Anda di halaman 1dari 7

4.

1 Deskripsi Umum Wilayah Studi

4.1.1 Keadaan Geografis Kecamatan Wlingi

Kecamatan Wlingi merupakan satu dari dua puluh dua kecamatan yang

membagi habis wilayah administrasi Kabupaten Blitar. Kecamatan Wlingi terletak

antara 1110 40’ – 1120 10’ Bujur Timur dan 7o 58’ - 8o 9’51” Lintang Selatan.

Kecamatan Wlingi berada di wilayah Kabupaten Blitar sebelah utara yang

berbatasan wilayah dengan Kabupaten Malang. Kecamatan Wlingi berada di

sebelah utara sungai Brantas yang membelah Kabupaten Blitar menjadi dua bagian.

Bagian utara cenderung mempunyai struktur tanah yang lebih subur daripada bagian

selatan.

Batas-batas Kecamatan Wlingi adalah sebagai berikut :

- Barat : Kecamatan Gandusari

- Utara : Kecamatan Doko dan Kecamatan Kesamben

- Timur : Kecamatan Selopuro

- Selatan : Kecamatan Talun

Kecamatan Wlingi memiliki luas wilayah 66,36 km2 yang terbagi menjadi 9

Desa/Kelurahan. Desa Ngadirenggo merupakan desa yang terluas dengan luas

40,77 km2 . Desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Tembalang dengan luas
2
wilayah 1,24 km atau hanya 1,86 persen dari luas wilayah kecamatan. Luasan

wilayah masing-masing desa/kelurahan dapat dilihat pada Tabel berikut. Peta

administrasi Kecamatan Wlingi dapat dilihat pada Gambar 1.

Kecamatan Wlingi memiliki ketinggian antara 274-950 meter diatas

permukaan laut. Kemiringan lereng di Kecamatan Wlingi berkisar 0-40 % dengan

curah hujan rata-rata pada tahun 2016 322,92 mm/bulan. Keadaan topografi

Kecamatan Wlingi terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu :


1. tipe Datar s/d landai, yakni wilayah dengan kelerengan kurang dari 3%,

perbedaan tinggi kurang dari 5 m.

2. tipe berombak s/d bergelombang, yakni wilayah dengan kelerengan 3-15% dan

perbedaan tinggi 5-50 m.

3. tipe berbukit s/d bergunung, yakni wilayah dengan kelerengan lebih dari 15% dan

perbedaan tinggi lebih dari 50 m.

Tabel. Luasan Wliayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Wlingi

No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (km2) Ketinggian persentase

(mdpl) luas

1 Klemunan 4.03 186 6.07%

2 wlingi 2.65 240 3.99%

3 tangkil 3.78 273 5.70%

4 beru 3.48 374 5.24%

5 babadan 3.82 274 5.76%

6 tembalang 1.24 274 1.87%

7 ngadirenggo 40.77 354 61.44%

8 tegalasri 4.83 525 7.28%

9 balerejo 1.76 500 2.65%


4.1.2 Iklim di Kecamatan Wlingi

Iklim Kecamatan Wlingi termasuk tipe C3 dan C2 jika dilihat dari rata-rata curah
hujannya. Kecamatan Wlingi mengikuti perubahan putaran 2 musim, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Rejim suhu tanah di Kecamatan Wlingi didominasi
tipe Isohyperthermic dengan rata-rata suhu tanah lebih dari 22 0C pada ketinggian 0-
700 mdpl, sementara sisanya termasuk isothermic dengan rata-rata tahunan suhu
tanah 15-22 0C di sebagian wilayah Kelurahan Balerejo.

Tabel . Curah Hujan dan Hari Hujan Kecamatan Wlingi Tahun 2016

Bulan Curah Hujan Hari Hujan Rata-rata Curah Hujan


Januari 272 16 17
February 624 22 28,36
Maret 333 16 20,81
April 357 20 17,85
Mei 159 13 12,23
Juni 183 16 11,44
Juli 92 7 13,14
Agustus 121 11 11
September 328 15 21,87
Oktober 372 19 19,58
November 633 28 22,61
Desember 401 17 23,59
Jumlah 3875 200 19,38

4.1.3 Keadaan Sosial di Kecamatan Wlingi

Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh melalui sensus penduduk


tiap 10 tahun sekal, didapati bahwa Kecamatan Wlingi dihuni oleh penduduk
sejumlah 50.861 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 766 jiwa per km2 .
Mayoritas penduduk Kecamatan Wlingi bekerja sebagai petani (81,46%). Dinamika
kependudukan ini mendorong berdirinya kelembagaan pertanian yang terdiri dari 52
Kelompok Tani Dewasa dan 20 Kelompok Wanita Tani. Hal ini didorong pula oleh
kondisi geografis Kecamatan Wlingi yang sesuai untuk bercocok tanam. Namun
tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Wlingi masih tergolong rendah dimana
hampir setengah dari populasi (45,76%) adalah lulusan tamat SLTP/sederajat.

Tabel Kependudukan Menurut Desa/Kelurahan

Desa/Kelurahan Luas Persentase Penduduk Persentase Kepadatan


Wilayah luas (jiwa) penduduk Penduduk
wilayah terhadap
Kecamatan
Klemunan 4.03 6,07 3985 7,84 989
Wlingi 2.65 4,25 6721 13,21 2536
tangkil 3.78 5,7 6141 12,07 1625
beru 3.48 5,24 7573 14,89 2176
Babadan 3.82 5,76 9147 17,98 2395
Tembalang 1.24 1,87 1328 2,61 1071
Ngadirenggo 40.77 61,44 5291 10,4 130
Tegalasri 4.83 7,28 7270 14,29 1505
Balerejo 1.76 2,65 3405 6,69 1935
Jumlah 66,36 100 50861 100
Sumber : Kecamatan Wlingi Dalam Angka 2017

Tabel. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Pekerjaan Jumlah persentase


Petani 47 670 81,46
Pekerja Sektor 6774 11,57
Jasa/perdagangan
pekerja sektor industri 4079 6,97
Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Wlingi
Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Tingkat Pendidikan jumlah persentase


Tidak tamat SD/sederajat 1002 1,71
Tamat SD/sederajat 18 237 31,16
Tamat SLTP/sederajat 26 781 45,76
Tamat SLTA/sederajat 10 112 17,28
Tamat Diploma 733 1,25
Tamat S1 1 635 2,79
Tamat S2 23 0,04
Sumber : Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Wlingi

4.1.4 Deskripsi Umum PT. Greenfields

PT. Greenfields Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam peternakan sapi
perah untuk diambil susunya yang akan diolah di industri susu ilik PT. Greenfields
Indonesia yang terletak di Desa Palaan Kecamatan Ngaju Kabupaten Malang. Untuk
meningkatkan produksinya, PT. Greenfields membangun kandang sapi perah di
Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wling, Kabupaten Malang. Kandang ini memiliki
kapasitas hingga 10.000 ekor sapi dengan waktu operasional selama 24 jam sehari.

Tahapan kegiatan di peternakan sapi perah PT. Greenfields Indonesia


dibedakan menjadi 2 bagian yaitu proses pembesaran dan penggemukan pedet; dan
proses pemeliharaan laktasi, sapi kering, dan sapi bunting.

A. Proses pembesaran dan penggemukan pedet

Proses ini dianggap sebagai awal kegiatan peternakan sapi perah PT. Greenfields
Indonesia yang rincian tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :

1. Peasokan ternak sapi perah jenis fresian holstain dalam kondisi bunting 4-5
bulan pada kehamilan peternakan sebanyak 100 ekor.
2. Setelah 4-5 bulan pemeliharaan dengan pakan completed feed 25
kg/ekor/hari, pedet diasumsikan akan lahir.
3. Pedet langsung dipisah dari induknya dan ditempatkan di kandang khusus
untuk pedet kemudian diberi kolostrum secukupnya.
4. Untuk pedet jantan akan langsung dijual pada umur 0 – 7 hari.
5. Proses pembesaran sapi pedet
a. Setelah umur 1 hari, pedet diberikan susu segar sampai usia 51 hari
sebanyak 4-9 liter/ekor/hari.
b. Mulai usia 52-60 hari susu segar untuk pedet dikurangi 1
liter/hari/ekor sampai pedet disapih pada usia 60 hari.
c. Umur 3-18 hari selain diberi pakan susu segar juga diberi tambahan
calf starter sebanyak 0,2 - 2 kg/ekor/hari tergantung pada umurnya.
d. Umur 2-14 bulan pedet ditempatkan di kandang yang berbeda sesuai
dengan umurnya dengan diberi pakan cair starter 2-5 kg/ekor/hari
(umur 2-5 bulan) dan pakan suplemen 10-25 kg/ekor/hari (umur 5-14
bulan).
e. Setelah pedet mulai dewasa (umur 14 bulan) untuk betina siap
dikawinkan (inseminasi buatan) dan sampai bunting diberi pakan
TMR 25-35 kg/ekor/hari serta ditempatkan di kandang sapi dewasa.
f. Setelah bunting (umur bunting 3 bulan sampai dengan melahirkan),
sapi dipelihara di kandang sendiri menungg kelahiran serta diberi
pakan supleme sapi bunting 35-45 kg/ekor/hari.
g. Setelah pedet lahir proses pemeliharaan dimulai dari tahap awal
seperti tertulis diata.

B. Proses pemeliharaan laktasi, sapi kering, dan sapi bunting

1. Setelah melahirkan, sapi induk siap diperah dan diberi makan suplemen sapi
laktasi 40 kg/ekor/hari.
2. Sapi induk yang diperah dideteksi tingkat birahinya serta diusahakan bunting
dalam waktu kurang dari 3 bulan setelah melahirkan dengan sistem
inseminasi buatan.
3. Sapi induk diperah selama 305 hari sejak melahirkan. Setelah memasuki
masa bunting tua (7-9 bulan) tidak melakukan pemerahan (dikeringkan)
sampai proses kelahiran berikutnya.

Melalui proses produksi seperti yang telah disebutkan, diperkirakan PT. Greenfields
Indonesia akan menghasilkan limbahpada proses pembesaran dan penggemukan
pedet berupa alas pedet basah 35 kg/minggu/ekor, limbah kotoran + urin sapi 30
liter/hari/ekor, serta air cucian kandang sebanyak 30 liter/hari/ekor. Sementara pada
proses pemeliharaan laktasi, sapi kering, dan sapi bunting diperkirakan akan
menghasilkan limbah berupa kotoran + urin sapi sebanyak 30 liter/hari/ekor, serta
air cucian kandang sebanyak 30 liter/hari/ekor.

Anda mungkin juga menyukai