Anda di halaman 1dari 12

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

2. PEMBAHASAN 3
2.1 Berkembangnya Koperasi pada Awal Pemerintahan Orde Baru 3
2.2 Peran Koperasi pada Masa Orde Baru 5

3. PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11
1

1. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Keberadaan Koperasi memiliki arti penting bagi negara kesejahteraan
Indonesia. Sebagai bangsa yang pernah dijajah dengan jangka waktu yang lama,
koperasi sebagai salah satu implementasi ekonomi kerakyatan menjadi upaya
sistematis untuk mengoreksi struktur perekonomian yang bercorak kolonial.
Sistem perekonomian yang dipraktekkan oleh kolonial yang bercorak kapitalis
menghasilkan kegetiran hidup bagi rakyat akibat ketiadaan perikemanusiaan dan
perikeadilan yang dipraktekkan.
Di sisi lain, konsep koperasi adalah model perekonomian yang
berlandaskan asas kekeluargaan dan prinsip gotong royong yang memiliki kaitan
yang erat dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Koperasi
merupakan bangun persekutuan yang mengimplementasikan prinsip yang
memandu usaha bersama dan hasil dari tujuan bersama serta bertujuan
memajukan kesejahteraan umum dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Menimbang pentingnya keberadaan koperasi maka wajar jika
koperasi dijadikan pilar utama/soko guru bagi perekonomian di Indonesia.1
Sebagaimana diketahui bahwa perkembangan dan penerapan koperasi di
Indonesia salah satunya adalah dipengaruhi oleh undang-undang perkoperasian.
Dimana dinamika ini mengakibatkan koperasi maju disuatu waktu dan mundur di
lainnya yang terjadi secara fluktuatif. Setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya
pada masa pemerintahan Orde Baru, pemerintah membuka peluang dan cakrawala
baru bagi pertumbuhan dan perkembangan perkoperasian nasional. Perkembangan
kehidupan koperasi pada masa Orde Baru semakin meningkat dilihat dari jumlah
koperasi di seluruh Indonesia. 2
Sebelumnya, pada tahun 1967, pemerintah rezim orde baru mengeluarkan
Undang-Undang No 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian. Dengan
berlakunya undang-undang tersebut mengakibatkan rasionalisasi besar-besaran
1 Mochamad Adib Zain, Politik Hukum Koperasi di Indoensia (Tinjauan Yuridis Historis
Pengaturan Perkoperasian di Indonesia), Jurnal Penelitian Hukum, Volume 2, Nomor 3, November
2015, Hal 160-177.
2 Muhammad Firdaus, Perkoprasian Sejarah, Teori dan Praktek, (Bogor: Ghalia, 2002),
hlm 26.
2

terhadap koperasi, akhirnya sebagian besar koperasi dibubarkan atau


membubarkan diri. Akibatnya terjadi penurunan jumlah koperasi dari 64.000 unit
menjadi 15.000 unit.3 Namun selanjutnya pemerintah orde baru membuat program
koperasi yang diberi nama Koperasi Unit Desa (KUD) yang membuat koperasi
kembali berkembang.
Pada tahun 1992, UU No 12 Tahun 1967 kemudian disempurnakan dan
diganti menjadi Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pada
undang-undang yang baru tersebut pemerintah mengubah landasan mental
koperasi yang bersifat kesadaran individual dan kesetiakawanan menjadi homo
economicus. Akibatnya koperasi tidak lagi dikerjakan untuk kepentingan
anggotanya, tetapi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya. Selain itu pada pemerintahan orde baru, juga dikeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) No 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi. Peraturan ini semakin memperjelas kedudukan koperasi dalam usaha
jasa keuangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, pada makalah ini penulis tertarik
untuk mengkaji lebih jauh mengenai peranan koperasi pada masa Orde Baru.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana perkembangan koperasi pada awal pemerintahan masa orde
baru?
2) Bagaimana peran koperasi pada masa orde baru?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui perkembangan koperasi pada awal pemerintahan
masa orde baru.
2) Untuk mengetahui peran koperasi pada masa orde baru.

3 Achmad Solihin dan Etty Puji Lestari, Sejarah Koperasi, Modul 1. Diakses dari
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=2ahUKEwjzm5TIp53gAhXBLo8KHbi6DX8
QFjAJegQIBRAC&url=http%3A%2F%2Frepository.ut.ac.id%2F3973%2F1%2FESPA4323-
M1.pdf&usg=AOvVaw1XAANrZsksbJs14mRgYFAb
3

2. PEMBAHASAN

2.1 Berkembangnya Koperasi pada Awal Pemerintahan Orde Baru


Perkembangan koperasi di Indonesia sejak kemerdekaan tahun 1945
sampai masa orde lama tahun 1960-1965 terbukti masih termasuk perkembangan
koperasi negara berkembang, meskipun terdapat beberapa koperasi yang dibentuk
dan dikembangkan berdasarkan inisiatif masyarakatnya. Tetapi sebagian besar
dalam perkembangan koperasinya masih terdapat peran pemerintah yang dominan
seperti menjadikan koperasi sebagai alat pemerintah khususnya pada masa orde
lama.
Kemudian pada tahun 1966 merupakan pergantian masa pemerintahan
kepada pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Soeharto. Pada masa orde
baru ini perkembangan koperasi masih termasuk kedalam perkembangan koperasi
negara berkembang, walaupun terdapat beberapa koperasi yang berkembang
berdasarkan inisiatif masyarakatnya. Dapat dilihat diantaranya yaitu pada tahun
1967 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 Tentang
Pokok-Pokok Perkoperasian untuk menggantikan undang-undang koperasi yang
lama.
Dalam undang-undang koperasi yang baru mengatur sendi dasar, nilai-
nilai koperasi, dan otonomi koperasi yang digabungkan dengan pemerintah. Maka
tidak menghilangkan sepenuhnya peran pemerintah tetapi hanya dibatasi saja
perannya dalam membantu koperasi yaitu hanya sebatas memberikan bimbingan,
fasilitas, serta penciptaan iklim yang diharapkan mampu memandirikan koperasi. 4
Selain itu sejak tahun 1966 terdapat jabatan khusus untuk mengurusi koperasi
yaitu Deputi Urusan Koperasi di dalam struktur pemerintahan.
Kebijakan pemerintah yang lain dalam mendorong pertumbuhan koperasi
yaitu pertama, setelah keluarnya undang-undang koperasi yang baru pemerintah
menertibkan koperasi dengan membubarkan koperasi-koperasi yang tidak
mempunyai legalitas badan hukum dan anggaran dasarnya yang tidak sesuai
dengan UU Nomor 12 Tahun 1967. Pemerintah menilai terdapat koperasi-koperasi
yang berlandaskan pada asas dan sendi dasar sosialis komunis, sehingga koperasi-
4 Ibnoe Soedjono, dkk, 1997, Koperasi di Tengah Arus Liberalisasi Ekonomi. Jakarta: Yayasan
Formasi. Hal 95
4

koperasi tersebut dibubarkan.5 Dengan berlakunya undang-undang tersebut


mengakibatkan rasionalisasi besar-besaran terhadap koperasi, akhirnya sebagian
besar koperasi dibubarkan atau membubarkan diri. Akibatnya terjadi penurunan
jumlah koperasi dari 64.000 unit menjadi 15.000 unit.
Selanjutnya pemerintah kembali merencanakan pembangunan koperasi
dengan program yang diberi nama Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
yang dimulai sejak tahun 1969 dan berlanjut pada Repelita selanjutnya karena
koperasi dinilai sebagai bagian dari pembangunan ekonomi dalam kerangka
pembangunan nasional.
Pada pembangunan Lima Tahun Pertama (Pelita 1), pemerintah
mengambil langkah awal pembangunan koperasi dengan membangun Pusat
Latihan dan Pendidikan Perkoperasian (Puslatpengkop) di Jakarta dan
membangun Balai Latihan Koperasi (Balatkop) di hampir seluruh ibukota
provinsi. Hal ini dilakukan karena untuk mengatasi masalah sedikitnya
sumberdaya manusia yang terampil dan yang mampu untuk memimpin suatu
lembaga termasuk koperasi akibat masalah latar belakang pendidikan yang kurang
(tidak sekolah, lulusan SD, SMP).6
Langkah pemerintah selanjutnya adalah menata koperasi-koperasi yang
ada di desa agar lebih berkembang dengan mempersatukan koperasi-koperasi
yang ada di pedesaan. Namun pada umumnya beragam koperasi-koperasi yang
ada di desa tersebut termasuk koperasi yang ukurannya kecil dari jumlah anggota,
modal, dan skala usahanya serta kurang efisien dan efektif. Maka pada akir Pelita
1 pemerintah mendirikan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) melalui
Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1971. Peran Lembaga Jaminan Kredit
Koperasi (LJKK) ini adalah untuk mengatasi permasalahan modal pada koperasi.

5 Muhammad Idham Maulana, Analisis Perkembangan Koperasi di Indonesia dibandingkan


dengan Negara-Negara Maju dalam Perspektif Ekonomi Politik, 2016, Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
6 H.M Iskandar Soesilo, 2008, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia, Jakarta: PT Wahana
Semesta Intermedia.
5

2.2 Peran Koperasi pada Masa Orde Baru


a. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi kredit didirikan untuk memberikan kesempatan kepada
anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dan dengan mudah dan dengan
ongkos bunga yang ringan. Itulah sebabnya disebut koperasi kredit.
Koperasi kredit atau koperasi simpn pinjam ialah koperasi yang bergerak
dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan
para anaggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian
dipinjamkan kepada anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan tepat
untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Pada masa orde baru, contoh
unit-unit simpan pinjam yang ada terdiri dari Credit Union, Koperasi
Simpan Pinjam Jasa, dan Bank Koperasi Indonesia (Bukopin).
Bank Koperasi Indonesia (Bukopin) didirikan pada masa orde baru
yaitu pada tahun 1970 dengan tujuan mengatasi permasalahan modal pada
koperasi sekunder seperti Inkopper, Inkopad, Inkopal, Induk Koperasi
Angkatan Udara (Inkopau), Induk Koperasi Veteran Republik Indonesia
(Inkoveri), dan Ikpri. Sama halnya dengan Bukopin, Koperasi Kredit
“Credit Union” yang dirintis sejak awal orde baru yaitu pada tahun 1972
oleh Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) bersama
World Council of Credit Union melalui Direktorat Jenderal Koperasi juga
berperan untuk mengatasi permasalahan modal yang banyak dialami oleh
koperasi pedesaan dan masyarakatnya. Selain itu, pada awal tahun 1973
berdiri Koperasi Simpan Pinjam Jasa yang didirikan oleh para usaha kecil
dan menengah untuk mengatasi masalah permodalan yang dialami
pengusaha-pengusaha kecil dan menengah.

b. Koperasi Unit Desa (KUD)


Adapun pembentukan Koperasi Unit Desa (KUD) pada masa orde
baru merupakan bentuk penyatuan beberapa koperasi pertanian yang
kecil.7 Kegiatan KUD pada era ini meliputi: pemberian modal dengan
sistem pemberian kredit, pengolahan hasil-hasil produksi dengan

7 Nunik Damayanti, Pertanian Padi Provinsi Jawa Timur pada Masa Gubernur Soelarso tahun
1988-1993, e-journal Pendidikan Sejarah, Volume 4 No 2, Juli 2016.
6

pengadaan sarana-sarana yang diperlukan serta penyuluhannya, dan


pemasaran hasil-hasil produksi dengan jalan pengaturan serta penyuluhan
yang diperlukan.8 KUD dalam era orde baru selama lebih dari dua puluh
tahun mampu memposisikan diri sebagai lembaga yang diperhitungkan
dalam program pengadaan pangan nasional. Peran KUD ini dilibatkan
dalam kegiatan pengadaan stok panga nasional dengan memasok beras
yang dihimpun oleh Badan Urusan Logistik (BULOG) kepada seluruh
masyarakat.
Bahkan kegiatan KUD bukan hanya dalam pengadaan pangan,
tetapi juga berperan untuk menyalurkan pupuk, obat-obatan pertanian dan
benih. Soesilo (2008) menyatakan bahwa hampir 100 % kebutuhan pupuk
disalurkan oleh KUD kepada seluruh petani melalui kios-kios pupuk
pedesaan dan dari kegiatan pengadaan pangan tersebut, KUD mendapat
bayaran yang cukup untuk menopang kegiatan usaha mereka.9 KUD pun
terus diperluas kegiatannya oleh pemerintah untuk menangani tata niaga
palawija, tata niaga hortikultura dan KUD yang berada di dataran tinggi
(seperti daerah Bandung, Simalungun dan Batu) untuk menangani bunga
dan tanaman obat.
Peran KUD juga mau atau tidak mau harus diakui secara langsung
telah mendukung keberhasilan pencapaian swasembada beras pada tahun
1985. Demikian juga jumlah produksi petani harus diakui secara signifikan
dipengaruhi oleh ketersediaan prasarana dan sarana produksi mulai dari
pupuk, bibit, obat-obatan, RMU yang juga dilakukan oleh KUD. Demikian
juga keterlibatan KUD dalam pemasaran gabah atau beras telah membantu
stabilitas harga gabah di tingkat petani. Peran koperasi dari sisi konsumen,
menyangkut ketersediaan bahan pangan bagi konsumen terutama di
perkotaan memang belum sebesar peran KUD di pedesaan dan hal ini
berkaitan langsung dengan sistem pemasaran beras di perkotaan yang

8 Hikmah Rafika Mufti, kebijakan Pangan, FIB UI, 2009.


9 H.M Iskandar Soesilo, 2008, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia, Jakarta: PT Wahana
Semesta Intermedia.
7

merupakan pasar bebas dan lebih berorientasi pada kualitas dan bukan
kuantitasnya.10

c. Koperasi Asuransi
Pada tahun 1976 di Jakarta dorongan dari beberapa tokoh seperti
Ibnoe Soedjono, Soelarso, dan Eddiwan dan koperasi-koperasi sekunder
seperti PusKUD Jawa Barat, PusKUD Jawa Tengah, PusKUD Jawa Timur,
Induk Koperasi TNI-AD (Inkopad), Induk Koperasi Pegawai Negeri
(IKPN), gabungan koperasi perikanan Indonesia, dan GKBI mendirikan
Koperasi Jaminan Karya Rakyat (KJKR) yang bergerak dibidang asuransi
jiwa.
Kemudian pada tahun 1980, KJKR berubah enjadi Koperasi
Asuransi Indonesia (KAI) karena tidak mendapatkan izin usaha akibat
permasalahan modal pada saat itu. Akhirnya KAI mengembangkan
usahanya ke berbagai provinsi di luar Jakarta dengan jumlah 20 Koperasi
dan perannya selain melayani asuransi jiwa juga membuka pelayanan
asuransi usaha bagi para anggota koperasi.11

d. Koperasi Karyawan dan Koperasi Pegawai Negeri


Sejak tahun 1983 banyak dibentuk dan dikembangkan koperasi
non-KUD diantaranya yaitu pertama Koperasi Karyawan (Kopkar) yang
kemudian pada saat itu dikeluarkan surat keputusan bersama Menteri
Tenaga Kerja dan Menteri Koperasi Nomor 80/M/KTPS/X/1983-Kep.-
236/Men/1983 tentang pembinaan dan pengembangan Kopkar, sehingga
koperasi ini memiliki banyak peran seperti menangani beberapa usaha
seperti pemukiman, jasa angkutan, dan simpan pinjam. Kedua, Koperasi
Pegawai Negeri dan pada awal perkembangannya pemerintah
mengeluarkan Kepres Nomor 33 Tahun 1983 yaitu gaji ke-13 pegawai
negeri dipotong sebagian untuk bantuan dana kepada Koperasi Pegawai
Negeri.

10 Edi Susilo, Peran Koperasi Agribisnis dalam Ketahanan Pangan di Indonesia, E-Journal
UNISNU: Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Volume 10 No 1, Maret 2013, hal 95-104.
11 Ibnoe Soedjono, dkk, 1997, Koperasi di Tengah Arus Liberalisasi Ekonomi, Jakarta: Yayasan
Formasi, Hal 95.
8

e. Koperasi Sekolah
Pada tahun 1984 pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan
Menteri Koperasi dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
51/M/SKB/III/84-0518/P/1984 untuk mengembangkan koperasi sekolah
bagi Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan. Koperasi Sekolah ini berperan
untuk dijadikan tempat praktik untuk menumbuhkan kader koperasi sejak
dini.

f. Koperasi Angkutan
Koperasi Angkutan adalah koperasi yang berperan di bidang usaha
jasa transportasi di perkotaan seperti angkutan kota, bus, dan taksi. Pada
awal pendirinannya koperasi ini memanfaatkan fasilitas kredit koperasi
kepada anggotanya. Pada saat itu dikenal nama angkutan Kopaja, Kobutri,
Kosti Jaya, dan masih banyak lagi. Selain angkutan darat terdapat
angkutan laut yaitu Koperasi Pelayaran Rakyat (Kopelra) terdiri dari 39
Kopelra pada tahun 1984 dengan jumlah armada perahu sebanyak 399
unit, bahkan di NTB terdapat Koperasi Angkutan Penyebrangan Kapal
Ferry yang menghubungkan Bali dan NTB.

g. Koperasi Jasa Audit


Selain itu pada tahun 1983 berdiri Koperasi Jasa Audit yang
tersebar di berbagai kabupaten. Sebelum berdirinya koperasi ini, pertama
kali dirintis tahun - tahun sebelumnya oleh gerakan koperasi Ikatan
Akuntansi Indonesia dan pemerintah yang bekerja sama dengan Friederich
Ebbert Stiftungyaitu sebuah yayasan friedrich ebert yang diawali dengan
membentuk Pusat Akuntansi Usaha (PAU). Adapun peran yang dijalankan
oleh koperasi ini adalah usaha jasa audit tingkat regional dan tingkat
nasional.

Dari uraian yang telah dijelaskan menunjukan selama masa orde baru
terbukti bahwa perkembangan koperasi masih termasuk kedalam perkembangan
koperasi negara berkembang. Hal ini terlihat bahwa selama masa orde baru
perkembangan koperasi yang paling menonjol adalah KUD, yang mana dalam
9

perkembangan KUD sendiri banyak campur tangan atau peran dari pemerintah
baik melalui suatu kebijakan maupun program pemerintah yang dijalankan KUD,
sehingga pada akhirnya koperasi (KUD) dapat dikatakan sebagai alat dari
pemerintah untuk melaksanakan program-program pemerintah seperti pengadaan
pangan dan penyaluran pupuk. Meskipun pada masa orde baru masih terdapat
beberapa koperasi yang dibentuk dan dikembangkan berdasarkan inisiatif
masyarakat seperti Koperasi Kredit, Koperasi Sekolah, Koperasi Asuransi,
Koperasi Karyawan, Koperasi Angkutan, dan Koperasi Jasa Audit.
Selanjutnya pada tahun 1992 dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 Tentang Perkoperasian untuk menggantikan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1967 yang telah berjalan lebih kurang 25 tahun. Undang-undang yang
baru ini diantaranya mengatur batasan peran pemerintah, sehingga peran
pemerintah tidak lagi memberikan intervensi kepada koperasi dan fungsi
pengawasan dihilangkandan.
10

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada pembahasan makalh ini adalah sebagai
berikut:
 Tahun 1966 merupakan pergantian masa pemerintahan kepada
pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Soeharto. Pada masa orde
baru ini perkembangan koperasi masih termasuk kedalam perkembangan
koperasi negara berkembang, walaupun terdapat beberapa koperasi yang
berkembang berdasarkan inisiatif masyarakatnya.
 Selama masa orde baru peran koperasi yang paling menonjol adalah dari
Koperasi Unit Desa (KUD), namun dalam penerapannya KUD sendiri
banyak campur tangan atau peran dari pemerintah baik melalui suatu
kebijakan maupun program pemerintah yang dijalankan KUD, sehingga
pada akhirnya koperasi (KUD) dapat dikatakan sebagai alat dari
pemerintah untuk melaksanakan program-program pemerintah seperti
pengadaan pangan dan penyaluran pupuk. Meskipun pada masa orde baru
masih terdapat beberapa koperasi yang dibentuk dan dikembangkan
berdasarkan inisiatif masyarakat seperti Koperasi Kredit, Koperasi
Sekolah, Koperasi Asuransi, Koperasi Karyawan, Koperasi Angkutan, dan
Koperasi Jasa Audit.

3.2 Saran
Diperlukan upaya penyuluhan, pendidikan dan pelatihan koperasi untuk
menumbuhkan kesadaran anggota koperasi dalam berpartisipasi meningkatkan
modal, menumbuhkan generasi baru yang mengerti tentang koperasi, memajukan
usaha koperasi dan meningkatkan kerja sama antara semua koperasi.
11

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, N. 2016. Pertanian Padi Provinsi Jawa Timur pada Masa Gubernur
Soelarso tahun 1988-1993, e-journal Pendidikan Sejarah, Volume 4 No 2,
Juli 2016.

Firdaus, M. 2002. Perkoprasian Sejarah, Teori dan Praktek. Bogor: Ghalia.

Maulana, M. I. 2016. Analisis Perkembangan Koperasi di Indonesia dibandingkan


dengan Negara-Negara Maju dalam Perspektif Ekonomi Politik. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Mufti, H. R. 2009. Kebijakan Pangan, FIB UI.

Soedjono, I dkk. 1997. Koperasi di Tengah Arus Liberalisasi Ekonomi. Jakarta:


Yayasan Formasi.

Soesilo, H. M. I. 2008, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia, Jakarta: PT


Wahana Semesta Intermedia.

Solihin, A dan E. P. Lestari, Sejarah Koperasi, Modul 1. Diakses dari


https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=2ahUKEwjzm5TIp53
gAhXBLo8KHbi6DX8QFjAJegQIBRAC&url=http%3A%2F
%2Frepository.ut.ac.id%2F3973%2F1%2FESPA4323-
M1.pdf&usg=AOvVaw1XAANrZsksbJs14mRgYFAb

Susilo, E. 2013. Peran Koperasi Agribisnis dalam Ketahanan Pangan di Indonesia,


E-Journal UNISNU: Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Volume 10 No
1, Maret 2013, hal 95-104.

Zain, M. A. 2015. Politik Hukum Koperasi di Indoensia (Tinjauan Yuridis Historis


Pengaturan Perkoperasian di Indonesia), Jurnal Penelitian Hukum, Volume
2, Nomor 3, November 2015, Hal 160-177.

Anda mungkin juga menyukai