Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan Publik

Sumber-Sumber Yang Digunakan Dalam Perumusan Kebijakan

Disusun Oleh :

Linda Setiawati (1809027006)

Program Magister Management

Sekolah Pascas Sarjana Prof. Dr. Hamka

Jakarta

2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang
meliputi proses, cara, perbuatan mendidik (KBBI). Pendidikan dibagi menjadi dua yaitu
pendidikan formal yang meliputi pendidikan akademik (misalnya dimulai dari TK, SD, SMP,
SMA, hingga tingkat Universitas) dan pendidikan nonformal yang diberikan oleh organisasi atau
lembaga di luar pendidikan formal misalnya seperti pelatihan dan kursus.

Pendidikan bertujuan untuk memberikan ilmu baik dalam bentuk soft skill maupun hard
skill yang tentunya akan sangat berguna di masyarakat. Dengan pendidikan yang baik, maka
akan menciptakan SDM yang berkualitas, cerdas dan inovatif yang tentunya akan sangat
membantu negara dalam bersaing dalam era globalisasi. Tidak hanya itu, SDM yang berkualitas
bahkan mampu menggerakkan roda ekonomi dan memimpin pasar dunia, dimana para SDM ini
mampu menggerakkan roda perekonomian dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Negara-negara dengan pendidikan terbaik, tentu memiliki SDM yang berkualitas, mereka
dapat menciptakan produk-produk inovatif yang dibutuhkan oleh masyarakat. Contohnya adalah
Korea Selatan. Negri ginseng ini mampu menguasai pasar telekomunikasi dunia dengan produk
andalannya, yaitu Samsung. Bahkan saat ini produk tersebut menjadi kompetitor utama Apple,
produk unggulan Amerika.

Bagaimana dengan Indonesia ? Pada tahun 2012 Pearson merilis Learning Curve, pada
data tersebut Indonesia menduduki peringkat ke 40 dengan Z Score -2.03, berada jauh di bawah
Singapura yang berada di urutan 5 besar, dan Korea Selatan yang menempati posisi puncak. Hal
ini menunjukkan pendidikan masih menjadi issue penting di Indonesia. Berkaca dari data
tersebut, hendaknya Indonesia mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

Disamping sebagai modal dalam persaingan di era globalisasi, sejak dulu pendidikan
merupakan salah satu cita-cita bangsa Indonesia. Hal ini tertuang pada Pembukaan UUD 1945
alinea keempat yang berbunyi “… Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa...”.
Maka, pemerintah sebagai pemegang kekuasaan diharapkan mampu mengatasi permasalahan ini,
salah satunya dengan membuat sebuah Kebijakan Publik di bidang pendidikan yang dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
1.2 Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :

 Mendalami pengetahuan tentang kebijakan publik


 Mendeskripsikan sumber-sumber yang digunakan dalam perumusan kebijakan
 Mengetahui proses implementasi kebijakan publik
 Mengetahui contoh implementasi kebijakan publik di bidang pendidikan
PEMBAHASAN

Menurut James Anderson dalam Anggara ( 2014 : 35) kebijakan publik adalah kebijakan
yang dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah. Sementara Thomas Dye dalam
Anggara (2014 : 35) mengemukakan bahwa kebijakan public adalah sesuatu yang dikerjakan
atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, alasan suatu kebijakan harus dilakukan dan manfaat bagi
kehidupan bersama harus menjadi pertimbangan yang holistic agar kebijakan tersebut
mengandung manfaat yang besar bagi warganya dan tidak menimbulkan kerugian. Sedangkan
menurut David Easton dalam Anggara (2014 : 35) Kebijakan publik adalah pengaplikasian nilai-
nilai secara sah kepada seluruh anggota masyarakat. Rian Nugroho dalam Umar (2017 : 2)
kebijakan publik adalah setiap keputusan yang dibuat negara, sebagai strategi untuk
merealisasikan tujuan dari negara. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantarkan
masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat
yang dicita-citakan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan public
adalah regulasi atau aturan atau program yang dibuat oleh pemerintah dan sah secara hukum,
kemudian harus dilakukan dan ditaati oleh seluruh elemen masyarakat agar menimbulkan
manfaat yang besar bagi masyarakat, karena kebijakan ini adalah strategi untuk mengantarkan
menuju masyarakat yang dicita-citakan.

Dibuatnya kebijakan publik ini tentu memiliki tujuan, diantaranya adalah untuk mencapai
visi dan misi pemerintahan di berbagai bidang, misalnya pada bidang transportasi, ekonomi,
pendidikan, dan lain-lain. Kebijakan publik juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur
keberhasilan suatu pemerintahan. Misalnya, suatu pemerintahan akan dianggap berhasil jika
mampu membuat kebijakan serta mengeimplementasikannya dengan maksimal & membuat para
stakeholder di dalamnya mendapatkan dampak positif dari kebijakan tersebut.

Pada buku tentang dasar-dasar kebijakan publik (15) menyebutkan bahwa Indonesia
memiliki ragam kebijakan publik yang ditangani eksekutif bertingkat seperti berikut : (1)
Peraturan Pemerintah, (2) Keputusan Presiden (Keppres), (3) Keputusan Mentri (Kepmen) atau
Lembaga Pemerintah Nondepartemen, (4) Intruksi mentri dan sebagainya. Sedangkan tingkat
daerah terdapat (1) Keputusan Gubernur dan bertingkat kputusan Dinas-Dinas dibawahnya, (2)
Keputusan Bupati, (3) Keputusan walikota dan bertingkat keputusan dinas-dinas di bawahnya.

Van Meter dan Van Horn dalam Umar ( 2017 : 2) merumuskan proses implementasi
sebagai berikut “those actions by public or private individuals (or groups) that are directed at
the achievement of objectives seth forth in prior policy decisions.” Makna dari perumusan
tersebut adalah implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perseorangan atau
lembaga (dalam hal ini pemerintah) yang mengarah pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan disini
merupakan visi dan misi yang akan dicapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi
merupakan aspek yang yang sangat pentingdari keseluruhan proses kebijakan. Menurut Umar
(2017 : 3 ) untuk menyatakan perspektif implementasi berhasil diperlukan perspektif
implmentasi yang berbeda, dan itu teoritisi.

William Dunn dalam dasar-dasar kebijakan (24) menggambarkan penggunaan


komponen-komponen prosedur metodologi dalam melaksanakan analisis suatu kebijakan dalam
suatu sistem.komponen-komponen yang dimaksud dalam prosedur metodologi analisis kebijakan
tersebut adalah perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi.
Melakukan analisis kebijakan berarti menggunakkan kelima prosedur metodologi tersebut dalam
proses kajiannya. Berikut adalah bagan analisis kebijakan menurut Dunn :

Dalam bagan di atas kebijakan diawali perumusan masalah untuk menindak lanjuti
permasalahan yang sudah ada di masyarakat, lalu dilanjutkan ke fase berikutnya yaitu peramalan,
kemudian rekomendasi,lalu di lanjutkan ke tahap pemantauan, lalu yang terakhir dalah fase
evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari penerapan sebuah kebijakan, misalnya
apakah kebijakan tersebut cocok atau tidak, terimplementasi dengan baik atau belum, terdapat
kendala dalam implementasinya dan masalah-masalah lainnya yang perlu diperbaiki maupun
ditingkatkan.
Sementara itu menurut Ripley dalam dasar-dasar kebijakan publik (20-21) tahapan
kebijakan publik digambarkan sebagai berikut :

Dari bagan di atas proses diawali dengn penyusunan agenda, kemudian hasilnya menjadi
agenda pemerintah, yang diikuti oleh formulasi dan legitimasi. Proses tersebut menghasilkan
sebuah kebijakan. Kemudian kebijakan tersebut diimplementasikan. Setelah melakukan
implementasi, maka langkah yang diperlakukan selanjutnya adalah evaluasi yang bertujuan
untuk mengetahui proes berjalannya kebijakan, kemudian dampak apa saja yang timbul setelah
proses implementasi tersebut. Setelah itu, jika perlu pemerintah akan kembali membuat
kebijakan baru untuk menindak lanjuti kebijakan yang belum memiliki dampak maksimal.

Dalam proses implementasi kebijakan publik, kita perlu mempertimbangkan beberapa


aspek diantaranya adalah tujuan kebijakan itu dibuat, sasaran –sasaran kebijakan, serta sumber-
sumber kebijakan public. Sumber-sumber ini tentunya layak mendapatkan perhatian khusus
karena dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dalam proses implementasinya. Menurut Winarno
(2014 : 144) sumber-sumber yang dimaksud mencakup dana perangsang (incetive) lain yang
mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif. Seperti yang kita ketahui, dalam
membuat kebijakan pemerintah harus memiliki cukup dana agar kebijakan publik tersebut dapat
dapat diimplementasikan dengan maksimal.
Winarno (2014 : 161- 169) juga mengungkapkan sumber-sumber lainnya yang tidak
kalah penting dalam melaksanakan kebijakan publik, diantaranya adalah :

a. Staff
Staff-staff yang terampil dan professional dapat mengelola pekerjaannya dengan efisien,
hal ini tentu dapat membantu pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakannya
secara maksimal.
b. Informasi
Infomasi ini terbagi menjadi beberapa macam, misalnya saja informasi mengenai
bagaimana melaksanakan suatu kebijakan, data tentang peronel-personel lain terhadap
peraturan pemerintah sebelumnya, karena data ini dapat digunakan sebagai referensi
dalam pembuatan kebijakan baru.

c. Wewenang
Sumber lain yang penting dalam proses implementasi kebijakan adalah wewenang.
Wewenang ini adalah hak untuk melakukan sesuatu berdasarkan kuaanya. Wewenang ini
tentu berbeda-beda, sesuai dengan antara program satu dengan program lainnya

d. Fasilitas
Fasiilitas di sini adalah suatu faktor yang berperan penting dalam proses implementasi.
Misalnya pada kebijakan publik di bidang pendidikan, pemerintah menyediakan gedung
sekolah dengan peralatan yang memadai guna mendukung proses belajar-mengajar yang
efektif.

Berikut adalah gambar dampak langsung dan tidak langsung pada implementasi sebuah
kebijakan :

Komunikasi

Implementasi

Sumber

Kecenderungan-Kecenderungan
Stuktur
Birokrasi

Winanrno (2014 : 180)


Studi Kasus

Salah satu contoh kebijakan publik Indonesia peningkatan kualitas pendidikan.


Kebijakan wajib belajar mulai dari wajib belajar 9 tahun hingga wajib belajar 12 tahun menjadi
salah satu program unggulan pemerintah untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Untuk
menunjang kegiatan-belajar mengajar, pemerintah Indonesia mengalokasikan dana dalam bentuk
bantuan operasional sekolah (BOS). BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah
untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai
pelaksana program wajib belajar (Disdikbud Morotai). Dana di sini merupakan sumber
kebijakan, dimana dana berperan untuk membebaskan siswa SD, SDLB, SMP dari pungutan,
yang akan berdampak pada berkurangnya angka putus sekolah (yang disebabkan kurangnya
biaya), meringankan biaya operasional sekolah, dan bertambahnya angka partisipasi kasar
(jumlah peserta didik). Program ini tentunya diharapkan dapat mendukung kebijakan belajar 9
tahun.

Pada tahun 2016 pemerintah melalui Kementrian Pendidikan kembali membuat Program
Indonesia Pintar Program ini merupakan program lanjutan sebelumnya, menjadi pelaksanaan
wajib belajar 12 tahun, hal tersebut tertuang pada Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 19 tahun 2016. Pada pasal 1 disebutkan bahwa Program ini pemerintah akan memberikan
bantuan biaya pendidikan bagi siswa yang berasal dari keluarga kurang/tidak mampu
(Kemdikbud). Tidak jauh berbeda dengan kebijakan sebelumnya, kebijakan wajib belajar 12
tahun ini juga mengalokasikan dana bagi siswa yang kurang mampu, serta meringankan beban
operasional sekolah.
KESIMPULAN

Sumber-sumber kebijakan sangat penting bagi proses implementasi kebijakan yang efektif.
Tanpa sumber-sumber tersebut, kebijakan hanyalah rancangan yang idak akan pernah terealisasi.
Kedua contoh di atas menunjukkan betapa sumber-sumber kebijakan ini sangat penting. Sumber
utama kebijakan adalah dana. Tanpa adanya dana, kebijakan tidak akan dapat
diimplementasikan, karena keterbatasan. Namun, dana saja tidak cukup, kebijakan publik dapat
diimplementasikan secara efektif jika didukung dengan staff (dalam kasus di atas adalah guru
beserta jajarannya) yang terampil dengan jumlah yang cukup, kewenangan dalam memutuskan
sesuatu atau memaksakan perilaku, kemudian informasi atau petunjuk yang akan diterima
pelaksana dari atasannya mengenai bagaimana melaksanakan kebijakan-kebijakan, serta fasilitas
yang memadai akan membuat kebijakan dapat diimpelentasikan dengan efektif.

Pertanyaan

1. Darimanakah sumber-sumber kebijakan publik ini berasal ?


2. Apakah terdapat perbedaan cara pengimplementasian kebijakan publik di daerah dan di
kota ? (mengingat sering terdapat keterbatasan sumber-sumber kebijakan). Lalu apa yang
dilakukan pemerintah dalam mengatasinya ?
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung : CV Pustaka Setia.

Dikbud Pulau Morotai. _____. Sekilas Tentang Program Bantuan Operasional Sekolah. [Online].
Tersedia : http://dikbud.pulaumorotaikab.go.id/infobos/read/tentang-bos/1/sekilas-
tentang-program-bantuan-operasional-sekolah-bos.html. [3 April 2019].

KBBI._____. “Pengertian Pendidikan”. [Online]. Tersedia : https://Kbbi.web.id/didik.html.


[April 2019].

Kemdikbud. 2018. “Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan”. [Online]. Tersedia
: https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud_Tahun2016_Nomor019.pdf [5 April
2019]

Pearson. 2012. “Index Of Cognitive Skill and education”. [Online] Tersedia :


https://www.pearson.com/corporate/news/media/news-announcements/2012/11/pearson-
launches-the-learning-curve.html [3 April 2019].

Winarno, Budi. 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi. Yogya : Center Of Academic
Publishing Service.

Umar, Zulkarnain. 2017. Analisis Implementasi Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Untuk
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Daerah. Vol : 3 (1)

Staff UNY.________. Dasar-Dasar Kebijakan.


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132255131/penelitian/Karya+B-Buku+Dasar
dasar+Kebijakan+Publik.pdf [diakses pada 24 April 2019].

Afifah, DF, Yuningsih, NY. 2016. Analisis Kebijakan Pemerintah Tentang Pencegahan dan
Penanganan Korban Perdagangan (Trafikking) Perempuan dan Anak di Kabupaten
Cianjur. Vol : 2 (2) 7

Anda mungkin juga menyukai