OLEH :
Abstrak
Nyeri yaitu pengalaman pribadi yang diekspresikan secara berbeda. Tindakan medis yang sering menimbulkan nyeri
adalah pembedahan seperti post operasi fraktur adalah nyeri. Pasien post operasi fraktur dilakukan dengan pemberian
intervensi terapi distraksi (musik klasik). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh terapi
distraksi (musik klasik) terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi oleh karena fraktur.Desain penelitian
adalah Pra-eksperimental dengan rancangan one group pre-post test design dengan sampel 22 responden yang dipilih
menggunakan teknikNonprobality Sampling yaitu purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner Numerik Rating scale. Hasil sebelum diberikan perlakuan Terapi
distraksi (musik klasik) adalah skala 4.41 (nyeri sedang).Setelah diberikan perlakuan menjadi skala nyeri 2.77 (nyeri
ringan). Hasil menggunakan uji parametric dengan uji paired dependen t-testdidapatkan nilai p=Pre dan Post (0,000)
< α (0,05), artinya H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga disimpulkan ada Pengaruh Terapi Distraksi (musik klasik)
Terhadap Penurunan nyeri pada pasienpost operasi oleh karena fraktur.
Kata Kunci: Terapi Distraksi (musik klasik), Nyeri, Post operasi fraktur
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion |
155
Berdasarkan Penelitian di atas, maka HASIL PENELITIAN DAN
peneliti melakukan Studi pendahuluan tanggal 02 PEMBAHASAN
Maret 2017 di Ruang Kamboja RSUD Kabupaten
Buleleng didapatkan pasien bedah oleh karena fraktur Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah
ekstremitas meningkat setiap tahunnya. Pada tahun data yang diperoleh langsung dari responden
2014 terdapat 97 kasus, tahun 2015 meningkat melalui memberikan
menjadi 103 kasus, di tahun 2016 terdapat 120 kasus. kuesioner.Pengumpulan data dilaksanakan pada
Data di tahun 2017 pada bulan Februari terdapat 24 tanggal 23 Mei sampai 23 Juni 2017, dilakukan
kasus. Masalah keperawatan utama yang dihadapi pada 22 sample di ruang penyakit Bedah (Kamboja)
pasien post operasi fraktur di ruang Kamboja RSUD RSUDVariabel
Buleleng.
Karakteristik Persentasi (f)
Kabupaten Buleleng adalah nyeri. Dari hasil Jumlah
(n)
Responden %
Wawancara pada tanggal 02 Maret 2017 terhadap 5 Tabel 1. Karakteristik Responden di
pasien post operasi fraktur mengalami nyeri di sekitar Ruang Penyakit Bedah (Kamboja) RSUD
luka dengan sekala 4-6. Selama perawatan klien Kelompok
mendapatkan obat-obatan yang digunakan untuk Buleleng Umur 2
9.1
17-25 12
meringankan nyeri yang dirasakan tanpa ada 26-34 54.5
5
penanganan dengan teknik non farmakologi. 35-43 22.7
2
44-52 9.1
1
53-61 4.5
METODE PENELITIAN
Fraktur Post-
Fibula test
2,
Intensi
Jumlah 22 100 tas 7
Nyeri
Sumber : Data Primer (2017) 7
pasien
post 2 ±
operas
2 1.
i
fraktur 1
SARAN
Dermawan & Jamil, (2013), Keterampilan Dasar
Terapi Distraksi (musik klasik) dapat Keperawatan Konsep dan Prosedur.
dipertimbangkan menjadi materi yang Yogyakarta: Gosyen Publishing.
diajarkan kepada mahasiswa dalam
mengurangi nyeri.Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sumber ilmu atau refrensi baru bagi Djamal, Rivaldy, Sefty Rompas, and Jeavery
para pendidik dan mahasiswa sehingga dapat Bawotong, (2015), Pengaruh Terapi
Musik Terhadap Skala Nyeri Pada
Pasien Fraktur Di Irina A Rsup Prof. Potter & Perry, (2010). Fundam ntal Of
e
Nursing. Singapore: Salemba Medika.
Dr. RD Kandou Manado.Jurnal
Purwanto & Sumarni, (2008), Efek Musik
Djohan,(2009), Psikologi Musik. Yogyakarta: Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri
Best Publisher Pada Pasien Post Operasi.
Yogyakarta
Nurgiwiati, (2015), Terapi Alternatif & Virgianti (2015) Penurunan Tingkat Nyeri
Komplementer Dalam Bidang
Keperawatan. Pasien Post Op Apendisitis Dengan
Tehnik Distraksi Nafas Ritmik.
