2018
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………………………. I
A. Pendahuluan
Anestesi untuk laparatomi dapat terjadi setiap saat hal hal yang harus diperhatikan bahwa
penderita yang dilakukan laparatomi umumnya gangguan pasase usus, sehingga terjadi
B. Persiapan Pra-Bedah
- Mencari tanda tanda dehidrasi, apabila ada harus koreksi setidaknya sampai volume cairan
- Mengosongkan lambung secara aktif dengan memasang masslang diameter besar dan
- Apabila penderita masih febris harus diupayakan turun, setidaknya sampai tempertur
rectal 38,5° c
- Premedikasi diberikan intra muskuler yang merupakan kombinasi narkotik, sedativa dan
- Posisi intubsi dilakukan dengan head up 45 ° bila hemodinamik setabil atau head down
minimal 2 menit
- Obat lainnya dapat dipilih dengan tambahan obat pelumpuh otot non depol dan dilakukan
control respirasi
- Selama operasi penderita harus dilakukan intubasi endotracheal, pada bayi dilakukan
intubasi sleep non apnoe atau apnoe dan pada anak atau dewasa dilakukan intubasi sleep
apnoe.
- Kedalaman anestasi dijaga secukupnya dengan monitor : tekananan darah, nadi, ECG, Sa
O2. Selama pembedahan harus dilakuakan monitoring produksi urine untuk mengetahui
D. Akhir pembedahan
Bila menggunakan obat pelumpuh otot non dipol, harus diyakini bahwa efek sisa obat
telah minimal ditandai dengan adequatnya volume napas, sadar baik, bisa mengangkat
Ekstubasi sebaiknya dilakukan pada saat penderita hampir sadar sehingga bahaya
A. Pendahuluan
Steralisasi pada wanita dapat dilakukan pada saat post partum atau pada saat penderita
tidak post partum (masa interval). Operasi ini umumnya merupakan hasil kerja sama antara
keterbatasan biaya harus diipertimbangkan dalam pemilihan teknik anestesi yang digunakan,
B. Persiapan Pra-Bedah
1. Sebelum dimuali anestasi harus dipastikan cukup tidak puasa, minimal 6 jam
2. untuk kasus post partum harus diberikan syrup Mg Trisilikat untuk mengurangi tingkat
keasaman lambung.
3. untuk kasus interval, memastikan bahwa penderita datang ke RS dengan diantar oleh
C. Tehnik Anastesi
Yang dipilih umumnya adalah tehnik intravena dengan ketamin, kecuali ada kontra
- Jalan napas dijaga supaya tetap bebas dan diberikan suplai oksigen nasal prong 2,5- 3 lt/
menit.
- Bila operasi perlu waktu lebih lama dapat diberikan tambahan ketamin dosis ½ mg/ kg
BB iv
D. Pasca Bedah
Penderita diobservasi diruang pulih sadar. Penderita post op sterilisasi poli klinik
boleh dipulangkan bila sudah mengalami mobilisasi secara bertahap dari posisi tiduran
½ duduk duduk berdiri pakai pakaian dan jalan tanpa ada keluhan pusing, mual
atau muntah. Penderita boleh pulang kerumah dengan pengantar dewasa dan tidak boleh
A. Pendahuluan
Anestesi untuk bedah Caesar dapat terjadi setiap saat. Hal yang harus selalu diingat
adalah perubahan fisologis pada ibu hamil, terutama system respirasi, sirkulasi, pemberian
obat anestesi pada ibu hamil dapat mempengaruhi hamil, karena sebagain obat dapat
menembus sawar uri sehingga masuk kejanin . pengelolaan anestesi ibu hamil perlu
mempertimbangkan tiga faktor, yaitu obat baik untuk ibu, untuk janin dan tidak
- Pencegahan aspirasi.
- Dengan pengosongan lambung secara aktif (pemasangan pipa lambung, diisap pada
sebelumnya
- Antisipasi terhadap perdarahan dengan infuse yang berjalan, jarum no 16 atau 18,
- Pemberian cairan yang mengandung dekstrose untuk meningkatkan kadar gula darah
bayi.
Persiapan uterotonika yang akan diberikan pada ibu setelah bayi dilahirkan
(metergin, piton).
jam sebelum induksi. Teknik anastesi yang dipilih : regional atau umum.
1/200.000 atau tergantung pada tinggi badan pasien dengan bupivacain dosis 0,5 %
heave 3-4 cc
juga dipakai bupifokain 0,25dosis yang digunakan tergantung pada tinggi block yang
a. induksi ketamin bolus 1-1 mg/kg diikuti subsinil kolin 1 mg/kg untuk memudahkan
intubasi. Setelah bayi lahir baru diberikan ether inhalasi bila pasien bangun sebelum
b. induksi dengan etomidate 0,1 – 0,2 mg /kg BB bila tidak ada bisa diganti dengan
propofol dengan dosis 2-3 mg/ kg BB sebelumnya disuntik trculium 0,6 mg/kg BB
untuk memudahkan intubasi. Rumatan anestesi N2O/ 02 pada waktu bayi terpegang
gas N20 dihentikan sampai tali pusat dipotong segera setalah tali pusat dipotong
4. Monitoring Ibu
a. Tensi
b. Nadi
c. EKG
d. SA O2
e. Produsi urine
5. Posisi terlentang dengan ganjal dipinggul kanan atau meja miring kekkiri sedikit untuk
7. Penilaian Bayi Setelah dilahirkan yaitu bayi dinilai dengan score apgar, penilaian
ekstrimitas biru
b. Depresi sedang (nilai apgar 4-6). Tindakan seperti pada depresi ringan ditambah
pemberian oksigen
c. depresi berat nilai apgar (0-3) seperti diatas bila tak berhasil intubasi dilanjutkan RJP
E. Pesanan Perawat
A. Pendahuluan
Benda asing dalam trachea menyebabkan berbagai derajat pembuntuan jalan napas, yang
bila tidak ditangani segera dapat menimbulkan kecacatan sampai dengan kematian. Keadaan
ini sangat berbahaya bila terjadi pada anak anak. Gambaran klinis berupa batuk, wheezing,
penurunan suara napas stridor retraksi antar iga. Macam benda asing berpengaruh terhadap
gambaran klinis.
B. Persiapan PraBedah
2. Diagnosis radiologi:
distal benda asing dan emfisema obstruksi atau hiperinflasi pada saat ekspirasi.
1. Teknik induksi bergantung pada berat ringannya gejala. Induksi dengan obat inhalasi
anestesi yang tidak menyebabkan iritasi (halotan) dilakukan pada anak-anak, terutama bila
obtruksi berat.
2. Induksi dengan obat intravena dilakukan dengan gejala tidak berat, dilanjutkan dengan
inhalasi. Juga dilakukan pada orang dewasa/ anak yang sudah besar.
3. Pengambilan benda asing dilaring dilakukan pada waktu laringoskopi, tanpa intubasi.
4. Pengambilan benda asing ditrakea atau bronkus dilakukan dengan bronkoskopi obat
anestesi diberikan melalui “ventilating bronchos cope”. Bila tidak tersedia, anestesi
5. Waspada terhadap kemungkinan obstruksi jalan nafas, pecahnya benda asing yang diambil,
hipoksemia, hiperkapnia.
D. Pasca Bedah
Penyulit : waspada terhadap edema subglotik atau terjadinya laserasi mukosa jalan
nafas.
Observasi pernafasan, perhatian pada timbulnya gejala edema jalan nafas sendini
A. Pendahuluan
intoleransi panas, nafsu makan meningkat, nadi meningkat, berat badan menurun, struma,
eksoftalmos, kelemahan otot skelet. Mungkin didapatkan fibrilasi atrium, palpitasi, gagal
jantung kongestif. Pada umumnya pasien sudah mendapat terapi untuk mencapai keadaan
eutiroid. Obat-obat yang digunakan biasanya satu atau dua macam dari obat berikut: PTU,
B. Persiapan PrabBedah
1. Fokus utama evaluasi prabedah: mencari tanda-tanda bahwa dalam keadaan eutiroid.
Indikator: berat badan naik, tremor halus hilang, gangguan irama jantung hilang.
2. Waspada terhadap adanya penekanan trakea. Pastikan foto leher (AP/Lat), terutama bila
3. Lugolisasi : 8-14 hari – tumor lebih padat, lebih mudah pembedahan, pendarahan
berkurang.
Lab : EKG
Endokrin T4 T3 TSH
Hipertiroid ! ! Normal/
Badai tiroid adalah Suatu keadaan yang mengancam jiwa akibat eksaserbasi
hipertiroid yang terjadi pada periode stres, yang manifesatasinya berupa: hipertermia
F. Teknis Anestesi
Induksi:
Preoksigenasi cukup, pentotal suksinilkolin, disediakan pipa trakeal ( tiga ukuran) sesuai
standar, dengan stiletnya. Bila dari semula diperkirakan akan terjadi kesulitan intubasi, siap
Monitoring:
- Tensi
- Nadi
- EKG
- Suhu,
- Sa O2
Penyulit: Jalan nafas, perdarahan (bila persiapan kurang baik), krisis tiroid (bila belum
eutiroid besar).
G. Akhir Pembedahan
Bahaya obtruksi jalan nafas : kerusakan nervous rekuren trakeomalasi, atau hematoma.
H. Pasca Bedah
1. Penyulit
- Bila terjadi bilateral: pasien tidak mampu berbicara dan memerlukan reintubasi.
- Bila unilateral: serak, tes fungsi pita suara: kemampuan mengucapkan huruf i.
I. Pengelolaan Nyeri
Sesuai standart
1. Monitoring
Tensi, Nadi, Suhu, pernapasan, perdarahan. Bila terjadi gangguan napas waspada terhadap
gejala dini timbulnya badai tiroid (kenaikan suhu lebih dari seharusnya).
A. Pendahuluan
Mortalitas pasien yang mengalami infark jantung pada waktu dilakukan anestesi cukup
tinggi (50%), dibanding dengan yang tidak menjalani anastesi atau pembedahan, pembuluh
darah koroner akan mengalami vasodilatasi bila kebutuhan oksigen otot jantung meningkat
kan iskemia akan terjadi bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi, misalnya pada pasien dengan
B. Persiapan Pra-Bedah
- obat yang diminum sejak kapan, contnuitas, obat mana yang paling aktif
- usia tua, obesitas, laki laki, riwayat keluarga, hipertensi, diabetus militus, perokok
berat, hiperlipidmia,
- Ringan : angina mudah terkontrol dengan istirahat atau obat, tidak ada disritmia atau
- Ringan sampai sedang : keluhan terkontrol dengan obat tidak ada aritmia atau
- Sedang sampai berat keluahan terkontrol dengan obat, mungkin ada aritmia atau tanda
gagal jantung, ami 3-6 bulan sebelum operasi (kalau operasi tidak darurat sebaiknya
- Berat : angina intraktabel, dengan atau tanpa aritmia/ tanda gagal jantung, ami < 3
- obat obatan yang digunakan, dan harus tetap diberikan sampai pagi hari operasi:
- Golongan nitrate
- Beta blocker
Pemeriksaan laboratorium :
Pilihan premedikasi:
Pilihan anestesia :
- anestesi umum : perhatikan saat induksi, pilihan obat anestesi, saat pulih sadar.
gunakan obat pelumpuh otot golongan non dipolarisasi dan premedikasi sebelum
Obat anestesi : halutan, enflural, isoluran, atau sefoflurane dan supleman narkotik.
MAP 90 mmHg
SaO2 >95 %
Hindari vasokonstriksi
D. Pasca Bedah
Pada waktu pulih sadar dapat terjadi menggigil (terutama bila anastesi dengan holotan)
- MAP <90mmHg=lapor
RUJUKAN
ANASTESI PADA PASIEN ASTHMA BRONKIAL
A. Pendahuluan
Asthma bronchial adalah suatu penyakit yang didefinisikan sebagai naiknya kepekaan
terhadap segala rangsangan, sehingga menyebabkan sumbatan aliran udara pernafasan yang
sulit kembali (reversible), serta didapatkan perubahan inflamasi kronis submukosa jalan nafas.
(histamine, otrin, prostaglandin). Hipotesis lain karena abnormalitas pengaturan tonus jalan
B. Diagnosis
wheezing dan serangan akut, takipnea gejala/tanda hanya didapatkan pada waktu serangan
akut.
C. Persiapan Pra-Bedah
pasien.
Pelaksanaan :
- Fisioterapi nafas
- Antibiotik
- Bronkodilator ( aminophilin )
- Antihistamin
pemberian obat bronkodilator dan sesudah pemberian bronkodilator. Bila ada keraguan faal
Premedikasi
- Obat-obatan yang bisa digunakan : petidin, benzodiazepine ( midazolam).
- Bronkodilator diteruskan
- Kortikosteroid diberikan bila pasien mengunakan obat tersebut dalam jangka lama
- Obat induksi yang harus digunakan dengan sangat hati-hati : pentotal, karena
Ekstubasi :
o Dilakukan pada stadium anestesi yang masih dalam, atau Diberikan lidokain 1-2
E. Pasca Bedah
F. Pesanan Perawat
Bila didapatkan kedua hal tersebut segera lapor dokter, siapkan obat-obat bronkodilator.
SUMBER RUJUKAN
- ABC asthma
- Principle and Practice of Medical Intensif Care
A. Pendahuluan
Pengalaman nyeri pasca bedah untuk masing masing pasien bervariasi intensitasnya.
Pengelolan nyeri pasca bedah yang tidak adekuat mencapai 60%. Morbiditas pasca bedah
akan meningkat sebagai akibat pengaruh tidak langsung dari nyeri yang tidak ditangani
dengan baik. Dengan demikian penanggulangan nyeri pasca bedah akan dapat mengurangi
penyakit tersebut.
1. Insiden, intensitas dan lama nyeri, faktor yang mempengaruhi, mekanisme nyeri,
Manjemen:
1. Tujuan : mencegah penyulit sebagai akibat tidak langsung nyeri pasca bedah
0 = tanpa nyeri
10 = sangat nyeri
Pelaksanan
1. Profilaksis :
- informasi perbedaan yang baik dan benar pada waktu kunjungan prabedah
- premedikasi
2. Terapi aktif
- Blok interlokal.
C. Pesanan Perawatan
A. Pendahuluan
Trauma kepala merupakan penyebab kematian utamanya pada kelompok usia muda
kecelakaan lalu lintas tampaknya menjadi penyabab utama trauma kepala, disamping
penyebab yang lain. Kebanyakan kerusakan otak akibat trauma di daerah supratentorial.
Tindakan bedah bergantung pada macam dan letak kerusakan (misalnya epidural, subdural,
intraserebral, impresi fraktur). Tindakan bedah pada umumnya darurat, berupa evakuasi
hematoma dan menghentikan perdarahan hematoma epidural berasal dari robekan arteri,
sehingga waktu sangat berharga, untuk menghindari terjadinya kerusakan yang menetap.
Pada umumnya trauma di daerah frontal dan parietal tidak menyebabkan gangguan
pernafasan, kecuali bila TIK meninggi yang menyebabkan nafas lambat dan dalam, dapat
menyebabkan hipokapnia.Obstruksi jalan nafas sering dijumpai akibat jatuhnya pangkal lidah
kebelakang pada pasien yang tidak sadar. Bila kerusakan didaerah lobus oksipitalis dapat
terjadi apnea.
B. Persiapan
4. CT Scan bila keaadan memburuk segera dibawah ke kamar bedah tanpa CT Scan.
menaikkan TIK.
2. Induksi setelah preoksigenasi : bila kardiovaskuler stabil dengan propofol 2-3 mg/ kg BB
dosis maksimal (5 mg/kg BB) sebelumnya diberikan recorinium dengan dosis 0,6mg/ kg
bb.
3. Intubasi tanpa didahului pemberian napas buatan, tetapi dengan pemberian spray lidocain,
digunakan pipa oro tracheal non kink a dengan balon dan ditampon dengan pertimbangan
4. Pernapasan terkontrol dengan mesin, hiperventilasi ringan (PaCO2 28-30 mmHg) dan
PaO2 dipertahankan >100 mmHg, digunakan obat pelumpuh otot non depolarisasi
(recoronium)
6. Analgetik fentanyl dengan dosis 4-6 µ g/ kg BB pre intubasi dan suplemen dengan dosis
1-2 µ g /kg BB
8. Cairan infuse: RL atau NS 2-4 ml/kg BB. Hindari pengunaan cairan yang mengandung
10. pada akhir pembedahan bila mungkin dilakukan ekstubasi dikamar operasi,
pertimbangan untuk melakukan pernapasan buatan pasca bedah selain atas kondisi pasien
11. bila gcs rendah di usulkan untuk tracheostomy guna mempermudah bronchial toilet.
4. Observasi perdarahan
1. Jaffe, R.A., Samuels, S.I., (ed), 1994. Anesthesiologist manual of surgical procedures
2. Cottrel, J.E., Smith, D.S.,(ed), 1994. Anesthesia and Neurosurgery, 3rd ed. Mosby, St.
Louis, Baltimore.
Heineman, Boston
ANASTESI UNTUK PEMBEDAHAN TULANG LEHER
A. Pendahuluan
Cedara tulang leher dapat menyebabkan kerusakan medulla spinalis yang berakibat
gangguan neurologist (motorik, sensorik, dan otonom)atau kelumpuhan otot pernpaasan, dan
gangguan sirkulasi. Beratnya gangguan sesuai dengan luas dan tinggi kerusakan medulla
frengkel. Kompresi di daerah servikal dapat menyababkan gangguan napas sebagai akibat
Hipotensi dan bradikardi (shock spiral) disebabkan oleh hilangnya control pada
sistem simpatis (bila kerusakan setinggi vertebra thoracal V atau lebih keatas).
B. Persiapan
1. imobilisasi dengan colar brace bantal pasir tidur pada alat datar dan keras
3. bila ada bradikardi diberikan sulfas atropine diteruskan dengan pemberian dopamine
infuse continue
1. pre-medikasi sulfas atropine 0,5 mg IM bila perlu diulang dengan dosis yang sama IV
sebelum induksi
2. induksi dengan midazolam atau propofol dengan atau tanpa obat pelumpuh otot,
tergantung pada derajat kelumpuhan (frankle) dan kondisi pasien. Obat pelumpuh otot
pilihan: NON DEPOLARISASI yang mula kerja dan lama kerjanya pendek
4. intubasi dengan pipa tracheal non Kink dengan memepertahankan posisi kepala in line
5. monitoring: sesuai standar dengan memepertahankan MAP > 60 mmHg end tidal PaCO2
28-30 mmHg
6. bila pendekatan pembedahan dari posterior, pasien di posisikan tengkurap dengan cara
D. Pasca Bedah
1. Akhir anastesi dilakukan ekstubasi pada keadaan pasien sadar baik dan fungsi nafas
2. bila kerusakan diatas servikal V, tidak dilakukan ekstubasi dan diberikan bantuan nafas
3. perawatan intensif diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi pernapasan dan
sirkulasi.
F. Pesanan Perawatan
3. Dijaga agar tidak terjadi dilatasi lambung dengan memperhatikan caiaran dari pipa
lambung.
RUJUKAN :
2. Anesthesia for surgeryof the spine, Acute and chronic cervical spine injury
A. Pendahuluan
Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat yang
bertujuan untuk : (1) mencegah berhentinya pernapasan dan atau sirkulasi melalui pengenalan
dan penanganan segera memberikan bantuan eksternal terhadap ventilasi dan sirkulasi, terhadap
korban ynag mengalami henti jantung dan napas, melalui resusuitasi kasus jantung paru atau RJP
Tujuan utama melakukan rjp – BHD ialah memberikan okseigen ke otak, jantung dan organ vital
yang lain:
Indikasi
1. gawat napas
2. gawat sirkulasi
B Tahapan BHD
1. A: Airway – Pembebasan jalan napas, memebebaskan jalan napas secara manual HEAD
TILL juga dilakukan untuk pasien trauama, chin lift juga boleh untuk pasien trauma, nect
lift tidak boleh dilakukan sama sekali, jaw trust hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir
2. B: breating – bantuan pernapasan, kali hembusan satu detik disususl dengan hembusan
keduasebalah ekhalasi, bila sudah di intubasi napas buatan 10x/ menit, bila belum
diintubasi atau dipasang LMA maka setiaap 30 pijatan jantung diselingi 2 kali tiupan
napas (ratio 30:2), Usahakan dada terangkat , @ 500-600 ml atau volume tidal 6-8cc/kg
3. C: circulation – bantuan sirkulasi, pijat dulu baru tiup, pijat jantung yang pertama tanpa
meraba karotis, titik tumpu pijat jantung pada setengah bagaian bawah sternum, bila
belum bila belum diintubasi atau dipasang LMA maka setiaap 30 pijatan jantung diselingi
2 kali tiupan napas (ratio 30:2) bila sudah di intubasi pijat jantung 100x/ menit,
diperioritaskan agar tidak ada cela, push hard, push fast, pijat jantung 100x/ permenit.
Napas buatan 10 x/ menit, beri kesempatan diding toraks untuk re coll setelah pijatan, jika
trachea sudah diintubasi tidak usah singkronasi antara pijat napas. Dua atau satu penolong
tidak dibedakan.
C. Pijat jantung
Langsung letakkan tangan pada setengah bagian sternum, pijat jantung 30x disusul
dengan napas 2X. Pijat jantung dan napas buatan, Saat pijat jantung hitung dengan suara
keras
D. Posisi penolong
Tegak lurus diatas dada pasien dengan siku lengan lurus menekan tengah tengah dada,
tekan sedalam 2 inchi. Perabaan nadi karotis dari tengah ke lateral dalam waktu max 5 detik.
F. Pengunaan DC Shock
DC shock sendiri mungkin (sebelum 5-10 menit) dengan kekuatn 360 Joules 1x (dulu 3x
shock, repeated shock). (jika DC shock biphasic 150-200 Joules), Setelah a single shock,
segera CPR lagi 2 menit tanpa. Check ECG sudah ROSC atau belum. Baru setelah 2 menit
DC shock:
1. Oles dulu paddles Dengan jelly ECG Tipis rata, baru Kemudian : Switch ON,
bawah bebas,
Samping bebas,
Atas bebas,
compression
4. Segera pijat jantung lagi, Setelah 2 menit baru raba lagi/ baca lagi ECG.
G. Pasca Resusitasi
Rujukan :
1. CPCR guidelines