Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

KONJUNGTIVITIS NEONATROUM
Disusun oleh:
Baby Amelia
1910221005

Pembimbing :
 dr. Risa F. S. Lubis, Sp.M
dr. Henry A. W, Sp.M (K)
dr. Hermansyah, Sp.M
dr. Mustafa K. Shahab, Sp.M
dr. Susan Sri Anggraeni, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN MATA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 16 AGUSTUS 2021 – 04 ASEPTEMBER 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2021
Identitas Pasien
Nama : By. A

Usia : 21 hari

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jati Asih


Tanggal Lahir : 27 Juli 2021
 
Agama : Islam
 
Tanggal : 20 Agustus 2021
 
Pemeriksaan
Nomor RM : 1193709  
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 20 Agustus 2021 di
Poliklinik Mata RS Bhayangkari Tk.I R. Said Sukanto.
● Keluhan Utama :
Mata kiri dan kanan pasien mengeluarkan kotoran berwarna kuning kehijauan
sejak 2 minggu yang lalu.
● Keluhan Tambahan :
Kotoran kedua mata, kelopak mata bengkak dan mata sulit membuka.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
● Kotoran muncul pertama kali pada 3 hari setelah kelahiran dan semakin banyak
● Pada tanggal 13 Agustus 2021 pasien kontrol untuk pertama kali ke Poliklinik Mata RS Polri dengan keluhan
mata kiri pasien mengeluarkan darah. Darah sering keluar terutama saat pasien menangis. Darah disertai juga
dengan kotoran mata berwarna kehijauan, kental, lengket. Keluhan ini disertai dengan mata sulit membuka dan
kelopak mata bengkak.
● Pasien diberikan Ofloksasin ED 6x1 ODS dan Gentamycin ointment 4x1 ODS. Ibu pasien mengatakan darah
sudah tidak keluar setelah diberikan obat dan kotoran masih ada namun sudah berkurang.
● Ibu pasien membersihkan kotoran tersebut dengan kapas atau tissue yang diberikan air hangat sebanyak 6x
sehari. Riwayat demam, batuk, pilek disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT
● SEKARANG
Pasien merupakan anak pertama. Selama hamil, ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu pasien
mengeluhkan keputihan dan mendapatkan pengobatan klindamisin 3x250mg dan vagistatin pervaginam saat
usia kehamilan 5 bulan dan berlangsung hingga 8 bulan.
● Ibu pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan DM tipe II dan mendapatkan pengobatan insulin 3x4 unit dan
Dopamed selama kehamilan
● Riwayat persalinan-> lahir dengan di induksi dikarenakan pembukaan lengkap yang lama dari tanggal 19 Juli
2021- 25 Juli 2021. pasien lahir cukup bulan, dibantu oleh bidan. Pasien lahir spontan dan berat badan lahir
3800 gram.
● Setelah lahir pasien tidak langsung menangis dan didiagnosa asfiksia ringan. Saat lahir, tidak ada kotoran mata,
mata tidak bengkak dan tidak tampak merah.
● Saat lahir pasien tidak mendapatkan imunisasi ataupun salep mata antibiotik. Tiga hari setelah lahir mulai
timbul adanya kotoran mata tidak berwarna kemudian diberikan salep Erlamycetin 3 x 1 hari oleh dokter,
namun tidak ada perbaikan.
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Riwayat Sosial
Dahulu Keluarga dan Kebiasaan
• Riwayat keluhan serupa: disangkal • Ibu pasien
(konjungtivitis) bekerja sebagai
disangkal • Riwayat hipertensi: Ibu pasien selama ibu rumah tangga.
kehamilan bulan ke 7 • Riwayat berganti-
• Riwayat diabetes mellitus: Ibu pasien ganti pasangan
selama kehamilan bulan ke-2 disangkal oleh
• Riwayat alergi: disangkal pasien.
• Riwayat penyakit lain: Riwayat • Ayah pasien
keputihan pada ibu pasien yang terjadi merokok.
sejak usia kehamilan 5 bulan dan
berlangsung hingga 8 bulan
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
● Keadaan umum : Baik
● Kesadaran : Compos Mentis
● Tanda-Tanda Vital
● Tekanan darah :-
● Nadi : 108 kali/menit,regular
● Respirasi : 22 kali/menit
● Suhu : 36,6 ºC
● BBS : 4100 gram
STATUS
OFTALMOGIS Pada tanggal 13 Agustus 2021
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
Blink refleks + Visus Blink refleks +
Ortoforia Kedudukan Bola Mata  Ortoforia

- TIO -
- Gerakan bola mata -
- Lapang Pandang -
Madarosis (-), Sikatrik (-) Supersilia Madarosis (-), Sikatrik (-)
Edema (+) Benjolan (-) Hiperemis (-) Nyeri tekan (-) Palpebra Superior dan Inferior Edema (+) Benjolan (-) Hiperemis (-) Nyeri tekan
(-)
Membran minimal (+)   Membran (+) Hiperemis (-) Papil (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) Papil (-) Folikel (-) Edema (-) Konjungtiva Tarsal Edema (-)
Sekret minimal (+) Darah (-), Kemosis (-) Injeksi Konjungtiva   Sekret purulent (+) Darah (+) Kemosis minimal (+)
(-) Injeksi siliar (-) Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva (+)
Perdarahan subkonjungtiva (-) Injeksi siliar (-) Perdarahan subkonjungtiva (-)
Putih Sklera Putih
Jernih Edema (-) Kornea Jernih Edema (-)
- Bilik Mata Depan -
Bentuk bulat reguler, berada  di tengah, diameter  3 mm,  Pupil Bentuk bulat reguler, berada  di tengah, diameter
RCL (+), RCTL (+)  3 mm,  RCL (+), RCTL (+)
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
STATUS
OFTALMOGIS Pada tanggal 20 Agustus 2021
OCULI DEXTRA(OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA(OS)
Blink refleks + Visus Blink refleks +
Ortoforia Kedudukan Bola Mata  Ortoforia

- TIO -
- Gerakan bola mata -
- Lapang Pandang -
Madarosis (-), Sikatrik (-) Supersilia Madarosis (-), Sikatrik (-)
Edema (+) Benjolan (-) Hiperemis (-) Nyeri tekan (-) Palpebra Superior dan Inferior Edema (+) Benjolan (-) Hiperemis (-) Nyeri
tekan (-)
Membran minimal (-)   Membran (-) Hiperemis (-) Papil (-) Folikel (-)
Hiperemis (-) Papil (-) Folikel (-) Edema (-) Konjungtiva Tarsal Edema (-)
Sekret minimal (+) Darah (-), Kemosis (-) Injeksi Konjungtiva (-)   Sekret minimal (+) Darah (-) Kemosis minimal
Injeksi siliar (-) Konjungtiva Bulbi (+) Injeksi Konjungtiva (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) Injeksi siliar (-) Perdarahan subkonjungtiva (-)

Putih Sklera Putih


Jernih Edema (-) Kornea Jernih Edema (-)
- Bilik Mata Depan -
Bentuk bulat reguler, berada  di tengah, diameter  3 mm,  RCL Pupil Bentuk bulat reguler, berada  di tengah,
(+), RCTL (+) diameter  3 mm,  RCL (+), RCTL (+)
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
Gambar Pemeriksaan
Pada tanggal 13 Agustus
2021
Gambar Pemeriksaan
Pada tanggal 20 Agustus 2021
RESUME
Bayi A usia 21 hari datang bersama ibunya untuk kontrol dengan keluhan ODS keluar sekret purulen. Kotoran
muncul pertama kali pada 3 hari setelah kelahiran dan semakin lama kotoran tersebut semakin banyak.
Sebelumnya pada tanggal 13 Agustus 2021 pasien kontrol untuk pertama kali ke Poliklinik Mata RS Polri
dengan keluhan mata kiri pasien mengeluarkan darah. Pasien diberikan Ofloksasin ED 6x1 ODS dan
Gentamycin ointment 4x1 ODS. Ibu pasien mengatakan darah sudah tidak keluar setelah diberikan obat dan
kotoran masih ada namun sudah berkurang. Riwayat demam, batuk, pilek disangkal. Ibu pasien mempunyai
riwayat flour albus saat usia kehamilan 5 bulan dan mendapatkan pengobatan klindamisin 3 x 250 mg dan
vagistin per vaginam dan juga memiliki riwayat hipertensi dalam kehamilan dan DM tipe II selama kehamilan
dan mendapatkan pengobatan insulin 3x4 unit dan Dopamed selama kehamilan.

OD PEMERIKSAAN OS
Edema Palpebra Edema
Hiperemis (-) Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-)

Sekret minimal (+)   Sekret minial6 (+)


Membran minimal (-) Konjungtiva Bulbi Membran (-)
Darah (-) Darah (-)
Kemosis minimal (+)
Diagnosis Banding Diagnosis Kerja
Susp. Konjungtivitis Non-
• Konjungtivitis
Gonnorhoe
bakteri non-GO
• Konjungtivitis
Chlamydia
• Kongjungtivitis GO
• Konjungtivitis Virus
TATALAKSANA
Medikamentosa
● C Tobroson 4x1 ODS
Non Medikamentosa
● Sekret dibersihkan dengan kapas sebelum diberikan obat-obatan
● Pasien diberikan informasi mengenai penyakitnya yang merupakan suatu infeksi yang
menular
● Kontrol rutin
EDUKASI
• Memberikan edukasi mengenai penyakit dan penyebab
penyakit
• Mengedukasi orang tua pasien agar selalu menjaga
higenitas dan kebersihan terutama tangan secara rutin
untuk mencegah transmisi oftalmia neonatus
• Mengedukasi mengenai pentingnya pemeriksaan reguler
untuk mendeteksi infeksi menular seksual seperti herpes
simplex, gonorrhea, dan chlamydia untuk menurunkan
insiden oftalmia neonatus.
PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Ad bonam


Quo Ad Functionam : Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Ad bonam
Quo Ad Cosmetican : Ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
KONJUNGTIVA
HISTOLOGI
KONJUNGTIVA
DEFINISI

• Oftalmia neonatorum adalah radang


konjungtiva (konjungtivitis) purulen
hiperakut yang terjadi pada neonatus dengan
onset munculnya manifestasi dalam 28 hari
pertama kehidupan. Infeksi ini umumnya
diperoleh oleh neonatus selama perjalanan
melalui jalan lahir yang terinfeksi.

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Ed 5. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2014, h.124-30.
EPIDEMIOLO
GIdunia, insidensi oftalmia neonatorum tingi di daerah-
• Di seluruh
daerah dengan kejadian penyakit menular seksual yang juga
tinggi. Insidens berkisar dari 0,1% di negara-negara yang maju
dengan perawatan prenatal yang efektif, sedangkan berkisar
10% di daerah seperti Afrika Timur.
• Kejadian oftalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonore
yang terjadi pada neonatus berkisar 0,3 hingga 10% kejadian
tiap tahunnya

McCourt EA. Neonatal conjunctitivits (opthalmia neonatorum). USA; 2017. Tersedia di: http://emedicine.medscape.com/article/1192190-overview
ETIOLOGI
Infeksi dapat tejadi dalam tiga cara, yaitu sebelum kelahiran, selama proses persalinan atau
setelah lahir.
1. Sebelum Kelahiran
Infeksi sangat jarang terjadi melalui cairan amnion pada ibu yang mengalami rupture
membran.
2. Selama Proses Persalinan
Ini adalah cara infeksi yang paling umum terjadi. Infeksi dari jalan lahir yang terinfeksi
terutama ketika anak lahir dengan presentasi wajah atau dengan bantuan forceps.
3. Setelah Lahir
Infeksi dapat terjadi selama bayi baru lahir pertama kali mandi atau dari pakaian kotor atau
jari dengan lokia yang terinfeksi.

American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology and Strabismus Section 6. San Fransisco: AAO; 2011, p.186-7.
ETIOLOGI

9larutan perak nitrat (AgNO3), klamidia, gonorea, dan infeksi virus herpes.

American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology and Strabismus Section 6. San Fransisco: AAO; 2011, p.186-7.
FAKTOR
RESIKO
Faktor risiko untuk terjadinya ophtalmia neonatorum termasuk:
● 1. Vagintis pada ibu
● 2. Terdapatnya mekonium pada air ketuban saat bayi lahir
● 3. Ketuban pecah dini
● 4. Partus yang lama
● 5. Rendahnya tingkat lisozim dan imunoglobulin dalam konjungtiva neonatal
● 6. Kehamilan kurang dari 36 minggu
● 7. Tidakan pertolongan persalinan yang tidak higienis dan steril

American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology and Strabismus Section 6. San Fransisco: AAO; 2011, p.186-7.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
● Gejala klinis bervariasi sesuai dengan etiologi, dan sulit untuk mengidentifikasi agen
etiologis dari oftalmia neonatorum hanya berdasarkan temua klinis semata, sehingga
diagnose definitif membutuhkan minimal pemeriksaan kultur/sitologi.
● Penggunaan metode pemeriksaan lain seperti Polymerase Chain Reaction (PCR),
Transcription-mediated Amplification (TMA), ataupun Direct Fluorescein Antibody
(DFA) memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik ketimbang metode
konvensional, namun harganya yang mahal dan ketersediaan yang rendah belum
memungkinkan penggunaannya secara rutin.

American Academy of Pediatrics. Herpes Simplex. Pickering LK, Baker CJ, Kimberlin DW, Long SS eds. Red Book 2009 Report of the Committee on Infectious
Diseases. 28th ed. Elk Grove Village, Ill: American Academy of Pediatrics; 2009. 363-73
GEJALA KLINIS

Penyebab Onset Temuan Klinis Hasil Laboratorium dan


Sitologi
Kimiawi (AgNO3/Antibiotik Dalam beberapa jam -Konjungtivitis ringan dengan secret Kultur negative
sebagai profilaksis) minimal dan injeksi konjungtiva
-Secret bisa cair maupun mukoid

(Lang, G.K. & Lang, G.E. 2000. Conjungtiva. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme Stuttgart. New York. Page 96-
98)
GEJALA KLINIS

Penyebab Onset Temuan Klinis Hasil Laboratorium dan Sitologi


Gonokokus 2-7 hari setelah lahir, bisa -Konjungtivitis hiperakut, biasanya bilateral -Gram negative diplokokus intraseluler
lebih lama -Eksudat yang profuse -Kultur agar coklat dan darah ( Thayer-
-Edem palpebral Martin)
-Keterlibatan kornea (berupa edem dan ulserasi di daerah limbus)
kemosis dan kekeruhan difus,
-Kadang terdapat manifestasi sistemik (rhinitis, artritis septik,
meningitis, infeksi anorektal dan sepsis)

(Lang, G.K. & Lang, G.E. 2000. Conjungtiva. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme Stuttgart. New York. Page 96-
98)
GEJALA KLINIS

Penyebab Onset Temuan Klinis Hasil Laboratorium dan Sitologi


Klamidia 5-14 hari setelah lahir -Bervariasi: dari injeksi konjungtiva ringan sampai -Giemsa: inklusi sitoplasma dalam sel
sekresi mukopurulen berat dengan edem palpebral, epitel
kemosis, dan pembentukan pseudomembran -Kultur negative
--Manifestasi sistemik berupa pneumonia, otitis,
serta kolonisasi faring dan rectum

(Lang, G.K. & Lang, G.E. 2000. Conjungtiva. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme Stuttgart. New York. Page 96-
98)
TATALAKSANA

Penatalaksanaan kasus oftalmia nenonatorum menitik beratkan aspek pencegahan, ketimbang berfokus pada
pengobatan

Profilaksis pada masa antenatal, natal dan postnatal


1. Antenatal: perawatan antenatal yang baik dan pengobatan bila dicurigai adanya infeksi urogenital.
2. Natal:
- Proses melahirkan harus dilakukan secara higienis dan tindakan aseptik harus diterapkan dengan baik.
- Kelopak mata bayi yang tertutup harus benar-benar dibersihkan dan dikeringkan.
3. Postnatal:
-Pemberian antibiotik topikal maupun sistemik pada bayi baru lahir

Khurana AK. Comprehensive opthalmology. Ed 4. India: New Age International (P) Limited; 2007, p.52, 71-3.
TATALAKSANA
1. Oftalmia neonatorum kimiawi
● Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya (biasanya dalam 2-4 hari) dan tidak memerlukan
pengobatan apapun. Beri irigasi mata dengan larutan normal salin untuk membantu membersihkan debris
dan mencegah tersumbatnya saluran air mata.
2. Oftalmia neonatorum oleh bakteri lain
● Diberikan pengobatan dengan tetes antibiotik spektrum luas/salep selama 2 minggu. Edukasi orang tua
pasien untuk membawa bayi kembali setelah 2 minggu atau bila kondisi klinis tidak menunjukkan
perbaikan dalam 3-4 hari.

Matejcek A, Goldman RD. Treatment and prevention of ophthalmia neonatorum. Canadian Family Physician. 2013;59(11):1187-1190.
TATALAKSANA
3. Oftalmia neonatorum oleh Herpes simpleks
● Diberikan dosis rendah asiklovir sistemik (30mg/kg/hari secara intravena dibagi 3 kali atau vidarabine
(30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi secara intravena) selama minimal 2 minggu untuk mencegah
penyebaran infeksi secara sistemik. Pengobatan topikal dapat diberikan secara bersamaan, yakni
asiklovir salep mata 3% 5 kali sehari.
4. Oftalmia neonatorum Chlamydial
● Diberikan eritromisin sistemik 50 mg/kg/hari per oral, dibagi menjadi 4 dosis sehari selama 2 minggu.
Tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5% topikal dapat diberikan 4 kali sehari sebagai adjuvan. Namun, tidak
dianjurkan untuk hanya memberikan terapi topikal saja. Kedua orang tua juga harus diobati dengan
eritromisin sistemik.
TATALAKSANA
5. Gonococcal conjunctivitis
Pengobatan dibagi menjadi topikal dan sistemik.
a. Terapi topikal:
- Pemberian irigasi dengan larutan garam salin 4x/hari hingga eksudat dari konjungtiva bersih.
- Salep mata Bacitracin 4 kali/hari
- Jika terjadi keterlibatan kornea maka atropin sulfat diberikan, dan dikonsultasikan pada Oftalmolog.
b. Terapi sistemik
Neonatus dengan gonokokal ophthalmia harus dirawat dengan salah satu regimen berikut (sesuai dengan hasil
kultur sensitivitas; bila hasil kultur belum tersedia, maka digunakan antibiotik sesuai pola resistensi lokal:

Pengobatan Konjungtivitis Gonore Pengobatan Konjungtivitis Klamidia


Seftriakson 50-100mg/kgBB injeksi Sirop eritromisin basa, 50mg/kgBB/hari peroral 4
intramuscular, dosis tunggal atau kali sehari selama 14 hari atau
Kanamisin 25mg/kgBB (maksimal 75mg) Trimetropim-sulfametoksasol 40-200mg, peroral, 2
injeksi intramuscular, dosis tunggal kali sehari selama 14 hari

(Dirjen Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Infeksi Menular Seksual 2011. Kementerian Kesehatan RI 2011)
TATALAKSANA
KOMPLIKASI

● Ulkus kornea
● Kebutaan permanen
● Bila tidak diketahui dan tidak segera diobati, infeksi Pseudomonas dapat menyebabkan endoftalmitis,
bahkan kematian. Pneumonia telah dilaporkan pada 10-20% kasus pada bayi
● infeksi sistemik gonokokal dalam bentuk rinitis, artritis septik, meningitis, infeksi anorektal, dan sepsis
● Infeksi sistemikChlamydia: pneumonia, otitis, serta kolonisasi faring dan rektum.
● Keratokonjungtivitis oleh VHS dapat menyebabkan jaringan parut kornea dan ulserasi. Selain itu, infeksi
HSV yang menyebar luas seringkali menyebabkan keterlibatan sistem saraf pusat.

Khurana AK. Comprehensive opthalmology. Ed 4. India: New Age International (P) Limited; 2007, p.52, 71-3.
PENCEGAHAN
● Edukasi pasien untuk kontrol antenatal yang teratur, agar infeksi urogenital dapat terdeteksi bilamana
terjadi dan segera ditangani
● Mengobati atau mengontrol penularan penyakit seksual ibu sebelum masa persalinan. Bila ibu terdeteksi
mengidap infeksi herpes urogenital yang aktif saat persalinan, maka operasi sesar sangat disarankan,
guna menghindari lewatnya janin pada jalan lahir.
ANALISA KASUS
  Berdasarkan teori  Berdasarkan kasus

Anamnesis  Konjungtivitis neonatorum merupakan radang konjungtiva dengan Pasien berusia 21 hari dengan keluhan
onset munculnya manifestasi dalam 28 hari. Biasanya datang dengan
– keluar darah dan kotoran mata (belekan) sekret
keluhan keluar kotoran (belekan) sekret purulen/mukopurulen/serosa,
purulen, mata yang agak lengket dan edema palpebra.
mata yang agak lengket edema palpebra, hiperemis konjungtiva,
riwayat demam serta ISPA, riwayat keluarga mengalami hal serupa, -Keluarga pasien tidak ada pernah mengalami keluhan
riwayat penyakit menular seksual dan genital. serupa  sebelumnya dan infeksi menular seksual. Ibu
  pasien saat hamil mengalami keputihan bulan ke-5
hingga ke-8.

 
  Berdasarkan teori  Berdasarkan kasus

Anamnesis  Faktor risiko terjadinya oftalmia neonatorum :  


1.Vagintis pada ibu
2.Terdapatnya mekonium pada air ketuban saat bayi
lahir Ibu pasien mengatakan bahwa pada saat persalinan
3. Ketuban pecah dini dilakukan induksi dikarenakan pembukaan yang lama
4. Partus yang lama yaitu ibu pasien mengalami pembukaan 1 sejak tanggal
5.Rendahnya tingkat lisozim dan imunoglobulin dalam 19-25 Juli 2021.
konjungtiva neonatal
6. Kehamilan kurang dari 36 minggu
Ibu pasien saat hamil mengalami keputihan bulan ke-5
7.Tidakan pertolongan persalinan yang tidak higienis
hingga ke-8.
dan steril
  Berdasarkan teori  Berdasarkan kasus

Pemeriksaan  Fisik Konjungtivitis bakteri non-gonnorhoe : Pemeriksaan segmen anterior : Edema palpebra
 Hiperemis, epifora, injeksi, discharge (+), hiperemis konjungtiva, membrane (+),
(purulen/mukopurulen),edema palpebra, sekret purulen (+), darah (-)
membran, ulserasi kornea perifer,
limfadenopati
  Berdasarkan teori  Berdasarkan kasus
Tatalaksana Konjungtivitis ringan Medikamentosa:
Mata yang agak lengket sangat umum terjadi pada neonatus. Dapat diberikan antibiotik topikal
Tanggal 13 Agustus 2021
spektrum luas seperti kloramfenikol, eritromisin atau salep asam fusidat cukup dalam banyak kasus.
Konjungtivitis sedang - berat; - Ofloksasin ED 6 x 1 ODS
mikroskop dengan pewarnaan Gram saja sangat sensitif dan sering kali memberikan diagnosis kerja.
Jika diagnosis tidak pasti tetapi infeksi kemungkinan klamidia, eritromisin oral dapat dimulai. - Gentamycin ointment 4 x 1 ODS
Jika bakteri terbukti pada pewarnaan Gram, antibiotik topikal spektrum luas (misalnya
kloramfenikol, eritromisin atau bacitracin untuk organisme Gram-positif, neomisin, ofloksasin atau Tanggal 20 Agustus 2021

gentamisin untuk Gram-negatif)


- C Tobroson 4x1 ODS
Konjungtivitis berat
bila dicurigai adanya penyakit sistemik, memerlukan perawatan di rumah sakit. Sampel harus Non-medikamentosa :
diambil untuk berbagai penyelidikan, termasuk mikroskop mendesak, dan antibiotik topikal
- Sekret dibersihkan dengan kapas/cotton bud
spektrum luas, seperti eritromisin, dimulai. Risiko okular biasanya paling akut dari infeksi
sebelum diberikan obat-obatan
gonokokal, sehingga pengobatan topikal empiris harus mencakup ini, dan dalam kebanyakan kasus
pertimbangan diberikan untuk pengobatan sistemik seperti ceftriaxone parenteral.
- Pasien diberikan informasi mengenai
 
penyakitnya yang merupakan suatu infeksi
yang menular

- Kontrol rutin

 
  Berdasarkan teori  Berdasarkan kasus
Tatalaksana   Medikamentosa:
Konjungtivitis biasanya self-limiting. Diberikan kloramfenikol ED (0.5% 1 drop di
conjungtiva bawah, setiap 2 jam untuk 2 hari pertama, dan setiap 4 jam untuk 3 Tanggal 13 Agustus 2021

hari selanjutnya) ATAU kloramfenikol ointment (1% setiap 4 jam sebelum tidur)
- Ofloksasin ED 6 x 1 ODS
Jika resisten bisa diberikan :
 Asam fusidat ED (2 x 1 sehari continue sampai 2 hari setelah resolusi) ATAU - Gentamycin ointment 4 x 1 ODS
 Golongan aminoglikosida (Tobramycin/neomisin (1-2 gtt setiap 4 jam
selama 7 hari) Tanggal 20 Agustus 2021

 Golongan fluoroquinolone (siprofloksasin ED 1 gtt setiap 2 jam, oflofoksasin


- C Tobroson 4x1 ODS
ED 1 gtt setiap 2-4 jam, moxifloksasin 1 gtt 3x sehari)
 Bacitrasin/ polimiksin B ointment setiap 3-4 jam selama 7-10 hari Non-medikamentosa :

- Sekret dibersihkan dengan kapas/cotton bud


sebelum diberikan obat-obatan

- Pasien diberikan informasi mengenai


penyakitnya yang merupakan suatu infeksi
yang menular

- Kontrol rutin

 
DAFTAR
1.
PUSTAKA
Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury oftalmologi umum. Ed 17. Jakarta: EGC; 2016, h.5-6, 100-2,
120-1.
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Ed 5. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2014, h.124-30.
3. McCourt EA. Neonatal conjunctitivits (opthalmia neonatorum). USA; 2017. Tersedia di: http://
emedicine.medscape.com/article/1192190-overview
4. American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology and Strabismus Section 6. San
Fransisco: AAO; 2011, p.186-7.
5. Khurana AK. Comprehensive opthalmology. Ed 4. India: New Age International (P) Limited; 2007, p.52,
71-3.
6. Riordan-Eva P, Cunningham E, Vaughan D, Asbury T. Oftalmología general. México, D.F.: McGraw-
Hill/Interamericana Editores; 2012.
7. Palafox, S.K et all. 2011. Ophtalmia Neonatorum. Clinic Experiment Ophthalmology Volume 2. Available
at: http://omicsonline.org/2155-9570/2155-9570-2-119.php
DAFTAR
PUSTAKA
8. American Academy of Pediatrics. Prevention of Neonatal Ophthalmia. Pickering LK, Baker CJ, Kimberlin
DW, Long SS eds. Red Book 2009 Report of the Committee on Infectious Diseases. 28th ed. Elk Grove
Village, Ill: American Academy of Pediatrics; 2009. 827-9.
9. American Academy of Pediatrics. Herpes Simplex. Pickering LK, Baker CJ, Kimberlin DW, Long SS eds.
Red Book 2009 Report of the Committee on Infectious Diseases. 28th ed. Elk Grove Village, Ill: American
Academy of Pediatrics; 2009. 363-73
10. Matejcek A, Goldman RD. Treatment and prevention of ophthalmia neonatorum. Canadian Family
Physician. 2013;59(11):1187-1190.
11. Milot, J. 2008. Ophthalmia neonatorum of the newborn and its treatments in Canadian medical
publications. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19297783.
12. Malika P, Asok T, Faisal H, Aziz S, Tan A, Intan G. Neonatal Conjunctivitis - A Review. Malays Fam
Physician [Internet]. 2008;3(2):77-81. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4170304/2016.

Anda mungkin juga menyukai