HARUN MULYADI
ABSTRAK
Fraktur dapat menimbulkan gejala yang umum yaitu nyeri, Nyeri merupakan perasaan yang tidak
nyaman dan bersifat subjektif dimana hanya penderita yang dapat merasakannya. Perawat harus mencari
pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol nyeri. Untuk itu perawat perlu memberikan
informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang terapi non farmakologi yang bisa membantu pasien
dalam menghilangkan atau mengurangi nyeri antaranya terapi musik. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post operasi fraktur tertutup
pada ekstremitas bawah. Jenis penelitian ini quasi experimental dengan desain pretest-posttest one grup
design. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 48 orang dan sampel sebanyak 33 responden dengan teknik
accidental sampling. Hasil penelitian berdasarkan uji Willcoxon diperoleh nilai ρ = 0,000 (ρ value < α 0,05)
sehingga Ha penelitian diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi musik terhadap skala
nyeri pada pasien fraktur di RSUP H Adam Malik Medan.
ABSTRACT
Fractures can cause common symptoms, namely pain, pain is an uncomfortable feeling and is
subjective in which only sufferers can feel it. Nurses must find the most effective approach in efforts to
control pain. For this reason, nurses need to provide information to patients and their families about non-
pharmacological therapies that can help patients eliminate or reduce pain including music therapy. The
purpose of this study was to determine the effect of music therapy on the reduction in pain intensity of
patients with postoperative closed fractures in the lower extremities. This type of research is quasi
experimental with pretest-posttest one group design. The population in this study were 48 people and a
sample of 33 respondents with accidental sampling technique. The results of the
1
study based on the Willcoxon test obtained a value of ρ = 0,000 (ρ value <α 0.05) so that the research Ha
was accepted. This shows that there is an effect of music therapy on pain scale in fracture patients at H
Adam Malik General Hospital Medan.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan
intensitas nyeri pada post operasi fraktur tertutup pada ekstremitas bawah.
Tabel 4.6 Hasil uji WillcoxonIntensitas Nyeri Pre dan Post Pada Responden di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2019
ABSTRAK
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh trauma langsung
atau tidak langsung, Menurut WHO (World Health Organitation) tahun 2016 lebih dari 8 jiwa
meninggal dunia karena fraktur. Penatalaksanaan fraktur dengan pembedahan dapat
menyebabkan trauma jaringan yang menimbulkan nyeri. Salah satu terapi nonfarmakologi
mengurangi nyeri dengan terapi music klasik.Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri pada pasien post op fraktur di bangsal bedah RS.
Dr Reksodiwiryo padang.Penelitian menggunakan metode Pra-Eksperimen design dengan
One Group Design yaitu Pretest dan postest. Penelitian dilaksanakan di bangsal bedah RS Dr
Reksodiwiryo Padang. Populasi pasien post op fraktur di bangsal bedah RS Dr Reksodiwiryo
Padang. Sampel diambil secara Purposive Sampling dengan 16 orang responden. Analisa data
univariat dan bivariat menggunakan uji Wilcoxson. Hasil penelitian didapatkan univariat
(pretest) adalah 7 dan (postest) adalah 5, bivariat dengan uji Wilcoxon didapatkan nilai Z=-
3,552a (p<0,05) dan nilai Asym. Sig (2-Tailed) = 0,000 (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa
ada pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri pada pasien post op fraktur. Tenaga
kesehatan disarankan memotivasi pasien post op fraktur menggunakan terapi musik klasik
(antara Anyer dan Jakarta, Hilang Permataku, Sepanjang Jalan Kenangan, My Hearth Go On,
Mozart) sebagai pengobatan alternatif untuk mengurangi nyeri.
Kata Kunci : Fraktur; klasik; musik; nyeri
ABSTRACT
A fracture is a break in bone continuity caused by direct or indirect trauma, and one
of the treatments is surgery. Surgery can cause trauma to the tissue which can cause
pain. Pain is an unpleasant event for someone and can cause pain or pain. According
to WHO (World Health Organitation) in 2016 recorded more than 8 people died due
to fracture. This study aims to determine the effect of classical music therapy on pain
levels in post op fracture patients in the hospital ward. Dr. Reksodiwiryo padang in
2019.This study uses the Pre-Experiment design method with the One Group Design
research design namely Pretest and Posttest. This research was conducted in the
surgical ward of Dr. Reksodiwiryo Hospital in Padang. The population in this study
Jurnal Kesehatan Medika Saintika e-ISSN : 2540-961
S
A
H
T
I
N
G G I I L M
U
K
E
S
E
N
K T
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.778
was post op fracture patients in the surgical ward of Dr. Reksodiwiryo Hospital in
Padang. Samples were taken by purposive sampling of 16 respondents. Data analysis
was performed Univariate and Bivariate using the Wilcoxon test.The results obtained
Univariate analysis results (pretest) is 7 and (posttest) is 5, the conclusions from the
results of this study obtained the results of Bivariate analysis using the Non
Parametric test that is Wilcoxon test obtained Z value = -3.552 a (p<0.05) and Asym
value. Sig (2-Tailed) = 0,000 (p <0.05), this shows that there is an influence of classical
music therapy on pain levels in post op fracture patients.Health workers are advised
to be able to motivate post op fracture patients to be able to use classical music
therapy (antara Anyer dan Jakarta, Hilang Permataku, Sepanjang Jalan Kenangan,
My Hearth Go On, Mozart) as an alternative treatment to reduce pain.
Keywords: Pain, Post Op Fracture, Classical Music Therapy
Analisa Univariat
1. Tingkat Nyeri Sebelum diberikan Terapi Musik Klasik Pada Pasien Post
Op Fraktur di Bangsal Bedah Rs. Dr. Reksodiwiryo Padang
Tabel.1
Skala Nyeri Sebelum Diberi Terapi Musik Klasik Pada Pasien Post Op Fraktur
standar
Berdasarkan tabel.1 menunjukkan bahwa tingkat deviasi 0,6, tingkat nyeri minimal 6 kategori nyeri
nyeri pada pasien post op fraktur dengan nilai rata- sedang dan tingkat nyeri maksimal 8,5 kategori nyeri
rata (mean) 7 dengan kategori nyeri berat terkontrol, berat terkontrol.
2. Tingkat Nyeri Sesudah diberikan Terapi Musik Klasik Pada Pasien Post Op
Fraktur di Bangsal Bedah Rs. Dr. Reksodiwiryo Padang
Tabel. 2
Skala Nyeri Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik Pada Pasien Post Op Fraktur
Di Bangsal Bedah RS. Dr. Reksodiwiryo Padang
Standar
Variabel Mean Min-Ma
Deviasi
Nyeri sesudah diberikan 5 0,7 4-6,5
terapi musik klasik
Berdasarkan tabel.2 menunjukkan bahwa tingkat deviasi 0,7, tingkat nyeri minimal 4 kategori nyeri
nyeri pada pasien post op fraktur adalah dengan nilai sedang dan tingkat nyeri maksimal 6,5 kategori nyeri
rata-rata (mean) 5 kategori nyeri sedang, standar sedang.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Pasien Post Op Fraktur di Bangsal Bedah RS. Dr
Nyeri pada Reksodiwiryo Padang.
Tabel. 3
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post
Op Fraktur Dibangsal Bedah RS. Dr. Reksodiwiryo Padang
Z -3,552a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
PEMBAHASAN (pretest dan posttest). Maka dapat dilihat dari uji wilcoxon nilai Z=
-3,552 (p<0,05) dengan p value = 0,000 (p<0,05). Hasil ini
Berdasarkan hasil penelitian, mengunakan uji menunjukkan bahwa Ha diterima. Sehingga ada pengaruh terapi
normalitas untuk menentukan tingkat nyeri atau skala musik klasik terhadap penurunan tingkat nyeri yang dirasakan oleh
nyeri berdistribusi normal atau tidak. Dimana pasien post op fraktur.
sebelum diberikan terapi musik klasik (pretest)
menunjukkan data berdistribusi normal, hal ini
ditandai dengan nilai pada uji shapiro-wilk adalah
0,177 (p ≥0,05). Dan setelah diberikan terapi musik
klasik (postest) menunjukkan data tidak berdistribusi
normal, hal ini dilihat dari uji Shapiro- wilk adalah
0,001 (p ≥ 0,05).
Berdasarkan uji normalitas, terdapat salah satu
data tidak berdistribusi normal. Sehingga
data tersebut harus
menggunakan uji non parametrik seperti wilcoxon
untuk data berpasangan
Hasil ini didukung penelitian Post Op Fraktur” menggunakan perbandingan antara
Dian Novita (2012) yang berjudul kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dan
“Pengaruh Terapi Musik Klasik didapat hasil ada perbedaan intensitas nyeri pada
Terhadap Nyeri Pos Op Open pasien post op fraktur antara kelompok kontrol dan
Reduction And Internal eksperimen.
Fixation(ORIF)”bahwa ada pengaruh Menurut Potter dan Perry (2006) salah satu
yang signifikan terapi musik klasik upaya mengatasi rasa nyeri dengan memberikan
terhadap penurunan tingkat nyeri tindakan non farmakologi. Banyak aktifitas
pasien post op ORIF yang mana p= keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu
0,000 (p<0,05). Hasil penelitian ini menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri
juga diperkuat oleh penelitian Alan nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah.
Yanuar (2015) yang berjudul Meskipun tidakan tersebut bukan merupakan
“Pengaruh Terapi Musik Klasik pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare,
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien
Susihar., Lilis Trisnawati., Gema Setiawati Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya
susihar@husadakaryajaya.ac.id
Abstrak
Latar Belakang: Fraktur merupakan patah tulang dimana terjadi integritas tulang dan gangguan penuh atau sebagian pada kontuinitas struktur tulang. Angka kejadian pada fraktur
dalam dua tahun terakhir di Indonesia di nilai menjadi pembunuh terbesar nomer tiga, setelah penyakit jantung coroner dan tuberculosis (TBC). Ketika klien mengalami fraktur
terjadi gangguan pada sistem musculoskeletal, fraktur terjadi karena adanya trauma langsung ataupun trauma tidak langsung sehingga akan terjadi pembengkakan, krepitasi,
spasme otot sehingga klien akan merasakan nyeri akut.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang bertujuan untuk memperoleh gambaran terhadap penerapan terapi musik klasik untuk menurunkan intensitas nyeri
pada klien dengan Fraktur.
Hasil: Hasil studi menunjukkan adanya penurunan intensitas nyeri pada klien dengan Fraktur yang mendapat terapi musik klasik, sehingga klien merasakan lebih rileks dan
tidak meringgis.
LATAR BELAKANG kejadian pada fraktur dalam dua tahun terakhir di Indonesia di nilai menjadi pembunuh
terbesar nomer tiga, setelah penyakit jantung coroner dan tuberculosis (TBC). Fraktur
Fraktur adalah patah tulang dimana terjadi integritas tulang dan gangguan
merupakan ancaman potensial maupun actual terhadap integritas seseorang, sehingga
penuh atau sebagian pada kontuinitas struktur tulang, fraktur terjadi karena hantaman
akan mengalami gangguan fisiologis maupun spiklologis yang dapat menimbulkan
langsung sehingga tekanan lebih besar dari pada yang bisa diserap, Ketika tulang
respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan sujektif dimana seseorang akan
mengalami fraktur maka struktur sekitarnya akan terganggu (Smeltzer, 2013).
Menurut data dari WHO (2010) Angka kejadian di dunia akibat kecelakaan lalu
lintas yang bisa menyebabkan fraktur yang tertinggi di jumpai di Negara Amerika
Serikat Latin (47,1%), korea selatan (21,9%), dan thailand (21%), dan Angka
memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal maupun nonverbal. lebih rileks pada individu yang mengalami nyeri ataupun stress (Djohan, 2009). Jika
Terapi musik merupakan salah satu teknik yang sangat mudah dilakukan musik yang digunakan sesuai, maka pendengar akan merasakan nyaman dan
dan terjangkau, tetapi efeknya menunjukkan bahwa music dapat mempengaruhi kenyamanan akan membuat individu tenang, vibrasi musik sangat mudah diterima
keteganggan atau kondisi rileks pada individu, karena dapat merangsang organ pendengaran dan melalui saraf pendengaran disalurkan kebagian otak yang akan
pengeluaran endorphine dan serotonin, endorphine dan serotonin adalah jenis memproses emosi sehingga musik bermanfaat dalam meningkatkan kreativitas,
morfin alami dalam tubuh dan juga metanonin sehingga tubuh akan merasakan mengoptimalkan kecerdasan, mengatasi autisme pada anak, menyembuhkan insomnia,
mencegah penyakit
METODE
Metode penelitian ini adalah studi kasus dengan komparatif. Metoda dengan
membandingkan respons seorang pasien dengan pasien lainnya terhadap pemberian
tindakan terapi musik klassik untuk menurunkan intensitas nyeri pada klien dengan
fraktur.
HASIL
Evaluasi Hari 1 Hari 2
Kasus 1 S: klien S: klien Kasus 2 S: klien S: klien
mengatakan nyeri mengatakan nyeri mengatakan nyeri mengatakan nyeri
sudah berkurang, sudah berkurang, sudah berkurang, sudah berkurang,
klien mengatakan klien mengatakan klien mengatakan klien mengatakan
jika nyeri datang jika nyeri datang jika nyeri datang jika nyeri datang
lagi klien lagi klien lagi klien lagi klien
mendengarkan mendengarkan mendengarkan mendengarkan
musik. musik. musik. musik.
O: dari skala O: dari skala
nyeri 4 menjadi nyeri 4 menjadi
skala nyeri 2 skala nyeri 2
dengan 2 musik dengan 2 musik
dan durasi 10 dan durasi 10
menit, menit,
ekstremitas bawah bagian kiri dan terdapat krepitasi pada bagian pinggul dikarenakan pada ekstremitas bawah bagian kiri, mobilitas dibantu sebagian akibat kelemahan otot
adanya kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan, nyeri seperti tertekan, dan saat di inspeksi adanya nyeri tekan pada sendi atau tulang akibat cedera pada jaringan
nyeri hilang timbul, skala nyeri 4, kaki kiri sulit untuk digerakkan, nyeri bertambah lunak, dan terdapat krepitasi dibagian pinggul. Hal ini sesuai dengan teori yang
berat pada saat malam hari. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh dikemukakan oleh (Smeltzer, 2008) yang menguraikan bahwa pada pasien fraktur
Nanda Nic Noc (2015) yang menguraikan bahwa tanda dan gejala yang biasa terjadi terdapat nyeri tekan dan ditemukan krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan
pada klien dengan fraktur, yaitu: deformitas (trauma pada sistem musculoskeletal), yang lainnya dan proses penuaan pada klien.
spasme otot, nyeri, krepitasi, tidak dapat menggunakan anggota gerak. Sedangkan hasil pengkajian data terhadap Kasus 2 penulis menemukan
Pada pengkajian tentang riwayat penyakit keluarga diperoleh data bahwa di persamaan antara tinjauan teori dengan kasus yang ada. Pada pengkajian Kasus 2
keluarga tidak ada yang menderita fraktur akan tetapi klien memiliki penyakit mengalami nyeri akut ekstremitas bawah bagian kanan, skala nyeri 4 dan perbedaannya
keturunan, yaitu: ayah dari klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan An. R nyeri seperti tertusuk, nyeri hilang timbul, nyeri bertambah buruk pada saat bangun
diabetes mellitus. Pada pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diperoleh data bahwa tidur. Kondisi tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Masjoer, Arif (2014)
1 tahun yang lalu klien pernah dirawat selama 7 hari karena darah tinggi. Pada menjelaskan tanda dan gejala yang timbul pada fraktur ialah deformitas, bengkak atau
pemeriksaan fisik musculoskeletal didapatkan data inspeksi adanya pembengkakan
penumpukan caian/ darah karena kerusakan pembuluh darah, spasme otot, nyeri menentukan diagnose keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan dengan
karena kerusakan jaringan, pergerakan abnormal, krepitasi. cidera pada jaringan lunak. Masalah keperawatan yang penulis temukan pada Kasus 1
Pada pengkajian tentang riwayat penyakit keluarga diperoleh data bahwa dan Kasus 2 sesuai dengan teori yang dikemukakan (Salmon et al, 2010), bahwa
di keluarga tidak ada yang menderita fraktur. Pada pengkajian riwayat kesehatan Kejadian fraktur juga mengakibatkan kerusakan yang signifikan dan fragmen tulang
masa lalu diperoleh data bahwa klien tidak pernah di rawat. Pada pemeriksaan terjadi terpisah dan tulang tersebut rapuh namun memiliki kekuatan dan kelenturan
fisik musculoskeletal didapatkan data inspeksi adanya pembengkakan dan terlihat untuk menahan tekanan, Fraktur dapat di akibatkan karena cedera, stres yang berulang,
kemerahan pada ekstremitas bawah bagian kanan, mobilitas dibantu sebagian kelemahan tulang yang abnormal atau disebut dengan fraktur patologis sehingga klien
akibat kelemahan otot dan palpasi adanya nyeri tekan pada sendi akibat cedera pada merasakan nyeri.
jaringan lunak. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (AGD Dinkes Untuk mengatasi masalah nyeri akut pada Kasus 1 dan Kasus 2 penulis
Provinsi DKI Jakarta, 2012) yang menjelaskan bahwa adanya pembengkakan, telah melakukan implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan yang mengacu
kerusakan yang terjadi pada otot atau tendon karena peregangan yang berlebihan. pada teori yang dikemukakan oleh (Marilynn E. Doenges, M.F Mary, 2012) yaitu:
Dari hasil analisa data yang dilakukan kepada Kasus dan Kasus 1 masalah Memonitor tanda-tanda vital, pantau tingkat nyeri klien, mempertahankan imobilisasi
keperawatan utama yang ditemukan adalah nyeri akut, sehingga penulis bagian yang sakit dengan tirah baring,
mengajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (relaksasi pendengaran musik musik nyeri berkurang, klien mendapatkan terapi 2 musik dan durasi nyeri setelah diberi
klasik), meninggikan posisi ekstremitas yang mengalami fraktur. Sedangkan tindakan terapi musik 10 menit, klien tampak rileks, skala nyeri menjadi 2. Sedangkan respon
kolaborasi adalah pemberian terapi obat sesuai indikasi. Kasus 2 pada hari kedua adalah klien mengatakan setelah diberikan penerapan terapi
Pada penerapan intervensi dan implementasi keperawatan kepada Kasus 1 musik nyeri berkurang, klien mendapatkan terapi 1 musik dan durasi nyeri setelah diberi
dan Kasus 2 penulis lebih menekankan kepada pemberian terapi musik klasik dan terapi msuik 5 menit, klien tampak rileks, skala nyeri menajadi 2.
sebelum pemberian terapi music klasik, penulis melakukan tindakan mempertahankan Dari hasil respon kedua klien, penulis dapat menyimpulkan bahwa
imobilisasi yang sakit dengan tirah baring. Hal tersebut sesuai dengan teori yang penerapan terapi musik klasik terhadap penurunan nyeri pada klien
dikemukakan oleh (Campbell, 2002 dalam jurnal penelitian oleh Jasmarizal, 2011)
yang menjelaskan bahwa Musik bersifat teraupetik sehingga dapat mempengaruhi
denyut jantung dan menimbulkan efek tenang, dan dengan irama lembut yang
ditimbulkan oleh musik yang dapat didengarkan melalui telinga akan langsung
masuk ke otak dan menghasilkan efek yang sangat baik terhadap kesehatan sesorang
yang mendengarkannya. Sedangkan dalam teori (Suhartini, 2008) yang menjelaskan
bahwa tujuan dalam pemberian terapi musik pada klien dengan fraktur yang
mengalami nyeri untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi,
kognitif, dan social bagi setiap individu dari berbagai kalangan usia, music juga
membuat rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak.
Berdasarkan evaluasi yang penulis lakukan, maka respon hari kedua yang
diperoleh dari Kasus 1 adalah klien mengatakan setelah diberikan penerapan terapi
dengan pre oprasi fraktur dapat membantu dalam memperbaiki kondisi umum Lukman dan Ningsih. (2009). Asuhan Keperawatan pada klien
klien. Evaluasi keberhasilan penerapan terapi musik klasik pada kedua klien dengan gangguan
menunjukan bahwa Kasus 1 dan Kasus 2 sama-sama menurunkan intensitas
nyeri tetapi Kasus 2 menunjukkan lebih cepat menurunnya intensitas nyeri di musculoskeletal. Jakarta: Salemba
bandingkan Kasus 1 dikarenakan Kasus 1 terdapat krepitasi di bagian pinggul dan
Medika.
nyeri sampai ekstremitas bawah bagian kiri.
Marilynn E. Doenges, M.F Mary, A. C. G. (2012).
RENCANA ASUHAN
DAFTAR PUSTAKA KEPERAWATAN pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasia
Appley, A.G & Solomon. 2010. Orthopedi dan Fraktur Sistem Appley.
Medika.
Indrawati, Rina. 2010. Efektifitas Terapi Music Terhadap Penurunan
Intensitas
Kemenkes RI
Kusuma, A. H. N. & H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK UNTUK MENGURANGI NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD BREBES
Arisnawati, Ahmad Zakiudin dan Riki Iskandar
Akademi Keperawatan Al Hikmah 2 Brebes
Email: aris_dhira@yahoo.co.id, ariza_zakie@yahoo.co.id dan riki62331@gmail.com
Abstrak
Fraktur merupakam terputusnya kontiunitas jaringan tulang rawan yang biasanya diakibatkan pada rudapaksa. Nyeri merupakan
pengetahuan sensori serta emosional yang tidak mengenakan sebab dari kehancuran jaringan yang aktual dan potensional.
Manajemen nyeri yang benar memerlukan agar dapat menangani respon nyeri. Tujuan : penelitian untuk memahami pengaruh terapi
terhadap musik klasik agar nyeri dapat berkurang oleh pasien post operasi fraktur. Metode : metode yang digunakan adalah studi kasus
dengan mengaplikasikan terapi musik klasik untuk menurunkan rasio nyeri terhadap responden post operasi fraktur di ruangan
Flamboyan RSUD kabupaten brebes. Hasil : dari penelitian mengambarkan bahwa pada responden mengalami penurunan dari nyeri
sedang menjadi nyeri ringan, ternyata terbukti yakni terapi musik klasik mampu memberikan rasa tenang sehingga responden tidak
fokus terhadap nyerinya. Kesimpulan : terapi musik klasik diketahui dapat berpengaruh untuk menurunkan rasio nyeri terhadap
responden post operasi fraktur di ruang Flamboyan RSUD kabupaten brebes. Saran : Untuk tenaga kesehatan, mengurangi nyeri bukan
hanya dengan menggunakan obat analgetik, tetapi sekarang bisa menggunakan terapi non farmakologi dengan terapi musik klasik.
Pendahuluan
Fraktur merupakan patah tulang, pada umumnya diakibatkan oleh tekanan mental atau mungkin tenaga fisik. Daya serta sudut dari tenaga inilah, posisi tulang, serta
jaringan lunak tulang dapat menetapkan apa mungkin fraktur yang terjadi ini utuh atau tidak utuh. (Kusuma, 2015) Fraktur ialah terpotongnya kontiunitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang biasanya diakibatkan oleh rudapaksa. (Mansjoer, 2000) Fraktur juga mengaitkan jaringan otot, saraf serta pembuluh darah di sekitarnya hal ini tulang bersifat
rapuh akan tetapi cukup memiliki daya serta gaya pegas agar bertahan, namun jika tekanan dari luar yang datang lebih kuat dari apa yang dapat diserap oleh tulang, hal
Pengaruh Terapi Musik Klasik Untuk Mengurangi Nyeri
ini dapat mengakibatkan trauma pada tulang yang menyebabkan hancurnya atau terpotongnya kontinuitas
tulang (Novita, 2012).
Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa pembedahan, meliputi: Imobilisasi,
Reduksi, Proteksi saja, Reposisi, Traksi dan Rehabilitation (Mansjoer, 2000) Pembedahan atau operasi
merupakan langkah penyembuhan yang menerapkan metode invasif dengan menunjukkan sel tubuh yang akan
diatasi. Objek pembedahan yang dilaksanakan agar memulihkan fungsi dengan menormalkan kembali gerakan,
stabilitas, menurunkan rasa nyeri tingkat dan keparahan nyeri paska operasi terletak kepada fisiologis serta
psikologis masing-masing dan toleransi yang ditimbulkan nyeri (R, 2015)
Efek samping yang bisa ditimbulkan oleh paisen post operasi adalah nyeri. Proses pembedahan
berakibat jangka penyembuhan yang lama, terhalangnya ambulasi dini, penurunan fungsi sistem (Novita,
2012). Nyeri adalah salah satu efek terhadap responden post operasi pembedahan yang meningkatkan hormon
stress misalnya adrenokortikotropin, kortisol dan secara simultan mampu menurunkan pelepasan insulin serta
fibrinilisis yang mungkin akan menghambat proses penyembuhan luka (Novita, 2012)
Nyeri ialah pengalaman sensori serta emosional yang tidak mengenakan yang disebabkan oleh
kehancuran jaringan yang aktual dan potensional. Nyeri sangat menganggu dan menyulitkan lebih banyak
orang dari pada suatu penyakit (Smeltze. Brunner. C & Bare. Brenda. G, 2008) Nyeri ialah pengalaman sensori
serta emosional tidak membahagiakan yang disebabkan oleh kehancuran jaringan yang aktual dan potensional
atau biasa disebut sebagai kehancuran (International Association for the study of pain); awitan yang mendadak
mungkin lamban terhadap intensitas ringan hingga berat dengan hasil yang bisa diantisipasi atau diprediksi
(Herdman, T. H & Kamitsuru. S. 2015-2017)
Secara skema makro terdapat dua manajemen untuk menumpas nyeri yakni manajemen farmakologi
serta manajemen non farmakologi. Manajemen farmakologi yang umumnya diaplikasikan ialah analgetik
supaya meredakan nyeri. Manajemen non farmakologi supaya menumpaskan nyeri terdiri atas berbagai upaya
pengendalian fisik seperti stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit, akupuntur. Intervensi perilaku
Arisnawati, Ahmad Zakiudin dan Riki Iskandar
kognitif seperti tindakan distraksi, teknik relaksasi, hypnosis serta sengatan terapeutik bahkan teknik relaksasi
diantaranya dengan menggunakan musik (Novita, 2012).
Musik dapat menyentuh individu baik secara fisik, psikososial, emosional dan spiritual. Mekanisme
musik ialah dengan memadukan pola getar dasar tubuh manusia. Vibrasi musik yang terikat erat dengan
frekuensi dasar tubuh atau pola getar dasar bisa mempunyai dampak terhadap pengobatan yang begitu hebat
bagi tubuh, pikiran serta jiwa manusia. Getaran ini juga menimbulkan perubahan emosi, organ, hormon, enzim,
sel-sel dan atom di tubuh (Novita, 2012) Mekanisme musik ialah dengan memadankan pola getar dasar tubuh
manusia. Vibrasi musik yang terikat erat dengan frekuensi dasar tubuh atau pola getar dasar mampu
mempunyai dampak terhadap pengobatan yang begitu luar biasa bagi tubuh, pikiran bahkan jiwa manusia.
Musik tidak membutuhkan analisis yang membuat hemisfer kiri bekerja, tetapi dengan musik membantu otak
kiri mendominasi untuk meningkatkan proses belajar (Smeltze. Brunner. C & Bare. Brenda. G, 2008).
Keunikan musik yang mempunyai sifat terapi ialah musik non dramatis, dinamikanya dapat diprediksi,
mempunyai nada yang lembut, harmonis dan tidak bersyair, temponya 60-80 beat per menit, dan musik pilihan
responden. Musik yang berkebalikan dengan musik ini ialah musik yang mengakibatkan ketegangan, tempo
sangat cepat, berirama sangat keras, ritme yang irregular, tidak harmonis atau dinyalakan dengan volume
keras mungkin akan mengakibatkan efek terapi. Efek yang datang merupakan menaikkan tekanan denyut nadi,
tekanan darah, tempo pernafasan, serta meningkatkan stress (A., 2015). Terapi musik sangat berkembang di
dunia sebagai terapi non farmakologi untuk mengurangi nyeri post operasi dan telah terbukti dapat menurunkan
nyeri, mengurangi penggunaan analgesik dan efek sampingnya, memperpendek lama hari rawat (Novita, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur banyak terjadi di belahan dunia kira-kira
13 juta orang per tahun 2008, dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat
kurang lebih 18 juta orang mengalami fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi
21 juta orang dengan angka prevalensi sebesar 7,5%. Terjadinya fraktur ini termasuk didalamnya insiden
kecelakaan, cedera olahraga, kebakaran, bencana alam serta yang lainnya (R., 2015).
Pengaruh Terapi Musik Klasik Untuk Mengurangi Nyeri
Tingkat kecelakaan transoprtasi jalan kawasan Asia Afrika memberikan kontribusi sebesar 44% dari
total kecelakaan di dunia yang didalamnya termasuk Indonesia. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) pada Badan Penelitian serta Pengembangan Depkes RI tahun 2013 angka kejadian cidera
mengalami kenaikkan disepadankan dengan hasil tahun 2007. Di Indonesia terjadi kasus fraktur yang
diakibatkan dari cedera semisalnya karena jatuh, kecelakaan lalu lintas serta trauma terhadap benda tajam atau
tumpul. Kecondongan prevalensi cedera menampilkan kenaikkan yang signifikan dari 7,5 % (RKD 2007)
menjadi 8,2 % (RKD 2013). Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
(58%) menurun menjadi 40,9%, dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak
1.770 orang (25,9%) meningkat menjadi 47,7%, dari14.125 trauma benda tajam atau tumpul, yang mengalami
fraktur sebanyak 236 orang (20,6%) menurun menjadi 7,3% (Smeltze. Brunner. C & Bare. Brenda. G , 2008)
Angka terjadinya kecelakaan di Jawa Tengah sekitar tahun 2014 yang telah tercatat oleh Direktorat
Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Tengah, 603 orang pengguna jalan, sebab beberapa kecelakaan kian
terjadi sepanjang semester awal 2014 Angka kejadian ini terus naik dua kali lipat saat arus mudik serta arus
balik saat lebaran. Tingginya angka kecelakaam tersebut menyebabkan dampak terjadinya kematian serta
kecatatan. Satu diantara penyebab dari kematian serta kecatatan ini ialah patah tulang atau fraktur (Herdman, T.
H & Kamitsuru. S. , 2015-2017).
Diatasi dapat menampilkan masalah dan mengganggu proses operasi atau bisa juga terjadi pembatalan
operasi, keadaan ini membutuhkan suatu tindakan dalam menstabilkan kekhawatiran yang bisa dilakukan
dengan mengajarkan responden tentang teknik relaksasi misalnya : teknik relaksasi nafas dalam, mendengarkan
musik dan massage. Tindakan tersebut mempunyai bertujuan agar meningkatkan kendali dan percaya diri serta
mengurangi stress dan kecemasan yang dirasakan (Smeltze. Brunner. C & Bare. Brenda. G , 2008).
Massage ialah satu diantara cara menyenangkan diri, karena rangsangan mempunyai keistimewaan
tersendiri yang sangat berguna untuk melupakan sejenak rasa lelah terhadap tubuh, memperbaiki sirkulasi
darah, merangsang tubuh agar mengeluarkan racun serta meningkatkan kesehatan pikiran (Smeltze. Brunner. C
& Bare. Brenda. G , 2008). Massage juga dapat diterjemahkan sebagai pijat atau urut yang
Arisnawati, Ahmad Zakiudin dan Riki Iskandar
sudah dilengkapkan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis
terhadap tubuh manusia dengan memperagakan beberapa bentuk pegangan atau teknik (A., 2015) Massage
merangsang tubuh melepas senyawa endorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat
menciptakan rasa nyaman dan enak. Tujuan teknik relaksasi massage mengurangi ketegangan otot, membantu
melancarkan sirkulasi darah, memberikan rasa rileks pada tubuh serta menghilangkan stress. Area massage
yang baik dilakukan adalah pada area punggung (Smeltze. Brunner. C & Bare. Brenda. G , 2008)
Berdasarkan data WHO (2013), hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada 1 Oktober
2003 sampai 30 September 2006 menunjukkan dari 35. 539 pasien bedah yang di rawat di unit perawatan
intensif, terdapat 8.922 pasien dengan angka prevalensi 25,1% mengalami kondisi kejiwaan dan 2. 473 pasien
dengan angka prevalensi 7% mengalami kecemasan (J., 2011). Di Indonesia prevalensi terkait gangguan
kecemasan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6%
untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi (Erwin, 2015) Di Jawa Tengah menurut
Departemen Kesehatan 2013 (DepKes, 2013) prevalensi gangguan kecemasannya tercatat sebanyak 4,7%
(Erwin, 2015).
Metode Penelitian
Penyusunan KTI ini menggunakan metode pendekatan studi kasus. Studi kasus ini mempunyai tujuan
agar mengetahui tentang pengaruh musik klasik untuk penurunan rasio nyeri terhadap responden post operasi
fraktur di ruang Flamboyan RSUD Brebes.
Partisipan yang terlibat adalah dua pasien yang dirawat diruang Flamboyan RSUD Brebes dengan
kriteria :
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah dibahas di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa Penerapan terapi musik
klasik bermanfaat untuk mengurangi tingkat nyeri terhadap responden post operasi fraktur dan diharapkan
perawat dapat menerapkan teknik tersebut agar rasio nyeri terhadap responden post operasi dapat berkurang.