Anda di halaman 1dari 42

ILEUS OBSTRUKTIF

Oleh :
Muhamad Agung Satria

Pembimbing :
dr. Mufrizal, Sp.B(K)Onk
 Nama : m hasan
 Umur : 73 tahun
 Alamat : banda sakti
 Mr : 09.08.68
 Tmrs : 19 februari 2018
Keluhan Utama :
Perut Kembung

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluhkan perut kembung sejak 3 hari
smrs. Sebelumnya pasien tidak ada BAB sejak 5
hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri
pada perut. Riwayat mual dan muntah (+), Flatus
(+). Riwayat BAB seperti kotoran kambing (-),
Diare (-), Demam (-). Pasien juga mengeluhkan
cepat lelah saat beraktivitas.
Riw DM (-)
Riw HT (-)
Compos 110/60 78 x/i 20 x/i 36,2’C
Mentis mmHg
Rambut : Hitam, Sukar
dicabut
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-),
Telinga : Sekret (-/-), darah
(-/-)
Hidung : Sekret (-/-), darah Leher
(-/-) Inspeksi : Simetris
Mulut : Simetris Palpasi : Pembesaran KGB (-
), distensi vena jugularis (-)

Paru
Inspeksi : Pergerakan dada
simetris kanan dan kiri, Jantung
retraksi(-) Inspeksi : Ictus cordis tidak
Palpasi : Fremitus taktil terlihat
normal Palpasi : Ictus cordis tidak
Perkusi : Sonor teraba
Aukultasi : Vesikuler (+/+), Perkusi ; Tidak diperiksa
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : Distensi (+), Simetris
(+)
Auskultasi : Peristaltik lemah,
Metallic Sound (-) Ekstremitas ;
Palpasi : Nyeri Tekan (+), Akral hangat, sianosis (-)
Soepoel (+), Massa (-)
Perkusi : Timpani (+)
Rectal Toucher :
- Sphincter Ani ketat
- Mukosa Licin
- Tidak teraba massa
- Ampulla Recti Feses (+)
- Handscoen Feses (+), Darah (-)
Hb 10,6
L 6,53
Ht 32,8
Tr 130
KGD 65
Ur 39,79
Cr 0,79
As Urat 4,5
Na 144
K 4,1
Cl 109
Ca 1,05
 Ileus Obstruksi e.c dd
◦ Tumor Colorectal
◦ Scibala

 CHF NYHA II - III


 IVFD RL 20gtt/i
 Ij Fosmicin 1gr/12j
 Ij Ketorolac 30mg/8j
 Ij Metoclopramide 10mg/12j
 Ij Omeprazole 40mg/12j
 Ij Furosemide 20mg/12j

 NGT Dekompresi
 Kateter Urin

 Fossen Enema / hari


Ileus obstruksi merupakan penyumbatan
intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi
dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus.
Penyebab terjadinya ileus obstruktif beragam jumlahnya
berdasarkan umur dan tempat terjadinya obstruksi.

Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya


disebabkan oleh tiga mekanisme:
1) Blokade intralumen (obturasi)

2) Intramural atau lesi intrinsik dari dinding usus

3) Kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik


dari intestinal
 Adhesi, hernia, dan malignansi merupakan 80 %
penyebab dari kasus ileus obstruktif.

 Pada anak-anak  intususepsi merupakan penyebab


tersering.

 Pada orang tua  pikirkan kemungkinan adanya


kanker.

 Metastasis dari genitourinaria, kolon, pankreas, dan


karsinoma gaster menyebabkan obstruksi lebih
sering daripada tumor primer di intestinal.
 Respon usus terhadap obstruksi

Akumulasi cairan intestinal di proksimal daerah obstruksi 


terjadi gangguan mekanisme absorbsi normal  kegagalan
isi lumen untuk mencapai daerah distal dari obstruksi.

Peristaltik bagian proksimal usus meningkat 


menyebabkan aktivitasnya pecah. Bila obstruksi terus
berlanjut  terjadi peningkatan tekanan intraluminal 
bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi dengan
baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang.
Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya
distensi  gangguan vaskuler terutama stasis vena
 dinding usus menjadi udem dan terjadi
translokasi bakteri ke pembuluh darah  produksi
toksin oleh translokasi bakteri  timbul gejala
sistemik.

Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat


nekrosis disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke
dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
Peningkatan volume intralumen  distensi intestinal di
bagian proksimal obstruksi  bermanifestasi pada mual dan
muntah.

Selanjutnya, obstruksi mekanik ini mengarah pada


peningkatan defisit cairan intravaskular yang disebabkan oleh
terjadinya muntah, akumulasi cairan intralumen, edema
intramural, dan transudasi cairan intraperitoneal.

Koloni berlebihan dari bakteri dapat merangsang absorbtif


dan fungsi motorik dari intestinal dan menyebabkan
terjadinya translokasi bakteri dan komplikasi sepsis.
 Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan
menjadi tiga kelompok (Yates, 2004) :
1) Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda
asing, bezoar, batu empedu.
2) Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau
inflamasi.
3) Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia,
volvulus atau intususepsi.
 Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005) :
1) Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak
disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.
2) Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang
disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga
terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3) Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila
jalan masuk dan keluar suatu gelung usus tersumbat,
dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
 Untuk keperluan klinis dan berdasarkan letak
sumbatan, ileus obstruktif dibagi dua (Ullah et al.,
2009):
1) Ileus obstruktif usus halus, yaitu obstruksi letak
tinggi dimana mengenai duodenum, jejunum
dan ileum
2) Ileus obstruktif usus besar, yaitu obstruksi letak
rendah yang mengenai kolon, sigmoid dan
rectum.
 Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
3) Distensi
4) Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi)

 Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:


1) Lokasi obstruksi
2) Lamanya obstruksi
3) Penyebabnya
4) Ada atau tidaknya iskemia usus
 Gejala utama  nyeri kolik, mual-muntah dan obstipasi.

 Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala


merupakan ciri khas dari obstruksi parsial.

 Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala penyerta, nyeri


menyebar dan jarang terlokalisir, namun sering dikeluhkan
nyeri pada bagian tengah abdomen, sekitar umbilikus atau
bagian epigastrium.

 Saat nyeri menetap dan terus menerus  curiga telah terjadi


strangulasi dan infark.
 Kegagalan untuk defekasi dan flatus merupakan tanda yang
penting untuk membedakan terjadinya obstruksi komplit atau
parsial.

 Tanda awal  penderita segera mengalami dehidrasi.

 Massa yang teraba dapat di diagnosis banding dengan


keganasan, abses, ataupun strangulasi.

 Auskultasi digunakan untuk membedakan pasien menjadi tiga


kategori : loud, high pitch dengan burst ataupun rushes yang
merupakan tanda awal terjadinya obstruksi mekanik.
 Saat bising usus tak terdengar dapat diartikan bahwa
obstruksi telah berlangsung lama, ileus paralitik atau
terjadinya infark.

 Tanda-tanda terjadinya strangulasi seperi nyeri terus


menerus, demam, takikardia, dan nyeri tekan bisa tak
terdeteksi pada 10-15% pasien sehingga menyebabkan
diagnosis strangulasi menjadi sulit untuk ditegakkan.

 Pada obstruksi karena strangulasi bisa terdapat takikardia,


nyeri tekan lokal, demam, leukositosis dan asidosis.
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau
posisi dekubitus) dan posisi tegak thoraks. Pada foto abdomen dapat
ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4) Posisi supine dapat ditemukan distensi usus dan step-ladder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang
berderet
6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi
udara dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari
dinding usus yang oedem.
7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.
 Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami
dehidrasi dan kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium yang
membutuhkan penggantian cairan intravena dengan cairan
salin isotonic seperti Ringer Laktat.

 Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter.

 Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan


leukosit, dilakukan untuk menilai kekurangan cairan.

 Antibiotik spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar


temuan adanya translokasi bakteri pada ostruksi intestinal.
 Pemasangan nasogastric tube bertujuan untuk
mengosongkan lambung, mengurangi resiko
terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan
meminimalkan terjadinya distensi abdomen.

 Pasien dengan obstruksi parsial dapat diterapi secara


konservatif dengan resusitasi dan dekompresi.

 Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif dilaporkan


sebesar 60 – 85% pada obstruksi parsial.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang
dikerjakan pada obstruksi ileus.
1) Koreksi sederhana (simple correction). Tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari
tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat
anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan
kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi strangulata, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai