Kelas : Akuntansi 8A
NPM : 4317500023
Ternyata kasus Jiwasraya merupakan puncak gunung es yang beru mencuat. Jika dirunut
permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2000-an.
a. Perusahaan menerima kontribusi pendapatan tertinggi melalui produk saving plan. Tetapi,
produk yang ditawarkan melalui bank (banc assurance) ini menawarkan bunga tinggi
dengan tambahan manfaat asuransi. Tapi benefit yang ditawarkan ini tidak
mempertimbangkan biaya atas asuransi yang dijual.
b. Penunjukkan pejabat kepala pusat banc assurance pada SPV pusat banc assurance tidak
sesuai ketentuan. Serta pengajuan cost of fund langsung kepada direksi, tanpa melibatkan
divisi terkait dan tidak didasarkan pada dokumen perhitungan cost of fund dan review
usulan cost of fund.
c. Dalam pemasaran produk saving plan diduga terdapat konflik kepentingan karena pihak –
pihak terkait jiwasraya mendapat fee atas penjualan produk tersebut. Saat membeli saham
– saham dari perusahaan berkualitas rendahpun dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan.
Analisis pembelian dan penjualan saham tidak didasarkan atas data yang valid dan
objektif, jual beli saham juga dilakukan dalam waktu yang berdekatan untuk menghindari
pencatatan unrealized loss atau melakukan window dressing.
d. Selain itu jual beli saham dilakukan dengan cara negosisasi agar bisa memperoleh harga
yang diinginkan, serta kepemilikan atas saham tersebut melebihi batas maksimal, yakni di
atas 2,5 persen. Pihak yang diajak bertransaksi saham oleh manajemen Jiwasraya adalah
grup yang sama, sehingga diduga ada dana perusahaan dikeluarkan melalui grup tersebut.
e. Jiwasraya dalam rencana subscription reksadana tidak dilakukan secara memadai dan
diduga dibuat secara perkiraan agar manajer investasi terlihat seolah-olah memiliki
kinerja yang baik sehingga dapat dipilih oleh Jiwasraya untuk menempatkan investasi.
f. Investasi reksadana memiliki underlying saham-saham dan mtn (medium term notes)
berkualitas rendah dan transaksi pada saham-saham tersebut diindikasikan dilakukan oleh
pihak-pihak yang terafiliasi.
2. Pengendalian internalnya
Dalam kasus jiwasraya, perusahaan memiliki kelemahan dalam sistem pengendalian
internal dan manajemen risiko, diikuti dengan adanya kelalaian dari lembaga pengawas
(OJK). Hal ini mengakibatkan perusahaan mengalami gagal bayar yang membuat negara
dirugikan Rp13,7 triliun.
Ada beberapa saran perbaikan terkait Pengendalian Internal yang dapat diusulkan: