LATAR BELAKANG
W E
1
1.3 Gambaran Umum Kecamatan Secara Geografis
1.3.1 Situasi Keadaan Umum
Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Tangerang terletak Sebelah Barat Kabupaten Tangerang dengan jarak ± 27
km dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Luas wilayah 27.99 km2,
berupa dataran rendah dan berupa lahan Pesawahan (Profil Puskesmas
Kresek, 2018).
BLUD Puskesmas Kresek Kecamatan Kresek memiliki 9 desa
binaan/ wilayah kerja diantaranya (Profil Puskesmas Kresek, 2018):
1. Desa Kresek
2. Desa Talok
3. Desa Renged
4. Desa Patrasana
5. Desa Pasirampo
6. Desa Koper
7. Desa Jengkol
8. Desa Kemuning
9. Desa Rancailat
2
1.3.2 Batas Wilayah
Kecamatan Kresek berupa dataran rendah dan berupa lahan
pertanian dengan batas wilayah Kecamatan Kresek sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Kronjo
Sebelah Barat : Kabupaten Serang
Sebelah Timur : Kecamatan Gunung Kaler
Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya
3
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
di Kabupaten Tangerang Tahun 2018
5
Kresek, 2018).
Tabel 1.3 Laporan Cakupan Rumah Sehat Puskesmas Kresek Tahun 2018
RUMAH
No. DESA Jumlah Jumlah Jumlah
% Dibina % Sehat
Seluruhnya Dibina Sehat
1 Jengkol 1.168 808 69.18 467 57.80
2 Kemuning 1.435 1.160 80.84 858 73.97
3 Koper 1.101 875 79.47 534 61.03
4 Kresek 1.439 772 53.65 464 60.10
5 Pasirampo 2.310 1.081 46.80 444 41.07
6 Patrasana 1.171 681 58.16 430 63.14
7 Rancailat 1.100 975 88.64 634 65.03
8 Renged 1.012 900 78.19 504 56.00
9 Talok 1.415 820 54.67 451 55.00
Jumlah 13.230 8.072 65.23 4.786 59.29
Sumber: Profil Puskesmas Kresek, 2018
b) Akses terhadap air bersih
Dari jumlah penduduk 66.207 Jiwa, yang mendapat akses air bersih
ada 57.792 jiwa, terdiri dari sumur gali terlindung 1.332 jiwa, sumur bor
dengan 32.478 jiwa dan pengguna PDAM sebanyak 23.982 jiwa (Profil
Puskesmas Kresek, 2018).
c) Kepemilikan sarana sanitasi dasar
Kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi, jamban, tempat sampah
dan pengelolaan air limbah dari jumlah 66.207 penduduk yang diperiksa,
jumlah penduduk yang memiliki akses sanitasi layak sebanyak 46.402
penduduk. Tempat-tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengolahan
Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang
dan berpotensi menjadi tempat persebaran penyakit. TTU meliputi
terminal, pasar, tempat ibadah, stasiun, tempat rekreasi, dll. Sedangkan
TUPM meliputi hotel, restoran, depot air dll. TTU dan TUPM yang sehat
adalah yang memenuhi syarat kesehalan yaitu memiliki sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembungan air limbah (SPAL),
ventilasi yang baik dan luas lantai ruangan yang sesuai dengan jumlah
pengunjung dan memiliki pencahayaan yang cukup. Jumlah tempat-
tempat Umum yang ada di Kecamatan Kresek berjumlah 57 unit,
6
sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan 47 unit (82,46 %). Untuk
Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) 86 unit memenuhi syarat hygiene
sanitasi 56 unit (65,12%) (Profil Puskesmas Kresek, 2018).
7
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada di masyarakat dengan Posyandu merupakan
salah satu UKBM yang sangat populer. Posyandu dikelompokkan
menjadi Pratama, Madya, Pumama dan Mandiri. Di Kecamatan
Kresek jumlah Posyandu ada 58 pos, terdiri dari Posyandu Pratama
berjumlah 0 posyandu, Madya 57 Posyandu, Purnama 2 Posyandu
dan Mandiri 0 posyandu. Dari data tersebut Posyandu di wilayah
Kecamatan Kresek masih di dominasi oleh Strata Madya.
d) Polindes dan Poskesdes
Pondok Bersalin Desa (POLINDES) didirikan dengan
tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak
khususnya di wilayah pedesaan yang jauh dari jangkauan
pelayanan kesehatan. Dalam upaya mendukung pelaksanaan desa
siaga di wilayah Kecamatan Kresek terdapat 3 polindes terdiri dari
Polindes di desa Pasirampo, desa Jengkol dan Polindes desa
Renged
e) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan
masyarakat yang jauh Puskesmas kresek melaksanakan Puskesmas
Keliling yang menjangkau 9 desa dilaksanakan setiap hari selasa
dengan mobil puskesmas keliling.
1.3.4 Kesehatan
a. Sepuluh Besar Penyakit
8
Tabel 1.4 Jumlah Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kresek Tahun 2019
L P
1 Essential (primary) hypertension I10 55 211
2 Rheumatism, unspecified M79.0 19 102
Supervision of normal pregnancy,
3 unspecified Z34.9 0 109
Acute upper respiratory infection,
4 unspecified J06.9 38 60
5 Acute pharyngitis, unspecified J02.9 47 51
6 Myalgia M79.1 11 63
7 Gastritis, unspecified K29.7 18 55
8 Acute laryngopharyngitis J06.0 32 41
9 Abdominal pregnancy O00.0 0 66
10 Embedded teeth K01.0 30 34
PUSKESMAS 250 792
(Profil Puskesmas Kresek, 2019)
9
9. Ruang administrasi bidan
10. Ruang tata usaha
11. Ruang pelayanan terbatan 24 jam (UGD)
12. Ruang kepala puskesmas
13. Ruang bendahara
14. Mushalla untuk pegawai
15. Ruang kamar inap dengan 5 tempat tidur
16. Ruang persalinan (PONED)
17. Ruang klinik gizi
18. Ruang aula
19. Ruang laboratorium
Gedung tambahan yang berada di depan gedung utama terdiri dari:
1. Ruang periksa TB paru
2. Ruang pos satpam
Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi antara lain:
1. Mobil Puskesmas keliling 1 unit
2. Mobil ambulan untuk merujuk pasien gawat darurat 1 unit
3. Sepeda motor dinas 4 (Profil Puskesmas Kresek, 2018)
10
gedung dan di luar gedung (Profil Puskesmas Kresek, 2018)
W E
1.4.3 Motto
Motto Puskesmas Kresek adalah “BERSINAR” yang artinya
adalah:
1) Bersih, Puskesmas bebas dari sampah lingkungan, sampah medis dan
non medis, sampah organik dan non organik.
2) Sehat, Memiliki lingkungan kerja yang sehat dan tidak menjadi sumber
11
penularan penyakit.
3) Indah, Keselarasan dalam penataan lingkungan kerja.
4) Nyaman, Kondisi puskesmas yang menyenangkan dalam memenuhi
kepuasan pelanggan.
5) Amanah, Menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh hati
dan bertanggung jawab.
6) Ramah, memberi pelyanan 5S (sapa, senyum, salam, sopan, santun)
(
(Profil Puskesmas Kresek, 2018)
(
13
HIV/AIDS/ IMS
Penyakit-penyakit ini menular melalui hubungan seksual
(vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular, semakin
sering ganti pasangan semakin besar kemungkinan untuk tertular.
Jumlah kasus HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di
Puskesmas Kresek pada tahun 2018 menurut data sebanyak 12
kasus, terdiri dari penderita HIV 5 orang, AIDS 2 orang dan
Syphilis 5 orang yang terdiri dari: usia 15 – 19 tahun 1 kasus, usia
20 – 24 tahun 6 kasus dan usia 25 – 49 tahun 5 kasus.
Pneumonia
Penyakit Pneumonia adalah penyakit peradangan pada paru
yang dapat disebabakan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit juga
dapat disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru paru akibat
penyakit lain. Pada tahun 2018 di Puskesmas Kresek penderita
penyakit pneumonia pada Balita usia 0 – 59 bulan ditemukan dan
ditangani sejumlah 253 kasus terdiri dari laki-laki 136 orang dan
perempuan 117 orang, atau 92.67% dari jumlah perkiraan penderita
yang ditetapkan oleh dinas kesehatan dalam sasaran dan target
penemuan.
Cakupan Imunisasi
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada
dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan imunisasi secara
lengkap pada kelompok bayi, imunisasi secara lengkap tersebut
meliputi BCG, HBO, DPT, Polio dan Campak. Indikator yang
dipakai untuk mengukur cakupan pencapaian UCI adalah campak.
Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah, berarti
dalam wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan
masyarakat dan bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Target pencapaian
UCI yaitu 100 % untuk campak, di Puskesmas Kresek dari 9 desa
sudah 7 desa yang mencapai UCI atau (77.77%) dan 2 desa yang
belum UCI (22.22%) yaitu Desa Rancailat dan Patrasana.
14
1.5 Lokasi Keluarga Binaan
Keluarga binaan bertempat tinggal di Desa Kemuning RT 010/RW
003, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga
binaan kelompok kami terdiri dari 4 kepala keluarga, yaitu:
1. Tn. Jamar
2. Tn. Santani
3. Tn. Jakarsih
4. Tn. Jaiyan
5. Tn. Komarudin
Denah lokasi pemukiman keluarga binaan adalah sebagai berikut:
Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Binaan
N
Tn. Tn.
Jamar Santani
W E
WARUNG
S
J-A-L-A-N
2 Ibu Rumah
Ny. Ratih Istri P 30 SD -
Tangga
15
a. Bangunan Tempat Tinggal
W E
17
Tn. Jamar berusia 2 tahun, sudah tidak diberikan ASI. Ny. Ratih
mengatakan anaknya diimunisassi di posyandu, namun jadwal pengadaan
imunisasi di posyandu tidak teratur sehingga ia tidak mengetahui apakah
anaknya sudah imunisasi lengkap atau tidak. Anak Ny. Ratih tidak
diberikan ASI eksklusif, pada usia 6 bulan sudah diberi makan pisang.
