Anda di halaman 1dari 10

RESUME MATERI BAB 6

ANALISIS RASIO KEUANGAN KOPERASI SYARIAH

Nama Anggota Kelompok 11:

1) Aprilia Eka Putri (205221191)


2) Rosad Dina Nur Cahya (205221255)

A. Definisi Koperasi Syariah


Koperasi syariah pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1984 yang
kemudian terus berkembang baik dalam bentuk BMT maupun dalam bentuk lainnya.
Konsep dan filosofi syariah pada koperasi syariah yaitu adanya prinsip profit and loss
sharing yang melarang penerapan bunga dalam semua transaksi keuangan. Koperasi
syariah atau yang sering disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Menurut
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS) merupakan lembaga koperasi yang melakukan kegiatan usaha
pembiayaan, investasi dan simpanan berdasarkan pola syariah yang perlu dikelola
secara professional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesarbesarnya kepada
anggota dan masyarakat di sekitarnya. Munculnya jenis koperasi ini berawal dari
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor:
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi
syariah.

B. Fungsi dan Peran Koperasi Syariah


1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya guna meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonominya.
2) Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih amanah,
profesional (fathanah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) didalam
menerapkan prinsip- prinsip ekonomi Islam dan prinsip-prinsip syariah Islam.
3) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
4) Sebagai mediator antara penyandang dana dan pengguna dana, sehingga
tercapai optimalisasi pemanfaatan harta.
5) Menguatkan kelompok-kelompok anggota sehingga mampu bekerja sama
melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6) Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7) Menumbuhkembangkan usaha-usaha produktif anggota.

C. Prinsip Koperasi Syariah


1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2) Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilak- sanakan secara konsisten
dan konsekuen (istiqomah)
3) Pengelolaan dilakukan secara transparan dan professional
4) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota
5) Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan profesional menurut
sistem bagi hasil.
6) Jujur, amanah dan mandiri
7) Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi, dan sumber
daya informasi secara optimal.
8) Menjalin dan menguatkan kerja sama diantara anggota, antar koperasi serta
dengan atau lembaga lainnya.

D. Ketentuan Umum Laporan Keuangan


1) PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Pedoman akuntansi koperasi sebelumnya diatur dalam PSAK 27 Tahun
2009, namun karena PSAK 27 sudah dicabut oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan dengan alasan sebagai dampak konverensi IFRS (International
Financial Reporting Standards) yang mengakibatkan PSAK yang berbasis
industri harus diganti dengan PSAK lainnya.
2) Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 14/Per/M. KUKM/XII/2015
tentang Pedoman Akuntansi Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
oleh Koperasi.

E. Laporan Keuangan Koperasi Syariah


1) Neraca
2) Laporan Perhitungan Hasil Usaha
3) Laporan Perubahan Ekuitas
4) Laporan Arus Kas
5) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS
6) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
7) Catatan Atas Laporan Keuangan

F. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Syariah


Dalam mengukur kesehatan Koperasi Syariah ada dua faktor utama yang
dijadikan tolak ukur, yaitu faktor keuangan dan faktor non keuangan. Faktor
keuangan diukur secara kuantitatif melalui analisis rasio keuangan atas laporan
keuangan. Sedangkan faktor non-keuangan diukur secara kualitatif yang meliputi
aspek Manajemen dan aspek Kepatuhan Syariah. Berdasarkan Peraturan Deputi
Bidang Pengawasan Kemenkop RI No. 07 Tahun 2016 tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan KSPPS/USPPS menjelaskan bahwa ruang lingkup penilaian kesehatan
Koperasi Syariah mencakup 8 aspek permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jati diri koperasi, dan
prinsip syariah. Dari 8 aspek tersebut, 2 diukur secara kualitatif yaitu aspek
manajemen dan aspek kepatuhan syariah, sedangkan 6 sisanya diukur secara
kuantitatif melalui rasio keuangan yang angkanya bersumber dari laporan keuangan.
Semua aspek tersebut menghasilkan skor masing-masing yang nantinya akan
dijumlah secara keseluruhan kemudian dapat ditetapkan predikatnya.
Berikut ini 6 rasio keuangan untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan
koperasi syariah yang harus dipahami oleh manajemen koperasi syariah.
1) Rasio Permodalan
 Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan KSPPS/USPPS
Koperasi dalam menghimpun modal sendiri dibandingkan dengan aset yang
dimiliki. Pada KSPPS/USPPS Koperasi rasio ini dianggap sehat apabila
nilainya maksimal 20%, artinya bahwa KSPPS/USPPS Koperasi telah mampu
menumbuhkan kepercayaan anggotanya, untuk menyimpan dana pada
KSPPS/USPPS Koperasi.
Modal Sendiri/ Total Aset
Keterangan:
Modal Sendiri pada koperasi syariah terdiri dari: Simpanan Pokok, Simpanan
Wajib, dan Cadangan.

Penetapan Kriteria Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset

Rasio Nilai Kredit Bobot Skor (NK Kriteria


(%) (NK) (%) x Bobot)
0 0 5 0 0,00 – 1,25 Tidak sehat
5 25 5 1,25 1,26 – 2,50 Kurang sehat
10 50 5 2,50 2,51 – 3,75 Cukup sehat
15 75 5 3,75 3,76 – 5,00 Sehat
20 100 5 5,00

 Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR)


Penggunaan rasio ini dimaksudkan agar para pengelola KSPPS/USPPS
Koperasi melakukan pengembangan usaha yang sehat dan dapat menanggung
risiko kerugian dalam batas-batas tertentu yang dapat diantisipasi oleh modal
yang ada. Perhitungan rasio CAR diperoleh dengan cara membandingkan
Modal Tertimbang terhadap nilai ATMR dikalikan 100%. Modal Tertimbang
adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen modal koperasi syariah yang
terdapat pada laporan posisi keuangan dengan bobot pengakuan risiko.
Sedangkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah hasil perkalian
nilai nominal aktiva yang ada dalam laporan posisi keuangan dengan bobot
risiko masing-masing komponen aktiva.
Menurut surat Edaran Bank Indonesia yang berlaku saat ini sebuah
lembaga keuangan dikatakan sehat apabila nilai CAR mencapai 8% atau lebih.
Artinya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dijamin oleh modal
sendiri (modal inti) dan modal lain yang memiliki karakteristik sama dengan
modal sendiri (modal pelengkap) sebesar 8% dapat diartikan Koperasi Syariah
memiliki modal yang cukup untuk mengantisipasi risiko kerugian di masa
depan.
CAR = Modal Tertimbang / ATMR
Keterangan:
Modal Tertimbang adalah Modal Sendiri dikali 100%, dan Modal Pelengkap
dikali 50% yang terdiri dari: Modal Penyertaan dan SHU Belum Dibagi.
ATMR adalah Aset Tertimbang Menurut Risiko

Penetapan Kriteria Rasio Kecukupan Modal

Rasio Nilai Kredit Bobot Skor (NK Kriteria


(%) (NK) (%) x Bobot)
<6 25 5 1,25 Tidak sehat
6 - <7 50 5 2,50 Kurang sehat
7 - <8 75 5 3,75 Cukup sehat
>8 100 5 5,00 Sehat

2) Rasio Kualitas Aktiva Produktif


 Rasio tingkat piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap jumlah
piutang dan pembiayaan atau yang biasa disebut Non-Performing
Financing (NPF)
Untuk mengukur piutang dan pembiayaan bermasalah dibandingkan
dengan piutang dan pembiayaan. Semakin kecil rasio piutang dan pembiayaan
bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan terhadap pinjaman yang
diberikan, maka semakin tinggi nilai kreditnya atau kualitasnya semakin baik.
Artinya, semakin baik kualitas pinjaman yang diberikan. Kategori optimal
piutang dan pembiayaan bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan adalah
kurang dari 5%.
NPF = Total Pembiayaan Bermasalah / Total Pembiayaan
Keterangan:
Pembiayaan Bermasalah adalah pembiayaan yang secara kolektabilititas
masuk kategori Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

Penetapan Kriteria Rasio Pembiayaan dan Piutang Bermasalah

Rasio Nilai Kredit Bobot Skor Kriteria


(%) (NK) (%)
>12 25 10 2,25 0 - <2,50 Tidak lancar
9 -12 50 10 5,00 2,50 - <5,00 Kurang lancar
5–8 75 10 7,50 5,00 - <7,50 Cukup lancar
<5 100 10 10,00 7,50 – 10,00 Lancar

 Rasio Portofolio terhadap piutang berisiko dan pembiayaan berisiko


PAR (Portfolio Asset Risk)
Untuk mengukur perbandingan antara jumlah piutang dan pembiayaan
bermasalah terhadap piutang dan pembiayaan yang dilihat dari kategori masa
waktu keterlambatan pembayaran semakin rendah nilai rasio ini maka semakin
baik kualitas rasionya. Kategori optimal rasio Cadangan Risiko Terhadap
Pinjaman Bermasalah adalah kurang dari 21%.
PAR = Jumlah Portofolio Beresiko / Jumlah Piutang dan Pembiayaan

Penetapan Kriteria Rasio Portofolio Pembiayaan Berisiko

Rasio Nilai Kredit Bobot Skor Kriteria


(%) (NK) (%)
>30 25 5 1,25 0,00 – <1,25 Sangat berisiko
26 – 30 50 5 2,50 1,26 – <2,50 Kurang
berisiko
21 - 25 75 5 3,75 2,51 – <3,75 Cukup berisiko
<21 100 5 5,00 3,76 – 5,00 Tidak berisiko

 Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap


penyisihan aktiva produktifyang wajib dibentuk (PPAPWD)
Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen
KSPPS/USPPSKoperasi menyisihkan pendapatannya untuk menutupi risiko
(penghapusan) aktiva produktif yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan dan
piutang. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik. Kategori optimal rasio
PPAP terhadap PPAPWD adalah 100%.
PPAP / PPAPWD
Penetapan Kriteria Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Rasio Nilai Kredit Bobot Skor Kriteria


(%) (NK) (%)
0 0 5 0 0 - <1,25 Macet
10 10 5 0,5 1,25 - <2,50 Diragukan
20 20 5 1 2,50 - <3,25 Kurang lancar
30 30 5 1,5 3,75 – 5,00 Lancar
40 40 5 2
50 50 5 2,5
60 60 5 3
70 70 5 3,5
80 80 5 4
90 90 5 4,5
100 100 5 5

3) Rasio Efisiensi
Menggambarkan sampai seberapa besar KSPPS/USPPS Koperasi
mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari
penggunaan aset yang dimilikinya, sebagai pengganti ukuran rentabilitas yang
untuk badan usaha koperasi dinilai kurang tepat.
 Rasio Biaya Operasional Terhadap Pelayanan
Merupakan perbandingan antara biaya operasional pelayanan terhadap
partisipasi bruto. Beban operasi anggota adalah beban pokok ditambah dengan
beban usaha bagi anggota di tambah beban perkoperasian. Semakin rendah
nilai rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto semain baik
nilai aspek efisiensi koperasi. Kategori optimal rasio biaya operasional
pelayanan terhadap partisipasi bruto adalah kurang dari 71%.
Biaya Operasional / Pelayanan Partisipasi Bruto

Rumus Penetapan Kriteria Biaya Operasional Pelayanan

Rasio Nilai Kredit Bobot Skor (NK Kriteria


(%) (NK) (%) x Bobot)
>100 25 4 1 Tidak efisien
86 – 100 50 4 2 Kurang efisien
71 – 85 75 4 3 Cukup efisien
<71 100 4 4 Efisien

 Rasio Aktiva Tetap Terhadap Total Aset


Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan
modal untuk mendanai aset tetap. Semakin rendah nilai aktiva tetap terhadap
total modal menunjukkan semakin baik nilai aspek efisiensi koperasi. Kategori
aktiva tetap terhadap total modal adalah lebih kecil atau sama dengan 25%.
Aset Tetap / Total Aset

Penetapan Kriteria Aktiva Tetap Terhadap Total Aset

Rasio Nilai Kredit Bobot Skor (NK Kriteria


(%) (NK) (%) x Bobot)
76 – 100 25 4 1 Tidak baik
51 -75 50 4 2 Kurang baik
26 – 50 75 4 3 Cukup baik
0 - 25 100 4 4 Baik

 Rasio Efisiensi Pelayanan


Untuk mengukur tingkat pelayanan karyawan pada pelanggannya.
Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara membandingkan antara biaya
karyawan dengan volume pembiayaan. Semakin rendah nilai rasio antara
biaya karyawan dengan volume pembiayaan menunjukkan semakin baik nilai
aspek efisiensi koperasi. Kategori optimal rasio efisiensi pelayanan adalah
kurang dari 5%.
Biaya Gaji dan Honor Karyawan / Jumlah Piutang dan Pembiayaan

Penetapan Kriteria Efisiensi Pelayanan

Rasio Nilai Kredit Bobot Skor (NK Kriteria


(%) (NK) (%) x Bobot)
<50 25 2 0,5 Tidak baik
50 – 74 50 2 1 Kurang baik
75 – 99 75 2 1,5 Cukup baik
>99 100 2 2 Baik

4) Rasio Likuiditas

5) Rasio Jati Diri Koperasi

6) Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan

Analisis Kinerja Non Keuangan

1) Aspek Manajemen

2) Aspek Kepatuhan Prinsip Syariah

Tingkat Kesehatan dari Koperasi Syariah

Anda mungkin juga menyukai