NADRIATUL SULFANA
A24117053
SKRIPSI
i
ABSTRAK
Nadriatul Sulfana, 2022. Optimasi Sifat Listrik Lapisan Tipis Fluorine Doped Tin
Oxide (FTO) dengan Metode Spray Pyrolisis. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Pembimbing: (I) Dr. Sahrul
Saehana, M.Si.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menghasilkan kaca FTO yang memilki
sifat listrik yang optimal. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen
lab. Pembuatan kaca FTO menggunakan metode spray pyrolysis. Pembuatan kaca
FTO ini, menggunakan bahan baku timah (II) klorida dihidrat (SnCl . 2H O) dan
ammonium fluoride (NH F) dengan konsentrasi 0,7 M. Adapun parameter yang
digunakan pada penelitian ini yaitu variasi temperatur deposisi 450℃, 475℃, dan
500℃ dengan waktu tetap 40 menit. Pada penelitian ini, dilakukan pengujian
resistansi, Scanning Electrone Mikroscope (SEM), dan X-Ray Diffraction (XRD).
Hasil penelitian ini didapatkan nilai resistansi pada variasi temperaur 450℃ sebesar
615,38 𝜴, temperatur 475℃ sebesar 400 𝜴, dan temperatur 500℃ sebesar 14 k𝜴.
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan hasil optimal pada variasi temperatur
deposisi 475℃ dengan waktu 40 menit.
iii
ABSTRACT
The purpose of this research is to produce FTO glass which has optimal
electrical properties. This type of research is included in laboratory experiment
research, with the FTO glass making method using the spray pyrolysis method. This
FTO glass manufacture uses tin (II) chloride dihydrate (𝑆𝑛𝐶𝑙 . 2𝐻 𝑂) and
ammonium fluoride (𝑁𝐻 F) with a concentration of 0.7 M. The parameters used in
this study are variations in deposition temperatures of 450, 475, and 500 with a fixed
time of 40 minutes. . In this research, resistance, Scanning Electrone Microscope
(SEM), and X-Ray Diffraction (XRD) tests were carried out on FTO glass. The
results of this study showed that the resistance value at 450℃ temperature variation
was 615.38 , temperature 475℃ was 400 𝜴 , and temperature 500℃ was 14 k𝜴.
Based on the results of this study, the optimal results were obtained at the deposition
temperature variation of 475℃ with a fixed time of 40 minutes.
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
﷽
Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kepada Allah swt. atas segala nikmat
kesehatan, kekuatan serta kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya yang berjudul “Optimasi Sifat Listrik
Lapisan Tipis Fluorine Doped Tin Oxide (FTO) Dengan Metode Spray
Pyrolisis”. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan pada Rasulullah SAW,
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas
Tadulako. Besar harapan penulis agar skripsi ini menjadi penunjang ilmu
Penulis sadar bahwa segala bentuk kesulitan, kemudahan, suka dan duka
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan ini, begitu pula dalam
penelitian dan penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada kedua orang tua penulis,
Bapak Masrin Habuna dan Ibu Djuhadia yang telah merawat, mendidik,
membesarkan penulis dengan penuh ketulusan hati dan terima kasih atas do’a,
penulis dan ucapan terima kasih kepada saudara kandung penulis, Irma, S.Pd.,
v
Rinawati, S.Pd., dan Abdul Mugis, S.E yang telah tulus memberikan dukungan serta
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr.
Sahrul Saehana, M.Si selaku pembimbing yang dengan kerelaan hati meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, arahan-arahan, serta saran yang sangat berharga
skripsi ini, dan ucapan terimakasih kepada bapak Dr. Darsikin, M.Si, bapak Muh.
Syarif S.Pd., M.Pd., sebagai dosen pembahas yang telah membimbing dan
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahfudz, M.P., Rektor Universitas Tadulako yang telah
Universitas Tadulako.
2. Bapak Dr. Ir. Amiruddin Kadek, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
3. Bapak Dr. H. Nurhayadi, M.Si selaku Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas
4. Bapak Abdul Kamaruddin, S.Pd., M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan bidang
Tadulako.
vi
5. Bapak Dr. Iskandar, M.Hum selaku Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan
6. Ibu Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
7. Bapak Dr. Sahrul Saehana, M.Si, Koordinator Program Studi Pendidikan Fisika
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Program Studi Pendidikan Fisika yang telah
tulus mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama
di bangku kuliah.
yang telah memberikan bekal ilmu serta memberi nasehat kepada penulis.
10. Kaka senior Aqidatul Izzah, S.Pd yang telah membimbing dan memotivasi
Krispina Wona, S.Pd, Debi Dwi Erika, Saraswati S.Pd, Arifa, I’in Faradila, Indah,
Popi Kasari, Lily Nursapitri K. Pundanga, S.Kom, Nur Fathiatul Jannah S.Kom,
Riska Irham, S.Farm, Fitri, S.I.Kom, Nono, Elsa Fitra, S.P yang telah sabar dan
masih bertahan menemani sampai ke titik ini, menjadi support system, teman
dalam segala situasi. Terimakasih sudah menjadi bagian dari kenangan yang
vii
12. Teman-teman kelas C, yang mohon maaf tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terimakasih untuk waktu dan kebersamaan yang boleh terjalin selama ini.
tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas doa, motivasi dan
14. Ahlun Nazar, S.H yang telah tulus dan sabar memberikan dukungan serta
15. Semua pihak yang terlibat membantu baik dalam doa maupun bantuan secara
langsung dalam setiap proses yang boleh terlewati sampai saat ini, yang mohon
maaf tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih sudah menjadi bagian dari
Dengan kerendahan hati, penulis berharap agar skripsi ini mendapat ridha dari
Allah swt. dan memberi manfaat bagi masyarakat serta penikmat ilmu pengetahuan,
Nadriatul Sulfana
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
ABSTARAK iii
ABSTARACK iv
UCAPAN TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Batasan Istilah 4
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 64
5.2 Saran 65
ix
DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Nilai Resistansi Kaca FTO menggunakan multimeter 33
4.2 Daftar Puncak Difraktogram hasil Uji XRD pada Temperatur 450℃ 40
4.3 Daftar Puncak Difraktogram hasil Uji XRD pada Temperatur 475℃ 41
4.4 Daftar Puncak Difraktogram hasil Uji XRD pada Temperatur 500℃ 43
4.5 Perbandingan Ukuran Kristal Pada Variasi Temperatur 55
xi
DAFTAR GAMBAR
Gbr. Halaman
2.1 Kaca Fluorine Doped-Tin Oxide (FTO) 9
2.2 Skema Metode Spray Pyrolisis 14
2.3 Skema Kerja SEM 15
2.4 Penghamburan Elektron dari sinar X 16
2.5 Prinsip Kerja X-Ray 18
2.3 Skema kerangka Pemikiran 21
3.1 Nebulizer Omron Ne-C28 23
3.2 Ultrasonic Cleaner 23
3.3 Neraca Digital 24
3.4 Magnetic stirrer dan plat pemanas 24
3.5 Aluminium Foil 25
3.6 Selang dan corong 25
3.7 Statif dan klem 25
3.8 𝑆𝑛𝐶𝑙 𝐻 𝑂 26
3.9 𝑁𝐻 𝐹 26
3.10 Diagram alir penelitian 31
4.1 Hasil kaca FTO 32
4.2 Kurva I-V hasil pengukuran temperature 450℃ 34
4.3 Kurva I-V hasil pengukuran temperature 475℃ 35
4.4 Kurva I-V hasil pengukuran temperature 500℃ 36
4.5 Grafik hubungan suhu dan resistansi 37
4.6 Hasil pemgukuran SEM 38
4.7 Difraktogram hasil Uji XRD pada Temperatur 450℃ 39
4.8 Difraktogram hasil Uji XRD pada Temperatur 475℃ 41
4.9 Difraktogram hasil Uji XRD pada Temperatur 500℃ 42
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. Halaman
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
satu perkembangan teknologi canggih pada bidang sains yang ada pada saat ini.
Conducting Oxide (TCO) adalah sebuah material konduktif dan transparan yang
dilapiskan pada kaca. Adapun pengaplikasian dari lapisan ini sangat luas dan sering
ditemui di kehidupan masyarakat, dimana lapisan ini bisa ditemui pada layar
ditemui pada layar LCD, panel surya, pemanas optik hingga sensor cahaya (Woger,
2003).
Hotim (2015) menyatakan bahwa Indonesia pada saat ini merupakan net
importer material TCO artinya Indonesia masih menjadi negara yang lebih banyak
melakukan import TCO daripada melakukan ekspor TCO. Oleh karena itu,
diperlukan produksi material ini di dalam negeri sebagai bentuk upaya menuju kearah
kemandirian energi di dalam negeri dan pemenuhan kebutuhan pasar serta dapat
1
2
diantaranya adalah Indium Tin Oxide (ITO) dan Fluorine Doped Tin Oxide (FTO).
Menurut U.S Geological Survey menyatakan bahwa cadangan indium dalam kerak
bumi pada tahun 1998 diperkirakan hanya 2600 ton. (Dengyuan, 2005). Oleh sebab
itu, bahan untuk membuat ITO sangat mahal karena terbatasnya ketersediaan indium
di alam dan juga jika dibandingkan dengan FTO, sehingga saat ini salah satu material
yang menguasai pasar TCO adalah Fluorine Doped Tin Oxide (FTO).
konduktif transparan yang pada umumnya bisa didapatkan melalui proses kaca yang
sebagai substrat semikonduktor pada fabrikasi Dye Sensitized Solar Cell (DSSC).
FTO lebih resistansi secara kimiawi, serta murah dan ketersediaan bahan baku yang
lebih mudah diperoleh (Adnane, dkk, 2005). FTO menunjukkan sifat konduktivitas
listrik yang relatif lebih tahan terhadap perlakuan pemanasan dibandingkan ITO
khusus pengaplikasian pada DSSC (Sima, dkk 2010). FTO dapat digunakan sebagai
kaca konduktif transparan apabila memiliki nilai transmitansi yang tinggi dan nilai
Dalam pembuatan lapisan tipis konduktif pada FTO dipilih tin oxide (SnO )
sebagai elemen konduktif utama (unsur induk). Hal ini karena tin oxide memiliki sifat
elektrik yang bagus atau resistansi yang baik, masa pemakaian di alam melimpah
(Lalasari et al., 2015). Kaca konduktif dari SnO memiliki konduktifitas rendah
3
sehingga perlu adanya doping. Doping yang digunakan pada penelitian ini yaitu
florida yang didapat dari ammonium fluoride (NH F). Penggunaan florida sebagai
doping karena florida memiliki tahanan listrik yang rendah dan transmisi optik yang
tinggi. Parameter lain yang juga mempengaruhi kedua sifat tersebut adalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana mendapatkan hasil optimum sifat listrik pada lapisan tipis Fluorine
ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimum sifat listrik pada lapisan tipis
1. Aspek teoritis
2. Aspek Praktis:
b. Dapat membuat suatu lapisan tipis Fluorine Doped Tin Oxide (FTO).
Pada penelitian ini memiliki beberapa batasan istilah agar pembahasan pada
1. Sifat listrik adalah sifat yang menunjukkan ciri dan karakteristik dari benda
yang bermuatan.
2. Optimasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal (nilai efektif
yang dapat dicapai). Optimum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah dalam kondisi yang terbaik atau yang paling menguntungkan. Arti lain
4. Fluorine Doped Tin Oxide (FTO) adalah pelapis di substrat kaca konduktif
nebulizer. Adapun larutan prekusor pada penelitian ini dibuat dari bahan
dikembangkan dalam penelitian untuk pembuatan film tipis dan tebal, pelapis
keramik dan bubuk. Teknik ini memiliki keunggulan yang relatif hemat biaya
2010)
BAB II
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf, M., dkk (2020), yang bertujuan untuk
26,72 𝜴.cm.
untuk variasi rasio 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% wt. Sedangkan untuk variasi
beda yaitu 300°C. 350°C, 400°C, 450°C , dan 500 °C. Hasil penelitian ini
6
3. Penelitian yang dilakukan Widyandari dkk, 2012 dalam penelitiannya
resistance 12 𝜴.cm.
TCO adalah sebuah lapisan transparan konduktif. TCO merupakan salah satu
material yang sangat penting untuk digunakan dalam berbagai aplikasi teknologi
modern. Seperti pada sel surya, layar LCD atau plasma, layar smartphone hingga
8
sensor cahaya. Dapat dikatakan bahwa TCO sudah merupakan bahan dasar wajib
Dalam bidang energi terutama pengaplikasian sel surya jenis DSSC (Dye
Senitzed Solar Cell) kaca TCO berperan sebagai substrat yaitu tempat menempelnya
electrode. Pada sel surya DSSC, TCO berfungsi sebagai jendela optik untuk
menarik elektron-elektron dari cahaya yang sudah tereksitasi yang dialirkan melalui
elektrolit. Adapun properti yang paling diinginkan dari film TCO pada
pengaplikasian sel surya jenis DSSC adalah band gap yang lebar sekitar 3.0 eV,
hambatan listrik yang rendah, transmitansi (tembus pandang) yang tinggi dan
semikonduktor pada fabrikasi Dye Senitized Solar Cell (DSSC). FTO sendiri
merupakan salah satu material yang sering digunakan sebagai TCO. Karena FTO
memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih resisten secara kimiawi, murah, dan mudah
didapat. Selain itu, FTO juga mampu merekat pada kaca lebih kuat, serta memiliki
9
transparansi optik yang lebih tinggi, dan menunjukkan sifat konduktif listrik yang
transparan yang pada umumnya didapatkan melalui proses kaca yang permukaannya
larutan prekusor dibuat dari bahan SnCl . 2H O dan NH F (Saehana, S. dkk 2018).
sebagai berikut:
1. Lapisan Film Tipis adalah sebuah lapisan yang terdapat pada substrat, lapisan
ini terdiri dari berbagai bahan metal, organik, anorganik atau pencampuran
10
metal dengan organik. Lapisan film tipis sering diaplikasikan pada komponen
elektronika seperti transistor, kapasitor, rangkaian hybrid, dan sel surya. Karena
pada dasarnya lapisan film tipis dari bahan tersebut dapat memiliki sifat-sifat
arus listrik. Konduktivitas timbul akibat elektron yang mudah bergerak pada
kisi. Nilai konduktivitas dapat dipengaruhi oleh suhu, jadi jika suhu semakin
suhu.
nilai konduktivitas.
c. Selain memiliki sifat listrik, lapisan tipis FTO juga memilki sifat optik
sinar/cahaya datang.
11
diperlukan bahan-bahan yang mampu menjadikan substrat kaca bisa konduktif serta
transparan sebagaimana fungsi dari kaca FTO itu sendiri. Adapun deskripsi bahan-
1. Substrat Kaca
DSSC. Dipilih karena kemampuan substrat kaca yang masih mampu bertranparansi
2. SnCl
SnCl merupakan rumus kimia dari Timah (II) klorida yang merupakan suatu
padatan kristal yang berwarna putih. Senyawa ini membentuk suatu dihidrat yang
stabil, namun larutan berairnya cenderung mengalami hidrolisis, terutama jika panas.
Larutan kimia yang dapat teroksidasi dengan temperatur diatas 300°C, serta
reduktor dalam larutan asam dan larutan elektroplating. SnCl terbentuk dari reaksi
gas HCl kering dengan logam Sn (Timah). Adapun SnCl memiliki sifat seperti
berikut:
2,71 g/cm³(dihidrat)
12
37,7°C (dihidrat)
3. NH F
fluoride. Senyawa ini mengkristal sebagai prisma kecil tak berwarna, dengan rasa
asin yang tajam, dan sangat mudah larut dalam air. Amonium fluorine sering
doping dalam fabrikasi kaca FTO, doping sendiri berfungsi untuk menaikkan sifat
dari lapisan SnO . Hal ini disebabkan karena fluorine menduduki ikatan oksigen pada
listrik FTO (Miao et al., 2010). Akan tetapi jika konsentrasi ammonium florida yang
terlalu tinggi berakibat pada tingginya nilai restivitasnya. Adapun sifat yang dimilki
NH F, yaitu:
4. Etanol/C H OH
Etanol merupakan cairan yang tak berwarna dengan bau khas serta merupakan
salah satu bahan yang digunakan dalam fabrikasi kaca FTO. Etanol merupakan
larutan yang bersifat inert (tidak bereaksi dengan komponen lain) inilah yang
point yang dimiliki etanol adalah 78,4°C (Purba, 2009). Etanol memiliki sifat melting
Spray Pyrolisis adalah salah satu teknik yang efektif dan sederhana cocok
untuk komersialisasi dan biasa digunakan dalam pembuatan lapisan tipis FTO, karena
metode ini cepat dan mudah untuk diaplikasikan jika digunakan pada area deposisi
yang luas. Selain itu murah dan penyusunan komponen pendukung yang sederhana,
metode ini memiliki beberapa keuntungan seperti tingkat pertumbuhan yang tinggi,
membutuhkan kondisi vakum, kemudahan jumlah doping yang dapat dikontrol, dan
dari lapisan dengan mengubah parameter proses seperti komposisi larutan prekusor,
suhu substrat, jarak nozzle terhadap permukaan substrat, laju penyemprotan, lama
waktu pendeposisian, dll. (Maksum, 2018). Proses dari spray pyrolysis yaitu larutan
yang telah dibuat dimasukkan kedalam wadah ultrasonic nebulizer untuk menjadikan
partikel berukuran nano, kemudian diatomisasi dan dideposisi atas permukaan gelas.
2012).
SEM adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengamati struktur morfologi
elektron berenergi tinggi. Alat ini memancarkan sinar elektron dari katoda dengan
15
lensa yaitu lensa kondensor dan obyektif yang memfokuskan pada permukaan
Electron Microscope (SEM) adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang
Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya
mampu mencapai 200 nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 –
elektromagnetik dan lensa magnetik yang memfokuskan arah bidikan pada sampel.
Ketika elektron mengenai sampel, elektron dan sinar-X dikeluarkan dari sampel
elektron sekunder. Kemudian, detector mengubah data dalam format sinyal yang
Adapun kelebihan dari SEM yaitu dapat menghasilkan berkas elektron dengan
ukuran sampai 5-10 nm dan memiliki fokal yang lebih panjang sehingga
gambar yang direkam oleh detector pada ujung lensa. Pengamatan SEM dilakukan
menentukan arus dan tegangan pada suatu material. Adapun prinsip kerja metode two
point probe yaitu arus listrik dialirkan pada elektroda-elektroda dengan jarak dan
luas tertentu yang kemudian diukur arus dan tegangan yang dihasilkan. Kelebihan
dari metode ini yaitu teknik pengukuran yang tergolong mudah dan murah (Boisandi
& Nurussaniah, 2018). Metode two point probe dikatakan mudah karena hanya
struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Bahan yang dianalisis berupa
2009).
logam, elektron yang berasal dari katoda (elektron datang) menebus kulit atom,
elektron ditarik mendekati kulit inti atom. Pada waktu mendekati inti atom, elektron
ditarik mendekati inti atom yang bermuatan positif, sehingga lintasan elektron
18
ini, maka energi elektron berkurang. Energi yang hilang ini dipancarkan dalam
bentuk sinar-X, proses ini dikenal sebagai proses bremsstrahlun (Syam, 2017:14).
Ketika suatu material terkena sinar-X, intensitas cahaya yang ditransmisikan lebih
rendah dari intensitas cahaya yang datang. Hal ini disebabkan karena adanya
Secara umum prinsip kerja dari XRD terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
tabung sinar-X, tempat obyek sampel dan detektor sinar-X yang berisi katoda yang
menyebabkan percepatan elektron yang akan dipancarkan menuju objek. Pada saat
elektron memilki tingkat energi yang tinggi dan menabrak elektron dalam suatu
objek, sinar-X akan dipancarkan. Objek dan detektor berputar untuk menangkap dan
merekam intesitas pantulan sinar-X. Detektor akan merekam dan akan memproses
2009:3)
Dari Gambar 4.2 di atas, dapat dijelaskan bahwa ketika sampel padatan
kristalin disinari dengan sinar-X, bidang kristal ini membiaskan sinar-X dengan
panjang gelombang yang sama dengan jarak kisi kristal (menurut hukum Bragg).
Sinar-X yang dibiaskan kemudian ditangkap oleh detektor, setelah itu detektor akan
mencatat puncak intensitas yang akan sesuai dengan orde pembiasan (orde-n) yang
digunakan. Kemudian hasilnya akan ditampilkan dalam format grafik, dalam bentuk
difraktogram yang merupakan grafik hubungan antara intesitas (cps) dengan 2θ,
adapun bentuk grafik difraktogram dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
material penting yang digunakan dalam berbagai teknologi modern pada saat ini.
Pengaplikasian dari lapisan ini sangat luas dan erat kaitannya dengan masyarakat.
Mulai dari sel surya, layar LCD atau plasma, layar smartphone hingga sensor cahaya.
TCO merupakan salah satu komponen terpenting dalam perangkat DSSC (Dye
Senitized Solar Cell). Adapun salah satu material TCO yang banyak dipasarkan yaitu
Indium Tin Oxide (ITO). Namun karena bahan pembuatan ITO langkah dan mahal,
oleh karena itu, perlu adanya penelitian tentang material TCO yang bisa
menggantikan fungsi dari ITO. Selain ITO, salah satu oksida yang digunakan dalam
20
pembuatan TCO adalah Fluorine-Doped Tin Oxide (FTO). Pada umumnya FTO
memiliki sifat yang lebih resistan secara kimiawi, murah dan ketersediaan bahan baku
yang lebih mudah diperoleh. Dalam aplikasinya pada DSSC FTO dianggap sangat
yang relatif lebih tahan terhadap perlakuan pemanasan dibandingkan ITO. Oleh
karena itu, semikonduktor FTO ini diharapkan dapat menggantikan fungsi ITO yang
metode spray pyrolysis. Dengan bahan yang digunakan yaitu Tin (II) Chloride
BAB III
METODE PENELITIAN
laboratorium yaitu melakukan pengamatan secara langsung sebab akibat dari suatu
proses. Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan kaca FTO adalah metode
Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Laboratorium Mineral dan Material Maju FMIPA UM. Adapun waktu penelitian
1. Variabel bebas
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan larutan prekusor
22
23
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilai dan kondisinya bergantung pada
variabel bebas yang telah ditentukan. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu nilai
resistansi (𝜴)
A. Alat Penelitian
3) Neraca Digital, digunakan untuk mengukur massa Tin (II) Klorida Dihidrat
untuk mengaduk larutan agar terciptanya larutan yang homogen dan plat
5) Aluminium Foil, digunakan untuk melapisi plat pemanas pada saat proses
dan juga berfungsi untuk membatasi agar larutan prekusor pada proses spray
B. Bahan Penelitian
Gambar 3.9 NH F
4) Ethanol 96%.
27
yang dipanasi menggunakan hotplate. Pada saat droplet yang menyentuh permukaan
kaca yang panas maka terbentuk partikel oksida yang menempel pada permukaan
kaca. Adapun variasi temperatur 450°C, 475°C, 500°C dengan waktu tetap 40 menit.
Pengujian sampel yang dilakukan pada kaca FTO untuk mendapatkan data
dan proses analisis dari variabel penelitian. Pengujian yang dilakukan untuk sampel
terdiri dari empat pengujian yaitu pengujian resitansi kaca FTO menggunakan
multimeter, pengujian resistansi kaca FTO dengan metode two poin probe, pengujian
morfologi kaca FTO menggunakan SEM, dan pengujian X-Ray Diffraction (XRD).
1. Siapkan multimeter.
2. Tancapkan probe merah pada terminal + dan probe hitam pada terminal –
(com).
5. Dua ujung probe ditempatkan secara terpisah di atas kaca FTO dengan jarak
± 1 mm.
probe merupakan metode yang mudah diterapkan karena hanya memerlukan dua
probe untuk dimanipulasi. Teknik two point probe memilki dua probe yang masing-
masing berfungsi sebagai aliran arus dan tegangan (Hanafi, S.A., 2020). Adapun
pengujian resistansi kaca FTO dengan two point probe ini dilakukan di Laboratorium
Mineral dan Material Maju FMIPA UM. Pada metode two poin probe ini, probe
pertama berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dan probe yang lain berfungsi
sedemikian rupa sehingga besarnya hambatan didasarkan pada nilai tegangan dan
Pada proses pengamatan dengan SEM pada lapisan tipis FTO menggunakan
alat SEM untuk mengetahui bentuk permukaan dan lapisan dari bahan semikonduktor
oksida. Proses pengujian SEM ini dilakukan di Laboratorium Mineral dan Material
struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Bahan yang dianalisis berupa
2009). Pengujian XRD ini dilakukan di Laboratorium Mineral dan Material Maju
2. Ambil sampel serbuk, tempatkan dalam slide kaca untuk sampel (tempat
Mulai
Membuat larutan
prekusor konsentrasi
0,7 M
Variasi Temperatur
450℃, 475℃, dan
500℃ dengan waktu
tetap 40 menit
Kaca FTO
Nilai Optimum
4.1 Hasil
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan kaca FTO (Flourine Doped Tin
Oxide) dimana metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode spray pyrolysis.
digunakan pada penelitian ini yaitu variasi temperatur, dengan menggunakan variasi
temperatur 450℃, 475℃, dan 500℃ dengan waktu deposisi tetap 40 menit.
Hasil dari penelitian ini didapatkan tiga kaca FTO dengan masing-masing variasi
a. b.
c. d.
Gambar 4.1 (a) Kaca sebelum pelapisan; (b) 450℃ ; (c) 475℃ ; (d) 500℃
32
33
Dari empat kaca yang ada pada Gambar 4.1 dapat dilihat perbedaan kaca
sebelum pelapisan dan kaca setelah dilapisi. Dimana kaca sebelum pelapisan terlihat
lebih transparan dibandingkan dengan ketiga kaca yang telah dilakukan pelapisan
prekusor larutan. Dari tiga sampel yang dihasilkan, dapat terlihat bahwa masing-
masing sampel memiliki transparansi yang berbeda. Dimana pada sampel kaca FTO
dengan temperatur 450℃. Memiliki resistansi 615,38 𝜴, sedangkan pada sampel kaca
FTO temperatur 475℃ memiliki resistansi 400 𝜴, dan pada sampel kaca FTO yang
Pengukuran secara langsung nilai resitansi kaca FTO yang dibuat dengan
variasi temperatur deposisi 450℃, 475℃, dan 500℃ diukur dengan menggunakan
40 450 94,5-300
40 475 41,3-99
94,5-300 𝜴 kemudian resistansi kembali turun pada temperatur 475℃ yaitu sekitar
naik menjadi 153,4 𝜴-2.445 k𝜴. Maka dari pengukuran resistansi kaca FTO
475℃.
0.5
0
-2.00E-040.00E+002.00E-044.00E-046.00E-048.00E-041.00E-031.20E-031.40E-031.60E-031.80E-03
-0.5
Arus (I)
∆V
R=
∆I
35
0,89 − 0,65
=
(1,57 × 10 − 1,18 × 10 )
0,24
=
(0,39 × 10 )
0,24
=
0,00039
= 615,38 𝜴
0.5
0
-2.00E-040.00E+00 2.00E-04 4.00E-04 6.00E-04 8.00E-04 1.00E-03 1.20E-03 1.40E-03 1.60E-03
-0.5
Arus (I)
∆V
R=
∆I
0,56 − 0,48
=
(1,21 × 10 − 1,01 × 10 )
0,08
=
(0,2 × 10 )
36
0,08
=
0,0002
= 400 𝜴
2
1.8
1.6 y = 13831x + 0.0157
1.4 R² = 1
Tegangan (V)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-2.00E-05 -0.2
0.00E+00 2.00E-05 4.00E-05 6.00E-05 8.00E-05 1.00E-04 1.20E-04 1.40E-04
Arus (I)
Gambar 4.4 Kurva I-V hasil pengukuran temperatur 500℃
∆V
R=
∆I
1,73 − 1,66
=
(1,24 × 10 − 1,19 × 10 )
0,07
=
(0,05 × 10 )
0,07
=
0,000005
= 14.000 𝜴
37
1600
1400
Resistansi (𝜴) 1200
1000
800
600
400
200
0
450 475 500
Temperatur (℃ )
Dari hasil pengukuran yang dilakukan, dapat dilihat bahwa resistansi terendah
dari 450℃ - 475℃ niai resistansi menurun yaitu dari 615,38 𝜴 sampai 400 𝜴 hal ini
disebabkan pada kenaikan temperatur substrat juga dapat membuat diameter partikel
semakin besar shingga rongga semakin sedikit dan dapat mengakibatkan elektron
mudah mengalir sehingga resistansi semakin turun sebagaimana terdapat pada hasil
Pada temperatur 500℃, resistansi yang dapatkan kembali naik yaitu 14 k𝜴 hal
ini disebabkan karena pada temperatur yang telah melewati batas optimum larutan
ataupun densitas jumlahnya sebagaimana dapat dilihat pada hasil pengukuran SEM
.
a b
Gambar 4.6 Hasil SEM kaca FTO pada temperatur (a) 450℃ ; (b) 475℃ ; (c)
500℃
Menurut Arini (2017), hasil konduktivitas listrik ini dapat berhubungan dengan
partikel morfologi kaca FTO yang dihasilkan. Adapun pada gambar (a) 450℃ terlihat
morfologi kaca telah menghasilkan partikel namun masih terlihat adanya rongga,
kemudian morfologi kaca FTO pada gambar (b) 475℃ terlihat bahwa ukuran partikel
semakin besar dan rapat sehingga rongga semakin sedikit, hal ini dapat menyebabkan
aliran listrik semakin lancar dan resistansi semakin menurun, pada gambar (c) 500℃
39
terlihat ukuran partikel seamkin kecil dan terdapat banyak rongga, hal ini sesuai
dengan penelitian Yadav (2009) bahwa film tumbuh pada suhu optimal dan akan
menurun bila temperatur berada diatas suhu optimal. Berubahnya ukuran partikel
yang semakin mengecil pada suhu 500℃ dapat disebabkan karena pada suhu tersebut
sudah melewati batas optimal hal ini dikarenakan sedikitnya prekusor yang
terdeposisi di atas substrat akibat prekusor telah menguap terlebih dahulu jauh
a. Temperatur 450℃
Tabel 4.2 Daftar Puncak Difraktogram Hasil Uji XRD pada temperatur 450℃
Pada daftar puncak Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa padatan atau struktur
kristalin FTO terbentuk pada posisi 26.5101°θ dengan ketinggian puncak 121.36 cts,
pada posisi 33.7858°θ dengan ketinggian 188.40 cts, posisi 37.8431°θ dengan
ketinggian 78.17 cts, posisi 51.6380°θ dengan ketinggian 254.81 cts, posisi
61.7800°θ dengan ketinggian 15.60 cts, posisi 65.7720°θ dengan ketinggian 92.86
b. Temperatur 475℃
Tabel 4.3 Daftar Puncak Difraktogram Hasil Uji XRD pada temperatur 475℃
Pada daftar puncak Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa padatan atau struktur
kristalin FTO terbentuk pada posisi 26.4878°θ dengan ketinggian puncak 368.53 cts,
pada posisi 33.7571°θ dengan ketinggian 212.20 cts, posisi 37.8373°θ dengan
ketinggian 116.55 cts, posisi 51.6407°θ dengan ketinggian 215.23 cts, posisi
54.6595°θ dengan ketinggian 22.53 cts, posisi 61.7688°θ dengan ketinggian 30.11
cts, posisi 65.7765°θ dengan ketinggian 53.18 cts, posisi 78.6084°θ dengan
ketinggian 16.34 cts, dan pada posisi 80.9598°θ dengan ketinggian 6.29 cts.
c. Temperatur 500℃
Tabel 4.4 Daftar Puncak Difraktogram Hasil Uji XRD pada Tmperatur 500℃
Pada daftar puncak Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa padatan atau struktur
kristalin FTO terbentuk pada posisi 26.5174°θ dengan ketinggian puncak 250.72 cts,
pada posisi 33.7995°θ dengan ketinggian 89.20 cts, posisi 37.8860°θ dengan
ketinggian 54.90 cts, posisi 51.6917°θ dengan ketinggian 93.39 cts, posisi 54.7263°θ
dengan ketinggian 12.53 cts, posisi 61.8757°θ dengan ketinggian 8.29 cts, posisi
65.8620°θ dengan ketinggian 15.24 cts, dan pada posisi78.6065°θ dengan ketinggian
5.87 cts.
44
Hasil dari pengujian XRD digunakan untuk mencari ukuran kristal dengan
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
Ket.
D = Ukuran Kristal
K = Faktor bentuk dari Kristal (0,9-1)
𝜆 = Panjang gelombang dari sinar X (1,54056 Å = 0,15406 nm)
𝛽 =Nilai dari full width at half maximum (FWHM) (rad)
𝜃 = Sudut difraksi (derajat)
a. Temperatur 450℃
1. 𝜃 = 26,5101
𝛽 = 0,1968
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1986 (cos 26,5101)
0,138654
=
0,1986 (0,8948)
0,138654
= = 0,7874 𝑛𝑚
0,176097
2. 𝜃 = 33,7858
𝛽 = 0,1181
45
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1181 (cos 33,7858)
0,138654
=
0,1181 (0,8311)
0,138654
= = 1,4126 𝑛𝑚
0,098153
3. 𝜃 = 37,8431
𝛽 = 0,1968
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1968 (cos 37,8431)
0,138654
=
0,1968 (0,7897)
0,138654
= = 0,0,8922 𝑛𝑚
0,155413
4. 𝜃 = 51,6380
𝛽 = 0,1378
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1378 (cos 51,6380)
46
0,138654
=
0,1378 (0,6206)
0,138654
= = 1,6213 𝑛𝑚
0,085519
5. 𝜃 = 61,7800
𝛽 = 0,4723
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,4723 (cos 61,7800)
0,138654
=
0,4723 (0,4728)
0,138654
= = 0,6209 𝑛𝑚
0,223303
6. 𝜃 = 65,7720
𝛽 = 0,2362
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,2362(cos 65,7720)
0,138654
=
0,2362 (0,4104)
0,138654
= = 1,4304 𝑛𝑚
0,096936
47
7. 𝜃 = 78,5801
𝛽 = 0,3840
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,3840(cos 78,5801)
0,138654
=
0,3840 (0,1980)
0,138654
= = 1,8236 𝑛𝑚
0,076032
𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷
𝐷=
7
8,5889
= = 1,2269 𝑛𝑚
7
b. Temperatur 475℃
1. 𝜃 = 26,4878
𝛽 = 0,1378
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
48
0,9 × 0,15406
=
0,1378 (cos 26,4878)
0,138654
=
0,1378 (0,8950)
0,138654
= = 1,1242 𝑛𝑚
0,123331
2. 𝜃 = 33,7571
𝛽 = 0,0984
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,0984 (cos 33,7571)
0,138654
=
0,0984 (0,8314)
0,138654
= = 1,6948 𝑛𝑚
0,081810
3. 𝜃 = 37,8373
𝛽 = 0,1574
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1574 (cos 37,8373)
0,138654
=
0,1574 (0,7898)
49
0,138654
= = 1,1154 𝑛𝑚
0,124314
4. 𝜃 = 51,6407
𝛽 = 0,1378
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1378 (cos 51,6407)
0,138654
=
0,1378 (0,6206)
0,138654
= = 2,5123 𝑛𝑚
0,085519
5. 𝜃 = 54,6595
𝛽 = 0,3149
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,3149 (cos 54,6595)
0,138654
=
0,3149 (0,5784)
0,138654
= = 0,0252 𝑛𝑚
0,182138
6. 𝜃 = 61,7688
𝛽 = 0,3149
50
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,3149 (cos 61,7688)
0,138654
=
0,3149 (0,4730)
0,138654
= = 0,9309 𝑛𝑚
0,148948
7. 𝜃 = 65,7765
𝛽 = 0,1574
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1574 (cos 65,7765)
0,138654
=
0,1574 (0,4103)
0,138654
= = 2,1470 𝑛𝑚
0,064581
8. 𝜃 = 78,6084
𝛽 = 0,4723
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,4723 (cos 78,6084)
0,138654
=
0,4723 (0,1975)
51
0,138654
= = 1,4864 𝑛𝑚
0,093279
9. 𝜃 = 80,9598
𝛽 = 0,5760
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,5760 (cos 80,9598)
0,138654
=
0,5760 (0,1571)
0,138654
= = 1,5322 𝑛𝑚
0,090490
𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷
𝐷=
9
12,5684
= = 1,3965 𝑛𝑚
9
c. Temperatur 500℃
1. 𝜃 = 26,5174
𝛽 = 0,1181
52
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1181 (cos 26,5174)
0,138654
=
0,1181 (0,8948)
0,138654
= = 1,3121 𝑛𝑚
0,105676
2. 𝜃 = 33,7995
𝛽 = 0,1574
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1574 (cos 33,7995)
0,138654
=
0,1574 (0,8310)
0,138654
= = 1,0600 𝑛𝑚
0,130799
3. 𝜃 = 37,8860
𝛽 = 0,1574
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,1574 (cos 37,8860)
53
0,138654
=
0,1574 (0,7892)
0,138654
= = 1,1162 𝑛𝑚
0,124220
4. 𝜃 = 51,6917
𝛽 = 0,2362
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,2362 (cos 51,6917)
0,138654
=
0,2362 (0,6199)
0,138654
= = 0,9470 𝑛𝑚
0,146420
5. 𝜃 = 54,7263
𝛽 = 0,4723
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,4723 (cos 54,7263)
0,138654
=
0,4723 (0,5775)
0,138654
= = 0,5084 𝑛𝑚
0,272753
6. 𝜃 = 61,8757
54
𝛽 = 0,9446
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,9446 (cos 61,8757)
0,138654
=
0,9446 (0,4714)
0,138654
= = 0,3114 𝑛𝑚
0,445284
7. 𝜃 = 65,8620
𝛽 = 0,4723
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
0,4723 (cos 65,8620)
0,138654
=
0,4723 (0,4089)
0,138654
= = 0,7180 𝑛𝑚
0,193123
8. 𝜃 = 78,6065
𝛽 = 1,1520
𝐾𝜆
𝐷=
𝛽 cos 𝜃
0,9 × 0,15406
=
1,1520 (cos 78,6065)
55
0,138654
=
1,1520 (0,1975)
0,138654
= = 0,6094 𝑛𝑚
0,22752
𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷 +𝐷
𝐷=
8
6,5825
= = 0,8228 𝑛𝑚
8
variasi temperatur 450℃, 475℃, dan 500℃. Perbandingannya dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Perbandingan Ukuran Kristal Pada Variasi Temperatur
No. Temperatur (℃) Ukuran Kristal (nm)
1 450℃ 1,2269 nm
2 475℃ 1,3695 nm
3 500℃ 0,8228 nm
56
Tabel 4.5 menujukkan hasil perhitungan ukuran kristal pada setip varisai
difraktogram. Pada penelitian ini ukuran kristal terbesar didapatkan pada temperatur
475℃ yaitu 1,3695 nm. Sedangkan, ukuran kristal terkecil didapatkan pada
temperatur 500℃ sebesar 0,8228 nm. Selanjutnya untuk temperatur 450℃ didapatkan
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum sifat listrik pada
lapisan tipis Fluorine Doped Tin Oxide (FTO). Penelitian ini dilakukan di
FTO. Hal ini berdasarkan pengujian resistansi menguunakan metode two point
probe, dimana pada temperatur 450℃ sampai 475℃ resistansi cenderung menurun
dari 615,38 𝜴 sampai 400 𝜴 sehingga konduktifitas akan semakin baik pada kenaikan
suhu tersebut, hal ini didukung dengan analisa SEM pada Gambar 4.6 (a) 450℃ dan
(b) 475℃, didapatkan pada temperatur 450℃ sampai 475℃ pertumbuhan partikel
semakin besar dan berkurangnya rongga. Dimana rongga ini dapat bertindak sebagai
konduktivitas kaca semakin baik. Kemudian, pada saat temperatur dinaikkan menjadi
57
500℃ resistansi yang didapatkan kembali naik yaitu sebesar 14 k𝜴 hal ini dapat
dibuktikan dengan perubahan morfologi kaca pada Gambar 4.6 (c) 500℃, dimana
pada suhu tersebut partikel yang dihasilkan semakin kecil dan terdapat banyak rongga
kaca berkurang. Hal ini didukung dengan penelitian Yadav (2009) yang menyatakan
bahwa lapisan akan tumbuh pada suhu optimal dan akan menurun apabila temperatur
berada diatas suhu optimal. Sehingga, pada penelitian ini didapatkan suhu optimal
berada di temperatur 475℃ karena pada suhu tersebut lapisan semakin besar dan
baik. Adapun batas optimal suhu berada di 500℃ karena pada suhu tersebut lapisan
semakin mengecil dan terdapat banyak rongga. Hal ini disebabkan pada saat suhu
berada dibatas optimal prekusor yang terdeposisi di atas substrat semakin sedikit
karena banyak yang telah menguap terlebih dahulu jauh sebelum mengenai
temperatur deposisi 450℃, 475℃, dan 500℃ berturut-turut yaitu sebesar 94,5-300 𝜴,
41,3-99 𝜴, dan 153,5 𝜴-2.445 k𝜴. Berdasarkan hasil resistansi yang diperoleh maka
dapat disimpulkan bahwa kaca FTO yang optimal didapatkan pada temperatur 475℃
untuk menghasilkan struktur morfologi dari lapisan tipis FTO dengan perbesaran
50.000×. Pada Gambar 4.6 memperlihatkan hasil morfologi kaca FTO pada masing-
masing temperatur. Pada temperatur 450℃ terlihat partikel penyusun sudah terbentuk
dengan masih adanya rongga, selanjutnya pada temperatur 475℃ terlihat partikel
penyusunnya semakin membesar dari sebelumnya dan rongaa berkurang hal ini
ukuran partikel yang semakin mengecil dan semakin banyak rongga akibatnya
pengujian XRD. Pada Gambar 4.7- 4.9 dapat dilihat pola difraksi sinar-x lapisan tipis
SnO : F yang tumbuh di atas substrat kaca dengan variasi temperatur deposisi 450℃,
475℃, dan 500℃. Prinsip kerja dari XRD yaitu sinar-X ditembakkan pada sampel
dengan panjang gelombang tertentu sehingga terjadi difraksi gelombang untuk bidang
yang berjarak d dan sudut 2θ yang memenuhi hukum difraksi Bragg. Adapun data
hasil karakterisasi dengan XRD yang diperoleh pada penelitian ini dalam bentuk
difraktogram, yaitu berupa grafik hubungan antara intensitas puncak spektrum dan
sudut hamburan (2θ). Pada pengujian XRD ini terbentuk struktur kristal Fluorine-
Tin Oxide) yang ditunjukkan dari peak (puncak) yang terbentuk pada pengujian XRD.
59
perbedaan puncak yang terbentuk dari perlakuan temperatur yang berbeda. Pada
daftar puncak temperatur 450℃ diperoleh hasil padatan atau struktur kristalin FTO
terbentuk pada posisi 26.5101°θ dengan ketinggian puncak 121.36 cts, pada posisi
33.7858°θ dengan ketinggian 188.40 cts, posisi 37.8431°θ dengan ketinggian 78.17
cts, posisi 51.6380°θ dengan ketinggian 254.81 cts, posisi 61.7800°θ dengan
ketinggian 15.60 cts, posisi 65.7720°θ dengan ketinggian 92.86 cts, dan pada posisi
78.5801°θ dengan ketinggian 15.31 cts. Selanjutnya, pada daftar puncak 475℃ dapat
diketahui bahwa padatan atau struktur kristalin FTO terbentuk pada posisi 26.4878°θ
dengan ketinggian puncak 368.53 cts, pada posisi 33.7571°θ dengan ketinggian
212.20 cts, posisi 37.8373°θ dengan ketinggian 116.55 cts, posisi 51.6407°θ dengan
ketinggian 215.23 cts, posisi 54.6595°θ dengan ketinggian 22.53 cts, posisi
61.7688°θ dengan ketinggian 30.11 cts, posisi 65.7765°θ dengan ketinggian 53.18
cts, posisi 78.6084°θ dengan ketinggian 16.34 cts, dan pada posisi 80.9598°θ dengan
ketinggian 6.29 cts. Kemudian pada daftar puncak tabel 500℃ dapat diketahui bahwa
padatan atau struktur kristalin FTO terbentuk pada posisi 26.5174°θ dengan
ketinggian puncak 250.72 cts, pada posisi 33.7995°θ dengan ketinggian 89.20 cts,
posisi 37.8860°θ dengan ketinggian 54.90 cts, posisi 51.6917°θ dengan ketinggian
93.39 cts, posisi 54.7263°θ dengan ketinggian 12.53 cts, posisi 61.8757°θ dengan
ketinggian 8.29 cts, posisi 65.8620°θ dengan ketinggian 15.24 cts, dan pada
Kemudian, untuk menentukan ukuran kristal dari lapisan tipis FTO yang
diperoleh pada temperatur 450℃ secara berturut-turut yaitu sebesar 0,7874 nm,
1,4126 nm, 0,8922 nm, 1,6213 nm, 0,6209 nm, 1,4304 nm, 1,8236 nm dengan nilai
rata-rata yang diperoleh sebesar 1,2269 nm. Selanjutnya, pada temperatur 475℃
secara beturut-turut yaitu sebesar 1,1242 nm, 1,6948 nm, 1,1154 nm, 2,5123 nm,
0,0252 nm, 0,9309 nm, 2,1470 nm, 1,4864 nm, 1,5322 nm dengan nilai rata-rata yang
diperoleh sebesar 1,3965 nm. Pada temperatur 500℃ secara berturut-turut yaitu
sebesar 1,3121 nm, 1,0600 nm, 1,1162 nm, 0,9470 nm, 0,5084 nm, 0,3114 nm,
0,7180 nm 0,6094 nm dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 0,8228 nm.
Pada penelitian ini adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu terdiri dari (1)
prekusor teratomisasi dan menempel pada permukaan subtrat. (2) Digital Ultrasonic
Cleaner alat ini digunakan untuk membersihkan kaca sebelum dilakukan proses
pembentukan lapisan di atas kaca. (3) Neraca digital, digunkan untuk mengukur
massa Tin (II) klorida dihidrat dan ammonium fluoride agar sesuai dengan
konsentrasi larutan yang ditentukan. (4) Magnetik stirrer sekaligus plat pemanas
dimana magnetik stirrer digunakan untuk mengaduk larutan agar menjadi homogen
dan plat pemanas digunakan untuk memanaskan kaca agar larutan yang teratomisasi
dapat menempel ke permukaan kaca. (5) Aluminum Foil, digunakan untuk melapisi
plat pemanas. (6) Selang dan corong, digunakan untuk meneruskan prekusor ke plat
61
pemanas dan juga berfungsi untuk membatasi agar larutan perkusor pada proses spray
pyrolysis tidak menyebar. (7) Statif dan klem, di gunakan untuk mempertahankan
selang yang terhubung corong agar tetap kokoh. (8) Kaca digunakan sebagai substrat
dalam penelitian. Adapun ukuran kaca yaitu 3×3 cm dengan ketebalan kaca sebesar 2
mm. (9) Tin(II) klorida dihidrat sebagai prekusor dan ammonium fluoride sebagai
Pada penelitian ini dilakukan tiga kali perlakuan variasi temperatur terhadap
kaca FTO dengan menggunakan temperatur 450℃, 475℃, dan 500℃. Pada
pembuatan kaca FTO ini dilakukan dengan metode spray pyrolysis. Spray Pyrolisis
2011). Proses penelitian ini diawali dengan mempersiapkan alat dan bahan.
Setelah itu, substrat kaca yang telah dibersihkan diletakkan di plat pemanas.
Kemudian, memanaskan kaca pada temperatur 450℃, 475℃, dan 500℃, Setelah itu
dilakukan penyemprotan larutan dengan nebulizetr omron pada kaca yang dipanaskan
selama 40 menit. Tahap terakhir matikan nebulizer dan plat pemanas. Hasil resistansi
yang diperoleh pada variasi temperatur 450℃ yaitu 615,38 𝜴 , pada temperatur
62
475℃ didapatkan resistansi 400 𝜴 dan pada temperatur 500℃ didapatkan resistansi
sebesar 14 k𝜴.
Pada penelitian ini, hasil yang diperoleh sesuai dengan teori seperti yang
dikemukakan oleh Maksum (2018) bahwa pada hasil penelitian dimana pada
temperatur 300℃, 350℃, dan 400℃ nilai resistansi yang didapatkan cenderung
nilai resistasnsi temperatur 300℃, 350℃ dan 400℃ karena pada kenaikan sampai
temperatur tersebut membentuk struktur kristal tetragonal sesuai dengan pola rutil
𝑆𝑛𝑂 (Banyamin et al, 2014). Adapun hasil yang didapatkan pada saat temperatur
semakin dinaikkan dari 450℃ sampai 500℃ nilai resistansi yang diperoleh kembali
naik yaitu 13,298 𝜴 sampai 17,389 𝜴, hal yang disebabkan pada temperatur tersebut
sudah melewati batas optimum dari larutan prekusor sehingga larutan prekusor
banyak yang menguap. Hal tersebut menyebabkan lapisan konduktor yang terbentuk
pada permukaan kaca semakin tipis dan mengandung sedikit larutan prekusor
menurun.
250℃ sampai 350℃ nilai resistivitas menurun dari 4,10 × 10 𝜴.cm sampai
400℃ nilai resistivitas kembali naik menjadi 6,79× 10 𝜴.cm, Hal ini dikarenakan
konduktivitas yang tinggi diperoleh pada temperatur sintering 400℃ dengan nilai
restivitas sebesar 26,72 𝜴.cm dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada
penelitian ini yaitu konduktivitas tinggi didpat pada temperatur 475℃ dengan nilai
resistansi sebesar 400 𝜴. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil
penelitian yang diperoleh dibandingkan dengan literatur yang ada. Ada beberapa
faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingginya nilai resistansi pada penelitian ini
seperti kesalahan alat, yaitu pada alat pemanas dimana terkadang nilai temperatur
yang tidak stabil. Selanjutnya juga dapat disebabkan oleh kurangnya ketelitian pada
saat pengukuran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil kaca FTO yang optimal pada penelitian ini didapatkan pada variasi
tertentu dan nilai akan kembali naik apabila telah melewati batas optimum dari
3. Adapun dilihat dari morfologi kaca FTO pada temperatur 450℃ partikel sudah
terbentuk namun masih ada rongga, pada temperatur 475℃ terlihat ukuran
partikel yang semakin besar dari sebelumnya sehingga batas rongga berkurang
ukuran partikel semakin kecil dan terdapat banyak rongga hal ini disebabkan
terdeposisi pada kaca. Hal ini dapat didukung dengan adanya data dari XRD
mengenai ukuran kristal dari kaca FTO. Didapatkan ukuran kristal kaca FTO
yang paling besar terdapat pada variasi temperatu 475℃ yaitu 1,3965 nm.
3264
65
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian mengenai kaca FTO yang perlu dikembangkan lebih
pentingnya peran kaca FTO sebagai salah satu material dari TCO yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Arini, T., Lalasari, L. H., Yuwono, H., Firdiyono, F., Andriyah, L., &Subhan, A.
(2017). PENGARUH WAKTU DEPOSISI DAN TEMPERATUR SUBSTRAT
TERHADAP PEMBUATAN KACA KONDUKTIF FTO (FLUORINE DOPED
TIN OXIDE) (Vol.1). www.ejurnalmaterialmetalurgi.com
Banyamin, Ziad. Y., dkk. 2014. Electrical and Properties of Fluorine Doped Tin
Oxide Thin Films Prepared by Magnetron Sputtering. Manchester Metropolitan
University. UK
Bahriyah, S., Pakendek, S., Madhania, S., & Winardi, S. (2011). Sintesis ZnO : Al
Sebagai Bahan Transparent Conducting Oxide ( TCO ) dengan Metode Spray
Pyrolysis. 1–6.
Boisandi, B., & Nurussaniah, N. (2018). Optimasi Metode Two Point Probe Untuk
Karakterisasi Sifat Fotolistrik Material. Jurnal Akrab Juara, 3(1), 10–16.
Electrodes, C., Fukano, T., Motohiro, T., Hashizume, H., Inkjet, E., Umezu, S.,
TKunugi, Y., Ohmori, H., & Kafashan, H. (2018). Preliminary Study in
Fabricating Fluorine-doped Tin Oxide by Using Spray Pyrolysis Methods
Preliminary Study in Fabricating Fluorine-doped Tin Oxide by Using Spray
Pyrolysis Methods. 3–8.
Fauziah, E. Astuti dan Fitri Nur Pratiwi. 2013. Pembuatan Gelas Transparan FTO
(Fluorine Tin Oxide) Seabagai Bahan Baku Sel Surya , Tugas Akhir Program
Studi Diploma III, Teknik Kimia UNS.
Hanafi, S.A. 2020. Sintesis Bahan Sensor Dari Material Konduktif Komposit
Polianilin-Selulosa (Nata De Coco). Skripsi Fakultas MIPA Universitas Jember
67
Lalasari, L. H., Arini, T., Yuwono, A. H., & Firdiyono, F. (2015). PEMBUATAN L
APISAN T IPIS F LUORINE D OPED T IN OXIDE ( FTO ). 105–114.
Maksum, I.M. (2018). Pengaruh Temperatur Dan Rasio Massa Doping Dalam
Pembuatan Thin Film Doped Tin Oxide (FTO). Skripsi Universitas Brawijaya.
Mesin, J. T., Teknik, F., & Jember, U. (2017). Digital Digital Repository Repository
Universitas Universitas Jember Jember Digital Digital Repository Repository
Universitas Universitas Jember Jember.
Miao, D., Zhao, Q., Wu, S., Wang, Z., Zhang, X., & Zhao, X. (2010). Effect of
substrate temperature on the crystal growth orientation of SnO 2 : F thin fi lms
spray-deposited on glass substrates. Journal of Non-Crystalline Solids, 356(44–
49), 2557–2561.
Muliani, Samad, M.M Salleh,A. Yarmo. 2012. The Effect of the Transparent
Conductive Oxide on the Performance of Thin Film Cds/Cdte Solar Cells.
Journal of Physics D: Applied Physics. 33 (1).
Purba, R.P., 2009. Produksi Etanol dengan Variasi Inokulum dan Kadar Pati Jagung
Pada Kultur Sekali Unduh. Skripsi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma
Jaya, Yogyakarta.
Ratnasari, Dina., dkk. 2009. X-Ray Diffraction (XRD). Tugas Kimia Fisika.(2009):h.
2-3. http://kimia.ft.uns.ac.id/file/kuliah/kimia%20Fisika/…/XRD%20III.pdf
68
Sima, C., C. Grigoriu, dan S. Antohe, 2010. Comparison of the Dye-Senisitized Solar
Cells Perfoemances Based on Transparent Conductive ITO and FTO, Thin
Solid Film. 519(2): 595-597.
Syam, L. M. (2017). Uji Karakteristik Nanopartikel Magnetik (Fe3O4)
Menggunakan X-RAY Diffraction dan Scanning Electron Microscopy. 1–98.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/9216/1/LISA MARLISA.S.pdf
Temperatur, P., Rasio, D. A. N., Doping, M., Mesin, T., Teknik, K., Energi, K.,
Brawijaya, U., & Teknik, F. (2018). Pengaruh temperatur dan rasio massa
doping dalam pembuatan thin film fluorine doped tin oxide (fto).
Widiyandari, H., Purwanto, A., Hidayam nto, E., Diharjo, K., Teknik, J., Fakultas,
K., Universitas, T., Maret, S., Teknik, J., Fakultas, M., Universitas, T., & Maret,
S. (2012). FABRIKASI GELAS TRANSPARANT KONDUKTIF FTO (
FLOURINE-DOPED TIN OXIDE ) DAN APLIKASINYA PADA SEL SURYA
BERBASIS DYE ( DSSC ). Cvd, 88–92.
Yusuf, M. (2020). Fabrikasi Lapisan Nano Fluorine Doped Tin Oxide ( FTO )
Dengan Variasi Temperature Menghasilakan Material Bersifat Transparan
Dan Konduktif. 1(2), 88–94.
69
L
A
M
P
I
R
A
N
32
70
Lampiran 1
Mulai
Membuat larutan
prekusor konsentrasi
0,7 M
Variasi
Temperatur
450℃, 475℃,
dan 500℃
dengan waktu
tetap 40 menit
Kaca FTO
Analisis
Hasil Optimal
71
Lampiran 2
Dokumentasi
Lampiran 3
Data Output
A. Data V-I
1. V-I temperatur 450℃
No Tegangan Arus
6.71E-
1 0
08
-2.05E-
2 0.040404
07
2.05E-
3 0.080808
07
2.34E-
4 0.121212
04
2.12E-
5 0.161616
04
3.34E-
6 0.20202
04
4.09E-
7 0.242424
04
4.81E-
8 0.282828
04
5.61E-
9 0.323232
04
5.85E-
10 0.363636
04
7.14E-
11 0.40404
04
7.88E-
12 0.444444
04
8.67E-
13 0.484848
04
9.39E-
14 0.525253
04
1.02E-
15 0.565657
03
1.10E-
16 0.606061
03
1.18E-
17 0.646465
03
1.26E-
18 0.686869
03
1.33E-
19 0.727273
03
20 0.767677 1.40E-
74
03
1.47E-
21 0.808081
03
1.53E-
22 0.848485
03
1.57E-
23 0.888889
03
1.58E-
24 0.929293
03
1.59E-
25 0.969697
03
1.60E-
26 1.010101
03
1.60E-
27 1.050505
03
1.60E-
28 1.090909
03
1.60E-
29 1.131313
03
1.61E-
30 1.171717
03
1.61E-
31 1.212121
03
1.61E-
32 1.252525
03
1.61E-
33 1.292929
03
1.61E-
34 1.333333
03
1.62E-
35 1.373737
03
1.62E-
36 1.414141
03
1.62E-
37 1.454545
03
1.62E-
38 1.494949
03
1.62E-
39 1.535354
03
1.62E-
40 1.575758
03
1.62E-
41 1.616162
03
1.62E-
42 1.656566
03
1.62E-
43 1.69697
03
75
1.62E-
44 1.737374
03
1.62E-
45 1.777778
03
No Tegangan Arus
1 0 -5.59E-05
2 0.040404 6.40E-05
3 0.080808 6.15E-05
4 0.121212 1.03E-04
5 0.161616 1.38E-04
6 0.20202 1.66E-04
7 0.242424 6.78E-04
8 0.282828 4.35E-04
9 0.323232 6.48E-04
10 0.363636 7.45E-04
11 0.40404 8.43E-04
12 0.444444 8.29E-04
13 0.484848 1.01E-03
14 0.525253 1.11E-03
15 0.565657 1.21E-03
16 0.606061 1.30E-03
17 0.646465 1.37E-03
18 0.686869 1.43E-03
19 0.727273 1.45E-03
20 0.767677 1.43E-03
21 0.808081 1.47E-03
22 0.848485 1.47E-03
23 0.888889 1.48E-03
24 0.929293 1.48E-03
25 0.969697 1.48E-03
26 1.010101 1.48E-03
27 1.050505 1.48E-03
76
28 1.090909 1.48E-03
29 1.131313 1.48E-03
30 1.171717 1.49E-03
31 1.212121 1.49E-03
32 1.252525 1.49E-03
33 1.292929 1.49E-03
34 1.333333 1.49E-03
35 1.373737 1.49E-03
36 1.414141 1.49E-03
37 1.454545 1.49E-03
38 1.494949 1.49E-03
39 1.535354 1.49E-03
40 1.575758 1.49E-03
41 1.616162 1.49E-03
42 1.656566 1.50E-03
43 1.69697 1.50E-03
44 1.737374 1.50E-03
45 1.777778 1.50E-03
No Tegangan Arus
1 0 -1.41E-06
2 0.040404 1.55E-06
3 0.080808 4.76E-06
4 0.121212 7.71E-06
5 0.161616 1.07E-05
6 0.20202 1.36E-05
7 0.242424 1.66E-05
8 0.282828 1.93E-05
9 0.323232 2.22E-05
10 0.363636 2.52E-05
11 0.40404 2.81E-05
12 0.444444 3.08E-05
13 0.484848 3.38E-05
14 0.525253 3.67E-05
15 0.565657 3.99E-05
16 0.606061 4.28E-05
17 0.646465 4.58E-05
18 0.686869 4.87E-05
77
19 0.727273 5.14E-05
20 0.767677 5.44E-05
21 0.808081 5.73E-05
22 0.848485 6.03E-05
23 0.888889 6.30E-05
24 0.929293 6.59E-05
25 0.969697 6.89E-05
26 1.010101 7.18E-05
27 1.050505 7.50E-05
28 1.090909 7.80E-05
29 1.131313 8.06E-05
30 1.171717 8.36E-05
31 1.212121 8.65E-05
32 1.252525 8.95E-05
33 1.292929 9.24E-05
34 1.333333 9.51E-05
35 1.373737 9.81E-05
36 1.414141 1.01E-04
37 1.454545 1.04E-04
38 1.494949 1.07E-04
39 1.535354 1.10E-04
40 1.575758 1.13E-04
41 1.616162 1.16E-04
42 1.656566 1.19E-04
43 1.69697 1.22E-04
44 1.737374 1.24E-04
B. Data XRD
Temperatur 450℃
78
Peak List
Temperatur 475℃
Peak List
Temperatur 500℃
79
Peak List