Selama kehamian Ny. Ratih mengatakan tidak menderita sakit dan kadang
memeriksakan kandungannya di puskesmas.
e. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat
Apabila keluarga Tn. Jamar sakit, akan membeli obat warung
terlebih dahulu jika tidak membaik keluarga akan datang ke puskesmas
untuk berobat. Penyakit yang beberapa kali diderita anggota keluarga Tn.
Jamar adalah batuk selama tidak lebih dari 2 minggu, dan pilek beberapa
kali terjadi pada anggota keluarga. Riwayat penyakit seperti paru, DM,
jantung disangkal.
f. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Tn. Jamar bekerja sebagai buruh tani dan bangunan, dan Ny. Ratih
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pemasukkan didapatkan melalui Tn.
Jamar yang bekerja sebagai buruh tani dan bangunan. Tn. Jamar
mempunyai kebiasaan merokok, 1 bungkus habis dalam 2 hari. Tn. Jamar
merokok sejak usia 16 tahun. Anggota keluarga mandi 2x sehari memakai
sabun mandi bersama, handuk dan sikat gigi masing-masing. Untuk
mencuci tangan anggota keluarga menggunakan sabun colek setelah BAB
dan sesudah makan. Anggota keluarga Tn. Jamar jarang berolah raga. Jika
sedang di rumah biasanya setiap anggota keluarga memiliki kegiatan
masing masing seperti membersihkan rumah, memasak dan mencuci.
18
No Kriteria Permasalahan
3. Merokok Tn. Jamar sudah merokok sejak ± 14 tahun yang lalu dan dalam
sehari ia menghabiskan ± 1 bungkus per 2 hari
5. Kebersihan Keluarga Tn. Jamar menggunakan sabun mandi bersama-sama
kecuali untuk handuk dan sikat gigi menggunakan masing-
masing
6. Aktivitas Tn. Jamar mendapat penghasilan dari bekerja sebagai buruh
sehari - hari tani dan buruh bangunan. Keluarga Tn. Jamar mencuci tangan
dengan sabun colek sesudah BAB dan setelah makan
7. Pola pencarian Apabila sakit, keluarga Tn. Jamar akan membeli obat di warung
pengobatan dahulu dan jika tidak membaik akan memeriksa ke puskesmas.
Penyakit yang sering diderita adalah batuk pilek.
19
Tabel 1.8 Data Dasar Keluarga Tn. Santani
Nama Jenis Usia Pendidikan Penghasilan
No Status Pekerjaan
Keluarga Kelamin (thn) terakhir /bulan
1 Tn. Suami L 24 SD Supir Rp1.000.000-
Santani
W DAPUR
E
KAMAR TIDUR
20
kebutuhan mandi cuci kakus (MCK) dilakukan di sumur yang berjarak ± 25 m
dari rumah. Rumah Tn. Santani tidak mempunyai jamban, sehingga untuk BAB
dilakukan disawah.
Rumah Tn. Santani tidak memiliki dapur. Untuk memasak dilakukan di
teras rumah menggunakan kompor gas yang diletakan di atas meja. Teras rumah
terbuat dari tanah. Di sekitar rumah Tn. Santani tidak tersedia tempat
pembuangan sampah sehingga sampah dikumpulkan di samping rumah dan
dibakar jika sudah terkumpul. Pencahayaan di rumah ini terdapat 1 buah lampu di
dalam rumah berwarna putih pada kamar tidur.
b. Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Tn. Santani terletak di lingkungan yang padat
penduduk dan kumuh, dimana di samping kanan dan kiri terdapat kandang
entok dan pabrik konveksi baju.
c. Pola Makan
Keluarga Tn. Santani rata-rata makan dua kali sehari. Ny. Nenih
memasak makanan seadanya berupa nasi, lauk pauk seperti goreng tahu,
goreng tempe. Jarang mengkonsumsi daging ayam, daging sapi, buah-
buahan dan susu. Air minum keluarga Tn. Santani berasal dari air sumur
yang direbus.
d. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Anak
Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil. Tn. Santani
mempunyai 2 orang anak. Anak pertama berusia 7 tahun. Anak pertama
lahir di rumah, lahir secara normal dibantu dengan dukun. Menurut
pengakuan Ny. Nenih selama masa tumbuh anaknya tidak pernah
diberikan imunisasi karena menurut Ny. Nenih imunisasi itu tidak penting
dan Ny. Nenih berasumsi bahwa imunisasi tidak gratis, bahkan setelah
dilakukan imunisasi anaknya menjadi demam. Selama kehamilan Ny.
Komariyah tidak mempunyai riwayat sakit. Anak Ny. Nenih tidak diberi
ASI ekslusif, pada usia 3,5 bulan sudah diberi makan pisang. Sekarang,
Ny. Nenih mengikuti program KB yaitu menggunakan pil KB.
21
terlebih dahulu. Jika tidak membaik, keluarga akan datang ke puskesmas
untuk berobat. Penyakit yang beberapa kali diderita anggota keluarga Tn.
Santani adalah batuk selama tidak lebih dari 2 minggu, dan pilek beberapa
kali terjadi pada anggota keluarga. Riwayat penyakit seperti paru, DM,
jantung disangkal.
f. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Tn. Santani bekerja sebagai supir, dan Ny. Nenih bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Pemasukkan didapatkan melalui Tn. Santani yang
bekerja sebagai supir. Tn. Santani mempunyai kebiasaan merokok, 1
bungkus habis dalam sehari. Tn. Santani merokok sejak usia 15 tahun.
Anggota keluarga mandi 1x sehari memakai sabun mandi bersama, handuk
dan sikat gigi masing-masing. Untuk mencuci tangan anggota keluarga
menggunakan air tanpa sabun setelah BAB dan sesudah makan. Anggota
keluarga Tn. Santani jarang berolahraga. Jika sedang di rumah biasanya
setiap anggota keluarga memiliki kegiatan masing masing seperti
membersihkan rumah dan mengurus anak.
22
beranggapan bahwa imunisasi tidak gratis.
23
N
W E
Sistem ventilasi pada rumah Tn. Jakarsih hanya pada pintu depan
dan jendela di ruang tamu namun jendelanya tidak pernah dibuka. Udara
masuk hanya melalui pintu depan rumah ketika pintu dibuka sedangkan
jendela tidak bisa dibuka. Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan
dengan luas 20x12 cm2, memberikan jalan untuk cahaya dan udara masuk
ke rumah. Penerangan di dalam rumah Tn. Jakarsih terdapat 5 buah lampu
bohlam 10 watt pada setiap ruangan.
24
sedikit keruh dan berbau karat ketika musim kemarau dan air terasa tawar.
Limbah rumah tangga langsung dibuang pada lubang pipa saluran air
kamar mandi.
b. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Jakarsih terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju lokasi rumah Tn. Jakarsih harus melewati jalan setapak dari
jalan utama Persis di depan rumah terdapat jalan setapak dan selokan air
yang sudah tertutup. Bagian samping kiri, kanan, dan belakang rumah Tn.
Jakarsih saling berhimpitan dengan rumah warga lainnya.
c. Pola Makan
Keluarga Tn. Jakarsih memiliki kebiasaan makan 2-3 kali sehari,
tidak menentu. Sehari-hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn.
Mursid sering mengonsumsi nasi, sayuran, ikan, tahu, tempe namun jarang
mengonsumsi daging-dagingan, susu, dan buah. Air minum keluarga
berasal dari air rebusan sanyo.
25
Anak kedua Tn. Jakarsih lahir secara normal di bidan. Kedua anak Tn.
Jakarsih mendapatkan ASI ekslusif selama 6 bulan, anak pertama Tn.
Jakarsih bahkan mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun. Anak kedua tidak
memiliki riwayat penyakit campak dikarenakan mendapat imunisasi dasar
dengan lengkap.
e. Kebiasaan Berobat
Tn. Jakarsih jarang berobat ke fasilitas kesehatan. Apabila hanya
mengalami pusing-pusing atau nyeri kepala beliau hanya mengonsumsi
obat warung, begitu pula dengan Ny. Idah dan kedua anaknya. Tetapi jika
tidak membaik menggunakan obat warung barulah berobat ke puskesmas
atau bidan terdekat.
f. Riwayat Penyakit
Tn. Jakarsih saat ini tidak memiliki penyakit kronis seperti jantung
dan diabetes ataupun hipertensi. Tidak pula memiliki penyakit genetik
seperti asma. Ny Idah, istri Tn. Jakarsih tidak memiliki riwayat penyakit.
Sedangkan untuk anak pertama Tn. Jakarsih, An. Sutirah memiliki riwayat
penyakit campak dan tidak mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap.
Anak kedua Tn. Jakarsih tidak memiliki riwayat penyakit dan
mendapatkan imunisasi dasar dengan lengkap.
No Kriteria Permasalahan
28
1.5.1.4 Keluarga Tn. Jaiyan
Tabel 1.14 Data Dasar Keluarga Tn. Jaiyan
Jenis Usia Penghasilan
No Nama Status Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (thn) /bulan
1 Tn. Jaiyan Suami L 28 Tamat SD Buruh Rp. 700.000
2 Ny. Marti Istri P 25 Tamat SD Pedagang Rp 300.000
An.
3 Anak I L 7 SD - -
Masád
An.
4 Anak II P 5 - - -
Sopiah
5 An. Masdi Anak III L 2 - - -
W E
29
ketika pintu dibuka dan jendela. Ventilasi yang ada berasal dari pintu
depan dengan luas 20x12 cm2, dan jendela dengan ukuran 2x1 meter
memberikan jalan untuk cahaya dan udara masuk ke rumah. Penerangan di
dalam rumah Tn. Jaiyan terdapat 7 buah lampu bohlam 10 watt pada setiap
ruangan.
Di rumah Tn. Jaiyan terdapat fasilitas kamar mandi yang bedinding
semen dan berlantai keramik dengan ukuran 2 x 2 meter. Terdapat fasilitas
jamban kloset jongkok di kamar mandi tersebut untuk buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB). Air untuk MCK didapat dari air Sanyo,
dan sifat airnya jernih, berwarna bening, serta tidak berbau ketika musim
hujan, namun, sedikit keruh dan berbau karat ketika musim kemarau dan
air terasa tawar. Limbah rumah tangga langsung dibuang pada lubang pipa
saluran air kamar mandi.
Selain itu, rumah Tn. Jaiyan memiliki dapur berukuran 1,5x1 m 2
berdinding dan belum berlantai keramik. Dapur jarang dibersihkan dan
lokasinya berdekatan dengan kamar mandi. Untuk mencuci baju dan
mencuci piring biasa dilakukan di kamar. Di sekitar rumah Tn. Jaiyan
tidak tersedia tempat pembuangan sampah sehingga Ny. Marti
mengumpulkan sampah di kantong plastik lalu membuangnya di depan
rumah hingga penuh. Jika sudah penuh akan dipindahkan ke lahan kosong
yang kemudian akan dibakar setiap minggunya.
b. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Jaiyan terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju lokasi rumah Tn. Jaiyan harus melewati jalan setapak dari
jalan utama Persis di depan rumah terdapat jalan setapak dan selokan air
yang sudah tertutup. Bagian samping kiri, kanan, dan belakang rumah Tn.
Jaiyan saling berhimpitan dengan rumah warga lainnya
c. Pola Makan
Keluarga Tn. Jaiyan memiliki kebiasaan makan 2-3 kali sehari,
tidak menentu. Sehari-hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn.
Jaiyan sering mengonsumsi nasi, sayuran, ikan, tahu, tempe namun jarang
mengonsumsi daging-dagingan, susu, dan buah. Air minum keluarga
30
berasal dari air rebusan sanyo.
Tn. Jaiyan dan Ny. Marti memiliki tiga orang anak. Anak pertama
berusia 7 tahun yang kini duduk dibangku SD. Lahir secara normal dibantu
oleh dukun. ASI tidak diberikan secara eksklusif, riwayat imunisasi juga
tidak terlalu diperhatikan. Anak kedua berusia 5 tahun, Ny Marti
memberikan ASI eksklusif kepada anak keduanya ini dikarenakan ASI
keluar sangat banyak pada saat itu ditambah lagi keadaan ekonomi yang
menurun sehingga tidak memungkinkan membeli susu formula, riwayat
imunisasi tidak lengkap karena alasan kendala keadaan ekonomi. Untuk
anak ketiga Ny Marti memberikan susu formula sejak lahir karena ASI
tidak keluar sedikit pun, riwayat imunisasi tidak lengkap.
e. Kebiasaan Berobat
Tn. Jaiyan jarang berobat ke fasilitas kesehatan. Apabila hanya
mengalami pusing-pusing atau nyeri kepala beliau hanya mengonsumsi
obat warung, begitu pula dengan Ny. Marti dan kedua anaknya. Tetapi jika
tidak membaik menggunakan obat warung barulah berobat ke puskesmas
atau bidan terdekat.
f. Riwayat Penyakit
Tn. Jaiyan saat ini tidak memiliki penyakit kronis seperti jantung
dan diabetes ataupun hipertensi. Tidak pula memiliki penyakit genetik
seperti asma. Ny Marti, istri Tn. Jaiyan tidak memiliki riwayat penyakit.
Sedangkan untuk anak pertama Tn. Jaiyan, Masád memiliki riwayat
penyakit campak dan tidak mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap.
Sedangkan untuk anak kedua dan ketiga Tn. Jaiyan hingga saat ini tidak
memiliki riwayat penyakit.
31
Keluarga Tn. Jaiyan rata-rata makan 2-3x sehari dan tidak menentu
jamnya. Makanan disiapkan oleh Ny Marti yang terdiri dari makanan
pokok berupa nasi, lauk pauk, dan sayuran. Lauk pauk pada umumnya
ialah telur, tahu, dan tempe, sedangkan sayurannya ialah bayam dan
kangkung, namun keluarga Tn. Jaiyan jarang mengonsumsi daging-
dagingan, buah-buahan, dan susu. Keluarga Tn. Jaiyan minum dari air
rebusan dan memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah
BAB, keluarga Tn. Jaiyan sering mencuci tangan dengan sabun dan air
yang mengalir sebelum dan sesudah makan. Keluarga ini memiliki
kebiasaan mencuci sayuran dan bahan makanan lain yang perlu dicuci
terlebih dahulu, dengan air mengalir. Kebiasaan mandi dilakukan rata-rata
2 kali sehari disertai menggosok gigi.
TIDUR
KAMAR
N
33
W E
TERAS
S
A
KELU
RUA
DAN
TAM
RUA
G
G
RG
DAPUR
TIDUR
KAMAR
Gambar 1.7 Denah Rumah Tn. Komarudin
Keluarga Tn. Komarudin bertempat tinggal di Desa Kemuning RT
10 RW 03, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Banten. Keluarga.
Tn. Komarudin tinggal di rumah dengan luas bangunan berukuran 7x10
meter. Rumah ini tidak bertingkat dimana terdapat 2 kamar tidur, 1 kamar
mandi, ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur. Seluruh dinding bangunan
rumah terbuat dari batako yang dilapisi semen dan dicat warna hijau. Luas
kamar tidur 1 kurang lebih 2,4x2,3 m2, ruang tamu bergabung dengan
ruang keluarga berukuran 2,1x2 m2 terdapat TV, lemari pakaian, dan
lemari penyimpanan, luas kamar mandi 1,5x1 m2. Pada bagian depan
rumah terdapat teras kecil berukuran 2x2 meter. Lantai rumah sudah
menggunakan keramik dan atap rumah terbuat dari genting tanpa ceiling.
Sistem ventilasi pada rumah Tn. Komarudin hanya pada pintu
depan dan jendela di ruang tamu. Udara masuk hanya melalui pintu depan
rumah ketika pintu dibuka dan jendela. Ventilasi yang ada berasal dari
pintu depan dengan luas 20x12 cm2, dan jendela dengan ukuran 2x1 meter
memberikan jalan untuk cahaya dan udara masuk ke rumah. Penerangan di
dalam rumah Tn. Komarudin terdapat 5 buah lampu bohlam 10 watt pada
setiap ruangan.
Di rumah Tn. Komarudin terdapat fasilitas kamar mandi yang
bedinding semen dan berlantai keramik dengan ukuran 2 x 2 meter.
Terdapat fasilitas jamban kloset jongkok di kamar mandi tersebut untuk
buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Air untuk MCK didapat
34
dari air Sanyo, dan sifat airnya jernih, berwarna bening, serta tidak berbau
ketika musim hujan, namun, sedikit keruh dan berbau karat ketika musim
kemarau dan air terasa tawar. Limbah rumah tangga langsung dibuang
pada lubang pipa saluran air kamar mandi.
Selain itu, rumah Tn. Komarudin memiliki dapur berukuran 1,5x1
m2 berdinding dan belum berlantai keramik. Dapur jarang dibersihkan dan
lokasinya berdekatan dengan kamar mandi. Untuk mencuci baju dan
mencuci piring biasa dilakukan di kamar. Di sekitar rumah Tn. Komarudin
tidak tersedia tempat pembuangan sampah sehingga Ny. Sutiha
mengumpulkan sampah di kantong plastik lalu membuangnya di depan
rumah hingga penuh. Jika sudah penuh akan dipindahkan ke lahan kosong
yang kemudian akan dibakar setiap minggunya.
b. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Komarudin terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Untuk menuju lokasi rumah Tn. Komarudin harus melewati
jalan setapak dari jalan utama Persis di depan rumah terdapat jalan setapak
dan selokan air yang sudah tertutup. Bagian samping kiri, kanan dan
belakang rumah Tn. Komarudin saling berhimpitan dengan rumah warga.
c. Pola Makan
Keluarga Tn. Komarudin memiliki kebiasaan makan 2-3 kali
sehari, tidak menentu. Sehari-hari mereka selalu memasak makanan
sendiri. Tn. Komarudin sering mengonsumsi nasi, sayuran, ikan, tahu,
tempe namun jarang mengonsumsi daging-dagingan, susu, dan buah. Air
minum keluarga berasal dari air rebusan sanyo.
e. Kebiasaan Berobat
35
Tn. Komarudin jarang berobat ke fasilitas kesehatan. Apabila
hanya mengalami pusing-pusing atau nyeri kepala beliau hanya
mengonsumsi obat warung, begitu pula dengan Ny. Sutiha dan anaknya.
Tetapi jika tidak membaik menggunakan obat warung barulah berobat ke
puskesmas atau bidan terdekat.
f. Riwayat Penyakit
Tn. Komarudin saat ini tidak memiliki penyakit kronis seperti
jantung dan diabetes ataupun hipertensi. Tidak pula memiliki penyakit
genetik seperti asma. Begitu pula Ny. Sutiha. Anak mereka yang masih
berusia 3 tahun juga tidak memiliki riwayat penyakit.
36
No Kriteria Permasalahan
1 Olahraga Anggota keluarga Tn. Komarudin jarang berolahraga
2 Pola Makan 2-3 kali sehari dengan memasak sendiri,
Makan makanan pokok berupa nasi, lauk pauk seperti tahu,
tempe, telur, sayur bayam dan kangkung. Jarang
mengonsumsi daging-dagingan, buah-buahan, dan susu
3 Merokok Tidak ada
4 Kebersihan Keluarga Tn. Komarudin menggunakan peralatan mandi
bersama
kecuali handuk dan sikat gigi dan mengganti handuk 3
minggu sekali
5 Aktivitas c. Tn. Komarudin dan Ny. Sutiha mendapat penghasilan dari
Sehari-hari hasil kerja Tn. Komarudin sebagai buruh pabrik
d. Keluarga Tn. Komarudin jarang berolahraga
6. Pola Tn. Komarudin, Ny Sutiha beserta anak mereka jarang
Pencarian berobat ke fasilitas kesehatan. Apabila hanya mengalami
Pengobatan pusing- pusing atau nyeri kepala beliau hanya mengonsumsi
obat warung, Tetapi jika tidak membaik menggunakan
obat warung barulah berobat ke puskesmas atau bidan
terdekat.
7. Imunisasi Anak tunggal Tn. Komarudin dan Ny Sutiha tidak dilakukan
imunisasi secara lengkap
No Kriteria Permasalahan
6. Saluran Rumah Tn. Jaiyan langsung membuang limbah rumah tangga
37
pembuangan pada lubang pipa saluran air kamar mandi dan mengalir
limbah langsung ke selokan di belakang rumah.
7. Tempat Keluarga Tn. Jaiyan tidak memiliki tempat
Pembuangan pembuangan sampah di rumahnya, sampah ditumpuk dan
Sampah kemudian jika sudah penuh dibuang dan dibakar di lahan
kosong dekat rumah
38
Gambar 1.8 Proses Metode Delphi
Metode Delphi adalah suatu metode dimana dalam proses pengambilan
keputusan melibatkan beberapa pakar. Dalam pengambilan sebuah masalah
digunakan Metode Delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat
keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para
ahli atas masalah yang akan diputuskan.
Dari berbagai masalah yang ditemukan pada keluarga binaan,
permasalahan terkait yang diangkat ialah pengetahuan mengenai imunisasi dasar
lengkap. Pengetahuan adalah suatu bidang yang sangat penting akan terbentuknya
kecenderungan berpikir serta tindakan seseorang. Kecenderungan berpikir dan
tindakan seseorang yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Hal ini dibuktikan berdasarkan pengalaman dan
penelitian (Notoatmodjo, 2014)
Maka dapat disimpulkan permasalahan dari keluarga binaan yang diangkat
yaitu “GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI IMUNISASI DASAR
LENGKAP DI KELUARGA BINAAN DESA KEMUNING RT/RW 10/03,
KECAMATAN KRESEK, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI
BANTEN”.
39
Tabel 1.17 Hasil Pre-Survey
Aspek Baik (%) Buruk (%)
Pengetahuan 40 60
Sikap 10 90
Perilaku 35 65
40
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
41
5. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakuksan penilaian
terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.
Dari teori tingkat pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahauan memiliki 6 tingkatan pengetahuan dimana tingkat pengetahuan
tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapatkan pengetahuan,
tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga dapat
mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, tingkat keempat
mampu menjabarkan suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat
mensintesis atau menunjukan kemampuan untuk meringkas suatu materi, dan
tingkat pengetahuan yang keenam seseorang mempunyai kemampuan untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi.
43
kesehatan dan ia tidak merokok (Agus, 2013).
1. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,
makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi (Azwar, 2009)
Pada penelitian Thomas Armstrong, dikatakan bahwa masa remaja (usia
12- 20 tahun) terjadi serangkaian peristiwa biologis seperti pubertas dimana
terjadi perubahan dalam hal seksual, emosional, sosial budaya, dan spiritual
45
dimana pada masa ini mereka sedang dalam proses pencarian jati diri. Masa
dewasa awal (20-35 tahun) mereka mulai mempunyai tanggung jawab yang harus
diselesaikan seperti dalam hal membangun keluarga atau mendapatkan pekerjaan
tetap. Masa dewasa menengah (35-50 tahun) mereka mulai mengambil masa
istirahat dari tanggung jawab duniawi untuk merenungkan makna kehidupan
mereka lebih dalam lagi.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan sangat
erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah belum tentu berpengetahuan rendah pula (Dewi dan
Wawan, 2011).
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non-formal. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan menentukan sikap seseorang
terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui,
maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut
(Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan diantaranya;
pendidikan dasar yaitu pendidikan minimum yang diwajibkan bagi semua warga
negara meliputi SD dan SMP, pendidikan menengah yaitu jenjang pendidikan
formal setelah pendidikan dasar yang meliputi SMA/Sederajat dan pendidikan
tinggi yaitu jenjang pendidikan formal setelah pendidikan menengah yang
meliputi perguruan tinggi (akademi dan universitas) (KBBI, 2002).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah usaha seseorang untuk memperoleh materi sehingga
46
mampu memenuhi kenutuhan sehari hari. Penghasilan yang tendah akan
memperngruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi,
pendidikan, dan kebutuhan lainnya (Notoatmodjo, 2003).
Pekerjaan memiliki pengaruh pada pengetahuan seseorang. Lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya, seseorang yang
mempunyai pekerjaan di bidang kesehatan lingkungan tentunya akan lebih
memahami bagaimana cara menjaga kesehatan dirinya, keluarganya, dan
lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).
4. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik
seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif (Notoatmodjo,
2007).
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle
Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa tidak adanya
suatu pengalaman sama sekali, suatu objek psikologis cenderung akan bersikap
negatif terhadap objek tersebut.
b. Faktor Eksternal
1. Status Ekonomi
47
dari keluarga dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2003).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang tentang berbagai hal. Pada penelitian ini menggunakan kategori tingkat
ekonomi berdasarkan angka upah minimal regional (UMR) Kabupaten Tangerang
tahun 2018 sebagai berikut: Baik: ≥ UMR (≥ Rp.3.550.000,00) Buruk: < UMR (<
Rp.3.550.000,00)
2. Informasi
3. Sosial Budaya
2.2 Imunisasi
2.2.1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes,
2014).
49
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati, 2011).
Vaksinasi, yang merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang dengan
sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi
sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah
mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Antigen
yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang peka, antibodi,
maupun sel memori. Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah
diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein
rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara akif terhadap penyakit infeksi tertentu (Kemenkes,
2014).
2. 2. 2 Tujuan Imunisasi
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh
desa/kelurahan pada tahun 2014.
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
c. Eradikasi polio pada tahun 2015.
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practice and waste disposal
management) (Kemenkes, 2014).
50
dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh:
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang
terencana, agar sehat dan berkualitas.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara.
51
2.2.4. Jenis Imunisasi
Imunisasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan dimana masing-masing
imunitas tubuh (acquired immunity) dapat diperoleh secara aktif maupun secara
pasif.
2.2.4.1 Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibodi sendiri. Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami
reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral
serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka
tubuh secara cepat dapat merespon (Maryunani, 2010).
Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui mulut.
Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh membuat zat-zat anti terhadap
penyakit bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat
dapat diukur dengan pemeriksaan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun
terhadap penyakit tersebut. Jenis imunisasi aktif antara lain vaksin BCG, vaksin
DPT (difteri- pertusis-tetanus), vaksin poliomielitis, vaksin campak, vaksin typus
(typus abdominalis), toxoid tetanus dan lain-lain (Maryunani, 2010).
Namun hanya lima imunisasi (BCG, DPT, Polio, Hepatitis B, Campak)
yang menjadi Program Imunisasi Nasional yang dikenal sebagai Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) atau Extended Program on Immunization (EPI)
yang dilaksanakan sejak tahun 1977. PPI merupakan program pemerintah dalam
bidang imunisasi untuk mencapai komitmen internasional yaitu Universal Child
Immunization (Ranuh et.al, 2011).
52
toksin, opsonisasi, atau bakteriolisis. Kerja antibodi terhadap infeksi virus melalui
netralisasi virus, pencegahan masuknya virus ke dalam sel dan promosi sel
natural- killer untuk melawan virus. Dengan demikian pemberian antibodi akan
menimbulkan efek proteksi segera. Tetapi karena tidak melibatkan sel memori
dalam sistem imunitas tubuh, proteksinya bersifat sementara selama antibodi
masih aktif di dalam tubuh resipien, dan perlindungannya singkat karena tubuh
tidak membentuk memori terhadap patogen/ antigen spesifiknya (Ranuh et.al,
2011).
Transfer imunitas pasif didapat terjadi saat seseorang menerima plasma atau
serum yang mengandung antibodi tertentu untuk menunjang kekebalan tubuhnya
(Ranuh et.al, 2011). Imunisasi pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh,
misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini
didapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu
karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak (Maryunani,
2010).
53
Gambar 2.1 Sasaran Imunisasi
2.2.6 Klasifikasi
54
Program Imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan
terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, Wanita Usia Subur
(WUS) dan ibu hamil. Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi
dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. (Kemenkes,
2014).
a. Imunisasi Dasar
Imunisasi ini diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun. Jenis
55
imunisasi dasar terdiri atas Hepatitis B pada bayi baru lahir, BCG, Difhteria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Difteria Pertusis Tetanus-Hepatitis
B-Haemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib), Polio dan Campak (Kemenkes,
2014).
56
57
58
Gambar 2.4 Jenis Imunisasi Dasar
b. Imunisasi Lanjutan
59
masa perlindungan.
Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu
melakukan pelayanan antenatal. Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada
anak usia bawah tiga tahun (batita) terdiri atas Difteria Pertusis Tetanus- Hepatitis
B (DPT-HB) atau Difhteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B- Haemophilus Influenza
type B (DPT-HB-Hib) pada usia 18 bulan dan campak pada usia 24 bulan.
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS) dengan jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak
usia sekolah dasar terdiri atas campak, Difteria Tetanus (DT), dan Tetanus
Difteria (Td). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur
berupa Tetanus Toxoid (Kemenkes, 2013).
60
Gambar 2.5 Jenis Imunisasi Lanjutan
61
B. Imunisasi Tambahan
1. Backlog fighting
2. Crash program
Wilayah yang membutuhkan intervensi secara cepat untuk mencegah
KLB
3. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
4. Sub PIN
Hari-hari dimana beberapa provinsi memberikan imunisasi Polio
pada anak-anak
5. Catch up Campaign campak
C. Imunisasi Khusus
62
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk
melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi
tertentu yang dimaksud tersebut antara lain persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis penyakit tertentu dan
kondisi kejadian luar biasa (KLB). Jenis imunisasi khusus antara lain terdiri atas
imunisasi Meningitis Meningokokus, imunisasi Yellow Fever (demam kuning),
dan imunisasi Anti Rabies (VAR) (Kemenkes, 2014).
63
Gambar 2.7 Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Balita
64
Gambar 2.9 Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Usia Sekolah
Rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Vaksin
hepatitis B diberikan sebaiknya 12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi
dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung
(Maryunani, 2010). Vaksin diberikan secara intramuskular dalam. Pada neonatus
dan bayi diberikan di anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan dewasa,
diberikan di regio deltoid. Interval antara dosis pertama dan dosis kedua minimal
1 bulan, memperpanjang interval antara dosis pertama dan kedua tidak akan
mempengaruhi imunogenisitas atau titer antibodi sesudah imunisasi selesai.
(Ranuh et.al, 2011).
Untuk ibu dengan HbsAg positif, selain vaksin hepatitis B diberikan juga
hepatitis immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml di sisi tubuh yang berbeda dalam 12 jam
setelah lahir. Sebab, Hepatitis B Imunoglobulin (HBIg) dalam waktu singkat
segera memberikan proteksi meskipun hanya jangka pendek (3-6 bulan)
(Cahyono, 2010).
Bila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi
kedua, sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2 bulan dari
imunisasi kedua. Bila dosis ketiga terlambat, diberikan segera setelah
memungkinkan. Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal yang
ringan dan bersifat sementara. Kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan
untuk 1-2 hari (Ranuh et.al, 2011).
66
seperti meningitis TB dan tuberkulosis milier (Ranuh et.al, 2011).
Vaksin BCG diberikan pada umur < 2 bulan, Kementerian Kesehatan
menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur 1 bulan dan sebaiknya pada
anak dengan uji Mantoux (Tuberkulin) negatif. Imunisasi BCG ulangan tidak
dianjurkan. Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Efek proteksi
bervariasi antara 0-80 %, berhubungan dengan beberapa faktor yaitu mutu vaksin
yang dipakai, lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur,
keadaan gizi dan lain-lain) (Ranuh et.al, 2011).
Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikkan vaksin BCG
harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,55 cc untuk bayi kurang dari 1 tahun dan
0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Pemberian imunisasi ini dilakukan secara
Intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikkan kedalam lapisan kulit dengan
penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dapat
dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10
mm, ukuran 26) (Proverawati dan Andhini, 2010).
Imunisasi BCG tidak boleh digunakan pada orang yang reaksi uji
tuberkulin >5 mm, menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat imuno-supresif,
mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang
atau sistem limfe, menderita gizi buruk, menderita demam tinggi, menderita
infeksi kulit yang luas, pernah sakit tuberkolusis, dan kehamilan (Ranuh et.al,
2011).
Efek samping reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG yaitu
setelah 1- 2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan
ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka.
Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengan
sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak
atau leher. Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan
demam (Proverawati dan Andhini, 2010).
67
HB-HiB)
Vaksin DPT-HB-Hib berupa suspense homogeny yang berisikan difteri
murni, toxoid tetanus, bakteri pertusis inaktif, antigen permukaan hepatitis B
(HBsAg) murni yang tidak infeksius dan komponen Hib sebagai vaksin
bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida Haemophillus influenza tipe b (Hib)
tidak infeksius yang dikonjugasikan kepada protein toksoid tetanus (Kemenkes,
2013).
Vaksin ini digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis
(batuk rejan), hepatitis B dan infeksi Haemophilus influenza tipe b secara
simultan. Strategic Advisory Group of Expert on Immunization (SAGE)
merekomendasikan vaksin Hib dikombinasi dengan DPT-HB menjadi vaksin
pentavalent (DPT-HB- Hib) untuk mengurangi jumlah suntikan pada bayi.
Penggabungan berbagai antigen menjadi satu suntikan telah dibuktikan melalui uji
klinik, bahwa kombinasi tersebut secara materi tidak akan mengurangi keamanan
dan tingkat perlindungan (Kemenkes, 2013).
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3 (tiga) kali pada
usia 2, 3 dan 4 bulan. Pada tahap awal hanya diberikan pada bayi yang belum
pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah pernah mendapatkan
imunisasi DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian
imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga. Untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dibutuhkan imunisasi lanjutan kepada anak batita sebanyak satu dosis
pada usia 18 bulan.
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda secara
bermakna dengan vaksin DPT, Hepatitis B dan Hib yang diberikan secara
terpisah. Untuk DPT, beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan
kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul. Vaksin hepatitis B
dan vaksin Hib dapat ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal dapat terjadi dalam 24
jam setelah vaksinasi dimana penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada
lokasi penyuntikkan. Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara, pada
umumnya akan sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan tindakan medis
lebih lanjut. Terdapat beberapa kontraindikasi terhadap dosis pertama DPT,
kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius
68
lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam hal ini
vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus
diberikan sebagai pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara
terpisah.
Vaksin tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat alergi berat dan
ensefalopalopati pada pemberian vaksin sebelumnya. Keadaan lain yang perlu
mendapatkan perhatian khusus adalah bila pada pemberian vaksin sebelumnya.
Keadaan lain yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah bila pada
pemberian pertama dijumpai riwayat demam tinggi, respon dan gerak yang
kurang (hipotonik- hiporesponsif) dalam 48 jam, anak menangis terus selama 2
jam, dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi DPT. Pemberian vaksin
sebaiknya ditunda pada orang yang berpenyakit infeksi akut. Vaksin DPT, baik
bentuk DtaP maupun DTwP, tidak diberikan pada anak kurang dari usia 6
minggu. Sebab, respons terhadap pertusis dianggap tidak optimal. Vaksin pertusis
tidak boleh diberikan pada wanita hamil (Cahyono, 2010).
69
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun). Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
langsung kemulut anak. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru (Proverawati dan Andhini, 2010). Dosis pertama dan kedua
diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga
dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada
tingkat yang tertinggi (Lisnawati, 2011).
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang ditimbulkan
akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan,
misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh. (Proverawati dan Andhini, 2010). Vaksinasi polio tidak dianjurkan
diberikan pada keadaan ketika seseorang sedang demam (>38,5°C), obat penurun
daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV, Ibu hamil trimester pertama, dan alergi
pada vaksin polio. Pernah dilaporkan bahwa penyakit poliomielitis terjadi setelah
pemberian vaksin polio. Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat
menimbulkan gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot (Cahyono, 2010).
2.3.5 Imunisasi Campak
70
yang mempunyai titer antibodi di atas ambang pencegahan. Berarti, anak usia
sekolah separuhnya rentan terhadap campak dan imunisasi campak satu kali saat
berumur 9 bulan tidak dapat memberi perlindungan jangka panjang (Cahyono,
2010).
Efek samping yang timbul dari imunisasi campak seperti demam lebih dari
39,5°C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5%
resipian timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4
hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang
telah memperoleh imunisasi pada saat inkubasi penyakit alami. Terjadinya kejang
demam, reaksi berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti
ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi. Diperkirakan risiko terjadinya kedua
efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar
dosis vaksin (Ranuh et.al, 2011).
Imunisasi tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi
primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ,
mereka yang mendapat pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak
immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa
immunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat
imunisasi campak (Ranuh et.al, 2011).
71
2.5 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
2.5.1 Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota
family Hepadnavirus, suatu virus DNA yang berlapis ganda, berbentuk bulat dan
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang pada sebagian kecil
kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati (hati mengeras dan mengecil) atau
kanker hati (Cahyono, 2010).
Gejala dan tanda infeksi VHB tergantung pada perjalanan klinisnya,
apakah dalam keadaan akut, kronis, atau sudah dalam keadaan sirosis atau kanker
hati. Pada keadaan akut, keluhan yang dirasakan pasien adalah berupa lemas,
mual, mata kuning, demam, kencing seperti air teh. Sementara pada hepatitis B
kronis, biasanya pasien hanya mengeluh mudah lelah dan lesu. Sementara pada
keadaan sirosis, pasien mengeluh perut bengkak (rongga perut terisi air), mata
kuning, lesu dan sebagainya. Bila hepatitis B kronis telah menjadi kanker hati,
keluhan yang dirasakan pasien adalah perut sebelah kanan atas membesar dan
mengeras. Jika demikian keadaannya, biasanya pasien yang menderita kanker hati
tidak akan bertahan sampai satu tahun (Cahyono, 2010).
72
Proses penularan virus ini dapat melalui dua cara yaitu dengan penularan
vertikal dan penularan horizontal. penularan vertikal terjadi dari ibu yang
mengidap virus hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan, yaitu pada saat
persalinan atau segera setelah persalinan. Di indonesia, cara penularan ini yang
paling banyak terjadi. Sedangkan penularan horizontal dapat terjadi akibat
penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah,
penggunaan pisau cukur, dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan
seksual dengan penderita. Cara penularan ini biasanya terjadi pada orang dewasa
(Cahyono, 2010).
2.5.2 Tuberkulosis
2.5.3 Difteri
Difteri adalah penyakit menular akut pada tonsil, faring, hidung, laring,
selaput mukosa, kulit dan terkadang konjungtiva serta vagina. Penyakit ini dapat
73
menyerang seluruh lapisan usia, tetapi lebih sering pada anak-anak, terutama pada
anak yang tidak mempunyai kekebalan terhadap bakteri penyebab difteri. Difteri
merupakan penyakit yang mengancam jiwa. Difteri disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteriae. Tingkat kematian akibat penyakit ini paling tinggi di
kalangan bayi dan orang tua, kematian biasanya terjadi pada tiga sampai empat
hari pertama timbulnya penyakit (Cahyono, 2010).
Sumber utama penularan penyakit ini adalah manusia. Penularan terjadi
melalui udara pernapasan saat kontak langsung dengan penderita atau pembawa
(carrier) kuman. Seorang penderita difteri dapat menularkan penyakit sejak hari
pertama sakit sampai 4 minggu atau sampai tidak ditemukan lagi bakteri pada lesi
yang ada. Seorang pembawa (carrier) kuman dapat menularkan penyakit sampai
6 bulan (Cahyono, 2010). Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak
selalu mempunyai kekebalan seumur hidup. Pencegahan yang paling efektif
dilakukan melalui vaksinasi (Cahyono, 2010).
2.5.4 Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut berupa batuk yang
sangat berat (batuk seratus hari). Penyakit ini menyerang mulut, hidung, dan
tenggorokan. Pertusis merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat
menyerang semua golongan umur, makin muda usia terkena pertusis, makin
berbahaya. Kasus terbanyak terjadi pada anak umur 1 tahun. Pertusis disebabkan
oleh bakteri Bordetella pertusis (Cahyono, 2010). Sebelum ditemukan vaksinnya,
pertusis merupakan penyakit tersering yang menyerang anak dan merupakan
penyebab utama kematian (diperkirakan sekitar 300.000 kematian terjadi setiap
tahun) (Ranuh et.al, 2011).
Pertusis menular melalui udara pernapasan, yaitu percikan air ludah.
Seorang penderita menjadi infeksius sampai 3 minggu setelah serangan batuk
dimulai. Gejala akan mulai timbul 3-12 hari setelah bakteri masuk ke dalam
tubuh. Infeksi berlangsung selama 6 minggu dan berkembang melalui 3 tahapan,
biasanya gejala dimulai dengan batuk dan pilek ringan selama 1-2 minggu
(stadium kataral). Kemudian, diikuti dengan masa jeda batuk (stadium
paroksismal), disini timbul 5- 15 kali batuk diikuti dengan menghirup napas
74
bernada tinggi. Batuk atau lendir yang kental sering merangsang terjadinya
muntah. Tahap terakhir gejala pertusis disebut dengan tahap konvalesen, yang
ditandai dengan batuk dan muntah semakin berkurang, anak tampak merasa lebih
baik. Kadang-kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan biasanya akibat iritasi
saluran pernapasan (Cahyono, 2010).
Pengobatan pertusis secara kausal dapat dilakukan dengan antibiotik
khususnya eritromisin, dan pengobatan suportif terhadap gejala batuk yang berat.
Pemberian pengobatan eritromisin untuk pencegahan pada kontak pertusis dapat
dilakukan untuk mengurangi penularan (Ranuh et.al. 2011). Tindakan pencegahan
yang paling efektif adalah dengan membentuk kekebalan tubuh terhadap bakteri
pertusis melalui vaksinasi (Cahyono, 2010).
2.5.5 Tetanus
Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, gejala klinis disebabkan oleh
eksotoksin yang diproduksi Clostridium tetani. Bakteri ini tersebar di seluruh
dunia menyerang bayi, anak-anak dan remaja terutama yang tidak memperoleh
perlindungan vaksinasi. Tetanus, terutama Tetanus Neonatorum, sampai saat ini
masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Sebab, tetanus menjadi penyebab
8%-69% dari kematian bayi baru lahir (menjadi penyebab kematian utama
terutama di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia) (Cahyono,
2010).
Clostridium tetani masuk kedalam tubuh manusia melalui luka, misalnya
luka tusuk, luka robek, luka tembak, luka bakar, luka gigit, luka suntikan, infeksi
telinga, rahim sesudah persalinan atau keguguran, pemotongan tali pusat yang
tidak steril (sebagai penyebab utama Tetanus Neonatarum) (Cahyono, 2010).
Pasien tetanus mudah sekali mengalami kejang, terutama apabila mendapatkan
rangsangan seperti suara berisik, terkejut, sinar dan sebagainya. Tetanus pada bayi
baru lahir disebut Tetanus Neonatorum, yang penularannya terjadi pada saat
pemotongan tali pusat yang dilakukan secara tidak steril. Tetanus Neonatorum
75
lebih mudah terjadi bila bayi tidak mendapat imunisasi pasif atau bila pada saat
ibunya hamil tidak pernah mendapat imunisasi (Cahyono, 2010).
Pencegahan tetanus dilakukan melalui upaya sterilitas alat, misalnya saat
memotong tali pusat, pembersihan dan perawatan luka dan segera mengobati luka
infeksi. Tetapi, upaya pencegahan paling efektif adalah melalui imunisasi pasif
dan aktif (Cahyono, 2010).
76
2.5.7 Campak
Penyakit campak (rubeola atau measles) adalah penyakit infeksi yang
sangat mudah menular, yaitu kurang dari 4 hari pertama sejak munculnya ruam.
Penyebab pasti dari penyakit campak adalah virus campak (Radji, 2015). Campak
merupakan penyebab kematian bayi umur kurang 12 bulan dan anak usia 1-4
tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun anak Indonesia meninggal akibat
komplikasi campak. Campak berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa atau
pandemik (Cahyono, 2010).
Penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui udara atau
semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi
pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul (Cahyono,
2010). Gejala klinis seperti demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai
hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Ruam awal pada 24
sampai 48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama
periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat
mencapai 40°C pada waktu ruam sudah timbul diseluruh tubuh. Gejala awal
lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah selanjutnya dicari
Koplik’s spot. Dua hari sebelum ruam timbul, gejala Koplik’s spot yang
merupakan tanda pathognomonis dari penyakit campak, dapat dideteksi (Ranuh
et.al. 2011). Pencegahan penyakit campak ini dapat dilakukan dengan cara
menghindari kontak dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dan
vaksinasi campak (Cahyono, 2010).
77
memelihara jiwa. "Imunisasi terhadap bayi dianjurkan oleh Nabi Muhammad
SAW dalam hadits agar manusia berobat dari penyakitnya," imunisasi pertama
pada anak adalah air susu ibu (ASI). Pada ASI terkandung zat-zat yang
dibutuhkan anak untuk kekebalan tubuhnya. Sementara, untuk penggunaan vaksin
polio khusus dan vaksin polio oral dibolehkan karena darurat. Penggunaan vaksin
itu dibolehkan selama belum ditemukan bahan pembuatan vaksin yang halal.
Tujuannya demi mencegah munculnya bahaya yang lebih besar.
Berdasarkan surat Menteri Kesehatan RI Nomor:
1192/MENKES/IX/2002, tanggal 24 September 2002, serta penjelasan Direktur
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman Departemen Kesehatan, Direktur Bio Farma, Badan POM, LP POM-
MUI, pada rapat Komisi Fatwa, Selasa, 1 Sya’ban 1423 / 8 Oktober 2002; dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pemerintah saat ini sedang berupaya melakukan pembasmian penyakit
polio dari masyarakat secara serentak dengan cara pemberian dua tetes
vaksin Polio oral (melalui saluran pencernaan).
b. Penyakit (virus) Polio, jika tidak ditanggulangi, akan menyebabkan cacat
fisik (kaki pincang) pada mereka yang menderitanya.
c. Terdapat sejumlah anak balita yang menderita immunocompromise
(kelainan sistem kekebalan tubuh) yang memerlukan vaksin khusus yang
diberikan secara injeksi (vaksin jenis suntik).
d. Jika anak-anak yang menderita immunocompromise tersebut tidak
diimunisasi maka mereka akan menderita penyakit Polio serta sangat
dikhawatirkan pula mereka akan menjadi sumber penyebaran virus.
e. Vaksin khusus tersebut (IPV) hasil akhir tidak terdeteksi unsur babi
f. Perlu diketahui juga bahwa di Saudi Arabia sendiri untuk pendaftaran haji
melalui hamlah (travel) diwajibkan bagi setiap penduduk asli maupun
pendatang untuk memenuhi syarat tath’im (vaksinasi) karena banyaknya
wabah yang tersebar saat haji nantinya. Syarat inilah yang harus dipenuhi
sebelum calon haji dari Saudi mendapatkan tashrih atau izin berhaji yang
keluar lima tahun sekali (Sahaly, 2016).
78
ْ َلعبَا َد ِة اَلتَّحْ ِر ْي ُم َو ْالب
َ ط ُل إِالَّ َما َجا َء بِ ِه ال َّد لِ ْي ِل ع
َلى اَ َوا ِم ِر ِه ِ األَصْ ُل فِى ْا
Artinya: “Pada dasarnya segala sesuatu dan perbuatannya adalah mubah,
kecuali ada dalil yang menunjukkan kehamaramannya”
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah–langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-
Baqarah: 168)
Kita wajib taat kepada pemerintah baik dalam hal yang sesuai dengan
syari’at maupun yang mubah, misalnya taat terhadap lampu lalu lintas dan aturan
di jalan raya. Jika tidak, maka kita berdosa.
2. Vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci.
REKOMENDASI
81
82
2.7. Kerangka Teori
Pengalaman
Status Ekonomi
83
Informasi
Lingkungan
Sosial Budaya
Operasional
Alat Cara
No Variabel Definisi operasional Hasil Ukur Skala
ukur Ukur
1 Pengetahu Wawasan mengenai Kuesio Wawan a. Baik: nilai ≥ Nomin
an imunisasi anak terutama 5 ner cara 70 al
mengenai imunisasi dasar disertai b. Buruk: nilai <
imunisasi manfaatnya, definisi, 70
waktu pemberian (Arikunto,
imunisasi, banyak 2014)
pemberian imunisasi.
penyakit yang timbul jika
tidak imunisasi, penyakit
yang dapat dicegah
dengan imunisasi
2 Tingkat Tingkat Pendidikan Kuesio Wawan a. Tinggi: Ordina
Pendidika terakhir yang ner cara Perguruan l
n mendapatkan ijazah tinggi
b. Sedang:
SMP- SMA
c. Rendah: Tidak
sekolah–SD
3 Informasi Pemberitahuan seseorang Kuesio Wawan a. Media Cetak Nomin
adanya informasi baru ner cara b. Media al
mengenai suatu hal Elektronik
memberikan landasan
kognitif baru bagi
terbentuknya
pengetahuan mengenai
imunisasi dasar yang
didapatkan dari media
cetak dan atau media
elektronik
4 Tingkat Jumlah pendapatan Kuisio Wawan a. Penghasilan Nomin
Ekonomi keseluruhan yang diterima ner cara tinggi: al
oleh keluarga binaan 2.267.990
perbulan diukur dari b. Penghasilan
84
UMR Kabupaten rendah:
Tangerang (Rp. 2.267.990
2.267.990)
5 Usia Lama waktu hidup atau Kuesio Wawan a. Masa remaja Ordina
Akhir = 12 –
ada (sejak dilahirkan atau ner cara 19 tahun. l
diadakan) b. Masa
dewasa
Awal = 20-
35 tahun
c. Masa
dewasa
Akhir =
36- 50
tahun.
6. Sosial Kebiasaan dan tradisi Kuesio Wawan a. Mendukung Nomin
Budaya yang dilakukan orang- ner cara (skor jawaban al
orang tanpa melalui benar 3)
penalaran apakah yang b. Tidak
dilakukan baik atau mendukung
buruk. (skor jawaban
benar < 3)
7.Lingkunga Pemberian informasi Kuisio Wawan a. Ya: nilai ≥ 70 Nomin
n mengenai imunisasi dasar ner cara b. Tidak: nilai < al
lengkap yang didapatkan 70
dari tenaga kesehatan dan (Arikunto, 2014)
warga sekitar
8.Pengalam Kejadian yang pernah Kuisio Wawan a. Ya: nilai ≥ 70 Nomin
an dialami oleh keluarga ner cara b. Tidak: nilai < al
binaan akibat tidak 70
mendapatkan imunisasi (Arikunto, 2014)
dasar lengkap
9.Pekerjaan Usaha seseorang untuk Kuisio Wawan a. Bekerja: nilai ≥ Nomin
memperoleh materi ner cara 70 al
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah lima keluarga binaan di RT 10/RW 03,
Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut yang masuk dalam kriteria inklusi (Sugiyono, 2009). Dalam
penelitian ini yang menjadi sampel adalah anggota keluarga dari kelima keluarga
binaan di RT 10/RW 03, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 4 orang keluarga Tn.
Jamar, 4 orang keluarga Tn. Santani, 5 orang keluarga Tn. Jaiyan, 4 orang keluarga
Tn. Jakarsih, 3 orang keluarga Tn. Komurudin. Sampel pada penelitian ini diambil
langsung dari kuisioner dan wawancara terpimpin pada keluarga binaan dengan
87
teknik pengambilan total sampling yaitu pengambilan sampel dimana jumlah sampel
sama dengan populasi (Sugiyono, 2009).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif pada penelitian ini adalah pendidikan terakhir,
pengetahuan, informasi, usia dan sosial budaya. Sedangkan data kualitatif pada
penelitian ini adalah analisa terhadap akar penyebab masalah pada keluarga binaan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari
kuesioner survey yang ditentukan berdasarkan definisi operasional. Selain itu
digunakan pula data sekunder yang didapatkan dari laporan kinerja Puskesmas
Kecamatan Kresek.
88
3.5. Penentuan Instrumen
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diberikan
kepada kelima keluarga binaan. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data
adalah wawancara dengan mengunakan instrumen kuesioner sebagai alat bantu
mengumpulkan data.
89
4 Sabtu, 28 Desember 2019 Kunjungan keluarga binaan
1. Variabel Independen:
a. Tingkat Ekonomi
b. Tingkat Pendidikan
c. Informasi
d. Usia
e. Sosial Budaya
f. Pekerjaan
g. Pengalaman
h. Lingkungan
90
2. Variabel Dependen:
91
BAB IV
HASIL
92
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-
variabel dalam kuesioner yang telah dijawab oleh 10 responden pada bulan Desember
2019.
93
Rendah 10 100
Total 10 100
Berdasarkan tabel 4.5, didapatkan mayoritas responden (100%) memiliki
tingkat ekonomi yang rendah dibawah UMR Kabupaten Tangerang, yaitu Rp.
2.267.990.
94
4.3. Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, dalam menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan
diagram fishbone yaitu mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar-akar
penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah
dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone yang sudah
dibuat adalah sebagai berikut:
95
SOSIAL PEKERJA
INFORMA
BUDAYA AN
SI
Terbiasa tidak
96
Kurangnya melakukan
imunisasi dasar Masih banyaknya
pengetahuan
lengkap dan keluarga binaan
mengenai
baik-baik saja yang tidak
imunisasi dasar
bekerja
lengkap
Imunisasi
n Mengenai
Kurangnya diterapkan
dalam Rendahnya
Imunisasi
petugas
kesehatan keluarga tingkat Dasar
pendidikan Lengkap di
Keluarga
Binaan
Desa
Kemuning
Kurangnya Tidak adanya
Kurangnya Tidak adanya
biaya Rt/Rw
petugas petugas biaya
kesehatan 10/03
kesehatan
Kecamatan
Tingkat Kresek
Sarana dan pendidikan yang Kabupaten
prasarana yang Kurangnya rendah
tidak mendukung penyuluhan
Pendidikan tidak Tangerang
mengubah status Provinsi
mendapatkan mengenai
ekonomi
informasi imunisasi dasar Tidak ada Banten
keterampilan
Kurangnya yang dimiliki
Pengetahuan untuk
keingintahuan
tentang mendapat
mencari Kepercayaan
imunisasi kurang pekerjaan dg
informasi yang keluarga bahwa
benar pendapatan yg
pendidikan tidak
cukup
penting
Tabel 4.10 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi pada
Keluarga Binaan di RT 013/05, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten
Variabel Akar Alternatif
No. Independe Penyebab Pemecahan Rencana Intervensi
n Masalah Masalah
1 Pendidikan Keterbatasan Melanjutkan Memberikan informasi
biaya untuk pendidikan kepada responden tentang
melanjutkan dengan adanya pendidikan gratis
Pendidikan menggunakan dan memberikan
program informasi kepada
pendidikan masyarakat mengenai
gratis seperti pendaftaran untuk
beasiswa mengikuti paket ujian A,
B, dan C dan mendirikan
rumah pintar di daerah
rumah binaan
berkoordinasi dengan
pemerintah setempat
2 Ekonomi Tingkat Meningkatkan
pendidikan pendidikan Memberikan informasi
rendah responden mengenai pentingnya
pendidikan dan
memberikan pelatihan
keterampilan agar warga
bisa lebih kreatif dan
menambah pendapatan
97
Variabel Akar Alternatif
No. Independe Penyebab Pemecahan Rencana Intervensi
n Masalah Masalah
3 Informasi Kurangnya Memperbanyak Menyarankan
petugas petugas puskesmas agar
kesehatan/kader kesehatan/kade mengadakan
serta r penyuluhan secara rutin
pendidikan mengenai imunisasi
rendah Melatih warga desa
yang berpotensi menjadi
kader untuk dapat
membantu menjalankan
program-program
kesehatan termasuk
mengenai imunisasi dan
berkoordinasi dengan
dinas kesehatan untuk
mendistribusikan tenaga
kesehatan secara merata
4 Sosial Kebiasaan yang Mengubah Penyuluhan
Budaya salah yang kebiasaan yang mengenai
sudah lama diterapkan imunisasi dengan
diterapkan dalam keluarga menggunakan
dalam keluarga poster
memberikan
bantuan berupa
susu
Mengevaluasi
mengenai
perilaku dalam
menerapkan
imunisasi
5 Pengalaman Kurangnya Menambah Menyarakan
petugas petugas puskesmas untuk
kesehatan kegiatan di melakukan
posyandu penyuluhan
setempat mengenai
imunisasi
Melatih warga
menjadi kader
98
No. Variabel Akar Alternatif Rencana
Independe Penyebab Pemecahan Intervensi
n Masalah Masalah
6 Pekerjaan Kurangnya Memberikan Mengadakan
pendidikan ketrampilan pelatihan
untuk memiliki kerajinan tangan
pekerjaan dengan
mengundang
komunitas khusus
Menyarankan
ketua RT untuk
membuka unit
koperasi
99
4.5 Evaluasi Intervensi Pemecahan Masalah
4.5.1 Kegiatan Operasional
Berikut merupakan rincian kegiatan operasional intervensi pemecahan masalah:
1. Konsep persiapan acara
1) Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan
2) Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan
3) Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk mengajak seluruh
anggota keluarga untuk berkumpul di tempat dan waktu yang sudah
ditentukan
2. Pelaksanaan acara
1) Penyuluhan dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Januari 2020 pukul 14.00
WIB pada 5 keluarga binaan di RT 10/RW 03 Desa Kemuning
2) Peserta penyuluhan dipersilahkan untuk berkumpul pada waktu yang
telah ditentukan di salah satu rumah keluarga binaan
3) Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara bersama dengan
anggota keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan
4) Sebelum dilakukan penyuluhan, anggota keluarga binaan
melaksanakan pre-test
5) Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi dalam
bentuk poster
6) Melakukan sesi tanya jawab dan games
7) Setelah penyuluhan, anggota keluarga binaan melaksanakan post-test
8) Pembagian bantuan
9) Acara berakhir pada pukul 15.30 WIB
3. Waktu dan Tempat
Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Januari 2020 di rumah
responden dan berlangsung pukul 14.00 WIB.
