Disusun oleh :
RAFA” ASSIDIQ
NPM 1102014218
Proposal ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2017
PERSETUJUAN PENGAJUAN SIDANG PROPOSAL
1. Judul Proposal : Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Perilaku
Imunisasi Dasar di Posyandu Rosmerah Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta
Pusat Tahun 2017
2. Bidang Kegiatan : Pendidikan Kedokteran
3. Pelaksana Kegiatan
a. Nama lengkap : Rafa” Assidiq
b. NPM : 1102014218
c. Jurusan : Kedokteran Umum
d. Universitas : Universitas YARSI
e. Alamat Rumah : Jl. Cibogo Rt 01 Rw 03 Kelurahan Cilamajang
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya 46182
f. No. HP : 082216207377
g. Alamat Email : nenk_aputz27@yahoo.com
4. Dosen Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Dr. Dini Widianti, MKK
b. NIDN : 0310088106
c. Alamat Rumah : Jl. Kelapa dua No. 1 RT 09 RW 03 Cilincing,
Jakarta Utara
d. No. HP : 081210723775
Jakarta, 05 Mei 2017
Menyetujui,
Menyetujui,
NIDN
ii
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................1
PENDAHULUAN ................................................................................................1
iii
2.7 Definisi Operasional .................................................................................... 21
BAB III ...............................................................................................................23
METODE PENELITIAN..................................................................................23
Lampiran 1 .........................................................................................................28
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Diperkirakan di seluruh dunia, pada tahun 2013, 1 dari 5 anak atau sekitar
21,8 juta anak tidak mendapakan imunisasi yang bisa menyelamatkan nyawa
mereka. Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%, dan perlu
ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child
Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga
mencapai 92% di tahun 2019. (Depkes, 2015)
Pada tahun 2015 terdapat tiga provinsi yang memiliki capaian tertinggi
yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah sebesar 100%. Sedangkan
Provinsi Papua Barat memiliki capaian terendah (54,66%), diikuti oleh Riau
ssebesar 57,67%, dan Aceh sebesar 67.56%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015:
133)
Persentase desa atau kelurahan yang mencapai “Universal Child
Immunization” (UCI) di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015 mencapai 100%.
Angka tersebut mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
ditetapkan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta maupun Kementerian
Kesehatan R.I. (Profil kesehatan provinsi DKI Jakarta, 2012: 19)
Penelitian yang dibuat oleh Hijani dkk, (2014) yang berjudul hubungan
pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap imunisasi dasar pada balita di wilayah
kerja puskesmas Dumai kota kelurahan Dumai Kota. Dari penelitian tersebut
didapatkan hasil analisa hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada balita dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan p value sebesar 0,000 dimana p value < 0.05. Hal ini berarti dapat
disimpulkan ada hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada balita di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota
Kelurahan Dumai Kota. (Hijani et.al, 2014: 6)
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi et.al (2013) di Kelurahan
Parupuk Tabing Kota Padang diketahui bahwa persentase pemberian imunisasi
2
dasar lengkap lebih banyak pada ibu yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu
sebesar 87,5% dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang yaitu
sebesar 4,3%. Hal ini menunjukkan bahwa peran pengetahuan Ibu tentang
imunisasi dasar sangat berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada
bayi (Dewi et.al, 2013). Dan bersadarkan penelitian lain yang dilakukan oleh
Yusnidar pada tahun 2012 di Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan
yang menyatakan bahwa dari 39 responden, didapatkan 20 orang (51,3%)
memiliki pengetahuan tentang imunisasi dasar yang cukup dan kelengkapan
imunisasi dasar pada bayi sebagian besar adalah lengkap yaitu 30 orang (76,9%),
sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Lingkungan IX
Kelurahan Sidorame Barat II Medan Pejuangan. (Hijani et.al, 2014: 3)
Melihat dari beberapa penelitian dan data diatas, serta hasil survey yang
dilakukan menunjukkan bahwa masih rendahnya cakupan imunisasi dasar di
Indonesia dan peran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sangat berpengaruh
terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan. Sehingga perlu
adanya penelitian mengenai bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan
perilaku imunisasi dasar di Posyandu Rosmerah Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta
Pusat.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Hubungan Pengetahuan Ibu terhadap Perilaku Imunisasi
Dasar di Wilayah Posyandu Rosmerah Rw 010 Tanah Tinggi, Jakarta Pusat Tahun
2017 ”.
1.4.2 Khusus
4
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses
seperti ini, dimana didasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak
berlangsung lama. Satu contoh dapat dikemukakan disini, ibu-ibu peserta KB
yang diperintahkan oleh lurah atau ketua RT, tanpa ibu-ibu tersebut mengetahu
makna dan tujuan KB, mereka akan segera keluar dari peserta KB setelah
beberapa saat perintah tersebut diterima.
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
7
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
8
factor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau
lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara
kedua factor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning
process).
9
a. Prosedur pembentukan perilaku
b. Bentuk perilaku
1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain.
Misalnya, berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Misalnya, seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu
penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke
Puskesmas untuk diimunisasi. Dari contoh tersebut terlihat bahwa si ibu
telah tahu guna imunisasi. Oleh sebab itu perilaku ini masih terselubung
(covert behaviour), atau perilaku tertutup.
10
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa
anaknya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi. Oleh
karena perilaku ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka
disebut ‘overt behaviour’, atau perilaku terbuka.
Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau
perangsangan.
11
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respons seseorang terhadap lingkungan seabagai determinan
kesehatan manusia. Lingkungan perilaku ini seluas lingkup kesehatan
lingkungan itu sendiri.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsespsi yang
tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-
proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan
respons menurut cara tertentu terhadap suatu objek. (Notoatmodjo, 2011: 135-
143)
12
Tahun Imunisasi lengkap
2003 68,43
2004 75,23
2005 73,26
2006 71,18
2.3 Imunisasi
13
Imunitas (antibody) secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua
macam immunoglobulin, yaitu immunoglobulin nonspesifik atau gammaglobulin
dan immunoglobulin spesifik yang berasal dari plasma donor yang pernah sakit
atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakut tertentu. Immunoglobulin yang
nonspesifik digunakan pada anak dengan defisiensi imunoglobilin sehingga
memberikan perlindungan dengan segara dan cepat. Namun, perlindungan
tersebut tidak berlangsung permanen melainkan hanya untuk beberapa minggu
saja. Sedangkan immunoglobulin yang spesifik diberikan kepada anak yang
belum terlindung karena belum pernah mendaatkan vaksinasi, kemudian terserang
penyakit misalnya difteri, tetanus, hepatitis A dan B.
14
kekebalan pasif. Hal ini terjadi karena tubuh memiliki sel imun yang dapat
“mengingatkan” kekebalan jenis ini. Sel yang dapat “mengingat” mikroorganisme
ini dikenal sebagai del limfosit memori. (Satgas PP IDAI, 2014: 58)
15
2.3.4 Jadwal Imunisasi
16
Apabila sampai dengan umur 5 tahun anak belum pernah memperoleh
imunisasi hepatitis B, maka ia harus secepatnya mendapatkan imunisasi hepatitis
B. jadwal pemberiannya adalah tiga kali pemberian (catch-up vaccination).
(Satgas PP IDAI, 2014: 125-127)
2. Polio
- OPV (Oral Polio Vaccine) berisi vaksina hidup yang dilemahkan. Cara
pemberian vaksinasi ini adalah dengan diteteskan di mulut.
- IPV (Inactived Polio Vaccine) berisi vaksin inaktif. Cara pemberiannya
adalah dengan disuntikan.
Kedua jenis imunisasi polio ini dapat dipakai secara bergantian. Vaksinasi
jenis IPV dapat diberikan kepada anak sehat ataupun anak yang menderita
penurunan kekebalan, dan dapat diberikan sebagai imunisasi dasar dan ulangan.
Vaksinasi IPV dapat juga diberikan bersamaan dengan pemberian vaksinasi DTP,
secara terpisah atau kombinasi.
17
3. BCG (Tuberkulosis)
Vaksin BCG disuntikan di lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO, karena
lebih mudah dilakukan (jaringan lemaknya, koreng yang terbentuk tidak
mengganggu struktur otot setempat dibandingkan pemberian di daerah pantat atau
paha, dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabila diperlukan).
(Satgas PP IDAI, 2014: 124-125)
Saat ini telah ada vaksin DTaP (DTP dengan komponen acelluler
pertussis) di samping vaksin DTwP (DTP dengan komponen whole cell pertussis)
yang telah dipakai selama ini. Kedua vaksin DTP tersebut dapat digunakan dalam
jadwal imunisasi.
Imunisasi DTP dasar dapat diberikan tiga kali sejak bayi berumur 2 bulan,
dengan jarak 2-8 minggu. DTP tidak boleh diberikan sebelum bayi berusia 6
minggu. DTP-1 diberikan ketika bayi berumur 2 bulan, DTP-2 ketika bayi
berumur 4 bulan, dan DTP-3 ketika bayi berumur 6 bulan.
18
Pada usia 5 tahun seorang anak harus mendapatkan penguat ulangan DTP
untuk meningkatkan cakupan imunisasi ulangan, vaksinasi DTP diberikan pada
awal sekolah dasar dalam program Bulan Imunisai Anak Sekolah (BIAS).
Vaksin DTP dikombinasi dengan vaksin lain, yaitu hepatitis B, Hib, atau
polio injeksi (IPV).
A. Difteri
B. Tetanus
C. Pertussis
19
- Mengurangi kunjungan ke lembaga kesehatan. (Satgas PP IDAI, 2014:
131-132)
6. Campak/Measles
- PERSEPSI - IKLIM
- EMOSI - MANUSIA
- MOTIVASI - SOSIAL EKONOMI
- DAN - KEBUDAYAAN
SEBAGAINYA - DAN SEBAGAINYA
PERILAKU
(Notoatmodjo, 2011: 142 - 143)
20
2.6 Perumusan Hipotesis
- Hipotesis Nol (HO) : tidak ada hubungan pengetahuan ibu
terhadap perilaku imunisasi dasar
- Hipotesis Alternatif (H1) : ada hubungan pengetahuan ibu terhadap
perilaku imunisasi dasar
21
polio 4x, BCG 1x, DTP 3x,
Hib 3x, campak 1x.
7. imunisasi dasar diberikan
pada: hepatitis B (0,1,6
bulan), polio (0,2,4,6 bulan),
BCG (0-2 bulan), DTP
(2,4,6 bulan), Hib (2,4,6
bulan), campak (9 bulan).
Perilaku Anak melakukan imunisasi: KMS Checklist Interprestasi hasil: Ordinal
imunisasi 1. Hepatitis B Wawancara kuesioner 1. lengkap: jika
dasar 2. Polio terpimpin melakukan semua
3. BCG imunisasi dasar (= 6)
4. DTP 2. ≠ lengkap: jika
5. Hib tidak melakukan
6. Campak sebagian imunisasi
dasar (< 6)
3. tidak imunisasi:
jika melakukan
semua imunisasi
dasar
Tabel 2 Definisi Operasional
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3 Populasi
Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah responden / ibu
yang berkunjung ke Posyandu Rosmerah dan yang berada di wilayah Rw 010
Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
3.4 Sampel
Sampel penelitian berdasarkan kriteria :
Inklusi
Ekslusi
23
3.5 Cara Penetapan Sampel
Peneliti menetapkan sampel dengan cara sampel purposif yaitu sampel
ditetapkan secara sengaja.
1. Editing
Hasil wawancara kuesioner dari lapangan harus dilakukan penyuntingan
(editing) terlebih dahulu.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau sunting, selanjutnya dilakukan
“pengkodean” atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Memasukan Data (Data entry)
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau
“software” komputer.
4. Pembersihan Data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalaha-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan
24
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo,
2012).
5. Analisis data secara univariate dan bivariate dengan uji chai square.
Uji proposal
25
DAFTAR PUSTAKA
Hijani R dan Nauli FA dan Zulfitri R. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang
Imunisasi terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Dumai Kota Kelurahan Dumai Kota. Jurnal Online Mahasiswa
Bidang Ilmu Keperawatan. 1-9.
Intan Sari, DN. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar
dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo
Kabupaten Magetan. Indonesia OneSearch. 1-15.
26
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2016). Situasi Imunisasi di
Indonesia. Infomasi Data dan informasi. 1.
Satgas Imunisasi PP Idai (2014). Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: Kompas. 43,
58-59, 124-132.
Satgas Imunisasi Idai (2014). Pedoman Imunisasi di Indonesia. 5th ed. Jakarta:
Idai. 5,7.
27
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
TAHUN 2016
NO JENIS KEGIATAN
9 10 11 12
1 Bimbingan proposal √ √ √ √
2 Sidang proposal
3 Perijinan penelitian
4 Sosialisasi teknis penelitian
5 Pengambilan data
6 Pengolahan data
7 Analisis data
8 Pembuatan laporan
9 Bimbingan laporan
10 Sidang laporan hasil penelitian
11 Revisi
12 Publikasi
28
Lampiran 2
ANGGARAN PENELITIAN
29
Lampiran 3
BIODATA PENELITI
Riwayat Pendidikan :
30
Lampiran 4
Informed Consent
no. tlp/HP :
Peneliti, Responden,
( ) ( )
31
Lampiran 5
FORM KUESIONER
Data Responden
Nama :
Umur : ____ Tahun
Alamat : _______________________________________________
Agama : _____________________
Pendidikan : _______________________________________________
Pekerjaan : _______________________________________________
32
e. DTP
f. HiB
g. Campak
5. Penyakit apa yang tidak dapat dicegah dengan imunisasi dasar?
a. Hepatitis B
b. Campak
c. Polio
d. Dengue
e. Tuberculosis
f. DTP (Difteri, Tetanus, Batuk 100 hari (Batuk rejan))
g. Meningitis
6. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Hepatitis B? (jika tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.7 / jika tidak tahu, lanjutkan ke pertanyaan no.9)
a. Tahu
b. Tidak tahu
7. Berapa kali imunisasi Hepatitis B diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
8. Kapan imunisasi Hepatitis B diberikan?
a. Segera setelah bayi lahir, 1 bulan, 6 bulan
b. Saat bayi berusia 3 bulan, 5 bulan, 7 bulan
c. Saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
9. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Polio? (jika tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.10 / jika tidak tahu, lanjutkan ke pertanyaan no.12)
a. Tahu
b. Tidak tahu
10. Berapa kali imunisasi Polio diberikan ?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 4 kali
33
11. Kapan imunisasi Polio diberikan?
a. Saat bayi berumur 1 bulan, 7 bulan
b. Segera setelah bayi lahir, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
c. Saat bayi berumur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
12. Apakah ibu tahu tentang imunisasi BCG? (jika tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.13 / jika tidak tahu, lanjutkan ke pertanyaan no.15)
a. Tahu
b. Tidak tahu
13. Berapa kali imunisasi BCG diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
14. Kapan imunisasi BCG diberikan?
a. Saat bayi berumur 2 bulan
b. Saat bayi berumur 1 bulan
c. Segera setelah bayi lahir
15. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Combo DPT - Hib? (jika tahu,
lanjutkan ke pertanyaan no.16 / jika tidak tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.18)
a. Tahu
b. Tidak tahu
16. Berapa kali imunisasi Combo DPT - Hib diberikan?
a. 3 kali
b. 4 kali
c. 5 kali
17. Kapan imunisasi Combo DPT - Hib diberikan?
a. Saat bayi berumur 1 bulan
b. Saat bayi berumur 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
c. Saat bayi berumur 7 bulan
34
18. Apakah ibu tahu tentang imunisasi Campak? (jika tahu, lanjutkan ke
pertanyaan no.19 / jika tidak tahu, tidak perlu dilanjutkan)
a. Tahu
b. Tidak tahu
19. Berapa kali imunisasi Campak diberikan?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
20. Kapan imunisasi Campak diberikan?
a. Segera setelah bayi lahir
b. Saat bayi berumur 2 bulan, 7 bulan
c. Saat bayi berumur 9 bulan
35
Lampiran 6
Nama : _________________________________________
Tempat/tanggal lahir : _________________________________________
Umur : ____ Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
Imunisasi Dasar :
Lengkap : = 6
a. Hepatitis B 1 – 2 - 3
b. Polio 1–2–3-4
c. BCG 1
d. DTP 1–2-3
e. Hib 1–2-3
f. Campak 1
≠ lengkap : < 6
a. Hepatitis B 1 – 2 - 3
b. Polio 1–2–3-4
c. BCG 1
d. DTP 1–2-3
e. Hib 1–2-3
f. Campak 1
36