PENDAHULUAN
Tabel 3. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Jagung di Desa Kelaten
Kecamatan Penengahan Lampung Selatan Tahun 2019
No. Desa Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
1. Tanjung Heran 206 1.086,49 5,27
2. Pisang 81 428,25 5,29
3. Suka Baru 399 2.101,60 5,27
4. Tetaan 2.141 11.269,31 5,26
5. Gayam 987 5.194,51 5,26
6. Penengahan 678 3.568,75 5,26
7. Suka Jaya 113 594,79 5,26
8. Banjar Masin 377 1.982,64 5,26
9. Gedong Harta 149 785,12 5,27
10. Way Kalam 527 2.775,69 5,27
11. Pasuruan 68 356,87 5,25
12. Kampung Baru 77 404,46 5,25
13. Kelaten 2.682 14.116,38 5,26
14. Kelau 108 571,00 5,29
15. Gandri 1.853 9.754,58 5,26
16. Ruang Tengah 753 3.965,28 5,27
17. Kuripan 384 2.022,29 5,27
18. Taman Baru 113 594,79 5,26
19. Rawi 357 1.879,54 5,26
20. Padan 240 1.260,96 5,25
21. Belambangan 75 396,53 5,29
22. Kekiling 452 2.379,17 5,26
Total 12.820 67.489
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Penengahan, 2019
Tabel 3 menjelaskan bahwa Desa Kelaten merupakan salah satu desa yang
potensi tanaman jagungnya terbesar di Penengahan dengan produksi tahun 2019
sebesar 14.116,38 ton dan luas lahan sebesar 2.682 ha. Desa ini sangat berpotensi
dalam pengembangan tanaman jagung sebagai tanaman pangan, karena memiliki
jumlah petani, hasil produksi, dan lahan yang lebih luas dari daerah lainnya.
Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani jagung, sehingga pendapatan
utama masyarakat dari hasil penjualan jagung. Tanaman jagung yang di
budidayakan di desa ini yaitu jagung hibrida. Petani di desa Kelaten ini sudah
banyak yang tergabung dalam kelompok tani, guna mendapatkan pelatihan
sehingga dapat membantu untuk terus meningkatkan produksinya. Kelompok tani
yang ada di desa Kelaten ini tergabung dalam satu Gapoktan yaitu gabungan
kelompok tani Tani Harapan.
Purwati dan Islami (2019), mengatakan bahwa penggunaan beberapa jenis
pupuk kandang akan meningkatkan hasil produksi jagung. Penggunaan pupuk
kandang untuk tanaman jagung di Desa Kelaten sangat terbatas. Hal tersebut
dikarenakan hanya petani yang memiliki hewan ternak saja yang menggunakan
pupuk kandang untuk tanaman jagung. Namun, banyak juga petani yang melakukan
pengeringan dan membakar limbah batang dan daun jagung langsung diatas lahan
pertanian jagung yang bertujuan untuk digunakan sebagai pupuk organik. Selain
pupuk organik, pupuk urea juga sebagai salah satu faktor produksi yang dapat
mempengaruhi produksi jagung (Annisa et al., 2019).
Sirappa dan Razak (2010), mengatakan bahwa penggunaan pupuk NPK yang
seimbang dapat mempengaruhi hasil pipilan jagung menjadi lebih tinggi.
Ketersediaan pupuk penunjang pertumbuhan jagung seperti urea, NPK, dan lainnya
sulit diperoleh di Kecamatan Penengahan khususnya Desa Kelaten. Apabila
tersedia, harga pupuk-pupuk tersebut relatif tinggi atau mahal karena terjadinya
kelangkaan pupuk tersebut. Penggunaan pestisida dalam pertanian jagung juga
cukup berpengaruh dalam meningkatkan hasil produksi. Sebagian besar petani di
Desa Kelaten belum tepat dalam pemilihan dan penggunaan dosis pestisida yang
digunakan. Hal tersebut dapat mengakibatkan hama pada tanaman tidak mudah
hilang, sehingga dapat menurunkan hasil produksi jagung. Selain itu harga pestisida
cukup mahal, apabila manfaat dari pestisida tidak berdampak baik maka dapat
merugikan petani.
Tenaga kerja juga merupakan salah satu input yang dapat mempengaruhi
produksi jagung. Sebagian besar petani jagung di Kelaten melakukan tanam dan
panen secara bersamaan, hal tersebut yang mengakibatkan sulit dalam mendapatkan
buruh tani atau tenaga kerja. Biaya-biaya input yang digunakan dalam produksi
akan mengalami fluktuasi apabila input-input tersebut mengalami kelangkaan atau
terbatas kesediaannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap pendapatan petani per
musim tanamnya. Tingginya biaya oprasional yang digunakan petani tidak
sebanding dengan harga jual jagung yang terus berfluktuasi. Pada akhir tahun 2020
harga jagung hanya mencapai Rp3.800/kg, harga jual tersebut dibawah harga jual
jagung tahun sebelumnya yang mencapai Rp4.000/kg. Semakin tinggi biaya
oprasional usahatani yang digunakan namun harga jual jagung tidak stabil dan
cinderung menurun maka akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang
diperoleh petani di Desa Kelaten.
Berdasarkan uaraian tersebut dapat diketahuin bahwa peningkatan dan
penurunan produksi suatu komoditas pertanian dipengaruhi oleh penggunaan
faktor-faktor sumberdaya pengolahan produksinya. Faktor-faktor produksi atau
input pertanian terdiri dari luas lahan, modal yang berupa benih, pupuk, pestisida,
dan insektisida, serta tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya.
Penggunaan input pertanian tersebut dapat membantu dalam meningkatkan
produksi dan produktivitas jagung, serta besarnya biaya input dapat berpengaruh
dalam peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, peneliti memilih judul
“Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung Di Kecamatan
Penengahan Lampung Selatan” yang akan mengkaji mengenai faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi produki dan pendapatan sehingga petani dapat
mengoptimalkan faktor-faktor tersebut guna meningkatkan hasil produksi dan
pendapatan petani jagung. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi jagung di Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan?
2. Berapa pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan?
Produksi Berfluktuasi
Faktor Produksi :
Luas Lahan (X1)
Benih (X2)
Biaya Produksi Pupuk Urea (X3) Output
Pupuk NPK (X4)
Pestisida (X5)
Tenaga Kerja (X6)
Penerimaan
Pendapatan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan
Usahatani Jagung Di Kecamatan Penengahan Lampung Selatan
1.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih perlu
dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat diuji. Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Ho : Faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, pestisida,
dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung.
2. Hi : Faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, pestisida,
dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Usahatani
Suratiyah (2015), usahatani adalah ilmu yang mempelajari mengenai
bagaimana seseorang petani mengkordinasi dan mengorganisasikan faktor
produksi seefisien mungkin sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi
petani. Kegiatan usahatani berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang apa,
kapan, di mana, dan berapa besar suatu usahatani yang di jalankan. Usahatani
dilaksanakan agar petani memperoleh keuntungan secara terus menerus dan
bersifat komersial (Dewi, 2012).
Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak yang
dijalankan oleh petani untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Kegiatan
usahatani tersebut memanfaatkan sumberdaya yang ada berupa faktor-faktor
produksi dengan tujuan agar hasil usahataninya dapat memperoleh produksi
yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani secara
berkelanjutan untuk mecukupi kebutuhan petani dan keluarganya. Faktor-faktor
produksi yang dimaksud dapat berupa tanah, tenaga kerja, modal, teknologi,
pupuk, benih, dan pestisida.
Keterangan:
Q = Tingkat produksi(output) di pengaruhi oleh faktor X
X = Berbagai input yang digunakan atau variabel yang mempengaruhi Q
2.6 Biaya
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku,
baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Menurut Soekartawi (2006),
biaya dalam usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap merupakan biaya yang
jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan meskipun tingkat produksi usahatani
tinggi ataupun rendah, dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak tegantung pada
besarnya tingkat produksi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang bertambah
seiring dengan pertambahan produksi.
Biaya total yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk produksi sampai
terciptanya barang. Perhitungan biaya dalam suatu usaha dapat menggunakan
analisis biaya seperti berikut (Soekartawi, 2006) :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Total Cost / biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost / Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost / Total Biaya Variabel (Rp)
2.7 Penerimaan
Penerimaan adalah semua penerimaan produsen dari hasil penjualan barang
atau outputnya. Hadisapoetra (2003), penerimaan disebut juga dengan pendapatan
kotor yang merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua cabang
dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari
hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali. Soekartawi (2006),
penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya
usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani,
sedangkan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Rumus perhitungan jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus berikut ini (Sukirno, 2002) :
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Pendapatan total (Rp)
Q = Jumlah produksi (Kg)
P = Harga (Rp)
2.8 Pendapatan
Pendapatan dalam kamus besar bahasa indonesia adalah hasil kerja (usaha atau
sebagainya). Pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh
perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, komisi,
ongkos dan laba. Faisal (2015), pendapatan dibidang pertanian adalah produksi
yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya selama
kegiatan usahatani. Petani menggunakan pendapatan usahataninya untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mempertahan untuk tetap menjalani
usahataninya, dan untuk memperluas usahataninya.
Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan
usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari
penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang
diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari
kegiatan luar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan
kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung per bulan, per tahun, per
musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh
sebagai akibat melakukan kegiatan di luar usahatani seperti berdagang, mengojek,
dan lain-lain.
Boediono (2002), pendapatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada hasil hasil
tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.
2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh
penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.
3. Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan.
Gustiyana (2004), pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian
yaitu :
1. Pendapatan kotor usahatani yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani
dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan
harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil.
2. Pendapatan bersih usahatani, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani
dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi.
Soekartawi (2006), perhitungan pendapatan usaha dapat dirumuskan sebagai
berikut :
π = TR –TC
Keterangan :
π = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
Keterangan :
TR = Total Penerimaan Usahatani
TC = Total Biaya Usahatani
π = Pendapatan Usahatani
Kriteria penilaian :
1. R/C Ratio > 1 dan B/C Ratio > 0 , usahatani dianggap menguntungkan atau
layak.
2. R/C Ratio = 1 dan B/C Ratio = 0, usahatani impas atau tidak memberikan
keuntungan dan kerugian.
3. R/C Ratio < 1 dan B/C Ratio < 1, usahatani mengalami kerugian atau tidak
layak.
3. Analisis Pendapatan 1. Untuk mengetahui besarnya Data yang dikumpulkan dalam Metode analisis yang digunakan 1. Penerimaan petani dapat menutupi
Usahatani Kedelai pendapatan yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data dalam penelitian ini adalah analisis semua biaya yang dikeluarkan dalam
Di Kecamatan Berbak usahatani kedelai di Kecamatan primer dan data Sekunder deskriptif dan kuantitatif serta proses produksi usahatani kedelai di
Kabupaten Tanjung Berbak Kabupaten Tanjung Jabung yang di peroleh melalui analisis linier berganda (multiple daerah penelitian dan usahatani
Jabung Timur (Thresia W, Timur. interview, observasi, studi regresion). kedelai ini merupakan usahatani
2017) 2. Untuk mengetahui faktor yang pustaka, dan dokumentasi. yang menjanjikan untuk pendapatan
mempengaruhi pendapatan petani kedelai di daerah penelitian.
usahatani kedelai di Kecamatan 2. Secara parsial hasil regresi
Berbak Kabupaten Tanjung Jabung diperoleh bahwa pada usahatani
Timur kedelai penggunaan faktor seperti
benih, obat-obatan dan luas lahan
berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usahatani kedelai.
Sementara pupuk dan tenaga kerja
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pendapatan usahatani
kedelai.
4. Analisis Produksi Dan Mengetahui produksi dan faktor Metode pengambilan data Metode dasar yang diterapkan pada Faktor produksi yang secara nyata
Pendapatan Usahatani yang mempengaruhi produksi dilakukan dengan data primer penelitian ini adalah metode berpengaruh terhadap produksi
Jaguang Di Desa jagung di Desa Margaharja, dan skunder melalui kuantitatif deskriptif dengan sungsi jagung di Desa Margaharja adalah
Margaharja Kecamatan Kecamatan Sukadana Kabupaten wawancara, angket, dan studi Cobb-Douglas dan regresi linear luas lahan, pupuk kandang dan
Sukadana Kabupaten Ciamis. Mengetahui pendapatan literatur. berganda. variebel dummy benih.
Ciamis (Maulidiawati, dan faktor-faktor yang Faktor-faktor yang diduga
2020) mempengaruhi pendapatan mempengaruhi secara nyata terhadap
usahatani jagung di Desa pendapatan usahatani jagung di Desa
Margaharja, Kecamatan Margaharja adalah luas lahan, harga
Sukadana, Kabupaten Ciamis. benih, harga NPK dan upah TKLK.
Tabel 4. (Lanjutan)
5. Analisis Faktor-Faktor Untuk menganalisis pengaruh Data yang digunakan yaitu Metode analisis data yang Berdasarkan hasil penelitian ini
Yang Mempengaruhi upah, pupuk phonska, pupuk urea, data primer dan skunder yang digunakan adalah model fungsi ditemukan bahwa faktor produksi
Produksi Jagung Di dan benih terhadap produksi diperoleh melalui wawancara, Cobb-Douglas dan OLS (Ordinary seperti pupuk phonska dan benih
Kecamatan Jatisrono jagung di Kecamatan Jatisrono , observasi, kuesioner, dan studi Least Square). berpengaruh positif dan signifikan
Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri. pustaka. terhadap hasil produksi jagung di
(Putri, 2018) Kecamatan Jatisrono, Kabupaten
Wonogiri. Sedangkan upah tenaga
kerja dan pupuk urea tidak
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap hasil produksi jagung di
Kecamatan Jatisrono, Kabupaten
Wonogiri.