4. Hasil Pre-test dan Post-test
Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk poster mengenai
100
imunisasi dasar lengkap. Kami juga membuka sesi tanya jawab dan games
untuk para orang tua mengenai imunisasi dasar lengkap setelah presentasi,
dimana para orang tua akan diberi kesempatan untuk mencocokkan jadwal
imunisasi dengan gambar yang telah diberikan. Peserta penyuluhan terlihat
antusias dan memperhatikan selama kegiatan penyuluhan berlangsung. Kami
juga memberikan Pre-test kepada warga yang ikut serta dalam penyuluhan
sebelum dimulainya penyuluhan.
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan yang
buruk mengenai imunisasi dasar lengkap sebesar 90% sebelum dilakukan
penyuluhan. Kemudian setelah kami memberikan penyuluhan kepada warga, kami
melakukan post-test dengan soal yang sama seperti pre-test untuk mengetahui
keberhasilan penyuluhan kami dengan melihat ada atau tidaknya peningkatan hasil.
101
Pengetahuan Jumlah Responden %
Baik 7 70
Buruk 3 30
Total 10 100
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara serta observasi pada kegiatan pengumpulan data dari
kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Kemuning RT 10/RW
03 Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten maka dilakukanlah
diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu “Gambaran
Pengetahuan mengenai Imunisasi Dasar Lengkap di Desa Kemuning RT 10/RW
03 Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten’’.
103
5.1.4 Intervensi yang Dilakukan
1. Memberi penyuluhan kepada keluarga binaan mengenai pengetahuan tentang
macam-macam imunisasi dasar lengkap, pentingnya imunisasi dasar lengkap
dan efek samping yang diberikan bila tidak imunisasi secara rutin dengan
menggunakan poster.
2. Memberi dorongan serta saran kepada keluarga binaan untuk mengantar
anaknya imunisasi dasar lengkap secara rutin ke puskesmas terdekat.
3. Memberi saran kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan layanan
kesehatan posyandu di Desa Kemuning RT 10 RW 03, Kecamatan Kresek.
4. Memberikan saran kepada tokoh masyarakat untuk saling mengingatkan antar
warganya mengenai jadwal imunisasi dasar lengkap.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Kader
a. Petugas kesehatan dan kader posyandu merancang sebuah kegiatan yang dapat
meningkatkan minat masyarakat untuk datang ke posyandu seperti adanya
sarana bermain untuk anak-anak sehingga menarik minat masyarakat untuk
datang ke posyandu.
b. Diharapkan kader dapat melaksanakan posyandu sesuai dengan pedoman
yang ada dan meningkatkan penggunaan ‘buku pink’ dalam posyandu disertai
edukasi sosialisasi kepada masyarakat mengenai penggunaan ‘buku pink’
sehingga dapat menambah pengetahuan keluarga akan pentingnya imunisasi
dasar lengkap yang tepat waktu.
104
5.2.3 Bagi Puskesmas Kresek
a. Puskesmas terutama bagian yang bertanggung jawab dalam pemberian
program imunisasi untuk dapat meningkatkan evaluasi dan pemantauan
kegiatan posyandu agar program imunisasi dapat berjalan lebih optimal dalam
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi dasar lengkap.
b. Puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara rutin dan
mengajak seluruh masyarakat agar dapat memahami serta menjaga kesehatan.
105
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jadwal Imunisasi 2017. Jakarta: IDAI; 2017
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Nur, Dian et al. 2015 Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusat pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan.
106
Lampiran 1.
Kuesioner Pre-Survey
Imunisasi Dasar Lengkap di Desa Kemuning RT 10/ RW 03 Desa Kresek
Desember 2019
Identitas Pasien
Nama : ……………………………………………………………
Status (di keluarga) : ……………………………………………………………
Pendidikan Terakhir : ……………………………………………………………
Pekerjaan : ……………………………………………………………
Pendapatan/bulan : ……………………………………………………………
107
3. Apakah anda mengetahui imunisasi memiliki jadwal tertentu?
A. Ya (jika ya, berikan contohnya………………………………….)
B. Tidak
SIKAP
1. Apakah anda setuju dengan adanya program imunisasi dasar lengkap?
A. Ya
B. Tidak
2. Apakah anda yakin bahwa imunisasi dasar lengkap dapat mencegah penyakit
menular?
A. Ya
B. Tidak
PERILAKU
1. Apakah anak anda sudah memenuhi imunisasi dasar lengkap?
A. Ya (jika ya, sebutkan apa saja….)
B. Tidak
2. Apakah anda pernah menyarankan orang tua lain untuk mengikuti imunisasi
dasar lengkap?
A. Ya, sudah pernah (jika ya, pada siapa saja…)
B. Tidak pernah
108
3. Apakah anda sudah melakukan imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal
tepat pada waktunya dipusat layanan kesehatan yang ada?
A. Ya
B. Tidak
109
Lampiran 2.
Kuesioner Survey
Imunisasi Dasar Lengkap di Desa Kemuning RT 10/ RW 03 Desa Kresek
Desember 2019
Nama :…………………………………………………………..
Usia :…………………………………………………………..
Pendidikan terakhir :…………………………………………………………..
Pekerjaan :…………………………………………………………..
Pendapatan perbulan :…………………………………………………………..
Alamat :…………………………………………………………..
Beri tanda ceklis (X) pada jawaban yang anda anggap benar
Pengetahuan Mengenai Imunisasi Dasar
1. Apakah anda tahu mengenai program imunisasi dasar lengkap?
a. Tahu (Jika tahu, jelaskan…………………………………………...)
b. Tidak tahu
2. Siapa saja yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap?
a. Bayi umur 0 – 11 bulan
b. Anak umur lebih dari 1 tahun
c. Tidak tahu
3. Berapa jenis imunisasi dasar lengkap?
a. 2 jenis
b. 3 jenis
c. 4 jenis
d. 5 jenis
e. 6 jenis
f. Tidak tahu
110
4. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi BCG?
a. TBC (Tuberculosis)
b. Polio
c. Campak
d. Hepatitis B
f. Tidak tahu
5. Berapa kali imunisasi BCG diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kal
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
f. Tidak tahu
6. Kapan imunisasi BCG diberikan?
a. Saat bayi berumur 1 bulan
b. Saat bayi berumur 2 bulan
c. Saat bayi berumur 3 bulan
d. Tidak tahu
7. Berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan saat lahir?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 5 kali
f. Tidak tahu
111
8. Penyakit apa yang dapat dicegah dengan imunisasi DPT?
a. Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus
b. Hepatitis B
c. TBC (Tuberculosis)
d. Campak
e. Polio
f. Tidak tahu
9. Apakah efek samping tersering dari imunisasi DPT?
a. Demam
b. Kejang
c. Batuk pilek
d. Tidak tahu
10. Apakah tujuan pemberian vaksin polio?
a. Mencegah radang otak
b. Mencgah kelumpuhan
c. Mencegah kejang
d. Tidak tahu
112
Pertanyaan mengenai faktor Pengalaman
1. Apakah anak anda pernah mengalami demam panjang disertai adanya ruam
kemerahan pada tubuh?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
2. Apakah anak anda pernah mengalami penyakit kuning?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
4. Apakah anak anda pernah mengalami batuk lama lebih dari 3 minggu?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
5. Apakah anak anda pernah mengalami kelemahan dalam berjalan?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
6. Apakah anak anda pernah mengalami kekakuan otot dalam berjalan?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
113
Pertanyaan mengenai faktor Lingkungan
1. Apakah anda pernah mendengar dari tetangga atau warga sekitar mengenai
imunisasi dasar lengkap?
a. Ya (Jika ya, jelaskan)
b. Tidak
2. Apakah anda pernah mendapatkan informasi mengenai imunisasi dasar
lengkap oleh tenaga kesehatan?
a. Ya (Jika ya, jelaskan)
b. Tidak
114
Lampiran 3.
Pre Test dan Post Test
Nama : ……………………………………………………………
Usia / Jenis Kelamin : ……………………………………………………………
Status (dlm keluarga) : ……………………………………………………………
Pendidikan Terakhir : ……………………………………………………………
Pekerjaan : ……………………………………………………………
Alamat : ..………………………………………………………….
1. Menurut anda imunisasi dasar lengkap terdiri dari apa saja? (jawaban boleh lebih
dari satu)
a. Hepatitis B
b. Campak
c. BCG
d. Polio
e. DPT
115
d. Supaya anak jadi pintar
e. Supaya anak jadi penurut
4. Apa yang dilakukan jika anak demam setelah diimunisasi? (Boleh lebih dari satu
jawaban)
a. Berikan ASI sesering mungkin
b. Kompres dengan air hangat
c. Pijat dengan lembut
d. Berikan obat penurun panas jika suhu lebih dari 38 derajat celcius
e. Hentikan pemberina imunisasi karena menyebabkan anak demam
5. Imunisasi BCG, Polio, DPT, Campak, HIB dan HB dapat mencegah penyakit?
(Boleh lebih dari satu jawaban)
a. Mencegah penyakit TBC
b. Mencegah penyakit Polio (kelumpuhan anggota gerak)
c. Mencegah sakit kuning
d. Mencegah penyakit radang otak, pneumonia (paru-paru basah) dan radang
telinga
e. Mencegah penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus
f. Mencegah penyakit campak
g. Tidak dapat mencegah penyakit apa pun
116
Lampiran 4.
Poster Intervensi
117
Lampiran 5.
Pre Survey
118
Lampiran 6.
Survey
119
Lampiran 7.
Intervensi
120