Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah


Tanaman jagung menjadi tanaman pangan kedua yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat setelah padi. Jagung merupakan tanaman yang banyak
mengandung karbohidrat dan protein yang tinggi. Selain dijadikan bahan pangan,
jagung juga merupakan bahan baku pakan ternak dan industri. Kebutuhan akan
jagung tiap tahunnya terus meningkat baik untuk konsumsi, pakan ternak, atau
bahan industri pangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi jagung
nasional beberapa tahun ini mengalami peningkatan.
Volume produksi jagung di Indonesia dalam lima tahun terakhir ini mengalami
peningkatan hingga mencapai 30,1 Juta ton, kondisi ini terjadi pada akhir tahun
2018. Peningkatan produksi jagung tersebut rata-rata 12,49 % pertahun dengan
penambahan luas lahan panen sebanyak 11 % dan peningkatan produktivitas
sebesar 1,42 %. Produksi yang meningkat tersebut dapat menurunkan jumlah impor
jagung di Indonesia dari 3,3 Juta ton hingga mencapai 477 ribu ton (Badan Pusat
Statistik dan Kementerian Pertanian, 2019). Sasaran atau target produksi dari
pemerintah terus meningkat yang membuktikan bahwa kebutuhan jagung juga terus
meningkat.
Ditjen Tanaman Pangan melaporkan bahwa produksi jagung nasional dari
pemerintah pada tahun 2020 harus mencapai 33.957.216 ton. Upaya peningkatan
produksi jagung dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti luas wilayah yang
berpotensi, penggunaan benih varietas unggul, pemupukan, ketersediaan teknologi,
dan kondisi pasar yang masih terbuka terhadap permintaan jagung di dalam negeri,
serta pengaturan jarak tanam yang baik. Selain itu, modal dan kinerja petani perlu
diperhatikan guna membantu peningkatkan produksi dan pengembangan pertanian
jagung (Winarso, 2012).
Produksi jagung akan mempengaruhi tingkat pendapatan petani. Keterbatasan
faktor produksi sebagai input pertanian jagung seperti luas lahan, harga jagung, dan
biaya input juga mempengaruhi pendapatan petani. Selain itu, dalam budidaya
jagung terdapat beberapa indikator seperti faktor umur, pendidikan, dan lama
menekuni usahatani yang juga berpengaruh terhadap pendapatan petani jagung di
Indonesia. Pendidikan yang dimiliki oleh petani di pedesaan merupakan
pengetahuan atau pengalaman para petani yang dapat diperoleh melalui pelatihan,
mengikuti kegiatan sosialisasi atau penyuluhan mengenai budidaya pertanian
jagung ataupun tanaman lainnya.
Permasalahan-permasalah yang ada pada tingkat pertanian desa seperti
penggunaan input produksi yang kurang tepat, kurangnya pengetahuan mengenai
pemanfaatan teknologi dan inovasi, serta masalah permodalan. Hal tersebut perlu
dilakukan pembenahan supaya tingkat kebutuhan akan jagung di Indonesia dapat
terpenuhi dan pendapatan petani akan terus meningkat. Wilayah yang berpotensi
dalam pertumbuhan atau budidaya jagung di Indonesia masih begitu luas, salah
satunya yaitu Provinsi Lampung. Lampung merupakan salah satu daerah produsen
jagung terbesar dengan hasil produksi sebesar 2.374.384 ton dan luas panen
426.972 ha dengan produktivitas sebesar 55,61 ton/ha (Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Lampung, 2019).

Tabel 1. Luas Panen, produksi, dan produktivitas tanaman jagung di Provinsi


Lampung tahun 2019
No. Wilayah Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produksivitas
(Ton/Ha)
1. Lampung Barat 145 666 4,59
2. Tanggamus 2.183 11.388 5,22
3. Lampung Selatan 95.529 539.302 5,65
4. Lampung Timur 170.072 963.909 5,67
5. Lampung Tengah 57.547 325.063 5,65
6. Lampung Utara 39.965 212.261 5,31
7. Way Kanan 15.804 85.485 5,41
8. Tulang Bawang 7.681 37.312 4,86
9. Pesawaran 18.081 91.545 5,06
10. Pringsewu 8.309 44.696 5,38
11. Mesuji 375 1.847 4,93
12. Tulang Bawang Barat 5.448 27.897 5,12
13. Pesisir Barat 5.074 28.846 5,69
14. Bandar Lampung 133 720 5,41
15. Metro 628 3.447 5,49
Provinsi Lampung 426.972 2.374.384 79,43
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Provinsi Lampung, 2019
Tabel 1 menunjukkan bahwa sentra produsen jagung terbesar Lampung salah
satunya yaitu Kabupaten Lampung Selatan. Tahun 2019 produksi jagung di
Lampung Selatan sebesar 539.302 ton dengan luas panen 95.529 ha, jumlah
tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 510.936 ton dengan luas
panen 91.978 ha. Tanaman jagung berpotensi besar untuk dikembangkan dan dapat
memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi di Lampung.
Produsen jagung terbesar di Lampung Selatan tahun 2019 adalah kecamatan
Penengahan dengan produksi sebesar 67.489 ton dari luas tanam 12.820 ha (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan, 2019).

Tabel 2. Produksi dan produktivitas tanaman jagung di Kecamatan Penengahan


Kabupaten Lampung Selatan tahun 2015-2019
Tahun Luas Tanam Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
(Ha)
2015 14.200 70.848,2 4,99
2016 20.460 82.207,0 4,02
2017 18.655 100.513,0 5,39
2018 7.151 43.355,6 6,06
2019 12.820 67.489,0 5,26
Total 73.286 36.4412,8 25,72
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Lampung Selatan (2019)

Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi jagung di Kecamatan Penengahan


mengalami fluktuasi pada lima tahun terahir ini. Tahun 2015 hingga tahun 2017
produksi jagung selalu meningkat dan pada tahun 2018 mengalami penurunan yang
cukup banyak, namun pada tahun 2019 kembali mengalami kenaikan hingga 67.489
ton. Tingkat produksi jagung di Penengahan memang tertinggi dibandingkan
dengan daerah lainnya, namun tingkat produktivitasnya masih tergolong rendah.
Kasryno et al. (2008) menjelaskan bahwa potensi produktivitas tanaman jagung
hibrida dapat mencapai 7 ton/ha, sedangkan produktivitas jagung di Kecamatan
Penengahan pada tahun 2019 yaitu sebesar 5,26 ton/ha masih dibawah beberapa
kecamatan lainnya.
Luas lahan pertanian jagung di Kecamatan Penengahan mengalami fluktuasi
dalam lima tahun terahir. Yusuf et al. (2014) menjelaskan bahwa luas lahan sangat
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung. Selain luas lahan, penggunaan benih
sebagai input produksi juga dapat mempengaruhi hasil produksi jagung (Agustian,
2014). Penggunaan benih unggul oleh petani sangat mempengaruhi hasil produksi
jagung, semakin baik benih yang digunakan maka semakin tinggi produksi jagung
yang dihasilkan. Kebutuhan benih jagung di Kecamatan Penengahan didukung oleh
program bantuan pemerintah yaitu benih bersubsidi. Namun, pada kenyataannya
bantuan benih bersubsidi tersebut tidak dapat membantu petani dalam
meningkatkan hasil produksinya. Hal tersebut dikarenakan kualitas benih subsidi
tidak sesuai dengan yang diinginkan petani dan tidak sesuai dengan kondisi lahan
pertanian mereka, sehingga petani lebih memilih membeli benih sendiri dengan
harga yang lebih mahal namun kualitanya baik.

Tabel 3. Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Jagung di Desa Kelaten
Kecamatan Penengahan Lampung Selatan Tahun 2019
No. Desa Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
1. Tanjung Heran 206 1.086,49 5,27
2. Pisang 81 428,25 5,29
3. Suka Baru 399 2.101,60 5,27
4. Tetaan 2.141 11.269,31 5,26
5. Gayam 987 5.194,51 5,26
6. Penengahan 678 3.568,75 5,26
7. Suka Jaya 113 594,79 5,26
8. Banjar Masin 377 1.982,64 5,26
9. Gedong Harta 149 785,12 5,27
10. Way Kalam 527 2.775,69 5,27
11. Pasuruan 68 356,87 5,25
12. Kampung Baru 77 404,46 5,25
13. Kelaten 2.682 14.116,38 5,26
14. Kelau 108 571,00 5,29
15. Gandri 1.853 9.754,58 5,26
16. Ruang Tengah 753 3.965,28 5,27
17. Kuripan 384 2.022,29 5,27
18. Taman Baru 113 594,79 5,26
19. Rawi 357 1.879,54 5,26
20. Padan 240 1.260,96 5,25
21. Belambangan 75 396,53 5,29
22. Kekiling 452 2.379,17 5,26
Total 12.820 67.489
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Penengahan, 2019
Tabel 3 menjelaskan bahwa Desa Kelaten merupakan salah satu desa yang
potensi tanaman jagungnya terbesar di Penengahan dengan produksi tahun 2019
sebesar 14.116,38 ton dan luas lahan sebesar 2.682 ha. Desa ini sangat berpotensi
dalam pengembangan tanaman jagung sebagai tanaman pangan, karena memiliki
jumlah petani, hasil produksi, dan lahan yang lebih luas dari daerah lainnya.
Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani jagung, sehingga pendapatan
utama masyarakat dari hasil penjualan jagung. Tanaman jagung yang di
budidayakan di desa ini yaitu jagung hibrida. Petani di desa Kelaten ini sudah
banyak yang tergabung dalam kelompok tani, guna mendapatkan pelatihan
sehingga dapat membantu untuk terus meningkatkan produksinya. Kelompok tani
yang ada di desa Kelaten ini tergabung dalam satu Gapoktan yaitu gabungan
kelompok tani Tani Harapan.
Purwati dan Islami (2019), mengatakan bahwa penggunaan beberapa jenis
pupuk kandang akan meningkatkan hasil produksi jagung. Penggunaan pupuk
kandang untuk tanaman jagung di Desa Kelaten sangat terbatas. Hal tersebut
dikarenakan hanya petani yang memiliki hewan ternak saja yang menggunakan
pupuk kandang untuk tanaman jagung. Namun, banyak juga petani yang melakukan
pengeringan dan membakar limbah batang dan daun jagung langsung diatas lahan
pertanian jagung yang bertujuan untuk digunakan sebagai pupuk organik. Selain
pupuk organik, pupuk urea juga sebagai salah satu faktor produksi yang dapat
mempengaruhi produksi jagung (Annisa et al., 2019).
Sirappa dan Razak (2010), mengatakan bahwa penggunaan pupuk NPK yang
seimbang dapat mempengaruhi hasil pipilan jagung menjadi lebih tinggi.
Ketersediaan pupuk penunjang pertumbuhan jagung seperti urea, NPK, dan lainnya
sulit diperoleh di Kecamatan Penengahan khususnya Desa Kelaten. Apabila
tersedia, harga pupuk-pupuk tersebut relatif tinggi atau mahal karena terjadinya
kelangkaan pupuk tersebut. Penggunaan pestisida dalam pertanian jagung juga
cukup berpengaruh dalam meningkatkan hasil produksi. Sebagian besar petani di
Desa Kelaten belum tepat dalam pemilihan dan penggunaan dosis pestisida yang
digunakan. Hal tersebut dapat mengakibatkan hama pada tanaman tidak mudah
hilang, sehingga dapat menurunkan hasil produksi jagung. Selain itu harga pestisida
cukup mahal, apabila manfaat dari pestisida tidak berdampak baik maka dapat
merugikan petani.
Tenaga kerja juga merupakan salah satu input yang dapat mempengaruhi
produksi jagung. Sebagian besar petani jagung di Kelaten melakukan tanam dan
panen secara bersamaan, hal tersebut yang mengakibatkan sulit dalam mendapatkan
buruh tani atau tenaga kerja. Biaya-biaya input yang digunakan dalam produksi
akan mengalami fluktuasi apabila input-input tersebut mengalami kelangkaan atau
terbatas kesediaannya, sehingga dapat berpengaruh terhadap pendapatan petani per
musim tanamnya. Tingginya biaya oprasional yang digunakan petani tidak
sebanding dengan harga jual jagung yang terus berfluktuasi. Pada akhir tahun 2020
harga jagung hanya mencapai Rp3.800/kg, harga jual tersebut dibawah harga jual
jagung tahun sebelumnya yang mencapai Rp4.000/kg. Semakin tinggi biaya
oprasional usahatani yang digunakan namun harga jual jagung tidak stabil dan
cinderung menurun maka akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang
diperoleh petani di Desa Kelaten.
Berdasarkan uaraian tersebut dapat diketahuin bahwa peningkatan dan
penurunan produksi suatu komoditas pertanian dipengaruhi oleh penggunaan
faktor-faktor sumberdaya pengolahan produksinya. Faktor-faktor produksi atau
input pertanian terdiri dari luas lahan, modal yang berupa benih, pupuk, pestisida,
dan insektisida, serta tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya.
Penggunaan input pertanian tersebut dapat membantu dalam meningkatkan
produksi dan produktivitas jagung, serta besarnya biaya input dapat berpengaruh
dalam peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu, peneliti memilih judul
“Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung Di Kecamatan
Penengahan Lampung Selatan” yang akan mengkaji mengenai faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi produki dan pendapatan sehingga petani dapat
mengoptimalkan faktor-faktor tersebut guna meningkatkan hasil produksi dan
pendapatan petani jagung. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi jagung di Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan?
2. Berapa pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Penengahan Kabupaten
Lampung Selatan?

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini, sebagai berikut :
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan.
2. Menganalisis pendapatan usahatani jagung di Kecamatan Penengahan
Kabupaten Lampung Selatan.

1.3 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut :
1. Sebagai bahan acuan peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian lebih
lanjut.
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah dalam
menentukan keputusan kebijakan yang berkaitan dalam bidang pertanian
khususnya dalam usaha meningkatkan produk pertanian di Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung Selatan.
3. Bagi petani itu sendiri, sebagai salah satu informasi untuk melakukan tindakan
yang terbaik dalam rangka meningkatkan hasil produksi pertanian dan
pendapatan.

1.4 Kerangka Pemikiran


Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang menjadi
komoditas pangan nomor dua setelah padi. Indonesia merupakan salah satu negara
yang berpotensi dalam membudidayakan tanaman jagung khususnya jagung
hibrida. Kebutuhan akan produk jagung akan terus meningkat setiap tahunnya.
Selain untuk konsumsi jagung juga banyak digunakan untuk pakan ternak dan
bahan input industri pangan. Peningkatan kebutuhan akan permintaan jagung juga
perlu diikuti dengan peningkatan jumlah produksi jagung tiap tahunnya.
Beberapa variabel yang diperkirakan sebagai faktor produksi usahatani jagung
yaitu luas lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Variabel-variabel
tersebutlah yang akan diteliti guna membuktikan faktor input mana yang sangat
mempengaruhi produksi jagung. Penggunaan faktor produksi yang sesuai akan
mempengaruhi pendapatan pula, karena jika jumlah produksi bertambah maka
pendapatan petani juga akan bertambah. Semakin banyak biaya yang dikeluarkan
pada saat produksi, maka semakin sedikit pendapatan atau keuntungan yang
diterima oleh petani.
Produksi merupakan usaha pokok dalam membangun pertanian dengan cara
memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mencapai hasil yang maksimal. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung (Y) yaitu luas lahan
(X1), benih (X2), pupuk urea (X3), pupuk NPK (X4), pestisida (X5), dan tenaga
kerja (X6). Pendapatan adalah penerimaan dari gaji atau balas jasa dari hasil usaha
yang diperoleh individu atau kelompok rumah tangga dalam satu bulan dan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penerimaan petani dipengaruhi
oleh jumlah output dan harga jual jagung, sehingga diperoleh pendapatan dengan
menghitung selisih antara penerimaan dengan biaya total produksi. Berikut ini
merupakan gambar yang menjelaskan mengenai kerangka pemikiran. Analisis
Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung Di Kecamatan Penengahan
Lampung Selatan.
Usahatani Jagung Di
Kecamatan Penengahan

Produksi Berfluktuasi

Faktor Produksi :
Luas Lahan (X1)
Benih (X2)
Biaya Produksi Pupuk Urea (X3) Output
Pupuk NPK (X4)
Pestisida (X5)
Tenaga Kerja (X6)

Metode Analisis : Regresi Linier


Berganda dengan Fungsi Cobb-Douglas Harga
Alat uji : Output
Uji Asumsi
Uji Simultan (F)
Uji Parsial (T)
Koefisien Determinasi (R2)

Penerimaan

Pendapatan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan
Usahatani Jagung Di Kecamatan Penengahan Lampung Selatan

1.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih perlu
dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan dapat diuji. Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Ho : Faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, pestisida,
dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung.
2. Hi : Faktor produksi luas lahan, benih, pupuk urea, pupuk NPK, pestisida,
dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung


Jagung merupakan tanaman semusim yang sesuai untuk daerah iklim musim
panas dan daerah iklim subtropika serta tropik, dimana sinar matahari dan air
tersedia secara optimum untuk pertumbuhannya. Tempat tumbuh tanaman jagung
harus mendapat sinar matahari yang cukup. Tanaman jagung tidak membutuhkan
persyaratan tumbuh yang istimewa karena dapat ditanam pada semua jenis tanah.
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-1300 m di atas permukaan laut. Suhu
yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jagung pada temperatur 230C sampai
270C, suhu minimum yang mungkin untuk pertumbuhanannya adalah 30C dan suhu
maksimum 450C (Suprapto dan Marzuki, 2002).
Jagung mengandung senyawa karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan air.
Fungsi dari kandungan senyawa yang terkandung di dalamnya yaitu mengandung
gizi yang dapat memberi energi, pengatur fungsi, membentuk jaringan, dan reaksi
biokimia di dalam tubuh. Selain mengandung banyak senyawa yang bermanfaat,
semua bagian dari tanaman jagung juga dapat digunakan untuk pakan ternak dan
pupuk hijau. Kulit jagung dan tongkol jagung dapat digunakan sebagai bahan
bakar, dan pakan ternak. Rambut jagung dapat digunakan sebagai obat-obatan
(Retno, 2008). Daharti dan Najianti (2000), mengatakan bahwa jagung mempunyai
perakaran serabut yang terdiri dari akar seninal, akar koronal dan akar nafas. Akar
seminal adalah akar yang tumbuh ke bawah, akar koronal adalah akar yang tumbuh
ke arah atas dan akar nafas adalah akar yang tumbuh dari buku-buku dipermukaan
tanah.

2.2 Usahatani
Suratiyah (2015), usahatani adalah ilmu yang mempelajari mengenai
bagaimana seseorang petani mengkordinasi dan mengorganisasikan faktor
produksi seefisien mungkin sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi
petani. Kegiatan usahatani berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang apa,
kapan, di mana, dan berapa besar suatu usahatani yang di jalankan. Usahatani
dilaksanakan agar petani memperoleh keuntungan secara terus menerus dan
bersifat komersial (Dewi, 2012).
Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak yang
dijalankan oleh petani untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Kegiatan
usahatani tersebut memanfaatkan sumberdaya yang ada berupa faktor-faktor
produksi dengan tujuan agar hasil usahataninya dapat memperoleh produksi
yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani secara
berkelanjutan untuk mecukupi kebutuhan petani dan keluarganya. Faktor-faktor
produksi yang dimaksud dapat berupa tanah, tenaga kerja, modal, teknologi,
pupuk, benih, dan pestisida.

2.3 Teori Produksi


Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya dipergunakan untuk
menghasilkan produk. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, dan
jumlah produksi disebut output. Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau
aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Kegiatan
produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk
menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam
bentuk persamaan, tabel atau grafik disebut sebagai fungsi produksi (Salvatore,
1994: 147 dalam Suhartati dan Fathorrozi, 2003).
Berdasarkan ekonomi dasar, produksi adalah suatu kegiatan yang
menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan dengan mengubah faktor-faktor produksi yang tidak/kurang manfaatnya
menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor-faktor produksi yang umumnya
digunakan adalah tenaga kerja, tanah, dan modal. Secara teknis, produksi pertanian
mempergunakan input dan output. Input adalah semua masukan dalam proses
produksi, seperti tanah, kegiatan mentalnya, perencanaan dan manajemen, benih
tanaman, pupuk, insektisida, serta alat pertanian. Output adalah hasil tanaman dan
ternak yang dihasilkan oleh usahatani (Soetriono dkk, 2003).
Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan yaitu
jumlah output (Q) dan variabel yang menjelaskan yaitu sejumlah input (X) yang
digunakan dalam proses produksi. Secara matematis hubungan tersebut dapat
ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003) :
Q = f (X1, X2, X3,…Xn)

Keterangan:
Q = Tingkat produksi(output) di pengaruhi oleh faktor X
X = Berbagai input yang digunakan atau variabel yang mempengaruhi Q

Berdasarkan fungsi produksi di atas maka akan dapat diketahui hubungan


antara input dengan output, dan juga akan dapat diketahui hubungan antar input itu
sendiri. Hubungan antara masukan dan keluaran juga dapat diformulasikan dengan
fungsi produksi berikut ini (Sukirno, 2005):
Q = f (K, L, R,….)
Keterangan:
Q = Jumlah produksi
K = Input jumlah stok modal
L = Input jumlah tenaga kerja
R = Input kekayaan alam

2.4 Faktor Produksi


Fungsi Produksi adalah suatu fungsi yang menghubungan antara produksi yang
dihasilkan dengan faktor produksi. Rahim dan Diah (2007), secara umum fungsi
produksi atau faktor-faktor yang mempengaruhi produksi pertanian adalah lahan,
tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit atau benih, teknologi, dan menejemen.
Berikut ini penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi
pertanian :
1. Lahan
Ritohardoyo, Su (2013), lahan merupakan bagian dari bentang permukaan
bumi yang dapat dimanfaatkan oleh manusisa, baik lahan yang sudah dikelola
maupun lahan yang belum dikelola. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah
yang disiapkan untuk diusahakan usaha tani misalnya sawah, legal dan pekarangan.
Lahan pertanian dapat dibedakan menjadi berberapa jenis, yaitu:
a. Lahan Garapan yaitu lahan yang ditanami tanaman tahunan seperti serealia,
kapas, kentang, sayuran, dan sebagainya; termasuk “lahan tidur” yang bisa
digarap tapi sedang tidak digarap.
b. Lahan permanen yaitu lahan ini ditanami oleh tanaman permanen seperti pohon
kacang atau pohon buah.
c. Lahan penggembalaan yaitu lahan yang digunakan untuk tujuan
penggembalaan hewan (ternak).
Luas lahan sangat berpengaruh terhadap produksi jagung di Indonesia, bahkan
dengan tersedianya luas lahan yang besar dapat meningkatkan produksi jagung
secara optimal (Periode, 2012). Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani maka
semakin tinggi hasil produksi jagung yang diperoleh. Tersedianya luas lahan juga
harus diimbangi dengan ketersediaan unsur hara dalam tanah yang dapat
mendukung pertumbuhan tanaman.
2. Benih
Sumpena (2005), benih diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi
tanaman muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui
penyerbukaan bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji
kembali. Secara umum benih dapat diartikan sebagai biji yang dipersiapkan untuk
tanaman yang telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai
proses tumbuh yang besar. Benih biasanya didapatkan dari tanaman indukan yang
memang telah teruji tahan penyakit dan berkualitas baik.
Benih bermutu adalah benih murni dari suatu varietas, berukuran penuh dan
seragam, daya kecambah di atas 80% dengan bibit yang tumbuh kekar, bebas dari
biji gulma, penyakit, hama, atau bahan lain. Benih sebaiknya diberi label secara
tepat (BPTP Jawa Barat, 2011). Beberapa varietas benih yang banyak digunakan
oleh masyarakat seperti Bisi, Bima, Pioner, Nk Sumo, Jharing 1, dan lainnya. Selain
luas lahan, benih juga menjadi faktor produksi yang sangat berpengaruh nyata pada
peningkatan hasil produksi tanaman. Sehingga, perlu ditingkatkan penyebarluasan
varietas unggul benih hibrida untuk terus meningkatkan produksi (Agustian, 2014).
3. Pupuk
Handisuwito (2008), pupuk adalah bahan yang ditambah ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Pupuk sendiri
dimanfaatkan untuk bahan tambahan yang dapat menyediakan unsur hara yang
kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Penambahan zat-zat hara tersebut dapat memungkinkan tercapainya
keseimbangan antara unsur-unsur hara yang hilang baik yang terangkut oleh panen,
erosi, dan pencucian lainnya. Terdapat dua jenis pupuk yang digunakan dalam
pertanian yaitu :
1. Pupuk organik merupakan pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk organik, seperti pupuk kandang, pupuk kompos,
dan pupuk guano. Pupuk alam tidak termasuk pupuk organik, seperti rock
phosphate, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit Ca3(PO4)2.
2. Pupuk anorganik atau mineral, merupakan pupuk dari senyawa anorganik.
Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
Pemberian pupuk kendang yang sesuai dapat berpengaruh terhadap tinggi dan
pertumbuhan tanaman jagung (Muhammad et al., 2019). Selain itu, pemberian
pupuk anorganik seperti pupuk N, P, K dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
biji yang tinggi dengan pemberian (Tabri, 2010). Pemupukan harus dilakukan
selama pertumbuhan tanaman guna membantu dan merawat tanaman sehingga
mendapatkan hasil yang sesuai.
4. Pestisida
USEPA (United States Environmental Protection Agency) dalam Zulkanain
(2010), pestisida merupakan zat atau campuran yang digunakan untuk mencegah,
memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman dan
mikro-organisme pengganggu. Penggunaan pestisida dianggap menguntungkan
untuk menekan kehilangan hasil sebelum dan setelah panen (Gonzales et al., 2007).
Beberapa merek pestisida yang dapat digunakan petani dalam membasmi hama dan
penyakit tanaman yaitu Gramoxone, Methyl bromide, Furadan, Parathio, dan masih
banyak lainnya. Pemilihan pestisida perlu diperhatikan sesuai dengan jenis hama
dan penyakit yang sedang menyerang tanaman. Pemberian pestisida pada tanaman
juga harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Pestisida berbahan aktif yang
diaplikasikan sesuai dengan anjuran akan berpengaruh baik pada hasil tanaman
jagung baik jumlah tongkol ataupun bobot pipilan keringnya (Korlina et al., 2015).
5. Tenaga kerja
Menurut undang-undang Ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia (UU No.
13 Tahun 2003), pada Bab I pasal 1 ayat (2) bahwa tenaga kerja adalah setiap orang
yang memiliki kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan guna menghasilkan
produk berupa barang atau jasa, baik itu untuk mencukupi kebutuhan dirinya
sendiri, maupun untuk masyarakat di lingkungan sekitarnya. Secara praktis, tenaga
kerja terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Angkatan kerja (labour force) terditi atas golongan yang bekerja dan golongan
penganggur atau sedang mencari kerja.
b) Kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas golongan yang bersekolah,
golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain-lain atau menerima
penghasilan dari pihak lain, seperti pensiunan dan lainnya.

2.5 Fungsi Produksi Cobb-Douglas


Fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua variabel atau lebih, variabel yang satu disebut variabel dependent
(Y) dan yang lain disebut variabel independent (X). Cobb-Douglas itu sendiri
merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas digunakan untuk
mewakili hubungan output untuk input. Hal ini diusulkan oleh Knut Wicksell
(1851-1926), dan uji terhadap bukti statistik oleh Charles Cobb dan Paul Douglas
di 1900-1928.
Fungsi produksi Coob-Douglas adalah hubungan fisik antara masukan
produksi (input) dan keluaran produksi (output). Analisis fungsi produksi sering di
lakukan oleh peneliti, karena mereka memerlukan informasi bagaimana
sumberdaya yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja dan modal, dapat dikelola
dengan baik agar produksi maksimum dapat diolah. Secara sederhana fungsi
produksi Cobb-Douglas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Q = ALα Kβ
Keterangan :
Q = jumlah produksi/output
L = jumlah tenaga kerja
K = jumlah modal.

Nilai α dan β pada persamaan Cobb Douglas masing-masing menunjukkan


elastisitas faktor input dari L dan K. Pada persamaan Cobb Douglas jumlah dari
elastisitas faktor input dapat menunjukkan tingkat tambahan hasil dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Jika α + β = 1 terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi,
(Constant return to scale)
b. Jika α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi,
(Increasing return to scale).
c. Jika α + β <1 terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi,
(Decreasing return to scale).
Gujarati, Dawn (2010) dalam bentuk stokastik, fungsi produksi Cobb-Douglas
atau persamaannya dituliskan sebagai berikut:
𝑌 𝑖 = 𝛽1𝑋2𝑖 𝛽2𝑋3𝑖 𝛽3𝑒𝑢
Dimana :
Y : output
X2 : input tenaga kerja
X3 : input kapital
u : faktor gangguan stokastik
e : dasar logaritma natural

Fungsi produksi Coob-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang


melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/ independent variable dan
variabel tidak bebas/ dependent variable). Secara matematis fungsi produksi Coob-
Douglas ditulis sebagai berikut:
𝑌 = 𝛼𝑋1𝛽1𝑋2𝛽2,…,𝑖𝛽𝑖,…,𝑋𝑛𝛽𝑛𝑒𝑢
Dimana :
Y : Variabel yang dijelaskan
X : Variabel yang menjelaskan
α : Intercept/konstanta
β : Koefisien regresi
u : Kesalahan (disturbance term)
e : Logaritma natural

Untuk memudahkan pendugaan terhadap terhadap persamaan diatas, maka


persamaan tersebut dapat diubah menjadi dalam bentuk linear berganda (multiple
regression) dengan cara melogaritmakan dalam bentuk double log (Ln) sebagai
berikut:
𝐿𝑛 𝑌 = 𝐿𝑛𝛼 + 𝛽1𝐿𝑛𝑋1 + 𝛽2𝐿𝑛𝑋2+,…,+𝛽𝑖𝐿𝑛𝑋𝑖+,…,+𝛽𝑛𝐿𝑛𝑋𝑛 + 𝑢𝑖
Dimana:
Y = Variabel yang dijelaskan (Produksi)
Xi = Faktor Produksi (X1, X2, X3, …, Xn)

Proses produksi Y dapat berupa produksi komoditas petanian dan X dapat


berupa faktor produksi pertanian seperti lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan
sebagainya. Kelebihan fungsi Cobb-Douglas dibanding dengan fungsi-fungsi yang
lain adalah (Soekartawi, 2003):
1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan
fungsi yang lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat lebih mudah ditransfer ke bentuk
linier.
2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.
3. Besaran elestisitas tersebut sekaligus juga menunjukkan tingkat besaran returns
to scale.

2.6 Biaya
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku,
baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Menurut Soekartawi (2006),
biaya dalam usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap merupakan biaya yang
jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan meskipun tingkat produksi usahatani
tinggi ataupun rendah, dengan kata lain jumlah biaya tetap tidak tegantung pada
besarnya tingkat produksi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang bertambah
seiring dengan pertambahan produksi.
Biaya total yaitu keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk produksi sampai
terciptanya barang. Perhitungan biaya dalam suatu usaha dapat menggunakan
analisis biaya seperti berikut (Soekartawi, 2006) :
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Total Cost / biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost / Total Biaya Tetap (Rp)
TVC = Total Variable Cost / Total Biaya Variabel (Rp)

2.7 Penerimaan
Penerimaan adalah semua penerimaan produsen dari hasil penjualan barang
atau outputnya. Hadisapoetra (2003), penerimaan disebut juga dengan pendapatan
kotor yang merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua cabang
dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari
hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali. Soekartawi (2006),
penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya
usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani,
sedangkan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Rumus perhitungan jumlah penerimaan yang diperoleh dapat
diketahui dengan rumus berikut ini (Sukirno, 2002) :
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Pendapatan total (Rp)
Q = Jumlah produksi (Kg)
P = Harga (Rp)

2.8 Pendapatan
Pendapatan dalam kamus besar bahasa indonesia adalah hasil kerja (usaha atau
sebagainya). Pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh
perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, komisi,
ongkos dan laba. Faisal (2015), pendapatan dibidang pertanian adalah produksi
yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya selama
kegiatan usahatani. Petani menggunakan pendapatan usahataninya untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mempertahan untuk tetap menjalani
usahataninya, dan untuk memperluas usahataninya.
Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan
usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari
penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang
diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari
kegiatan luar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan
kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung per bulan, per tahun, per
musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh
sebagai akibat melakukan kegiatan di luar usahatani seperti berdagang, mengojek,
dan lain-lain.
Boediono (2002), pendapatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada hasil hasil
tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.
2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh
penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.
3. Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan.
Gustiyana (2004), pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian
yaitu :
1. Pendapatan kotor usahatani yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani
dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan
harga persatuan berat pada saat pemungutan hasil.
2. Pendapatan bersih usahatani, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani
dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi.
Soekartawi (2006), perhitungan pendapatan usaha dapat dirumuskan sebagai
berikut :
π = TR –TC
Keterangan :
π = Income (Pendapatan)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)

2.9 R/C Ratio dan B/C Ratio


Pendapatan usaha tani yang besar tidak selalu mencerminkan tingkat efisiensi
usaha yang tinggi. Analisis pendapatan untuk mengetahui kelayakan usahatani yang
dilakukan dapat menggunakan analisis R/C ratio dan B/C Ratio. R/C Ratio atau
Revenue Cost Ratio dan B/C Ratio atau Benefit Cost Ratio merupakan analisis yang
melihat perbandingan antara penerimaan dan pendapatan dengan total biaya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui layak atau tidak usahatani itu dilaksanakan.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2006) :
𝑇𝑅 𝜋
R/C Ratio = 𝑇𝐶 atau B/C Ratio = 𝑇𝐶

Keterangan :
TR = Total Penerimaan Usahatani
TC = Total Biaya Usahatani
π = Pendapatan Usahatani
Kriteria penilaian :
1. R/C Ratio > 1 dan B/C Ratio > 0 , usahatani dianggap menguntungkan atau
layak.
2. R/C Ratio = 1 dan B/C Ratio = 0, usahatani impas atau tidak memberikan
keuntungan dan kerugian.
3. R/C Ratio < 1 dan B/C Ratio < 1, usahatani mengalami kerugian atau tidak
layak.

2.10 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu berfungsi sebagai sumber inspirasi atau acuan yang dapat
membantu pelaksanaan penelitian. Selain itu, adanya penelitian terdahulu dalam
sebuah penelitian juga bertujuan agar keilmuan yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu bisa diteruskan dan bisa menghasilkan penelitian yang baru. Pada
penulisan penelitian ini menggunan beberapa penelitian terdahulu sebagai rujukan
atau acuan penulisan yang dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Penelitian Terdahulu
No Judul/Peneliti/Tahun Tujuan Penelitian Metodelogi Analisis Alat Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Pendapatan Dan 1. Menganalisis hubungan Data yang digunakan dalam Analisis data yang digunakan dalam 1. Faktor produksi benih, tenaga
Faktor-Faktor Yang antara faktor-faktor produksi penelitian ini adalah data primerpenelitian ini adalah analisis kerja pria, dan pupuk kandang
Mempengaruhi Produksi yang dihasilkan. dan data sekunder. Data primer kualitatif dan anlisis kuantitatif dan berpengaruh nyata terhadap
Usahatani Wortel Di 2. Menganalisis tingkat diperoleh dari wawancara dan fungsi Cobb-Douglas dengan usahatani wortel.
Kabupaten Tegal pendapatan petani dari pengamatan langsung ke petani. microsoft excel, program minitab 2. Cabang usahatani wortel di Desa
(Pasaribu, 2007) usahatani wortel. Data sekunder diperoleh dari for windows versi 13.20 Rembul masih menguntungkan
3. Menganalisis tingkat literatur dan instansi terkait. walupun produktivitas wortel
efisiensi penggunaan faktor- menurun.
faktor produksi. 3. Analisis Efisiensi menunjukkan
bahwa penggunaan faktor produksi
pada usahatani wortel belum
digunakan secara efisien.
2. Analisis Pendapatan 1. Untuk mengetahui pengaruh Metode dalam pengambilan Menggunakan Analisis Regresi 1. Semua faktor produksi
Usaha Tani Cabai faktor produksi terhadap data dilakukan dnegan data Linear Berganda dan analisis berpengaruh secara nyata
Merah (Capsicum Annum pendapatan petani cabai merah di orimer dan sekunder melalui deskriptif dan kuantitatif. terhadap pendapatan usaha tani
L)Studi Kelompok Tani Juli Tani di Dusun wawancara, angket, observasi, cabai merah Kelompok Tani Juli
Kasus:Kelompok Tani Jogja Desa Sidodadi Ramunia dan studi literatur. Tani Dusun Jogja Desa Sidodadi
“Juli Tani” Desa Kecamatan Beringin Kabupaten Ramunia.
Sidodadi, Kecamatan Deli Serdang. 2. Pendapatan bersih petani sebesar
Beringin, Kabupaten 2. Untuk mengetahuitingkat Rp 193.591.248 per musim
Deli Serdang (Syahputra, pendapatan petani cabai merah di tanam.
2019) Kelompok Tani Juli Tani di Dusun 3. Usaha tani cabai merah Kelompok
Jogja Desa Sidodadi Ramunia Tani Juli Tani Desa Sidodadi
Kecamatan Beringin Kabupaten Ramunia layak untuk diusahakan.
Deli Serdang.
3. Untuk mengetahui kelayakan
usahatani cabai merah di
Kelompok Tani Juli Tani di Dusun
Jogja Desa Sidodadi Ramunia
Kecamatan Beringin Kabupaten
Deli Serdang.
Tabel 4. (Lanjutan)

3. Analisis Pendapatan 1. Untuk mengetahui besarnya Data yang dikumpulkan dalam Metode analisis yang digunakan 1. Penerimaan petani dapat menutupi
Usahatani Kedelai pendapatan yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data dalam penelitian ini adalah analisis semua biaya yang dikeluarkan dalam
Di Kecamatan Berbak usahatani kedelai di Kecamatan primer dan data Sekunder deskriptif dan kuantitatif serta proses produksi usahatani kedelai di
Kabupaten Tanjung Berbak Kabupaten Tanjung Jabung yang di peroleh melalui analisis linier berganda (multiple daerah penelitian dan usahatani
Jabung Timur (Thresia W, Timur. interview, observasi, studi regresion). kedelai ini merupakan usahatani
2017) 2. Untuk mengetahui faktor yang pustaka, dan dokumentasi. yang menjanjikan untuk pendapatan
mempengaruhi pendapatan petani kedelai di daerah penelitian.
usahatani kedelai di Kecamatan 2. Secara parsial hasil regresi
Berbak Kabupaten Tanjung Jabung diperoleh bahwa pada usahatani
Timur kedelai penggunaan faktor seperti
benih, obat-obatan dan luas lahan
berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan usahatani kedelai.
Sementara pupuk dan tenaga kerja
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pendapatan usahatani
kedelai.
4. Analisis Produksi Dan Mengetahui produksi dan faktor Metode pengambilan data Metode dasar yang diterapkan pada Faktor produksi yang secara nyata
Pendapatan Usahatani yang mempengaruhi produksi dilakukan dengan data primer penelitian ini adalah metode berpengaruh terhadap produksi
Jaguang Di Desa jagung di Desa Margaharja, dan skunder melalui kuantitatif deskriptif dengan sungsi jagung di Desa Margaharja adalah
Margaharja Kecamatan Kecamatan Sukadana Kabupaten wawancara, angket, dan studi Cobb-Douglas dan regresi linear luas lahan, pupuk kandang dan
Sukadana Kabupaten Ciamis. Mengetahui pendapatan literatur. berganda. variebel dummy benih.
Ciamis (Maulidiawati, dan faktor-faktor yang Faktor-faktor yang diduga
2020) mempengaruhi pendapatan mempengaruhi secara nyata terhadap
usahatani jagung di Desa pendapatan usahatani jagung di Desa
Margaharja, Kecamatan Margaharja adalah luas lahan, harga
Sukadana, Kabupaten Ciamis. benih, harga NPK dan upah TKLK.
Tabel 4. (Lanjutan)

5. Analisis Faktor-Faktor Untuk menganalisis pengaruh Data yang digunakan yaitu Metode analisis data yang Berdasarkan hasil penelitian ini
Yang Mempengaruhi upah, pupuk phonska, pupuk urea, data primer dan skunder yang digunakan adalah model fungsi ditemukan bahwa faktor produksi
Produksi Jagung Di dan benih terhadap produksi diperoleh melalui wawancara, Cobb-Douglas dan OLS (Ordinary seperti pupuk phonska dan benih
Kecamatan Jatisrono jagung di Kecamatan Jatisrono , observasi, kuesioner, dan studi Least Square). berpengaruh positif dan signifikan
Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri. pustaka. terhadap hasil produksi jagung di
(Putri, 2018) Kecamatan Jatisrono, Kabupaten
Wonogiri. Sedangkan upah tenaga
kerja dan pupuk urea tidak
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap hasil produksi jagung di
Kecamatan Jatisrono, Kabupaten
Wonogiri.

Anda mungkin juga menyukai