Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam


organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat
berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diingnkan. Selain
itu lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok social
yang sangat dipengaruhi oleh factor-faktor social, politk dan ekonomi.

Kelembagaan adalah suatu hubungan dan tatanan antara anggota


masyarakat atau organisasi yang melekat, di wadahi dalam suatu jaringan atau
organisasi, yang dapat menentukan suatu hubungan antara manusia atau
organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat brupa
norma, kode etik atau aturan formal dan non-formal untuk berkerjasama demi
mencapai tujuan yang diinginkan, menurut bulkis, kelembagaan berarti
seperangkat peraturan yang mengatur tingakah laku masyarakat untuk
mendapatkan tujuan hidup mereka.

Kelembagaan berisi sekelompok orang yang bekerjasama dengan


pembagian tugas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Tujuan
peserta kelempok dapat berebeda, tetapi dalam organisasi menjadi satu kesatuan.
Kelembagaan lebih ditekankan pada aturan main (the rules) dan kegiatan kolektif
(collective action) untuk mewujudkan kepentingan umum atau bersama.
Kelembagaan menurut beberapa ahli, sebagian dilihat dari kode etik dan aturan
main. Sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi dengan struktur, fungsi dan
menejemennya. Saat ini kelembagaan biasanya dipadukan antara organisasi
dengan aturan main. Kelembagaan merupakan suatu unit sosialn yang berusaha
untuk mencapai tujuan tertentu dan menyebabkan lembaga tunduk pada
kebutuhan tersebut.

1
Kelompok tani adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Kelompok tani adalah Kumpulan tani yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan dan kebersamaan menghadapi kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumber daya, keakraban dan keserasian) yang dipimpin oleh
seorang ketua. Kelompok tani ini akan membentuk komunitas petani dalam
rangka mempermudah pengadaan sarana produksi pertanian, seperti bibit, pupuk
maupun obat-obatan. Hal ini akan lebih efektif jika dilakukan oleh kelompok tani
daripada secara individu karena biaya pengadaan sarana produksi pertanian dapat
ditanggung bersama. Selain itu, mereka secara bersama-sama memiliki kekuatan
untuk menentukan harga hasil pertaniannya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah Dari Penulisan Karya Ilmiah Ini Adalah Sebagai
Berikut :
1. Bagaimana Peran Kelembagaan Kelompok Tani Di Pedesaan
2. Bagaimana Upaya Meningkatkan Kelembagaan Kelompok Tani
3. Bagaimana Faktor pendukung Kemajuan Kelompok Tani

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari Penulisan Karya Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Peran Kelembagaan Kelompok Tani Di Pedesaan
2. Mengetahui Upaya Membangun Kelembagaan Kelompok Tani
3. Mengetahui Faktor pendukung Kemajuan Kelompok Tani
1.4. Manfaat
Adapun Manfaat Dari Penulisan Karya Ilmiah Ini Adalah Sebagai Berikut :
1. Pembaca Akan Mengetahui Peran Kelembagaan Kelompok Tani Di
Pedesaan
2. Pembaca Akan Mengetahui Upaya Membangun Kelembagaan Kelompok
Tani
2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Kelompok Tani

Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri tetapi kemudian ingin


berkelompok dengan manusia lainnya karena sifat manusia yang monodualistik
yaitu manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sejak
manusia dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan yaitu:

a) Keinginan untuk menyatu dengan manusia lain yang berbeda


disekelilingnya yaitu masyarakat.

b) Keinginan untuk menyatukan dengan suasana alam sekelilingnya


kesemuanya itu akan menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok
sosial di dalam kehidupan manusia ini, karena manusia itu tidak bisa
hidup sendiri(Soekanto, 1982).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,


yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut
(Mulyana, 2000).

Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan


kepentingan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya)
keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua (Trimo, 2006).

Dalam upaya meningkatkan pembangunan ketahanan pangan, peranan


kelembagaan kelompok tani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan
melaksanakan berbagai program. Dalam upaya meningkatkan pembangunan
ketahanan pangan, peranan kelembagaan kelompok tani di pedesaan sangat besar
dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan
dilaksanakan karena kelompok tani inilah pada dasarnya pelaku utama
pembangunan ketahanan pangan.
3
Keberadaan kelembagaan kelompok tani sangat penting diberdayakan
karena potensinya sangat besar. Berdasarkan data dari Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Departemen Pertanian, pada tahun 2002 terdapat 27 juta
lebih kepala keluarga (KK) yang bekerja di sektor pertanian. Dari jumlah tersebut,
telah dibentuk kelembagaan kelompok tani sebanyak 275.788 kelompok.
Kelembagaan kelompok tani ini sangat efektif sebagai sarana untuk kegiatan
belajar, bekerja sama, dan pemupukan modal kelompok dalam mengembangkan
usahatani.

Pentingnya pemberdayaan kelompok tani tersebut sangat beralasan karena


kalau kita perhatikan keberadaan kelompok tani akhir-akhir ini – terutama sejak
era otonomi daerah dilaksanakan – ada kecenderungan perhatian pemerintah
daerah terhadap kelembagaan kelompok tani sangat kurang bahkan terkesan
diabaikan sehingga kelembagaan kelompok tani yang sebenarnya merupakan aset
sangat berharga dalam mendukung pembangunan ketahanan pangan belum
berfungsi secara optimal seperti yang diharapkan.

Mengingat semakin kompleks dan besarnya tantangan pembangunan


ketahanan pangan mendatang, terutama untuk mencapai kemandirian pangan,
maka kelembagaan kelompok tani yang tersebar di seluruh pelosok pedesaan
perlu dibenahi dan diberdayakan, sehingga mempunyai keberdayaan dalam
melaksanakan usahataninya.

Untuk mencapai keberdayaan tersebut, program pemberdayaan kelompok


tani yang dilakukan harus dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam
hal :

1) Memahami kekuatan (potensi) dan kelemahan kelompok


2) Memperhitungkan peluang dan tantangan yang dihadapi, pada saat ini
dan masa mendatang

3) Memilih berbagai alternatif yang ada untuk mengatasi masalah yang


dihadapi, dan
4
4) Menyelenggarakan kehidupan berkelompok dan bermasyarakat yang
serasi dengan lingkungannya secara berkesinambungan.

Agar upaya memandirikan dan memberdayakan kelompok tani tersebut


dapat dilaksanakan, setidaknya ada empat langkah strategis yang harus dilakukan.
Pertama, peningkatan sumber daya manusia (SDM) petani. Hal ini sangat penting
dilakukan, karena menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik) 2001, ternyata
masyarakat yang berumur 15 tahun ke atas dan bekerja di bidang pertanian
sebanyak 10,66 juta jiwa tidak tamat SD (sekolah dasar) dan 5.758 juta jiwa tidak
pernah sekolah, sedang yang tamat SD sebanyak 15,932 juta jiwa. Upaya
peningkatan SDM petani ini dapat dilakukan melalui proses pembelajaran melalui
bimbingan penyuluhan, pelatihan, kursus, sekolah lapang, pendampingan dan
lainnya.

Materi dan cara penyampaiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan


petani dan kemampuan petani sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi
kelompok tani.

2.2. Ujung Tombak

Mengingat peranan penyuluh pertanian sebagai “ujung tombak” dalam


memberikan penyuluhan kepada kelompok tani, maka keberadaan penyuluh
pertanian termasuk Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai wadah pertemuan,
uji coba dan lainnya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah, sehingga
para penyuluh pertanian ini dapat melaksanakan penyuluhan secara profesional.

Kedua, kemudahan dalam akses sarana produksi pertanian. Mengingat


sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, permodalan, alat dan mesin
pertanian merupakan faktor (input) yang sangat menentukan hasil (output), maka
keberpihakan pemerintah dan pemangku kepentingan di bidang sarana produksi
pertanian ini sangat diharapkan kelompok tani.

Adanya slogan enam tepat (tepat mutu, jumlah, jenis, harga, waktu dan
tempat) dalam penyaluran sarana produksi hendaknya tidak hanya manis di dalam
5
kata-kata atau tulisan, tetapi benar-benar dapat diimplementasikan, sehingga
benar-benar dapat dirasakan kelompok tani.

