Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EVALUASI DAN REKONSILIASI

PRAKTIKUM PERPAJAKAN BY EXCEL

DISUSUN OLEH :
NURINA FATMAWATI PERTIWI

DOSEN PEMBIMBING :
SAIFUL HORRY

JURUSAN :
DIGITAL MARKETING, CUSTOMER SERVICE, AND
COMMUNICATION (DM)

2020/2021
PEMBAHASAN

Soal 2
Praktek Pengisian SPT PPh Ps. 21 (Formulir-1721)
Teradapat beberapa formulir yang ada didalam formulir 1721 SPT diantaranya :
a. Formulir 1721
Formulir ini digunakan untuk melaporkan pemotongan PPh Ps. 21/26 yang dilakukan
perusahaan dengan mencantumkan jumlah penghasilan bruto semua karyawannya dan
juga jumlah pajak yang dipotong secara terperinci. Formulir ini tidak hanya
digunakan untuk melaporkan pemotongan penghasilan atas PPh Ps. 21/26 yang
dikenakan kepada pegawai tetap saja, namun juga digunakan untuk memotong
penghasilan atas PPh Ps. 21/26 yang dikenakan kepada pegawai tidak tetap/tenaga
kerja lepas, dan semua bagian yang terdapat didalam perusahaan atau diluar
perusahaan yang karenanya aktivitas perusahaan dapat berjalan.
b. Formulir 1721-I
Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar pemotongan pajak penghasilan bagi
Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun atau THT/JHT berkala serta bagi pegawai
negeri sipil, anggota TNI, POLRI, dan Pejabat Negara. Selain nama dan bukti
pemotongan jumlah penghasilan (bruto) dan PPh yang dipotong perlu dicantumkan
didalam formulir ini. Penghasilan yang kurang dari PTKP juga perlu dicantumkan
dalam formulir ini.
c. Formulir 1721-AI
Formulir ini digunakan sebagai bukti pemotongan pajak yang dilakukan oleh
perusahaan untuk diberikan kepada penerima penghasilan yang dipotong, baik
pegawai tetap atau penerima THT/JHT berkala. Didalam formulir ini terdapat rincian
penghasilan dan perhitungan PPh Ps. 21 dan juga identitas pemotong yang dapat
menjelaskan secara lebih detail berapa nominal penghasilan dan berapa besarnya
pemotongan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membayarkan PPh Ps. 21
pegawai kepada negara.
d. Formulir 1721-II
Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar pemotongan pajak penghasilan yang
dikenakan kepada pegawai tidak tetap, dan semua pihak selain pegawai tetap yang
membantu kelancaran aktivitas perusahaan dengan mencantumkan jumlah
penghasilan bruto dan juga PPh yang dipotong untuk setiap pegawai.
e. Formulir 1721-VI
Formulir ini digunakan untuk memberikan bukti data atas pemotongan PPh Ps. 21/26
secara lebih spesifik untuk digunakan sebagai lampiran atas formulir 1721-II.
Soal 3
Perhitungan PPh Ps. 22
PPh pasal 22 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas kegiatan ekspor-
impor barang maupun kegiatan re-impor barang. Pada soal ini perhitungan dilakukan atas
kegiatan mengimpor barang yang dihitung menggunakan metode pembayaran CIF.
a. Penawaran harga dihitung berdasarkan penjumlahan dari harga barang, asuransi yang
digunakan untuk melindungi keamanan barang, dan juga biaya-biaya yang terjadi
selama proses pengiriman barang dari gudang eksportir sampai dengan pengiriman
dari pelabuhan ke gudang importir.
b. Bea masuk dihitung berdasarkan penawaran harga dikali dengan tarif bea masuk
c. Nilai Impor dihitung berdasarkan penawaran harga ditambah dengan bea masuk
d. PPh ps. 22 dihitung berdasarkan tarif yang dikenakan tergantung dari pihak yang
melakukan kegiatan impor, jika pihak tersebut sering melakukan kegiatan ekspor-
impor biasanya tarif yang dikenakan adalah 2,5% dari nilai impor (API) atau jika
pihak tersebut jarang melakukan kegiatan ekspor maka tarif yang dikenakan adalah
7,5% dari nilai impor (APIS).
e. PPN Impor dihitung berdasarkan nilai impor dikalikan dengan tarif PPN.

Soal 4
Perhitungan PPh Ps. 23 & Perhitungan PPh Final Ps. 4 ayat (2)
Pajak penghasilan selain dari pemotongan PPh ps. 21 dikenakan tarif pemotongan dari
PPh Ps. 23 selain itu modal yang sengaja ditanamkan atas kegiatan tersebut bunga atau profit
yang didapatkan juga dipotong oleh tarif PPh Ps. 23.
Pajak penghasilan yang berasal dari kegiatan sewa menyewa gedung/rumah atau
penghasilan yang didapatkan dari hadiah/undian biasanya dikenakan pemotongan dari tarif
PPh Ps. 4 ayat 2 final.

Soal 5
Perhitungan PPh Ps. 24
Pajak penghasilan pasal 24 merupakan pajak yang dikenakan negara sehubungan
dengan penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri baik pribadi maupun dari
luar negeri. Perhitungan dilakukan dengan cara :
a. Menjumlahkan penghasilan yang didapat dari luar negeri dan dalam negeri untuk
menentukan PKP
b. Menghitung PPh terhutang, tarif ditentukan berdasarkan bentuk badan usaha, jika
berbentuk UKM dengan penghasilan bruto 0 s/d 4,8 Miliar namun masih menyewa
gedung yang digunakan untuk usaha maka tarif yang ditetapkan sebesar 0,5%. Namun
jika usaha berbentuk UKM namun sudah memiliki gedung sendiri/ tidak menyewa,
maka tarif yang dikenakan berdasarkan 3 range yang ada :
 Range 1, penghasilan bruto 0 s/d 4,8 Miliar
PKP X 22% X 50%
 Range 2, penghasilan bruto 4,8 Miliar s/d 50 Miliar
Fasilitas = 4,8 Miliar / Penghasilan Bruto X PKP
Tanpa Fasilitas = PKP – Fasilitas
(50% X 22% X Fasilitas) + (22% X Tanpa Fasilitas)
 Range 3, penghasilan bruto 50% s/d tanpa batas
PKP X 22%
c. Menghitung PPh yang diperkenankan, tarif ditentukan berdasarkan penghasilan luar
negeri dikali dengan PPh terhutang dibagi dengan PKP
d. Menghitung PPh yang harus disetor dalam negeri dengan cara mengurangkan hasil
dari PPh terhutang dengan PPh yang diperkenankan.

Soal 6
Perhitungan PPh Ps. 25
Pajak penghasilan yang dihitung dan dibayarkan sendiri oleh wajib pajak. Perhitungan
dilakukan pada tahun pajak sebelumnya, dibayarkan selama tahun pajak berjalan &
dipertanggung jawabkan untuk tahun berikutnya. Perhitungan dilakukan dengan cara :
a. Menjumlahkan PPh ps. 22, PPh ps. 23, PPh ps. 24, dan PPh ps. 25 pada tahun
sebelumnya untuk mengetahui besarnya PPh yang dibayar dimuka.
b. Mengurangkan hasil dari PPh terhutang yang diperoleh dari perhitungan PPh ps. 24
dengan PPh dibayar dimuka untuk menentukan PPh kurang/lebih bayar.
c. Mengurangkan besarnya PPh terhutang dengan PPh yang dipungut oleh pihak lain
dan dibagi 12 untuk mengetahui besarnya PPh ps. 25 yang akan dibayarkan pada
tahun berikutnya setiap bulannya.

Soal 9
Praktek Pengisian SPT PPN (Formulir – 1111)
Terdapat bebearapa formulir SPT PPN Formulir 1111 diantaranya adalah :
a. Faktur pajak, terdapat dua lembar yaitu lembar pertama untuk pembeli/penerima
BKP/JKP yang digunakan sebagai bukti pajak masukan, yang kedua adalah lembar
untuk penjual/pemberi BKP/JKP yang digunakan sebagai bukti pajak keluaran.
Didalam faktur pajak terdapat informasi yang detail mengenai data kedua pihak, nama
barang/nama jasa kena pajak dan harga jual, informasi mengenai potongan, dan
informasi lainnya yang dapat mempengaruhi harga jual. Serta pajak penjualan atas
barang mewah yang mungkin saja dikenakan terhadap barang yang ada didalam
faktur pajak.
b. Formulir 1111, merupakan SPT Masa PPN yang didalamnya memuat informasi
mengenai pemungutan PPN yang mungkin dipungut sendiri karena kegiatan transaksi
yang dilakukan dengan pihak yang tidak memiliki kuasa untuk melaporkan PPN nya
sendiri kepada negara atas kegiatan pembelian yang dilakukannya, atau PPN yang
dipungut oleh pemungut PPN yang memiliki kuasa untuk melaporkan PPN-nya
sendiri kepada negara, atau bisa juga informasi mengenai PPN yang tidak dipungut
atau penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN. Selain itu, didalam formulir
ini juga menjelaskan secara detail mengenai perhitungan PPN kurang/lebih bayar.
c. Formulir 1111 A2, merupakan pajak keluaran atas penyerahan dalam negeri dengan
faktur pajak. Segala informasi mengenai pembelian/penerima BKP/JKP terdapat
didalam formulir ini dengan sangat terperinci karena memuat informasi mengenai
DPP dan juga PPN.
d. Formulir 1111 B1, merupakan pajak masukan atas impor BKP dan pemanfaatan BKP
tidak berwujud/JKP dari luar daerah pabean. Informasi yang dimuat didalamnya sama
dengan formulir 1111 A2 namun dari transaksi yang terjadi karena penjualan/pemberi
BKP/JKP.
e. Formulir 1111 AB, merupakan rekapitulasi penyerahan dan perolehan yang
didalamnya memuat gabungan informasi dari transaksi penjualan dan pembelian,
penerimaan dan pemberian BKP/JKP.

Soal 13
Praktek Pengisian SPT Tahunan PPh WP Badan (Formulir-1771)
Laporan keuangan yaitu siklus terkahir akuntansi, anatara laporan keuangan pajak dan
komersil tidak boleh disamakan atau dengan kata lain, kedua hal tersebut harus dibedakan.
Laporan keuangan komersil disusun berdasarkan standar PSAK atau Persyaratan Standart
Akutansi Keuangan. Sedangkan Laporan keuangan fiskal sesuai dengan UU perpajakan baik
perpajakan PPh maupun PPN. Untuk membedakan kedua hal tersebut maka perusahaan perlu
mengetahui versi keuangan fiskal yang akan dilaporkan dengan cara harus melakukan
rekonsiliasi fiskal.
Dalam formulir 1771 terdapat jenis penghasilan yang perlu dilaporkan salah satunya
adalah biaya sumbangan. Contoh biaya sumbangan yang mengurangi secara komersil boleh
tapi fiskal tidak boleh karena ada UU dan ketentuan lain yg mengatur. Namun biaya
penyusutan boleh tapi harus disesuaikan dengan ketentuan UU perpajakan.
Biaya penyusutan dibagi menjadi 4 kelompok dengan besaran prosentase penyusutan
yang sudah disesuaikan yaitu :
1. 12,5%
2. 25%
3. 50%
4. 75 %.
Jika terjadi koreksi positif di biaya maka dipastikan biaya yang dikoreksi
menyebabkan biaya berkurang. Koreksi positif berarti laba bertambah, karena biayanya
berkurang berarti laba perusahaan bertambah.
Biaya ini terjadi koreksi karena adanya biaya penyusutan pada kendaraan dinas
dimana kendaraan tersebut tidak di gunakan untuk kepentingan dinas tapi pribadi jadi biaya
penyusutan terjadi koreksi..
Lalu terjadi lagi biaya koreksi perjalanan dinas karena biaya tersebut digunakan
untuk kepentingan keluarga pemegang saham.
Ada koreksi negatif di pendapatan sewa karena pendapatan tersebut telah dipungut
PPh final atau PPh ps. 4 ayat 2, maka jikalau sudah dipungut PPh pasal 4 ayat 2 terhadap
penghasilan dari objek PPh tersebut tidak dianggap sebagai pengahsilan dan atas hasil
potongan pajak tersebut tidak bisa mengurangi pajak. