapat
disarankan antara lain mempelajari pengaruh suhu dan lamanya waktu sintesis
dalam pembentukan material magnetik NiFe2O4 untuk mendapatkan NiFe2O4
tanpa adanya pengotor. Selain itu, aktivitas fotokatalitik material magnetik juga
diuji terhadap zat warna lain seperti metilen biru, metil jingga, dan lain-lain.

31
DAFTAR PUSTAKA
1. Wang, Qi, Y., Cheng, R,. Wen, Z., Zhao, L. J., Synthesis and
Characterization of Single-Crystalline MnFe2O4 Ferrite Nanocrystals and
Their Possible Application In Water Treatment, European of Journal
Inorganic Chemistry, 2011, (19), 2942-2947.

2. Phadatare, M.R., Salunkhe, A. B., Khot,V. M.,Sathish C. I., Dhawale, D. S.,


Pawar,S.H.,Thermodynamic, Structural And Magnetic Studies of NiFe2O4
Nanoparticles Prepared by Combustion Method: Effect of Fuel, Journal Of
Alloys And Compounds, 2013, (546), 314-319.

3. Dong, N., Fangzhen He, Junlian Xin, Qizhao Wang, Ziqiang Lei, Bitao Su,
Preparation of CoFe2O4 Magnetic Fiber Nanomaterial Via A Template-
Assisted Solvothermal Method, Material Letters, 2015, (141), 238-241.
4. Verma, K. C., Singh, V. P., Ramb, M., Shah, J., Kotnala, R. K., Structural
Micro Structural And Magnetic Properties of NiFe2O4, CoFe2O4 and
MnFe2O4 Nano FerriteThin Films, Journal of Magnetism And Magnetic
Materials, 2011, (323), 3271-3275.
5. Tang, X., Hou, X., Yao, L., Hu, S., Liu, X., Xiang, L., Mn-Doped ZnFe2O4
Nanoparticles With Enhanced Performances as Anode Materials for Lithium
Ion Batteries. Materials Research Bulletin, 2014, (57), 127–134.
6. Shahid, M., Jingling,L.,Ali,Z., Shakir, I., Warsi,M. F.,Parveen, R., Nadeem,
M., Photocatalytic Degradation of Methylene Blue on Magnetically
Separable MgFe2O4 Under Visible Light Irradiation, Materials Chemistry
And Physic, 2013, (139), 566-571.
7. Kameoka, Satoshi, Toyokazu Tanabe, An Pang Tsai., Self-Assembled
Porous Nano-Composite With High Catalytic Performance By Reduction of
Tetragonal Spinel CuFe2O4, Applied Catalysis A:General, 2010, (375), 163-
171.
8. Devi, R. S., Gayathri, R.,green synthesis of zinc oxide nanoparticles by
using hibiscus rosa – sinensis, international journal of current engineering
and technology, 2014, (4), 2444-2446.

9. Manikandan, A., Sridhar, R., Antony,S. A.,Ramakhrisna, S., A Simple Aloe


Vera Plant Extract Microwave And Conventional Combustion Synthesis :
Morphological, Optical, Magnetic, And Catalytic Properties of CoFe 2O4
Nanostructur, Journal Of Molecular Structure, 2014 (1076), 188-200.
10. Laoukul P., Amornkitbamrung,V., Seraphin,S.,Maensiri, S., Characterization
And Magnetic Properties of Nanocrystalyn CuFe2O4, NiFe2O4, ZnFe2O4,
Powders Prepared by The Aloe Vera Extract Solution,Current Applied
Physics, 2011, (11), 101-102.
11. Phumying, S., Lubuayai,S., Swatsitang,E.,Amornkitbamrung, V., Maensiri,
S., Nanocrystalline Spinel Ferrite (MFe2O4, M = Ni, Co, Mn, Mg, Zn)

32
Powders Prepared by A Simple Aloe Vera Plant-Extracted Solutin
Hydrotermal Route, Material Research Bulletin, 2013, (48), 2060-2065.
12. Yuvakkumar, R., Suresh,J.,Hong, S. I., Green Synthesis of Zinc Oxide
Nanoparticles, Advanced Materials Research, 2014, (952), 137-140.
13. Zheng,Y.,Fu,L.,Han,F.,Wang,A.,Cai,W.,Yu,J.,Yang, J.,Peng, F., Green
Biosynthesis and Characterization of Zinc Oxide Nanoparticles Using
Corymbia Citriodora Leaf Extract And Their Photocatalytic Activity,Green
Chemistry Letters And Reviews, 2015, 8 (2), 59–63.
14. Stan, M., Popa, A., Toloman, D., Dahelean, A., Lung, I., Katona, G.,
Enhanced photocatalytic degradation properties of zinc oxide nanoparticles
synthesized by using plant extracts, Materials Science in Semiconductor
Processing, 2015, (39), 23–29.
15. Ramesh, M., Anbuvannan, M., Viruthagiri, G., Green synthesis of ZnO
nanoparticles using Solanum nigrum leaf extract and their antibacterial
activity, 2015, (136), 864-870
16. Bhuyan, T., Mishra, K., Khanuja, M., Prasad, R., Biosynthesis of zinc oxide
nanoparticles from Azadirachta indica for antibacterial and photocatalytic
applications, Materials Science in Semiconductor Processing, 2015, (32),
55–61.
17. Philip, Daizy, Green Synthesis Of Gold And Silver Nanoparticles Using
Hibiscus Rosa Sinensis, Physica E, 2010, (42), 1417-1424.

18. Reveendran, A., Varghese, S., Viswantahan, K., green synthesis of silver
nanoparticle using hibiscus rosa sinensis, IOSR journal of applied physic,
2016, (8), 35-38.

19. Kombaiah, K.,Vijaya,J. J., Kennedy,L. J., Bououdina, M., Studies On The
Microwave Assisted And Conventional Combustio Synthesis of Hibiscus
Rosa-Sinensis Plant Extract Based ZnFe2O4 Nanoparticles And Their
Optical And Magnetic Properties, Ceramics International, 2015, 1-9.

20. Carli, Widyanto, Haryanto I., Pengaruh Arah Serat Gelas dan Bahan
Matriks Terhadap Kekuatan Komposit “Airfoil Profile Fan Blades”. Jurnal
ISBN978-602-99334-1-3, 2012, 1 (1), 46-51.

21. Naseri, M. G., Saion, E. B., Crystalization in Spinel Ferrite Nanoparticles.


Advances in Crystallization Processes, 2012. 978-953-51-0581-7.

22. Nejati, K., Zabihi, R., Preparation And Magnetic Properties of Nano Size
Nickel Ferrite Particle Using Hydrotermal Method, Chemistry Center
Journal, 2012, (6:23), 1-6.

23. Muflihatun, Shofiah, S.,Suharyadi, E., Sintesis Nanopartikel Nickel Ferrite


(NiFe2O4) Dengan Metode Kopresipitasi Dan Karakterisasi Sifat
Kemagnetannya, Jurnal Fisika Indonesia, 2015, XIX (55), 1410-2994.

33
24. Vilar S. Y., Andujar, M.S., Aguirre C.G., Mira J., Rodrıguez M.A.S., Garcıa
S.C., A Simple Solvothermal Synthesis of MFe2O4 (M=Mn, Co and Ni)
Nanoparticles, Journal ofSolid State Chemistry, 2009, (182), 2685–2690

25. Rahmayeni, Zulhadjri, Jamarun, N., Emriadi, Arief, S., Synthesis of ZnO-
NiFe2O4 Magnetic Nanocompositesby Simple Solvothermal Method for
Photocatalytic Dye Degradation under Solar Light, oriental journal of
chemistry, 2016, (32), 1411-1419.

26. Jacob, B. P., Kumar, A., Pant, R. P, Singh, S., Mohammed, E. M., Influence
of preparation method on structural and magnetic properties of nickel ferrite
nanoparticles, Indian Academy of Sciences, 2011, (34),1345–1350.

27. Hayashi H., Hakuta Y., Hydrothermal Synthesis of Metal Oxide


Nanoparticles In Supercritical Water, Materials, 2010, (3), 3794-3817.

28. Rizal, M., ismunandar, sintesis dengan metode hidrotermal dan


karakterisasi senyawa berstruktur Aurivillius Bi4Ti3O12. Institut Teknologi
bandung, 2006, 44-48.

29. Rahmayeni, Ramadani, A., Stiadi, Y., Jamarun, N., Emriadi, Arief, S.,
Photocatalytic Performance of ZnO-ZnFe2O4 Magnetic Nanocomposites on
Degradation of Congo Red Dye under Solar Light Irradiation, Journal of
Materials and Environmental Sciences, 2017, (8),1634-1643.

30. Rosenqvist, T., Principles of Metallurgy, Second Edition, Tapir Academic


Press, 2004, Trondheim.

31. Janasi, S. R., Landgraf, F. J. G., Rodrigues, D., effect of calcination


conditions on the magnetic properties of MnZn ferrites powders produced
by Co Precipitation, 2005, (498-499), 119-124.

32. Murase, H., Yasuda, H., Nakahira, A., Effect of High Magnetic Field on
Ferrite Materials Obtained by Calcination of Layered Double Hydroxyde,
2007, (48), 2877-2882.

33. Gingasu, Dana, Mindru, I., Mocioiu, Oana C., Preda,S., Stanica, N., Patron,
L., Ianculescu, A., Oprea, O., Nita, S., Paraschiv, I., Popa, M., Saviuc, C.,
Bleotu, C., Chifiriuc, M.C., Synthesis of Nanocrystalline Cobalt Ferrite
Through Soft Chemistry Methods: A Green Chemistry Approach Using
Sesame Seed Extract, Materials Chemistry And Physics, 2016, 1-12.
34. Surya, S., Kumar, G. D., Rajakumar, R., international journal of innovative
research in science, engineering, and technology, 2016, 5242-5247.

35. El Nemr, A., Khaled, A., El-Sikaily.A, Abdelwahab. O, Treatment Of Artificial


Textile Dye Effluent Containing Direct Yellow 12 By Orange Peel Carbon,
Department of Pollution, Environmental Division, National Institute of
Oceanography And Fisheries, El-Anfoushy, Kayet Bey, Alexandria, Egypt.
Desalination, 2009, (238), 210-232.

34
36. Khosravi, I., Eftekhar, M., Characterization and evaluation catalytic
efficiency of NiFe2O4 nanospinel in removal of reactive dye from aqueous
solution, Powder Technology, 2013, (250),147–153.

37. Melo, R.S., magnetic ferrites synthesised using the microwave-


hydrothermal method, Journal Of Magnetism And Magnetic Materials, 2015,
(381), 109-115.
38. Lamba, R., Umar, A., Mehta, S. K., Kansal, S. K., CeO 2-ZnO hexagonal
nanodisks: Efficient material for the degradation of direct blue 15 dye and its
simulated dye bath effluent under solar light, Journal of Alloys and
Compounds, 2015, (620), 67–73.

39. Sun, Q. C.,Sims, H., mazumdar, D., Ma, J. X., Holinsworth, B. S., Optical
band gap hierarchy in a magnetic oxide: Electronic structure of NiFe2O4.
Physical Review, 2012, (B 86), 205106-1 – 205106-6.

40. Casbeer, E., Sharma, V. K., Li, X. Z., Synthesis and photocatalytic activity
of ferrites under visible light: A review, Separation and Purification
Technology, 2012, (87), 1–14.

41. Rahmayeni, asriyanti, D., Stiadi, Y., Jamarun, N., Emriadi, Arief, S.,
Preparation, characterization of ZnO/CoFe2O4 magnetic nanocomposites
and activity evaluation under solar light irradiation, Journal of Chemical and
Pharmaceutical Research, 2015, 7(9S),139-146

42. Rizka, A. B., Triwikantoro, Pengaruh Temperatur Kalsinasi dan Waktu


Penahanan Terhadap Pertumbuhan Kristal Nanosilika, Jurnal Teknik
Pomits, 2014, (1), 1-5.

35
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dasar-dasar Perhitungan Yang Digunakan Dalam Penelitian

a. Perhitungan persiapan ekstrak


Pada penelitian ini daun kembang sepatu dilarutkan dalam pelarut akuades
dengan perbandingan massa daun kembang sepatu : akuades adalah 1 : 4.

b. Pada penelitian ini nikel nitrat heksahidrat (sumber Ni2+) dan besi nitrat
nonahidrat (sumber Fe3+) dilarutkan dengan pelarut 30 ml ekstrak dan 45 ml
akuades. Perbandingan mol yang digunakan adalah M2+ : Fe3+ adalah 1 : 2.

 Massa Ni(NO3)2 . 6H2O


290,81 mg
mg = × 10 mmol = 2908,1 mg
mmol

 Massa Fe(NO3)3 . 9H2O


403,95 mg
mg = × 10 mmol = 8079 mg
mmol

36
Lampiran 2. Skema Kerja
2.1. Sintesis Nanopartikel NiFe2O4 dengan metode hidrotermal

10 mmol Ni(NO3)2.4H2O 20 mmol Fe(NO3)3.9H2O

- dicampurkan dalam 75 mL larutan


ekstrak kembang sepatu
- distirring dengan kecepatan 500 rpm

Campuran

- dituangkan dalam tabung autoklaf


- dipanaskan dalam oven pada suhu
180°C selama 3 jam

Endapan
- di saring dan dicuci dengan
akuades hingga pH netral
- dikeringkan dalam oven pada suhu
100°C selama 3 jam

NiFe2O4

37
2.2. Sintesis Nanopartikel NiFe2O4 dengan metode kalsinasi

10 mmol Ni(NO3)2.4H2O 20 mmol Fe(NO3)3.9H2O

- dicampurkan dalam 75 mL larutan


ekstrak kembang sepatu
- distirring dengan kecepatan 500 rpm

Campuran

- dituangkan dalam tabung autoklaf


- dipanaskan dalam oven pada suhu
180°C selama 3 jam

Endapan
- di saring dan dicuci dengan
akuades hingga pH netral
- dikeringkan dalam oven pada suhu
100°C selama 2 jam
- dikalsinasi dalam box furnace pada
suhu 700°C

NiFe2O4

38
2.3. Uji Aktivitas Fotokatalis NiFe2O4

1 g Direct yellow 27

- dilarutkan dengan akuades dalam


labu ukur 100 mL
Larutan Direct yellow 1000 mg/L
- diencerkan 30 mg/L
- diambil 20 mL
- ditambahkan 0,02 g NiFe2O4
Campuran

- disinari dibawah sinar matahari dengan


lama waktu penyinaran 2 jam

Larutan sampel setelah


degradasi

- dipisahkan dari katalis


- diukur serapan larutan dengan
spektrofotometer UV-Vis

Absorban

- diukur nilainya

Persen Degradasi direct yellow


27

39
2.4. Uji Aktivitas Fotokatalis NiFe2O4

Limbah zat warna batik

- dipipet 30 ml
- diencerkan dalam labu 100ml

Larutan limbah zat warna batik abs 0,346

- diambil 20 mL
- ditambahkan 0,15 g NiEN

Campuran

- disinari dibawah sinar matahari dengan


lama waktu penyinaran 2 jam

Larutan sampel setelah


degradasi

- dipisahkan dari katalis


- diukur serapan larutan dengan
spektrofotometer UV-Vis

Absorban

- diukur nilainya

Persen degradasi limbah zat


warna

40
Lampiran 3 : Pola XRD
3.1. Pola XRD NiE 30 (NiE)

1300

1200

1100
intensitas

1000

900

800

700

600
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 theta

3.2. Pola XRD NiE 45

600

550

500

450
Intensitas

400

350

300

250

200
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 theta

41
3.3. Pola XRD NiE 75

1300

1200

1100
intensitas

1000

900

800

700

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 theta

3.4. Pola XRD NiE 30 + NaOH (NiEN)

800

700

600
intensitas

500

400

300

200

0 20 40 60 80 100
2 theta

42
3.5. Pola XRD NiE 30 + NaOH + kalsinasi (NiENK)

2400

2200

2000

1800

1600
intensitas

1400

1200

1000

800

600

400
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2 theta

43
Lampiran 4. Data ICDD No. 01-071-3850 untuk NiFe2O4
Peak list
No. h k l d [A] 2Theta[deg] I [%]
1 1 1 1 4.82490 18.373 6.6
2 2 2 0 2.95460 30.225 28.1
3 3 1 1 2.51970 35.602 100.0
4 2 2 2 2.41250 37.241 7.5
5 4 0 0 2.08920 43.272 20.4
6 3 3 1 1.91720 47.379 1.4
7 4 2 2 1.70590 53.686 8.0
8 5 1 1 1.60830 57.234 24.2
9 4 4 0 1.47730 62.856 33.8
10 5 3 1 1.41260 66.091 0.8
11 6 2 0 1.32140 71.316 2.4
12 5 3 3 1.27440 74.377 6.0
13 6 2 2 1.25990 75.381 2.5
14 4 4 4 1.20620 79.378 2.1
15 7 1 1 1.17020 82.335 0.4
16 6 4 2 1.11680 87.219 2.1
17 7 3 1 1.08800 90.144 8.3
18 8 0 0 1.04460 95.023 3.1
19 7 3 3 1.02100 97.956 0.1

Stick Pattern

44
Lampiran 5. Data ICDD No. 03-065-0390 untuk α-Fe2O3

Peak list
No. h k l d [A] 2Theta[deg] I [%]
1 1 0 1 5.89080 15.027 100.0
2 1 1 0 5.89080 15.027 100.0
3 1 1 1 4.81150 18.425 74.4
4 2 0 0 4.16980 21.291 0.8
5 1 0 2 3.72330 23.880 8.4
6 2 0 1 3.72330 23.880 8.4
7 1 1 2 3.40340 26.162 26.5
8 2 1 1 3.40340 26.162 26.5
9 2 0 2 2.94540 30.321 36.5
10 2 2 0 2.94540 30.321 36.5
11 2 1 2 2.77730 32.205 1.9
12 2 2 1 2.77730 32.205 1.9
13 1 0 3 2.63220 34.033 5.8
14 3 0 1 2.63220 34.033 5.8
15 3 1 1 2.51400 35.685 24.6
16 1 1 3 2.51020 35.741 22.7
17 2 2 2 2.40580 37.348 3.8
18 2 0 3 2.31300 38.906 1.1
19 3 2 0 2.31300 38.906 1.1
20 2 1 3 2.22580 40.495 10.2

Stick Pattern

45
Lampiran 6. Perhitungan Nilai Band gap

a. Ni
3,2
a
3,0

2,8
Absorban

2,6

2,4

2,2
629,9677
2,0
400 500 600 700 800
Panjang Gelombang (nm)

Perhitungan Nilai Egap

h. C
E=
λ

6.626 x 10-34 Js . 3 x 108 m/s


=
1m
629,97 nm x
10-9 nm

-17 6,24 x 1018 eV


= 0.03155 x 10 Jx
1J
= 1,97 eV

b. NiE 30

3,4 b
3,2
3,0
Absorban

2,8
2,6
2,4
2,2
670,35
2,0
400 500 600 700 800 900
Panjang Gelombang (nm)

46
Perhitungan Nilai Egap

h. C
E=
λ

6.626 x 10-34 Js . 3 x 108 m/s


=
1m
670,35 nm x
10-9 nm

-17 6,24 x 1018 eV


= 0.02965 x 10 Jx
1J
= 1,85 eV

c. NiEN
3,2
c
3,0

2,8
Absorban

2,6

2,4

2,2 657,787

400 600 800


Panjang Gelombang (nm)

Perhitungan Nilai Egap

h. C
E=
λ

6.626 x 10-34 Js . 3 x 108 m/s


=
1m
657,78 nm x
10-9 nm
6,24 x 1018 eV
= 0.0302 x 10-17 J x
1J
= 1,88 eV

47
d. NiENK

3,2
d

3,0
Absorban

2,8

2,6

736,498
2,4
400 600 800 1000 1200
Panjang Gelombang (nm)

Perhitungan Nilai Egap

h. C
E=
λ

6.626 x 10-34 Js . 3 x 108 m/s


=
1m
736,50 nm x
10-9 nm
6,24 x 1018 eV
= 0.02698 x 10-17 J x
1J
= 1,68 eV

48
Lampiran 7. Tabel-tabel Data Uji Aktivitas Fotokatalitik

Tabel 1. Data penentuan konsentrasi optimum zat warna dengan katalis NiENK,
NiE 30, NiEN, Ni, dan tanpa katalis. Jumlah katalis 20 mg, 20 ml
larutan direct yellow 27 dan lama penyinaran 2 jam.

Direct yellow 27 Tanpa Katalis NiENK NiE 30 NiEN Ni

Konsentrasi A A D (%) A D (%) A D (%) A D (%) A D (%)


(mg/L)
25 0,316 0,2770 12,35 0,1860 41,12 0,0970 77,4 0,0165 95,25 0,0135 95,74

30 0,377 0,3475 7,83 0,2635 36,73 0,1390 76,42 0,0180 95,22 0,0155 95,5

35 0,428 0,3965 7,35 0,2715 36,56 0,1635 72,08 0,034 92,17 0,0330 92,3

40 0,485 0,4735 2,3 0,3200 34,02 0,2325 69,17 0,0435 91,03 0,0430 91,13

Tabel 2. Data pengaruh waktu terhadap degradasi zat warna direct yellow 27,
jumlah katalis 20 mg, konsentrasi larutan 30 mg/L, volume larutan 20
mL dan lama penyinaran 2 jam

Waktu Tanpa Katalis NiENK NiE 30 NiEN Ni


(jam)
A D (%) A D (%) A D (%) A D (%) A D (%)
0,5 0,349 2,8 0,286 20,41 0,160 54,6 0,057 84,08 0,037 89,52

1 0,345 3,96 0,281 21,78 0,150 56,6 0,040 88,87 0,031 91,34

1,5 0,344 7,23 0,250 30,93 0,138 61,52 0,024 93,33 0,021 93,9

2 0,333 7,50 0,229 36,2 0,125 65,18 0,021 94,02 0,017 95,06

Tabel 3. Data uji aktivitas dengan variasi jumlah katalis selama 2 jam,
konsentrasi larutan 30 mg/L, 20 mL larutan direct yellow 27

Jumlah NiENN NiE 30 NiEN Ni (%)


katalis
A D (%) A D (%) A D (%) A D (%)
(mg)
5 0,2679 16,53 0,2145 33,3 0,1140 64,55 0,0850 73,55

10 0,2315 22,84 0,1565 51,35 0,0365 88,63 0,033 89,73

15 0,2145 33,18 0,1380 57,08 0,0305 90,52 0,0270 91,6

20 0,2135 35,59 0,1195 62,84 0,0180 94,39 0,0168 94,55

49
Tabel 4. Data uji aktivitas 15 mg katalis recycle terhadap direct yellow 27
selama 2 jam, volume larutan 20 mL

Siklus ke-0 Siklus ke-1


Katalis
A D (%) A D (%)

Ni 0,0145 95,24 0,096 68,52

NiE 30 0,1095 64,09 0,156 48,85

NiEN 0,0310 94,69 0,155 49,18

NiENK 0,218 62,59 0,192 17,37

Tabel 5. Data uji aktivitas 15 mg NiEN terhadap limbah zat warna batik selama
2 jam, volume larutan 20 mL

Waktu (jam) TK (%) NiEN (%)

A D (%) A D (%)

0,5 0,3375 2,74 0,115 66,87

1 0,3330 4,05 0,072 79,26

1,5 0,3310 4,62 0,064 81,55

2 0,3275 5,63 0,055 84,01

50
Lampiran 8. Hasil Degradasi Direct Yellow 27 Menggunakan Katalis Ni, NiE
30, NiEN,dan NiENK

30 mg/L direct yellow 27 sebelum degradasi

a. Variasi konsentrasi direct yellow 27

a b

c d

51
Keterangan :
a. Direct yellow 27 setelah degradasi selama 2 jam dengan konsentrasi 25,
30, 35, 40 mg/L menggunakan katalis Ni.
b. Direct yellow 27 setelah degradasi selama 2 jam dengan konsentrasi 25,
30, 35, 40 mg/L menggunakan katalis NiEN.
c. Direct yellow 27 setelah degradasi selama 2 jam dengan konsentrasi 25,
30, 35, 40 mg/L menggunakan katalis NiE 30.
d. Direct yellow 27 setelah degradasi selama 2 jam dengan konsentrasi 25,
30, 35, 40 mg/L menggunakan katalis NiENK.

b. Variasi Waktu Penyinaran

a b

c d

Keterangan :

a. Hasil degradasi larutan Direct Yellow 27 setelah 0,5 jam penyinaran.


b. Hasil degradasi larutan Direct Yellow 27 setelah 1 jam penyinaran.
c. Hasil degradasi larutan Direct Yellow 27 setelah 1,5 jam penyinaran.
d. Hasil degradasi larutan Direct Yellow 27 setelah 2 jam penyinaran.

52
C. Variasi Jumlah Katalis

a b

c d

Keterangan :
a. Degradasi 30 mg/L direct yellow 27 dengan 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 mg katalis Ni.
b. Degradasi 30 mg/L direct yellow 27 dengan 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 mg katalis NiEN.
c. Degradasi 30 mg/L direct yellow 27 dengan 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 mg katalis NiE 30.
d. Degradasi 30 mg/L direct yellow 27 dengan 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 mg katalis NiENK.

d. Hasil Degradasi Direct Yellow 27 dengan Katalis Recycle

a b

Keterangan :
a. Siklus ke-0 penggunaan 15 mg katalis untuk 30 mg/L direct yellow 27.
b. Siklus ke-1 penggunaan 15 mg katalis untuk 30 mg/L direct yellow 27.

53
Lampiran 9. Hasil Degradasi Limbah Zat Warna Batik Menggunakan
Katalis NiEN

Keterangan :
a. Limbah zat warna batik sebelum degradasi.
b. Hasil degradasi limbah zat warna batik dengan NiEN selama 0,5;1; 1,5;2
jam.

54
Lampiran 10. Spektrum Serapan Spektrofotometer UV-Vis

Penentuan λ maksimum direct yellow 27 sebelum degradasi

Serapan Uv-Vis terhadap direct yellow 27 sebelum dan setelah


degradasi

Penentuan λ maksimum limbah zat warna batik

55
BIODATA PENULIS
DATA PRIBADI

Nama lengkap : Jelita Putri


Tempat dan tanggal lahir : Kp. Dalam, 7 Maret 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Telp/HP : 085375635407
Asal SMA : SMA N 1 V Koto Kampung Dalam
Orang Tua
Nama ayah : Indra
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Ali Murni
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anak ke :5
Alamat rumah : Lansano, Kenagarian Sikucur, Kecamatan V Koto
Kampung Dalam
Kabupaten : Padang Pariaman
Kode Pos : 25552
Telepon :-
Email : Jelitaputri46.jp@gmail.com
Pengalaman organisasi :
- Anggota Divisi Kajian dan Akademis HIMKA
Unand
Motto Hidup : Trust God, He knows all about you than yourself

56

Anda mungkin juga menyukai