Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PATOGENESIS OF SQUAMOSA CELL CARCINOMA

Mata Kuliah :
SKIN AND HAIR AGING

Dosen pengampu :
Dr. Pasid Harlisa, Sp.KK

Mahasiswa

NAMA : IKA PUSPITA SARI


NIM : MBK 1914010154

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2020
PENDAHULUAN

Kulit merupakan organ tubuh paling luar yang melindungi tubuh dan tersusun dari
jutaan sel. Sel-sel tersebut dapat mengalami perubahan sifat akibat rusaknya DNA pada
siklus sel kulit yang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah sinar ultra violet
sehingga dapat memicu terjadinya suatu keganasan yaitu kanker kulit.

Kanker kulit adalah suatu penyakit yang disebabkan perubahan sifat sel penyusun
kulit yang normal menjadi ganas akibat kerusakan DNA pada siklus sel . Kanker kulit atau
tumor ganas kulit memiliki struktur tidak teratur dengan diferensiasi sel pada berbagai
tingkatan bersifat ekspansif, infiltratif hingga dapat merusak jaringan sekitarnya, serta dapat
bermetastasis melalui pembuluh darah dan kelenjar getah bening maupun keduanya.

Kanker kulit terbagi dua klasifikasi yaitu tipe melanoma dan non-melanoma. Tipe
melanoma dikenal sebagai Melanoma Maligna, yaitu tumor yang berasal dari melanosit,
merupakan salah satu tumor yang paling ganas pada tubuh dengan resiko metastasis yang
tinggi. Pada non-melanoma terbagi kembali atas dua tipe yaitu Karsinoma Sel Basal dan
Karsinoma Sel Skuamosa. Karsinoma Sel Basal (Basalioma) adalah tipe kanker kulit
terbanyak, bersifat lokal invasif, jarang bermetastasis namun tetap memiliki peluang untuk
menjadi maligna karena dapat merusak dan menghancurkan jaringan sekitar. Karsinoma Sel
Basal muncul akibat radiasi sinar ultraviolet, biasanya di bagian wajah, jarang menyebabkan
kematian, mudah diterapi dengan pembedahan maupun radiasi. Karsinoma Sel Skuamosa
adalah tipe kedua terbanyak setelah Karsinoma Sel Basal, berasal dari sel skuamosa pada
lapisan epidermis kulit. Karsinoma Sel Skuamosa bermetastasis lebih sering dari Karsinoma
Sel basal, namun angka metastasisnya tidak terlalu tinggi kecuali pada telinga, bibir, dan
pasien imunosupresi.

Secara umum penyebab terjadinya kanker kulit terjadi karena banyak faktor resiko
yang potensial, antara lain : terpapar oleh radiasi sinar ultraviolet secara berlebihan (UV A
dan UV B), luka yang lama tidak sembuh (chronic non-healing wounds) khususnya luka
bakar, predisposisi genetik, tahi lalat berukuran lebih besar dari 20 mm beresiko tinggi
berkembang menjadi kanker, Human papilloma virus (HPV), toksin arsenik, kekurangan
beberapa vitamin dan mineral tertentu dan merokok.
KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) kulit merupakan keganasan kulit tipe non-melanoma
yang berasal dari lapisan keratosit suprabasal epidermis kulit. Sebanyak 16% kasus
keganasan kulit merupakan jenis KSS yang diduga akumulasi paparan sinar UV berlebih
sebagai pemicu utama sehingga tempat predileksi keganasan jenis ini merupakan daerah
tubuh yang sering terpapar sinar UV seperti kepala dan leher. Menurut International Journal
of Cancer, di negara Norwegia dan Swedia sekitar 95% kejadian kanker kulit non-melanoma
adalah KSS, dimana dalam sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan 4,7% pada penderita
pria dan 6,7% pada penderita wanita. Di Indonesia, berdasarkan data kunjungan Poliklinik
Dermatologi Tumor dan Bedah Kulit Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menunjukkan KSS
sebagai kasus keganasan pada kulit kedua setelah Karsinoma Sel Basal kulit (KSB) pada
tahun 2012.

Etiologi

Etiologi KSS bersifat multifaktor. Lingkungan maupun pejamu, keduanya merupakan


faktor penting dalam perkembangan penyakit KSS. Faktor pejamu meliputi usia, pigmentasi,
status imunitas, dan adanya kelainan genetik misalnya pada xeroderma pigmentosum,
mutasi tumor supresor p53 yang menjadikan sel tumor resisten terhadap apoptosis,
overekspresi onkogen H-ras, dan disfungsi telomer. Insidens KSS meningkat tajam pada usia
di atas 40 tahun, lebih banyak menyerang individu berkulit terang, kondisi imunosupresi
misalnya pada resipien transplantasi organ dan pengobatan imunosupresan.

Faktor lingkungan yang paling berperan pada etiologi KSS adalah akumulasi pajanan
sinar ultraviolet. Ultraviolet A dan B berbahaya bagi kulit, namun sinar ultraviolet B (UVB)
dengan panjang gelombang (200-320 nm) lebih bersifat karsinogenik. Radiasi UVB
menyebabkan terbentuk ikatan kovalen antar pirimidin dan pembentukan mutagen.
Akumulasi pajanan sinar ultraviolet dapat menyebabkan akumulasi mutasi genetik
keratinosit sehingga muncul sel yang potensial ganas. Kerusakan DNA kulit akibat sinar UVB
dapat bersifat langsung, sedangkan pada UVA dapat diikuti dengan pembentukan radikal
bebas dan kerusakan membran selular. Sinar UVA berperan penting pada proses
karsinogenesis sel-sel induk kulit, sedangkan sinar UVB berperan dalam menginduksi
kerusakan DNA melalui respon inflamasi dan tumorgenesis.

Penyebab KSS karena akumulasi radiasi sinar UV yang diserap DNA keratosit
epidermis mengakibatkan kerusakan DNA, mutasi gen, penekanan sistem imun, stres
oksidatif dimana terjadinya ketidakseimbangan antara pembentukan oksidan salah satunya
radikal bebas yang berlebihan dan kurangnya pembentukan antioksidan sebagai mekanisme
pertahanan tubuh, serta respon inflamasi, yang berperan dalam kejadian penuaan kulit dan
kanker kulit.

Faktor lain yang berperan antara lain lesi prakanker (aktinik keratosis dan penyakit
Bowen), infeksi virus Human Papilloma, radiasi ion, jaringan parut, dermatosis kronik, luka
bakar, merokok, dan pajanan bahan kimia yang bersifat karsinogen misalnya: arsen atau
coal-tar.

Patofisiologi Biomolekuler dengan Imunohistokimia

Kerusakan DNA yang dihasilkan berupa mutasi TP53 yang berperan sebagai gen
supresor tumor dan terlibat dalam apoptosis sel-sel DNA yang rusak. Akibatnya, perbaikan
DNA menjadi terganggu sehingga regulasi dari proses apoptosis mengarah pada proses
mitosis keratosit yang memulai pertumbuhan sel -sel kanker pada kulit. Proses ini didukung
oleh Notch Receptor yang mentransmiskan sinyal regulasi diferensiasi pada epitel
skuamosa yang seharusnya normal secara rutin. Selain menginduksi terjadinya mutasi, sinar
UV (paling sering sinar UVB) juga mempunyai efek transient immunosupressive pada kulit
dengan cara presentasi antigen oleh sel-sel Langerhans. Efek ini juga berkontribusi sebagai
tumorigenesis dengan melemahkan immunosurveillance.

Dalam melakukan penegakan diagnosa KSS kulit, pemeriksaan secara


imunohistokimia ekspresi beberapa petanda imunohistokimia berkaitan dengan potensi
keganasan. Gambaran khas KSS adalah pewarnaan yang kuat terhadap keratin (sitokeratin
5), sehingga bila hasil pewarnaan negatif terhadap petanda tersebut maka perlu dicari
diagnosis banding yang lain. Beberapa penanda imunohistokimia pada kasus KSS kulit,
diantaranya: p53, p27, CD44, EMA, mib-1 (Ki-67), matriks metalloproteinase (MMPs), Ets-1,
E-Cadherin, dan bel-2.

MMP-2 dan MMP-9 dominan ditemukan pada KSS invasif. Umumnya EMA
menunjukkan hasil positif dan bel-2 menunjukkan hasil negatif pada KSS. Ditemukannya
ekpresi CD44 pada kasus KSS dapat menjadi pembeda terhadap kejadian KSB. Pada KSS yang
terdiferensiasi buruk dan bermetastasis, Ets-1 terwarnai kuat. Dan E-Cadherin merupakan
penanda KSS yang terdiferensiasi baik tetapi berpotensi metastasis.
Berbeda dengan karsinoma sel basal, CD 44 ditemukan pada KSS. Faktor transkripsi
Ets-1 terwarnai kuat pada KSS yang berdiferensiasi buruk dan bermetastasis, sedangkan E-
Cadherin merupakan suatu penanda KSS yang berdiferensiasi baik namun mempunyai
potensi metastasis.

Gen penanda tumor p53 menjadi tanda utama dalam penelitian kanker karena
biasanya bermutasi dan spektrum mutasi p53 pada kanker ini memberikan petunjuk atas
etiologi dan patogenesis molekuler neoplasia. Deteksi kelainan p53 bisa bersifat diagnostik,
prognostik, dan terapeutik implikasi. Sejarah penelitian p53 selama 15 tahun menjadi
paradigma baru dalam peneltian kanker, menggambarkan konvergensi garis sejajar dengan
investigasi dasar, klinis, dan epidemiologi serta transfer cepat temuan penelitian dari
laboratorium ke klinik. P53 merupakan komponen utama dalam jalur biokimia yang menjadi
pusat karsinogenesis pada manusia, perubahan protein p53 karena mutasi missense dan
hilangnya protein p53 oleh mutasi nonsense atau frameshift memberikan tanda jelas ntuk
ekspansi klonal sel preneoplastik dan neoplastik.

Adanya protein p53 yang bermutasi pada tumor menunjukkan pertumbuhan selektif
dan juga perubahan missense p53, sering disertai dengan kehilangan atau mutasi alel kedua.
Analisis semua mutasi p53 di kanker manusia menunjukkan distribusi nonrandom dalam p53
molecule, menyiratkan bahwa protein mutan tertentu memiliki pertumbuhan yang berbeda
sifat stimulasinya.
PENUTUP

Karsinoma sel squamosa kulit adalah merupakan keganasan kulit tipe non-
melanoma yang berasal dari lapisan keratosit suprabasal epidermis kulit. Sebanyak 16%
kasus keganasan kulit merupakan jenis Karsinoma sel squamosa, yang diduga akumulasi
paparan sinar UV berlebih sebagai pemicu utama, sehingga tempat predileksi keganasan
jenis ini merupakan daerah tubuh yang sering terpapar sinar UV seperti kepala dan leher.

Kerusakan DNA yang dihasilkan berupa mutasi TP53 yang berperan sebagai gen
supresor tumor dan terlibat dalam apoptosis sel-sel DNA yang rusak. Akibatnya, perbaikan
DNA menjadi terganggu sehingga regulasi dari proses apoptosis mengarah pada proses
mitosis keratosit yang memulai pertumbuhan sel -sel kanker pada kulit. Proses ini didukung
oleh Notch Receptor yang mentransmiskan sinyal regulasi diferensiasi pada epitel
skuamosa yang seharusnya normal secara rutin.

Dalam melakukan penegakan diagnosa KSS kulit, pemeriksaan secara


imunohistokimia jarang dilakukan dikarenakan pembiayaan yang mahal dan tidak semua
tingkat pelayanan kesehatan dapat melakukannya. Namun, ekspresi beberapa petanda
imunohistokimia berkaitan dengan potensi keganasan. Pemeriksaan imunohistokimia tidak
rutin dilakukan dalam penegakkan diagnosis KSS kulit. Gambaran khas KSS adalah
pewarnaan yang kuat terhadap keratin (sitokeratin 5), sehingga bila hasil pewarnaan negatif
terhadap petanda tersebut maka perlu dicari diagnosis banding yang lain. Beberapa
penanda imunohistokimia pada kasus KSS kulit, diantaranya: p53, p27, CD44, EMA, mib-1
(Ki-67), matriks metalloproteinase (MMPs), Ets-1, E-Cadherin, dan bel-2.
DAFTAR PUSTAKA

Widiawaty, A, Rahadi, R, Aviyanti, D. 2016. Review: Metode Pemeriksaan pada


Sistem TNM untuk Karsinoma Sel Skuamosa Kulit. JIK, th 4 Jilid 10 (1): 5-16.

Greenblatt, M.S., W. P. Bennett, M. Hollstein,et all. 1994. Perspectives in Cancer


Research: Mutations in the p53 Tumor Suppressor Gene: Clues to Cancer Etiology and
Molecular Pathogenesist. CANCERRESEARCH54: 4855-4878.

Vladimir Ratushny, V., Michael D. G, Ryan H, et all. 2012. Review series: From
keratinocyte to cancer: the pathogenesis and modeling of cutaneous squamous cell
carcinoma. The Journal of Clinical Investigation http://www.jci.org Vol 122 (2).

Anda mungkin juga menyukai