Disusun oleh :
RAFA” ASSIDIQ
NPM 1102014218
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2017
i
SKRIPSI
NPM : 1102014218
Fakultas : Kedokteran
Universitas : YARSI
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi ini benar karya Saya sendiri
dan bukan merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi serta dari yang Saya ketahui bukan pula
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang menjadi rujukan di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Yang menyatakan,
Rafa” Assidiq
iii
KETERANGAN KELAYAKAN ETIK
iv
v
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PERILAKU IMUNISASI DASAR DI
WILAYAH POSYANDU ROSMERAH RW 010 TANAH TINGGI, JAKARTA PUSAT
TAHUN 2017 DAN TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
ABSTRAK
Latar Belakang: Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak
sejak masih bayi hingga remaja tetapi juga kepada dewasa. Menurut angka estimasi yang
dikeluarkan oleh WHO/UNICEF tahun 2015, hampir satu juta anak Indonesia tidak mendapatkan
imunisasi sama sekali atau tidak lengkap status imunisasinya. Di berbagai negara di dunia,
kurangnya persediaan vaksin, akses terhadap layanan kesehatan, kurangnya pengetahuan
masyarakat serta kecilnya dukungan politis dan financial menjadi penyebab kesenjangan cakupan
imunisasi. Dalam pandangan Islam orang yang berpengetahuan itu memiliki kedudukan yang
tinggi di mata Allah SWT, selain itu imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang karena
imunisasi termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap perilaku imunisasi dasar.
Metode: Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan teknik
survei menggunakan kuesioner dan secara cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini
adalah responden atau ibu yang berkunjung ke Posyandu Rosmerah dan yang berada di wilayah
Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta Pusat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penetapan
sampel menggunakan purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan
wawancara terpimpin secara langsung dan melakukan pengisian kuesioner serta checklist KMS.
Analisis data menggunakan uji Chi-Square.
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan kategori pengetahuan kurang
sebagian besar melakukan imunisasi dasar lengkap, yaitu sebanyak 39 orang (39%), sedangkan
yang melakukan imunisasi dasar tidak lengkap, yaitu sebanyak 1 orang (1%). Pada responden
dengan kategori pengetahuan baik yang melakukan imunisasi dasar lengkap, yaitu sebanyak 36
orang (36%) dan yang melakukan imunisasi dasar tidak lengkap, yaitu sebanyak 2 orang (2%).
Pada responden dengan kategori pengetahuan sedang yang melakukan imunisasi dasar lengkap,
yaitu sebanyak 21 orang (21%) dan yang melakukan imunisasi dasar tidak lengkap, yaitu sebanyak
1 orang (1%). Berdasarkan hasil statistik Chi Square didapatkan p-value sebesar 0,815.
Simpulan: Gambaran pengetahuan ibu di wilayah posyandu rosmerah sebagian besar memiliki
pengetahuan yang kurang dan gambaran perilaku imunisasi dasar di wilayah tersebut sudah cukup
baik. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu terhadap perilaku imunisasi dasar di wilayah posyandu
rosmerah. Menurut pandangan Islam orang yang berpengetahuan itu memiliki kedudukan yang
tinggi di mata Allah SWT dan imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang.
vi
RELATIONSHIP OF MOTHER KNOWLEDGE ON BASIC IMMUNIZATION BEHAVIOR
IN THE POSYANDU ROSMERAH RW 010 HIGH TANAH REGION, JAKARTA CENTER
IN 2017 AND REVIEW IN ISLAM
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
1. dr. Dini Widianti, MKK selaku dosen pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya dan memberikan segala
perhatian, nasehat, dan do’a, serta membantu membangun kepercayaan
penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. H. Irwandi M. Zen, Lc, MA selaku dosen pembimbing agama Islam yang
telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya dan memberikan segala
perhatian, nasehat, dan do’a, serta membantu membangun kepercayaan
penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. dr. Hj. Rika Yuliwulandari, M.Sc., PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi Jakarta.
4. dr. Zwasta Pribadi M., MmedEd selaku Ka. Prodi Akademik Kedokteran
Umum Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta.
viii
5. dr. H. Lilian Batubara, M. Kes selaku ketua komisi skripsi.
6. dr. Citra dewi, M.Kes, DipIDK selaku dosen penguji proposal skripsi dan dr.
Dian Mardhiyah, MKK selaku dosen penguji hasil penelitian skripsi.
7. Ayanda H. Dikdik Muhammad Sidik dan ibunda Hj. Leni Sumarna atas doa,
kasih sayang, motivasi, nasihat, dan segala dukungan yang telah diberikan
kepada penulis, baik berupa moril ataupun materiil.
8. Calon pendamping hidup Mochamad Rafli Efendi, S.E atas doa, kasih
sayang, motivasi, nasihat, dan segala dukungan yang telah diberikan kepada
penulis, baik berupa moril ataupun materiil.
9. Adik-adik Ghazi Fawaz Sidiq, Zhaqi Fawaz Sidiq, dan Ramzi Fawaz Sidiq,
Tante Linda Oktavia dan Alma Kamaliah, Om ipar Tedi dan Alif, serta
keponakan tersayang Aldebaran Nabhan Pradifta dan Nafisa Rahmeida
Ghania atas segala perhatian, semangat, dan nasihat yang selalu diberikan
kepada penulis.
10. Sahabat Azkya Raviatul ulfhi, Mutammima Rizqiyani, Nabila Kurniati, Perty
Hasanah, Puput Aurelia yang telah memberi motivasi, semangat, dukungan,
bantuan, dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.
11. Kader Posyandu Rosmerah Ibu Elin yang telah bersedia membantu kami
dalam pelaksanaan penelitian ini.
12. Ibu-ibu yang berkunjung ke Posyandu Rosmerah dan yang berada di wilayah
Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta pusat yang telah bersedia menjadi responden
penelitian pada skripsi ini.
13. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta angkatan 2014
yang telah bertukar pikiran dan saling mendoakan.
14. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian yang tidak bisa disebutkan satu
per satu.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun
dari segi isi materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk perbaikan pada penulisan dan
penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat membawa manfaat bagi
ix
semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Aamiin ya rabbal’alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
x
HALAMAN JUDUL .............................................................................................i
SURAT PERNYATAAN.....................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................v
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..............................................................................................xiii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................7
xi
2.3 Imunisasi......................................................................................................14
2.3.1 Pengertian Imunisasi................................................................................14
2.3.2 Tujuan Imunisasi......................................................................................16
2.3.3 Manfaat Imunisasi....................................................................................16
2.3.4 Jadwal Imunisasi......................................................................................17
2.3.5 Jenis-jenis Imunisasi Dasar.......................................................................17
2.4 Kerangka Teori.............................................................................................21
2.5 Kerangka Konsep.........................................................................................22
2.6 Perumusan Hipotesis....................................................................................22
2.7 Definisi Operasional.....................................................................................22
BAB III................................................................................................................24
METODE PENELITIAN....................................................................................24
xii
5.2 Imunisasi Menurut Pandangan Islam......................................................50
5.3 Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Perilaku Imunisasi Menurut
Pandangan Islam.................................................................................................61
BAB VI................................................................................................................64
6.1. Kesimpulan..............................................................................................64
6.2. Saran........................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................66
Lampiran 1...........................................................................................................68
JADWAL PENELITIAN...................................................................................68
Lampiran 2...........................................................................................................69
ANGGARAN PENELITIAN.............................................................................69
Lampiran 3...........................................................................................................70
BIODATA PENELITI.......................................................................................70
Lampiran 4...........................................................................................................71
Informed Consent...............................................................................................71
FORMULIR INFORMED CONSENT..............................................................71
Lampiran 5...........................................................................................................72
FORM KUESIONER.........................................................................................72
Lampiran 6...........................................................................................................76
DOKUMENTASI...............................................................................................89
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 2.2. Kerangka Teori ...................................................................... 21
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar
21,8 juta anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa
mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%, dan perlu
ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child
Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga
mencapai 92% di tahun 2019. (Depkes, 2015)
Pada tahun 2015 terdapat tiga provinsi yang memiliki capaian tertinggi
yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah sebesar 100%. Sedangkan
Provinsi Papua Barat memiliki capaian terendah (54,66%), diikuti oleh Riau
ssebesar 57,67%, dan Aceh sebesar 67.56%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015:
133)
1
Persentase desa atau kelurahan yang mencapai “Universal Child
Immunization” (UCI) di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015 mencapai 100%.
Angka tersebut mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta maupun Kementerian
Kesehatan R.I. (Profil kesehatan provinsi DKI Jakarta, 2016: 19)
Penelitian yang dibuat oleh Hijani dkk, (2014) yang berjudul hubungan
pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap imunisasi dasar pada balita di wilayah
kerja puskesmas Dumai kota kelurahan Dumai Kota. Dari penelitian tersebut
didapatkan hasil analisa hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada balita dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan p value sebesar 0,000 dimana p value < 0.05. Hal ini berarti dapat
disimpulkan ada hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota
Kelurahan Dumai Kota. (Hijani et.al, 2014: 6)
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi et.al (2013) di Kelurahan
Parupuk Tabing Kota Padang diketahui bahwa persentase pemberian imunisasi
2
dasar lengkap lebih banyak pada ibu yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu
sebesar 87,5% dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang yaitu
sebesar 4,3%. Hal ini menunjukkan bahwa peran pengetahuan Ibu tentang
imunisasi dasar sangat berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada
bayi (Dewi et.al, 2013). Dan bersadarkan penelitian lain yang dilakukan oleh
Yusnidar pada tahun 2012 di Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan
yang menyatakan bahwa dari 39 responden, didapatkan 20 orang (51,3%)
memiliki pengetahuan tentang imunisasi dasar yang cukup dan kelengkapan
imunisasi dasar pada bayi sebagian besar adalah lengkap yaitu 30 orang (76,9%),
sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Lingkungan IX
Kelurahan Sidorame Barat II Medan Pejuangan. (Hijani et.al, 2014: 3)
ح هّٰللا ُ لَـ ُكمۡ ۚ َواِ َذا قِ ۡي َل ۡ ۡ ِ ِٰۤياَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اِ َذا قِ ۡي َل لَـ ُكمۡ تَفَ َّسح ُۡوا فِى ۡال َم ٰجل
ِ س فَاف َسح ُۡوا يَف َس
تؕ َوهّٰللا ُ بِ َماٍ ا ْن ُش ُز ۡوا فَا ْن ُش ُز ۡوا يَ ۡرفَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا ِم ۡن ُكمۡ ۙ َوالَّ ِذ ۡينَ اُ ۡوتُوا ۡال ِع ۡل َم َد َر ٰج
۱۱﴿ ﴾ت َۡع َملُ ۡونَ خَ بِ ۡي ٌر
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
3
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,” maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Mujadilah (58) : 11) (Khotimah,
2014: 71)
Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena imunisasi termasuk
penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia terhindar
sehari itu dari racun dan sihir.” (HR. Al-Bukhari : 5768 dan Muslim : 4702)
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil
sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau
dikhawatirkan terjadi wabah penyakit lalu diimunisasi untuk membentengi diri
dari wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh
berobat tatkala terkena penyakit. (Yusuf, 2009)
Melihat dari beberapa penelitian dan data diatas, serta hasil survey yang
dilakukan menunjukkan bahwa masih rendahnya cakupan imunisasi dasar di
Indonesia dan peran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sangat berpengaruh
terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan. Sehingga perlu
adanya penelitian mengenai bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan
perilaku imunisasi dasar di Posyandu Rosmerah Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta
Pusat.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Perilaku Imunisasi
Dasar di Wilayah Posyandu Rosmerah Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta Pusat Tahun
2017 dan Tinjauannya Menurut Islam”.
1.4.1. Umun
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Perilaku
Imunisasi Dasar di Wilayah Posyandu Rosmerah Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta
Pusat Tahun 2017 dan Tinjauannya Menurut Islam.
1.4.2 Khusus
- Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu di Wilayah Posyandu Rosmerah.
- Diketahuinya gambaran perilaku imunisasi dasar di Wilayah Posyandu
Rosmerah.
- Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku imunisasi dasar
di Wilayah Posyandu Rosmerah.
- Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku imunisasi dasar
dilihat dari pandangan Agama Islam.
5
1.5. Manfaat Penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini, dimana didasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak
berlangsung lama. Satu contoh dapat dikemukakan disini, ibu-ibu peserta KB
yang diperintahkan oleh lurah atau ketua RT, tanpa ibu-ibu tersebut mengetahu
makna dan tujuan KB, mereka akan segera keluar dari peserta KB setelah
beberapa saat perintah tersebut diterima.
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
8
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
9
factor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau
lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara
kedua factor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning
process).
10
a. Prosedur pembentukan perilaku
b. Bentuk perilaku
1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.
Misalnya, berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Misalnya, seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu
penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke
Puskesmas untuk diimunisasi. Dari contoh tersebut terlihat bahwa si ibu
telah tahu guna imunisasi. Oleh sebab itu perilaku ini masih terselubung
(covert behaviour), atau perilaku tertutup.
11
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa
anaknya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi. Oleh
karena perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka
disebut ‘overt behaviour’, atau perilaku terbuka.
Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau
perangsangan.
12
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respons seseorang terhadap lingkungan seabagai determinan
kesehatan manusia. Lingkungan perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan itu sendiri.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsespsi yang
tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-
proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan
respons menurut cara tertentu terhadap suatu objek. (Notoatmodjo, 2011: 135-
143)
13
Tahun Imunisasi lengkap
2003 68,43
2004 75,23
2005 73,26
2006 71,18
2.3 Imunisasi
14
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama, padahal
keduanya jelas berbeda namun saling berkaitan. Imunisasi pasif adalah suatu
pemindahan atau transfer antibody secara pasif. Sedangkan, vaksinasi adalah
imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibody) oleh system imun di dalam tubuh.
15
dimetabolisme (pembentukan dan penguraian zat) oleh tubuh. Sedangkan,
vaksinasi adalah tindakan memberikan vaksin untuk merangsang pembentukan
imunitas secara aktif pada tubuh sehingga akan didapatkan kekebalan aktif.
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibentuk sendiri oleh tubuh akibat
terpajan dengan mikroorganisme atau karena pemberian vaksin. Kekebalan aktif
yang telah terbentuk pada tubuh dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan
kekebalan pasif. Hal ini terjadi karena tubuh memiliki sel imun yang dapat
“mengingatkan” kekebalan jenis ini. Sel yang dapat “mengingat” mikroorganisme
ini dikenal sebagai del limfosit memori. (Satgas PP IDAI, 2014: 58)
16
- Melindungi bayi dan anak dari penyakit berbahaya.
- Mencegah terjadinya sakit berat, cacat, atau kematian.
- Mencegah meluasnya penyebaran penyakit tertentu.
- Memberantas penyakit-penyakit tertentu.
- Memberikan kekebalan secara tidak langsung kepada orang lansia yang
tinggal serumah (indirect effect). (Satgas PP IDAI, 2014: 43)
17
setelah lahir. Jadi, imunisasi hepatitis B-1 diberikan dalam jangka waktu 12 jam
setelah bayi dilahirkan. Ini mengingat walaupun hanya 3,9% ibu hamil yang
mengidap penyakit hepatitis B aktif, tetap mempunyai risiko penularan kepada
bayinya yang bisa mencapai 90%.
2. Polio
- OPV (Oral Polio Vaccine) berisi vaksina hidup yang dilemahkan. Cara
pemberian vaksinasi ini adalah dengan diteteskan di mulut.
- IPV (Inactived Polio Vaccine) berisi vaksin inaktif. Cara pemberiannya
adalah dengan disuntikan.
Kedua jenis imunisasi polio ini dapat dipakai secara bergantian. Vaksinasi
jenis IPV dapat diberikan kepada anak sehat ataupun anak yang menderita
penurunan kekebalan, dan dapat diberikan sebagai imunisasi dasar dan ulangan.
Vaksinasi IPV dapat juga diberikan bersamaan dengan pemberian vaksinasi DTP,
secara terpisah atau kombinasi.
18
Dalam rangka pemberantasan polio, masih diperlukan Pekan Imunisasi
Polio (PIN) yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Pada PIN, seluruh
anak balita harus mendapatkan imunisasi polio tetes tanpa memandang status
imunisasinya (kecuali kepada pasien penurunan kekebalan akan diberikan polio
suntikan) untuk memperkuat kekebalan di mukosa saluran cerna dan memutuskan
penyebaran virus polio liar. (Satgas PP IDAI, 2014: 129-130)
3. BCG (Tuberkulosis)
Vaksin BCG disuntikan di lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO, karena
lebih mudah dilakukan (jaringan lemaknya, koreng yang terbentuk tidak
mengganggu struktur otot setempat dibandingkan pemberian di daerah pantat atau
paha, dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabila diperlukan).
(Satgas PP IDAI, 2014: 124-125)
Saat ini telah ada vaksin DTaP (DTP dengan komponen acelluler
pertussis) di samping vaksin DTwP (DTP dengan komponen whole cell pertussis)
yang telah dipakai selama ini. Kedua vaksin DTP tersebut dapat digunakan dalam
jadwal imunisasi.
19
Imunisasi DTP dasar dapat diberikan tiga kali sejak bayi berumur 2 bulan,
dengan jarak 2-8 minggu. DTP tidak boleh diberikan sebelum bayi berusia 6
minggu. DTP-1 diberikan ketika bayi berumur 2 bulan, DTP-2 ketika bayi
berumur 4 bulan, dan DTP-3 ketika bayi berumur 6 bulan.
Pada usia 5 tahun seorang anak harus mendapatkan penguat ulangan DTP
untuk meningkatkan cakupan imunisasi ulangan, vaksinasi DTP diberikan pada
awal sekolah dasar dalam program Bulan Imunisai Anak Sekolah (BIAS).
Vaksin DTP dikombinasi dengan vaksin lain, yaitu hepatitis B, Hib, atau
polio injeksi (IPV).
A. Difteri
B. Tetanus
C. Pertussis
20
Vaksinasi Hib diberikan dengan cara disuntikan kepada bayi ketika ia
berusia 2, 3-4, dan 4-6 bulan. Vaksinasi ini dapat juga diberikan dalam bentuk
vaksin kombinasi (DTwP/Hib, DTaP/Hib, DTwP/Hepatitis B/Hib, atau
DTaP/Hib/IPV). Pemberian vaksinasi Hib perlu diulang ketika anakberusia 15-18
bulan. Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali.
21
PERILAKU
(Notoatmodjo, 2011: 142 - 143)
22
yaitu: hepatitis B, polio,
BCG, DTP, Hib, campak.
5. imunisasi dasar dapat
mencegah penyakit hepatitis
B, polio, TBC, difteri,
tetanus, pertussis,
meningitis, campak.
6. imunisasi dasar diberikan
sebanyak: hepatitis B 3x,
polio 4x, BCG 1x, DTP 3x,
Hib 3x, campak 1x.
7. imunisasi dasar diberikan
pada: hepatitis B (0,1,6
bulan), polio (0,2,4,6 bulan),
BCG (0-2 bulan), DTP
(2,4,6 bulan), Hib (2,4,6
bulan), campak (9 bulan).
Perilaku Anak melakukan imunisasi: KMS Checklist Ordinal
imunisasi 1. Hepatitis B Wawancara kuesioner Interprestasi hasil:
dasar 2. Polio terpimpin 1. lengkap: jika
3. BCG melakukan semua
4. DTP imunisasi dasar (= 6)
5. Hib 2. ≠ lengkap: jika
6. Campak tidak melakukan
sebagian imunisasi
dasar (< 6)
3. tidak imunisasi:
jika tidak melakukan
semua imunisasi
dasar
Tabel 2.2. Definisi Operasional
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3. Populasi
Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah responden / ibu
yang berkunjung ke Posyandu Rosmerah dan yang berada di wilayah Rw 010
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
3.4. Sampel
Sampel penelitian berdasarkan kriteria :
Inklusi
24
Ekslusi
1. Editing
Hasil wawancara kuesioner dari lapangan harus dilakukan penyuntingan
(editing) terlebih dahulu.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau sunting, selanjutnya dilakukan
“pengkodean” atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Memasukan Data (Data entry)
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau
“software” komputer.
4. Pembersihan Data (cleaning)
25
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalaha-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo,
2012).
5. Analisis data secara univariate dan bivariate dengan uji chai square.
Uji proposal
26
BAB IV
Dari jumlah sampel yang diteliti, umur subjek penelitian antara 15-50
tahun, diantaranya 1 orang berumur 15-19 tahun (1%), 11 orang berumur 20-24
tahun (11%), 25 orang berumur 25-29 tahun (25%), 31 orang berumur 30-34
tahun (31%), 20 orang berumur 35-40 tahun (20%), 8 orang berumur 41-44 tahun
(8%), dan 4 orang berumur 45-50 tahun (4%).
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.1.
27
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Persentase (%)
15-19 tahun 1 1,0
20-24 tahun 11 11,0
25-29 tahun 25 25,0
30-34 tahun 31 31,0
35-40 tahun 20 20,0
41-44 tahun 8 8,0
45-50 tahun 4 4,0
Total 100 100,0
Dari jumlah sampel yang diteliti sebanyak 100 orang seluruhnya beragama
Islam (100%).
28
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
D3 2 2,0
S1 5 5,0
SD 7 7,0
SLTA 5 5,0
SLTP 3 3,0
SMA 26 26,0
SMEA 3 3,0
SMK 25 25,0
SMP 24 24,0
Total 100 100,0
29
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa karakteristik responden
sebagian besar bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 85 orang (85%).
30
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Anak Responden Berdasarkan Umur
Umur Anak Frekuensi Persentase (%)
1 tahun 22 22,0
2 tahun 17 17,0
3 tahun 31 31,0
4 tahun 16 16,0
5 tahun 5 5,0
6 tahun 5 5,0
8 tahun 2 2,0
10 tahun 2 2,0
Total 100 100,0
Dari jumlah sampel yang diteliti, subjek penelitian memiliki anak terdiri
dari perempuan sebanyak 43 orang (43%) dan laki-laki sebanyak 57 orang (57%).
Karakteristik anak responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
4.6.
31
Karakteristik responden berdasarkan imunisasi dasar dapat dilihat pada
table 4.7.
32
Tabel 4.8. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Imunisasi Dasar di
Wilayah Posyandu Rosmerah Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta Pusat
Perilaku Imunisasi Dasar
Lengkap ≠ Lengkap Total
Variabel Kategori P
n % n % n %
Pengetahua
Kurang 39 39,0 1 1,0 40 40,0 0,815
n
Sedang 21 21,0 1 1,0 22 22,0
Baik 36 36,0 2 2,0 38 38,0
Total 96 96,0 4 4,0 100 100
4.2. Pembahasan
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data primer yang
didapatkan dengan wawancara terpimpin secara langsung pada responden yang
memiliki anak berumur lebih dari 1 tahun di wilayah posyandu rosmerah Rw 010
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat untuk mengetahui pengetahuan responden tentang
imunisasi dasar dan melihat checklist imunisasi pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
anak untuk melihat perilaku imuisasi dasar pada anaknya dilakukan secara
lengkap, tidak lengkap, atau tidak melakukan imunisasi sama sekali.
33
Berdasarkan pengetahuan, pada tabel 4.8. diketahui bahwa yang lebih
banyak melakukan imunisasi dasar secara lengkap sebanyak 39 orang (39%)
adalah responden dengan pengetahuan yang kurang. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan responden
dengan perilaku imunisasi dasar. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dewi et.al (2013) di Kelurahan Parupuk Tabing
Kota Padang pada penelitiannya diketahui bahwa persentase pemberian imunisasi
dasar lengkap lebih banyak pada ibu yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu
sebesar 87,5% dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang yaitu
sebesar 4,3%. Pada penelitian ini tidak adanya hubungan pengetahuan responden
dengan perilaku imunisasi dasar mungkin dikarenakan beberapa faktor yaitu
petugas kesehatan yang sangat aktif dalam mensosialisasikan dan mengajak
responden untuk melakukan imunisasi dasar pada anaknya, petugas kesehatan
yang menyediakan fasilitas berupa makanan gratis untuk anak, serta adanya
program baru dari pemerintah yang mengharuskan untuk melakukan imunisasi
dasar lengkap sebagai salah satu syarat masuk Sekolah Dasar (SD).
34
KMS masing-masing anak disimpan dan dijaga oleh kader posyandu sampai anak
mendapat imunisasi dasar lengkap atau sampai anak berusia lima tahun. Hal
tersebut dilakukan guna mencegah kehilangan atau lupa membawa KMS saat
berkunjung ke posyandu untuk imunisasi atau hanya sekedar menimbang berat
badan dan mengukur tinggi badan. Sehingga pada penelitian ini peneliti harus
menghubungi kader posyandu untuk melakukan pemeriksaan KMS masing-
masing anak.
BAB V
35
Dalam al-Qur`an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia
dipandang lebih unggul ketimbang makhluk lain guna menjalankan fungsi
kekhalifahannya. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang
dijelaskan al-Qur`an:
“Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Baqoroh (2) : 32)
Yang dimaksud dengan nama-nama pada ayat di atas adalah sifat, ciri dan
hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.
Manusia menurut al-Qur`an, memiliki potensi untuk menyiduk ilmu dan
mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang
memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal
tersebut. Berkali-kali pula al-Qur`an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang
yang berpengetahuan. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur`an:
ح هّٰللا ُ لَـ ُكمۡ ۚ َواِ َذا قِ ۡي َل ۡ ۡ ِ ِٰۤياَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اِ َذا ِق ۡي َل لَـ ُكمۡ تَفَ َّسح ُۡوا فِى ۡال َم ٰجل
ِ س فَاف َسح ُۡوا يَف َس
تؕ َوهّٰللا ُ بِ َماٍ ا ْن ُش ُز ۡوا فَا ْن ُش ُز ۡوا يَ ۡرفَ ِع هّٰللا ُ الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا ِم ۡن ُكمۡ ۙ َوالَّ ِذ ۡينَ اُ ۡوتُوا ۡال ِع ۡل َم َد َر ٰج
۱۱﴿ ﴾ت َۡع َملُ ۡونَ خَ بِ ۡي ٌر
36
Pandangan al-Qur`an tentang ilmu dapat diketahui prinsip- prinsipnya dari
analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad:
37
Term ilmu dalam bahasa Arab berasal kata kerja (fi’il) ‘alima, bentuk
mashdar (bentuk kata benda abstrak) dari yang berarti tahu atau mengetahui, dan
dalam bentuk fa’il (bentuk kata benda pelaku/subjek) ‘alim, yaitu orang yang
mengetahui/ berilmu, jamaknya ulama, dan dalam bentuk maf’ul (yang menjadi
obyek) ilmu disebut ma’lum, atau yang diketahui. Dalam bahasa Inggris Ilmu
biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan
knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi
sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual
mengacu paada makna yang sama. Sedangkan menurut cakupannya pertama-tama
ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segala pengetahuan ilmiah
yang dipandang sebagai satu kebulatan, dalam arti ini ilmu mengacu pada ilmu
pada umumnya (sience in general).
38
Dalam perspektif Filsafat Ilmu, pengertian ilmu sekurang-kurangnya
mencakup tiga hal, yaitu : pengetahuan, aktifitas dan metode. Dalam hal yang
pertama ini ilmu sering disebut pengetahuan. Menurut Ziauddin Sardar juga
berpendapat bahwa ilmu atau sains adalah “cara mempelajari alam secara obyektif
dan sistematik serta ilmu merupakan suatu aktifitas manusia. Kemudian menurut
John Biesanz dan Mavis Biesanz dua sarjana ilmu sosial, mereka mendefinisikan
ilmu sebagai suatu cara yang teratur untuk memperoleh pengetahuan (an
organized way of oftening knowledge) dari pada sebagai kumpulan teratur pada
pengetahuan. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa ilmu mempunyai
pengertian sebagai pengetahuan, aktivitas dan metode. Tiga bagian ini satu sama
lain tidak saling bertentangan, bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan
kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu tidak mungkin muncul tanpa
aktivitas manusia, sedangkan aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode
tertentu yang relevan dan akhirnya aktivitas dan metode itu mendatangkan
pengetahuan yang sistematis.
39
ilmiah, dan menghasilkan pengetahuan (teoritis atau praktis) yang sistematis
tentang segala sesuatu yang ada (gejalanya) dengan tujuan mencapai kebenaran.
Dalam perspektif kajian Islam, ilmu pengetahuan mengandung pengertian
yang menyeluruh dan berkesinambungan dan nilai yang tidak dapat dipisahkan.
Termasuk dalam konteks ini, ilmu sains dan teknologi adalah antara cabang ilmu
pengetahuan yang memberi manfaat dan faedah besar kepada kelangsungan hidup
manusia di dunia dan akhirat. (Surifandi, 2014: 63-65)
5.1.2 Pengembangan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Menurut Pandangan Islam
5.1.2.1 Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Al-
Qur’an
Observasi (Pengamatan)
Al-Qur`an dalam berbagai ayatnya senantiasa mendesak manusia untuk
mengadakan observasi terhadap ciptaan-Nya. Di antaranya:
ٓ ٰ ق هّٰللا ُ ِم ۡن َش ۡى ٍء ۙ َّواَ ۡن ع
َسى اَ ۡن َ َض َو َما َخل ت السَّمٰ ٰو ِ اۡل ِ اَ َولَمۡ يَ ۡنظُر ُۡوا ِف ۡى َملَـ ُك ۡو
ِ ت َوا َ ۡر
ى َح ِد ۡي ٍۢ ٍـ
َۢث بَ ۡعد َٗه ي ُۡؤ ِمنُ ۡون َ يَّ ُك ۡونَ قَ ِد ۡاقت ََر
ِّ َ ب اَ َجلُهُمۡ ۚ فَبِا
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan
mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah al-
Qur’an itu?” (Q.S. Al-A’raf (7) : 185)
Dalam ayat tersebut, al-Qur`an mengemukakan tema ayat yang bersifat
sinkronis, artinya berupa pandangan tentang eksistensi langit, bumi, manusia dan
sebagainya. Berikutnya adalah:
َض يَ ُمرُّ ۡونَ َعلَ ۡيهَا َوهُمۡ ع َۡنهَا ُم ۡع ِرض ُۡون َو َكاَي ِّۡن ِّم ۡن ٰايَ ٍة فِى السَّمٰ ٰو ِ اۡل
ِ ت َوا َ ۡر
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang
mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.” (Q.S. Yusuf (12) :
105)
40
ۡ هّٰللا ۡ
ِ الَّ ِذ ۡينَ يَذ ُكر ُۡونَ َ قِيَا ًما َّوقُع ُۡودًا َّوع َٰلى ُجنُ ۡوبِ ِهمۡ َويَتَفَ َّكر ُۡونَ فِ ۡى خَل
ِ ق السَّمٰ ٰو
ت
ِ َّاب الن
ار َ اطاًل ۚ س ُۡب ٰحنَكَ فَقِنَا َع َذ ِ َض َربَّنَا َما خَ لَ ۡقتَ ٰه َذا ب
ِۚ َوااۡل َ ۡر
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Q.S. Al-Imran (3) : 191)
Tema kedua ayat di atas bersifat diakronis, artinya berupa pandangan
tentang proses penciptaan dan peristiwa-peristiwa pada masa lalu maupun yang
akan datang. Bila dicermati lebih mendalam, tiada satu pun ciptaan Allah yang
tidak mengandung maksud dan tujuan. Mulai dari penciptaan makhluk yang
sangat sederhana, hingga penciptaan bintang-bintang di ruang angkasa. Untuk
mengungkap rahasia itu semua, diperlukan pemikiran yang mendalam.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, observasi dan meniru mekanisme
kerja merupakan hal yang lazim. Misalnya, meniru konsep fungsi sayap dari ekor
burung dalam pembuatan pesawat terbang, capung dalam design helikopter, ikan
paus dalam pembuatan kapal selam dan lain sebagainya.
Dalam metode observasi, meniru dan eksperimentasi semata-mata dalam
pengembangan sains dan teknologi dirasa belum cukup. Untuk itu perlu adanya
kemampuan imajinasi yang kuat, analisis dan sintesa, terutama dalam hal-hal yang
tidak mungkin melalui observasi saja.
Eksplorasi (Pemaparan)
Pada bagian ini, ilmu astronomi menempati posisi penting karena ia adalah
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan gerakan, penyebaran dan sifat benda-
benda samawi. Di antara ayat yang mewakili al-Qur`an dalam pembahasan ini
adalah:
ٍ ض اَل ٰ ٰي
َت لِّـقَ ۡو ٍم يَّتَّقُ ۡون ق هّٰللا ُ فِى السَّمٰ ٰو ِ اۡل ِ َف الَّ ۡي ِل َوالنَّه
َ َار َو َما َخل ۡ اِ َّن فِى
ِ ت َوا َ ۡر ِ اختِاَل
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang
diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan-Nya) bagi orang- orang yang bertakwa.” (Q.S. Yunus (10) : 6)
41
) َوال َّش ْمسُ تَجْ ِري لِ ُم ْستَقَرٍّ لَهَا٣٧ ( َظلِ ُمون ْ ار فَإ ِ َذا هُ ْم ُم َ ََوآيَةٌ لَهُ ُم اللَّ ْي ُل نَ ْسلَ ُخ ِم ْنهُ النَّه
( ـالعُرْ جُو ِن ْالقَـ ِد ِيم
ْ َاز َل َحتَّى عَا َد َكـ ِ ) َو ْالقَ َم َر قَ َّدرْ نَاهُ َمن٣٨( يز ْال َعلِ ِيم ِ َذلِكَ تَ ْق ِدي ُر ْال َع ِز
ٍ ـار َو ُكــلٌّ فِي فَلَـ
ـك ُ ِ) ال ال َّش ْمسُ يَ ْنبَ ِغي لَهَــا أَ ْن تُـ ْد ِركَ ْالقَ َمـ َر َوال اللَّ ْيـ ُل َسـاب٣٩
ِ ق النَّهَـ
)٤٠( َيَ ْسبَحُون
“37. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam;
kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta mereka berada
dalam kegelapan. 38. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. 39. Dan
telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai
ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. 40.
Tidaklah mungkin bagi Matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Q.S.
Yaasiin (36) : 37-40)
Kedua ayat tersebut memaparkan fenomena sesuai dengan hukum alam
(sunnatullah) yang berlaku, atau masih dalam tahap pemaparan (description). Bila
fenomena berupa pergantian siang dan malam akan diangkat sebagai suatu metode
ilmu pengetahuan maka seseorang harus menempuh prosedur sebagaimana yang
ditempuh dalam ilmu pengetahuan.
Eksperimen (Percobaan)
Eksperimen merupakan kelanjutan dari metode-metode sebelumnya
(observasi dan eksplorasi). Dengan metode ini telah muncul berbagai cabang ilmu
di antaranya geologi. Geologi mempelajari gerak bumi, lapisan-lapisannya, serta
hubungan dan perubahannya. Dalam hal ini, al-Qur`an memberikan dorongan
kuat untuk melakukan penelitian tentang adanya kebenaran di balik fenomena
fisik dari alam semesta. Pada gilirannya, hal ini akan membawa penemuan-
penemuan baru di dalam ilmu pengetahuan mengenai sejarah alam, termasuk
geologi, yang mempelajari tentang terjadinya perubahan bentuk secara besar-
besaran pada lapisan atas bumi, strukturnya, perubahan cuaca, fosil, batu-batu
karang dan sebagainya. Ayat berikut ini dapat dijadikan penanda untuk menggali
dan mengembangkan ilmu:
42
“Bukankah kami Telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-
gunung sebagai pasak?” (Q.S. An-Naba (78) : 6-7).
ۢ ۡ َ ﴾ َوااۡل َ ۡر
ٍ ۢ ض َمد َۡد ٰنهَا َواَ لقَ ۡينَا فِ ۡيهَا َر َوا ِس َى َواَ ۡنبَ ۡتنَا فِ ۡيهَا ِم ۡن ُك ِّل ز َۡو
ٍ ج بَ ِه ۡي
۷﴿ ۙ ج
“Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang
kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah
dipandang mata.” (Q.S. Qaaf (50): 7)
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
(Q.S. Adz-Dzariyat (51) : 21).
) َوقَ ْد9( ) قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن زَ َّكاهَا8( ) فَأ َ ْلهَ َمهَا فُجُو َرهَا َوتَ ْق َواهَا7( س َو َما َس َّواهَاٍ َونَ ْف
اب َم ْن َدسَّاهَاَ َخ
43
“7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 9.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. As-Syams (91) : 7-
10).
Di dalam al-Qur`an di samping metode yang bersifat empirik, masih ada
proses pengembangan ilmu dengan metode ilham yang hanya diberikan pada
beberapa orang saja yang dipilih Allah tanpa membedakan dari suku bangsa
manapun. Itu artinya, bahwa Allah memberikan ilmu kepada siapa saja yang
memiliki kehendak dan dikehendaki-Nya. Dengan asumsi bahwa penemuan ilmu
pengetahuan dengan metode apa pun merupakan rahmat dari Allah melalui orang-
orang yang terpilih karena pada hakikatnya semua ilmu itu tidak lain dari-Nya
semata. Allah berfirman:
ۡ َض ُل هّٰللا ِ ي ُۡؤتِ ۡي ِه َم ۡن يَّ َشٓا ُء ؕ َوهّٰللا ُ ُذو ۡالف
۴﴿ ض ِل ۡال َع ِظ ۡي ِم ۡ َ﴾ ٰذ لِكَ ف
44
Adapun arah dan tujuan ilmu pengetahuan bahwa ayat al-Qur’an begitu
banyak yang berbicara tujuan ilmu seperti untuk mengenal; tanda-tanda
kekuasaan-Nya, menyaksikan kehadirna-Nya diberbagai fenomena yang kita
amati mengagungkan Allah serta bersyukur kepada-Nya di samping itu, al-Qur’an
menyebutkan pula tiga hal lainnya dalam mengembangkan ilmu antara lain;
ۡت ؕ َوهّٰللا ُ يَ ۡعلَ ُم ُمتَقَلَّبَ ُكم ۡ اعلَمۡ اَنَّهٗ اَل ۤ اِ ٰلهَ اِاَّل هّٰللا ُ َو
ِ است َۡغفِ ۡر لِ َذ ۡۢنبِكَ َولِ ۡل ُم ۡؤ ِمنِ ۡينَ َو ۡال ُم ۡؤ ِم ٰن ۡ َف
َۡو َم ۡث ٰوٮ ُكم
“Maka ketahuilah (dapatkanlah ilmu), bahwa sesungguhnya tidak ada ilah yang
berhak disembah secara hak melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi
dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, lai-laki dan perempuan. Dan
Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu” (Q.S.
Muhammad (47) : 19)
45
ٰ ونُن َِّز ُل منَ ۡالـقُ ۡر ٰان ما هُو شفَٓا ٌء َّور ۡحمةٌ لِّ ۡـلم ۡؤمن ۡي ۙنَ واَل يز ۡي ُد
۸﴿ الظّلِ ِم ۡينَ اِاَّل خَ َسارًا ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ
۲﴾
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman” (Q.S. Al-Isra’ (17) : 82)
Rasulullah bersabda:
اَل ت َِج ُد قَ ۡو ًما ي ُّۡؤ ِمنُ ۡونَ بِاهّٰلل ِ َو ۡاليَ ۡو ِم ااۡل ٰ ِخ ِر يُ َوٓا ُّد ۡونَ َم ۡن َحٓا َّد هّٰللا َ َو َرس ُۡولَهٗ َولَ ۡو َكانُ ۡۤوا
َۡب فِ ۡى قُلُ ۡوبِ ِه ُم ااۡل ِ ۡي َمانَ َواَيَّ َدهُم ٓ ٰ ُٰابٓاءهُمۡ اَ ۡو اَ ۡبنَٓاءهُمۡ اَ ۡو ا ۡخوانَهُمۡ اَ ۡو َعش ۡيرتَهُمۡؕ ا
َ ول ِٕٕٮِـكَ َكت َ ِ َ ِ َ َ َ
هّٰللا ٍ ّح ِّم ۡن هُ ؕ َوي ُۡد ِخلُهُمۡ َج ٰن
ۡض َى ُ ع َۡنهُم ِ ت ت َۡج ِر ۡى ِم ۡن ت َۡحتِهَا ااۡل َ ۡن ٰه ُر ٰخلِ ِد ۡينَ فِ ۡيهَا ؕ َر ٍ بِر ُۡو
َب هّٰللا ِ هُ ُم ۡال ُم ۡفلِح ُۡون هّٰللا
َ ك ِح ۡزبُ ِ ؕ اَاَل ۤ اِ َّن ِح ۡز َ ولٓ ِٕٕٮِـ
ٰ َُو َرض ُۡوا ع َۡن هُ ؕ ا
46
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-
Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-
saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah
menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan [1463] yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap
(limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. [1463] Yang
dimaksud dengan "pertolongan" ialah kemauan bathin, kebersihan hati,
kemenangan terhadap musuh dan lain lain.” (Q.S. Al Mujadilah (58) : 22).
ۤ
َ ٰياَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَ لَ ۡق ٰن ُكمۡ ِّم ۡن َذ َك ٍر َّواُ ۡن ٰثى َو َج َع ۡل ٰن ُكمۡ ُشع ُۡوبًا َّوقَبَٓا ِٕٕٮِـ َل لِتَ َع
ۡارفُ ۡوا ؕ اِ َّن اَ ۡك َر َم ُكم
۱۳﴿ ﴾ ِع ۡن َد هّٰللا ِ اَ ۡت ٰقٮ ُكمۡ ؕ اِ َّن هّٰللا َ َعلِ ۡي ٌم َخبِ ۡي ٌر
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al Hujurat
(49) : 13).
َصلِح ُۡوا بَ ۡينَ اَخ ََو ۡي ُكمۡ ۚ َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡر َح ُم ۡون
ۡ َ اِنَّ َما ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ اِ ۡخ َوةٌ فَا
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat (49) : 10)
47
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang
berbuat demikian karena mencari keridhoan Allah maka Kami memberi
kepadanya pahala yang besar.” (Q.S. An-Nisa (4) : 114). (Khotimah, 2014: 80-82)
48
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun dan ia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl (16) : 78)
Ada dua aliran pengetahuan, dalam hubungannya dengan di atas. Pertama,
adalah idealisme atau lebih populer dengan sebutan rasionalisme; suatu aliran
pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal, idea, kategori, form, sebagai
sumber ilmu pengetahuan. Di sini peran panca indra dinomorduakan. Menurut
aliran ini, pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Panca indra
berfungsi hanya untuk menangkap objek sehingga diperoleh data-data dari alam
nyata dan akallah yang mengolah data-data tersebut sehingga terbentuk
pengetahuan. Kedua, adalah realisme atau empirisme yang lebih menekankan
peran ilmu pengetahuan. Di sini peran akal dinomorduakan. Menurut aliran ini,
pengetahuan yang benar diperoleh melaui pengalaman panca indra terhadap
objek-objek yang nyata.
Adapun metode yang disodorkan al-Qur`an dalam memeroleh ilmu kasbi
ini, di antaranya adalah sebagaimana tersirat dalam:
49
ار ۡى َس ۡو َءةَ اَ ِخ ۡي ِهؕ قَا َل يَا َو ۡيلَ ٰتٓى ِ ض لِي ُِريَهٗ َك ۡيفَ ي َُو اۡل
ِ ث فِ ۡى ا َ ۡر ُ ث هّٰللا ُ ُغ َرابًا ي َّۡب َح
َ فَبَـ َع
َصبَ َح ِمنَ ال ٰنّ ِد ِم ۡي ۛن ۡۚ ى َس ۡو َءةَ اَ ِخ
ۡ َ ى فَا ِ ب فَا ُ َو
َ ار ِ ت اَ ۡن اَ ُك ۡونَ ِم ۡث َل ٰه َذا ۡال ُغ َراُ اَ َع َج ۡز
۶۵﴿ ﴾فَ َو َجدَا ع َۡبدًا ِّم ۡن ِعبَا ِدن َۤا ٰات َۡي ٰنهُ َر ۡح َمةً ِّم ۡن ِع ۡن ِدنَا َو َعلَّمۡ ٰنهُ ِم ۡن لَّ ُدنَّا ِع ۡل ًما
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami,
yang telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang telah kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Q.S. Al-Kahfi (18) : 65). (Khotimah,
2014: 74-76)
“Barang siapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia terhindar
sehari itu dari racun dan sihir.” (HR. Al-Bukhari : 5768 dan Muslim : 4702)
Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil
sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau
dikhawatirkan terjadi wabah penyakit lalu diimunisasi untuk membentengi diri
50
dari wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh
berobat tatkala terkena penyakit. (Yusuf, 2009)
Istihalah secara bahasa memiliki dua makna. Salah satu maknanya adalah,
Para ulama telah menyepakati bahwa apabila khomr berubah menjadi cuka
dengan sendirinya (karena dibiarkan begitu saja), maka khomr tersebut menjadi
suci. Namun para ulama berselisih jika khomr tadi berubah menjadi cuka melalui
suatu proses tertentu.
Adapun untuk najis yang lainnya, apabila ia berubah dari bentuk asalnya,
maka para ulama berselisih akan sucinya.
Ulama Hanafiyah dan Malikiyah, juga menjadi salah satu pendapat Imam
Ahmad, menyatakan bahwa najis pada ‘ain (zat) dapat suci dengan istihalah. Jika
najis sudah menjadi abu, maka tidak dikatakan najis lagi. Garam (yang sudah
berubah) tidak dikatakan najis lagi walaupun sebelumnya berasal dari keledai,
babi atau selainnya yang najis. Begitu pula dianggap suci jika najis jatuh ke sumur
dan berubah jadi tanah. Misal yang lain, khomr ketika berubah menjadi cuka baik
51
dengan sendirinya atau dengan proses tertentu dari manusia atau cara lainnya,
maka itu juga dikatakan suci. Hal ini semua dikarenakan zat yang tadi ada sudah
berubah. Aturan Islam pun menetapkan bahwa sifat najis jika telah hilang, maka
sudah dikatakan tidak najis lagi (sudah suci).
Jadi jika tulang dan daging berubah menjadi garam, maka yang dihukumi
sekarang adalah garamnya. Garam tentu saja berbeda statusnya dengan tulang dan
daging tadi.
Perkara semisal ini amatlah banyak. Intinya, istihalah pada zat terjadi jika
sifat-sifat najis yang ada itu hilang.
Adapun ulama Syafi’iyah dan pendapat ulama Hambali yang lebih kuat,
najis ‘ain (zat) tidaklah dapat suci dengan cara istihalah. Jika anjing atau selainnya
dilempar dalam garam, akhirnya mati dan jadi garam, maka tetap dihukumi najis.
Begitu pula jika ada uap yang berasal dari api yang bahannya najis, lalu uap itu
mengembun, maka tetap dihukumi najis.
Dikecualikan dalam masalah ini adalah untuk khomr, yaitu khomr yang
berubah menjadi cuka dengan sendirinya, tidak ada campur tangan. Cuka yang
berasal dari khomr seperti itu dianggap suci. Alasan najisnya khomr tadi adalah
karena memabukkan. Saat jadi cuka tentu tidak memabukkan lagi, maka dari itu
dihukumi suci. Hal ini telah menjadi ijma’ (kesepakatan para ulama).
Adapun jika khomr berubah menjadi cuka dengan proses tertentu misalnya
ada gas yg masuk, maka ketika itu tidaklah suci.
Dari perselisihan di atas, pendapat yang rojih (kuat) dalam masalah ini
adalah yang menyatakan bahwa suatu zat yang najis yang berubah (dengan
istihalah) menjadi zat lain yang baru, dihukumi suci.
52
ال ُح ْك ُم يَ ُدوْ ُر َم َع ِعلَّتِ ِه ثُبُوْ تًا َو َع َد ًما
"Hukum itu berputar pada ‘illahnya. Jika ‘illah itu ada, maka hukum itu ada.
Begitu sebaliknya jika ‘illah itu tidak ada, maka hukum itu tidak ada."
Pendapat inilah yang lebih tepat, apalagi diterapkan di zaman saat ini. Kita
masih ingat bahwa minyak bumi itu asalnya dari bangkai hewan yang terpendam
ribuan tahun. Padahal bangkai itu jelas najis. Jika kita katakan minyak bumi, itu
najis karena berpegang pada pendapat Syafi’iyah dan Hambali, maka jadi
problema untuk saat ini.
53
“Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak mungkin dipengaruhi kotoran
(najis).”
Dua hadits di atas menjelaskan bahwa apabila benda yang najis atau haram
bercampur dengan air suci yang banyak, sehingga najis tersebut lebur tak
menyisakan warna atau baunya, maka dia menjadi suci.
Jadi suatu saat air yang najis bisa berubah menjadi suci jika bercampur
dengan air suci yang banyak. Tidak mungkin air yang najis selamanya berada
dalam keadaan najis tanpa perubahan. Tepatlah perkataan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah, “Siapa saja yang mau merenungkan dalil-dalil yang telah disepakati
dan memahami rahasia hukum syari’at, niscaya akan jelas baginya bahwa
pendapat inilah yang lebih tepat. Sangat tidak mungkin ada air atau benda cair
yang tidak mungkin mengalami perubahan menjadi suci (tetap najis). Ini sungguh
bertentangan dengan dalil dan akal sehat. Jika ada yang menganggap bahwa
hukum najis itu tetap ada padahal (sifat-sifat) najis telah dihilangkan dengan
cairan atau yang lainnya, maka ini sungguh jauh dari tuntutan dalil dan
bertentangan dengan qiyas yang bisa digunakan.” (Tuasikal, 2013)
ير َو َما أُ ِه َّل بِ ِه لِ َغي ِْر هَّللا ِ فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغ ْي َر ِ إِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِز
اغ َواَل عَا ٍد فَاَل إِ ْث َم َعلَ ْي ِه إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم ٍ َب
54
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S.
Al-Baqarah (2) : 173)
Namun kaedah di atas memiliki syarat yang harus dipenuhi tidak sekedar
mendapati bahaya, lantas menerjang yang haram. Beberapa syarat yang mesti
dipenuhi:
بَلْ َمتَى، اَل يُ ْكتَفَى فِي ِه بِ ْال َم ِظنَّ ِة، ُورةَـ أَ ْم ٌر ُم ْعتَبَ ٌر بِ ُوجُو ِد َحقِيقَتِ ِه
َ ضرَّ ال
َو َمتَى، وج ْدَ َُت ْال َم ِظنَّةُ أَوْ لَ ْم تْ َس َوا ٌء ُو ِجد، ت ْ ُورةُـ أَبَا َح َ ضر َّ َت الْ ُو ِجد
لَ ْم يُبَحْ اأْل َ ْك ُل لِ ُوجُو ِد َم ِظنَّتِهَا بِ َحا ٍل، ت
ْ َا ْنتَف
55
3. Tidak ada jalan lain kecuali dengan menerjang larangan demi hilangnya
dhoror. Contoh: Ada wanita yang sakit, ada dokter perempuan dan dokter
laki-laki. Selama ada dokter wanita, maka tidak bisa beralih pada dokter
laki-laki. Karena saat itu bukan darurat.
4. Haram yang diterjang lebih ringan dari bahaya yang akan menimpa.
5. Sesuatu yang haram yang dikonsumsi saat darurat diambil sekadarnya.
Jika darurat sudah hilang, maka tidak boleh mengonsumsinya lagi. Maka
para ulama membuat kaedah lagi dalam masalah ini,
1. Dibolehkannya berobat dengan yang najis jika tidak didapati sesuatu yang
suci. Alasannya, karena maslahat menyelamatkan jiwa lebih didahulukan
dari maslahat menjauhi yang najis.
2. Boleh membelah kandungan (melakukan operasi sesar) pada perut ibu jika
memang sulit melahirkan karena menjaga keselamatan janin lebih utama
daripada menjaga kehormatan ibu. (Tuasikal, 2013)
5.2.2.4 Berobat dengan yang Haram
56
Kaidah fiqhiyah, yaitu:
Inilah landasan yang digunakan MUI, jika kita kaji sesuai dengan syarat:
57
2. Benar-benar yakin bahwa obat ini sangat bermanfaat pada penyakit
tersebut.
3. Tidak ada pengganti lainnya yang mubah.
”Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka diambil yang paling
ringan.“
Dan Maha Benar Allah yang memang menciptakan penyakit namun pasti
ada obatnya. Kalau tidak ada obatnya sekarang, maka hanya karena manusia
belum menemukannya. Terbukti baru-baru ini telah ditemukan vaksin meningitis
yang halal, dan MUI mengakuinya.
Agama Islam adalah agama yang mudah dan tidak kaku, Allah tidak
menghendaki kesulitan kepada hambanya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.”
(Q.S. Al-Hajj (22) : 78) (Bahraen: 2011)
5.2.2.5 Kemudahan Saat Kesempitan
Semua syari’at itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada
tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i
rahimahullah tatkala berkata.
ْ ت اتَّ َس َع
ت َ ت األُصُوْ ُل َعلَى أَ َّن األَ ْشيَا َء إِ َذا
ْ َ ض اق ِ َبُنِي
“Kaidah syari’at itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila
sampai maka menjadi luas” (Yusuf, 2009)
58
5.2.3 Fatwa-fatwa
59
MUI mulai menggodok fatwa ini sejak 2013. Ada sejumlah pertimbangan
MUI dalam mengeluarkan fatwa ini.
60
MUI juga memberikan rekomendasi terkait imunisasi. Ada 7 rekomendasi
dari MUI:
"Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
keji dan jalan yang buruk." (Q.S. Al-Isra (17) : 32)
61
Coba perhatikan, bukan larangan berzina tapi larangan untuk mendekati
zina. Suatu aspek preventif yang luar biasa karena jauh lebih mudah menghindari
mendekati zina daripada menghindari berzina. Bandingkan dengan program
kondomisasi yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan masyarakat karena justru
memfasilitasi zina secara tidak langsung.
62
3.
ْيف َوفِى ُك ٍّل َخ ْي ٌر احْ ِرص ْال ُم ْؤ ِم ُن ْالقَ ِوىُّ خَ ْي ٌر َوأَ َحبُّ إِلَى هَّللا ِ ِمنَ ْال ُم ْؤ ِم ِن الض َِّع ِـ
َت َكانُ ك َش ْى ٌء فَالَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَ َع ْل َ َصابَ ََعلَى َما يَ ْنفَعُكَ َوا ْست َِع ْن بِاهَّلل ِ َوالَ تَ ْع ِج ْز َوإِ ْن أ
َولَ ِك ْن قُلْ قَ َد ُر هَّللا ِ َو َما َشا َء فَ َع َل فَإ ِ َّن لَوْ تَ ْفتَ ُح َع َم َل ال َّش ْيطَا ِن.َك َذا َو َك َذا
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin
yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang
manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap
lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, "Seandainya
aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain." Akan tetapi
katakanlah, "Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia
Perbuat." Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan." (HR. Muslim)
4.
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.
Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Q.S. Al-Anfal (8) :
60)
5.
Dari beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an tersebut di atas kita dapat melihat
bahwa Islam sangat menganjurkan aspek pencegahan terhadap penyakit. Karena
biaya yang dikeluarkan untuk aspek pencegahan akan jauh lebih murah
dibandingkan dengan pengobatan penyakit. Hal ini telah dibuktikan kebenarannya
63
oleh ilmu kedokteran modern. Islam memberi kebebasan dalam hal teknik
pencegahan sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada saat itu.
Tidak ada dalil dari Al-Qur'an atau Hadits Nabi yang spesifik
menyebutkan perlunya vaksinasi. Namun tidak adanya dalil qauliyah bukan
berarti vaksinasi bertentangan dengan ajaran Nabi SAW. Hal ini adalah karena
vaksinasi termasuk ranah kauniyah. Ranah ilmu pengetahuan modern yang
diperoleh berdasarkan pencarian oleh manusia. Berdasarkan penelitian yang tekun
dan seksama, sebagaimana sudah disebutkan di atas. Oleh karena itu pakar
mengenai vaksinasi tentu saja adalah para dokter dan peneliti di bidang
vaksinologi, bukan wartawan, sarjana hukum, ahli statistik, atau yang lainnya.
(Yunuarso, 2012)
64
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada responden yang datang
berkunjung ke Posyandu Rosmerah dan yang berada di wilayah Rw 010 Tanah Tinggi,
Jakarta Pusat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
65
6.2. Saran
1. Bagi Responden
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan agar menambah wawasan mengenai pentingnya
melakukan imunisasi dasar yang lengkap guna untuk mencegah terjadinya
penyakit.
4. Bagi Mubaligh
Untuk para mubaliqh diharapkan dalam dakwahnya hendak
menyampaikan kepada masyarakat muslim agar berpengetahuan yang baik karena
orang yang berpengetahuan memiliki kedudukan yang tinggi di mata Allah SWT
dan senantiasa menjaga kesehatan dengan melakukan imunisasi secara lengkap
66
sebagai upaya pencegahan agar tidak terkena penyakit karena Allah menyukai
orang yang menjaga kebersihan dan kesehatan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Bahraen, R. (2011). Pro Kontra Hukum Imunisasi dan Vaksinasi. Diakses tanggal
17/01/18 dari https://muslim.or.id/7073-pro-kontra-hukum-imunisasi-dan-
vaksinasi.html
67
Dokter Indonesia. (2014). Kontroversi Haram Halal Imunisasi Bayi Menurut
Agama Islam. Diakses tanggal 17/01/18 dari
https://mediaimunisasi.com/2014/09/29/kontroversi-hara-halal-imunisasi-
bayi-menurut-agama-islam/
Hijani, R., Nauli FA., & Zulfitri R.. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
Imunisasi terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai Kota. Jurnal Online
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan. 1 (1), 1-9.
Khotimah K.. (2014). Paradigma dan Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-qur’an.
Episteme Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman. 9 (1), 71-82.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2016). Situasi Imunisasi di
Indonesia. Infomasi Data dan informasi. 1.
Surifandi S.. (2014). Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Hadis Nabi. Jurnal
Ushuluddin. 21 (1), 63-65.
68
Tuasikal, MA. (2013). Kaedah Fikih Memahami Hukum Vaksinasi. Diakses
tanggal 17/01/18 dari https://rumaysho.com/3541-kaedah-fikih-
memahami-hukum-vaksinasi.html
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
TAHUN 2016
NO JENIS KEGIATAN
9 10 11 12
1 Bimbingan proposal √ √ √ √
2 Sidang proposal
3 Perijinan penelitian
4 Sosialisasi teknis penelitian
5 Pengambilan data
69
6 Pengolahan data
7 Analisis data
8 Pembuatan laporan
9 Bimbingan laporan
10 Sidang laporan hasil penelitian
11 Revisi
12 Publikasi
Lampiran 2
ANGGARAN PENELITIAN
NO JENIS PENGELUARAN BIAYA YANG DIUSULKAN
(Rp)
1 Alat tulis (proposal, kuesioner, laporan) 500.000
2 Transportasi 250.000
3 Souvenir (100 orang) 1.000.000
4 Dokumentasi 250.000
5 Analisis data 500.000
6 Penyajian data 500.000
JUMLAH 3.000.000
70
Lampiran 3
BIODATA PENELITI
Riwayat Pendidikan :
71
Tahun 2002-2008 : SDN Darmajaya
Lampiran 4
Informed Consent
no. tlp/HP :
72
TANAH TINGGI, JAKARTA PUSAT TAHUN 2017 DAN TINJAUANNYA
MENURUT ISLAM”
Dengan ketentuan apabila ada hal-hal yang tidak berkenan, maka saya berhak
mengajukan pengunduran diri dari kegiatan penelitian ini.
Peneliti, Responden,
( ) ( )
Lampiran 5
FORM KUESIONER
Data Responden
Nama :
Umur : ____ Tahun
Alamat : _______________________________________________
Agama : _____________________
Pendidikan : _______________________________________________
Pekerjaan : _______________________________________________
73
b. Bayi umur 0 – 9 bulan
c. Anak umur lebih dari 1 tahun
2. Dimanakah ibu bisa mendapatkan imunisasi dasar?
a. Kantor Kelurahan
b. Posyandu/Puskesmas
c. Dukun
3. Apakah manfaatnya imunisasi dasar untuk bayi?
a. Mencegah dan melindungi bayi dari penyakit tertentu
b. Agar anak sehat
c. Mengikuti program pemerintah
4. Imunisasi apa yang bukan termasuk program imunisasi dasar yang ibu
ketahui?
a. BCG
b. PCV
c. Hepatitis B
d. Polio
e. DTP
f. HiB
g. Campak
5. Penyakit apa yang tidak dapat dicegah dengan imunisasi dasar?
a. Hepatitis B
b. Campak
c. Polio
d. Dengue
e. Tuberculosis
f. DTP (Difteri, Tetanus, Batuk 100 hari (Batuk rejan))
g. Meningitis
6. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Hepatitis B? (jika tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.7 / jika tidak tahu, lanjutkan ke pertanyaan no.9)
a. Tahu
b. Tidak tahu
74
7. Berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
8. Kapan imunisasi Hepatitis B diberikan?
a. Segera setelah bayi lahir, 1 bulan, 6 bulan
b. Saat bayi berusia 3 bulan, 5 bulan, 7 bulan
c. Saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
9. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Polio? (jika tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.10 / jika tidak tahu, lanjutkan ke pertanyaan no.12)
a. Tahu
b. Tidak tahu
10. Berapa kali imunisasi Polio diberikan ?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 4 kali
11. Kapan imunisasi Polio diberikan?
a. Saat bayi berumur 1 bulan, 7 bulan
b. Segera setelah bayi lahir, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
c. Saat bayi berumur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
12. Apakah ibu tahu tentang imunisasi BCG? (jika tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.13 / jika tidak tahu, lanjutkan ke pertanyaan no.15)
a. Tahu
b. Tidak tahu
13. Berapa kali imunisasi BCG diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
14. Kapan imunisasi BCG diberikan?
a. Saat bayi berumur 2 bulan
b. Saat bayi berumur 1 bulan
75
c. Segera setelah bayi lahir
15. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Combo DPT - Hib? (jika tahu,
lanjutkan ke pertanyaan no.16 / jika tidak tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.18)
a. Tahu
b. Tidak tahu
16. Berapa kali imunisasi Combo DPT - Hib diberikan?
a. 3 kali
b. 4 kali
c. 5 kali
17. Kapan imunisasi Combo DPT - Hib diberikan?
a. Saat bayi berumur 1 bulan
b. Saat bayi berumur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
c. Saat bayi berumur 7 bulan
18. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Campak? (jika tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.19 / jika tidak tahu, tidak perlu dilanjutkan)
a. Tahu
b. Tidak tahu
19. Berapa kali imunisasi Campak diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
20. Kapan imunisasi Campak diberikan?
a. Segera setelah bayi lahir
b. Saat bayi berumur 2 bulan, 7 bulan
76
c. Saat bayi berumur 9 bulan
Lampiran 6
Nama : _________________________________________
Tempat/tanggal lahir : _________________________________________
Umur : ____ Tahun
Imunisasi Dasar :
Lengkap : = 6
a. Hepatitis B 1 – 2 - 3
77
b. Polio 1–2–3-4
c. BCG 1
d. DTP 1–2-3
e. Hib 1–2-3
f. Campak 1
≠ lengkap : < 6
a. Hepatitis B 1 – 2 - 3
b. Polio 1–2–3-4
c. BCG 1
d. DTP 1–2-3
e. Hib 1–2-3
f. Campak 1
Lampiran 7
Frequency Table
78
Umur (Tahun)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18 1 1.0 1.0 1.0
20 1 1.0 1.0 2.0
21 2 2.0 2.0 4.0
22 3 3.0 3.0 7.0
23 4 4.0 4.0 11.0
24 1 1.0 1.0 12.0
25 5 5.0 5.0 17.0
26 3 3.0 3.0 20.0
27 7 7.0 7.0 27.0
28 4 4.0 4.0 31.0
29 6 6.0 6.0 37.0
30 6 6.0 6.0 43.0
31 7 7.0 7.0 50.0
32 7 7.0 7.0 57.0
33 5 5.0 5.0 62.0
34 6 6.0 6.0 68.0
35 9 9.0 9.0 77.0
36 2 2.0 2.0 79.0
37 6 6.0 6.0 85.0
38 1 1.0 1.0 86.0
39 2 2.0 2.0 88.0
41 3 3.0 3.0 91.0
42 2 2.0 2.0 93.0
43 2 2.0 2.0 95.0
44 1 1.0 1.0 96.0
45 1 1.0 1.0 97.0
46 1 1.0 1.0 98.0
47 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
79
Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid islam 100 100.0 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3 2 2.0 2.0 2.0
S1 5 5.0 5.0 7.0
SD 7 7.0 7.0 14.0
SLTA 5 5.0 5.0 19.0
SLTP 3 3.0 3.0 22.0
SMA 26 26.0 26.0 48.0
SMEA 3 3.0 3.0 51.0
SMK 25 25.0 25.0 76.0
SMP 24 24.0 24.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Kategori Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 6 6.0 6.0 6.0
Menengah 87 87.0 87.0 93.0
Tinggi 7 7.0 7.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
80
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid guru 1 1.0 1.0 1.0
IRT 85 85.0 85.0 86.0
karyawan 8 8.0 8.0 94.0
wiraswasta 6 6.0 6.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Kategori Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 15 15.0 15.0 15.0
Tidak Bekerja 85 85.0 85.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 100 100.0 100.0 100.0
p2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 100 100.0 100.0 100.0
p3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 17 17.0 17.0 17.0
1 83 83.0 83.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 26 26.0 26.0 26.0
1 74 74.0 74.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
81
p5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 51 51.0 51.0 51.0
1 49 49.0 49.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 33 33.0 33.0 33.0
1 67 67.0 67.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 82 82.0 82.0 82.0
1 18 18.0 18.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 53 53.0 53.0 53.0
1 47 47.0 47.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 13 13.0 13.0 13.0
1 87 87.0 87.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
82
p10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 68 68.0 68.0 68.0
1 32 32.0 32.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 59 59.0 59.0 59.0
1 41 41.0 41.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 21 21.0 21.0 21.0
1 79 79.0 79.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 33 33.0 33.0 33.0
1 67 67.0 67.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 79 79.0 79.0 79.0
1 21 21.0 21.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
83
p15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 41 41.0 41.0 41.0
1 59 59.0 59.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 48 48.0 48.0 48.0
1 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 58 58.0 58.0 58.0
1 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 6 6.0 6.0 6.0
1 94 94.0 94.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
p19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 20 20.0 20.0 20.0
1 80 80.0 80.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
84
p20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 11 11.0 11.0 11.0
1 89 89.0 89.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
TOT_P
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 1 1.0 1.0 1.0
3 1 1.0 1.0 2.0
4 1 1.0 1.0 3.0
5 2 2.0 2.0 5.0
6 3 3.0 3.0 8.0
7 6 6.0 6.0 14.0
8 1 1.0 1.0 15.0
9 5 5.0 5.0 20.0
10 5 5.0 5.0 25.0
11 6 6.0 6.0 31.0
12 9 9.0 9.0 40.0
13 11 11.0 11.0 51.0
14 11 11.0 11.0 62.0
15 13 13.0 13.0 75.0
16 10 10.0 10.0 85.0
17 6 6.0 6.0 91.0
18 2 2.0 2.0 93.0
19 5 5.0 5.0 98.0
20 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
85
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10 1 1.0 1.0 1.0
15 1 1.0 1.0 2.0
20 1 1.0 1.0 3.0
25 2 2.0 2.0 5.0
30 3 3.0 3.0 8.0
35 6 6.0 6.0 14.0
40 1 1.0 1.0 15.0
45 5 5.0 5.0 20.0
50 5 5.0 5.0 25.0
55 6 6.0 6.0 31.0
60 9 9.0 9.0 40.0
65 11 11.0 11.0 51.0
70 11 11.0 11.0 62.0
75 13 13.0 13.0 75.0
80 10 10.0 10.0 85.0
85 6 6.0 6.0 91.0
90 2 2.0 2.0 93.0
95 5 5.0 5.0 98.0
100 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 40 40.0 40.0 40.0
Sedang 22 22.0 22.0 62.0
Baik 38 38.0 38.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
86
Umur anak (Tahun)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 22 22.0 22.0 22.0
2 17 17.0 17.0 39.0
3 31 31.0 31.0 70.0
4 16 16.0 16.0 86.0
5 5 5.0 5.0 91.0
6 5 5.0 5.0 96.0
8 2 2.0 2.0 98.0
10 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 43 43.0 43.0 43.0
Laki-laki 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
ID1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 2 2.0 2.0 2.0
1 98 98.0 98.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
ID2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 1 1.0 1.0 1.0
1 99 99.0 99.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
ID3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 1 1.0 1.0 1.0
1 99 99.0 99.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
87
ID4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 2 2.0 2.0 2.0
1 98 98.0 98.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
ID5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 2 2.0 2.0 2.0
1 98 98.0 98.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
ID6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 3 3.0 3.0 3.0
1 97 97.0 97.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
TOT_ID
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1.0 1.0 1.0
2 1 1.0 1.0 2.0
5 2 2.0 2.0 4.0
6 96 96.0 96.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Imunisasi Dasar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Lengkap 4 4.0 4.0 4.0
Lengkap 96 96.0 96.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
88
ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan *
100 100.0% 0 .0% 100 100.0%
Imunisasi Dasar
Imunisasi Dasar
Tidak
Lengkap Lengkap Total
Pengetahuan Kurang Count 1 39 40
% within Pengetahuan 2.5% 97.5% 100.0%
% within Imunisasi Dasar 25.0% 40.6% 40.0%
% of Total 1.0% 39.0% 40.0%
Sedang Count 1 21 22
% within Pengetahuan 4.5% 95.5% 100.0%
% within Imunisasi Dasar 25.0% 21.9% 22.0%
% of Total 1.0% 21.0% 22.0%
Baik Count 2 36 38
% within Pengetahuan 5.3% 94.7% 100.0%
% within Imunisasi Dasar 50.0% 37.5% 38.0%
% of Total 2.0% 36.0% 38.0%
Total Count 4 96 100
% within Pengetahuan 4.0% 96.0% 100.0%
% within Imunisasi Dasar 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 4.0% 96.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square .409a 2 .815
Likelihood Ratio .430 2 .807
Linear-by-Linear
.386 1 .535
Association
N of Valid Cases 100
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .88.
89
Symmetric Measures
Asymp.
a b
Value Std. Error Approx. T Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .064 .815
Interval by Interval Pearson's R -.062 .095 -.619 .537c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.063 .095 -.620 .537c
N of Valid Cases 100
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
90
Lampiran 8
DOKUMENTASI
91
92
93