Anda di halaman 1dari 26

AGENT BASED

MODEL OF
MALARIA
KELOMPOK 3A
1. Okbi Mardian 22100200005
2. Linda Wahyuni Putri 22100200002
3. Siti Azizah 22100200010
4. Gunawan Sukri 201020100004
1 Latar Belakang

2 Konsep Tools

3 Komponen Agent Based Model

TABLE OF 4 Tujuan Agent Based Model

CONTENT
5 Studi Kasus

6 Kesimpulan

7 Referensi
LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia. Penyakit ini secara alamiah ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina ( Purba, et.al. 2017) dalam (Yanelza, 2021)
Dalam Kemenkes Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2018 Trias epidemiologi menjelaskan konsep terjadinya penyakit
ditentukan oleh tiga faktor yaitu pejamu (host), penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment). Penularan malaria berkaitan
dengan manusia sebagai pejamu dan perilakunya, keberadaan Plasmodium dalam tubuh nyamuk betina, serta lingkungan sebagai tempat
perindukan dan peristirahatan vektor.

Malaria telah lama menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, tak terkecuali Indonesia. Dalam data Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), total kasus malaria di Indonesia mencapai 94.610 kasus pada 2021. Kasus malaria tertinggi masih terkonsentrasi di Indonesia
bagian timur. Papua menjadi provinsi dengan kasus malaria tertinggi di Tanah Air, yakni mencapai 86.022 kasus hingga saat ini. Proporsi
kasus malaria yang terjadi di provinsi tersebut mencapai 90,9% dari total
Berikut data teraktual untuk jumlah kasus aktif malaria di Indonesia
Peningkatan tindakan pencegahan dan pengendalian malaria menjadi fokus banyak
penelitian dan telah secara dramatis mengurangi beban malaria di banyak tempat.
Melalui penggunaan teknologi dan pemodelan dan simulasi resolusi tinggi,
pemahaman yang lebih baik tentang langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
dapat diperoleh.

Sumber : Malaria.id

Back to Agenda 03
Epidemiologi Malaria

1. Distribusi

Penyakit Malaria sangat dipengaruhi oleh faktor iklim seperti temperatur, kelembaban, dan curah hujan. Malaria
tersebar di daerah-daerah subtropis dan tropis, karena di daerah tersebut sangat cocok untuk hidup dan
berkembang biak nyamuk Anopheles serta plasmodium dalam melengkapi siklus hidupnya di dalam tubuh
nyamuk. Temperatur adalah unsur yang penting, karena temperatur di bawah 20°C (68°F), P. falciparum tidak bisa
melengkapi siklus hidupnya di dalam tubuh nyamuk anopheles, dan sehingga nyamuk anopheles tidak dapat
menularkan penyakit malaria

2. Determinan Penyakit Malaria


perilaku manusia yang baik dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan lingkungan fisik. Selain
itu dengan adanya pelayanan kesehatan dari petugas kesehatan dapat memberikan perubahan perilaku
seseorang/masyarakat untuk datang berobat ke puskesmas.

3. Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi morbiditas malaria, dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis
yaitu lingkungan fisik dan lingkungan biologik.
a. Lingkungan fisik meliputi keberadaan tempat perindukan nyamuk Anopheles. Pada umumnya tempat
perindukan nyamuk berupa genangan air (seperti lagun, aliran sungai, rawa, empang, dan tambak).
b. Lingkungan biologi merupakan lingkungan flora dan fauna, seperti tumbuhan bakau, lumut dan
ganggang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk. Adanya tumbuh-tumbuhan dapat melindungi
larva dari sinar matahari maupun serangan dari mahluk hidup lain

Back to Agenda 04
Epidemiologi Malaria

4. Faktor Perilaku
Perilaku manusia yang berhubungan dengan penyakit malaria dapat dijelaskan berdasarkan cara hidup. Cara hidup
manusia berpengaruh terhadap penularan penyakit malaria, sebagai contoh bahwa kebiasaan tidak memakai anti
nyamuk waktu tidur dan senang begadang, akan lebih cepat terinfeksi malaria.

a. Seperti yang telah dilakukan di Kabupaten Donggala tentang faktor perilaku penggunaan anti nyamuk
yang berhubungan dengan kejadian malaria yaitu orang yang tidak memakai anti nyamuk berisiko 2,166
kali daripada orang yang memakai anti nyamuk.
b. Beberapa penelitian yang membuktikan bahwa, pemakaian kelambu secara teratur pada waktu tidur
malam hari dapat mengurangi kejadian malaria.
c. pengamatan malaria di Tanzania bahwa, produksi kelambu berinsektisida dapat mencegah malaria dan
dapat mengurangi angka kematian anak sebanyak 40%, selanjutnya lebih dari 20% rumah tangga di
Tanzania sekarang ini telah menggunakan kelambu berinsektisida.
d. Demikian juga yang telah dilakukan di Kabupaten Belitung, bahwa orang yang mempunyai kebiasaan
tidur tidak memakai kelambu akan terserang malaria 1,93 kali lebih besar dibandingkan dengan orang
yang mempunyai kebiasaan tidur memakai kelambu

Back to Agenda 04
KONSEP TOOLS
Agent Based Model (ABM), yang dikenal sebagai model
berbasis individu, adalah jenis model komputasi yang telah
Agent Based Model digunakan untuk memodelkan perilaku dasar suatu objek
(misal satu ekor nyamuk) dan interaksinya dengan
lingkungan setempat (Smith et al., 2018)

Diagram yang digunakan untuk memudahkan dalam


pemahaman hubungan dan pola interaksi antar variabel. CL
Causal Loop juga akan menunjukkan variabel-variabel utama yang akan
digambarkan dalam model sesuai dengan variabel-variabel
yang telah diidentifikasi (Oktaviana et al., 2021)

Pengembangan dari Causal Loop Diagram (CLD) yang


digambarkan dalam diagram yang terdiri dari 2 variabel
Stock and Flow Diagram
yaitu Stock (Level) dan Flow (Rate) di dalam pemodelan
sistem dinamik

Back to Agenda 04
KOMPONEN AGENT BASED Back to Agenda

MODEL

Agent States Decision Rules Action Environment Time

Sesuatu yang
mempengaruhi Statis/Dinamis Segala sesuatu di
sesuatu yang lain luar agen

Wilayah
Private atau publik
Tindakan yang
dapat
mempengaruhi 07
agen
TUJUAN AGENT BASED MODEL
Pemodelan penularan malaria cukup rumit dilakukan karena melibatkan
sejumlah faktor seperti perilaku dan pola pergerakan individu, perilaku dan
pola pergerakan nyamuk, dan siklus hidup parasit itu sendiri.

Salah satu tujuan dari pemodelan ini adalah untuk menilai efektivitas kebijakan
kesehatan masyarakat atau strategi mitigasi infeksi. Strategi mitigasi dapat
mencakup, kapan dan di mana larvasida, jaring, atau penggunaan jaring yang
diberi insektisida (Ilangakoon dan Freisen, 2015).

07
Gambar 2. Flow Chart dari Penularan Nyamuk 07
Gambar 3. Flow Chart dari Agen 07
SOFTWARE YANG DIGUNAKAN DALAM AGENT
BASED MODEL

Back to Agenda 04
Netlogo merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memodelkan suatu sistem dan
dapat memberikan perintah kepada agennya sehingga dapat menggambarkan sifat dari agen yang berbeda
dan membentuk sistem yang kompleks.

NetLogo merupakan aplikasi yang paling umum digunakan karena bisa diakses dengan mudah dan
tidak berbayar. Aplikasi ini berjalan menggunakan mesin virtual Java, sehingga dapat dioperasikan di
semua platform sistem operasi seperti: Mac, Windows, Linux, dan sebagainya. Di NetLogo ada empat jenis
agen, yaitu:
1. Turtle, adalah agen yang bergerak di lingkungan dan dapat berinteraksi dengan patch atau agen lainnya.
2. Patch, tempat agen bergerak. Kumpulan agen-agen tersebut akan membentuk environment atau
lingkungan.
3. Link, merupakan mata rantai antara dua turtle di lingkungan.
4. Observer, merupakan agen eksternal yang dapat memanipulasi semua agen yang ada di lingkungan.

Back to Agenda 04
Gambar 1. Contoh Pemodelan Agent Based Model terhadap Kasus Malaria
Menggunakan Netlogo (Hamdzelman dan Madey, 2021)

Back to Agenda 04
Studi Kasus
DIAGRAM FAKTOR PENULARAN MALARIA

Gambar 4. Diagram garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi penularan malaria yang telah dimodelkan dengan ABM. Faktor
yang berkaitan dengan manusia dan nyamuk masing-masing berada di lingkaran merah dan biru. Faktor-faktor tentang proses
penyakit ada di dalam panah yang menghubungkan lingkaran-lingkaran ini. Faktor di bagian atas dan bawah diagram masing-
masing adalah faktor lingkungan dan intervensi
(Sumber: Smith et al., 2018) 05
Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi siklus hidup malaria
(Sumber: Illangakoon dan Friessen, 2018)
Penjelasan gambar:

Aspek penting penularan malaria sehubungan dengan ABM


adalah sebagai berikut:
1) Nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi malaria menginokulasi sporozoit ke inang manusia.
2-4) Sporozoit menginfeksi sel hati manusia dan berkembang menjadi skizon, yang pecah dan
melepaskan merozoit. (Dari sudut pandang ABM, ini adalah periode waktu tunda atau laten, di
mana individu tetap dalam keadaan terpapar selama periode antara 5-16 hari.)
5-7) Merozoit menginfeksi sel darah merah manusia. Beberapa parasit berdiferensiasi menjadi
tahap eritrositik seksual (gametosit). Parasit stadium darah bertanggung jawab atas manifestasi
klinis penyakit ini. (Dari perspektif ABM, agen manusia akan berpindah dari terpapar menjadi
menular, diferensiasi parasit ini dari 1-3 hari.)
8-11) Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit), tertelan oleh
nyamuk Anopheles selama menghisap darah manusia. Saat berada di perut nyamuk,
mikrogamet menembus makrogamet, menghasilkan zigot. Zigot pada akhirnya menjadi motil
dan memanjang (ookinetes) yang menyerang dinding usus tengah nyamuk di mana mereka
berkembang menjadi ookista. (Dari sudut pandang ABM, agen nyamuk akan berpindah dari
rentan menjadi terpapar)

12-1) Ookista tumbuh, pecah, dan melepaskan sporozoit, yang menuju ke kelenjar ludah
nyamuk. Inokulasi sporozoit ke dalam agen manusia baru melanggengkan siklus hidup
malaria. (Dari sudut pandang ABM, ini adalah penundaan atau periode waktu laten yang
dapat berlangsung antara 8-15 hari, di mana agen nyamuk berpindah dari terpapar menjadi
menular)

Agen nyamuk tersebut juga akan memiliki keadaan lahir dan mati (lifecycle) yang terkait
dengan keseimbangan populasi nyamuk di wilayah tersebut yang juga dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dan musim (Illangakoon dan Friessen, 2018).
KEUNTUNGAN PENERAPAN
AGENT BASED MODEL
1. Dapat menggambarkan populasi yang heterogen, atau mempertimbangkan
agen yang memiliki sifat berbeda, sementara di sebagian besar model lain
populasi dianggap homogen.
2. Agent Based Model tidak memerlukan pengetahuan tentang fenomena secara
keseluruhan, yang tidak memerlukan pengetahuan tentang pola secara
keseluruhan tetapi hanya pengetahuan tentang perilaku individu.
3. Agent Based Model lebih dekat dengan sistem nyata, karena memodelkan
perilaku setiap individu yang berbeda.
4. Agent Based Model dimodelkan lebih detail, menggunakan metode “bottom-
up”, sehingga dapat melihat level individual dan level agregat sekaligus.
KEUNTUNGAN PENERAPAN
AGENT BASED MODEL
Salah satu keuntungan utama agent based model adalah kemampuannya untuk
membuat dan menganalisis berbagai skenario. Bahkan, nilai beberapa parameter
model ditentukan oleh pengguna sebelum model dijalankan. Dengan cara ini,
pengguna dapat mengubah salah satu nilai parameter dan mengevaluasi hasilnya.
Pada bagian ini, dibuat tiga skenario untuk memverifikasi model yang dikembangkan.
Dalam setiap skenario, dengan mempertahankan semua parameter tetap konstan dan
hanya mengubah satu parameter, model diverifikasi. Dalam skenario pertama, kedua,
dan ketiga, persentase infeksi agen nyamuk, periode infeksi manusia, dan parameter
tingkat kekambuhan masing-masing diubah, sementara parameter lainnya tetap
konstan.
Malaria merupakan penyakit yang ditularkam melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang disebabkan oleh parasit
(protozoa) dari genus Plasmodium yang hidup dan berkembang
biak salam sel darah merah manusia. Malaria telah lama menjadi
salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia termasuk
Indonesia yakni mencapai 94,610 kasus pada tahun 2021 yang
KESIMPULAN tercatat oleh kemenkes.

Konsep tools yang digunakan yakni agent based model yang


merupakan model perilaku dasar suatu objek, casual loop
merupakan diagram yang digunakan untuk mempermudah dalam
pemahaman hubungan dan pola interaksi antar variabel dan
terakhir stock and flow diagram yakni pengembangan dari causal
loop diagram yang digambarkan dalam diagram yang terdiri dari 2
variabel yaitu stock dan flow.
DAFTAR PUSTAKA

Yanelza Supranelfy, Reni Oktarina. 2022. "Gambaran Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria di Sumatera Selatan (Analisis
Lanjut Riskesdas 2018)". Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja, Sumatera Selatan, Indonesia.

Kemenkes Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Tahun 2018. Hasil utama Riset Kesehatan Dasar 2018.

Miracle Amadi, Anna Shcherbaccheva, Heikki Haario. Agent based modelling of complex factors impacting malaria
prevalence. Malaria Journal. (2021) 20: 185

Hadzelman, J.dan Madey, G. 2021. Case Study: End User Development of an Agent-based Model of Malaria Transmission
to Support the Design of Late-Life-Acting Insecticides for the Control of Malaria Transmission and Delay of the Evolution
of Insecticide Resistance. Medrxiv. https://doi.org/10.1101/2021.05.28.21257999

Ilangakoon,C. dan Freisen, M. 2015. AGENT BASED MODELING OF MALARIA, IHTC. 1(1): 1-7.

Smith, N., Trauer, J. and Keith, J. 2018. Agent-based models of malaria transmission: a systematic review. Malaria Journal.
17(299): 1- 16.

Sutarto, Eka Cania B. 2017. Faktor Lingkungan, Perilaku dan Penyakit Malaria. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai