Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Abses Parafaring Dextra

Disusun Oleh :
Dr. Fitriani
Pembimbing
Dr. Virlie Fatra Subagja
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
 Nama : Tn. E
 Umur : 74 tahun
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Pekerjaan : Pensiunan
 Alamat: Cisaga, Ciamis
 NO. CM : 362xxx
Anamnesis
Keluhan Utama
 Sulit membuka mulut sejak 3 hari smrs

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Banjar diantar oleh keluarga dengan keluhan
sulit membuka mulut sejak 3 hari smrs . Keluhan dirasakan terus menerus
disertai demam, sulit menelan, nyeri saat mengunyah, bengkak dibawah dagu
dan nafsu makan berkurang. Pasien juga mengeluh ada gigi berlubang lebih
dari 8 minggu ,tidak nyeri dan belum pernah diobati. Keluhan seperti sesak
napas, batuk pilek, perubahan suara, anosmia, mual muntah, mencret
disangkal.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat sakit gigi disangkal Riwayat penyakit serupa disangkal
 Riwayat amandel disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat pengobatan
 Riwayat hipertensi disangkal
Pasien sudah pernah berobat untuk keluhan
 Riwayat alergi disangkal ini ke puskesmas, tapi pasien dan keluarga
lupa nama obatnya

Riwayat Kebiasaan
Pasien adalah pensiunan, sehari- hari
pasien jarang menggosok gigi hanya 2
kali sehari setelah mandi.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Pernafasan : 22 x/menit, teratur
 Nadi : 98 x/menit, teratur, kuat angkat
 Suhu : 37,9°C
 SpO2 : 96% FA
A. Status interna
Kepala
Bentuk lonjong, simetris, warna rambut hitam, rambut mudah rontok (-), deformitas (-)
Mata
Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thoraks
Inspeksi
Pernapasan simetris kanan dan kiri, tidak ada yang tertinggal, retraksi intercosta (-), iktus cordis
tidak terlihat.
Palpasi
Nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris kanan = kiri, iktus cordis teraba di ICS V linea
midclavicula sinistra.
 Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru
Batas jantung : batas atas linea parasternalis sinistra ICS II,
Batas kanan : linea parasternalis dextra ICS V.
Batas kiri: linea midclavicula sinistra ICS V.
 Auskultasi
Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-),
S1 = S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, luka/bekas luka (-), sikatrik (-)
Auskultasi : bising usus (+) 8 kali/ menit.
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), soepel, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Edema (-/-), sianosis (-/-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah : Edema (-/-), sianosis (-/-), nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Telinga
  Telinga kanan Telinga kiri
Auricula     CAE    
 Bentuk Normotia Normotia  Warna Merah muda Merah muda
 Trauma (-) (-)  Sekret (-) (-)
 Tumor (-) (-)  Serumen (-) (-)
 Nyeri tekan (-) (-)  
 
Membran Timpani    
Retro auriculae    
 Intak/tidak Intak Intak
 Edema (-) (-)
 Warna Putih keabuan Putih keabuan
 Abses (-) (-)
 Cone of light (positif di jam 5) (positif di jam 7)
 Fistel (-) (-)
 Perforasi (-) (-)
 Sikatrik (-) (-)
 Kelainan lain : (-) (-)
 Nyeri tekan (-) (-)
 
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Hidung Kanan Hidung Kiri
Keadaan Luar    
Bentuk Normal Normal
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan    
 Dahi (-) (-)
 Pipi (-) (-)
Krepitasi Tidak ada Tidak ada
Rhinoskopi anterior    
 Mukosa Nasi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
 Vestibulum nasi Normal Normal
 Kavum nasi Normal Normal
 Sekret (-) (-)
 Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
 Konka Superior Tidak terlihat Tidak terlihat
 Konka media Eutrofi Eutrofi
 Konka inferior Eutrofi Eutrofi
 Polip Tidak ada Tidak ada
 Pasase udara Hambatan udara (-) Hambatan udara (-)

Rhinoskopi posterior    
 Choana Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Mukosa Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Muara Tuba Eustachius Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Masa    
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Transluminasi
Sinus Kanan Kiri

Sinus Frontalis Terang Terang

Sinus etmoidalis Terang Terang

Sinus spenoidalis Terang Terang

Sinus Maxisillaris Terang Terang

Pemeriksaan Orofaring
 Mukosa bucal : Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
 Ginggiva : Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar
 Gigi geligi : Warna kuning gading, caries gigi molar 2 kiri atas (+), gangren (-)
 Lidah 2/3 anterior : Dalam batas normal
Pemeriksaan Orofaring
Pemeriksaan Laringofaring
Laringofaring
 Mukosa :
 Massa : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Lain-lain :
Pemeriksaan Kelenjar Tiroid dan Kelenjar Getah Bening (KGB)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesan :
Tidak tampak pembesaran jantung
Tidak tampak tb paru aktif
Resume
Pasien datang ke IGD RSUD Banjar diantar oleh keluarga dengan keluhan sulit membuka
mulut sejak 3 hari smrs . Keluhan dirasakan terus menerus disertai demam, sulit menelan,
nyeri saat mengunyah, bengkak dibawah dagu dan nafsu makan berkurang. Pasien juga
mengeluh ada gigi berlubang lebih dari 8 minggu ,tidak nyeri dan belum pernah diobati.
Pasien adalah pensiunan, sehari- hari pasien jarang menggosok gigi hanya 2 kali sehari
setelah mandi. Pasien sudah pernah berobat untuk keluhan ini ke puskesmas, tapi pasien
dan keluarga lupa nama obatnya. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran Compos Mentis, TD 120/80 mmHg, pernafasan 22 x/menit teratur, nadi
98 x/menit, teratur, kuat angkat dan suhu 37,9 °C, SpO2 96 % FA. Pada pemeriksaan
didapatkan trismus 2 jari, faring dextra hiperemis (+) pus (+) edema (+), faring sinistra
hiperemis (+), pada leher terdapat edema submandibula. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan peningkatan leukosit 11.4 ribu/mm3 dan neutrophil segmen 83 %.
Diagnosis Kerja
Abses Parafaring Dextra
Tatalaksana
Medikamentosa  Non Medikamentosa
 IVFD RL 20 tpm 1. Istirahat cukup
 Ceftriaxone 1 x 2 gr iv 2. Edukasi posisi ½ duduk
 Metronidazole 3 x 500 mg iv 3. Pemeriksaan gigi dan menjaga
 Paracetamol 3x 1 gr iv kebersihsn gigi & mulut
 Metilprednisolon 2x125 mg iv
 Konsul Sp. THT
Prognosis
Ad Vitam : ad Bonam
Ad Functionam : ad Bonam
Ad Sanationam : ad Bonam
ANALISA KASUS DAN TINJAUAN
PUSTAKA
No. Teori Kasus

1.
Definisi
- Abses parafaring adalah infeksi di daerah parafaring yang dapat meluas dan menyebabkan
penimbunan nanah yang dapat menyebabkan masalah pernapasan dan gangguan menelan.
 2. Sejumlah besar infeksi disebabkan oleh infeksi dibagian lain Pasien mengeluh ada gigi
seperti tonsilitis, faringitis, adenoiditis, infeksi gigi molar. berlubang lebih dari 8 minggu.
Gigi berlubang pada molar 2 kiri
atas , keluhan gigi berlubang
belum pernah diobati.
Anatomi Ruang Parafaring

 Ruang parafaring (disebut juga ruang faring lateral, ruang faringomaksila, ruang
pterigomaksila, ruang pterigofaring), merupakan ruang potensial yang termasuk
bagian dari ruang leher dalam yang berbentuk piramida terbalik, yang terbentuk
dari multi komponen sistem fasia.
 Batas-batas ruang parafaring :
- Inferior : kornu minor tulang hyoid
- Superior : dasar tengkorak
- Medial : dibatasi divisi viseral dari lapisan media (sepanjang otot konstriktor
faring) dan fasia otot-otot tensor dan levator veli palatini serta stiloglosus.
lateral : dipertegas oleh lapisan superfisial yang meliputi mandibula,
pterigoideus medial, dan parotis.
- Posterior : dibentuk oleh divisi prevertebra dari lapisan profunda dan sisi
posterior selubung karotis (tepatnya batas postero lateral). Batas anterior
merupakan fasia interpterigoideus dan rafe pterigomandibula.
Gejala Klinis Anamnesis
Anamnesis sulit membuka mulut sejak 3 hari smrs . disertai demam, sulit
Sulit membuka mulut menelan, nyeri saat mengunyah, bengkak dibawah dagu dan nafsu
makan berkurang, terdapat gigi berlubang lebih dari 8 minggu ,tidak
nyeri dan belum pernah diobati.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik


Pada pemeriksaan ditemukan pembengkakan pada dinding faring Pada pemeriksaan terdapat trismus, faring dextra hiperemis (+) pus
lateral terutama dibelakang arkus posterior. Tonsil terdorong ke (+) edema (+),faring sinistra hiperemis (+) pada leher terdapat
medial atau kearah anterior. Selain itu sering didapatkan karies edema submandibula.Terdapat Gigi berlubang pada molar 2 kiri atas
dentis dan trismus yaitu terbatasnya gerakan membuka mulut akibat
perluasan infeksi yang menimbulkan spasme iritatif pada m
pterigoideus internus.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan darah didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan leukosit 11.4
Pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan adalah pemeriksaan ribu/mm3 dan neutrophil segmen 83 %.
radiologi, berupa pemeriksaan foto leher AP/lateral dalam kondisi
soft tissue, foto toraks, USG leher dan pada kasus tertentu dilakukan
pemeriksaan CT-scan leher.

Rontgen soft tissue servikal lateral


tampak pelebaran ruang retrofaring
Diagnosa Abses Parafaring Dextra
Tatalaksana Tatalaksana
• Pemberian antibiotik parenteral dalam dosis tinggi perlu segera diberikan. IVFD RL 20 tpm
Penggunaan injeksi Penicillin Procain dan Metronidazole sering menjadi Ceftriaxone 1 x 2 gr iv
pilihan. Metronidazole 3 x 500 mg iv
• alergi terhadap golongan Penicilin dapat diberikan Eritromicin, Clindamycin Paracetamol 3x 1 gr iv
atau Cephalosporin. Metilprednisolon 2x125 mg iv
• Kombinasi salah satu obat tersebut dengan Amynoglikosida dapat Konsul Sp. THT
memberikan perlawanan terhadap kuman gram negatif Enterobacilli dan
Pseudomonas aeroginosa dengan baik.
• Pemberian antibiotik parenteral dapat diberikan sampai dengan 48 jam bebas
panas, kemudian dilanjutkan dengan pemberian antibiotik per oral. Pada kasus
abses parafaring yang ringan, dimana pus hanya sedikit dan tidak disertai
dengan gangguan sistem pernafasan, pemberian antibiotik dapat diberikan
tanpa dilakukan pembedahan

Komplikasi
Komplikasi
Angina Ludwig
Sumbatan Jalan napas Lidah terangkat (-) Sesak (-)Perubahan Suara (-)
Kesimpulan
 Abses parafaring adalah suatu infeksi yang sering menimbulkan komplikasi yang berat dan bila
tidak ditangani secara tepat tidak jarang dapat menimbulkan kematian. Penyakit sistemik, sistem
imun yang kurang baik, serta faktor higienis rongga mulut sering kali mempersulit
penatalaksanaan abses parafaring. Untuk itu ketepatan dalam diagnosis, penatalaksanaan abses
parafaring yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai