Anda di halaman 1dari 10

3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah

Lainnya addityarosyyi@gmail.com Dasbor Logout

Belajar Pajak Cepat dan Mudah


Cara Cepat Belajar PPh, PPN,

Monday, October 26, 2015 About Me

Anak Medan
Cara Mengisi Surat Setoran Pajak (SSP)
View my complete profile
Seperti yang sudah kita bahas pada post saya sebelumnya, salah satu kewajiban
perpajakan adalah melakukan penyetoran/pembayaran pajak. Blog Archive
Penyetoran/pembayaran pajak menggunakan sarana yang disebut Surat Setoran
▼ 2015 (4)

Pajak (SSP). Berdasarkan Peraturan Direktorat jenderal Pajak Nomor PER
38/PJ/2009 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Direktorat Jenderal ▼ October (4)

Pajak Nomor PER-24/PJ/2013 tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak, Cara
Mengisi
Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang Surat
telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara Setoran
lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk Menteri Keuangan. Pajak
(SSP)

Nah bagaimana bentuk SSP dan cara pengisiannya? Berikut akan kita bahas Pembayara
n Pajak
bersama.
Cara
Perhitun
Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak gan
Pajak
Formulir Surat Setoran Pajak biasanya dibuat 4 rangkap yaitu : Pengertian
dan
Jenis-
1. Lembar ke-1 untuk arsip Wajib Pajak Jenis
Pajak
2. Lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KKPN)
3. Lembar ke-3 untuk dilaporkan Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak
4. Lembar ke 4 untuk arsip Kantor Penerimaan Pembayaran

Jika diperlukan, SSP dapat dibuat dalam 5 rangkap, di mana Lembar ke -5 untuk
arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk satu jenis pajak untuk satu masa
pajak atau satu tahun pajak dengan menggunakan satu kode akun pajak dan satu
kode setoran pajak.
Misalnya kita mau PPh 21 atas gaji dan angsuran PPh 25 perusahaan bulan Oktober
2015.
Maka kita harus buat 2 jenis SSP yaitu satu untuk SSP PPh 21 dan satu lagi untuk
SSP Angsuran PPh 25.

Bagaimana, kira-kira sudah paham kan? Sekarang kita akan mulai mengisi SSP..

Petunjuk Pengisian Surat Setoran Pajak

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 1/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah

Formulir Surat Setoran Pajak

Sekarang kita akan mulai mengisi dari setiap bagian formulir SSP.

NPWP, Nama WP dan Alamat

1. NPWP diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak


2. Nama WP diisi dengan nama Wajib Pajak
3. Alamat diisi dengan alamat sesuai yang tercantum dalam Surat Keterangan
Terdaftar

Catatan : Bagi Wajib Pajak yang bemum memiliki NPWP

1. NPWP diisi : untuk WP Badan diisi dengan 01.000.000.0-XXX.000, dan


Orang Pribadi diisi dengan 04.000.000.0-XXX.000
2. XXX diisi dengan Nomor Kode KPP Domisili pembayar pajak
3. Nama dan alamat diisi dengan lengkap sesuai dengan KTP atau identitas
lainnya yang sah

Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran

1. Kode akun pajak diisi dengan angka kode akun pajak untuk setiap jenis pajak
yang akan dibayar atau disetor
2. Kode jenis setoran diisi dengan angka dalam kolom "Kode Jenis Setoran"
untum setiap jenis pajak yang akan dibayar atau disetor

Catatan : Kedua Kode harus diisi dengan benar dan lengkap agar kewajiban
perpajakan yang telah dibayar dapat diadministrasikan dengan tepat

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 2/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah

Uraian Pembayaran

Diisi sesuai dengan uraian dalam kolom " Jenis Setoran"yang berkenaan dengan
kode MAP.

Masa Pajak

Diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa pajak
yang disetor atau dibayar. Jika pembayaran lebih dari satu masa pajak, maka
menggunakan satu SSP untuk setiap satu masa.

Tahun Pajak

Diisi tahun terutangnya pajak.

Nomor Ketetapan

Diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat ketetapan pajak (SKPKB,
SKPKBT) atau Surat Taguhan Pajak (STP) hanya apabila SSP digunakan untuk
membayar atau menyetor pajak yang kurang dibayar/disetor berdasarkan surat
ketetapan pajak atau STP.

Jumlah Pembayaran

Diisi dengan angka jumlah pajak yang dibayar atau disetor dalam rupiah penuh.
Jika pembayaran pajak menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat ( bagi
Wajib Pajak yang diwajibkan melakukan pembayaran dalam mata uang USD), diisi
dengan lengkap sampai sen.

Terbilang diisi dengan jumlah pajak yang dibayar atau disetor dengan
menggunakan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia.

Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 3/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah

Diisi tanggal penerimaan pembayaran atau penyetoran pajak oleh Kantor Penerima
Pembayaran (Bank Persepsi/ Devisa Persepsi atau PT Pos Indonesia) tanda tangan
dan nama jelas petugas penerima pembayaran atau setoran, serta cap/stempel
Kantor Penerima Pembayaran.

Wajib Pajak/Penyetor

Diisi tempat dan tanggal pembayaran atau penyetoran, tanda tangan dan nama
jelas Wajib Pajak penyetor.

Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran

Diisi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank
(NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP), hanya oleh Kantor Penerima Pembayaran
yang telah mengadakan kerja sama Modul Penerimaan Negara (MPN) dengan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Nah demikian cara pengisian SSP.


Sekarang sudah tahu cara mengisi SSP kan?
Semoga bisa membantu..

Posted by Anak Medan at 11:39 PM No comments:

Labels: Cara Mengisi SSP, Petunjuk Pengisian SSP, SSP, Surat Setoran Pajak

Thursday, October 22, 2015

Pembayaran Pajak
Sebagai lanjutan dari pelajaran kita sebelumnya yaitu cara menghitung pajak, hal
yang kita lakukan terkait kewajiban perpajakan kita adalah membayar pajak.
Dalam pembayaran pajak hal yang perlu kita ingat adalah jatuh tempo pembayaran
pajak dan sarana pembayarannya.

Untuk masing-masing jenis pajak ada jatuh tempo atau batas terakhir pembayaran.
Jika telat bayar pajak maka akan dikenakan denda atau sanksi administrasi sesuai
ketentuan perpajakan yang berlaku. Sedangkan sarana pembayaran pajak
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).

Untuk lebih ringkasnya, berikut saya buatkan tabel batas waktu pembayaran pajak.

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 4/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah

Sanksi Keterlambatan Penyetoran dan Pembayaran Pajak

Jika Wajib Pajak membayar pajak tidak tepat pada waktunya, maka akan
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% dari pokok pajak per
bulan. Atas bunga keterlambatan tersebut maka kantor pajak akan menerbitkan
Surat Tagihan Pajak (STP) yang harus dilunasi 1 bulan setelah tanggal diterbitkan.

Contoh :
PT A melakukan kewajiban penyetoran PPh 21 bulan September 2015 sebesar Rp
20.000.000 pada tanggal 12 Oktober 2015.
Maka atas PT akan dikenakan sanksi keterlambatan yaitu : 2%* Rp 20.000,000 =
Rp 400.000.

Posted by Anak Medan at 1:30 AM No comments:

Labels: Cara Bayar Pajak, Cara isi SSP, Cara Pengisian SSP, Sanksi Telat Bayar Pajak, Surat Setoran
Pajak

Wednesday, October 21, 2015

Cara Perhitungan Pajak


Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, sistem perpajakan di Indonesia
menganut sistem self assesment, di mana Wajib Pajak menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Sebagai salah satu kewajiban perpajakan, menghitung besarnya pajak terutang


perlu kita ketahui : jenis pajak yang akan dibayar, tarif pajaknya dan dasar

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 5/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah
pengenaan pajaknya (DPP). Di samping itu, kita juga harus bisa membedakan
Wajib Pajak Orang Pribadi (individu) dengan Wajib Pajak Badan (perusahaan).

Nah, berikut saya akan memberikan contoh perhitungan pajak :

CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI
Si A adalah Pengusaha Warung Makan di Jogjakarta yang memiliki penjualan pada
tahun 2010 sebesar Rp180.000.000,-. Si A statusnya kawin dan mempunyai 2
(dua) orang anak. Si A menyelenggarakan pencatatan untuk menghitung pajaknya.
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar sebagai angsuran dalam
tahun berjalan dihitung sebagai berikut:

Jumlah peredaran setahun Rp180.000.000,-


Presentase penghasilan norma (lihat daftar presentase norma) = 20%
Penghasilan neto setahun = 20% x Rp 180.000.000,- = Rp 3.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak = penghasilan neto dikurangi PTKP Rp
36.000.000,- – Rp 19.800.000,- = Rp 6.200.000,-
Pajak Penghasilan yang terutang : 5% x Rp 6.200.000,- = Rp 310.000,-
PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar si A setiap bulan: Rp
310.000,- : 12 = Rp 25.833,-

CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK


BADAN
Koperasi Unit Desa A bergerak dibidang simpan pinjam. Pada tahun 2010 memiliki
penerimaan bruto dalam setahun sebesar Rp 500.000.000,- dan seluruh biaya-
biaya yang berkaitan dengan usaha (sesuai ketentuan perpajakan) sebesar Rp
4.250.000.000,-.

Dengan demikian, penghasilan netonya adalah : Rp 500.000.000,- – Rp


425.000.000,- = Rp 75.000.000,-
Pajak Penghasilan yang terutang : Rp75.000.000,- x 25% x 50% =
Rp9.375.000,-
Tarif 50% di atas dikarenakan Koperasi Unit Desa A mendapat fasilitas.
PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar KUD A setiap bulan:
Rp9.375.000,- : 12 = Rp781.250,-

CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB


ORANG PRIBADI
Si A adalah pengusaha restoran (UMKM) di Jakarta yang tergolong sebagai Wajib
Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dan menggunakan pencatatan dalam
penghitungan besarnya PPh.

Jumlah peredaran usaha (omzet) selama setahun adalah Rp


510.500.000,-
PPh Pasal 25 (WP OPPT) yang sudah dilunasi (0,75 x Rp 510.500.000,-)
adalah Rp 3.828.750,-
Setelah dihitung PPh yang terutang selama setahun adalah Rp
10.975.750,-
PPh Pasal 29 yang harus dilunasi oleh si A adalah sebesar : Rp
10.975.750,- – Rp 3.828.750,- = Rp 7.147.000,-

CONTOH PENGHITUNGAN PELUNASAN PPh PASAL 29 WAJIB PAJAK


BADAN
Koperasi Unit Desa A, setelah menghitung PPh terutang tahun pajak 2010
diketahui PPh terutang setahun sebesar Rp 12.000.000,-.

Angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2010 (12 bulan) sebesar : Rp


781.250,- x 12 = Rp 9.375.000,-
PPh Pasal 29 yang harus dilunasi oleh KUD A adalah sebesar : PPh yang
terutang – angsuran PPh Pasal 25 Rp12.000.000, – Rp9.375.000,- =
Rp2.625.000,00

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS


GAJI KARYAWAN
Polan (tidak kawin) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Koperasi,
menerima gaji Rp 1.700.000,-/bulan, tunjangan beras Rp 300.000,-/bulan.
Penghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Penghasilan bruto : (1.700.000,- + 300.000,-) = Rp 2.000.000,-

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 6/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah
Biaya jabatan : (5% x Rp 2.000.000) = Rp 100.000,-
Iuran pensiun : = Rp 100.000,-
Penghasilan neto sebulan = Rp 1.800.000,-
Penghasilan neto setahun : (12 x Rp 1.800.000,-) = Rp 21.600.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak(TK/-) = Rp 15.840.000,-
Penghasilan Kena Pajak = Rp 5.760.000,-
PPh Pasal 21 setahun : 5% x Rp5.760.000,- = Rp 288.000,-
PPh Pasal 21 sebulan : Rp288.000,- : 12 = Rp 24.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ATAS


GAJI KARYAWAN
Polan (kawin tanpa tanggungan) yang telah memiliki NPWP adalah karyawan Tuan
A (UMKM) yang telah ditunjuk KPP sebagai pemotong PPh Pasal 21 , menerima
gaji Rp 2.000.000,-/bulan, Penghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Penghasilan bruto : (2.000.000,- ) = Rp 2.000.000,-


Biaya jabatan : (5% x Rp 2.000.000) = Rp 100.000,-
Iuran pensiun : = Rp 100.000,-
Penghasilan neto sebulan = Rp 1.800.000,-
Penghasilan neto setahun : (12 x Rp 1.800.000,-) = Rp 21.600.000,-
Penghasilan Tidak Kena Pajak(TK/-) = Rp 17.160.000,-
Penghasilan Kena Pajak = Rp 4.440.000,-
PPh Pasal 21 setahun : 5% x Rp 4.440.000,- = Rp 222.000,-
PPh Pasal 21 sebulan : Rp 222.000,- : 12 = Rp 18.500,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 22 ATAS


PEMBELIAN BAHAN-BAHAN UNTUK KEPERLUAN INDUSTRI
Polin adalah UMKM perseorangan (memiliki NPWP) yang telah ditunjuk KPP
sebagai pemungut PPh Pasal 22, membayar Rp10.000.000,- untuk pembelian kayu
dari pedagang pengumpul. Besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Polin :
Rp10.000.000,- x 0,25 = Rp25.000,-

CONTOH PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 22 ATAS


IMPOR BARANG
CV Polan (badan memiliki NPWP) melakukan import barang dengan nilai impor
Rp50.000.000,-. CV Polan tidak mempunyai Angka Pengenal Impor (API).
Besarnya PPh Pasal 22 yang harus disetor oleh CV Polan : Rp50.000.000,- x 7,5% =
Rp3.750.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 23 ATAS


JASA TERTENTU (SERVICE MESIN ATAU KOMPUTER)
PT Polan (badan memiliki NPWP) membayar ke perusahaan yang bergerak di
bidang service komputer dengan nilai jasa Rp5.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 23
yang harus dipotong PT Polan : Rp5.000.000,- x 2% = Rp100.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 23 ATAS


JASA TERTENTU (SERVICE MESIN ATAU KOMPUTER)
PT Polan (badan memiliki NPWP) menerima penghasilan dari PT Delta karena
memberikan jasa cleaning service dengan nilai kontrak Rp50.000.000,-. Besarnya
penghasilan yang diterima PT Polan tersebut yang harus dipotong PPh Pasal 23
oleh PT Delta adalah sebagai berikut : Rp50.000.000,- x 2% = Rp1.000.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 26 ATAS


PENGHASILAN TERTENTU (ROYALTI)
PT Polan (badan) membayar royalty ke perusahaan yang berada di luar negeri
dengan jumlah Rp100.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 26 yang harus dipotong PT
Polan : Rp100.000.000,- x 20% = Rp20.000.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4 AYAT


(2) ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN ATAU
BANGUNAN
CV Polan (badan memiliki NPWP) membayar kepada Tuan A sebesar
Rp10.000.000,-. atas sewa toko. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong
CV Polan : Rp10.000.000,- x 10% = Rp1.000.000,-

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 7/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah
CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4 AYAT
(2) ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
CV Polan (badan memiliki NPWP) menerima penghasilan atas jasa kosntruksi yang
diserahkannya ke Dinas Pendidikan kota A sebesar Rp500.000.000,-. Besarnya
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong Dinas Pendidikan Kota A atas
penghasilan yang diterima CV Polan : Rp500.000.000,- x 2% = Rp10.000.000,-

CONTOH PENYETORAN SENDIRI DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 4


AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH DAN ATAU BANGUNAN
Tuan Bonar (perseorangan memiliki NPWP) menerima penghasilan atas
penjualahan tanah berikut bangunannya sebesar Rp1.000.000.000,-. Besarnya
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus disetor sendiri oleh Tuan B atas penghasilan yang
diterimanya : Rp1.000.000.000,- x 5% = Rp50.000.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 15 ATAS


PENGHASILAN SEWA KAPAL MILIK PERUSAHAAN PELAYARAN
DALAM NEGERI
CV Polan (badan memiliki NPWP) membayar kepada PT C yang merupakan
perushaan pelayaran sebesar Rp50.000.000,-. Atas sewa kapal (charter). Besarnya
PPh Pasal 15 yang harus dipotong oleh CV Polan :Rp50.000.000,- x 1,2% =
Rp600.000,-

CONTOH PENYETORAN SENDIRI DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL


15 ATAS PENGHASILAN DARI USAHA PELAYARAN
CV Utama (badan) memiliki usaha perkapalan dan menerima penghasilan atas
sewa kapal selama sebulan dari perseorangan (bukan pemotongan) sebesar
Rp10.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 15 yang harus disetor sendiri oleh CV Utama
atas penghasilan yang diterimanya :Rp10.000.000,- x 1,2% = Rp120.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS


PENJUALAN BARANG KENA PAJAK
CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) menyerahkan (menjual) Barang Kena
Pajak berupa Alatalat tulis kepada pembelinya seharga Rp2.000.000,-. Besarnya
PPN yang harus dipungut oleh CV Polan dari pembeli: Rp2.000.000,- x 10% =
Rp200.000,- Sehingga total yang ditagih CV Polan kepada pembelinya :
Rp2.000.000,- + Rp200.000,- =Rp2.200.000,-

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS


PENJUALAN BARANG KENA PAJAK KEPADA KANTOR
PEMERINTAHAN (PEMUNGUT PPN)
CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) menyerahkan jasa catering kepada
Bendahara Kementerian Keuangan dengan kontrak harga Rp20.000.000,-.
Besarnya PPN yang harus dipungut oleh CV Polan dari pembeli (Kementrian
Keuangan): Rp20.000.000,- x 10% = Rp2.000.000,- Sehingga total yang ditagih
CV Polan kepada Bendahara Kementerian Keuangan: Rp2.000.000,- +
Rp200.000, =Rp2.200.000,- Namun karena Bendahara Kementerian Keuangan
ditunjuk sebagai pemungut, maka PPN yang ditagih CV Polan (sebesar
Rp200.000), disetor sendiri oleh Bandahara Kementerian Keuangan tersebut ke
bank atau kantor pos

CONTOH PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PPN ATAS


PEMBELIAN BARANG KENA PAJAK ATAU JASA KENA PAJAK
CV Polan (sudah dikukuhkan sebagai PKP) membeli mesin cetak (Barang Kena
Pajak) dari PT Bagus (PKP) seharga Rp50.000.000,-. Besarnya PPN yang harus
dibayar oleh CV Polan dari pembeli: Rp50.000.000,- x 10% = Rp5.000.000,-
Sehingga total yang dibayar CV Polan kepada PT bagus : Rp50.000.000,- +
Rp5.000.000,- =Rp55.000.000,-

Posted by Anak Medan at 11:04 PM No comments:

Labels: Cara Hitung Pajak, Cara Hitung PPh Pasal 25, Cara Hitung PPN dan PPnBM, Perhitungan
Pajak, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh pasal 26, PPh Pasal 29

Pengertian dan Jenis-Jenis Pajak

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 8/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah
Pengertian Pajak

Pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara oleh rakyat baik
Orang Pribadi maupun Badan yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-
Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.

Dalam menjalankan kewajiban perpajakan, Indonesia menganut sistem self


assesment di mana wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang. Sementara dari
sisi pemerintah dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban memberikan
bimbingan/penyuluhan, pelayanan dan pengawasan.

Untuk ringkas ada poin penting yang harus anda ingat dari pengertian pajak yaitu :
kontribusi wajib kepada negara, dapat dipaksakan berdasarkan Undang-Undang,
tidak mendapatkan imbalan secara langsung, dan yang terakhir digunakan untuk
keperluan negara demi kemakmuran rakyat.

Jenis-Jenis Pajak

Selama ini mungkin anda sering mendengar istilah pajak seperti PPh, PPN,
BPHTB, Pajak Reklame atau PBB. Namun, dalam prakteknya banyak orang yang
bingung dalam menerapkan jenis pajak karena banyaknya jenis pajak tersebut.
Misalnya ketika kita membeli barang atau belanja di supermarket, dalam struk
pembelian terdapat PPN 10%. Ketika makan di restoran, kita juga akan melihat ada
pajak PB1 10% dalam bill nya. Meskipun tarif pajak tersebut sama 10%, tapi jenis
pajak tersebut tidaklah sama.

Nah, untuk memudahkan kita membedakannya pajak di Indonesia dapat


dikelompokkan menjadi dua berdasarkan lembaga pemungutnya yaitu Pajak
Pusat dan Pajak Daerah.
Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola/dipungut oleh Pemerintah Pusat,
dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Kementerian
Keuangan. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola/dipungut
oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Dalam menjalankan proses administrasinya, segala yang berkaitan dengan Pajak


Pusat dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak serta Kantor Pusat DJP. Dan untuk Pajak Daerah, dalam proses
administrasinya dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) atau
Kantor Pajak Daerah atau kantor sejenis yang dibawahi oleh Pemerintah Daerah
Setempat.

Nah berarti udah paham ya sekarang. Jadi kalau kita mau mengurus Pajak Pusat
kita pergi ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan kalau mengurus yang berkaitan
dengan Pajak Daerah, tempatnya adalah di Kantor Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda).

Sekarang kita akan belajar pajak apa saja yang dikelola Pemerintah Pusat dan Pajak
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pajak Pusat yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari :

1. Pajak Penghasilan (PPh)


2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
4. Bea Materai (BM)
5. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Sementara Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah terdiri dari :

1. Pajak Provinsi, meliputi : Pajak Kenderaan Bermotor, Bea Balik Nama


Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air
Permukaan, Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota, meliputi : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air tanah, Pajak Sarang Burung

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 9/10
3/6/2019 Belajar Pajak Cepat dan Mudah
Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan , Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan.

Posted by Anak Medan at 3:19 AM No comments:

Labels: Defenisi Pajak, Jenis-jenis Pajak, Pajak Daerah, Pajak Pusat, Pengertian Pajak

Home

Subscribe to: Posts (Atom)

Simple theme. Theme images by luoman. Powered by Blogger.

http://belajarmahirpajak.blogspot.com/ 10/10

Anda mungkin juga menyukai