Anda di halaman 1dari 17

Peranan Pemerintah dalam Pembangunan Koperasi dan UMKM di Indonesia

ABSTRAK

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan koperasi dalam


perekonomian Indonesia. Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan
literatur (library research). Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa peran
koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian
nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa
mendatang. Pemberdayaan koperasi secara tersktuktur dan berkelanjutan diharapkan
akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat
pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka,
menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki
pemerataan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan koperasi juga akan meningkatkan
pencapaian sasaran di bidang pendidikan, kesehatan, dan indikator kesejahteraan
masyarakat Indonesia lainnya. Berdasarkan Undang-Undang Pokok Perkoperasian
Nomor 12 tahun 1967 (disahkan tanggal 18 Desember 1967). Koperasi Indonesia
diartikan sebagai: Organisasi ekonomi rakyat yang berwatak social, beranggotakan
orang-orang atau badan hokum. Koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi
sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan dan kegotong-royongan.
Kata Kunci : koperasi dan perekonomian
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................
ABSTRAK ...........................................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
A. Pembangunan Koperasi di Indonesia .......................................................................
B. Peran Pemerintah Dalam Mengembangkan Koperasi .............................................
C. Peran Pemerintah Dalam Mengebangkan UMKM ...................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
A. Simpulan ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian sebuah negara merupakan sebuah hal yang krusial bagi


kesejahteraan masyarakat. Faktor perekonomian yang ada menjadi sebuah
indikator bagi sebuah kesejahteraan dan ketahanan dari penduduk sebuah negara
tersebut. Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan
beberapa diantara sebuah alat untuk membangkitkan perekonomian rakyat.
Diperlukan adanya kerjasama atau timbal balik yang baik antara koperasi dan
pelaku UMKM untuk membantu mendorong perekonomian yang ada. Peran
pemerintah terhadap koperasi dan UMKM sangat diperlukan terhadap
kelangsungan serta eksistensi, dikarenakan pemerintah yang memegang kendali
terkait perundang-undangan, dana bantuan, serta lain sebagainya. Karena cukup
penting dan menyangkut kehidupan masyarakat banyak, maka pada makalah ini
akan dijelaskan mengenai hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan tidak melebar kemana-
mana, pembahasan akan dibatasi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana pembangunan koperasi di Indonesia?


2. Bagaimana peran pemerintah dalam mengembangkan koperasi di
Indonesia?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam mengembangkan UMKM di
Indonesia
4. Apa saja kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi di
Indonesia?
5. Apa saja peran koperasi dan UMKM dalam pembangunan perekonomian
daerah?
C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan pemerintah


dalam pembangunan koperasi dan UMKM dalam perekonomian Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembangunan Koperasi di Indonesia

Pada awal kemerdekaan, koperasi berfungsi untuk mendistribusikan


keperluan masyarakat sehari-hari di bawah Jawatan Koperasi, Kementerian
Kemakmuran. Pada tahun 1946, berdasarkan hasil pendaftaran secara sukarela
yang dilakukan Jawatan Koperasi terdapat sebanyak 2.500 buah koperasi.
Koperasi pada saat itu dapat berkembang secara pesat.

Namun karena sistem pemerintahan yang berubah-ubah maka terjadi titik


kehancuran koperasi Indonesia menjelang pemberontakan G30S / PKI. Partai-
partai memanfaatkan koperasi untuk kepentingan partainya, bahkan ada yang
menjadikan koperasi sebagai alat pemerasan rakyat untuk memperkaya diri
sendiri, yang dapat merugikan koperasi sehingga masyarakat kehilangan
kepercayaannya dan takut menjadi anggota koperasi.

Pembangunan koperasi baru dapat dilaksanakan setelah pemerintah


berhasil menumpas pemberontakan G30S / PKI. Pemerintah bertekad untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Namun
keadaannya seperti itu, pemerintah pada tahun 1947 berhasil melangsungkan
Kongres Koperasi I di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kongres Koperasi I menghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain :

1. Mendirikan sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI)


2. Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi
3. Menetapkan pada tanggal 12 Juli sebagai hari Koperasi

Akibat tekanan dari berbagai pihak misalnya Agresi Belanda, keputusan


Kongres Koperasi I belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun,
pada tanggal 12 Juli 1953, diadakanlah Kongres Koperasi II di Bandung, yang
antara lain mengambil putusan sebagai berikut :

1. Membentuk Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) sebagai pengganti


SOKRI
2. Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata pelajaran di
sekolah
3. Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia
4. Segera akan dibuat undang-undang koperasi yang baru

Hambatan-hambatan bagi pertumbuhan koperasi antara lain disebabkan


oleh hal-hal berikut :

1. Kesadaran masyarakat terhadap koperasi yang masih sangat rendah,


pengalaman masa lampau mengakibatkan masyarakat tetap merasa curiga
terhadap koperasi.
2. Pengetahuan masyarakat mengenai koperasi masih sangat rendah.

B. Peran Pemerintah dalam Mengembangkan Koperasi

Untuk melaksanakan program perkoperasian pemerintah mengadakan


kebijakan antara lain :

1. Menggiatkan pembangunan organisasi perekonomian rakyat terutama


koperasi
2. Memperluas pendidikan dan penerangan koperasi
3. Memberikan kredit kepada kaum produsen, baik di lapangan industri
maupun pertanian yang bermodal kecil

Organisasi perekonomian rakyat terutama koperasi sangat perlu diperbaiki.


Cara membantu mereka adalah mendirikan koperasi di kalangan mereka.
Dengan demikian pemerintah dapat menyalurkan bantuan berupa kredit melalui
koperasi tersebut. Untuk menanamkan pengertian dan fungsi koperasi di
kalangan masyarakat

Selain itu, Adapun peran dan kebijakan pemerintah terhadap koperasi:

1. Antagonism (Antipati)

Pada mulanya timbul gerakan koperasi di negara-negara, pemerintah


pada waktu itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan
pengawasan yang keras terhadap koperasi. Sikap-sikap tersebut ditunjukkan
dengan sistem perpajakan yang tidak adil, peraturan-peraturan atau undang-
undang yang mencegah atau menyulitkan dalam hal menjalankan teknik ke-
koperasian. Namun di negara totaliter terlihat pengawasan Pemerintah yang
berlebihan terhadap gerakan Koperasi. Pemerintah memberikan aturan yang
sangat sulit untuk dipenuhi oleh rakyat dengan bayaran pajak yang tinggi
ataupun birokrasi administrasi yang berbelitbelit. Hal ini pernah terjadi di
Indonesia pada masa penjajahan Belanda.

2. Indifference (Netral)

Sikap pemerintah yang memperlakukan koperasi sama dengan


berbagai bentuk badan usaha lain. Sikap acuh tak acuh atau tidak
memperhatikan ternyata dari tidak adanya peraturan-peraturan yang
memungkinkan koperasi bekerja secara wajar. Sikap pemerintah tersebut
sepertinya tidak menggambarkan sikap menghalangi gerakan, dimana
gerakan koperasi itu merupakan bagian yang dinamis dalam perekonomian
serta sosial di negara-negara. Sikap pemerintah tersebut biasanya terjadi
pada saat koperasi baru yang berdiri pada negara atau daerah yang menganut
otonomi daerah. Pemerintahannya tidak memberikan perhatian ataupun
layanan yang memadai terhadap koperasi. Sehingga koperasi yang ada
seakan ada dan tiada.

3. Over Sympaty (Terlalu simpati)

Sikap pemerintah yang memanjakan atau membantu berlebihan


terhadap koperasi. Hal tersebut hanya memberikan perhatian terhadap
gerakan koperasi dimana Pemerintah ingin sekali menjalankan segala
sesuatu sedapat- dapatnya bahkan memberikan bantuan yang berlebih-
lebihan untuk gerakan koperasi. Semua itu dilakukan karena sistem koperasi
dianggap sebagai organisasi rakyat yang baik dan tepat untuk mengadakan
perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara-negara bersangkutan.
Wujud sikap simpati ini ialah memberikan dorongan secara aktif untuk
pembentukan koperasi-koperasi secara cepat.

4. Wheel Balance (Simpati)


Sikap ideal (Well balanced), pemerintah memberikan bantuan yang
wajar sesuai dalam batas dan prinsip koperasi. Pemerintah tidak memanjakan
koperasi, sehingga koperasi dapat berkembang dengan baik dan mampu
mandiri pada akhirnya. Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring
dengan kemajuan kinerja yang semakin baik tidak terlepas dari sikap dan
kebijakan pemerintah yang menggambarkan sikap yang berbeda dengan
tindakan negara lainnya. Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh
sikap yang diperlihatkan pemerintah terhadap koperasi. Sikap-sikap
pemerintah terhadap setiap koperasi berbeda beda sesuai dengan kondisi
koperasi tersebut.

Sikap pemerintah dapat bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati


berlebihan dan seimbang. Sikap ini tergantung dari kondisi koperasi. Pada
umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan di Indonesia
adalah sikap over sympathy dan well balance. Kedua sikap tersebutlah yang
mendasari perkembangan dan pasang surut koperasi sampai saat ini. Pada
dasarnya pemerintah, berupaya untuk mengembangkan koperasi menjadi
alternatif gerakan kekuatan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, perlu dipelajari
dan dipahami sikap dan kebijakan pemerintah manakah keputusan yang tepat
untuk koperasi Indonesia dalam menghadapi gempuran globalisasi.

Peranan pemerintah dalam gerakan koperasi antara lain dengan:

1. Memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun melakukan


penelitian bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi terhadap
permasalahan koperasi
2. Melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap koperasi
berupa penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil diusahakan
oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya
3. Memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan
jaringan usaha dan kerja sama.
4. Peran pemerintah dalam mewujudkan ketahanan ekonomi Indonesia menjadi
sangat kompleks, khususnya dalam mendorong dan membina koperasi.
Diperlukan kebijakan kebijakan dalam hal pendidikan koperasi,
kelembagaan dan kemitraan usaha koperasi.

Peran pemerintah dalam membina dan mengembangkan koperasi seyoginya


perlu memperhatikan kebebasan bagi koperasi untuk mengatur kehidupannya
sendiri agar koperasi mampu mewujudkan pelaksanaan prinsip koperasi.
Pemerintah turun tangan sebatas memberikan pengamanan, bimbingan dan
pengarahan yang bertujuan agar koperasi mampu menyelesaikan
permasalahannya sendiri. Pemerintah cukup pada tindakan yang sesuai asas “Tut
Wuri Handayani” (di belakang memberi kekuatan). Terkait dengan hal tersebut,
maka wujud peran pemerintah melalui pentahapan pembinaan koperasi yang
mencakup tahap ofisialisasi, tahap deofisialisasi dan tahap otonomi.

Dalam tahap ofisialisasi, pemerintah memberi bimbingan dan pengawasan


yang sedikit demi sedikit dikurangi sehingga tercipta prakondisi yang nantinya
menuju kepada otonomi. Wujud peran pemerintah dalam membina koperasi
hendaknya selalu berorientasi pada kebijakan yang sejalan dengan usaha
mengembangkan kehidupan berkoperasi, mengarah kepada upaya terwujudnya
otonomisasi koperasi dan hendaknya memberi peluang terbukanya kemungkinan
agar koperasi mampu bergerak dalam sector industri dan atau produksi.

Peran pemerintah hendaknya lebih mendorong terhadap terbentuknya


kerjasama dari ke tiga sektor perekonomian yang saling mengisi dan
menghidupi, karena ketiga sector tersebut harus dipersiapkan sebagai asset
ekonomi nasional yang saling mendukung demi terwujudnya ketahanan
ekonomi bangsa.

C. Peran Pemerintah dalam Mengembangkan UMKM


1. Peran Pemerintah sebagai Fasilitator

Peran pemerintah sebagai fasilitator adalah memfasilitasi UMKM


untuk mencapai tujuan pengembangan usaha yang dimiliki oleh UMKM.
Sebagai fasilitator, pemerintah memiliki peran dalam memfasilitasi UMKM
untuk mencapai tujuan pengembangan usaha yang dimiliki oleh UKM. Jika
UMKM mempunyai kelemahan di bidang produksi, tugas fasilitator adalah
memberikan kemampuan UMKM dengan berbagai cara, misalnya dengan
memberikan pelatihan. Demikian pula jika UMKM lemah dalam hal
pendanaan, tugas fasilitator adalah membantu mencari jalan keluar agar
UMKM mampu mendapat pendanaan yang dibutuhkan, tetapi harus
dilakukan secara hati-hati agar posisi UMKM menjadi tergantung.

2. Peran pemerintah pemerintah dalam Bidang Pendampingan.


Untuk bisa mandiri dalam melanjutkan dan meningkatkan usaha,
UMKM memerlukan pendampingan dalam hal manajemen usahanya.
Pemerintah bisa mengambil kebijakan dengan mengundang perguruan
tinggi, korporasi atau organisasi lain baik dalam atau luar negeri untuk
memberi bantuan dalam bentuk pendampingan usaha. Peran pemerintah
dalam Bidang Pendanaan dan Permodalan Disamping memberikan bantuan
pendampingan pemerintah juga memprogramkan untuk memberi bantuan
finansial kepada usaha UMKM. Tujuan pemberi bantuan permodalan dan
pendanaan adalah untuk merekonstruksi usaha bisnis agar lebih produktif
yang pada gilirannya mampu menjadi usaha yang kompetitif. Untuk bisa
mencapai tujuan itu dana yang ada harus didistribusikan dengan tepat
sasaran dan harus terhindar dari terjadinya penyimpangan dana bantuan.
Mulai dari pendataan, penaksiran, penyusunan rencana program,
pelaksanaan program, pengawasan dan evaluasi merupakan tugas
pemerintah. Untuk itu koordinasi dan pengelolaan dana bantuan dari
pemerintah sangat diperlukan.

Modal merupakan salah satu factor utama dalam menggerakkan kegiatan


bisnis, tidak terkecuali pada usaha mikro, kecil dan menengah. Tidak dapat
disangkal bahwa masalah pendanaan atau permodalan inilah yang kendala
dalam menjalankan aktivitas bisnis ditengah-tengah masyarakat. Hampir
seluruh masyarakat ketika ditanya mengapa tidak bergerak dalam bidang
usaha bisnis, jawabannya adalah tidak memiliki modal usaha. Sehingga
menerut mereka, jika permodalan tersedia sudah tentu banyak anggota
masyarakat akan masuk menjadi wirausaha.

3. Peran Pemerintah sebagai Regulator


Peran pemerintah sebagai regulator adalah pembuat kebijakan-kebijakan
yang berhubungan pembinaan dan pengembangan UMKM, dimana
kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah usaha UMKM, agar
dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah dan cepat. Pembuatan
kebijakan untuk kegiatan usaha mikro memang sangat diperlukan,
mengingat bahwa suatu usaha apapun jenis dan tipenya harus memiliki
landasan kerja berupa kebijakan. Sebagai regulator, pemerintah berfungsi
untuk menjaga kondisi lingkungan usaha melalui produk kebijakannya
dengan harapan kebijakan ini dapat menciptakan lingkungan usaha yang
tetap kondusif. Kebijakan yang sangat diperlukan oleh pengusaha mikro agar
mudah melakukan investasi adalah dengan mengatur dan menetapkan suku
bunga pinjaman modal usaha maupun pembuatan kebijakan tentang aturan-
aturan persaingan usaha. Pembuatan kebijakan yang terkait dengan UMKM
adalah menjadi domain dan tanggung jawab pemerintah.
Pemerintah selain memiliki kewajiban, tanggung jawab dalam
pembuatan kebijakan juga pemerintah dengan otoritas yang dimilikinya
merupakan pihak yang mampu menerapkan aturan agar kehidupan dapat
berjalan baik dan dinamis.
4. Peran Pemerintah sebagai Katalisator

Secara harfiah katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu


reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Peran pemerintah
sebagai kalatisator pengembangan UMKM adalah mempercepat proses
berkembangnya UMKM menjadi Fast Moving Enterprise, yaitu UMKM
yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi
menjadi usaha besar. Seperti halnya sebuah katalis pemerintah terkadang
ikut terlibat dalam dalam proses tersebut, namun tidak terlibat dalam
mengatur proses keseluruhan proses perubahannya. Keterlibatan pemerintah
dalam keseluruhan proses tidak boleh dilakukan karena keterlibatan peran
pemerintah terlalu banyak dalam kegiatan perekonomian akan menyebabkan
perekonomian menjadi tidak efisien lagi sebab pasar tidak dapat bergerak
secara alami.
Peran pemerintah sebagai katalisator lebih cenderung kepada
penyampaian informasi secara komprehensif mengenai suatu persoalan yang
menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat. Masalah UMKM,
bukan hanya masalah pemerintah tetapi juga masalah masyarakat. Sehingga
kedua komponen bangsa ini diperlukan keterlibatannya agar masalah ini
dapat diselesaikan lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah. Masyarakat
membutuhkan informasi mengenai berbagai aspek dalam kaitannya dengan
UMKM, sementara pemerintah memiliki kompetensi yang memadai, baik
mengenai teori maupun praktek dalam pengelolaan UMKM. Karena itu,
selaku pemerintah yang bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat,
maka dengan sendirinya pemerintah berkepentingan menjadi katalisator
yang efektif dan efisien.

D. Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Koperasi di Indonesia


Adapun kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi secara
terinci adalah sebagai berikut:
a) Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin
memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi
gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam masyarakat.
b) Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya
peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional.
c) Peningkatan koperasi di dukung melalui pemberian kesempatan berusaha
yang seluas luasnya di segala sektor  kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, dan penciptaan  iklim usaha yang mendukung dengan
kemudahan memperoleh permodalan.
d) Kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha negara dan
usaha swasta sebagai mitra usaha dikembangkan seacara lebih nyata untuk
mewujudkan kehidupan perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi
yang dijiwai semangat dan asas kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan
usaha, dan kesetiakawanan.
E. Peran Koperasi dan UMKM dalam Pembangunan Perekonomian Daerah
1. Peran koperasi dalam pembangunan perekonomian daerah
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa peran
koperasi sebagai berikut:
a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya
d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
2. Peran UMKM dalam Pembangunan Perekonomian Daerah
UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan
dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya
tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi
pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan
dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan
dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya
penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas. Karakteristik UKM di
Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA, the
Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center
for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah
mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh
fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya,
mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan
pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan
oleh 4 (empat) hal, yaitu:
1. Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer
goods), khususnya yang tidak tahan lama.
2. Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam
aspek pendanaan usaha.
3. Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam
arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja.
4. Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan
hubungan kerja di sektor formal. UKM di Indonesia mempunyai peranan
yang penting sebagai penopang perekonomian. Penggerak utama
perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah sektor
UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi
utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu:
1. Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang
tidak tertampung di sektor formal.
2. Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB).
3. Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor
berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini. Kinerja UKM di
Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1) nilai tambah,
(2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor. Ketiga
aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Nilai Tambah Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan
oleh UKM tahun 2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya
digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) UKM
pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas
dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat
sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar
1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3 persen dari
total PDB Indonesia. Bilai dirinci menurut skala usaha, pada
tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha
Menengah sebesar 15,6 persen, dan Usaha Besar sebesar 46,7
persen.
b) Unit Usaha dan Tenaga Kerja Pada tahun 2006 jumlah populasi
UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen terhadap
total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya
mencapai 85,4 juta orang.
c) Ekspor UKM Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri
mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005
menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006. Namun demikian
peranannya terhadap total ekspor non migas nasional sedikit
menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen
pada tahun 2006.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Untuk mencapai sasaran perekonomian koperasi di Indonesia. Maka


sebagaimana dikemukakan, kebijakan umum pembangunan koperasi dan UMKM yang
di jalankan oleh pemerintah ini diarahkan untuk mengembangkan koperasi dan UMKM
menjadi makin maju, makin mandiri, dan makin berakar dalam masyarakat serta
menjadi badan yang sehat dan mampu berperan di bidang semua usaha, terutama dalam
kehidupan ekonomi rakyat dalam upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan
Pancasila UUD 1945. Untuk itu, maka pembangunan koperasi diselenggarakan melalui
peningkatan kemampuan organisasi, manajemen, kewiraswastaan, dan permodalan
dengan di dukung oleh peningkatan jiwa dan semangat berkoperasi menuju pemantapan
perannya.
DAFTAR PUSTAKA

Admin Koperasi. 2019. “Sejarah dan Latar Belakang Koperasi”,


https://koperasi.kulonprogokab.go.id/detil/536/sejarah-dan-latar-belakang-koperasi,
diakses pada 29 Oktober 2021 pukul 19.07.
Lia Suprihatin & Roni Kurniawan, Peran dan Kebijakan Pemerintah Terhadap
Peningkatan Koperasi Nelayan Kota Tanjungpinang, Journal Bahtera Inovasi Vol.2
No.2 Tahun 2019. Hlm 96-98
Darwanto. 2008. Mengelola Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.Grajafindo, Jakarta.
Alma, Buhari. 2004. Kewirausahaan. Balai Pustaka. Bandung.
Sudarta, Ermayana. 1998. Mengelola Pemerintahan yang berkemajuan. Gunung Agung,
Jakarta.
Gede, Diva: 2009 Mengembangkan UMKM Melalui Pemberdayaan Peran Pemerintah
Daerah Bakrie School of Management : Jakarta
Arief Sritua. “Koperasi Sebagai Organisasi
Ekonomi Rakyat”, dalam Pembangunanisme dan Ekonomi Indonesia. Pemberdayaan
Rakyat dalam Arus Globalisasi. Jakarta: CSPM dan Zaman, 1997.
Sri Handini. 2019. “Manajemen UMKM dan Koperasi”, (hlm 47-48 dan hlm 136).
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai