Anda di halaman 1dari 31

Rabu, 07 Oktober 2020

RINGKASAN MATERI PERKULIAHAN

PERPAJAKAN II

SAP III

Kelompok 3

I Putu Pradnyana Ekawan Putra (15/1907531090)


Luh Putu Suwitri Sastradewi (16/1907531095)

REGULER BUKIT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2020
Surat Pemberitahuan Pajak
1. Formulir SPT
- SPT Tahunan
SPT Tahunan merupakan laporan pajak yang disampaikan satu tahun sekali (tahunan)
baik oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi, yang berhubungan dengan
perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan, dan/atau bukan
objek pajak penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk
satu tahun pajak, atau bagian dari tahun pajak. Berikut jenis-jenis formulir SPT Tahunan
a. Formulir 1770
Formulir SPT 1770 diperuntikkan bagi wajib pajak yang memiliki penghasilan dari usaha
atau pekerjaan bebas, penghasilan dari satu atau lebih pemberi kejra, penghasilan yang
dikenakan PPh final, atau penghasilan dalam negeri maupun luar negeri lainnya.
b. Formulir 1770 S
Formulir SPT jenis 1770 S merupakan jenis SPT tahunan khusus untuk pribadi yang
memiliki penghasilan tahunan lebih dari Rp60 juta. Berbeda dengan formulir 1770 SS,
formulir jenis 1770 S ini digunakan untuk pegawai yang bekerja di dua atau lebih
perusahaan dalam kurun waktu satu tahun. Meski penghasilan bruto sang pegawai di
bawah Rp 60 juta per tahun, pegawai yang bekerja di lebih dari dua perusahaan tetap
melaporkan pajak dengan menggunakan formulir jenis ini
c. Formulir 1770 SS
Formulir SPT jenis 1770 SS adalah jenis SPT tahunan untuk perseorangan atau wajib
pajak dengan penghasilan tahunan kurang atau sama dengan Rp 60 juta. Formulir jenis
ini ditujukan untuk karyawan yang hanya bekerja pada satu perusahaan atau instansi dan
sudah bekerja minimal satu tahun. Jika wajib pajak berstatus sebagai karyawan atau
pegawai yang bekerja pada hanya satu perusahaan dengan penghasilan bruto tidak lebih
dari Rp 60 juta, dan tidak punya penghasilan lain selain bunga koperasi atau bunga bank,
maka wajib pajak cukup mengisi SPT 1770 SS
d. Formulir 1771
Formulir 1771 adalah formulir SPT tahunan PPh yang digunakan oleh wajib pajak badan
untuk melaporkan penghasilan, biaya dan perhitungan PPh terutang dalam jangka waktu
satu tahun pajak
- SPT Masa PPh
SPT Masa PPh merupakan dokumen yang digunakan untuk melapor pajak yang dipungut
dari hasil pendapatan ekonomi wajib pajak dan dilaporkan pada setiap masa pajak (setiap
bulan). Berikut jenis-jenis formulir SPT Masa PPh :
a. SPT Masa PPh Pasal 21/26
SPT Masa PPh Pasal 21/26, melaporkan tentang pajak penghasilan karyawan, dimana
pasal 21 mengatur karyawan Indonesia, dan pasal 26 mengatur karyawan asing yang
berdomisili di Indonesia. Batas waktu pembayaran jatuh pada tanggal 10 bulan
berikutnya, diikuti oleh batas akhir waktu lapor, yaitu tanggal 20.
b. SPT Masa PPh Pasal 22
SPT Masa PPh Pasal 22, melaporkan pajak yang dipungut bendaharawan
pemerintah berkenaan dengan penghasilan dari transaksi impor. Batas waktu
pembayaran jatuh pada hari berikut setelah pajak dipungut dan batas waktu lapor jatuh
pada hari kerja akhir minggu berikutnya.
c. SPT Masa PPh Pasal 23/26
SPT Masa PPh Pasal 23/26, sehubungan dengan pajak yang dipotong dari hasil transaksi
modal, seperti dividen, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan, sewa dan pendapatan
yang terkait dengan aset selain dari transaksi tanah dan bangunan dan jasa. Pasal 23
diperuntukkan untuk transaksi yang terjadi dengan wajib pajak Indonesia, pasal 26
dengan orang asing atau Badan Usaha Tetap milik asing. Batas waktu pembayaran jatuh
pada tanggal 10 bulan berikutnya dan batas waktu melapor pada tanggal 20.
d. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2),
SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2), sehubungan dengan pajak yang dipotong dari
penghasilan yang dipotong dari bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, bunga simpanan yang dibayarkan koperasi, hadiah undian,
transaksi saham dan sekuritas lainnya, serta transaksi lain sebagaimana diatur dalam
peraturannya. Batas waktu pembayaran jatuh pada tanggal 10 bulan berikutnya, diikuti
tanggal 20 dimana merupakan batas waktu pelaporan.
2. Mengisi SPT
- SPT Tahunan
 SPT 1770

a. Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan benar,
lengkap, jelas dan menandatanganinya.
b. Dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai Rupiah, harus tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (bukan
10.000.000,00) atau dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh
sen adalah: 125 (bukan 125,50).
c. Pengisian pada lembar 1770
i. Bagian Tahun Pajak
1. Pada kolom Tahun Pajak diisi dengan tahun pajak yang sesuai.Kotak SPT
Pembetulan diisi dengan tanda silang (X) dan kolom Ke- ... diisi dengan angka
banyaknya melakukan pembetulan jika Wajib Pajak menyampaikan SPT
Pembetulan. Jika Wajib Pajak menyampaikan SPT normal maka kotak SPT
Pembetulan dan kolom Ke- ... tersebut tidak perlu diisi.
ii. Bagian Identitas
1. Kolom NPWP diisi sesuai dengan NPWP yang tercantum pada Kartu
NPWP
2. Kolom Nama Wajib Pajak diisi sesuai dengan nama Wajib Pajak yang
tercantum pada Kartu NPWP.
3. Kolom Jenis Usaha/Pekerjaan Bebas diisi sesuai dengan jenis pekerjaan
ataupun usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak secara lengkap.
4. Kolom Kode Lapangan Usaha (KLU) diisi sesuai dengan Nomor kode
klasifikasi lapangan usaha (KLU) dari Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib
Pajak menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-321/PJ/2012
5. Kolom Nomor Telepon Dan Faksimili diisi dengan nomor telepon dan
faksimili
6. Kolom Status Perpajakan Suami-Istri diisi dalam hal Wajib Pajak telah
kawin dengan status perpajakan suami-istri sebagai berikut:
 KK yaitu suami-istri yang menghendaki untuk melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan secara gabungan. Istri dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya
menggunakan NPWP suami atau kepala keluarga.
 HB yaitu penghasilan suami-istri dikenai pajak secara terpisah karena
suami-istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim.
 PH yaitu penghasilan suami-istri dikenai pajak secara terpisah karena
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan oleh suami-istri.
 MT yaitu penghasilan suami-istri dikenai pajak secara terpisah karena
dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri.
7. Kolom NPWP Istri / Suami diisi sesuai dengan NPWP suami atau istri
dalam hal Wajib Pajak telah kawin dengan status perpajakan suami-istri HB,
PH atau MT.
2. Bagian A. Penghasilan Netto
i. Kolom Penghasilan Neto Dalam Negeri Dari Usaha Dan Atau Pekerjaan Bebas
diisi sesuai dengan Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau
Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5
ii. Kolom Penghasilan Neto Dalam Negeri sehubungan dengan Pekerjaan diisi
dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5
iii. Kolom Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya diisi sesuai dengan Formulir
dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5
iv. Penghasilan Neto Luar Negeri diisi dari jumlah Penghasilan Neto jika ada.
v. Jumlah Penghasilan Neto diisi dengan hasil penjumlahan Angka 1 s.d. Angka
4.
vi. Zakat/Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib diisi jumlah
zakat/sumbangan keagamaan yang bersifat wajib atas penghasilan yang
menjadi objek pajak yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang sah.
vii. Jumlah Penghasilan Neto Setelah Pengurangan Zakat/Sumbangan Yang
Sifatnya Wajib diisi dengan hasil pengurangan Angka 5 dengan Angka 6.
3. Bagian B. Penghasilan Kena Pajak
viii. Kompensasi kerugian diisi jika ada kerugian
ix. Jumlah Pengasilan Neto Setelah Kompensasi Kerugian diisi dari hasil
pengurangan kolom 7 dan 8.
x. Kolom Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diisi dengan jumlah PTKP yang
tercantum pada bukti pemotongan PPh 1721-A1 angka 17 atau 1721-A2 angka
16.
TK : tidak kawin
K : kawin
K/I : kawin, isteri mempunyai penghasilan yang digabung dengan penghasilan
suami
Berdasarkan status, isilah kotak yang terdapat pada sebelah kanan status
tersebut dengan angka banyaknya jumlah tanggungan, paling banyak tiga orang
untuk setiap keluarga.
xi. Kolom Penghasilan Kena Pajak diisi dengan hasil pengurangan kolom 9
dengan 10.
4. Bagian C. PPh Terutang
xii. PPh Terutang diisi dengan hasil penerapan tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh
atas Penghasilan Kena Pajak
xiii. Pengembalian/Pengurangan Pph Pasal 24 Yang Telah Dikreditkan diisi dengan
selisih antara besarnya pajak yang telah dikreditkan dengan besarnya pajak
yang dapat dikreditkan di Indonesia setelah adanya pengembalian/pengurangan
xiv. Jumlah PPh Terutang diisi dengan hasil penjumlahan kolom 12 dengan 13.
5. Bagian D. Kredit Pajak
xiv. PPh Yang Dipotong/Dipungut Oleh Pihak Lain/Ditanggung Pemerintah
Dan/Atau Kredit Pajak Luar Negeri Dan Atau Terutang Di Luar Negeri diisi
dari Formulir 1770 II Jumlah Bagian A kolom (7).

xv. PPh Yang Harus Dibayar Sendiri Atau Pph Yang Lebih Dipotong / Dipungut
diisi dengan hasil pengurangan dari Angka 14 dengan Angka 16. Beri tanda
(X) dalam kotak yang sesuai.
xvi. PPh Yang Dibayar Sendiri (PPh Pasal 25 dan Pokok Pajak Surat Tagihan Pajak
PPh Pasal 25) diisi jika ada
xvii. Kolom Jumlah Kredit Pajak diisi penjumlahan Angka 14
6. Bagian E: PPh Kurang/Lebih Bayar
xix. PPh Yang Kurang Dibayar (Pph Pasal 29) Atau Pph Yang Lebih Dibayar (PPh
Pasal 28A) diisi dengan hasil pengurangan Angka 16 dengan Angka 18

xx. Permohonan hanya diisi apabila terdapat jumlah PPh yang lebih bayar pada
Angka 19 b. Wajib Pajak harus memberi tanda silang (X) dalam kotak yang
tersedia. Permohonan tidak berlaku apabila kelebihan bayar berasal dari PPh
yang ditanggung pemerintah.
7. Bagian F. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak Berikutnya
xxi. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak Berikutnya dapat dihitung dengan 3 cara
sesuai dengan pilihan yang tertera
8. Bagian G. Lampiran
Berilah tanda (X) dalam kotak yang sesuai dan lampiran-lampiran lain yang
dianggap perlu atau untuk menjelaskan penghitungan besarnya penghasilan yang
dibuat sendiri oleh Wajib Pajak.
a. Surat Kuasa Khusus (Bila dikuasakan)
Wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang menunjuk seorang kuasa untuk
mengisi dan menandatangani SPT. (Sesuai dengan Pasal 4 Ayat (3) Undang-
Undang KUP) Huruf d – Perhitungan PPh Terutang Bagi Wajib Pajak Kawin
dengan status perpajakan suami istri PH atau MT
b. Surat Setoran Pajak Lembar ke-3 PPh Pasal 29
Wajib dilampirkan oleh semua Wajib Pajak, kecuali apabila tidak ada setoran
akhir (nihil). Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembayaran dengan media e–
payment melalui bank-bank persepsi tertentu yang telah ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak, lampirkan bukti pembayaran pajak yang sah sebagai
pengganti SSP lembar ke-3.
c. Neraca dan Lap. Keuangan / Rekapitulasi Bulanan Peredaan Bruto atau
Penghasilan Lain dan Biaya
d. Perhitungan Kompensasi Kerugian Fiskal
e. Bukti Pemotongan atauPemungutan Oleh Pihak Lain/Ditanggungjawab
Pemerintah dan yangDibayarkan / Dipoyong Di Luar Negeri
f. Fotocopy Formulir 1721-A1 atau A2
g. Perhitungan angsuran pasal 25
h. Perhitungan PPh Terutang Bagi Wajibpajak Degan Status Perpajakan PH atau
MT
i. Daftar Jumlah Pembayaran Dan Penghasilan PPh asal 25
j. Daftar Jumlah peredaran Bruto dan Pembayaran Berdasarkan PP 46 tahun 2013
9. Bagian Pernyataan
Berilah tanda (X) dalam kotak yang sesuai, beri tanggal pembuatan, dilengkapi
dengan nama, NPWP, serta tandatangan pembuat baik WP itu sendiri atau kuasa.
d. Pengisian Lembar SPT 1770 - I
a. Mengisi Identitas seperti nama dan juga no NPWP
b. Bagian A Penghasilan Neto Dalam Negeri Dariusaha dan atau Pekerjaan
Bebas WP Yang Menyelenggarakan Pembukuan
i. Pengisian kolom identitas akuntan yang melakukan audit
ii. Bagian No 1 Penghasilan dariusaha dan atau pekerjaan bebas berdasarkan
laporan keuangan kormesil diisi masing masingkolom dari peredaran
usaha sampai penghasilan netto
iii. Penyesuaian fiskal positif diisi jika adanya hal hal yang tidak sesuai atau
beban yang diakui.
c. Penyesuaian fiskal negative diisi jika ada halhalyang tidak sesuai atau beban
yang diakui namun belum dibebankan.
d. Jumlah bagian A diperoleh dari jumlah kolom 1 ditambah kolom 2 dikurangi
kolom 3.
e. Pengisian Formulir SPT 1170 - I halaman 2
i. Mengisi identitas diawal seperti sebelumnya
ii. Bagian B. Penghasilan Neto Dalam Negeri Dari Usaha Dan Atau Pekerjaan
Bebas (Bagi WP Yang Menyelenggarakan Pencatatan) diisi peredaran usaha,
norma, serta penghasilan nettopadamasingmasing kolom berdasarkan jenis
usaha.
iii. Bagian C. Penghasilan Neto Dalamnegeri Sehubungan Dengan Pekerjaan
(Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dikenakan PPh Bersifat Final) diisi nama
dan NPWP pemberi kerja , jumlah penghasilan bruto, pengurangan biaya, serta
penghasilan nettonya di masing masing kolom.
iv. Bagian D. Penghasilan Neto Dalam negeri Lainnya (Tidak Termasuk
Penghasilan Yang Dikenakan PPh Bersifat Final) diisi jumlah penghasilan neto
sesuia dengan kolom yang telah disediakan.
f. Pengisian Formulir SPT 1170 - II terdapat Bagian A. Daftar Pemotong /Pemungut
Pph Oleh Pihak Ain, Pph Yang Dibayar/Dipotong Di Luar Negeri Dan Pph
Ditanggung Pemerintah yang diisi dimasing masing kolom baik dari nama
pemotong atau pemungutpajak sampai jumlah PPh yang dipotong/dipungut
g. Pengisian Formulir SPT 1170 – III
i. Bagian A. Penghasilan Yang Dikenakan Pajak Final dan/atau Bersifat Final
diisi nominal dasar pengenaan pajak/penghasilan bruto dan PPh terutang sesuai
jenis penghasilan.
ii. Bagian B. Penhasilan Yang Tidak Termasuk Objek Pajak diisi nominal jumlah
penghasilan bruto sesuai sumber atau jenis penghasilan.
iii. Bagian C. Penghasilan Isteri/Suami Yang Dikenakan Pajak Secara Terpisah
diisi jumlah penghasilan neto penghasilan yang dikenakan pajak secara terpisah
h. Pengisian Formulir SPT 1170 – III
i. Bagian A. Harta Pada Akhir Tahun diisi sesuai dengan kolom mulai dari kode
harta sampai harga peolehan dan keterangan jika ada
ii. Bagian B. Kewajiban /Utang Pada Akhir Tahun diisi sesuai dengan kolom
mulai dari kode harta sampai jumlah utang
iii. Bagian C. Daftar Susunan Anggota Keluarga diisi mulai dari nama anggota
keluarga sampai pekerjaan.
i. Pengisian pada Lembar Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang Bagi Wajib
Pajak Yang Kawin Dengan Status Perpajakan Suami-Isteri Pisah Harta Dan
Penghasilan (PH) Atau Isteri Yang Menghendaki Untuk Menjalankan Hak Dan
Kewajiban Perpajakannya Sendiri (MT) tata cara pengisian sama dengan SPT
1770S
j. Pengisian Lembar Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25 WP
OP Pengusaha Tertentu hal ini diisi jika memang diperlukan. Pengisiannya di mulai
dari identitas, setelah itu isi NPWP tempat usaha, alamat, peredaran bruto pedegang
pengecer, serta PPh pasal 25 terutang.
k. Pengisian lembar Daftar JUmlah Peredaran Bruto dan Pembayaran PPh Final
berdasarkan PP 46 tahun 2013 Per Masa Pajak Serta Masing Masing Tempat Usaha
diisi mulai dari identitas, NPWP tempat usaha KPP Lokasi, alamat, peredaran
bruto, PPh final 1% dibayar.
l. Formulir Perubahan Data diisi hanya jika ada perubahan data Wajib pajak dan
disampaikannya terpisah dengan pelaporan SPT.

 1770S
a. Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan benar,
lengkap, jelas dan menandatanganinya.
b. Dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai Rupiah, harus tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (bukan
10.000.000,00) atau dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh
sen adalah: 125 (bukan 125,50).
c. Pengisian pada lembar 1770 S
ii. Bagian Tahun Pajak
1. Pada kolom Tahun Pajak diisi dengan tahun pajak yang sesuai.Kotak SPT
Pembetulan diisi dengan tanda silang (X) dan kolom Ke- ... diisi dengan
angka banyaknya melakukan pembetulan jika Wajib Pajak menyampaikan
SPT Pembetulan. Jika Wajib Pajak menyampaikan SPT normal maka
kotak SPT Pembetulan dan kolom Ke- ... tersebut tidak perlu diisi.
iii. Bagian Identitas
1. Kolom NPWP diisi sesuai dengan NPWP yang tercantum pada Kartu
NPWP
2. Kolom Nama Wajib Pajak diisi sesuai dengan nama Wajib Pajak yang
tercantum pada Kartu NPWP.
3. Kolom Pekerjaan diisi sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak secara lengkap.
4. Kolom Kode Lapangan Usaha (KLU) diisi sesuai dengan Nomor kode
klasifikasi lapangan usaha (KLU) dari Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib
Pajak menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
321/PJ/2012
5. Kolom Nomor Telepon Dan Faksimili diisi dengan nomor telepon dan
faksimili
6. Kolom Status Perpajakan Suami-Istri diisi dalam hal Wajib Pajak telah
kawin dengan status perpajakan suami-istri sebagai berikut:
 KK yaitu suami-istri yang menghendaki untuk melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan secara gabungan. Istri dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya
menggunakan NPWP suami atau kepala keluarga.
 HB yaitu penghasilan suami-istri dikenai pajak secara terpisah karena
suami-istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim.
 PH yaitu penghasilan suami-istri dikenai pajak secara terpisah karena
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan oleh suami-
istri.
 MT yaitu penghasilan suami-istri dikenai pajak secara terpisah karena
dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri.
7. Kolom NPWP Istri / Suami diisi sesuai dengan NPWP suami atau istri
dalam hal Wajib Pajak telah kawin dengan status perpajakan suami-istri
HB, PH atau MT.
iv. Bagian A. Penghasilan Netto
1. Kolom Penghasilan Neto Dalam Negeri Sehubungan Dengan Pekerjaan
diisi sesuai dengan Bukti Potong Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 yang
dilampirkan atau Bukti Potong lain.
2. Kolom Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya diisi sesuai dengan
Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian A.
3. Penghasilan Neto Luar Negeri diisi dari jumlah Penghasilan Neto yang
tercantum pada Lampiran Tersendiri Formulir 1770 S.
4. Jumlah Penghasilan Neto diisi dengan hasil penjumlahan Angka 1 s.d.
Angka 3.
5. Zakat/Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib diisi jumlah
zakat/sumbangan keagamaan yang bersifat wajib atas penghasilan yang
menjadi objek pajak yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang sah.
6. Jumlah Penghasilan Neto Setelah Pengurangan Zakat/Sumbangan Yang
Sifatnya Wajib diisi dengan hasil pengurangan Angka 4 dengan Angka 5.
v. Bagian B. Penghasilan Kena Pajak
7. Kolom Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diisi dengan jumlah PTKP
yang tercantum pada bukti pemotongan PPh 1721-A1 angka 17 atau 1721-
A2 angka 16.
TK : tidak kawin
K : kawin
K/I : kawin, isteri mempunyai penghasilan yang digabung dengan
penghasilan suami
Berdasarkan status, isilah kotak yang terdapat pada sebelah kanan status
tersebut dengan angka banyaknya jumlah tanggungan, paling banyak tiga
orang untuk setiap keluarga.
8. Kolom Penghasilan Kena Pajak diisi dengan hasil pengurangan Angka 6
dengan Angka 7.
vi. Bagian C. PPh Terutang
9. PPh Terutang diisi dengan hasil penerapan tarif Pasal 17 Undang-Undang
PPh atas Penghasilan Kena Pajak
10. Pengembalian/Pengurangan Pph Pasal 24 Yang Telah Dikreditkan diisi
dengan selisih antara besarnya pajak yang telah dikreditkan dengan
besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia setelah adanya
pengembalian/pengurangan
11. Jumlah PPh Terutang diisi dengan hasil penjumlahan Angka 9 dengan
Angka 10.
vii. Bagian D. Kredit Pajak
12. PPh Yang Dipotong/Dipungut Oleh Pihak Lain/Ditanggung Pemerintah
Dan/Atau Kredit Pajak Luar Negeri Dan Atau Terutang Di Luar Negeri
diisi dari Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian C kolom (7).

13. PPh Yang Harus Dibayar Sendiri Atau Pph Yang Lebih Dipotong /
Dipungut diisi dengan hasil pengurangan dari Angka 11 dengan Angka 12.
Beri tanda (X) dalam kotak yang sesuai.
14. PPh Yang Dibayar Sendiri (PPh Pasal 25 dan Pokok Pajak Surat Tagihan
Pajak PPh Pasal 25) diisi jika ada
15. Kolom Jumlah Kredit Pajak diisi penjumlahan Angka 14
viii. Bagian E: PPh Kurang/Lebih Bayar
16. PPh Yang Kurang Dibayar (Pph Pasal 29) Atau Pph Yang Lebih Dibayar
(PPh Pasal 28A) diisi dengan hasil pengurangan Angka 13 dengan Angka
15

17. Permohonan hanya diisi apabila terdapat jumlah PPh yang lebih bayar
pada Angka 16. Wajib Pajak harus memberi tanda silang (X) dalam kotak
yang tersedia. Permohonan tidak berlaku apabila kelebihan bayar berasal
dari PPh yang ditanggung pemerintah.
ix. Bagian F. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak Berikutnya
18. Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak Berikutnya
x. Bagian G. Lampiran
Berilah tanda (X) dalam kotak yang sesuai dan lampiran-lampiran lain yang
dianggap perlu atau untuk menjelaskan penghitungan besarnya penghasilan
yang dibuat sendiri oleh Wajib Pajak.
a. Fotokopi Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 atau Bukti Potong PPh Pasal 21
Wajib dilampirkan oleh semua Wajib Pajak Orang Pribadi yang
mempunyai penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja.
b. Surat Setoran Pajak Lembar ke-3 PPh Pasal 29
Wajib dilampirkan oleh semua Wajib Pajak, kecuali apabila tidak ada
setoran akhir (nihil). Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembayaran
dengan media e–payment melalui bank-bank persepsi tertentu yang telah
ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak, lampirkan bukti pembayaran pajak
yang sah sebagai pengganti SSP lembar ke-3.
c. Surat Kuasa Khusus (Bila dikuasakan)
Wajib dilampirkan oleh Wajib Pajak yang menunjuk seorang kuasa untuk
mengisi dan menandatangani SPT. (Sesuai dengan Pasal 4 Ayat (3)
Undang-Undang KUP)
Huruf d – Perhitungan PPh Terutang Bagi Wajib Pajak Kawin dengan
status perpajakan suami istri PH atau MT
xi. Bagian Pernyataan
Berilah tanda (X) dalam kotak yang sesuai, beri tanggal pembuatan, dilengkapi
dengan nama, NPWP, serta tandatangan.
d. Pengisian pada lembar 1770 S - I (lampiran 1)
i. Bagian Tahun Pajak
1. Pada kolom Tahun Pajak diisi dengan tahun pajak yang sesuai.Kotak SPT
Pembetulan diisi dengan tanda silang (X) dan kolom Ke- ... diisi dengan
angka banyaknya melakukan pembetulan jika Wajib Pajak menyampaikan
SPT Pembetulan. Jika Wajib Pajak menyampaikan SPT normal maka kotak
SPT Pembetulan dan kolom Ke- ... tersebut tidak perlu diisi.
ii. Bagian Identitas
1. Kolom NPWP diisi sesuai dengan NPWP yang tercantum pada Kartu
NPWP
2. Kolom Nama Wajib Pajak diisi sesuai dengan nama Wajib Pajak yang
tercantum pada Kartu NPWP.
iii. Bagian A. Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya (Tidak Termasuk
Penghasilan Dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final) diisi jumlah
penghasilan netonya baik dari bunga, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah,
keuntungan, dan penghasilan lainnya yang dikenakan PPh final. Lalu
dijumlahkan dikolom jumlah bagian a.
iv. Bagian B. Penghasilan Yang Tidak Termasuk Objek Pajak diisi nominal
penghasilan yang bukan wajib pajak pada masing kolom kolom sesuai jenis
penghasilan seperti bantuan/sumbangan/hibah, warisan bagian laba anggota
perseroan komnaditer tidak atas saham , persekutuan, firma, kongsi, klaim
asuransi, dll. Lalu dijumlahkan dikolom jumlah bagian b.
v. Bagian C. Daftar Pemotongan/Pemungutan PPh Oleh Pihak Lain Dan PPh
Yang Ditangggung Pemerintah diisi nama pemotong /pemungut pajak, NPWP
pemotong/pemungut pajak, bukti potongan atau pemungutan dengan nomor
dan tanggal , jenis potongan atau pemungutan pajak, serta jumlah PPh yang
dipunut atau dipotong sesuai dengan kolom. Lalu dijumlahkan dikolom
jumlah bagian c.
e. Pengisian pada lembar 1770 S – II (lampiran 2)
i. Bagian Tahun Pajak diisi sama dengan sebelumnya.
ii. Bagian Identitas
1. Kolom NPWP diisi sesuai dengan NPWP yang tercantum pada Kartu
NPWP
2. Kolom Nama Wajib Pajak diisi sesuai dengan nama Wajib Pajak yang
tercantum pada Kartu NPWP.
iii. Bagian A. Penghasilan Yang dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final
diisi nominal dasar pengenaan pajak/penghasilan bruto dan jumlah PPh
terutang. Lalu dijumlahkan dikolom jumlah bagian a.
iv. Bagian B. Harta Pada Akhir Tahun diisi kode harta, nama harta, tahun
perolehan, serta harga perolehan dan keterangan jika ada, sesuai dengan
kolomnya masing masing. Lalu dijumlahkan dikolom jumlah bagian b.
v. Bagian C. Daftar Susunan Anggota Keluarga diisi nama, NIK, hubungan
keluarga, serta pekerjaan sesuai kolomnya masing-masing.
f. Pengisian pada Lembar Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang Bagi Wajib
Pajak Yang Kawin Dengan Status Perpajakan Suami-Isteri Pisah Harta Dan
Penghasilan (PH) Atau Isteri Yang Menghendaki Untuk Menjalankan Hak Dan
Kewajiban Perpajakannya Sendiri (MT)
i. Bagian A. Penghasilan Netto
1. Penghasilan Neto Dalam Negeri Dari Usaha Dan/Atau Pekerjaan Bebas diisi
dari Formulir 1770 Bagian A angka 1 namun terdapat kolom penghasilan
neto suami dan istri secara terpisah.
2. Penghasilan Neto Dalam Negeri Sehubungan Dengan Pekerjaan diisi dari
Formulir 1770 Bagian A Angka 2 Atau Formulir 1770 S Bagian A Angka 1
namun terdapat kolom penghasilan neto suami dan istri secara terpisah.
3. Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya diisi dari Formulir 1770 Bagian A
angka 3 Atau Formulir 1770 S Bagian A angka 2 namun terdapat kolom
penghasilan neto suami dan istri secara terpisah.
4. Penghasilan Neto Luar Negeri diisi dari Formulir 1770 Bagian A angka 4
Atau Formulir 1770 S Bagian A angka 3 namun terdapat kolom penghasilan
neto suami dan istri secara terpisah.
5. Zakat / Sumbangan Keagamaan Yang Bersifat Wajib diisi Dari Formulir
1770 Bagian A Angka 6 Atau Formulir 1770 S Bagian A Angka 5 namun
terdapat kolom penghasilan neto suami dan istri secara terpisah.
6. Jumlah ( 1 + 2 + 3 + 4 - 5 ) diisi penjumlahan no 1 sampai 4 dikurang no 5
pada masing masing kolom penghasilan neto suami dan istri secara terpisah.
7. Kompensasi Kerugian diisi khusus bagi WP OP yang menyelenggarakan
pembukuan. diisi dari formulir 1770 bagian A angka 8
8. Jumlah Penghasilan Neto ( 6 - 7 ) diisi jumlah penghasilan netto dari hasil
pengurangan no 6 dan 7 pada masing masing kolom penghasilan neto suami
dan istri secara terpisah.
ii. Bagian B. Jumlah Penghasilan Neto Suami dan Isteri diisi sesuai dengan kolom
8
iii. Bagian C. Penghasilan Tidak Kena Pajak diisi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
iv. Bagian D. Penghasilan Kena Pajak diisi dengan nominal hasil dari pengurangan
bagian B dan C
v. Bagian E. Pajak Penghasilan Terutang (Gabungan) diisi sesuai perhitungan pasal
17 ayat 1 A lalu dijumlakan.
vi. Bagian F.PPh Terutang yang ditanggung suami diisi dengan nominal kolom 8
bagian penghasilan netto suami dibagi jumlah penghasilan netto suami isteri
dikali pajak penghasilan terutang.
vii. Bagian G.PPh Terutang yang ditanggung isteri diisi dengan nominal kolom 8
bagian penghasilan netto isteri dibagi jumlah penghasilan netto suami isteri
dikali pajak penghasilan terutang.
viii. Bagian Bawah diisi tanggal pembuatan SPT dilengkapi nama suami dan isteri,
NPWP, serta tandatangan .
g. Formulir Perubahan Data diisi hanya jika ada perubahan data Wajib pajak dan
disampaikannya terpisah dengan pelaporan SPT.
 SPT 1770 SS

a. SPT 1770SS untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dengan penghasilan bruto selain dari
usaha dan/atau pekerjaan bebas kurang dari Rp 60 juta per tahun dari satu atau lebih
pemberi kerja Penghasilan lain.
b. Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan benar, lengkap,
jelas dan menandatanganinya.
c. Dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai Rupiah, harus tanpa nilai desimal.
Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (bukan
10.000.000,00) atau dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen
adalah: 125 (bukan 125,50).
d. Pada kolom Tahun Pajak diisi dengan tahun pajak yang sesuai.Kotak SPT
Pembetulan diisi dengan tanda silang (X) dan kolom Ke- ... diisi dengan angka
banyaknya melakukan pembetulan jika Wajib Pajak menyampaikan SPT
Pembetulan. Jika Wajib Pajak menyampaikan SPT normal maka kotak SPT
Pembetulan dan kolom Ke- ... tersebut tidak perlu diisi.
e. Pada kolom Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nama Wajib Pajak diisi sesuai
dengan Nomor Pokok Wajib Pajak dan nama Wajib Pajak
f. Pengisian bagian A. Pajak Penghasilan
1. Pada kolom penghasilan bruto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan dan
penghasilan neto dalam negeri lainnya diisi sesuai dengan jumlah penghasilan
bruto yang tercantum pada bukti pemotongan PPh 1721-A1 angka 9 atau 1721-A2
angka 10 atau bukti pemotongan PPh Pasal 21 (tidak final). Apabila Wajib Pajak
memperoleh penghasilan lebih dari satu pemberi kerja maka kolom ini diisi
dengan hasil penjumlahan dari keseluruhan penghasilan bruto yang tercantum
pada setiap bukti pemotongan PPh Pasal 21 yang diterimanya. Dengan catatan
2. Pada kolom pengurangan ini merupakan pengurangan atas penghasilan bruto
dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan yang meliputi biaya jabatan, biaya
pensiun serta iuran pensiun dan iuran THT yang dibayarkannya oleh Wajib Pajak
yang bersangkutan. Kolom ini dapat diisi dengan jumlah pengurangan yang
tercantum pada bukti pemotongan PPh 1721-A1 angka 13 atau 1721-A2 angka 13.
3. Pada kolom Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diisi dengan jumlah PTKP
yang tercantum pada bukti pemotongan PPh 1721-A1 angka 17 atau 1721-A2
angka 16.
TK : tidak kawin
K : kawin
K/I : kawin, isteri mempunyai penghasilan yang digabung dengan penghasilan
suami
Berdasarkan status, isilah kotak yang terdapat pada sebelah kanan status tersebut
dengan angka banyaknya jumlah tanggungan, paling banyak tiga orang untuk
setiap keluarga.
4. Penghasilan Kena Pajak diisi dengan hasil penghitungan atas kolom pada angka 1
- 2 - 3.Untuk keperluan penghitungan tarif pajak, jumlah penghasilan kena pajak
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
5. Kolom Pajak Penghasilan Terutang (PPh Terutang) diisi dengan penerapan tarif
Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas Penghasilan Kena Pajak. Jika penghasilan
hanya dari satu pemberi kerja, kolom ini diisi dengan jumlah PPh terutang yang
tercantum pada bukti pemotongan PPh 1721-A1 angka 13 atau 1721-A2 angka 18.
6. Kolom Pajak Penghasilan yang sudah dipotong oleh pihak lain diisi dengan
jumlah Pajak Penghasilan yang sudah dipotong yang tercantum pada bukti
pemotongan PPh 1721-A1 angka 22, 1721-A2 angka 19 dan/atau bukti
pemotongan PPh Pasal 21 (yang tidak bersifat final)
7. Pada bagian Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri atau Pajak Penghasilan
yang lebih dipotong diberi tanda silang pada kotak Pajak Penghasilan yang harus
dibayar sendiri dan lampirkan asli SSP lembar ke-3 apabila nilai pada angka
5(Pajak Penghasilan Terutang) lebih besar dibandingkan dengan nilai pada kolom
6(Pajak Penghasilan yang telah Dipotong oleh Pihak Lain). Beri tanda silang pada
kotak Pajak Penghasilan yang lebih dipotong apabila nilai pada angka 6(Pajak
Penghasilan yang telah Dipotong oleh Pihak Lain) lebih besar dibandingkan nilai
pada kolom 5(Pajak Penghasilan Terutang). Kolom rupiah diisi dengan selisih
antara nilai pada angka 5 – 6.
d. Pengisian bagian B. Penghasilan Yang Dikenakan Pph Final Dan Yang Dikecualikan
Dari Objek Pajak
8. Pada kolom Dasar Pengenaan Pajak/Penghasilan Bruto Penghasilan Final diisi
dengan penghasilan yang dikenakan PPh final meliputi bunga deposito dan
tabungan, hadiah undian, penghasilan dari honorarium atas beban APBN/APBD,
uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua
yang dibayarkan sekaligus, penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, penghasilan dari persewaan atas tanah dan/atau bangunan, bunga
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi, dividen,
penghasilan isteri dari satu pemberi kerja, penghasilan penjualan saham yang
diperdagangkan di bursa efek.
9. Kolom Pajak Penghasilan Final terutang diisi dengan jumlah PPh Final yang
terutang.
10. Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak diisi dengan Jenis-jenis
penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak meliputi
bantuan/sumbangan/hibah, warisan, bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, penggantian atau santunan asuransi
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa, penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura atau kenikmatan, beasiswa.
e. Pengisian bagian C. Daftar Harta dan Kewajiban
11. Kolom Jumlah Keseluruhan Harta yang Dimiliki pada Akhir Tahun Pajak diisi
dengan jumlah nilai perolehan dari seluruh harta yang dimiliki/dikuasai Wajib
Pajak dan anggota keluarganya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
12. Kolom Jumlah Keseluruhan Kewajiban/utang pada Akhir Tahun Pajak diisi
dengan jumlah seluruh utang yang diperoleh/dimiliki Wajib Pajak dan anggota
keluarganya, termasuk utang bunga. Contoh: pinjaman bank atau koperasi.
f. Pada kolom pernyataan isi tanggal sesuai tanggal pembuatan SPT dan tandatangan.
 SPT 1771
1. Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, jangan
lupa untuk membuat ■ (segi empat hitam) di keempat sudut sebagai pembatas
dokumen agar dokumen dapat dipindai;
2. Ukuran kertas yang digunakan F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70
gram;
3. Kertas tidak boleh dilipat atau kusut;
4. Kolom ldentitas
Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, dalam mengisi isian yang
tidak terstruktur (seperti: Nama Wajib Pajak, Jenis Usaha dan Negara Domisili
Kantor Pusat (khusus BUT)) kotak- kotak dapat diabaikan sepanjang tidak melewati
batas samping kanan. Sedangkan untuk isian yang terstruktur (seperti: NPWP,
Nomor Telepon) isian harus di dalam kotak.
Contoh Pengisian:

Catatan: Untuk yang menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian harus
dalam kotak.
Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa lnggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat wajib
menggunakan Formulir 1771/$.
5. Dalam mengisi kolom-kolom yang berisi nilai rupiah atau Dollar Amerika Serikat,
harus tanpa nilai desimal.
Contoh:
a. dalam menuliskan sepuluhjuta rupiah adalah 10.000.000 (BUKAN
10.000.000,00).
b. dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125
(BUKAN 125,50).
1. Petunjuk Pengisian LAMPIRAN-1 ( FORMULIR 1771-I dan FORMULIR 1771/$ )
Angka 1 : PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI
Yang dimaksud dengan penghasilan neto komersial dalam negeri adalah
penghasilan neto menurut prinsip akuntansi komersial Indonesia, yakni semua
penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh dari kegiatan usaha dan dari luar
kegiatan usaha di Indonesia, termasuk penghasilan yang dikenai PPh final dan yang
tidak termasuk Objek Pajak, dikurangi dengan pengeluaran/biaya-biaya sesuai
dengan sistem dan metode akuntansi komersial Indonesia yang dianut secara taat
azas, sebelum dilakukan penyesuaian-penyesuaian fiskal berdasarkan Undang-
Undang PPh dan peraturan pelaksanaannya.
Huruf a - PEREDARAN USAHA
Diisi dengan jumlah penerimaan/perolehan bruto dari kegiatan usaha di Indonesia,
setelah dikurangi dengan retur dan pengurangan penjualan serta potongan tunai
dalam Tahun Pajak yang bersangkutan bagi perusahaan dagang dan perusahaan
industri.
Huruf b - HARGA POKOK PENJUALAN
Diisi dengan biaya-biaya yang merupakan harga pokok penjualan bagi kegiatan
usaha Wajib Pajak. Apabila sesuai dengan sistem dan metode akuntansi komersial
yang dianut Wajib Pajak tertentu (misal: bank, dana pensiun, reksadana, organisasi
sosial, perkumpulan dan sebagainya) tidak terdapat pemisahan atau pengelompokan
biaya untuk harga pokok penjualan, maka seluruh biaya- biaya dilaporkan pada
huruf c biaya usaha lainnya.
Huruf c - BIAYA USAHA LAINNYA
Diisi dengan biaya-biaya usaha yang tidak termasuk ke dalam kelompok harga
pokok penjualan.
Huruf d - PENGHASILAN NETO DARI USAHA (1a-1b-1c)
Penghasilan neto tersebut diperoleh dari Peredaran Usaha dikurangi harga pokok
penjualan dikurangi Biaya Usaha Lainnya.
Huruf e - PENGHASILAN DARI LUAR USAHA
Diisi dengan jumlah Penghasilan Bruto Dari Luar Usaha yang diterima dan/atau
diperoleh dari luar kegiatan usaha tersebut pada huruf a, seperti : penghasilan dari
penyertaan modal di Indonesia, penghasilan dari penjualan/pengalihan/persewaan
harta, serta penghasilan lainnya yang bukan merupakan penghasilan dari kegiatan
usaha atau tidak ada kaitannya dengan kegiatan usaha.
Huruf e - PENGHASILAN DARI LUAR USAHA
Diisi dengan jumlah Penghasilan Bruto Dari Luar Usaha yang diterima dan/atau
diperoleh dari luar kegiatan usaha tersebut pada huruf a, seperti : penghasilan dari
penyertaan modal di Indonesia, penghasilan dari penjualan/pengalihan/persewaan
harta, serta penghasilan lainnya yang bukan merupakan penghasilan dari kegiatan
usaha atau tidak ada kaitannya dengan kegiatan usaha.
Huruf f - BIAYA DARI LUAR USAHA
Diisi dengan biaya-biaya langsung yang terkait dengan penghasilan dari luar usaha
tersebut pada huruf e.
Huruf g - PENGHASILAN NETO DARI LUAR USAHA (1e-1f)
Diisi dengan hasil pengurangan huruf e dengan huruf f.
Huruf h – Jumlah (1d+1g)
Cukup jelas.
Angka 2 : PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI
Diisi dengan penghasilan neto yang diterima atau diperoleh di luar negeri, sesuai
dengan lampiran khusus 7A/7B kolom (5) „Jumlah Neto‟.
Angka 3 : JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL (1h+2)
Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial Dalam Negeri dan Luar Negeri.
Angka 4 : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN YANG
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Untuk menghitung penghasilan neto fiskal yang dikenai PPh berdasarkan ketentuan
umum, penghasilan dari sumber di Indonesia yang dikenai PPh final dan yang tidak
termasuk sebagai Objek Pajak harus dikeluarkan kembali, sehingga dengan
pengurangan penghasilan tersebut pada jumlah penghasilan neto fiskalnya (angka
8) akan menjadi nihil/netral. Diisi dengan jumlah penghasilan neto komersial atas
penghasilan yang dikenai PPh final dan penghasilan neto komersial atas
penghasilan yang tidak termasuk objek pajak yang telah dimasukkan dalam angka 1
formulir 1771 - I dan dalam hal mengalami kerugian komersial, diisi sesuai dengan
jumlah kerugian komersialnya.
2. Petunjuk Pengisian LAMPIRAN – II
Lampiran ini diisi dengan perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya
dan Biaya Dari Luar Usaha secara komersial sesuai dengan Lampiran 1771-I angka
1 huruf b, c dan f.
 Kolom (1) : nomor urut
 Kolom (2) : perincian
 Kolom (3) : diisi dengan biaya yang merupakan Harga Pokok Penjualan
 Kolom (4) : diisi dengan Biaya Usaha Lainnya yang bukan merupakan Harga
Pokok Penjualan
 Kolom (5) : diisi dengan Biaya-biaya langsung yang terkait dengan
penghasilan dari luar usaha
 Kolom (6) : diisi dengan jumlah kolom (3) ditambah dengan kolom (4)
ditambah dengan kolom (5)
3. Petunjuk Pengisian LAMPIRAN – III
Lampiran ini diisi dengan rincian bukti pungut PPh Pasal 22 dan bukti potong PPh
Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang telah dibayar melalui pemungutan/pemotongan
pajak oleh pihak lain dan/atau yang pembayarannya dilakukan sendiri, atas
penghasilan yang dikenai PPh tidak bersifat final yang diterima/diperoleh dan
dilaporkan dalam SPT Tahunan Tahun Pajak ini.
Pemotongan PPh Pasal 26 yang dapat dikreditkan dengan PPh Terutang untuk
Tahun Pajak yang bersangkutan adalah pemotongan pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (5) Undang-Undang PPh.
 Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut untuk masing-masing jenis pajak
 Kolom (2) : diisi dengan Nama Pemotong/Pemungut Pajak. Dalam hal PPh
Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Nama Bank tempat
pembayaran.
 Kolom (3) : diisi dengan NPWP Pemotong/Pemungut Pajak. Dalam hal PPh
Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Alamat Bank tempat
pembayaran.
 Kolom (4) : diiisi dengan:
- Untuk PPh Pasal 22 diisi dengan Jenis Transaksi atau Pembayaran
- Untuk PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 diisi dengan jenis penghasilan yang
dipotong PPh
 Kolom (5) : diisi dengan jumlah yang menjadi Dasar Pemotongan/Pemungutan
 Kolom (6) : diisi dengan jumlah PPh yang dipotong/dipungut
 Kolom (7) : diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan
Untuk pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22 yang pembayarannya dilakukan
sendiri, kolom (7) diisi dengan kata “SSP” atau “SSPCP”.
 Kolom (8) : diisi dengan Tanggal Bukti Pemotongan/Pemungutan dengan
format penulisan dd/mm/yy
Wajib Pajak wajib memperlihatkan serta menyerahkan bukti-bukti
pemungutan/pemotongan pajak oleh pihak lain apabila diminta untuk keperluan
pemeriksaan kewajiban perpajakan.

- SPT Masa PPH


 SPT Masa PPH Pasal 21/26

1. Induk SPT Mas PPh Pasal 21/26


2. Daftar pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 bagi pegawai tetap, penerima
pension, tunjangan hari tua,jamian hari tua, anggota POLRI, pejabat negara, dan
pensiunannya. (formulir 1721- I)
3. Daftar bukti potongan PPh pasal 21 tidak final (formulir 1721- II)
4. Daftar bukti potongan PPh pasal 21 final (formulir 1721 – III)
5. Daftar SSP dan atau bukti pemindahbukuan untuk pemotongan PPh pasal 21
(formulir 1721 – IV)
6. Daftar Biaya (formulir 1721 – V)
 SPT Masa PPh Pasal 22

A. Bagian Indentitas
B. Objek Pajak
C. Lampiran
D. Pernyataan dan Tandatangan
 SPT Masa PPh Pasal 23/26
A. Bagian Indentitas
B. Objek Pajak
C. Lampiran
D. Pernyataan dan Tandatangan
 SPT Masa PPh Pasal 4 Ayat 2

A. Bagian Indentitas
B. Objek Pajak
C. Lampiran
D. Pernyataan dan Tandatangan

3. Melaporkan SPT
Berikut tahapan-tahapan yang harus dilalui, apabila ingin melaporkan pajak secara online dengan
e-filling :

1. Wajib pajak harus memiliki e-mail maupun nomor ponsel yang aktif
2. Mintalah aktivasi Electronic Filling Identification (EFIN) yang biasanya digunakan untuk
mengaktivasi akun e-filling dengan mendatangi KPP terdekat
3. Kunjungi laman djponline.pajak.go.id dan buka e-mail untuk mengaktivasi e-mail baru
kemudian masukan nomor NPWP dan password yang telah dibuat
4. Setelah masuk, klik menu e-filling dan pilih tab SPT lalu pilih jawaban da nisi formulir sesuai
dengan kondisi sebenarnya
5. Jika anda sudah mengisi formulir dengan lengkap, klik persetujuan dan ambil kode verifikasi
yang dikirimkan melalui email maupun SMS
6. Anda bisa membuka kode verifikasi yang dikirim, untuk dimasukkan ke dalam kolom kode
pengiriman. Kemudian, anda klik tab „Kirim SPT‟
7. buka e-mail untuk memastikan apakah anda sudah menerima tanda terima elektronik SPT
tahunan. Cetak, dan simpan
8. Terakhir, simpan NPWP, nomor EFIN, alat e-mail dan password, serta password DJP online
yang nantinya digunakan untuk melapor SPT tahun berikutnya

4. Mengarsipkan SPT
a. Arsip Kertas (Hardcopy)
terdapat beberapa cara dalam pengarsipan arsip kertas seperti :
 Pastikan arsip pajak (SSP, SPT, dll) tidak dalam kondisi terlipat dan bersih dari debu
 Scan arsip kertas dan simpan hasil scannya
 Jenis berkas yang sama bisa dikumpulkan dalam 1 map
b. Arsip Elektronik (Softcopy)

Arsip elektronik adalah kumpulan file yang disimpan di dalam computer/flasdisk. Cara
penyimpnan arsip elektronik adalah :
 Pastikan computer bebas dari virus, malware, adware. Dan pastikan terhadapat anti
virus
 Rename atau beri nama yang jelas pada file
 Buat folder untuk dan data sejenis
 Sediakan backup data di computer di media eksternal
 Gundakan layanan cloud untuk menyimpan data seperti google drive, dropbox
 Beri computer password
Daftar Pustaka
 Mardiasmo, 2019. Perpajakan Edisi 2019. Yogyakarta : CV Andi Offset
 Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Pajak. SPT Masa PPh Pasal 21/26.
Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020 melalui https://www.pajak.go.id/id/spt-masa-
pph-pasal-2126
 Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Pajak. SPT Masa PPh Pasal 22. Diakses
pada tanggal 4 Oktober 2020 melalui https://www.pajak.go.id/id/spt-masa-pph-
pasal-22
 Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Pajak. SPT Masa PPh Pasal 23/26.
Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020 melalui https://www.pajak.go.id/id/spt-masa-
pph-pasal-2326
 Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Pajak. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2.
Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020 melalui https://www.pajak.go.id/id/pph-
pasal-4-ayat-2
 Klinik Pajak.(2015, Desember 30). SPT Tahunan Badan. Diakses pada tangggal 3
Oktober 2020 melalui
http://www.klinikpajak.co.id/artikel+detail/?kategori=spt+tahunan&id=formulir+
pajak+-+spt+tahunan+wp+badan
 Klinik Pajak.(2015, Desember 30). SPT Tahunan Badan. Diakses pada tangggal 3
Oktober 2020 melalui
http://www.klinikpajak.co.id/artikel+detail/?kategori=spt+tahunan&id=formulir+
pajak+-+spt+tahunan+wp+op

Anda mungkin juga menyukai