OLEH:
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puja dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang yaitu Ad-Dinul
Islam wa wai Iman.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
2.1 Penyebab Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Perkotaan dan
Pedesaan.....................................................................................................................4
2.2 Cara Untuk Mengurangi Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah...........7
2.3 Keterkaitan Antara Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Dengan
Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Perkotaan Dan Pedesaan....................11
BAB III PENUTUP.....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
2. Fokus pengembangan wilayah tertinggal dan terpencil...................................13
3. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan.................................................13
4. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan................................................13
6. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang...............................................13
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pembangunan ekonomi. Pembangunan adalah suatu proses multi dimensional yang
melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah
laku sosial dan intitusi sosial, di samping akselerasi pertumbuhan ekonomi,
pemerataan ketimpangan pendapatan, serta pemberantasan kemiskinan (Todaro,
2007). Maka tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Dampaknya yang langsung terlihat adalah timbulnya ketimpangan
pembangunan antarwilayah. Ketimpangan pembangunan antarwilayah tersebut,
terlihat dengan adanya wilayah yang maju dengan wilayah yang terkebelakang atau
kurang maju. Fenomena ini tidak saja terjadi pada negara berkembang, tetapi pada
negara maju walaupun tingkat ketimpangnnya berbeda. Karena itu, tidak
mengherankan bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah relatif maju
(developed region) dan daerah relative terbelakang (underdeveloped region).
Ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah menurut Sjahfrizal (2012)
merupakan fenomena umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu
daerah. Ketimpangan ini pada awalnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan
demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini,
kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong
proses pembangunan juga menjadi berbeda.
Proses pembangunan dalam skala nasional yang dilaksanakan selama ini
ternyata telah menimbulkan masalah pembangunan yang cukup besar dan kompleks
karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi
makro dan cenderung mengabaikan terjadinya kesenjangan-kesenjangan
pembangunan ekonomi antar wilayah.
Disparitas (kesenjangan) pembangunan antar daerah dapat dilihat dari
kesenjangan dalam: (a) pendapatan perkapita, (b) kualitas sumber daya manusia, (c)
ketersediaan sarana dan prasarana seperti transportasi, energi dan telekomunikasi, (d)
pelayanan sosial seperti kesehatan, pendidikan, dsb., dan (e) akses ke perbankan.
Kesenjangan pembangunan antar daerah yang terjadi selama ini terutama disebabkan
2
oleh: a) distorsi perdagangan antar daerah, (b) distorsi pengelolaan sumber daya alam
dan c) distorsi sistem perkotaan-perdesaan.
Distorsi sistem perkotaan-perdesaan menggambarkan tidak berfungsinya
hierarki sistem kota, sehingga menimbulkan over-concentration pertumbuhan pada
kota-kota tertentu, temtama kota-kota besar dan metropolitan di Pulau Jawa. Di sisi
lain, pertumbuhan kota-kota lain dan perdesaan relatif lebih tertinggal. Padahal
idealnya, sebagai suatu sistem perkotaan-perdesaan, terdapat keterkaitan dan interaksi
yang positif baik antar tipologi kota maupun antara perkotaan dengan perdesaan.
Dalam perspektif tersebut, perkotaan-perdesaan merupakan satu kontinum.
Tidak mudah mencari penyebab terjadinya berbagai permasalahan tersebut.
Pemecahan permasalahan di perdesaan dalam konteks pembangunan pertanian dan
perdesaan umumnva tidak dapat hanya dikaji dari sektor pertanian atau wilayah
perdesaan saja, tetapi harus dikaji dalam konteks satu kesatuan (sistem)
perekonomian perdesaan-perkotaan atau dalam konteks sistem pertanian dan non-
pertanian.
1.3 Tujuan
3
Mengetahui hubungan perencanaan dan pengembangan wilayah dengan
kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan dan pedesaan
BAB II
PEMBAHASAN
4
1) Perbedaan Sumber Daya Alam
Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan
produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam
cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentudengan biaya relatif
murah dibandingkan dengan daerah lain yangmempunyai kandungan sumber daya
alam lebih rendah. Kondisi inimendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan
menjadi lebihcepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber
dayaalam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barangbarang denganbiaya
produksi lebih tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut
menyebabkan daerah bersangkutan cenderung mempunyai pertumbuhan ekonomi
yang lebih lambat (Sjafrizal, 2008).
5
yang lebih tinggi. Demikian juga sebaliknya terjadi bila investasi pemerintah dan
swasta yang masuk ke suatu daerah ternyatalebih rendah.
Alokasi investasi pemerintah ke daerah lebih banyak ditentukan oleh sistem
pemerintahan daerah yang dianut. Bila sistem pemerintahan daerah yang dianut
bersifat sentralistik, maka alokasi dana pemerintah akan cenderung lebih banyak
dialokasikan pada pemerintah pusat, sehingga ketimpangan antardaerah cenderung
tinggi. Akan tetapi sebaliknya bilamana sistem pemerintahan yang dianut adalah
otonomi atau federal, maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke
daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar daerah akan cenderung lebih
rendah.
Tidak demikian halnya dengan investasi swasta yang lebih banyak ditentukan
oleh kekuatan pasar. Dalam hal ini kekuatan yang berperan banyak dalam menarik
investasi swasta ke suatu daerah adalah keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu
daerah, sedangkan keuntungan lokasi tersebut ditentukan pula oleh ongkos
transportasi baik untuk bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan
pengusaha, perbedaan upah buruh, konsenstrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan
sewa tanah. Termasuk ke dalam keuntungan lokasi ini adalah keuntungan aglomerasi
yang timbul karena terjadinya konsentrasi beberapa kegiatan ekonomi terkait pada
suatu daerah tertentu. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana investasi
cenderung lebih banyak terkonsentrasi di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan. Kondisi ini menyebabkan perkotaan cenderung tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan daerah pedesaan (Sjafrizal, 2008).
6
selanjutnya juga mendorong terjadinya pengangguran dan rendahnya tingkat
pendapatan masyarakat setempat.
Konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, terdapatnya sumber daya alam yang lebih banyak pada daerah tertentu,
misalnya minyak bumi, gas, batubara dan bahan mineral lainnya. Terdapatnya lahan
yang subur juga turut mempengaruhi, khususnya menyangkut pertumbuhan kegiatan
pertanian. Kedua, meratanya fasilitas trasnportasi, baik darat, laut, dan udara juga ikut
mempengaruhi konsentrasi kegiatan ekonomi antar daerah. Ketiga, kondisi demografi
(kependudukan) juga ikut mempengaruhi karena kegiatan ekonomi akan cenderung
terkonsentrasi dimana sumber daya manusia tersedia dengan kualitas yang lebih baik
(Sjafrizal, 2008).
7
dalam suatu daerah, seperti: jalan, jembatan, alat transportasi baik darat, laut maupun
udara dan lain-lain. (Sjafrizal, 2008).
8
Selain strategi-strategi yang dapat dilakukan di atas, berikut ada 9 bentuk
usaha untuk menekan kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan dan
pedesaan yang dapat dilakukan oleh pemerintah, yaitu:
9
4. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, ada
dua provinsi yang tingkat gizi buruknya sangat tinggi, yaitu >30%. Provinsi tersebut
adalah adalah NTT diikuti Papua Barat. Data beberapa tahun yang lalu tersebut
menjadi bahan kajian untuk pemerintah dalam pemerataan kebutuhan pokok. Tapi,
selain pangan juga jangan dilupakan kebutuhan pokok lainnya yakni sandang dan
papan.
10
8. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
Masih sering kita lihat atau mungkin ada di daerah sekitar kita, banyak anak-
anak yang belum menerima pendidikan yang layak. Selain itu, kalau kita pergi ke
suatu daerah yang jauh dari pusat kota, tentunya pelayanan kesehatannya belum
memadai. Bisa dibayangkan jika ada seseorang sakit dan kemudian harus di rujuk ke
pusat pelayanan kesehatan yang ada di kota. Pasti membutuhkan waktu yang lama
untuk sampai ke pusat pelayanan di kota.
11
merupakan masalah yang kompleks. Dengan demikian usaha untuk mengatasi
masalah tersebut diarahkan untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut.
Perencanaan yang tepat untuk membangun perkembangan wilayah
pedesaan harus dipersiapkan secara matang, berikut ini dikemukakan
beberapa konsep dan pendekatan pembangunan perdesaan yang pernah
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pengembangan masya rakat (Community Development)
2. Pembukaan daerah baru dan mendorong migrasi penduduk serta
pengelompokan permukiman kecil.
3. Pembangunan pertanian
4. lndustri perdesaan
5. Kebutuhan dasar manusia
6. Pembangunan desa terpadu (PDT)
7. Pusat pertumbuhan dan wilayah pengembangan
8. Pendekatan agropolitan
9. Program pemekaran desa, pengelompokkan desa, pemukiman kembali
penduduk, dan pembukaan isolasi.
12
6. Kuatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah dalam
pengelolaan pengembangan ekonomi lokal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
1. Percepatan pembangunan secara optimal
2. Fokus pengembangan wilayah tertinggal dan terpencil
3. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan
4. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan
14
6. Kuatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah dalam
pengelolaan pengembangan ekonomi lokal.
3.2 Saran
Sebagai manusia yang menjadi tempat salah dan khilaf, penulis sangat
menyadari bahwa tanpa disadari tentu saja banyak kesalahan yang disengaja maupun
tidak sengaja dan menyadari pula makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mebangun
untuk kesempurnaan makalah ini serta makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
15
Probuwati, Indri, dkk. 2016. “PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN
PEDESAAN”. Yogyakarta.
16