Anda di halaman 1dari 20

TELAAH TERHADAP KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR

WILAYAH PERKOTAAN DAN PEDESAAN

Mata Kuliah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah


Dosen Pengampu: Ir. Hardison, MP

OLEH:

SITI FATIMAH (184210066)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang yaitu Ad-Dinul
Islam wa wai Iman.

Makalah penulis ini berjudul Telaah Terhadap Kesenjangan Pembangunan


Antar Wilayah Perkotaan Dan Pedesaan. Makalah penulis ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Untuk itu, penulis sampaikan banyak terima kasih.

Pekanbaru, 19 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
2.1 Penyebab Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Perkotaan dan
Pedesaan.....................................................................................................................4
2.2 Cara Untuk Mengurangi Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah...........7
2.3 Keterkaitan Antara Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Dengan
Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Perkotaan Dan Pedesaan....................11
BAB III PENUTUP.....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
2. Fokus pengembangan wilayah tertinggal dan terpencil...................................13
3. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan.................................................13
4. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan................................................13
6. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang...............................................13
3.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketimpangan atau kesenjangan pembangunan antar wilayah terutama terjadi


antara perdesaan dan perkotaan, antara Pulau Jawa dan luar Jawa, antara kawasan
hinterland dan kawasan perbatasan, serta antara Kawasan Barat Indonesia dan
Kawasan Timur Indonesia.
Indonesia sebagai negara berkembang sedang giat melakukan pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan khususnya dalam hal
ekonomi memiliki makna sebagai proses meningkatkan pendapatan perkapita
masyarakat dalam jangka panjang. Pembangunan dalam arti yang lebih luas yaitu
pemanfaatan sumber daya alam dan manusia untuk mewujudkan perkembangan
wilayah yang didalamnya mencangkup sarana pelayanan sosial ekonomi, aksesibilitas
wilayah dan sektor unggulan.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi pembangunan
adalah masih tingginya nilai disparitas atau ketimpangan antar wilayah maupun
didalam wilayah, terutama antara Jawa dan luar Jawa yang diakibatkan oleh
penyebaran sumber daya manusia, industri, perdagangan dan jasa, infrastruktur,
irigasi, listrik, pendidikan dan bahkan sektor pertanian. kondisi yang demikian
dibiarkan, akibatnya adalah wilayah yang telah lebih maju akan semakin berkembang
dan wilayah yang miskin akan semakin tertinggal.
Disparitas pembangunan ekonomi antar daerah merupakan fenomena
universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat pembangunannya.
Disparitas pembangunan merupakan masalah kesenjangan yang serius untuk
ditanggulangi baik pada sistem perekonomian pasar maupun ekonomi terencana.
Proses pembangunan ekonomi yang menciptakan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia berlangsung secara kontinu akan tetapi tidak diimbangi dengan pemerataan

1
pembangunan ekonomi. Pembangunan adalah suatu proses multi dimensional yang
melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah
laku sosial dan intitusi sosial, di samping akselerasi pertumbuhan ekonomi,
pemerataan ketimpangan pendapatan, serta pemberantasan kemiskinan (Todaro,
2007). Maka tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Dampaknya yang langsung terlihat adalah timbulnya ketimpangan
pembangunan antarwilayah. Ketimpangan pembangunan antarwilayah tersebut,
terlihat dengan adanya wilayah yang maju dengan wilayah yang terkebelakang atau
kurang maju. Fenomena ini tidak saja terjadi pada negara berkembang, tetapi pada
negara maju walaupun tingkat ketimpangnnya berbeda. Karena itu, tidak
mengherankan bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah relatif maju
(developed region) dan daerah relative terbelakang (underdeveloped region).
Ketimpangan pembangunan ekonomi antarwilayah menurut Sjahfrizal (2012)
merupakan fenomena umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi suatu
daerah. Ketimpangan ini pada awalnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan
demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini,
kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong
proses pembangunan juga menjadi berbeda.
Proses pembangunan dalam skala nasional yang dilaksanakan selama ini
ternyata telah menimbulkan masalah pembangunan yang cukup besar dan kompleks
karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi
makro dan cenderung mengabaikan terjadinya kesenjangan-kesenjangan
pembangunan ekonomi antar wilayah.
Disparitas (kesenjangan) pembangunan antar daerah dapat dilihat dari
kesenjangan dalam: (a) pendapatan perkapita, (b) kualitas sumber daya manusia, (c)
ketersediaan sarana dan prasarana seperti transportasi, energi dan telekomunikasi, (d)
pelayanan sosial seperti kesehatan, pendidikan, dsb., dan (e) akses ke perbankan.
Kesenjangan pembangunan antar daerah yang terjadi selama ini terutama disebabkan

2
oleh: a) distorsi perdagangan antar daerah, (b) distorsi pengelolaan sumber daya alam
dan c) distorsi sistem perkotaan-perdesaan.
Distorsi sistem perkotaan-perdesaan menggambarkan tidak berfungsinya
hierarki sistem kota, sehingga menimbulkan over-concentration pertumbuhan pada
kota-kota tertentu, temtama kota-kota besar dan metropolitan di Pulau Jawa. Di sisi
lain, pertumbuhan kota-kota lain dan perdesaan relatif lebih tertinggal. Padahal
idealnya, sebagai suatu sistem perkotaan-perdesaan, terdapat keterkaitan dan interaksi
yang positif baik antar tipologi kota maupun antara perkotaan dengan perdesaan.
Dalam perspektif tersebut, perkotaan-perdesaan merupakan satu kontinum.
Tidak mudah mencari penyebab terjadinya berbagai permasalahan tersebut.
Pemecahan permasalahan di perdesaan dalam konteks pembangunan pertanian dan
perdesaan umumnva tidak dapat hanya dikaji dari sektor pertanian atau wilayah
perdesaan saja, tetapi harus dikaji dalam konteks satu kesatuan (sistem)
perekonomian perdesaan-perkotaan atau dalam konteks sistem pertanian dan non-
pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

 Mengapa kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan dan pedesaan


dapat terjadi?
 Bagaimana cara untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah
perkotaan dan pedesaan?
 Apakah hubungan perencanaan dan pengembangan wilayah dengan
kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan dan pedesaan?

1.3 Tujuan

 Mengetahui penyebab kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan


dan pedesaan.
 Mengetahui cara untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antar
wilayah perkotaan dan pedesaan.

3
 Mengetahui hubungan perencanaan dan pengembangan wilayah dengan
kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan dan pedesaan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Perkotaan dan


Pedesaan

Secara umum daerah perdesaan ditandai oleh struktur kegiatan


penduduk berbasis agraris atau pertanian, kepadatan penduduk lebih
rendah dibanding kepadatan penduduk perkotaan, cara hidup ataupun
pola budaya yang dekat dengan pemanfaatan sumber daya alam, tempat
tinggal penduduk berkelompok dan tersebar, potensi tenaga kerja dengan
pendidikan baik agak langka, sistem organisasi sederhana berbasis
kegiatan subsisten atau primer, dan sebagainya.

Sebaliknya ciri masyarakat perkotaan ditandai oleh struktur


masyarakat berbasis perdagangan dan jasa, kepadatan penduduk rapat,
tempat tinggal penduduk berkelompok, tenaga berpendidikan relatif tinggi,
sistem organisasi kerja yang kompleks berbasis kegiatan formal. Kawasan
perkotaan juga dianggap sebagai tempat terjadinya proses pemusatan
kekuasaan dan perubahan budaya, pusat kreativitas yang menyebabkan
terjadinya pola perkembangan kehidupan masyarakat dan lingkungan
fisiknya sangat berbeda dengan kawasan perdesaan yang biasa disebut
pinggiran .

Ketimpangan pada suatu wilayah atau antar wilayah memang merupakan


kondisi alamiah atau natural yang terjadi yang dapat menciptakan kesenjangan antar
wilayah. Menurut Sjahfrizal (2012), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
ketimpangan antar wilayah yaitu:

4
1) Perbedaan Sumber Daya Alam
Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan
produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam
cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentudengan biaya relatif
murah dibandingkan dengan daerah lain yangmempunyai kandungan sumber daya
alam lebih rendah. Kondisi inimendorong pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan
menjadi lebihcepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber
dayaalam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barangbarang denganbiaya
produksi lebih tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah. Kondisi tersebut
menyebabkan daerah bersangkutan cenderung mempunyai pertumbuhan ekonomi
yang lebih lambat (Sjafrizal, 2008).

2) Faktor Demografis Termasuk Kondisi Tenaga Kerja


Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan
struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan
kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos
kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat. Daerah dengan
kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang
lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya
akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah
tersebut (Sjafrizal, 2008).

3) Alokasi Dana Pembangunan Daerah


Investasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Karena itu, daerah yang dapat menarik lebih banyak investasi
pemerintah dan swasta akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi
daerah yang lebih cepat. Selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah
melalui penyediaan tenaga kerja yang lebih banyak dan tingkat pendapatan per kapita

5
yang lebih tinggi. Demikian juga sebaliknya terjadi bila investasi pemerintah dan
swasta yang masuk ke suatu daerah ternyatalebih rendah.
Alokasi investasi pemerintah ke daerah lebih banyak ditentukan oleh sistem
pemerintahan daerah yang dianut. Bila sistem pemerintahan daerah yang dianut
bersifat sentralistik, maka alokasi dana pemerintah akan cenderung lebih banyak
dialokasikan pada pemerintah pusat, sehingga ketimpangan antardaerah cenderung
tinggi. Akan tetapi sebaliknya bilamana sistem pemerintahan yang dianut adalah
otonomi atau federal, maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke
daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar daerah akan cenderung lebih
rendah.
Tidak demikian halnya dengan investasi swasta yang lebih banyak ditentukan
oleh kekuatan pasar. Dalam hal ini kekuatan yang berperan banyak dalam menarik
investasi swasta ke suatu daerah adalah keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu
daerah, sedangkan keuntungan lokasi tersebut ditentukan pula oleh ongkos
transportasi baik untuk bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan
pengusaha, perbedaan upah buruh, konsenstrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan
sewa tanah. Termasuk ke dalam keuntungan lokasi ini adalah keuntungan aglomerasi
yang timbul karena terjadinya konsentrasi beberapa kegiatan ekonomi terkait pada
suatu daerah tertentu. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana investasi
cenderung lebih banyak terkonsentrasi di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan. Kondisi ini menyebabkan perkotaan cenderung tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan daerah pedesaan (Sjafrizal, 2008).

4) Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah


Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada daerah dimana
terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut
selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan
penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat. Demikian pula,
apabila konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu daerah relatif rendah yang

6
selanjutnya juga mendorong terjadinya pengangguran dan rendahnya tingkat
pendapatan masyarakat setempat.
Konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, terdapatnya sumber daya alam yang lebih banyak pada daerah tertentu,
misalnya minyak bumi, gas, batubara dan bahan mineral lainnya. Terdapatnya lahan
yang subur juga turut mempengaruhi, khususnya menyangkut pertumbuhan kegiatan
pertanian. Kedua, meratanya fasilitas trasnportasi, baik darat, laut, dan udara juga ikut
mempengaruhi konsentrasi kegiatan ekonomi antar daerah. Ketiga, kondisi demografi
(kependudukan) juga ikut mempengaruhi karena kegiatan ekonomi akan cenderung
terkonsentrasi dimana sumber daya manusia tersedia dengan kualitas yang lebih baik
(Sjafrizal, 2008).

5) Mobilitas Barang Dan Jasa


Mobilitas barang dan jasa (perdagangan) antar daerah jelas akan
mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar wilayah. Sebagaimana kita ketahui
bahwa bila kegiatan perdagangan (baik internasional maupun antar wilayah) kurang
lancar maka proses penyamaan harga faktor produksi (Factor Price Equilization) akan
terganggu. Akibatnya penyebaran proses pembangunan akan terhambat dan
ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung menjadi tinggi. Mobilitas
barang dan jasa ini meliputi kegiatan perdagangan antardaerah dan migrasi baik yang
disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan.
Bila mobilitas barang tersebut kurang lancar maka kelebihan produksi suatu
daerah tidak dapat dijual ke daerah lain yang membutuhkan. Demikian pula halnya
dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga kerja di suatu
daerah yang tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat membutuhkan.
Akibatnya, ketimpangan antar daerah akan cenderung tinggi. Mobilitas barang dan
jasa ini mengacu pada penyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas-fasilitas di

7
dalam suatu daerah, seperti: jalan, jembatan, alat transportasi baik darat, laut maupun
udara dan lain-lain. (Sjafrizal, 2008).

2.2 Cara Untuk Mengurangi Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah

Ketimpangan sering terjadi antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Keduanya


memiliki kualitas pelayanan dasar yang tidak setara. Padahal, hal ini sangat krusial
bagi produktivitas ekonomi dan kesejahteraan sosial penduduk. Paradoks ini
diprediksi akan makin lebar pada masa mendatang sehingga menyebabkan
ketimpangan wilayah lebih besar. Ketimpangan wilayah yang terus berlanjut akan
memperlemah suatu daerah, akibat dari pengurasan sumber daya oleh daerah yang
lebih maju serta berpindahnya penduduk usia produktif dari daerah tertinggal.
Fenomena yang saat ini mengemuka di Indonesia, ketimpangan wilayah terjadi
antarwilayah dan intrawilayah. Untuk mengatasinya, strategi yang selama ini
diimplementasikan mengarah pada pembangunan dengan karakteristik wilayah
tertentu, yaitu:

1. Pembangunan wilayah dengan potensi dan daya ungkit pertumbuhan ekonomi


nasional yang tinggi, dengan menitikberatkan pada percepatan pembangunan
pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan perkotaan metropolitan.

2. Pembangunan wilayah dengan skala ekonomi wilayah dan ekonomi lokal


yang potensial, dengan menitikberatkan pada pembangunan pusat kegiatan
wilayah atau lokal, kawasan perdesaan, dan kota-kota sedang.

3. Pembangunan wilayah dengan infrastruktur dan pelayanan dasar yang


tertinggal, yang menitikberatkan pada pembangunan di daerah tertinggal, kawasan
perbatasan, daerah kepulauan, dan kawasan timur Indonesia.

8
Selain strategi-strategi yang dapat dilakukan di atas, berikut ada 9 bentuk
usaha untuk menekan kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan dan
pedesaan yang dapat dilakukan oleh pemerintah, yaitu:

1. Percepatan pembangunan secara optimal

Pembangunan secara optimal yang dimaksud ialah mendorong percepatan


pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis yang selama ini masih
belum berkembang secara optimal. Misalnya, ada sebuah daerah yang sebenarnya
sangat potensial untuk dijadikan objek pariwisata. Maka, infrastruktur daerah
tersebutlah yang harus dipercepat pembangunannya.

2. Fokus pengembangan wilayah tertinggal dan terpencil

Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan keberpihakkan pemerintah untuk


mengembangkan wilayah yang tertinggal dan terpencil. Salah satunya dengan
kegiatan mengirim guru-guru muda (sarjana pendidikan) untuk mengajari di daerah
tertinggal dan terpencil.

3. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan

Wilayah-wilayah perbatasan di Indonesia memang kurang mendapatkan


perhatian dibanding dengan wilayah lain. Untuk mengembangkan wilayah perbatasan
itu dapat dilakukan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini
cenderung berorientasi melihat ke dalam menjadi melihat keluar. Artinya, pemerintah
harus bisa melakukan harmonisasi dengan negara tetangga yang ada di perbatasan
tersebut.

9
4. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan

Hal ini memang agak sulit untuk menyeimbangkan pembangunan antarkota


metropolitan, besar, menengah dan kecil secara hierarki dalam suatu sistem
pembangunan perkotaan nasional. Namun, pastinya pemerintah akan melakukan
usaha terbaiknya untuk bisa menyeimbangkan hal tersebut.

5. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi

Kegiatan ekonomi di pedesaan dan diperkotaan harus ditingkatkan sekaligus


terintegrasi. Karena untuk memudahkan proses produksi, distribusi, hingga sampai ke
tangan masyarakat. Semakin mudah kegiatan ekonomi antara desa dan kota, maka
laju pertumbuhan ekonomi juga akan semakin membaik.

6. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang

Supaya pembangunan itu bisa merata harus menengok kembali ke hierarki


perencanaan (RTRW-Nasional, RTRW-Pulau, RTRW-Provinsi, RTRW
Kabupaten/Kota) sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar
sektor dan antar wilayah.

7. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, ada
dua provinsi yang tingkat gizi buruknya sangat tinggi, yaitu >30%. Provinsi tersebut
adalah adalah NTT diikuti Papua Barat. Data beberapa tahun yang lalu tersebut
menjadi bahan kajian untuk pemerintah dalam pemerataan kebutuhan pokok. Tapi,
selain pangan juga jangan dilupakan kebutuhan pokok lainnya yakni sandang dan
papan.

10
8. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan

Masih sering kita lihat atau mungkin ada di daerah sekitar kita, banyak anak-
anak yang belum menerima pendidikan yang layak. Selain itu, kalau kita pergi ke
suatu daerah yang jauh dari pusat kota, tentunya pelayanan kesehatannya belum
memadai. Bisa dibayangkan jika ada seseorang sakit dan kemudian harus di rujuk ke
pusat pelayanan kesehatan yang ada di kota. Pasti membutuhkan waktu yang lama
untuk sampai ke pusat pelayanan di kota.

9. Pemerataan kesempatan kerja

Banyaknya masyarakat pedesaan khususnya yang masih muda untuk mencari


pekerjaan ke kota. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk belum meratanya
kesempatan kerja di daerah pedesaan dan di kota. Bagi orang pedesaan, magnet kota-
kota besar masih sangat kuat untuk mengadu nasib.

2.3 Keterkaitan Antara Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah Dengan


Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah Perkotaan Dan Pedesaan

Ketika membahas tentang perencanaan dan pengembangan wilayah secara


gamblang tentu memiliki keterkaitan atau hubungan yang erat dengan
kesenjangan antar wilayah khususnya untuk menekan ketimpangan atau
kesenjangan yang terjadi antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pembangunan wilayah yang di
fokuskan di daerah pedesaan guna menakan kesenjangan telah banyak dilakukan,
namun tetap saja kesenjangan antar wilayah perkotaan dan pedesaan masih
banyak terjadi.
Pada umumnya masalah-masalah yang dihadapi dalam pembangunan
perdesaan berkisar pada masalah kemiskinan, kualitas hidup, kurangnya
prasarana dan sarana pembangunan, dan sebagainya yang saling berkaitan dan

11
merupakan masalah yang kompleks. Dengan demikian usaha untuk mengatasi
masalah tersebut diarahkan untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut.
Perencanaan yang tepat untuk membangun perkembangan wilayah
pedesaan harus dipersiapkan secara matang, berikut ini dikemukakan
beberapa konsep dan pendekatan pembangunan perdesaan yang pernah
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pengembangan masya rakat (Community Development)
2. Pembukaan daerah baru dan mendorong migrasi penduduk serta
pengelompokan permukiman kecil.
3. Pembangunan pertanian
4. lndustri perdesaan
5. Kebutuhan dasar manusia
6. Pembangunan desa terpadu (PDT)
7. Pusat pertumbuhan dan wilayah pengembangan
8. Pendekatan agropolitan
9. Program pemekaran desa, pengelompokkan desa, pemukiman kembali
penduduk, dan pembukaan isolasi.

Konsep-konsep diatas jika dilakukan dengan baik dan dengan perencanaan


yang mantap maka akan dapat menekan tingkat kesenjangan antara wilayah
perkotaan dan pedesaan. Dengan perencanaan konsep diatas maka diharapkan
hasilnya seperti berikut:

1. Tercipta nya produksi komoditas kompetitif.


2. Terciptanya lapangan kerja yang produktif, masyarakat yang
berpendidikan tinggi, berjiwa kewiraswastaan.
3. Tersedianya sarana dan prasarana ekonomi produktif.
4. Tersedianya akumulasi kapital untuk produksi.
5. Terbentuknya jaringan kerja produksi, pengolahan produk, pemasaran
dan perdagangan.

12
6. Kuatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah dalam
pengelolaan pengembangan ekonomi lokal.

Sehubungan dengan pola pelaksanaannya, terdapat beberapa pemikiran yang


dapat dikembangkan sebagai dasar pelaksanaan, yaitu dengan deliniasi wilayah.
Deliniasi wilayah dapat dilakukan berdasarkan konsep perwilayahan, yaitu konsep
homogenitas, nodalitas dan unit program.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan antar wilayah yaitu:


perbedaan sumber daya alam, faktor demografis termasuk kondisi tenaga kerja,
alokasi dana pembangunan daerah, konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, mobilitas
barang dan jasa.

Untuk mengatasi ketimpangan wilayah, ada 9 bentuk usaha untuk menekan


kesenjangan pembangunan antar wilayah perkotaan dan pedesaan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah, yaitu:

13
1. Percepatan pembangunan secara optimal
2. Fokus pengembangan wilayah tertinggal dan terpencil
3. Mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan
4. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan

5. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi

6. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang

7. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat

8. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan

9. Pemerataan kesempatan kerja

Perencanaan dan pengembangan wilayah secara gamblang tentu memiliki


keterkaitan atau hubungan yang erat dengan kesenjangan antar wilayah khususnya
untuk menekan ketimpangan atau kesenjangan yang terjadi antara wilayah perkotaan
dan pedesaan.

Terdapat beberapa konsep jika dilakukan dengan baik dan dengan


perencanaan yang mantap maka akan dapat menekan tingkat kesenjangan antara
wilayah perkotaan dan pedesaan. Dengan perencanaan konsep tersebut maka
diharapkan hasilnya seperti berikut:

1. Tercipta nya produksi komoditas kompetitif.


2. Terciptanya lapangan kerja yang produktif, masyarakat yang
berpendidikan tinggi, berjiwa kewiraswastaan.
3. Tersedianya sarana dan prasarana ekonomi produktif.
4. Tersedianya akumulasi kapital untuk produksi.
5. Terbentuknya jaringan kerja produksi, pengolahan produk, pemasaran
dan perdagangan.

14
6. Kuatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah dalam
pengelolaan pengembangan ekonomi lokal.

3.2 Saran

Sebagai manusia yang menjadi tempat salah dan khilaf, penulis sangat
menyadari bahwa tanpa disadari tentu saja banyak kesalahan yang disengaja maupun
tidak sengaja dan menyadari pula makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mebangun
untuk kesempurnaan makalah ini serta makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Haikal, Muhammad. 2020. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI
ANTAR WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA”. Medan.

Suparmini. 2007. “KETERKAITAN DESA-KOTA: SEBAGAI ALTERNATIF


PEMBANGUNAN PERDESAAN”. Geomedia, Volume 5, Nomor 2.
Yogyakarta.

15
Probuwati, Indri, dkk. 2016. “PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN
PEDESAAN”. Yogyakarta.

Wilonoyudho, Saratri. 2009. “KESENJANGAN DALAM


PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN”. Forum Geografi, Vol. 23, No. 2
(hlm. 167-180). Semarang

16

Anda mungkin juga menyukai