Masih terjadinya kekurangan benih ketika musim tanam akan dilakukan


dan terjadinya kelangkaan pupuk ketika masa pemupukan akan dikerjakan, hanya
merupakan contoh kasus yang hendaknya dapat memacu pemerintah dan
pemangku kepentingan di bidang sarana produksi pertanian untuk bekerja lebih
baik lagi. Sebab, jika hal-hal tersebut tidak segera dibenahi dan masih dialami
kelompok tani, sulit rasanya para petani dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas usahataninya secara optimal.

Untuk itu, berbagai lembaga pelayanan kelompok tani yang ada di


pedesaan seperti perbankan, Lembaga Usaha Perekonomian Pedesaan (LUEP),
koperasi tani, KUD, kios sarana produksi dan lainnya perlu lebih diberdayakan
dan mendapat perhatian pemerintah daerah setempat sehingga dapat
meningkatkan tugas dan fungsinya selaku mitra usaha petani dengan sebaik-
baiknya.

Ketiga, akses terhadap informasi. Dalam era informasi sekarang ini,


pendapat yang mengatakan bahwa petani/ kelompok tani tidak memerlukan
informasi adalah pendapat yang sangat keliru. Karena itu dalam masa mendatang
berbagai informasi khususnya mengenai pembangunan ketahanan pangan perlu
disebarluaskan kepada petani, sehingga mereka dapat mengakses informasi/berita
yang sedang dan akan terjadi, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan
pertanian. Misalnya tentang akan tibanya musim kemarau/hujan, gejala adanya
serangan hama dan penyakit pada tanaman, perkembangan harga gabah di pasaran
dan sebagainya.

Dengan mengetahui perkembangan yang sedang dan akan terjadi yang


dapat berpengaruh langsung terhadap usahatani yang dikerjakan, diharapkan para
petani dapat bekerja sama dengan aparat untuk mengantisipasi permasalahan yang
akan terjadi. Misalnya, ketika mengetahui harga gabah turun, para petani bisa

6
menyimpan gabahnya terlebih dahulu di lumbung pangan kelompok, dan baru
menjualnya ketika harga gabah sudah membaik dan menguntungkan.

Mengingat informasi pertama yang diterima petani/ kelompok tani lebih


banyak berasal dari petugas penyuluh pertanian dan penerangan, maka informasi
yang akan disampaikan harus diolah dan dikemas sesuai dengan bahasa dan
kemampuan daya serap petani, sehingga mudah dipahami.

Keempat, keberpihakan pemerintah pada sektor pertanian. Karena dari


ketiga strategi yang diuraikan di atas sangat erat kaitannya dengan tugas aparat
kelembagaan pemerintah di daerah sebagai fasilitator, motivator dan regulator,
maka berbagai keberpihakan setiap pemimpin daerah terhadap pembangunan
ketahanan pangan perlu terus ditingkatkan dan berbagai program yang
direncanakan dapat diimplementasikan di lapangan.

Dengan beberapa langkah strategis yang dipaparkan di atas, pada akhirnya


selain kemandirian petani/kelompok tani dapat terus ditingkatkan, berbagai
program pembangunan ketahanan pangan yang menjadi tanggung jawab
pemerintah bersama masyarakat diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik
sebagaimana diharapkan.

Kontak tani adalah petani yang atas kesediaan sendiri bekerjasama sebagai
partner penyuluh pertanian dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyuluh
pertanian bagi kelompok taninya dan masyarakat sekitarnya. Soedijanto (1996).

Selain itu syarat-ayarat yang harus dimiliki oleh seorang kontak tani
adalah :
a) Mengelola dan melaksanakan sendiri usaha taninya dan berhasil
b) Dinamis dan responsive terhadap pembaharuan teknologi baru
c) mempunyai pengaruh baik terhadap lingkungannya
d) Mampu memimpin dan membina kelompok

e) Dipilih oleh anggota

7
f) Berdomisili dalam lingkungan kelompoknya.

Kontak tani dipilih dari anggota kelompok berdasarkan musyawarah yang


mempunyai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku lebih baik atau maju
dari anggota lainnya, dan memiliki dedikasi yang tinggi untuk kepentingan
kelompoknya. Terlaksananya fungsi kelompok tani di tentukan oleh kemampuan
kontak tani. Untuk itu kontak tani perlu memiliki kemampuan memimpin
kelompoknya dan memperjuangkan kepentingan anggotanya di dalam maupun di
luar lingkungannya termaksud pemerintah, para pengusaha dan organisasi lainya
(Anonim, 1996 dalam Harris, 2005).

Pergaulan sosial kontak tani erat kaitannya dengan peranannya


menghubungi sumber informasi, yang di peroleh kepada petani pengikutnya.
Kontak tani sebagai pembuka masyarakat harus mempunyai pergaulan luas, baik
secara vertikal dengan petugas maupun secara horizontal dengan para petani
anggota kelompoknya. Demikian pula bantuan kontak tani terhadap pengikutnya,
baik bantuan yang sifatnya materi maupun bantuan yang sifatnya non materi akan
mempengaruhi hubungan mereka dalam pergaulan sosialnya. Soewardi (1982).

8
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Studi Literatur

Penulisan karya tulis ilmiah ini berawal dari studi literatur yang membahas
tentang bidang yang berhubungan dengan tujuan dibuat karya tulis ilmiah ini.studi
literatur ini didapat dari internet dan buku-buku perpustakaan.

3.2 Prosedur Pengumpulan Data

Data-data diperoleh dengan pengumpulan data yang didapat dari internet dari
buku-buku diperpustakaan.Karya tulis ini ditulis dan dibuat dengan menggunakan aturan
bahasa indonesia yang baku dengan tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan sederhana
dan jelas

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Beberapa hal penting dalam upaya untuk membangun Kelembagaan


Kelompok Tani adalah :

Kelompok tani adalah: kumpulan tani yang di bentuk atas dasar


kesamaan kepentingan dan kebersamaan menghadapi kondisi lingkungan
(sosial,ekonomi,sumber daya,keakraban,dan keserasian)yang di pimpin oleh
seorang ketua.

 Membangun Tujuan Kelompok Tani : Secara partisipasi (melibatkan


seluruh Anggota) menyusun dan merumuskan Tujuan Kelompok, yang
jelas, rasionil dan bisa dicapai dalam jangka waktu tertentu, mewakili
kepentingan seluruh anggota dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, terciptanya rasa memiliki dari para anggota sehingga semuanya
secara kompak ikut memperjuangkan tujuan yang telah disepakati
bersama, seringkali suatu kelompok tani tidak berjalan, karena tujuan yang
tidak jelas dan samar-samar sehingga kurang dipahami anggotanya.

 Suksesi Kepemimpinan Kelompok Tani : Perlu dirumuskan dan disepakati


bersama jangka waktu seseorang bisa menjabat sebagai Ketua Kelompok,
karena biasanya seseorang menjabat posisi ketua selama puluhan tahun
alias seumur hidup, hal ini terjadi karena kurangnya kader-kader
kepemimpinan yang baru, atau mekanisme suksesi kepemimpinan belum
berjalan. Hasil Musyawarah dan kesepakatan seluruh anggota itulah suara
tertinggi, bukan suara para pengurus kelompok, atau segelintir orang-
orang yang memiliki pengaruh cukup kuat.

 Administrasi Kelompok : Pencatatan seluruh Aktivitas Kelompok Tani.

10
 Pencatatan Keuangan : Mencatat transaksi, membuat neraca keuangan
kelompok tani.

 Rencana Usaha Kelompok : Adalah penyusunan secara partisipatoris


rencana-rencana kegiatan kelompok, dengan nilai skor tertinggi, yang
paling mungkin dilaksanakan, Biaya yang tersedia, Sumber daya alam dan
sumberdaya manusia, rasional dan bisa dilaksanakan dalam jangka waktu
dekat.

 Kesekretariatan : Adanya Alamat Kantor Kelompok Tani, sehingga


memudahkan fihak luar apabila bermaksud mengunjungi atau survey ke
Kelompok Tani untuk suatu urusan.

 Proposal : Untuk mendapatkan pinjaman kredit lunak bagi modal usaha.

Menurut ahli kelembagaan kelompok tani, hanya cukup waktu 3 (tiga Tahun)
sutu kelompok pemula dapat mencapai ke tingkatan kelompok maju, namun
semuanya membutuhkan usaha dan kerja keras serta kedisiplinan yang tinggi dan
yang paling dukungan dari seluruh anggota untuk kemajuan kelompoknya.

3.2. Penumbuhan Kelompok Tani :

1. Upaya penumbuhan kelompok tani diarahkan pada tunbuhnya suatu


kerjasama yang bersumber dari kesadaran petani dengan cara bergabung
dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kelompok tani
berfungsi sebagai wadah belajar, unit produksi, wahana kerjasama dan
sebagai wadah pembinaan petani. Penumbuhan kelompok tani
dilaksanakan oleh dan untuk kepentingan petani sendiri.

2. Penumbuhan kelompok tani dapat berdasarkan hamparan usahatani,


domosili petani atau jenis usahatani, tergantung kesepakatan para petani
anggota kelompok.

11
3. Penumbuhan kelompok tani dalam pembangunan perkebunan
dilaksanakan pada wilayah kegiatan proyek maupun diluar wilayah
proyek, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Pada areal kebun yang kompak, penumbuhan kelompok


berdasarkan hamparan.

 Pada areal kebun yang hamparannya terpencar, penumbuhan


kelompok berdasarkan domisili.

 Pada areal intensifikasi tanaman semusim; seperti tebu, tembakau,


dsb, pembinaan usahatani mendayagunakan kelompok tani yang
ada. Demikian pula untuk tanaman perkebunan lainnya yang
arealnya relatif kecil.

 Komoditas lain diluar tanaman perkebunan yang ada di wilayah


kegiatan proyek, maka pembinaan petani tetap menggunakan
kelompok tani yang ada di wilayah proyek yang bersangkutan.

12
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari uraian yang telah di kemukakan maka dapat disimpulkan:

1. Salah satu faktor penting didalam usaha meningkatkan kemajuan


kelompok tani adalah dengan memperkuat Kelembagaan Kelompok Tani,
ditengah persaingan yang demikian ketat dan semakin berat, dan ketika
suatu kelompok membuka hubungan dengan pihak luar, memerlukan
kesiapan dan manajemen kelembagaan yang kuat, solid dan telah berjalan,
sehingga lebih mudah baik didalam penyusunan proposal untuk
permohonan pinjaman kredit ke Bank, atau mau menjalin kemitraan
dengan fihak lain, sehingga proses suatu kegiatan tidak terhambat hanya
karena kelembagaan kelompok yang belum siap.

2. Beberapa hal penting dalam upaya untuk membangun Kelembagaan


Kelompok Tani adalah :

1. Membangun Tujuan Kelompok Tani


2. Suksesi Kepemimpinan Kelompok Tani
3. Administrasi Kelompok dan kesekretariatan

13
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-pemikiran Dalam Pembangunan


Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UL.

Ambar, T. S. 2004. Kemandirian dan model-model Pemberdayaan.Yogyakarta: Gava


Media

Anonim. 2007. The Decentralized Livestock Services in Eastern Indonesia Project


(DELIVERI), Panduan Pelatihan Pengembangan Kelompoktani. Jakarta:
Kementerian Pertanian.

Anwas. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung:

Alfabeta. Djatmiko Y. H. 2008. Perilaku Organisasi. Bandung:

Alfabeta. Makmur, S. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas


organisasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.

Surakatra: University Press. Peraturan Menteri Pertanian, Nomor


82/Permentaan/OT.14 0/8/2013. Tangan 19 Agustus 2013. Pedoman
Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok
Tani Pranarka dan Moeljarto, 1996. Pemberdayaan : konsep, kebijakan dan
implementasi. Jakarta: CSIS
Robbins, Stephen. 1994. Teori Organisasi Struktur,Desain & Aplikasi. Jakarta: Arcan.
Sarwanto. 1991. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Balai
Aksara. Suhardiyono. 1992. Penyuluhan Petunjuk Bagi Pertanian. Jakarta:
Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai