Anda di halaman 1dari 10

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASSED LEARNING BERBANTUAN


MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V
DI GUGUS BELANTIH KECAMATAN KINTAMANI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

I Wyn Eta Sukariyasa1, I Nym Arcana 2, Ni Md Sulastri. 3


1,2
Jurusan PGSD, 3Jurusan BK FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail:wayaneta4@yahoo.com1, arcananyoman34@yahoo.com2,
sulastri.made@yahoo.com3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang
mengikuti model Problem Bassed Learning berbantuan media gambar dan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini yaitu eksperimen semu
dengan rancangan post test only control group design. Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh kelas V SD Gugus Belantih Kecamatan Kintamani, dengan jumlah siswanya 120
orang. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik random selection (undian).
Pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dengan soal pilihan ganda berjumlah
20 butir. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan uji-t. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model Problem
Bassed Learning berbantuan media gambar dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional (thitung = 2,54 ; ttabel = 2,021). Siswa yang mengikuti model Problem Bassed
Learning berbantuan media gambar memperoleh rata-rata hasil belajar yaitu 13,65
berada pada kategori tinggi. Sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional memperoleh rata-rata hasil belajar yaitu 10,55 berada pada kategori
sedang. Jadi model Problem Bassed Learning berbantuan media gambar berpengaruh
terhadap hasil belajar IPA.

Kata kunci: Problem Bassed Learning, Media Gambar, Hasil Belajar

Abstract
The purpose of this research is to recognize the difference results between science
students who followed the Problem Bassed Learning model aided picture media and the
students who followed the conventional model learning. This research is a quasi
experimental research with post test design only control group design. The populations
on this research are all class of Elementary School Gugus V Kecamatan Kintamani,
which students amount 120 peoples. The sample of this research is determined by
random selection technique. In collecting the data the written test were given through a
multiple choices tests comprising of 20 items. The data were analyses using a descriptive
statistic and test. The result of this research shows that there is the difference result
between science the studenst follow Problem Bassed Learning model aid picture media
and the students follow the conventional model learning (tarithmetic = 2,54 ; ttable = 2,021).
Average score of the students who follow Problem Bassed Learning model aid picture
media is 13,65 it is considered to be high category. Whereas the students who follow the
conventional learning model is 10,55 it is considered to be intermediate category. In this
research Problem Bassed Learning model aid picture media is preponderate for the
result of the science.

Key words: Problem Bassed Learning, Picture Media, Learning Results.


e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

PENDAHULUAN Guru menjejali siswa dengan materi


Proses pembelajaran hendaknya pelajaran tanpa melihat kemampuan siswa
dikembangkan secara optimal dengan menyerap materi yang diberikan. Para guru
mengembangkan semua aspek mampu kurang memanfaatkan pengetahuan
pengetahuan, sikap, keterampilan yang awal siswa sebagai hasil interaksi mereka
dimiliki oleh siswa pada setiap mata dengan lingkungan tempat tinggalnya. Di
pelajaran yang ada di sekolah, termasuk samping itu penggunaan media yang masih
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). sangat minim dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar Pada usia anak yang masih dalam kategori
merupakan interaksi antara siswa dengan fase operasional konkret, seharusnya guru
lingkungan sekitarnya. Hal ini mampu menghadirkan suatu media yang
mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mampu mengangkat minat dan antusias
mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar siswa untuk menyimak pembelajaran
pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dengan baik. Kondisi tersebut dapat menjadi
terjadi adalah pembelajaran yang berpusat salah satu penyebab mengapa
pada siswa dan guru sebagai fasilitator. pembelajaran IPA siswa kelas V di Gugus
Pendidikan IPA dapat menumbuhkan Belantih, Kecamatan Kintamani menjadi
kemampuan berpikir logis, rasional, analisis, kurang mampu menarik minat siswa,
dan kritis pada siswa dalam rangka sehingga motivasi belajar siswa menjadi
mendukung pengembangan ilmu rendah. Akibatnya, pelajaran IPA di mata
pengetahuan dan teknologi. Berbagai upaya para siswa menjadi kurang bermakna dan
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas akhirnya bermuara pada rendahnya prestasi
peserta didik sehingga mampu bersaing siswa. Hal ini tercermin dari data hasil
dalam segala bidang, yaitu 1) belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V di
penyempurnaan kurikulum, 2) SD Gugus Belantih, Kecamatan Kintamani.
pengembangan silabus dan buku ajar, 3) Di SD No 1 Belantih kriteria
penataran dan sertifikasi guru, 4) ketuntasan belajar (KKM) yang ditetapkan
pendekatan pengajaran, dan 5) teknik-teknik adalah 69, dengan rata-rata hasil belajar
dalam pengajaran. siswa kelas V adalah 63. Di SD No 2
Upaya yang dilakukan untuk Belantih menetapkan kriteria ketuntasan
meningkatkan kualitas peserta didik belajar (KKM) 69, dengan rata-rata hasil
nampaknya belum optimal. Hal ini terlihat belajar siswa kelas V adalah 60. Sedangkan
dari hasil observasi yang dilakukan dalam untuk SD No 3 Belantih yang menggunakan
proses pembelajaran yang dilakukan di kriteria ketuntasan belajar (KKM) yang lebih
kelas V SD Gugus Belantih, Kecamatan rendah dari kedua SD sebelumnya yaitu 67,
Kintamani. Diperoleh informasi bahwa memeroleh rata-rata hasil belajar siswa
peranan guru dalam proses pembelajaran di kelas V sebesar 63. Kemudian yang terakhir
kelas masih relatif dominan. Guru lebih SD Negeri Catur yang menetapkan kriteria
banyak berceramah kemudian diselingi ketuntasan belajar (KKM) yang paling
dengan latihan soal-soal sehingga kegiatan rendah sebesar 64, dengan rata-rata hasil
pembelajaran tidak melibatkan siswa secara belajar siswa kelas V adalah 59.
aktif dan sebagian besar siswa bercanda. Berdasarkan uraian di atas, dapat
Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dilihat nilai rata-rata siswa pada mata
tidak memberikan kesempatan kepada pelajaran IPA kelas V Semester I di SD
siswa untuk belajar dengan lebih bermakna Gugus Belantih tergolong rendah karena
melalui kegiatan penemuan-penemuan. masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Minimal (KKM). Rata-rata nilai hasil belajar
yang mengajar mata pelajaran IPA kelas V IPA siswa untuk setiap SD berkisar pada
di Gugus Belantih, diketahui bahwa proses interval 59-66. Hal ini dikarenakan
pembelajaran yang mereka lakukan masih pembelajaran yang dilaksanakan memiliki
langkah-langkah pembelajaran yang
cenderung sama, ceramah, penugasan,
didominasi dengan ceramah (teacher tanya jawab, PR, dan sedikit kesempatan
center). bagi siswa untuk bertukar pikiran atau
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

diskusi di dalam kelas. Kesenjangan Ada beberapa jenis media


tersebut disebabkan karena guru masih pengajaran yang bisa digunakan dalam
cenderung menggunakan kaedah proses pengajaran adalah sebagai berikut.
konvensional dalam memproses informasi Pertama, media grafis seperti gambar, foto,
yang diperoleh. Untuk menjadikan grafik, bagan, atau diagram, poster, kartun,
pembelajaran lebih bermakna, hendaknya komik dan lain-lain. Media grafis juga sering
guru menciptakan masalah-masalah disebut media dua dimensi, yakni media
pembelajaran yang berkaitan dengan yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.
kehidupan siswa sehari-hari. Apabila siswa Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam
sesering mungkin diberikan masalah yang model susun, model kerja, dan lain-lain.
berkaitan dengan pembelajaran sesuai Ketiga, media proyeksi seperti slide, film
dengan kehidupan sehari-hari mereka, maka strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain.
siswa akan dapat lebih aktif melibatkan diri Keempat, penggunaan lingkungan sebagai
dalam aktivitas pembelajaran di kelas. media pengajaran.
Masalah di atas perlu dicarikan solusi Berdasarkan uraian yang dipaparkan
agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat di atas bahwa model Problem Bassed
memberikan hasil yang optimal dan mampu Learning yang memiliki langkah-langkah
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran (sintaks) yang berbeda dari
pembelajaran IPA. Salah satunya dengan pembelajaran yang lain diduga memiliki
menerapkan model pembelajaran yang pengaruh pada hasil belajar siswa, begitu
mampu menciptakan proses pembelajaran juga dalam pemanfaatan media gambar
yang lebih baik dengan berdasarkan pada diduga dapat menyampaikan informasi
kaidah konstruktivisme, interaksi sosial, secara lebih mudah, teliti, jelas dan menarik
maupun pada konteks kehidupan nyata. bagi siswa. Sehingga pembelajaran IPA
Model pembelajaran yang berpegang pada dengan model Problem Bassed Learnig
kaidah konstruktivisme salah satunya adalah mampu mengatasi permasalahan yang
Model Pembelajaran Problem Based terjadi di kelas V SD di Gugus Belantih
Learning. Kecamatan Kintamani tahun pelajaran
Berdasarkan penelitian yang 2013/2014.
dilakukan, yakni penelitian eksperimen semu Berdasarkan hal tersebut, maka
(Quasi Eksperimen). Model Problem Bassed dirancang sebuah penelitian dengan judul
Learning dalam pembelajaran IPA akan “Pengaruh Model Problem Bassed Learning
dibandingkan dengan sebuah model kontrol. Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil
Model kontrol yang digunakan adalah Model Belajar IPA Siswa Kelas V Di Gugus
Pembelajaran Konvensional. Model Belantih, Kecamatan Kintamani Tahun
Pembelajaran konvensional merupakan Ajaran 2013/2014.”
model pembelajaran yang selama ini
diterapkan di sekolah-sekolah. Model METODE
pembelajaran ini belum optimal membawa Jenis penelitian yang dilakukan adalah
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang penelitian eksperimen semu atau quasi
efektif. experiment karena tidak semua variabel
Selain menentukan model dan yang muncul bisa dikontrol dengan ketat.
metode pembelajaran, faktor yang lain juga Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus
berpengaruh dalam meningkatkan hasil Belantih Kecamatan Kintamani, pada
belajar yaitu media pembelajaran. Sadiman semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
(2006:6) mendefinisikan bahwa media Adapun rancangan penelitian yang
merupakan “perantara atau pengantar pesan digunakan adalah Post-Test Only Control
dari pengirim ke penerima pesan”. Jadi, Group Design. Dalam penelitian ini,
media pembelajaran dapat mewakili guru populasinya yaitu seluruh kelas V SD gugus
dalam menyampaikan pesan secara lebih Belantih Kecamatan Kintamani dengan
teliti, jelas, dan menarik. Oleh karena itu, jumlah siswanya sebanyak 120 orang.
guru hendaknya dapat memilih media yang Sampel penelitian ditentukan dengan teknik
tepat sesuai dengan materi dan karakteristik Random Selection yaitu dengan cara
siswa dalam proses pembelajaran. pengundian atau acak. Sebelum
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

menentukan sampel yang akan diambil reliabilitas sangat tinggi, taraf kesukaran
dalam penelitian ini, terlebih dahulu yang perangkat tes diperoleh 0,5 berada pada
dilakukan adalah menguji kesetaraan dari kriteria sedanag dan daya beda tes sebesar
populasi dengan menganalisis hasil belajar 0,60 termasuk kriteria baik.
IPA ulangan akhir semester ganjil siswa Dalam penelitian ini, analisis data yang
kelas V SD gugus Belantih Kecamatan digunakan adalah analisis deskriptif yaitu
Kintamani, dengan menggunakan analisis mean, median, modus. Hasil perhitungan
varians satu jalur (ANAVA A). Hasil uji mean, median, modus disajikan ke dalam
kesetaraan hasil belajar IPA menunjukkan kurva poligon. Penyajian data dengan kurva
kemampuan siswa kelas V SD gugus poligon bertujuan untuk menafsirkan
Belantih Kecamatan Kintamani adalah sebaran data hasil belajar IPA pada
setara. kelompok eksperimen dan kontrol.
Mengingat jumlah SD yang ada di Hubungan antara mean (M), median (Md)
gugus tersebut yaitu empat kelas, maka dan modus (Mo) digunakan untuk
diadakan pengundian untuk mengambil dua menentukan kemiringan kurva poligon
kelas yang menjadi sampel penelitian. Hasil distribusi frekuensi.
undian diperoleh dua kelas yaitu kelas di SD Selain teknik analisis deskriptif,
Negeri 1 Belantih dan kelas di SD Negeri. 2 analisis data dengan uji-t dilakukan pula
Belantih. Kedua kelas tersebut diundi untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum
kembali untuk menentukan kelas dilakukan analisis t-test, data yang diperoleh
eksperimen dan kontrol. Hasil dari perlu diuji normalitas dan homogenitasnya.
pengundian tersebut yaitu kelas di SD Uji normalitas untuk skor hasil belajar IPA
Negeri 1 Belantih sebagai kelas eksperimen siswa digunakan analisis chi-kuadrat dan uji
dan kelas di SD Negeri 2 Belantih sebagai homogenitas varians dengan uji-F. Jika hasil
kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan analisis menunjukkan data yang normal dan
perlakuan dengan model Problem Bassed homogen serta jumlah siswa antar kelas
Learning berbantuan media gambar sampel sama, maka rumus uji-t yang
sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan digunakan adalah sparated varians.
dengan model pembelajaran konvensional.
Data hasil belajar siswa dikumpulkan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dengan instrumen tes hasil belajar yang Hasil Penelitian
berupa pilihan ganda sebanyak 23 butir soal Penelitian ini menganalisis data hasil
dari ranah C1 sampai C6. Tes tersebut penelitian dengan stasistik deskriptif dan
sebelum digunakan untuk mengukur hasil statistisk inferensial yaitu uji-t. Data yang
belajar IPA di kelas sampel, perlu diuji coba dimaksud dalam penelitian ini yaitu skor
kepada siswa kelas VI SD gugus Belantih hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari
Kecamatan Kintamani, yang tidak termasuk perlakuan model Problem Bassed Learning
sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. berbantuan media gambar pada kelas
Pengujian yang dilakukan terhadap intrumen eksperimen dan model konvensional pada
tersebut meliputi validitas soal, reliabilitas, kelas kontrol. Berikut ini rekapitulasi
tingkat kesukaran dan daya beda tes. Hasil perhitungan hasil belajar IPA hasil analisis
uji coba menyatakan 20 soal valid dan layak deskriptif disajikan pada tabel 1.
digunakan dalam penelitian, reliabilitas
instrumen tes yaitu 0,841 memiliki kriteria

Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Hasil Belajar IPA

Statistik Deskriptif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Modus (Mo) 18 9,5
Median (Md) 15,5 10,21
Mean (M) 13,65 10,55
Varians 18,31 19,63
Standar Deviasi 4,13 3,57
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui pada kelas kontrol menunjukkan kurva juling
bahwa pada kelompok eksperimen positif. Berdasarkan analisis data, mean
Mo>Md>M sedangkan pada kelompok hasil belajar IPA siswa yang berada pada
kontrol Mo<Md<M. Data hasil belajar IPA kelas kontrol yaitu 10,55 berada pada
pada kelas eksperimen dapat disajikan ke kategori sedang.
dalam bentuk kurva poligon seperti pada Sebelum melakukan uji hipotesis,
gambar 1. dilakukan beberapa uji prasyarat yang
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan
bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-
benar berdistribusi normal. Berdasarkan
hasil analisis data post test kelas
eksperimen dengan menggunakan rumus
chi kuadrat, diperoleh X2hitung = 4,96 dan
X2tabel = 9,49 dengan taraf signifikansi 5%
dan dk = 4 (dk = k-1. Dengan demikian
X2hitung < X2tabel, ini berarti data post test hasil
tes belajar IPA kelas eksperimen
berdistribusi normal. Sedangkan hasil
Gambar 1. Kurva Poligon Hasil Belajar analisis data post test kelas kontrol
Kelas Eksperimen diperoleh X2hitung = 1,38 dan X2tabel = 9,49
dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 4 (dk
Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa = k-1. Dengan demikian X2hitung < X2tabel,,
sebaran data kelompok siswa yang maka data post test hasil belajar kelas
mengikuti model Problem Bassed Learning kontrol berdistribusi normal sama seperti
berbantuan media gambar pada kelas data post test kelas eksperimen.
eksperimen menunjukkan kurva juling Selanjutnya uji homogenitas varians
negatif. Berdasarkan analisis data, mean dilakukan terhadap varians pasangan antar
hasil belajar IPA siswa yang berada pada kelas eksperimen dan kontrol. Dengan Uji
kelas eksperimen yaitu 13,65 berada pada yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria
kategori tinggi. data homogen jika Fhitung < Ftabel.
Distribusi frekuensi data hasil belajar Berdasarkan hasil perhitungan uji
IPA pada kelas kontrol yang mengikuti homogenitas didapatkan Fhitung = 1,33 dan
model pembelajaran konvensional disajikan Ftabel = 2,17 pada taraf signifikasi 5%.
pada gambar 2. Dengan demikian varians antar kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah
homogen.
Berdasarkan hasil analisis ujii
prasyarat diperoleh bahwa data hasil belajar
IPA siswa kelas eksperimen dan kontrol
adalah normal dan homogen, sehingga
pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t
dapat dilakukan. Oleh karena data hasil
belajar IPA berdistribusi normal dan
homongen serta jumlah siswa pada kelas
eksperimen sama dengan jumlah siswa
pada kelas kontrol, maka pengujian
Gambar 2. Kurva Poligon Hasil Belajar hipotesis dilakukan dengan menggunakan
Kelas Kontrol uji-t sampel yaitu rumus sparated varians
dengan kriteria H0 ditolak jika thitung > ttabel dan
Berdasarkan gambar 2, terlihat bahwa H0 terima jika thitung < ttabel. Berikut ini
sebaran data kelompok siswa yang ringkasan hasil uji hipotesis disajikan pada
mengikuti model pembelajaran konvensional tabel 2.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji-t Independent dengan Polled Varians

Kelas Varians N Db thitung ttabel Kesimpulan

Eksperimen 17,08 20
Kontrol 12,78 20 38 2,54 2,021 Signifikan

Sesuai dengan tabel 2 tersebut, terlihat juling positif. Hal ini karena sebagian besar
bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti H0 ditolak skor yang diperoleh siswa cenderung
dengan demikian dapat diinterpretasikan rendah.
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan Berdasarkan analisis data
pada hasil belajar IPA antara siswa yang menggunakan uji-t diketahui thitung = 2,54
mengikuti model Problem Bassed Learning dan ttabel = 2,021. Hasil perhitungan tersebut
berbantuan media gambar dengan siswa menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari
yang mengikuti model pembelajaran pada ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak
konvensional pada siswa kelas V SD dan H1 diterima dan hasil penelitian ini
gugus Belantih Kecamatan Kintamani, adalah signifikan. Hal ini berarti bahwa
Tahun Pelajaran 2013/2014. terdapat perbedaan yang signifikan pada
hasil belajar IPA antara siswa yang
Pembahasan mengikuti model Problem Bassed Learning
Dalam penelitian ini, model Problem berbantuan media gambar dan siswa yang
Bassed Learning berbantuan media mengikuti model pembelajaran
gambar yang diikuti oleh kelas eksperimen konvensional. Adanya perbedaan yang
di SD Negeri 1 Belantih dan model signifikan menunjukkan bahwa model
pembelajaran konvensional yang diikuti Problem Bassed Learning berbantuan
oleh kelas kontrol di SD Negeri 2 Belantih media gambar berpengaruh terhadap hasil
menunjukkan pengaruh yang berbeda belajar IPA siswa kelas V.
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V. Perbedaan yang signifikan pada
Perbedaan ini dapat diketahui dari rata-rata hasil belajar IPA antara siswa yang
skor hasil belajar IPA dan hasil uji-t pada mengikuti model Problem Bassed Learning
kedua kelompok tersebut. berbantuan media gambar dengan siswa
Secara deskriptif, hasil belajar IPA yang mengikuti pembelajaran konvensional
siswa yang berada pada kelas eksperimen disebabkan oleh perbedaan perlakuan
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada langkah-langkah pembelajaran. Hal
yang berada pada kelas kontrol. ini terjadi karena proses dalam
Pernyataan ini dapat diketahui berdasarkan pembelajaran Problem Bassed Learning
rata-rata hasil belajar IPA dan bersifat student- centered (berpusat pada
kecenderungan skor yang diperoleh kedua siswa), dimana siswa memperoleh
kelas tersebut. Rata-rata skor hasil belajar informasi baru melalui belajar mandiri (self-
IPA siswa yang berada pada kelas directed learning). Selain itu, Penggunaan
eksperimen memperoleh rata-rata 13,65 model PBL mampu mendorong siswa untuk
terletak pada kategori tinggi. Sedangkan mengenal cara belajar dan bekerja sama
rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol dalam kelompok untuk mencari
yaitu 10,55 terletak pada kategori sedang. penyelesaian masalah-masalah di dunia
Perbedaan itu menyebabkan bentuk kurva nyata atau dari berbagai sumber yang ada
sebaran data kedua kelompok tersebut dilingkungan belajarnya. Sehingga dapat
berbeda pula. Pada kelompok eksperimen memberikan wahana tumbuh dan
kurva sebaran datanya tampak juling berkembangnya keterampilan pemecahan
negatif. Hal ini karena sebagian besar skor masalah berdasarkan pola-pola penalaran
yang diperoleh siswa cenderung tinggi. yang rasional, analitis, sintetis, dan reflektif.
Namun berbeda halnya dengan kelompok Dalam hal ini, guru hanya berperan sebagai
kontrol, kurva sebaran datanya tampak fasilitator atau pembimbing dalam proses
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

pembelajaran, yaitu menyediakan kondisi mempunyai makna bahwa gambar


yang kondusif bagi berlangsungnya proses merupakan suatu ilustrasi yang
pembelajaran dengan menyajikan masalah- memberikan pengertian dan penjelasan
masalah yang menantang bagi siswa yang amat banyak dan lengkap
melalui pemberian lembar masalah yang dibandingkan kita hanya membaca dan
dikerjakan pada settiap kelompok, sehingga memberikan suatu kejelasan pada sebuah
muncul motivasi dalam diri siswa untuk masalah karena sifatnya yang lebih konkrit
memecahkanya. (nyata). Tujuan penggunaan gambar dalam
Setelah memperoleh pemecahan pembelajaran adalah : (1) menerjemahkan
masalah sementara, setiap kelompok simbol verbal, (2) mengkonkritkan dan
diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesan-kesan yang salah dari
menyampaikan hasil diskusinya. ilustrasi lisan. (3) memberikan ilustrasi
Selanjutnya, siswa melakukan pengamatan suatu buku, dan (4) membangkitkan
atau percobaan dengan bimbingan guru. motivasi belajar dan menghidupkan
Pada tahap ini siswa bekerja dengan suasana kelas.
sungguh-sungguh dan maksimal untuk Penggunaan media gambar sangat
mengecek fakta yang dapat membuktikan tepat digunakan untuk siswa Sekolah Dasar
ataupun menentang pemecahan masalah karena siswa Sekolah Dasar pada
sementara. Pada tahap ini siswa dapat umumnya masih berada pada tahap
mengembangakan sikap tekun dan berpikir konkret, sehingga harus bekerja
kerjasama dengan orang lain. Selain itu, dan belajar dengan menggunakan benda-
dengan bekerja secara kelompok siswa benda konkret terlebih dahulu sebelum
dapat mengembangkan sikap terbuka mengenal dan memahami hal-hal yang
dengan orang lain. Mereka saling bersifat abstrak.
memberikan masukan, saran ataupun kritik Dengan demikian model Problem
agar permasahan yang diberikan dapat Bassed Learning berbantuan media
terselesaikan secara maksimal.n”. gambar dapat memberikan daya nalar yang
Selain itu, sesuai dengan penelitian bagus pada anak dan dapat memberikan
yang telah dilakukan, model Problem pengalaman belajar yang inovatif dan
Bassed Learning menjadi lebih efektif dan menarik, sehingga pembelajaran tidak
lebih bermakna dengan keterlibatan media membosankan dan monoton.
gambar dalam pembelajaran IPA. Media Temuan penelitian tersebut sesuai
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan telah dilakukan oleh I Kadek Adi Darsana
(bahan pembelajaran) sehingga dapat tahun 2012/2013, yang menunjukkan
merangsang perhatian, minat pikiran, dan bahwa proses pembelajaran yang
perasaan pembelajar (siswa) dalam berlangsung, dapat meningkatkan hasil
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar pada mata pelajaran IPA.
pembelajaran tertentu. Media pembelajaran Peningkatan hasil belajar pada penelitian
memiliki fungsi yang sangat penting yaitu ini terlihat dari adanya peningkatan hasil
sebagai pembawa informasi dan pencegah belajar siswa yakni pada observasi awal
terjadinya hambatan proses pembelajaran, rata-rata skor hasil belajar siswa 60,87 %
sehingga informasi atau pesan dari dengan kategori sedang, kemudian
komunikator dapat sampai kepada meningkat menjadi 75,96%. Hal ini terjadi
komunikan secara efektif dan efesien. karena model Problem Bassed Learning
Selain itu, media pembelajaran merupakan memiliki kelebihan yaitu (1) memberikan
unsur atau komponen sistem pembelajaran kesempatan kepada siswa untuk belajar
maka media pembelajaran merupakan lebih aktif, (2) dapat meningkatkan
media integral dari pembelajaran. kemampuan siswa untuk memecahkan
Media gambar merupakan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3)
benda yang dapat menyalurkan pesan memberikan ide-ide baru kepada siswa,
berupa gambar dari sumber ke penerima dan (4) dapat meningkatkan keakraban dan
pesan. Kemampuan gambar dapat kerjasama antar siswa dalam mengikuti
berbicara banyak dari seribu kata, hal ini proses pembelajaran. Sehingga kegiatan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

pembelajaran tidak selalu berpusat pada pembelajaran, pemahaman konsep yang


guru melainkan berpusat pada siswa. diberikan kurang mendalam, dan sulit
Penelitian yang serupa dilakukan oleh mengembangkan keterampilan berpikir
Ni Komang Arma Tri Utami menunjukkan siswa. Kondisi-kondisi tersebut
bahwa, penerapan model pembelajaran mengakibatkan kemampuan pemecahan
problem bassed learning pada masalah siswa yang tidak optimal.
pembelajaran IPA dapat meningkatkan Pembelajaran cenderung membosankan
hasil belajar siswa kelas V sd no 3 dan menjenuhkan bagi siswa, sehingga hal
penanarukan Tahun Pelajaran 2010/2011, ini menyebabkan motivasi, minat belajar
yang terlihat dari adanya peningkatan hasil dan antusias belajar siswa menjadi
belajar siswa semula rata-rata nilai hasil menurun, dan pada akhirnya sasaran atau
belajar eksperimen sebesar 5,31 meningkat tujuan pembelajaran yang diinginkan akan
menjadi 7,71, sedangkan kelompok kontrol sulit tercapai. Sehingga dapat disimpulkan
awalnya rata-rata hasil belajar sebesar 5,30 bahwa model Problem Bassed Learning
meningkat menjadi 7,0 dengan kategori berbantuan media gambar berpengaruh
tinggi. Perbedaan hasil belajar IPA terjadi terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di
karena pada penerapan model Problem gugus Belantih Kecamatan Kintamani.
Bassed Learning ini mengubah situasi
belajar yang tadinya masih berpusat pada SIMPULAN DAN SARAN
guru menjadi pembelajaran yang berpusat Berdasarkan hasil penelitian dan
kepada siswa, guru hanya sebagai pembahasan yang telah diuraikan di atas,
fasilitator sehingga pembelajaran ini dapat dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan
menumbuhkan kesiapan siswa. Siswa mean kelas eksperimen adalah 13,65 dan
diberikan motivasi sehingga minat dan mean pada kelas kontrol adalah 10,55. Ini
antusias belajar siswa meningkat, berarti rata-rata hasil belajar siswa kelas
memberikan siswa kesempatan untuk eksperimen lebih tinggi dibandingkan
belajar secara langsung dengan dunia dengan rata-rata hasil belajar kelas kontrol.
nyata di lingkungan sekitarnya, siswa juga Hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 2,54 dan
berani mengemukakan pendapat dan dengan taraf signifikansi 5% dan derajat
bertanya sehingga mampu meningkatkan kebebasan 38 diperoleh ttabel = 2.021 yang
hasil belajar IPA. berarti thitung > ttabel. Hal ini berarti bahwa
Dari penelitian-penelitan tersebut terdapat perbedaan yang signifikan pada
dapat disimpulkan bahwa model Problem hasil belajar IPA siswa antara kelompok
Bassed Learning berbantuan media siswa yang mengikuti model Problem
gambar berpengaruh terhadap hasil belajar Bassed Learning berbantuan media
IPA pada siswa kelas V di SD gugus gambar dengan kelompok siswa yang
Belantih Kecamatan Kintamani. mengikuti model pembelajaran
Berbeda halnya dengan model konvensional. Berdasarkan uraian di atas
Problem Bassed Learning, dalam dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA siswa
pembelajaran konvensional siswa tidak kelas V di Gugus Belantih, Kecamatan
dihadapkan pada masalah dan cara Kintamani, pada kelompok eksperimen
penyelesaian masalah. Model lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
pembelajaran konvensional lebih bersifat belajar pada kelompok kontrol. Hal ini dapat
teacher centered (berpusat pada guru). dilihat dari rata-rata kelompok eksperimen
Dalam proses pembelajaran guru yang tergolong dalam kriteria tinggi dan
menyampaikan materi dan siswa bertugas rata-rata kelompok kontrol tergolong dalam
untuk menyelidiki kebenaran materi kriteria sedang. Serta terdapat perbedaan
tersebut dengan petunjuk-petunjuk hasil belajar siswa antara kelompok siswa
penyelidikan yang detail. Sehingga, siswa yang dibelajarkan dengan model Problem
tidak diberikan kesempatan untuk Bassed Learning dan kelompok siswa yang
menemukan sendiri konsep yang akan dibelajarkan dengan model pembelajaran
dikaji. Siswa sebagai penerima informasi konvensional pada kelas V SD di Gugus
yang pasif. Kondisi ini cenderung membuat Belantih Kecamatan Kintamani tahun
siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pelajaran 2013/2014.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

Adapun beberapa saran yang dapat Darsana, I Kadek Adi. 2012. “Pengaruh
disampaikan berdasarkan penelitian yang Penerapan Model Pembelajaran
telah dilakukan adalah sebagai berikut, Problem Bassed Learning Terhadap
kepada siswa supaya lebih aktif dalam Hasil Belajar IPA pada siswa kelas
mengikuti proses pembelajaran, sehingga V Semester II di SD Negeri Gugus 1
dapat memperoleh hasil belajar yang Kecamatan Sidemen Karangasem
optimal. Dan mampu memecahkan Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi
permasalahan-permasalahan yang (tidak diterbitkan). Jurusan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari Pendidikan Dasar, Universitas
siswa. Pendidikan Ganesha.
Kepada guru-guru, dalam kegiatan
Fuadmje. 2011. “Instrumen Evaluasi Hasil
pembelajaran IPA pada khususnya
Belajar”. Tersedia pada
hendaknya guru lebih berinovasi, selalu
http://fuadmje.wordpress.com/2011/
menggunakan berbagai pendekatan dan
11/05/instrumen-evaluasi-hasil-
media yang sesuai dengan karakteristik
belajar/. (diakses tanggal 18
siswa dan permasalahan di dalam proses
Februari 2014).
pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara Koyan, I Wayan. 2007. “Statistika Terapan
optimal. Kepada peneliti lain agar dapat Teknik Analisis Data Kuantitatif”.
digunakan sebagai tambahan refrensi Singaraja: Universitas Pendidikan
dalam upaya peningkatan hasil belajar di Ganesha.
sekolah. ---------. 2011. Asesmen dalam Pendidikan.
Singaraja: Universitas Pendidikan
DAFTAR RUJUKAN
Ganesha Press.
Agung, A. A. Gede. 2010. Metodelogi Kunandar. 2007. “Implementasi KTSP dan
Penelitian Pendidikan. Singaraja: Persiapan Menghadapi Sertifikasi
Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Guru”. Jakarta: PT Raja Grafindo
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persada
Negeri Singaraja.
Kusnandar. 2011. “Guru Profesional
Amir Taufiq. 2003. Inovasi Pendidikan Implementasi Kurikulum Tingkat
Melalui Problem Based Learning. Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Surabaya: Prenada Media Group. Sukses dalam Sertifikasi Guru”.
Ariana, I Made. 2010. “Penerapan Model Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Problem Bassed Learning Untunk Murtiono, I Wayan Adi. 2010. “Penerapan
Meningkatakan Aktivitas dan Model Pembelajaran Berbasis
Prestasi Belajar Pecahan Siswa Masalah (PBL) untuk Meningkatkan
Kelas V Semester II SD N 5 Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
Banyuning Tahun Pelajaran Semester 2 SD Negeri 2 Pelaga
2009/2010”. Skripsi (tidak Kabupaten Badung Tahun Pelajaran
diterbitkan). Jurusan Pendidikan 2010/2011”. Skripsi (tidak
Guru Sekolah Dasar, FIP. Undiksha diterbitkan). Jurusan Pendidikan
Singaraja. Dasar, Universitas Pendidikan
Arikunto, SD. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Ganesha.
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Nurkancana, W, & Sunartana, P P. N.
Astawan. 2010. “Model Pembelajaran 1990. “Evaluasi Pendidikan”.
Inovatif. Singaraja: Universitas Surabaya: usaha Nasional.
Pendidikan Ganesha. Putri, G. A. 2013. Pengaruh Model
Azwandi, Yosfan. 2007. Media Pembelajaran Conenecting,
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Organizing Reflecting, Extending
Khusus. Jakarta: Departemen (CORE) Berbantuan Lingkungan
Pendidikan Nasional. Terhadap Kemampuan berpikir kritis
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)

IPA Pada Siswa Kelas IV di SD


Gugus I Kecamatan Negara Tahun
Pelajaran 2012/2013. Tesis (Tidak
Diterbitkan): PGSD FIP Undiksha.
Rasyid, Harun & Mansur. 2007. Penilaian
Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana
Prima.
Sadiman, Dkk 2006. Media Pendidikan
Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali
Pers.
Santyasa, I W. 2007. “Model-model
Pembelajaran Inovatif”. Makalah.
Disajikan dalam Pelatihan Sertifikasi
guru bagi Guru SD dan SMP di
Provinsi Bali, pada tanggal 26-30
Desember di Universitas Pendidikan
Undiksha.
Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran
Sains Terkini. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar.
Jakarta: PT. Kharisma Putra
Utama.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif. Surabaya: Masmedia
Buana Pustaka.
Utami, Arma Tri. 2010. “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Bassed
Learning untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V SD No 3 Penarukan
Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi
(tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Dasar, Universitas
Pendidikan Ganesha.
Winataputra, U. S. 2001. Strategi Belajar
Mengajar IPA. Jakarta: Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai