OLEH
SITTI HANAFIAH
F1C1 18 031
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita
rahmat dan kasi sayang-Nya, kepada kita salawat serta salam tak lupa kita pula
kita ucapkan kepada junjunagn kita Nabi Muhammad SAW yamg telah membawa
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapt kesalahan dan
kekurangan, untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang dapat
telah membantu dalm rangka penyusunan makalah ini, semoga jasa baik mereka
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Sensor Kimia...................................................................................................5
3. Sistem sensor Kimia.........................................................................................9
B. Sensor H2S....................................................................................................11
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan daerah rawan bencana dari aktifitas vulkanologi, salah satu aspek dari
kegiatan vulkanologi adalah keluarnya gas beracun secara tiba-tiba. Jalur lalu
lintas yang padat juga dapat menimbulkan gas beracun dari emisi gas buang
terhadap tubuh manusia maka gas karbon monoksida (CO) dan Hidrogen Sulfida
H2S memiliki tingkat paling tinggi. Jenis gas CO merupakan senyawa yang
dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, tidak berbau dan sangat
berbahaya bagi tubuh manusia karena dapat dengan mudah diikat oleh
banyak dikeluarkan oleh aktifitas geothermal bumi. Penyerapan gas H2S oleh
darah dapat mengurangi jumlah gas oksigen dalam darah. Pada jumlah tertentu
gas H2S terlarut dalam darah dapat menganggu kinerja otak dan syaraf serta
A. Sensor Kimia
Secara umum sensor bisa diartikan sebagai alat atau piranti yang dapat
temperatur adalah alat atau piranti yang memiliki respon terhadap suhu,
celcius/kelvin. Salah satu contoh sensor kimia yang kita kenal secara baik adalah
yang terjadi pada kertas lakmus tersebut. Sedangkan alat lain yang lebih
tepat dalam pengukuran pH suatu larutan biasanya kita gunakan pH meter. Alat
adanya respon elektrik terhadap pH larutan yang kemudian bisa kita baca
atau pH meter yang berupa elektroda gelas, dapat memberikan respon atau
kimiawi maupun elektrik kemudian diubah menjadi suatu sinyal yang bisa
diamati, biasanya oleh mata kita. Pada kasus kertas lakmus atau indicator pH,
dapat dilihat dengan mudah oleh mata kita karena adanya perubahan warna
yang terjadi. Sedangkan pada pH meter, respon elektrik, yang berupa
sinyal. Secara karikaturis sensor kimia dapat dianalogikan seperti Gambar 1.1.
dengan menggunakan reaksi kimia dari reagen kimia yang sesuai. Entitas
kimiawi yang dideteksi tersebut biasanya disebut analit. Secara garis besar
Dari Gambar 1.2 diatas maka dapat didefinisikan bahwa sensor kimia
adalah suatu alat analisa (analytical device) yang berisi reagen kimia (chemical
konsentrasi dari analit tersebut [1.1, 1.2]. Secara singkat sensor kimia dapat
antara dua disiplin ilmu, yaitu kimia yang melibatkan reaksi kimia yang
mudah dibaca baik secara analog dengan jarum penunjuk maupun secara digital,
Sebuah sensor kimia yang ideal adalah sensor yang mampu berinteraksi
dengan analit secara reversibel, sehingga sinyal sensor dapat dikontrol dengan
ilustrasi sebuah sensor kimia yang bereaksi dengan analit. Bila sensor kimia
yang terjadi dapat digambarkan secara ringkas seperti pada Gambar 1.7.
Secara umum dapat dikatakan bahwa mekanisme dari suatu sensor kimia
dapat dirancang atau didesain sesuai dengan karakteristik analit yang ingin
dideteksi.
Tetap Sensor gas H2S adalah sensor H2S, detektor, pemancar, pengontrol, PLC,
DCS, dan pengumuman dalam bentuk alarm suara dan visual. Pengukur H 2S yang
pengumuman alarm sistem PLC atau DCS. Mungkin juga terdapat peringatan
lokal perangkat alarm audio dan visual untuk memperingatkan personel di area
bahwa tingkat H2S yang terdeteksi oleh sensor H2S berada di atas tingkat
berbahaya.
Sebagai suatu sistem pengukuran, sensor kimia Pada bagian ini reaksi
dapat dibaca dengan mudah sebagai output, baik secara analog maupun digital .
perubahan fisika-kimia yang terjadi dapat dirubah menjadi sinyal listrik sehingga
mudah dibaca baik secara analog dengan jarum penunjuk maupun secara digital,
kimia dapat diberikan pada Gambar 1.11, dengan mengunakan metode transduser
secara elektrokimia.
Adanya perbedaan potensial/tegangan elektroda kerja dan elektroda referensi
pada Gambar 1.11 karena adanya perubahan konsentrasi analit tertentu yang
untuk merespon adanya analit gas beracun seperti H2S. Karena potensial yang
dihasilkan biasanya relatif kecil (mV), maka desain intrumentasi sangat penting
ataupun chard recoder maupun secara digital dengan digital display. Pada
pembacaan secara digital, karena sifat sinyal sensor yang dihasilkan adalah
analog, maka terlebih dahulu harus digunakan sebuah konverter dari analog ke
digital, yang biasa disebut dengan ADC (analog digital converter). Gambar
sensor optik (optosensing) diaplikasikan untuk deteksi gas dalam hal ini
gas beracun H2S. Aliran gas dilakukan dengan pompa gas, yang berfungsi
sebagai sampling gas pada tekanan atmosfir. Pada sistem sensor gas ini
digunakan timbal asetat yang diimmobilisasi pada membran dengan teknik sol-
gel. Teknik ini dapat dilihat sebagai perbaikan dari metode penentuan gas H2S
penggunaan serat optic dalam system sensor ini, telah memungkinkan sistem ini
untuk diminiaturisasi, yang akan menurunkan jumlah sampel, reagen dan waktu
analisis. Pengukuran gas H2S digunakan timbal asetat sebagai reagen yang
1. Immobilisasi Reagen
fasa padat atau material pendukung secara merata, yang memungkinkan untuk
dideteksi. Pengikatan reagen ini dapat ditempuh dengan berbagai cara yaitu
fisika dan kimia. Dalam sensor gass H2O digunakan timbal asetat sebagai reagen
berubah dari warna putih white menjadi abu-abu tua (dark grey), sebagai
hasil dari pembentukan timbal sulfida (PbS) pada membran sensor tersebut.
Karenanya, respons sensor terhadap H2S dapat dijelaskan seperti reaksi gas
gas H2S kedalam membran sol-gel. Mekanisme ini juga terbantu dengan adanya
kelembaban udara (uap air). Hal ini karena uap air yang ada mempercepat
reagen untuk gas H2S yang sangat selektif dan sensitif [9.7]. Oleh karenanya,
gangguan yang berasal dari gas lain sangat kecil. Pada metode dengan kertas,
gangguan dari sulfur dioksida, ozone dan oksigen dapat dihilangkan selama
sulfida. Hal ini tentu tidak karena pengukuran dilakukan secara simultan pada
berbagai
mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi besaran listrik berupa
Kuswandi, B, 2008, Sensor Kimia Teori, Praktek & Aplikasi, Kimia Farma :
Jember.
Qiao, X., Youxun X., Kai Y., Jingzhou M., Can L., Hongqiang W., Lichao J.,
2020, Mo doped BiVO4 gas sensor with high sensitivity and selectivity
towards H2S, Chemical Enginering Journal, DOI :
10.1016/j.cej/2020.125144.