Anda di halaman 1dari 34

I.

PENDAHULUAN

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33 Ayat (1) menya-


takan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasannya
antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang
diutamakan bukan kemakmuran orang-seorang, dan bangun per-
usahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Dengan demikian,
UUD 1945 menempatkan koperasi pada kedudukan sebagai soko-
guru perekonomian nasional dan sekaligus sebagai bagian integral
tata perekonomian nasional.

Dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi, amanat terse-


but mengandung makna yang amat penting dan mendalam, yaitu
bahwa jiwa dan semangat koperasi harus dimiliki oleh seluruh
masyarakat termasuk semua badan usaha yang ada dalam sistem
ekonomi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dite-
gaskan kembali bahwa hakikat pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal
ini sangat sesuai dengan salah satu fungsi dan peran koperasi, yaitu
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. Lebih
lanjut GBHN 1993 menyatakan bahwa pembangunan nasional
adalah pembangunan dari, oleh, dan untuk rakyat. Amanat ini
secara jelas dianut dalam prinsip koperasi. Koperasi sesuai dengan
watak sosialnya adalah wadah ekonomi yang paling ampuh untuk
menanggulangi kemiskinan dan keterbelakangan dalam upaya
untuk menciptakan pembangunan yang berkeadilan. Selain itu,
koperasi juga merupakan organisasi ekonomi yang paling banyak
melibatkan peran serta rakyat. Oleh karena itu, koperasi sebagai
gerakan ekonomi rakyat perlu lebih banyak diikutsertakan dalam
upaya pembangunan, untuk mewujudkan pembangunan yang lebih
merata, tumbuh dari bawah, berakar di masyarakat dan mendapat
dukungan luas dari rakyat.

GBHN 1993 mengingatkan bahwa upaya untuk lebih memera-


takan pembangunan serta menghilangkan kemiskinan dan keterbe-
lakangan masih perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Dalam
rangka ini maka penataan peran ketiga pelaku ekonomi dalam
ekonomi nasional sesuai amanat UUD 1945 masih perlu terus
dilanjutkan, terutama peranan koperasi. Perhatian secara khusus
perlu diberikan kepada pembinaan usaha golongan masyarakat
yang berkemampuan lemah serta upaya untuk menciptakan lapang-
an kerja guna menampung angkatan kerja yang terus meningkat.

GBHN 1993 mengamanatkan bahwa dalam Pembangunan


Jangka Panjang Kedua (PJP II) pembangunan koperasi perlu dilan-
jutkan dan makin diarahkan untuk mewujudkan koperasi sebagai
badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
sehat, tangguh, kuat, dan mandiri serta sebagai sokoguru pereko-
nomian nasional, yang merupakan wadah untuk menggalang
kemampuan ekonomi rakyat di semua kegiatan perekonomian

248
nasional, sehingga mampu berperan utama dalam meningkatkan
kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Berkaitan dengan itu
perlu ditingkatkan dengan sungguh-sungguh penataan koperasi,
usaha negara, dan usaha swasta agar masing-masing melaksanakan
fungsi dan peranannya dalam perekonomian nasional yang didasar-
kan pads demokrasi ekonomi berlandaskan Pancasila. Pembangun-
an ekonomi secara bertahap harus ditata dengan peraturan per-
undang-undangan.

Selanjutnya, dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun


(Repelita) VI GBHN 1993 menggariskan bahwa koperasi yang
merupakan bagian integral dari perekonomian nasional, baik
sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan ekonomi rakyat,
pembangunannya diarahkan untuk mengembangkan koperasi
menjadi makin maju, makin mandiri, dan makin berakar dalam
masyarakat serta menjadi badan usaha yang sehat dan mampu
berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan
ekonomi rakyat, dalam upaya mewujudkan demokrasi ekonomi
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

GBHN 1993 juga mengamanatkan agar dalam Repelita VI


pembangunan koperasi diselenggarakan melalui peningkatan
kemampuan organisasi, manajemen, kewiraswastaan, dan permo-
dalan dengan didukung oleh peningkatan jiwa dan semangat ber -
koperasi menuju pemantapan perannya sebagai sokoguru pereko-
nomian nasional.

Berdasarkan berbagai pokok pikiran di atas, pembangunan


koperasi mutlak diperlukan dalam upaya membangun perekonomi-
an nasional karena merupakan amanat konstitusi. Selain itu,
koperasi juga merupakan wadah yang paling tepat untuk meng-
galang kekuatan ekonomi rakyat dalam rangka mewujudkan
demokrasi ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan koperasi
merupakan tugas dan tanggung jawab bersama rakyat dan Pemerin-
tah, yang harus dilaksanakan dalam rangka menumbuhkan ke-
majuan dan kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia.

249
Pembangunan koperasi dalam PJP II dan Repelita VI disusun
dan diselenggarakan dengan berlandaskan pada pengarahan GBHN
1993 seperti tersebut di atas.

II. PEMBANGUNAN KOPERASI DALAM PJP I

Pembangunan koperasi dalam PJP I telah menunjukkan berba-


gai keberhasilan yang amat berarti, baik ditinjau dari jumlah
koperasi, jumlah anggota koperasi maupun nilai usaha koperasi.
Koperasi juga telah terlibat dan berperan aktif dalam kegiatan
ekonomi rakyat serta sekaligus mulai dapat meningkatkan kese-
jahteraan para anggotanya. Keadaan tersebut tercermin antara lain
dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah anggota
koperasi, jumlah dan ragam bidang usaha koperasi, jumlah sim-
panan anggota, jumlah modal usaha, serta jumlah nilai usaha
koperasi.

Sampai dengan tahun keempat Repelita V telah terdapat


sebanyak 39.031 buah koperasi yang terdiri atas 8.749 buah kope-
rasi unit desa (KUD) dan 30.282 buah koperasi non-KUD, yang
tersebar di seluruh Indonesia. Dengan demikian, jumlah koperasi
pada tahun keempat Repelita V hampir mencapai dua kali lipat dari
jumlah koperasi pada akhir Repelita I sebanyak 19.975 buah.

Koperasi non-KUD yang berjumlah 30.282 buah terdiri atas


13.680 buah koperasi pegawai negeri (KPN), 3.416 buah koperasi
karyawan (Kopkar), 1.569 buah koperasi di lingkungan Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia, 1.541 buah koperasi serba usaha
(KSU), 1.176 buah koperasi industri kerajinan rakyat (Kopinkra),
894 buah koperasi simpan pinjam (KSP), 642 buah koperasi
pedagang pasar (Koppas), 73 buah koperasi produksi tahu tempe,
31 buah koperasi pelayaran rakyat, 658 buah koperasi wanita, dan
73 buah koperasi di lingkungan generasi muda (koperasi pemuda),
serta sebanyak 6.529 aneka koperasi lainnya.

250
Dari sebanyak 8.749 buah KUD yang ada di seluruh Indone-
sia, 47,3 persen di antaranya atau sebanyak 4.140 buah telah
memenuhi kriteria sebagai KUD mandiri yang tersebar di 2.705
kecamatan. Ini berarti di setiap kecamatan rata-rata terdapat lebih
dari satu buah KUD mandiri.

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah koperasi, jumlah anggota


koperasi pun telah tumbuh dengan pesat. Pada akhir tahun keempat
Repelita V terdapat sebanyak 33,7 juta orang anggota koperasi
primer yang terdiri dari 20,5 juta orang anggota KUD dan 13,2
juta orang anggota koperasi non-KUD. Dengan demikian, secara
keseluruhan jumlahnya telah mencapai lebih dari sebelas kali lipat
dari jumlah anggota koperasi pada akhir Repelita I.

Di bidang usaha, perkembangan selama PJP I juga cukup


menggembirakan. Pada akhir tahun keempat Repelita V jumlah
simpanan anggota koperasi telah mencapai Rp1,1 triliun atau
sekitar 35,6 persen dari jumlah modal usaha koperasi sebesar
Rp3,2 triliun pada tahun yang sama. Adapun nilai usahanya telah
mencapai Rp6,8 triliun. Pada akhir Repelita I jumlahnya baru
mencapai Rp6,8 miliar untuk simpanan anggota atau 31,1 per -
sen dari jumlah modal usaha koperasi sebesar Rp21,9 miliar, dan
Rp61,5 miliar untuk nilai usaha koperasi. Dengan demikian,
selama PJP I telah terjadi peningkatan yang sangat pesat dalam
jumlah simpanan, modal usaha, dan nilai usaha koperasi secara
keseluruhan. Peningkatan yang pesat dari nilai usaha koperasi pada
tahun keempat Repelita V dibanding pada awal Repelita I berkaitan
erat dengan perkembangan bidang usaha koperasi selama PJP I.

Kemajuan ini cukup menggembirakan karena telah menunjuk-


kan bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan
usaha semakin berperan aktif dan terlibat lebih luas dalam berbagai
kegiatan ekonomi serta sekaligus telah meningkatkan kesejahteraan
para anggotanya yang pada umumnya masih terbatas kemampuan
ekonominya. Keadaan ini antara lain merupakan hasil dari berbagai

251
kebijaksanaan perkoperasian, kebijaksanaan makro, dan sekaligus
peran serta masyarakat anggota koperasi dalam PJP I. Kebijaksa-
naan perkoperasian tersebut ditempuh melalui program pembinaan
kelembagaan koperasi dan pengembangan usaha koperasi, dengan
kegiatan yang meliputi pendidikan dan pelatihan, magang, penyu-
luhan dan penerangan, bimbingan dan konsultasi, serta ditunjang
pula dengan berbagai kegiatan penelitian perkoperasian serta kebi-
jaksanaan makro, baik di bidang fiskal-moneter maupun sektor riil,
berupa perkreditan, subsidi ataupun proteksi. Sesuai dengan tahap-
an pembangunan nasional dalam PJP I, peranan Pemerintah dalam
pembangunan koperasi pada masa itu masih besar, terutama pada
kegiatan yang bersifat perintis dan kegiatan perkoperasian lainnya
yang belum sepenuhnya mampu dilaksanakan sendiri oleh gerakan
koperasi.

Kebijaksanaan pembinaan usaha koperasi sejak Repelita I,


yang diprioritaskan untuk mendukung keberhasilan program
pengadaan pangan nasional melalui KUD, yang didukung dengan
pemberian kredit pengadaan pangan beserta penyediaan jaminan
kreditnya telah memberikan sumbangan besar bagi tercapainya
swasembada beras sejak tahun 1984.

Sejalan dengan, perkembangan pembangunan nasional yang


ditandai oleh kemajuan yang pesat di berbagai sektor di luar sektor
pertanian, bidang usaha koperasi juga turut berkembang. Dewasa
ini lingkup bidang usaha koperasi mencakup baik usaha pertanian
maupun usaha nonpertanian, seperti industri pengolahan dan jasa.
Bidang usaha tersebut di antaranya adalah pengadaan pangan,
penyaluran pupuk, pemasaran kopra, pemasaran cengkih, pema-
saran susu, pemasaran hasil perikanan, peternakan, pertambangan
rakyat, kerajinan rakyat, penyaluran BBM, penyaluran semen,
usaha pakaian jadi, usaha industri logam dan tambang rakyat,
usaha angkutan darat, sungai, dan Taut, pembangunan perumahan
sederhana dan pemugarannya, pelayanan jasa simpan pinjam,
pelayanan jasa titipan, penyaluran alat kontrasepsi untuk program
keluarga berencana (KB) kepada para anggotanya di daerah

252
terpencil dan masyarakat sekitarnya, pemasaran jasa telekomunika-
si, pemasaran jasa kelistrikan perdesaan, penyaluran kredit candak
kulak (KCK), penyaluran kredit tebu rakyat intensifikasi (TRI) dan
lain sebagainya.

Sumbangan koperasi secara nasional dalam pengadaan


maupun penyaluran beberapa komoditas penting cukup besar. Dalam
pengadaan pangan nasional sumbangan koperasi telah mencapai
lebih dari 90 persen. Dalam kegiatan penyaluran pupuk sumbangan
koperasi telah mencapai lebih dari 75 persen dan koperasi susu
telah memasok sekitar 55 persen dari kebutuhan susu nasional.

Dalam pada itu, gerakan koperasi Indonesia telah memiliki


organisasi tunggal, yaitu Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin)
yang berfungsi sebagai wadah perjuangan dan pembawa aspirasi
bagi kepentingan gerakan koperasi. Di samping itu, selama PJP I
telah pula terbentuk beberapa prasarana penunjang bagi gerakan
koperasi yang juga merupakan aset bagi pembangunan koperasi
pada PJP II. Prasarana penunjang tersebut di antaranya adalah
Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) dan Akademi
Koperasi (Akop) sebagai lembaga pendidikan pencetak sarjana dan
kader pembangunan koperasi yang ahli di bidang manajemen
koperasi. Selain itu, telah berdiri pula koperasi jasa audit (KJA)
yang tersebar di 20 propinsi dan berfungsi sebagai pusat pelayanan
jasa audit, jasa bimbingan dan konsultansi manajemen, serta jasa
pelatihan. Di bidang asuransi, gerakan koperasi juga telah memi-
liki Koperasi Asuransi Indonesia (KAI).

Di bidang keuangan, telah dibentuk Perusahaan Umum


Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) yang merupakan
penyempurnaan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK)
dan berfungsi memberikan jaminan atas kredit kepada koperasi
yang diberikan oleh bank. Selain itu, telah pula dibentuk Bank
Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin) dan lembaga keuangan
lain seperti Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), koperasi bank
perkreditan rakyat (KBPR), serta koperasi simpan pinjam (KSP).

253
Modal penting lainnya bagi pengembangan koperasi pada
PJP II adalah Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian yang memberikan landasan hukum yang kuat bagi
pembangunan koperasi yang lebih selaras dengan pembangunan di
sektor-sektor lainnya dalam upaya membangun koperasi yang maju
dan mandiri. Pada prinsipnya, undang-undang perkoperasian yang
baru memberikan keleluasaan yang lebih besar kepada gerakan
koperasi untuk menentukan arah pengembangan usahanya agar
makin sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan para anggotanya.
Dalam pada itu, Pemerintah tetap memberikan bimbingan, kemu-
dahan dan perlindungan dalam rangka memandirikan koperasi.

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG


PEMBANGUNAN

Pembangunan koperasi pada PJP I telah berhasil meningkatkan


perannya dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat antara lain
dengan semakin tumbuhnya koperasi mandiri dan semakin
tumbuhnya kesadaran masyarakat mengenai koperasi. Memasuki
PJP II perlu lebih dikenali adanya berbagai tantangan yang akan
dihadapi. Dengan memanfaatkan peluang dan mengatasi kendala
yang ada, diharapkan pembangunan koperasi pada PJP II akan
lebih berhasil.

1. Tantangan

Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan


koperasi selama PJP I, masih banyak pula masalah yang belum
terselesaikan, yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan penangan-
annya dalam PJP II, sebagai tantangan untuk mewujudkan cita-cita
perkoperasian seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945.

Hingga saat ini karena berbagai alasan ekonomi dan non


ekonomi, koperasi pada umumnya belum dapat melaksanakan

254
sepenuhnya prinsip koperasi sebagaimana yang dicita-citakan,
sehingga koperasi sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi
rakyat belum dapat mengembangkan sepenuhnya potensi dan
kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional dan
meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Di samping itu
berbagai kondisi struktural dan sistem yang ada masih menghambat
koperasi untuk sepenuhnya dapat menerapkan kaidah ekonomi
untuk meraih dan memanfaatkan berbagai kesempatan ekonomi
secara optimal. Sementara itu dengan terbukanya perekonomian
nasional terhadap perkembangan perekonomian dunia, akan
menghadirkan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan
ekonomi nasional. Persaingan usaha akan makin ketat, peranan
ilmu pengetahuan dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber
daya manusia yang berkualitas yang mampu mengantisipasi dan
merencanakan masa depan meningkat pula. Kedudukan dan ke-
beradaan koperasi akan makin mantap apabila koperasi makin ter-
integrasi dan berperan menentukan ke dalam perekonomian nasio-
nal. Oleh karena itu, tantangan dalam pembangunan koperasi
adalah mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat,
kuat, maju, dan mandiri serta memiliki daya saing sehingga
mampu meningkatkan perannya dalam perekonomian nasional
sekaligus kesejahteraan anggotanya.

Dengan memperhatikan kedudukan koperasi, baik sebagai


sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral
tata perekonomian nasional, peran koperasi sangat penting dalam
menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat.
Dalam hal ini, koperasi sebenarnya memiliki ruang gerak dan
kesempatan usaha yang luas terutama dalam hal yang menyangkut
kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Dalam kenyataannya,
koperasi masih menghadapi berbagai hambatan struktural dan
sistem untuk dapat berfungsi dan berperan sebagaimana yang
diharapkan, antara lain dalam memperkukuh perekonomian rakyat
sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional.
Dengan demikian, yang menjadi tantangan adalah mewujudkan
koperasi, baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan

255
ekonomi rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam kegiatan
ekonomi rakyat.

Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang berpartisipa-


si aktif dalam organisasi koperasi, dan kesadaran masyarakat untuk
bergabung dalam wadah koperasi. Sementara itu, kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi makin meningkat, tetapi belum
cukup memadai antara lain disebabkan oleh masih adanya berbagai
hambatan untuk meningkatkan manfaat koperasi bagi anggotanya.
Hal ini antara lain telah menyebabkan lambatnya koperasi meng-
akar dalam masyarakat. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi
masih harus meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan
dan menampung peran serta masyarakat secara luas. Oleh karena
itu, mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berakar kuat dalam masyarakat juga merupakan tantangan pemba-
ngunan koperasi dalam PJP II.

2. Kendala

Pengalaman pembangunan koperasi dalam PJP I telah mem-


berikan petunjuk bahwa untuk menjawab berbagai tantangan dalam
PJP II, masih terdapat beberapa kendala yang membutuhkan perha-
tian dalam rangka menggariskan kebijaksanaan dan menyusun
program untuk mencapai sasaran yang dikehendaki.

Kendala utama yang dihadapi, yang juga merupakan kendala


bagi dunia usaha pada umumnya, adalah tingkat kemampuan dan
profesionalisme sumber daya manusia koperasi yang umumnya
belum memadai. Kendala ini menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan koperasi dalam menjalankan fungsi dan peranannya
dan berakibat antara lain pada kurang efektif dan efisiennya orga-
nisasi dan manajemen koperasi. Hal ini tercermin pada pengelolaan
koperasi dan tingkat partisipasi anggota yang belum optimal.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme antara lain melalui berbagai pela-
tihan, hasilnya masih jauh dari memadai.

256
Berkaitan dengan kendala utama tersebut, terdapat pula kenda-
la lain yang lebih spesifik, yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pembangunan koperasi. Kendala tersebut adalah lemahnya struktur
permodalan koperasi, rendahnya usaha pemupukan permodalan
dari anggota dan dari dalam koperasi, serta terbatasnya akses
koperasi ke sumber permodalan dari luar. Meskipun permodalan
bukan faktor utama yang menentukan keberhasilan koperasi,
kelemahan permodalan ditambah dengan kendala lainnya akan
menghambat perkembangan dan pertumbuhan koperasi. Kendala
penting lainnya adalah terbatasnya penyebaran dan penyediaan
teknologi secara nasional bagi koperasi, yang berpengaruh antara
lain pada rendahnya kemampuan koperasi untuk meningkatkan
efisiensi dan produktivitas usahanya, sehingga menyebabkan pula
terbatasnya daya saing koperasi.

Mekanisme kelembagaan dan sistem koperasi yang seharusnya


berpijak pada prinsip koperasi, belum berjalan dengan baik. Hal ini
antara lain disebabkan oleh kurangnya kesadaran anggota akan hak
dan kewajibannya, serta belum berfungsinya secara penuh meka-
nisme kerja antarpengurus dan antara pengurus dengan pengelola
koperasi.

Masih kurangnya kepercayaan untuk saling bekerja sama,


merupakan kendala pula bagi terwujudnya kerja sama dan terben-
tuknya jaringan usaha antara koperasi dengan pelaku ekonomi
lainnya.

Kurang memadainya prasarana dan sarana yang tersedia di


wilayah tertentu, terutama kelembagaan keuangan baik bank
rnaupun bukan bank, produksi dan pemasaran, khususnya di daerah
tertinggal, turut pula menjadi kendala bagi pengembangan koperasi
di daerah tersebut. Kurang efektifnya koordinasi dan sinkronisasi
dalam pelaksanaan program pembinaan koperasi antarsektor dan
antardaerah merupakan kendala pula bagi pembangunan koperasi.

257
Kendala lainnya adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman
masyarakat tentang koperasi, serta kurangnya kepedulian dan
kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, yang tercermin dari
masih rendahnya peran serta dan dukungan masyarakat dalam pem-
bangunan koperasi.

3. Peluang

Selaras dengan perkembangan pembangunan yang dinamis dan


pertumbuhan ekonomi, dalam Repelita VI terbuka berbagai pelu-
ang usaha yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan koperasi.
Pembangunan nasional dalam PJP II khususnya Repelita VI yang
mendahulukan aspek pemerataan akan membuka peluang yang
lebih besar bagi pembangunan koperasi.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian


sebagai landasan hukum baru, juga memberikan peluang yang
diharapkan akan mampu mendorong koperasi agar dapat tumbuh
dan berkembang menjadi lebih kuat dan mandiri. Koperasi primer
yang berskala kecil agar berhimpun dalam koperasi sekunder
secara lebih mantap sehingga lebih terkonsolidasi menjadi kekuatan
ekonomi yang besar dan tangguh serta mampu memanfaatkan
peluang keterbukaan perekonomian Indonesia terhadap perekono-
mian dunia.

Selain itu, terdapat juga berbagai peluang lainnya dalam


pembangunan koperasi dalam Repelita VI, di antaranya adalah
kemauan politik yang kuat dari Pemerintah dan berkembangnya
tuntutan masyarakat untuk lebih membangun koperasi dalam
rangka mewujudkan demokrasi ekonomi yang berlandaskan Panca-
sila dan UUD 1945. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
sebagai hasil pembangunan yang berkelanjutan sejak PJP I juga
akan menciptakan peluang bagi berkembangnya usaha koperasi di
masa depan.

258
Sementara itu, makin terbukanya perekonomian dunia turut
pula menciptakan berbagai peluang baru bagi koperasi, di antara-
nya adalah makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produk-
si koperasi Indonesia, serta makin terbukanya kesempatan kerja
sama internasional antargerakan koperasi di berbagai bidang.

Perubahan struktur perekonomian nasional menciptakan


peluang untuk lebih berkembangnya koperasi di perdesaan/KUD
yang berusaha di bidang agrobisnis, agroindustri, dan industri
perdesaan lainnya. Sementara itu, Undang-Undang No.12 Tahun
1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman akan mendorong diversi-
fikasi usaha koperasi sesuai dengan kepentingan masyarakat se-
tempat.

Dalam PJP II tuntutan terhadap perlindungan dan jaminan


kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi tenaga kerja, yang telah
mulai dirasakan pada saat ini, diperkirakan akan semakin mening-
kat. Di samping itu, diperkirakan pula terjadi pertumbuhan yang
pesat di sektor industri yang akan meningkatkan jumlah dan jenis
perusahaan. Keadaan ini menciptakan peluang bagi tumbuhnya
koperasi karyawan baru.

Berbagai tantangan, kendala, dan peluang tersebut akan


mempengaruhi keberhasilan pembangunan koperasi dalam PJP II.
Untuk menjawab berbagai tantangan, dan mengatasi kendala terse-
but serta memanfaatkan peluang yang tersedia, disusun berbagai
kebijaksanaan dan program dalam rangka pencapaian sasaran
pembangunan koperasi dalam PJP II, khususnya Repelita VI.

259
IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN
PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi


rakyat diarahkan agar koperasi makin memiliki kemampuan
menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi
rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat. Koperasi
sebagai badan usaha yang makin mandiri dan andal harus mampu
memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Pembangunan
koperasi juga diarahkan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang
didukung oleh jiwa dan semangat yang tinggi dalam mewujudkan
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta menjadi sokoguru perekonomian nasional yang
tangguh. Koperasi di perdesaan perlu dikembangkan mutu dan
kemampuannya, dan perlu makin ditingkatkan peranannya dalam
kehidupan ekonomi di perdesaan.

Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui


upaya peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang
lebih profesional. Peran aktif masyarakat dalam menumbuhkem-
bangkan koperasi terus ditingkatkan dengan meningkatkan kesadar-
an, kegairahan, dan kemampuan berkoperasi di seluruh lapisan
masyarakat melalui upaya penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan.
Fungsi dan peranan koperasi juga menjadi tanggung jawab lembaga
gerakan koperasi sebagai wadah perjuangan kepentingan dan
pembawa aspirasi gerakan koperasi, bekerja sama dengan Pemerin-
tah sebagai pembina dan pelindung.

Pengembangan koperasi didukung melalui pemberian kesem-


patan berusaha yang seluas-luasnya di segala sektor kegiatan
ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dan pencip-
taan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh
permodalan. Untuk mengembangkan dan melindungi usaha rakyat
yang diselenggarakan dalam wadah koperasi demi kepentingan

260
rakyat, dapat ditetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya
boleh diusahakan oleh koperasi. Kegiatan ekonomi di suatu wila-
yah yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi agar tidak dima-
suki oleh badan usaha lainnya dengan memperhatikan keadaan dan
kepentingan ekonomi nasional dalam rangka pemerataan kesempat-
an usaha dan kesempatan kerja.

Kerja sama antarkoperasi dan antara koperasi dengan usaha


negara dan usaha swasta sebagai mitra usaha dikembangkan secara
lebih nyata untuk mewujudkan kehidupan perekonomian berdasar-
kan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas kekeluar-
gaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan, serta
saling mendukung dan saling menguntungkan. Potensi koperasi
untuk tumbuh menjadi usaha skala besar terus ditingkatkan, antara
lain melalui perluasan jaringan usaha koperasi, pemilikan saham,
keterkaitan dengan usaha hulu dan usaha hilir, baik dalam usaha
negara maupun usaha swasta.

2. Sasaran

a. Sasaran PJP II

GBHN 1993 menetapkan bahwa sasaran pembangunan kopera-


si dalam PJP II adalah terwujudnya koperasi sebagai badan usaha
dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh,
kuat, dan mandiri serta sebagai sokoguru perekonomian nasional
yang merupakan wadah untuk menggalang kemampuan ekonomi
rakyat di semua kegiatan perekonomian nasional sehingga mampu
berperan utama dalam meningkatkan kondisi ekonomi dan kese-
jahteraan rakyat.

b. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan bidang ekonomi dalam Repelita VI di


antaranya adalah tertata dan mantapnya kelembagaan dan sistem
koperasi agar koperasi makin efisien serta berperan utama dalam

261
perekonomian rakyat dan berakar dalam masyarakat. Adapun
sasaran pembangunan koperasi dalam Repelita VI adalah koperasi
yang makin maju, makin mandiri dan makin berakar dalam masya-
rakat, serta menjadi badan usaha yang sehat dan mampu berperan
di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat.

Sesuai dengan sasaran tersebut di atas, ditetapkan sasaran


operasional pembangunan koperasi dalam Repelita VI, yaitu makin
meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang
berdampak pada makin meningkatnya kemampuan organisasi dan
manajemen koperasi, makin meningkatnya partisipasi aktif
anggota, serta makin meningkatnya pemanfaatan, pengembangan,
dan penguasaan teknologi tepat; makin kukuhnya struktur permo-
dalan koperasi; makin kukuhnya jaringan usaha koperasi secara
horizontal dan vertikal; serta makin berfungsi dan berperannya
lembaga gerakan koperasi. Dengan demikian, diharapkan daya
saing koperasi dan kesejahteraan anggota koperasi makin mening-
kat pula.

Selain sasaran operasional yang bersifat umum tersebut, dite-


tapkan sasaran pengembangan koperasi di perdesaan dan di perko-
taan.

Sasaran pengembangan koperasi di perdesaan adalah makin


berkembangnya koperasi di perdesaan/KUD yang mampu memberi-
kan kesempatan dan menumbuhkan prakarsa masyarakat perdesaan
untuk meningkatkan usaha sesuai dengan kebutuhan mereka serta
sekaligus mampu memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi
peningkatan kesejahteraan mereka; makin menyebarnya KUD
mandiri di seluruh pelosok tanah air; makin meningkatnya kualitas
KUD mandiri yang telah ada sehingga kemandiriannya makin
mantap; makin meningkatnya kemampuan usaha dan peran kopera-
si di perdesaan/KUD untuk mendorong berkembangnya agrobisnis,
agroindustri, industri perdesaan, jasa keuangan, dan jasa lainnya
termasuk penyediaan kebutuhan pokok; makin berkembangnya
koperasi sekunder yang secara khusus menangani komoditas

262
tertentu, terutama yang mempunyai nilai komersial tinggi untuk
pasar dalam dan luar negeri sesuai dengan potensi masyarakat
setempat; makin meningkatnya kualitas pelayanan usaha koperasi
di perdesaan/KUD kepada para anggotanya dan masyarakat di
daerah tertinggal, terisolasi, terpencil, perbatasan, dan permu-
kiman transmigrasi; serta makin luas dan kukuhnya jaringan kerja
sama antarkoperasi, dan kemitraan usaha dengan badan usaha
lainnya.

Secara kuantitatif sasarannya adalah terwujudnya 2.700 KUD


mandiri baru dalam rangka terwujudnya minimal satu buah KUD
mandiri pada setiap kecamatan; makin mantapnya 5.000 KUD
mandiri untuk berfungsi sebagai pusat pengembangan perekonomi-
an di perdesaan sehingga mampu menggerakkan, mengelola, dan
memanfaatkan potensi sumber daya yang ada secara optimal dalam
rangka meningkatkan pendapatan, kesempatan usaha, dan lapangan
kerja di perdesaan; serta terwujudnya minimal satu buah KUD
mandiri inti yang mampu mengelola komoditas andalan di setiap
kabupaten dan berperan sebagai pusat pengembangan koperasi lain
di sekitarnya.

Sasaran pengembangan koperasi di perkotaan adalah makin


berkembangnya koperasi yang berbasis konsumen yang mampu
melayani kebutuhan pokok anggota dan masyarakat di daerah
permukiman rakyat; makin berkembangnya koperasi karyawan,
koperasi pegawai negeri, dan koperasi di lingkungan ABRI; makin
berkembangnya koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam kope-
rasi dan koperasi jasa keuangan lainnya; makin berkembangnya
koperasi jasa di berbagai bidang; makin meningkatnya kualitas
pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat di daerah
perkotaan yang tertinggal; serta makin luas dan kukuhnya jaringan
kerja sama antarkoperasi, dan kemitraan usaha dengan badan usaha
lainnya.

Secara kuantitatif sasarannya adalah tumbuhnya 8.000 kopera-


si karyawan baru pada perusahaan yang belum memiliki koperasi

263
karyawan; terwujudnya 3.000 koperasi karyawan mandiri; serta
makin terkonsolidasi dan mantapnya 4.000 koperasi pegawai
negeri dan koperasi di lingkungan ABRI, 1.500 koperasi serba
usaha, 24.000 koperasi di bidang jasa keuangan, 1.500 koperasi di
bidang industri dan ketenagalistrikan, dan 1.000 koperasi pedagang
pasar, perumahan, jasa wisata, dan profesi.

3. Kebijaksanaan

Secara umum, kebijaksanaan pembangunan perkoperasian


dalam Repelita VI adalah meningkatkan prakarsa, kemampuan, dan
peran serta gerakan koperasi melalui peningkatan kualitas sumber
daya manusia, serta pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan dan
memantapkan kelembagaan, usaha, dan sistem koperasi untuk
mewujudkan peran utamanya di segala bidang kehidupan ekonomi
rakyat.

Secara khusus, kebijaksanaan pembangunan koperasi dalam


Repelita VI adalah sebagai berikut.

Pertama, meningkatkan akses dan pangsa pasar, antara lain


dengan meningkatkan keterkaitan usaha, kesempatan usaha dan
kepastian usaha, memperluas akses terhadap informasi usaha,
mengadakan pencadangan usaha, membantu penyediaan sarana dan
prasarana usaha yang memadai, serta menyederhanakan perizinan.
Upaya ini ditunjang dengan menyusun berbagai peraturan perun-
dang-undangan yang mendukung pengembangan koperasi, dan
menghapuskan peraturan perundang-undangan yang menghambat
perkembangan koperasi, serta mengembangkan sistem pelayanan
informasi pasar, harga, produksi, dan distribusi yang memadai.

Kedua, memperluas akses terhadap sumber permodalan,


memperkukuh struktur permodalan dan meningkatkan kemampuan
pemanfaatan modal koperasi, antara lain dengan meningkatkan
jumlah pagu dan jenis pinjaman untuk koperasi; mendorong

264
pemupukan dana internal koperasi; menciptakan berbagai kemu-
dahan untuk memperoleh pembiayaan dan jaminan pembiayaan;
mengembangkan sistem perkreditan yang mendukung dan sesuai
dengan kepentingan koperasi pada khususnya dan perekonomian
rakyat pada umumnya; mengembangkan sistem pembiayaan terma-
suk lembaga pengelola yang sesuai untuk itu, dalam rangka
menyebarkan dan mendayagunakan sumber dana yang tersedia bagi
koperasi dan gerakan koperasi, yaitu antara lain yang berasal dari
penyisihan laba bersih BUMN, penyertaan modal Pemerintah,
imbalan jasa (fee) yang diterima KUD dari pelaksanaan program
Pemerintah, serta dana lainnya yang berasal dari gerakan koperasi;
serta mengembangkan berbagai lembaga keuangan yang mendu-
kung gerakan koperasi, antara lain Perum PKK, lembaga asuransi
usaha koperasi, lembaga pembiayaan koperasi, dan lembaga modal
ventura, agar makin mampu melayani kebutuhan keuangan untuk
pengembangan usaha anggota koperasi. Kebijaksanaan ini men-
cakup upaya pendayagunaan lembaga-lembaga keuangan lainnya
yang sudah ada.

Ketiga, meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen,


antara lain dengan meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan
profesionalisme anggota, pengurus, pengawas, dan karyawan
koperasi; mendorong koperasi agar benar-benar menerapkan prin-
sip koperasi dan kaidah usaha ekonomi; mendorong proses pe-
ngembangan karier karyawan koperasi; mendorong terwujudnya
tertib organisasi dan tata hubungan kerja yang efektif; mendorong
berfungsinya perangkat organisasi koperasi; meningkatkan parti-
sipasi anggota; mendorong terwujudnya keterkaitan antarkoperasi,
baik secara vertikal maupun horizontal dalam bidang informasi,
usaha dan manajemen; meningkatkan kemampuan lembaga gerakan
koperasi agar mampu berfungsi dan berperan dalam memperjuang-
kan kepentingan dan membawa aspirasi koperasi; dan meningkat-
kan pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat koperasi melalui
peningkatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perkoperasian,
baik bagi anggota koperasi, pengelola koperasi maupun masyara-
kat.

265
Keempat, meningkatkan akses terhadap teknologi dan mening-
katkan kemampuan memanfaatkannya, antara lain dengan mening-
katkan kegiatan penelitian dan pengembangan, memanfaatkan hasil
penelitian/pengkajian lembaga lain, meningkatkan kegiatan alih
teknologi, memberikan kemudahan untuk melakukan inovasi dan
mendapatkan hak cipta, memberikan kemudahan untuk modernisasi
peralatan, serta mengembangkan dan melindungi teknologi yang
telah dikuasai oleh anggota koperasi secara turun-temurun.

Kelima, mengembangkan kemitraan, antara lain dengan


mengembangkan kerja sama antarkoperasi, baik secara horizontal,
vertikal maupun kerja sama internasional; mendorong koperasi
sekunder agar lebih mampu mengkonsolidasi dan memperkukuh
jaringan keterkaitan dengan koperasi primer serta mendorong
kemitraan usaha dengan badan usaha lainnya, baik dalam bentuk
kontrak dagang, subkontrak, usaha patungan maupun bentuk
kemitraan lainnya, yang dilandasi oleh prinsip saling membutuh-
kan, saling menunjang dan saling menguntungkan. Kemitraan
usaha ini juga dilakukan dengan meningkatkan penjualan saham
perusahaan swasta yang sehat kepada koperasi melalui pemberian
berbagai insentif dan kemudahan kepada kedua pihak, serta didu-
kung oleh peraturan perundang-undangan yang memadai.

Mengingat lingkup pembangunan koperasi sangat luas dan


terkait dengan berbagai sektor pembangunan lainnya seperti sektor
industri, pertanian, tenaga kerja, perdagangan, transportasi, per-
tambangan, kehutanan, pembangunan daerah, keuangan, transmi-
grasi, energi, serta perumahan dan permukiman, pelaksanaan
kebijaksanaan di atas dilakukan secara terpadu dan selaras dengan
pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan perkoperasian
di sektor tersebut. Kebijaksanaan tersebut juga dilaksanakan di
daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
kesejahteraan kelompok masyarakat yang masih berada di bawah
garis kemiskinan.

266
Dengan bertitik tolak dari sasaran dan kebijaksanaan yang
telah ditetapkan di atas, disusun program pembangunan koperasi
dalam Repelita VI, yang uraiannya secara terinci dapat diikuti di
bawah ini.

V. PROGRAM PEMBANGUNAN

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan untuk mencapai


berbagai sasaran di atas, disusun program pembangunan koperasi
yang terdiri atas program pokok dan program penunjang yang
dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat.
Program pokok meliputi program pendidikan, pelatihan dan
penyuluhan koperasi; program pengembangan lembaga keuangan
dan pembiayaan koperasi; program peningkatan dan perluasan
usaha koperasi; program kerja sama antarkoperasi dan kemitraan
usaha; dan program pemantapan kelembagaan koperasi. Adapun
program penunjang meliputi program pembangunan perkoperasian
di daerah tertinggal; program pengembangan informasi perkopera -
sian; program penelitian dan pengembangan koperasi; program
pembinaan dan pengembangan pemuda di bidang perkoperasian;
program peranan wanita di bidang perkoperasian; dan program
pengembangan hukum di bidang perkoperasian. Program pokok
dan program penunjang tersebut bertujuan untuk mengembangkan
kelembagaan dan usaha koperasi, terutama yang memiliki
keterkaitan langsung dengan kepentingan anggotanya yang
berusaha di berbagai bidang usaha, baik di perdesaan maupun di
perkotaan.

1. Program Pokok

a. Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan


Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kewirausahaan,


profesionalisme, keterampilan dan wawasan para anggota,

267
pengurus, karyawan, dan pengawas koperasi, termasuk kemam-
puan manajemen dan kemampuan memanfaatkan, mengembang-
kan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahanya serta
mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya peluang yang terbu-
ka bagi pengembangan kegiatan usaha baru. Hal demikian akan
mendorong tumbuh dan berkembangnya motivasi masyarakat luas,
sehingga koperasi benar-benar mampu menjadi semangat usaha
masyarakat. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme, pengetahuan, dan keterampilan,
serta rasa pengabdian dan tanggung jawab para pembina koperasi
agar efisiensi dan efektivitas pembinaan koperasi makin meningkat.
Sedangkan program penyuluhan koperasi juga bertujuan
menumbuhkan rasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab dari
seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan koperasi menjadi
gerakan nasional.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai


berikut :

(1) menyediakan dan mengembangkan prasarana dan sarana


pendidikan, pelatihan, penyuluhan, magang, serta
bimbingan dan konsultansi usaha perkoperasian yang
memadai;

(2) meningkatkan pendidikan perkoperasian bagi anggota


koperasi tentang hak dan kewajibannya sebagai pemilik
dan sekaligus pengguna jasa koperasi, antara lain melalui
penyuluhan dan pelatihan keterampilan usaha; kegiatan ini
didukung dengan penyempurnaan materi dan metode
pelaksanaan pendidikan anggota agar lebih meningkatkan
peran serta mereka;

(3) meningkatkan produktivitas usaha anggota melalui


kelompok untuk mengoptimalkan potensi usaha per-
seorangan anggota;

268
(4) meningkatkan pendidikan perkoperasian bagi pengurus/
pengelola usaha koperasi melalui penyuluhan, pelatihan
manajemen dan keterampilan usaha, praktek kerja
(magang), studi banding, dan bimbingan penyusunan
kelayakan usaha terapan yang memanfaatkan teknologi
tepat;

(5) meningkatkan pelatihan dan penataran perkoperasian bagi


pengawas koperasi, kader, serta wanita, pemuda, dan
kelompok strategis lainnya yang berpotensi menjadi
motivator koperasi;

(6) meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi pembina


koperasi, termasuk petugas konsultansi lapangan;

(7) meningkatkan pelatihan, bimbingan dan penyuluhan


teknis, serta penyediaan informasi teknologi dalam rangka
alih teknologi;

(8) meningkatkan pelayanan konsultansi manajemen bagi


koperasi;

(9) mengembangkan sistem karier dan sistem balas jasa yang


menarik bagi pengelola koperasi;

(10) mewujudkan proses kaderisasi yang sehat pada gerakan


koperasi dengan memanfaatkan media kaderisasi, seperti
lembaga pendidikan perkoperasian serta koperasi di
kalangan generasi muda;

(11) meningkatkan kemampuan gerakan koperasi untuk melak-


sanakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan
perkoperasian; dan

(12) memasyarakatkan koperasi melalui penyuluhan per-


koperasian untuk mewujudkan koperasi menjadi gerakan
nasional.

269
b. Program Pengembangan Lembaga Keuangan dan
Pembiayaan Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemupukan modal


dan meningkatkan kemampuan memanfaatkan modal, dalam
rangka menyehatkan struktur permodalan koperasi.

Program ini ditempuh terutama dengan kegiatan sebagai


berikut :

(1) meningkatkan fasilitas pembiayaan dan jaminan


pembiayaan yang dibutuhkan koperasi dan anggotanya,
termasuk modal ventura;

(2) mengembangkan lembaga keuangan koperasi, antara lain


koperasi simpan pinjam, koperasi bank perkreditan
rakyat, koperasi pembiayaan, dan koperasi asuransi;

(3) memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada anggota


koperasi untuk meningkatkan pemupukan modal sendiri,
terutama yang berasal dari simpanan anggota dan dana
cadangan, serta pelatihan untuk meningkatkan kemam-
puan penyusunan kelayakan usaha koperasi dan
pemanfaatan modal koperasi;

(4) memberikan bimbingan dan kemudahan bagi koperasi


yang telah berkembang dan maju untuk menerbitkan
obligasi dan Surat hutang lainnya; dan

(5) mendorong pemupukan modal penyertaan pada koperasi,


baik yang bersumber dari Pemerintah maupun dari
masyarakat.

c. Program Peningkatan dan Perluasan Usaha Koperasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan


koperasi kepada anggotanya, antara lain dengan meningkatkan
270
promosi
usaha, menyediakan informasi peluang usaha dan pasar, mengem-
bangkan jaringan pemasaran, melaksanakan misi dagang, menye-
diakan sarana dan prasarana pemasaran, memberikan bimbingan
dan konsultansi pemasaran, serta memantapkan sistem distribusi.

d. Program Kerja Santa Antarkoperasi dan Kemitraan


Usaha

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efek-


tivitas kegiatan koperasi, baik dalam aspek kelembagaan, yaitu
antara lain meningkatkan pendidikan dan pelatihan, maupun dalam
aspek usaha yaitu antara lain memperkukuh jaringan usaha kopera-
si, meningkatkan keterkaitan usaha, mempercepat proses alih
teknologi, meningkatkan kepastian usaha, serta memperluas
pemasaran hasil produksi koperasi.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai


berikut :

(1) mengembangkan jaringan usaha koperasi yang lebih luas,


antara lain di bidang konsumsi, produksi, pengolahan,
pemasaran, dan permodalan;

(2) mengenali potensi usaha koperasi dan badan usaha


lainnya, yang didukung oleh penyediaan informasi usaha
dan upaya promosi untuk mendorong terjalinnya
hubungan kemitraan usaha dalam berbagai bentuk/pola,
yang dilandasi oleh prinsip saling membutuhkan, saling
menunjang dan sating menguntungkan;

(3) mendorong spesialisasi usaha di tingkat koperasi sekunder


dalam rangka peningkatan konsolidasi, daya guna dan
hasil guna kerja sama antarkoperasi dan kemitraan usaha
antara koperasi dengan badan usaha lainnya; dan

271
(4) menyempurnakan konsep dan mekanisme pelaksanaan
pola perusahaan inti rakyat (PIR) dalam rangka
pelaksanaan demokratisasi ekonomi, meningkatkan kedu-
dukan koperasi dan daya tawar (bargaining power)
anggota koperasi.

e. Program Pemantapan Kelembagaan Koperasi

Program ini bertujuan untuk menata dan memantapkan kelem-


bagaan koperasi agar makin sesuai dengan kebutuhan gerakan
koperasi dan selaras dengan perkembangan lingkungan yang dina-
mis.

Program ini dilaksanakan terutama dengan kegiatan sebagai


berikut :

(1) menumbuhkan, mengembangkan, dan memandirikan


koperasi di perdesaan/KUD, antara lain melalui
pembinaan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan
koperasi di perdesaan/KUD sehingga mampu mandiri
dalam swakarsa, swadaya, dan swakerta, dan mampu
berfungsi dan berperan secara optimal dalam
perekonomian rakyat; membina untuk memantapkan
koperasi di perdesaan/KUD mandiri sehingga mampu
memanfaatkan berbagai peluang pengembangan
agroindustri dan industri lain di perdesaan; membina
untuk mengembangkan KUD mandiri inti di setiap
kabupaten sebagai pusat pengembangan koperasi di
sekitarnya; serta memberi kesempatan bagi tumbuh dan
berkembangnya koperasi sekunder yang secara spesifik
menangani komoditas tertentu sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat;

(2) mengembangkan koperasi di daerah terisolasi, terpencil,


perbatasan, dan permukiman transmigrasi;

272
(3) menumbuhkan, mengembangkan, dan memandirikan
koperasi di perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat perkotaan, antara lain koperasi
karyawan/pegawai di lingkungan perusahaan swasta dan
BUMN serta di lingkungan instansi pemerintah dan
ABRI; dan membina koperasi lainnya di perkotaan, seperti
koperasi pedagang pasar dan koperasi serba usaha;

(4) mengembangkan sistem akuntansi koperasi untuk


memperkuat kelembagaan koperasi seiring dengan makin
luasnya usaha koperasi sehingga manajemen koperasi
lebih transparan dan dapat diaudit;

(5) meningkatkan kemampuan lembaga gerakan koperasi,


antara lain dengan mendorong meningkatnya kerja sama
antara lembaga gerakan koperasi dengan himpunan/
asosiasi usaha nasional lainnya, dan dengan lembaga
gerakan koperasi internasional di berbagai bidang; di
samping itu, mengembangkan sistem dan mekanisme yang
lebih efektif untuk meningkatkan pemupukan dana
koperasi yang dihimpun oleh lembaga gerakan koperasi
dari anggotanya;

(6) mengenali potensi kelembagaan dan usaha ekonomi rakyat


untuk dikembangkan menjadi koperasi yang sesuai dengan
kepentingan masyarakat setempat; dan

(7) menyusun dan merumuskan peraturan perundang-


undangan yang mendukung, dan menghapus produk
hukum yang menghambat pengembangan koperasi khu-
susnya dan demokrasi ekonomi umumnya.

273
2. Program Penunjang

a. Program Pembangunan Perkoperasian di Daerah


Tertinggal

Peran serta koperasi dalam upaya pembangunan daerah ter-


tinggal adalah dengan mendorong tumbuhnya kelompok usaha
bersama yang produktif, dan selanjutnya diarahkan untuk berkem-
bang menjadi koperasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat setempat; serta meningkatkan kualitas dan kemampuan
koperasi yang telah ada sehingga dapat meningkatkan mutu dan
jangkauan pelayanan usahanya kepada anggota dan masyarakat di
daerah tertinggal.

Peningkatan kualitas dan kemampuan koperasi di daerah ter-


tinggal dilakukan terutama dengan kegiatan sebagai berikut:

(1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia koperasi/


KUD melalui pelatihan, magang, pendidikan,
penyuluhan, dan studi banding; di samping itu, juga akan
dilakukan penempatan tenaga kerja sukarela terdidik
(TKST) serta tenaga sarjana dan terdidik lainnya pada
koperasi/KUD di daerah tertinggal, serta peningkatan
dan pengembangan kemampuan tenaga penyuluh per-
koperasian;

(2) membangun prasarana dan sarana usaha koperasi, antara


lain warung serba ada (waserda) dan tempat pelayanan
koperasi (TPK), untuk merangsang kegiatan ekonomi dan
penyediaan berbagai kebutuhan masyarakat;

(3) menyediakan bantuan modal kerja untuk mendukung


kelancaran dan pengembangan usaha koperasi/KUD dan
anggotanya;

274
(4) meningkatkan peran serta koperasi/KUD dalam
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat
daerah tertinggal;

(5) menyediakan informasi peluang usaha dan pasar; dan

(6) meningkatkan peran serta koperasi/KUD dalam


penyediaan energi listrik bagi masyarakat daerah
tertinggal, yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kebutuhan, termasuk untuk mendorong tumbuh
kembangnya berbagai usaha produktif masyarakat.

b. Program Pengembangan Informasi Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengem-


bangkan sistem informasi yang dibutuhkan koperasi, berupa jaring-
an informasi kelembagaan dan usaha yang, antara lain, meliputi
informasi tentang produksi, informasi pemasaran dalam negeri
maupun ekspor, informasi permodalan, serta informasi untuk men-
dukung terjalinnya kerja sama, keterkaitan, dan kemitraan usaha.

c. Program Penelitian dan Pengembangan Koperasi

Program ini bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pengem-


bangan koperasi terutama yang berkaitan dengan peningkatan kua-
litas sumber daya manusia koperasi; peningkatan akses dan pangsa
pasar koperasi; peningkatan akses terhadap sumber permodalan
dan struktur permodalan koperasi; peningkatan kemampuan dan
akses terhadap teknologi; pemantapan kelembagaan, organisasi,
dan manajemen; kemitraan usaha, baik antarkoperasi maupun
antara koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya; serta melakukan
pengkajian kebijaksanaan untuk mewujudkan pembinaan koperasi
secara otonom dalam Repelita VI.

275
d. Program Pembinaan dan Pengembangan Pemuda di
Bidang Perkoperasian

Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kepeloporan


generasi muda dalam pembangunan koperasi, serta pewarisan nilai,
semangat, dan jiwa koperasi pada generasi penerus.

e. Program Peranan Wanita di Bidang Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk meningkatkan peranan wanita


dalam pembangunan koperasi melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan serta pemberian kesempatan yang luas kepada kaum
wanita untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan perkoperasian.

f. Program Pengembangan Hukum di Bidang


Perkoperasian

Program ini bertujuan untuk mengembangkan hukum yang


mendukung pertumbuhan dan perkembangan koperasi sebagai
badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
tangguh, mandiri, berakar dalam masyarakat, serta mampu berpe-
ran di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi
rakyat. Program ini meliputi pula kegiatan penyusunan dan
perumusan peraturan perundang-undangan di berbagai sektor yang
mendukung pembangunan koperasi.

VI. RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN DALAM


REPELITA VI

Program-program pembangunan koperasi tersebut di atas


dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat.
Dalam program-program tersebut, yang akan dibiayai dengan
anggaran pembangunan selama Repelita VI (1994/95 - 1998/99)
adalah sebesar Rp693.400,0 juta. Rencana anggaran pembangunan
koperasi untuk tahun pertama dan selama Repelita VI menurut
sektor, sub sektor dan program dalam sistem APBN dapat dilihat
dalam Tabel 13-1.

276
Tabel 13—1
RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI
Tahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 — 1998/99)

(dalam juta
rupiah
No. -
Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1994/95 1994/95 — 1998/99

05 SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN USAHA


NASIONAL, KEUANGAN DAN KOPERASI

05.5 Sub Sektor Koperasi den Pengusaha Kecil

05.5.01 Program Pengembangan Koperasi 93.460,0 693.400,0

Anda mungkin juga menyukai