Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS

SKABIES

Ade Setiawati, S.Ked


Preseptor:
dr. Fury Maulina, MPH

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2018
BAB 1
 PENDAHULUAN
Data

skabies tidak hanya dialami disemua negara berkembang, Di Indonesia prevalensi penyakit
individu tingkat sosial ekonomi prevalensinya berkisar antara 7- skabies mencapai 5,60-12,95%
rendah, tetapi juga telah 35% dari populasi umum dan dan menduduki urutan ketiga
menjadi penyakit kosmopolit insiden tertinggi terdapat pada dari 12 penyakit kulit tersering
yang menyerang semua tingkat kelompok anak usia 1-14 tahun
sosial sebesar 51,51%
Prevalensi penyakit skabies tahun
2008 ditemukan diberbagai
permukiman kumuh, seperti di TPA,
pondok pesantren dan rumah susun

Prevalensi di Jakarta mencapai


6,20%, di Boyolali sebesar 7,6%, di
Pasuruan sebesar 8,22% dan di
Semarang mencapai 5,80% (Depkes
RI, 2008).
 Kasus penyakit kulit berada di peringkat
ke 5 terbanyak di puskesmas. Data
tersebut terhitung 2017, dengan kasus
tertinggi adalah skabies
STATUS PASIEN (identitas
pasien)
 Nama : An. S
 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 7 tahun
 Alamat : Desa Meunasah
Jok, Lhoksukon, Aceh Utara
 Pekerjaan : Pelajar
 Suku : Aceh
 Agama : Islam
 Waktu Pemeriksaan : 18 dan 22 Juli 2018
Anamnesa
 Keluhan Utama : bintil-bintil merah yang gatal dan berisi
nanah
 Keluhan Tambahan : demam, nyeri dan berbau pada
kulit yang luka, kulit berkeropeng, gatal yang memberat dan
susah tidur dimalam hari.

 Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang ke puskesmas


Lhoksukon dengan keluhan mucul bintil-bintil merah,
bernanah dan gatal dibagian tangan dan kaki sejak ±1 Bulan
yang lalu. Gatal memberat terutama saat malam hari.
Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya kakak
pasien mengalami gatal-gatal ditangan dan kaki setelah tidur
dengan temannya yang baru pulang dari pesantren,
keluarga juga mengatakan jika tidur malam sering bersama
didepan ruang TV. Pasien sering berobat ke puskesmas tapi
penyakitnya hanya sembuh sementara, kemudian berulang
lagi. Pasien juga mulai demam sejak 4 hari yang lalu. Adik
pasien juga mengalami hal yang sama dengan pasien sejak 3
minggu yang lalu.
 Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien sebelumnya tidak
pernah sakit seperti ini, hanya demam dan batuk
flu saja.

 Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien juga


mengalami keluhan yang sama yaitu kakak-kakak
pasien yang lebih dahulu mengalami keluhan
berupa gatal di daerah tangan, kaki dan pungung
namun tidak sampai menyebar luas dan terbentuk
keropeng dan luka, selanjutnya ayah dan ibu
pasien juga mengalami keluhan berupa gatal
namun tidak ada keropeng.
 Riwayat Pemakaian Obat : pasien
sebelumnya tidak ada mengkonsumsi
obat-obatan.
 Riwayat imunisasi : Imunisasi tidak di
lakukan
 Riwayat alergi : alergi makanan tidak
ada
PROFIL KELUARGA
Pasien N merupakan anak dari Tn.A dan Ny. F
Yang sekarang berumur 7 tahun. Pasien merupakan
anak keempat dari 5 bersaudara. Pasien tinggal
bersama kedua orang tua dan kedua saudaranya.
Kedudukan
Gende
No Nama dalam Umur Pendidikan Pekerjaan
r
keluarga

1. Tn. A Kepala L 40 th SD Petani

Keluarga

2. Ny. F Istri P 37 th SD Petani

3. An. N Anak P 17 th SMA Pelajar

4. An. M Anak P 15 th SMP Pelajar

5. An. I Anak L 11 th SD Pelajar

6. An.S Anak P 7 th SD Pelajar

7. An. R Anak L 5 th TK Pelajar


Status kepemilikan rumah : milik sendiri berasal dari bantuan pemerintah

Daerah perumahan : jarang

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Rumah tidak bertingkat dengan luas : 7 x 8 m2 Keluarga pasien tinggal di rumah

dengan kepemilikian milik sendiri yang


Jumlah penghuni dalam satu rumah : 7 orang
dihuni oleh 7 orang. Pasien tinggal di

Luas halaman rumah : 4 x 4 m2 daerah perumahan yang jarang. Rumah

Atap rumah dari: seng, tidak memakai plavon yang dihuni pasien tidak memenuhi

kriteria rumah sehat karena atap tidak


Lantai rumah dari : ruang tamu (semen), lantai kayu
memakai plavon dan masih ada lantai

yng tidak disemen. Pasien juga tidak


Dinding rumah dari : Papan
mempunyai jamban dan tempat
Jumlah kamar : 2
pembuangan sampah.
Jumlah kamar mandi :1

Jendela dan ventilasi : Ada

Jamban keluarga : ada

Penerangan listrik : 4 Ampere (900 watt)

Sumber air bersih : Sumur bor

Tempat pembuangan sampah : tidak ada


Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga
 Jenis tempat berobat : Puskesmas
 Asuransi / Jaminan Kesehatan : BPJS
Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Faktor Keterangan Kesimpulan

Cara mencapai pusat Keluarga menggunakan Letak Puskesmas tidak jauh dari
pelayanan kesehatan Kendaraan pribadi berupa tempat tinggal pasien, sehingga
motor untuk menuju ke untuk mencapai puskesmas
puskesmas. keluarga pasien dapat
menggunakan sepeda motor
Tarif pelayanan Menurut keluarga tidak ada
pribadi. Untuk biaya pengobatan
kesehatan biaya pelayanan kesehatan
diakui oleh keluarga pasien yaitu
yang dilakukan di
setiap kali datang berobat tidak
puskesmas
dipungut biaya dan pelayanan
Kualitas pelayanan Menurut keluarga kualitas
Puskesmas pun dirasakan
kesehatan pelayanan kesehatan yang
keluarga pasien memuaskan
didapat memuaskan.
pasien.
Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga
Pekerjaan pasien adalah pelajar.
Pendapatan keluarga Orang tuanya setiap
bulannya tidak mencukupi untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari keluarganya dan biaya
sekolah anaknya. Pasien ini tinggal di rumah
pribadi bantuan dari pemerintah yang terdiri dari
2 kamar dan 1 kamar mandi yang berada diluar
rumah. Sekitar rumah yaitu bagian samping kiri
dan kanannya berbatasan dengan kandang sapi
dan kandang ayam dan berada di lingkungan
perumahan yang jarang.
Pola Konsumsi Makanan Keluarga
Kebiasaan makan : Keluarga pasien memiliki
kebiasaan makan antara 3 kali dalam sehari
dengan bahan-bahan baku dibeli langsung dari
pasar atau diambil dari kebun.
VITAL SIGN

BB =
Compos 77 x/i 18x/i 36,7’C 20kg
Mentis
Rambut : Hitam, Sukar
dicabut
Wajah : Simetris
Mata : Konjungtiva pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-),
Telinga : Sekret (-/-), darah (- Leher
/-) Inspeksi : Simetris
Hidung : Sekret (-/-), darah (- Palpasi : Pembesaran KGB (-
/-) ), distensi vena jugularis (-)
Mulut : Simetris

Paru
Inspeksi : Pergerakan dada
simetris kanan dan kiri, retraksi(-) Jantung
Palpasi : stem fremitus Inspeksi : Ictus cordis tidak
normal terlihat
Perkusi : Sonor Palpasi : Ictus cordis tidak
Aukultasi : Vesikuler (+/+), teraba
Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) Perkusi ; Tidak diperiksa

Ssela jari tangan : Ekstremitas ;


Papul dan vesikel (+) Akral hangat, sianosis (-)
Edema tungkai bawah (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DILAKUKAN
Tidak ada
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kerokan kulit
2. Mengambil tungau dengan jarum
3. Test tinta pada terowongan (burrow ink test)
4. Membuat biopsi (epidermal shave biopsy)
5. biopsy irisan dengan pewarnaan HE
Diagnosis kerja: Skabies

Diagnosis banding
Skabies , Prurigo, folikulitis,
PENATALAKSANAAN
Upaya promotif
Penyuluhan kesehatan berupa:
Edukasi keluarga meliputi apa itu skabies, cara penularan gejala
Skabies, dan pencegahannya
Demo pentingnya upaya meningkatkan kebersihan perorangan dan
lingkungan.

Upaya preventif
Meningkatkan kebersihan perseorangan dan lingkungan
Menghindari orang yang terkena
Mencuci dan menjemur alat-alat tidur, handuk dengan menggunakan
air panas dan menghindari pemakaian pakaian dan handuk bersama
Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin
Penggunaan air yang bersih
Penyediaan kamar mandi dan jamban bersih
Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang
menderita keluhan yang sama
Upaya kuratif
Terapi yang dianjurkan:
 Cetirizine 1x2,5mg (mengurangi rasa gatal)
 Krim permetrin 5% di oleskan keseluruh permukaan
kulit kecuali muka dan kepala pada malam hari
sebelum tidur kemudian dicuci pada keesokan
harinya (8-14 jam) kemudian diulang 7 hari
kemudian. Pemberian sebanyak 3 kali.
 Paracetamol

Terapi yang didapat di puskesmas:


 Paracetamol
 Salep 2-4
Upaya rehabiitatif
1. Kontrol ulang ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat dalam hal ini Pukesmas Lhoksukon
2. Monitoring yang dilakukan meliputi:
 Memperhatikan adanya perluasan
 Ada tanda-tanda infeksi sekunder
 Interaksi obat dan efek samping
3. Memperbaiki kebersihan perseorangan dan
lingkungan serta mencegah terjadinya penularan
Upaya psikososial
1. meningkatkan pengetahuan dan ekonomi
keluarga.
2. meningkatkan kewaspadaan terhadap
penularan terhadap keluarga dan orang-orang
sekitar

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam :dubia ad bonam
ANJURAN
 Menganjurkan pasien untuk tidur di kamar yang berbeda dari
keluarga pasien yg lain.
 Menganjurkan pasien untuk selalu menjaga kelembaban kulitnya,
salah satunya dengan memakai body lotion.
 Menganjurkan pasien untuk tidak menggaruk-garuk luka yang
gatal.
 Menganjurkan pasien untuk selalu mencuci tangan dengan sabun
anti septik. Boleh juga menggunakan alkohol 70%.
 Menganjurkan kepada pasien atau keluarganya untuk merendam
perabotan rumah yang terbuat dari kain, misalnya taplak meja, dan
sebaiknya peralatan tersebut sering dicuci dengan direndam
menggunakan air panas dan dijemur dibawah sinar matahari
langsung.
 Memeriksakan seluruh anggota keluarga atau orang-orang yang
hampir setiap hari berkontak langsung pada pasien juga melacak
kemungkinan ditemukan pasien baru.
 Memperbaiki status gizi dengan makan makanan yang bergizi dan
seimbang, guna meningkatkan imunitas tubuh
 Memperbaiki hygine
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN FISIK DARI PENYAKIT

1. Ventilasi Ruangan
Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi
yang memenuhi syarat kesehatan adalah = 10% luas
lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi
syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah.
Luas ventilasi rumah yang < 10% dari luas lantai (tidak
memenuhi syarat kesehatan) akan mengakibatkan
berkurangnya konsentrasi oksien dan bertambahnya
konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi
penghuninya
2. Pencahayaan Sinar Matahari
Cahaya matahari selain berguna untuk
menerangi ruangan juga mempunyai daya untuk
membunuh mikroorgnisme. Cahaya matahari masuk
ke dalam rumah melalui jendela atau ventilasi.
Rumah pasien memiliki 4 jendela yng cukup besar
sehingga cahaya matahari dapat masuk kedalam
rumah.
3. Kepadatan penghuni rumah
Semakin padat penghuni rumah akan semakin
cepat pula udara di dalam rumah tersebut
mengalami pencemaran.
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN BIOLOGIS DARI PENYAKIT
Mikroorganisme yang mendukung dan
menyebabkan terjadinya penyakit skabies yaitu tungau
sarcoptes scabies. Seluruh anggota keluarga yang tinggal
serumah beresiko tinggi terkena skabies.

FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN SOSIAL DARI PENYAKIT


Pendidikan dan Pengetahuan
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah
tangga dan pencegahan penyakit skabies menyebabkan
pasien mengalami penyakit skabies.
Riwayat Kontak
Pasien kurang memperhatikan adanya orang-orang
di lingkungan tempat tinggal dan di lingkungan sekolah
nya yang memiliki gejala bintil-bintil dikulit.
BAB 3 TINJAUAN
PUSTAKA

 Skabies  penykit kulit yang disebabkan oleh


infestasi dan sensitisasiterhadap sarcoptes
scabiei varian humonis dan produknya.
Epidemiologi
Etiologi
Lingkungan
•Populasi yang padat

Daerah
•Kumuh, kebersihan, higiene
GAMBARAN KLINIS
 Pruritus
nokturna
 Sekelompok orang
 Adanya terowongan
 Menemukan Sarkoptes scabiei
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Kerokan kulit
 Mengambil tungau dengan jarum
 Tes tinta pada terowongan
 Membuat biopsi irisan
 Uji tetrasiklin
Diagnosis Banding
 Urtikaria akut
 Prurigo
 Gigitan serangga
TATALAKSANA
Edukasi pada pasien skabies
 Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
 Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan
sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur.
 Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
 Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci
dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas
 Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan
dalam seminggu walaupun rasa gatal yang mungkin masih
timbul selama beberapa hari.
 Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya
mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut menjaga
kebersihan
TATALAKSANA KHUSUS
Ketersediaan Obat
Menurut Keputusan Direktur Jendral Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Nomor
HK.02.03/iii/1346/2014, bahwa penyedia obat di
Puskesmas berpedoman kepada Fornas yang
dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Dinas Kesehatan melalui e-purchasing
berdasarkan e-catalogue. Pelayanan obat untuk
peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu
pada daftar obat sesuai dengan standar Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Formularium Nasional dan harga obat yang
tercantum dalam e-catalogue obat.
Daftar Obat Esensial Puskesmas
Laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat
Kelebihan dan kekurangan sistem elektronik ini
Kelebihan dari pelaksanaan e-Purchasing dan e-Catalog yaitu:
 Memberikan kemudahan dalam pengadaan barang/jasa
 Tidak diperlukan atau tanpa tender/lelang berapapun nilai
pengadaannya dan pengadaan jauh lebih mudah, dimana
pengguna dapat langsung melakukan pemesanan ke
https://e-katalog.lkpp.go.id/
 Pengadaan lebih efisien
 Dimana kontrak katalog dan penyedia memiliki rantai pasok
yang pling pendek (pabrikan/sole agent), efisiensi waktu
dan sumber daya manusia
 Lebih transparan
 Informasi produk diketahui publik (seperti gambar, fungsi,
spesifikasi, teknis, asal barang, dan harga serta penyedia)
 Barang/jasa yang dibeli sesuai kebutuhan
 Pengguna dapat memilih produk sesuai kebutuhan dan
sesuai besaran anggaran yang tersedia.
Kekurangan dan kendala yang
dialami dalam pelaksanaan e-
Purchasing dan e-Catalog:
 Belum sepenuhnya menampilkan
informasi yang dibutuhkan pengguna
katalog dan penyelenggaraanya belum
didukung sistem informasi yang memadai.
 Lambatnya respon penyedia terhadap
pemesanan yang dibutuhkan mendesak
atau tidak dapat ditunda.
 Pengadaan e-Catalog tidak dapat
dilakukan oleh fasilitas kesehatan swasta
BAB 4 PEMBAHASAN
Diagnosis skabies pada pasien ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan teori pasien tersebut memiliki gejala
klinis berupa papula, pustula, vesikel dan ekskoriasi
pada kulitnya, pasien juga mengeluhkan pruritus
nokturnal. Penyakitnya sembuh setelah berobat ke
puskesmas namun sering berulang. Pasien
mendapatkan terapi salep 2-4, paracetamol.
Pada pasien ini diberikan salep 2-4, jika
mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan
No.HK.02.02/MENKES/514/2015, disarankan
pemakaian permetrin. Namun, dipuskesmas
Lhoksukon yang tersedia hanya salep 2-4. Karena
dari bagian farmasi puskesmas Lhoksukon
mengatakan lebih mudah mendapatkan salep 2-4
dibandingkan permetrin, dan jika pasien tidak
sembuh dengan pemberian salep 2-4 pasien
disarankan membeli obat diluar atau dirujuk ke RS
Cut Meutia.
Terdapat beberapa masalah pada kasus ini
yang masih perlu dikaji untuk penyelesaian
masalahnya, Beberapa metode yang dapat
dipergunakan dalam mencari akar penyebab
masalah, pada kasus ini metode yang digunakan
adalah diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram
tulang ikan/ fish bone)
FISH BONE
MATRIKS URUTAN PRIORITAS MASALAH

NO Masalah U S G Total
1 Kurang maksimalnya penyuluhan tentang scabies 4 4 4 12
2 Kurang maksimalnya penyuluhan tentang 5 4 4 13
kebersihan diri dan lingkungan
3 Pendapatan perbulan keluarga yang rendah 3 4 4 11
4 Kurangnya biaya untuk program pencegahan 3 3 3 9
scabies dan perilaku hidup bersih dan sehat
5 Kurangnya sarana prasara dalam upaya 5 5 3 13
peningkatan kebersihan diri dan lingkungan
6 kurang berjalannya system pencatatan dan 3 4 3 10
pelaporan kejadian scabies
7 Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai 5 5 4 14
scabies, kebersihan diri dan lingkungan
8 Ketidak pedulian keluarga terhadap pencegahan 5 5 4 14
dan penularan skabies
MATRIKS CARA PEMECAHAN MASALAH

N
o
Masalah Pemecahan masalah

1 Kurang maksimalnya Meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan oleh petugas


penyuluhan tentang
kesehatan serta melibatkan partisipasi tokoh utama untuk
scabies
membuat minat masyarakat dalam mengikuti penyuluhan.

2 Kurang maksimalnya Meningkatkan frekuensi pemberian penyuluhan oleh petugas


penyuluhan tentang kesehatan serta melibatkan partisipasi tokoh utama untuk
kebersihan diri dan membuat minat masyarakat dalam mengikuti penyuluhan.
lingkungan

3 Pendapatan Advokasi lintas sektoral untuk melakukan pemberdayaan.


perbulan keluarga
yang rendah

4 Kurangnya biaya Koordinasi pihak puskesmas terhadap pihak-pihak terkait


untuk program dalam membantu proses pembiayaan
pencegahan scabies
dan perilaku hidup
bersih dan sehat
5 Kurangnya sarana Koordinasi lintas sektoral untuk masalah terkait
prasara dalam
upaya peningkatan
kebersihan diri dan
lingkungan

6 Kurang berjalannya Meningkatkan pengawasan puskesmas terhadap system


system pencatatan pencatatan dan pengawasan penyakit skabies
dan pelaporan
kejadian scabies

7 Tingkat Edukasi kepada keluarga tentang scabies, gejala, penularan


pengetahuan yang dan pencegahan scabies serta penting nya meningkatkan
rendah mengenai kebersihan diri dan lingkungan
scabies, kebersihan
diri dan lingkungan

8 Ketidak pedulian Edukasi kepada keluarga tentang scabies, gejala, penularan,


keluarga terhadap pencegahan serta komplikasi scabies serta penting nya
pencegahan dan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan
penularan skabies
Upaya pimer
Upaya primer diperlukan agar orang sehat
tidak terinfeksi penyakit skabies yaitu :
 Tindakan dari orang yang sehat dengan menghindari kontak
langsung (kulit) dengan penderita skabies. Orang sehat di
sekitar pasien menjaga daya tahan tubuh dengan pola
hidup sehat serta diberi penyuluhan oleh tenaga kesehatan.

 Pada pasien skabiSes diusahakan untuk tidak memakai


peralatan tidur dan mandi secara bersama.

 Melakukan promosi kesehatan mengenai skabies kepada


pasien dan keluarganya tentang penyebab skabies dan
cara penularan serta pencegahan skabies.
Upaya Kuratif
Terapi farmakologis :
 Terapi sesuai dengan terapi skabies
 Terapi non-farmakologis :
Penderita skabies diharapkan untuk
menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.
Tangan kanan dan Kaki kanan pasien
kiri pasien
Ayah Ibu
kakak Adik
Kamar

Ruang Tamu
Kamar mandi

Samping rumah
pasien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai