Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 17 (1) : 011-020 (2009)

Deteksi Mutasi Gen Gyrase A Porphyromonas Gingivalis


Resisten terhadap Ciprofloxacin berdasarkan teknik
Polymerase Chain Reaction

Detection of Gyrase A Mutation of Porphyromonas


Gingivalis gene resistant to Ciprofloxacin by using
Polymerase Chain Reaction Technique
Irene E.Rieuwpassa1, Mochammad Hatta2
Department of Oral Biology, Faculty of Dentistry, Hasanuddin University
1

Department of Microbiology, Molecular Biology and Immunology Laboratory, Facculty of


2

Mediciene, Hasanuddin University, Makassar

KEYWORDS gyrase A; Porphyromonas gingivalis; ciprofloxacin

ABSTRACT One of resistance mechanisms to ciprofloxacin shown by bacterium


Porphyromonas gingivalis isolated from periodontitis patients is mutations
of genes through changes in DNA topoisomerase. Ciprofloxacin is an
effective antimicrobial for Gram-negative bacteria effectively used for
clinical infections treatment. The purpose of this research was to determine
the gene mutation of P. gingivalis on periodontitis patients in relation to
the resistance to ciprofloxacin by using disc diffusion and, followed by
RFLP-PCR on P.gingivalis samples. Based on sensitivity tests by diffusion
method, it was shown that the sensitive samples (n =13) had the highest
inhibition zone diameter (mean= 25 mm), while the intermediate samples
(n=1) was 19 mm. Examination using RFLP-PCR for 14 samples did not
reveal any mutation of gyrase A gene.

Akumulasi metabolisme bakteri pada deteksi sebesar 75% dari semua periopato-
permukaan jaringan keras mulut dianggap gen dalam plak (Kasuga et al., 2000) dan
sebagai penyebab primer periodontitis. dengan titer antibodi dan deteksi mikroba
Lebih dari 400 spesies telah diisolasi dan di- diperoleh 70% P. gingivalis (Morinoshi et
tandai dalam plak gigi. Akumulasi bakteri al., 2000).
pada gigi merangsang respon inflamasi Porphyromonas gingivalis adalah salah
secara reversibel pada jaringan gingiva. satu bakteri Gram-negatif anaerob yang
Bagian yang mengalami inflamasi pada berperan penting pada patogenesa
akhirnya dapat menyebabkan destruksi periodontitis. Pengobatan dengan antibiotik
jaringan secara permanen pada daerah sangat ditentukan oleh spesies penyebab
lokalisasi sejumlah organisme patogen yang periodontitis. Biasanya digunakan antibiotik
potensial. Spesies subgingival tertentu ke- seperti metronidazole, doxycycline dan
banyakan terdiri dari bakteri Gram-negatif clindamycin. Sejak dikembangkannya
yang dihubungkan dengan etiologi fluoroquinolon, gatifloxacin dan moxifloxacin
penyakit periodontal destruktif seperti: antibiotik tadi memperlihatkan tingkat
Actinobacillus actinomycetemcomitans,
Porphyromonas gingivalis (P. gingivalis),
Provotella Intermedia dan beberapa spesies Correspondence:
bakteroid lainnya. (Ronderos et al., 2000; Prof. dr. Mochammad Hatta, PhD, SpMK(K), Department of
Microbiology, Molecular Biology and Immunology
Ting et al., 2000). Walaupun demikian Laboratory, Faculty of Medicine, Hasanuddin University,
Porphyromonas gingivalis dengan pemeriksa- Makassar, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kampus Tamalanrea
Km.10, Makassar 90245, Telephone/Facsimile: 0411-586971
an Polymerase Chain Reaction (PCR) ter-
012 IRENE E.RIEUWPASSA, MOCHAMMAD HATTA

aktivitas perlawanan terhadap bakteri termasuk resistensi kromosom yang timbul


anaerob. Beberapa penelitian dilakukan akibat mutasi. Salah satu dari dua
untuk melihat aktivitas antibakteri dari mekanisme berikut ini, yaitu perubahan
fluoroquinolon melawan strain P. gingivalis pada subunit A enzim sasaran (DNA gyrase)
secara in vitro (Eick et al., 2004). atau perubahan permeabilitas selaput luar,
Fluoroquinolon pada awalnya di- menyebabkan terjadi penurunan akumulasi
kembangkan karena kehebatan aktivitasnya obat pada bakteri (Naim, 2003 dan Brooks et
terhadap bakteri aerobik Gram-negatif, al., 2001).
sementara aktivitasnya terhadap organisme
Gram-positif terbatas. Ciprofloxacin, BAHAN DAN CARA KERJA
enofloxacin, lomefloxacin, levofloxacin, ofloxacin
merupakan agen-agen yang memiliki Bahan penelitian
aktivitas Gram-negatif yang baik dan Bahan-bahan yang digunakan dalam
aktivitas dari sedang hingga baik terhadap penelitian ini yaitu sampel swab untuk
bakteri Gram-positif. Dalam kelompok ini, mendeteksi adanya P. gingivalis sebagai
ciprofloxacin adalah agen yang paling aktif koloni tunggal, Nutrien agar (NA), kapas
terhadap Gram-negatif, (Katzung, 2004). lidi, pewarna Gram,Blood agar, SIM
Ciprofloxacin merupakan agen gene- (Sulfide Indol Motility), Paper disc yang
rasi kedua, salah satu obat sintetik derivat mengandung ciprofloxacin, HCl, high purity
quinolon. Mekanisme kerjanya adalah meng- analytical grade celite (Diatoms) (Jansen
hambat aktivitas DNA gyrase bakteri, ber- Chimica, Beerse, Belgium 10. 846.79), Pure
sifat bakterisidal dengan spektrum luas ter- distilled water, GuSCN (Guanidium
hadap bakteri Gram-positif maupun nega- thiocyanate) (Fluka Chemie AG, Buchs,
tif. Ciprofloxacin efektif digunakan untuk Switzerlan, catalog No. 50990), Tris HCl,
infeksi saluran kemih, uretritis, demam EDTA, NaOH, Triton X-100 (Roche, 789704),
tifoid dan paratifoid, infeksi saluran napas, etanol 70%, aseton, TE buffer, MgCl2,
infeksi jaringan lunak serta osteomielitis Gelatin, dNTP, Tag DNA polymerase,
(Brooks et al., 2001; Qarah, 1992). agarose, TBE buffer, etidium bromida,
Penggunaan antibiotik menimbulkan loading buffer.
fenomena baru dengan munculnya resis- Primer yang digunakan yaitu gyrase A:
tensi, terutama pada pemakaian antibiotik
yang tidak sesuai prosedur. Selama peng- forward 5' -TGATCGTCTCCAGAGCTTTG- 3',
obatan dengan fluoroquinolon, munculnya reverse 5'-CCTTATCTATGTCCTGAAGC-3',
organisme yang resisten yaitu Pseudomona,
Strain Streptomyces lividans membawa
Staphylococcus dan patogen lain telah
gen Sac II bersumber dari Streptomyces
ditemukan. Dari hasil pengujian terhadap
achrogen. Aktivitas enzim Sac II dalam
resistensi antibiotik telah terjadi resistensi
NEbuffer I sebesar 25%, NEbuffer 2 sebesar
terhadap ciprofloxacin (Brooks et al., 2001).
75%, NEbuffer 3 sebesar 10% dan Nebuffer
Berdasarkan hasil studi tentang
4 sebesar 100%. Tidak aktif pada suhu 65°C
mekanisme dan epidemiologi dari resistensi
selama 20 menit (Biolabs, 2007).
antibiotik, telah nyata bahwa bakteri me-
Enzim Sac II 5' …CCGC GG…3'
miliki seperangkat cara untuk beradaptasi
3' …GG CGCC ...5'
terhadap lingkungan yang mengandung
antibiotik. Mekanisme resistensi pada Alat
bakteri meliputi mutasi, penghambatan Alat-alat penelitian yang digunakan
aktivitas antibiotik secara enzimatik, per- dalam penelitian ini yaitu cawan petri,
ubahan protein yang merupakan target micro pipet (single channel 5-25 μl, 25-50 μl,
antibiotik, perubahan jalur metabolik, 50-100 μl ; multichannel 25-50 μl, 50-150 μl),
effluks antibiotik, perubahan pada porin micro shaker, autoklaf, inkubator, ose,
channel dan perubahan permeabilitas bunsen, tabung eppendorf, vortex shaker,
membran. Resistensi terhadap ciprofloxacin gyrotary shaker, rak tabung eppendorf,
DETEKSI MUTASI GEN GYRASE A PORPHYROMONAS GINGIVALIS RESISTEN TERHADAP 013
CIPROFLOXACIN BERDASARKAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

sentrifus, Erlenmeyer, neraca analitik, gelas Hinton, kemudian cawan petri ditutup
ukur, botol reagen, tips untuk pipet, dan dibiarkan selama 3-5 menit.
refrigerator, freezer, water bath atau dry block Cakram kertas (paper disc) yang berisi
heater, biohazard (safety cabinet), thermocycler, ciprofloxacin diletakkan pada permuka-
electrophoresis, perangkat UV dan kamera an agar Mueller Hinton dan sedikit
digital. ditekan agar melekat sempurna dan
tidak bergeser. Kemudian didiamkan
Cara kerja selama 15 menit. Setelah itu diinkubasi
Identifikasi P. gingivalis pada suhu 35-37ºC selama 16-20 jam
Spesimen pus atau cairan gingival, dalam posisi cawan terbalik.
diambil menggunakan kapas lidi diusap- Hasil diperoleh dengan mengukur
kan. Kemudian kapas lidi dimasukkan zona hambatan yang terbentuk pada
dalam media transport. agar dan lebar zona hambat dibanding-
Spesimen diinokulasikan ke dalam kan dengan tabel standar NCCLS tahun
media Blood Agar dan diinkubasi pada 1997, untuk menentukan hasil isolat
suhu 35-37ºC selama 24 jam. Hasil koloni bakteri P. gingivalis yang resisten,
dilakukan uji pewarnaan Gram untuk intermediat dan sensitif.
menemukan bakteri Gram-negatif basil.
Hasil bakteri Gram-negatif basil dilanjutkan UJI PCR
dengan uji SIM untuk melihat ada tidaknya a. Preparasi sampel
pergerakan. Metode ekstraksi DNA menggunakan
prosedur celite dan guanidium
Uji Disc Diffusion thyocyanate (Hatta dan Smits, 2007).
a. Media dan reagen Reagen
Media yang digunakan adalah; agar Suspensi diatom dibuat dengan cara
Muller Hinton (dengan ketebalan agar menambahkan 50 ml H2O dan 500 ml
4 mm); Strain kontrol P. gingivalis dari 32% (w/v) HCl (atau 445 μl dari
(ATCC 33277). Reagen yang digunakan 36% HCl) ke dalam 10 gram dari “High
adalah larutan standar NaCl fisiologis purity analytical grade celite” (diatom)
steril; larutan hipoklorit 2% dan standar yang diperoleh dari Jansen Chimica
kekeruhan Mc Farland 0,5. (Beerse, Belgium 10.864.79). Suspensi
diatom dibagi dalam beberapa tube
b. Prosedur pemeriksaan steril kapasitas 2 ml, di mana setiap
Inokulum disiapkan dengan meng- bagian terdiri dari 0,5 ml. Tube hasil
gunakan kapas lidi steril atau sengkelit. aliquots ditutup rapat dan disimpan
Diambil 3-5 koloni P. gingivalis hasil dalam box pada ruangan steril (mix
isolasi specimen klinik dan disuspensi- room), 20 μl dari suspensi ini akan
kan ke dalam tabung berisi larutan dapat bergabung dengan 10 μg DNA
NaCl fisiologis steril 5 ml, kemudian bakteri (10-5 gram DNA bakteri = 109 sel
kapas lidi bekas pakai dibuang dalam bakteri). Peningkatan jumlah volume
larutan hipoklorit 2%. Hasil suspensi diatoms akan meningkatkan hasil
bakteri dibandingkan dengan standar ekstraksi DNA. Diatom tidak perlu
kekeruhan Mc Farland 0,5. disterilisasi karena HCl yang terdapat
Kapas lidi dicelupkan ke dalam sus- dalam larutan diatom sudah dapat
pensi bakteri dan diputar beberapa kali merusak DNA sel bakteri.
kemudian ditekantekan pada dinding Larutan L6 (buffer lisis), dibuat dengan
tabung untuk membuang kelebihan cara melarutkan 120 gram GuSCN
inokulum. Kapas lidi yang meng- (Fluka Cehmie AG, Buchs, Switzerland,
andung inokulum dihapuskan secara catalog no 50990) ke dalam 100 ml Tris
merata pada permukaan agar Mueller HCl 0,1 M, pH 6,4. Kemudian larutan
dipanaskan pada suhu 600C untuk
014 IRENE E.RIEUWPASSA, MOCHAMMAD HATTA

melarutkan GuSCN. Volume akhir dari eppendorf pada kecepatan 12.000 x g


larutan tersebut adalah 200 ml. Larutan selama 15 detik.
EDTA 0,2 M, pH 8,0 sebanyak 22 ml Supernatan dari setiap vial dipisahkan
ditambahkan. pH tersebut dicocokkan dengan menggunakan pengisap yang
dengan larutan NaOH dan 2,6 ml terbuat dari pipet Pasteur plastik tanpa
Triton –X 100 (Roche, 789704). Konsen- balon udara dan dihubungkan dengan
trasi terakhir dari larutan L6 tersebut vacum pump, untuk mencegah hilang-
adalah 50 mM Tris HCl, 5 M GuSCN, nya diatom dalam suspensi tadi, se-
20 mM EDTA 0,1%. Larutan yang hingga sekitar 10 μl dari suspensi ter-
sudah siap disimpan dalam tempat sebut disisakan.
yang gelap dalam ruangan steril (mix Supernatan dicuci sebanyak 2 (dua) kali
room). dengan menggunakan 1 ml buffer pen-
Larutan L2 (buffer pencuci), dibuat cuci L2. Buffer pencuci L2 ditambahkan
dengan cara melarutkan 120 gram sebanyak 1 ml divortex dan sentrifus
GuSCN dalam 100 ml Tris HCl 0,1 M, selama 15 detik, kemudian supernatan
pH 6,4. Larutan L2 disimpan dalam diisap. Supernatan dicuci kembali
tempat di ruangan steril (mix room). TE dengan 1 ml etanol 70% sebanyak 2
buffer elusi dibuat dengan cara me- (dua) kali, divortex dan disentrifus se-
larutkan 1 mM EDTA dalam 10 ml Tris lama 15 detik. Supernatan 1 (satu) kali
HCl pH 8 dari larutan stok dengan dengan 1 ml aseton kemudian dihomo-
konsentrasi yang lebih tinggi. genkan, disentrifus selama 30 detik.
Aseton yang ada dalam supernatan
b. Cara kerja ekstraksi DNA dipisahkan dengan cara membuka
Larutan buffer L6, larutan buffer L2 penutup vial dan dipanaskan pada
dan aseton diambil secukupnya, hanya suhu 56°C dalam water bath atau
untuk keperluan pada hari yang sama. dengan menggunakan dry block heater
Pipet dengan tip yang mempunyai selama 10 menit. TE buffer elusi
lapisan cotton sebagai filter dan di- ditambahkan 60 ml, kemudian divortex
hindari kontak antar tip dengan vial. secara merata sehingga sedimen dari
Tip digunakan untuk setiap larutan suspensi tersebut dapat larut. Kemudi-
yang diambil. an vial diinkubasi dalam water bath
Larutan buffer lisis L6 900 μl dimasuk- selama 10 menit pada suhu 56°C.
kan ke dalam 1,5 tube yang mem- Vial disentrifus dengan kecepatan
punyai penutup berupa sekrup dan 12.000 x g selama 30 detik dan diambil
ditambahkan sampel sebanyak 100 μl, secara hati-hati sekitar 40-50 μl dari
sedimen sampel yang telah dipekatkan supernatan dan dimasukkan ke dalam
ini dihomogenkan selama 30 menit. vial baru, dengan tip dari pipet tidak
Suspensi diatom 20 μl ditambahkan ke menyentuh sedimen dari suspensi
dalam tube, suspensi diatom harus tersebut. Ditambahkan ulang 40 μl TE
selalu divortex sebelum digunakan buffer elusi ke dalam sedimen diatom
untuk mencegah terjadinya penggum- dan divortex kembali sehingga sedimen
palan pada saat pipetting. Campuran akan larut dalam TE buffer elusi. Vial
tersebut divortex dan diaduk dengan diinkubasi kembali dalam water bath
menggunakan gyrotary shaker, kecepa- selama 10 menit pada suhu 65°C.
tan 100 rpm selama 10 menit. Tidak Vial disentrifuse lagi dengan kecepatan
menambahkan diatom saat sebelum 12.000 x g selama 30 detik dan diambil
sampel diisi, karena HCl dalam secara hati-hati sekitar 40-50 μl dari
suspensi diatom akan merusak DNA supernatan dan dimasukkan ke dalam
bakteri yang telah diekstraksi. Campur- vial pertama, jangan sampai tip dari
an divortex kembali menggunakan pipet menyentuh sedimen dari
sentrifus dalam mikrosentrifus suspensi tersebut.
DETEKSI MUTASI GEN GYRASE A PORPHYROMONAS GINGIVALIS RESISTEN TERHADAP 015
CIPROFLOXACIN BERDASARKAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

Pada akhir dari prosedur Boom akan HASIL


didapatkan sejumlah kecil diatom
(sekitar 1 μl suspensi diatom dalam 100 Telah dilakukan penelitian deteksi
ml TE buffer elusi), jumlah ini tidak mutasi gen gyrase A Porphyromonas
akan berpengaruh pada hasil PCR gingivalis resisten terhadap ciprofloxacin
sampel. Hasil ekstraksi dapat disimpan berdasarkan teknik PCR menggunakan
pada suhu -20°C atau suhu -80ºC. metode disc diffusion yang akan dilanjutkan
dengan RFLP-PCR terhadap sampel pen-
c. Proses amplifikasi pada mesin PCR derita periodontitis.
PCR diselidiki dalam volume akhir dari Dari hasil penelitian diperoleh
25 μL dengan 2 mM MgCl2; 0,2 mM gambaran sebagai berikut:
dNTPs; 0,1 μg DNA ekstraksi; 1 μM
dari primer, 1 unit Tag DNA Poiymerase 1. Pada Uji Disc Diffusion
(Ampi Taq GOLD, Applied Biosystems, Hasil tes resistensi P. gingivalis ter-
USA). hadap ciprofloxacin setelah diinkubasi se-
Amplifikasi pada mesin PCR sebanyak lama 1x24 jam diperoleh gambaran pada
32 siklus, tiap siklus dilakukan dena- Tabel 1.
turasi selama 1 menit dengan suhu Dari Tabel 1 didapatkan 14 sampel P.
94ºC, annealing selama 1,5 menit pada gingivalis. Berdasarkan tes sensitivitas
suhu 59ºC untuk gyrase A dan extension melalui metode difusi, terdapat 1 sampel
selama 2 menit pada suhu 72ºC. yang intermediat (7%) dan 13 sampel yang
sensitif (93%) terhadap ciprofloxacin.
RFLP-PCR Metode Disc diffusion berdasarkan
Dianalisis gyrase A dalam topoisomerase Kirby Bauer Method digunakan untuk me-
II, untuk mengetahui adanya mutasi. ngetahui resistensi atau kepekaan kuman
Mutasi Ser-83 menjadi Phe dalam terhadap antibiotik tertentu. Parameter
gyrase A yang diketahui berhubungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan resistensi obat terhadap lebar zona hambatan yang terbentuk dari
fluoroquinolon. Amplifikasi DNA diguna- masing-masing disk antibiotik dan zona
kan untuk RFLP, menggunakan enzim hambat tersebut dibandingkan dengan
restriksi Sac II. Masukkan 22,5 μl PCR lebar zona hambat standar menurut oxoid
mix ditambahkan primer 2,5 μl dan 2,5 yang mengacu pada National Committee for
μl ekstraksi DNA dengan volume akhir Clinical Laboratory Standarts (NCCLS). Disk
25 μl, masukkan parafin untuk men- 5 μg dengan kategori kuman resisten,
cegah penguapan, diinkubasikan se- intermediat dan kuman sensitif. Resisten ”
lama 1 jam pada suhu 37ºC. Hasil 15, Intermediat 16-20, Sensitif • 21.
amplifikasi dianalisis dengan meng-
gunakan elektroforesis.
Tabel 1. Hasil Tes Sensitifitas P.
Elektroforesis gingivalis terhadap Ciprofloxacin
Setelah amplifikasi, 5 μl hasil ampli-
fikasi PCR dan 2 μl loading buffer Frekwensi Persen
dicampur dan dimasukkan ke dalam Intermediat 1 7
cetakan gel agarose 1,5% yang sudah
diberi Etidium Bromida. Agar gel di- Sensitif 13 93
rendam pada wadah yang berisi buffer Total 14 100
TBE. Selanjutnya elektroforesis dijalan-
kan selama 1 jam dengan tegangan
konstan 80 Volt.
016 IRENE E.RIEUWPASSA, MOCHAMMAD HATTA

Hasil sampel yang sensitif (13 sensitif sebelum dan sesudah restriksi
sampel) mempunyai nilai diameter zona dengan enzim Sac II.
hambatan rata-rata 25 mm sedangkan Hasil uji PCR diperlihatkan pada
sampel yang intermediat (1 sampel) dia- Gambar 2 sebelum direstriksi dengan
meter zona hambatannya 19 mm (Gambar adanya pita pada tiap slot pada posisi 339
1). bp. Slot 1-8 dan slot 10-14 berasal dari
sampel yang sensitif terhadap ciprofloxacin
2. Pada uji PCR dan slot 9 berasal dari sampel yang
Uji PCR dilakukan pada 14 sampel intermediat terhadap ciprofloxacin.
P.gingivalis dengan 13 sampel sensitif ter-
hadap ciprofloxacin dan 1 sampel inter- 3. Pada pemeriksaan dengan RFLP-PCR
mediat terhadap ciprofloxacin berdasarkan Telah dilakukan pemeriksaan
uji disc diffusion. Hasilnya dapat dilihat pada dengan RFLP-PCR menggunakan enzim
Gambar 2 sebagai gambaran hasil restriksi Sac II untuk mempelajari mutasi
elektroforesis pada sampel resisten dan yang terjadi pada sampel yang ada.

Resisten

Sensitif

Intermediat

Gambar 1. Hasil uji disc diffusion dengan antibiotik ciprofloxacin

M1234567891011121314
Slot

339bp

Gambar 2. Hasil Elektriforesis Sampel sebelum restriksi


Keterangan gambar : M= marker, 1,2,3-14= nomor sampel
DETEKSI MUTASI GEN GYRASE A PORPHYROMONAS GINGIVALIS RESISTEN TERHADAP 017
CIPROFLOXACIN BERDASARKAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

Gambar 3 merupakan gambaran sampel 9 berasal dari sampel yang


hasil PCR pada sampel setelah direstriksi intermediat terhadap ciprofloxacin.
menggunakan enzim Sac II. Terdapat satu Sebagaimana terlihat pada Tabel 2,
fragmen pada tiap slot dari 14 sampel yang tidak ada satupun dari hasil koloni yang
ada. Slot 1-8 dan 10-14 berasal dari sampel menunjukkan adanya mutasi.
yang sensitif terhadap ciprofloxacin dan

M1234567891011121314

Slot

339bp

Gambar 3. Hasil Elektroforesis Sampel Sensitif sesudah restriksi


Keterangan gambar : M= marker, 1,2,3-14= nomor sampel

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan dengan RFLP-PCR

Frekwensi Persen
Mutasi 0 0.00
Tidak Mutasi 14 100
Total 14 100

PEMBAHASAN adalah kurang lebih satu minggu. Metode


ini dilakukan untuk mengetahui adanya
Pada penelitian ini dilakukan peng- zona hambatan yang terbentuk. Hasil
ujian hubungan antara mutasi gen pengukuran diameter zona hambatan
topoisomerase II (gyrase A) dengan tes menunjukkan apakah kuman resisten atau
resistensi ciprofloxacin pada P.gingivalis. sensitif terhadap suatu antibiotik tertentu.
Pengujian ini dilakukan dengan uji disc Zona hambatan yang terbentuk (dalam
diffusion yang akan dilanjutkan dengan mm) dibandingkan dengan table standar
RFLP-PCR terhadap sampel yang disebab- NCCLS, disk 5 μl dengan kategori resisten,
kan oleh P. gingivalis. intermediat dan sensitif. Jika strain P
Sebelum uji disc diffusion dilakukan, gingivalis tidak mengalami mutasi pada
pertama-tama dilakukan identifikasi target kerja obat maka strain ini akan
P.gingivalis. Dari hasil identifikasi P. sensitif terhadap antibiotik.
gingivalis diperoleh 14 sampel yang Pada pengujian sensitifitas dengan
teridentifikasi sebagai P. gingivalis. Metode metode disc diffusion akan terlihat zona
disk diffusion adalah metode umum yang hambatan disekitar paper disc yang meng-
digunakan untuk mengetahui resistensi dan andung ciprofloxacin. Zona bening yang
sensitifitas kuman terhadap penggunaan mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran
obat, dan lama waktu uji yang diperlukan kekuatan hambatan obat terhadap
018 IRENE E.RIEUWPASSA, MOCHAMMAD HATTA

organisme yang diperiksa. Hasil pengukur- direstriksi dengan enzim endonuklease


an diameter zona hambatan menunjukkan restriksi (enzim restriksi) yaitu suatu enzim
sampel yang sensitif terhadap ciprofloxacin yang hanya memecah DNA pada tempat
sebanyak 14 sampel dengan rata-rata spesifik. Untuk memilih jenis enzim,
diameter zona hambatan 25 mm dan yang diperlukan data rangkaian basa penyusun
intermediat sebanyak 1 dengan diameter gen sasaran amplifikasi. Pita-pita (fragmen)
zona hambatan 19 mm. hasil pemotongan DNA yang terlihat pada
Pada penelitian ini zona bening elektroforesis, selanjutnya dibandingkan
terjadi karena ciprofloxacin bekerja pada dengan hasil sebelum dilakukan ekstraksi.
target yang sesuai dan juga menghambat Penelitian yang dilakukan sebelum-
pertumbuhan P.gingivalis. Target obat pada nya oleh Eick et al., 2004 pada
topoisomerase II (gyrase A) sebagai target Porphyromonas gingivalis yang diisolasi dari
utama dan merupakan mekanisme kerja plak subgingival pasien periodontitis
dari ciprofloxacin. Ciprofloxacin menyekat memperlihatkan penurunan sensitifitas
sintesis DNA bakteri dengan jalan meng- fluoroquinolon dari yang seharusnya yaitu
hambat topoisomerase II pada bakteri. Peng- perubahan pada GyrA (Glu-72 dan Glu-
hambatan DNA gyrase akan mencegah 124), GyrB (Gly-331,Arg-340,Pro-347, Thr-
relaksasi supercoiled DNA secara positif 374,Lys-398 dan Cys-458) dan ParC (Glu-
yang dibutuhkan untuk transkripsi dan 22,Val-29,Ala-33,Ile-55,Glu-57,Gly-66 dan
replikasi normal (Katzung, 2004; Met-78). Porphyromonas gingivalis dari
Khodursky dan Cozzarelli, 1998). sampel periodontitis memperlihatkan
Penentuan resistensi bakteri ter- bahwa mutasi gen gyrase A merupakan
hadap antibiotik hampir semua megguna- target utama dari quinolon, sedangkan gen
kan cara disc diffusion, untuk melakukan gyrase B dan par C hanya mutasi diam tanpa
pengujian ini, terlebih dahulu bakteri harus merubah asam-asam amino.
diisolasi, dimurnikan dan selanjutnya di- Hasil pemeriksaan PCR sebelum
paparkan pada antibiotik. Cara konventio- menggunakan enzim restriksi Sac II, pada
nal yang mencari fenotip bakteri diatas 14 sampel yang sensitif memperlihatkan
mempunyai kelemahan, khususnya dalam satu fragmen. Demikian pula pada 1 sampel
hal lamanya waktu untuk mendapatkan yang intermediat terlihat satu fragmen
hasil. Karena itu dicoba kembangkan cara dengan panjang urutan nukleotida 339 bp.
lain, khususnya cara mencari faktor Fragmen ini terlihat dari pembacaan
genotipnya. dengan elektroforesis.
Gen yang dicari tersebut berupa Dari gambar hasil uji RFLP-PCR
segmen DNA atau RNA, karena jumlah dengan menggunakan enzim restriksi Sac II
copy asam nukleat sasaran tersebut biasanya memperlihatkan jumlah fragmen yang
sedikit maka biasanya terlebih dahulu di- sama sebelum dan sesudah restriksi. Semua
lakukan amplifikasi DNA bakteri langsung sampel P. gingivalis yang sensitif terhadap
dari bahan pemeriksaan (sampel) dengan ciprofloxacin memperlihatkan 1 fragmen
teknik PCR. Cara lain yang digunakan setelah mengalami restriksi pada tempat
dengan terlebih dahulu membiakkan pemotongan DNA sesuai dengan enzim
bakteri tersebut secara konvensional dan restriksi yang digunakan yaitu Sac II. Enzim
selanjutnya asam nukleatnya diekstraksi restriksi Sac II akan merestriksi untaian
seperti penelitian yang dilakukan ini. nukleotida pada sekuen spesifik yaitu
Konfirmasi amplikon dengan CCGT//GG. Dengan menggunakan enzim
elektroforesis saat ini merupakan cara restriksi Sac II maka untaian DNA akan
terbanyak yang dipakai untuk meng- terpotong bila bermutasi pada posisi
identifikasi gen penyandi resisten. Untuk nukleotida 204 dan 135 bp. Apabila tidak
konfirmasi dengan cara RFLP-PCR, se- terjadi perubahan urutan nukleotida (tidak
belum dilakukan elektroforesis, amplikon terjadi mutasi), tidak akan terjadi restriksi
terlebih dahulu difragmentasi atau pada urutan nukleotida CCGT//GG dan
DETEKSI MUTASI GEN GYRASE A PORPHYROMONAS GINGIVALIS RESISTEN TERHADAP 019
CIPROFLOXACIN BERDASARKAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

hanya terbentuk satu fragmen dengan Bachrach G, Altman H, Kolenbrander PE et al., 2007.
panjang nukleotida 339 bp. Resistance of Porphyromonas gingivalis ATCC
33277 to Direct Killing by Antimicrobial
Hasil penelitian uji RFLP-PCR pada Peptides is Protease Independent. Institute of
sampel yang sensitif terhadap ciprofloxacin Dental Sciences, The Hebrew University-
memperlihatkan 13 sampel sensitif dan 1 Hadassah School of Dental Medicine.Jerusalem,
sampel intermediat tidak mengalami Israel.
BioLabs, Restriction Endonucleases, New England
perubahan urutan nukleotida (tidak Biolabs. Diakses 28 Januari 2007.
bermutasi). Terlihat satu fragmen sebelum Brooks GF, Butel SJ dan Morse SA 2001. Mikrobiologi
menggunakan enzim restriksi dan setelah Kedokteran. Penerjemah dan Editor. Bagian
dilakukan restriksi. Hasilnya terlihat pada Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Salemba Medika. Jakarta.
gambar elektroforesis Gambar 2 sebelum
Buhlin Kare, Gustafsson Anders, Pockley AG,
restriksi, Gambar 3 setelah direstriksi. Hal Frostegard Johan Klinge Bjorn 2003. Risk Faxtors
ini menunjukkan bahwa urutan nukleotida for Cardiovascular Disease in Patients with
dapat dikenali oleh enzim restriksi yang Periodontitis, European Heart J.24: 2099-2107
digunakan sehingga tidak terjadi restriksi Burt BA 1996. Epidemiology of Periodontal Disease.
J.Periodontal.67:935-945.
pada sekuen spesifik tempat enzim Sac II Burton GRW, Engelkirk 2004. Microbiology for the
bekerja. Health Sciences. Sevent Edition. Lippincott
William & Wilkims, USA.
SIMPULAN DAN SARAN Collins CH 1995. Collins and Lyne's, Microbiological
Methods. Seventh Edition. Buuterworth
Heinamann. Oxford London.
Simpulan Corbert EF, Wong MCM, Lin HC 1997. Periodontal
Berdasarkan hasil penelitian yang Attachment Loss in Adult in Guandong
diperoleh dapat disimpulkan bahwa: RRC,J.Dent.Res.5:1176-50.
Terdapat P. gingivalis yang Depkes RI 2000. Standar Operating Prosedur (SOP) in
intermediat terhadap ciprofloxacin sebanyak Microbiology, Laboratoriun Kesehatan
Departemen Kesehatan, Jakarta.
1 dari 14 sampel yang dikumpulkan. Eick S, Schmitt A, Sachse S et al., 2004. In vitro
Tidak terlihat adanya mutasi pada antibacterial activity of fluoroquinolones against
gen topoisomerase II (gyrase A) dengan Porphyromonas gingivalis strains. Journal of
menggunakan teknik RFLP-PCR. Antimicrobial Chemotherapy.54(2):553-556.
Enersen M, Olsen I et al., 2005. Multilocus Sequence
Typing of Porphyromonas gingivalis Strains
Saran from Different Geographic Origins. Institute of
Perlu dilakukan penelitian lebih Oral Biology, Dental Faculty, University of Oslo,
lanjut mengenai hubungan antara resistensi Departement of Oral Microbiology, Academic
dan mutasi yang terjadi dengan mengguna- Center for Dentistry Amsterdam, The
Netherlands.
kan sampel yang lebih besar untuk Fishman Stuart L 2000. Summary of Brush Up in
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Wellness Symposium, Meeting Summary. J.
Perlu adanya penelitian untuk Periodontal.71:679-682.
melihat mutasi lain dengan sasaran gen Gabastou JM et al., 1995. Phenotypes of resistance to
antibiotics of the most frequently isolated strains
yang berbeda, mengingat teknik ini walau-
in five specialized hospital centers. Multicenter
pun mampu mendeteksi gen penyandi study. PubMed – indexed for MEDLINE, vol 43
resisten, secara klinis belum tentu relevan, (4), Apr, hal 320-323,
khususnya untuk gen yang tingkat http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fc
ekspresinya rendah dengan melakukan gi?cmd=Retrieve&db=PubMed&list, diakses 31
Mei 2006.
penelitian pada effllux pumps dan juga Grkovic S, Brown MH and Skurray RA 2002.
pada tingkat sekuensing. Regulation of bacterial drug export systems.
Microbiol. Mol. Biol., Rev 66:671 – 701.
KEPUSTAKAAN Haake SK 1993. Microbiology of Dental Plaque.
California Continuing Education.
Han XY and Andrade RA 2004. Brevundimonas
Ansubel F, Donald MC et al., 1995. Short Protocols in
diminuta infections and its resistance to
Moleculer Biology: The Polymerase Chain
fluoroquinolones. Section of Clinical
Reaction, third edition, John Wiley and Sons,
Microbiology, The University of Texas.
Inc, USA.
020 IRENE E.RIEUWPASSA, MOCHAMMAD HATTA

Hatta M and Smits L, Henk 2007. Detection of Morinushi T, Lopatin DE, Poperin NV et al., 2000. The
Salmonella typhi by Nested Polymerase Chain Relationship Between Gingivitis and
Reaction in blood, urine and stool samples. Colonization by Porphyromonas gingivitis and
American J. Tropical Medicine Hygiene.Vol: Actinobacillus actinomycetemcomitans in
76;139-143. Children. J.Periodontal.71:403-409.
Hooper DC, Wolfson JS, Bozza MA and Ng EY Naim R 2003. Cara Kerja dan Mekanisme Resistensi
2002.Genetics and regulation of outer membrane Antibiotik. Harian Kompas. Kompas Online.
protein expression by quinolone resistance loci Qarah SMD 1992.Pseudomonas aeruginosa Infections.
nfxB, nfxC, and cfxB. Antimicrob. Agents Dermatology Online Journal. May-Jun; 18(3):
Chemother, 36:1151 – 1154. 187-121.
Izadi Shima Mahdavi 1998. Periodontal Disease, Oral Ronderos M, Michalowicz B, Camara R, Contreras A
Health and Cardiovascular Disease Among 2000. Bacterial and Viral Risk Markers for
Females in Sweden.J.Dental Ed.395-404. Juvenile Periodontitis.J.Periodontal.71.1208.
Kasuga Y, Ishihara K, Okuda K 2000. Significance of
Detectioning Porphyromonas gingivalis,
Bacteroides forsythus and Treponema denticola
in Periodontal Pockets.Bull Tokyo DENT. Coll.
41(3):109-117.

Anda mungkin juga menyukai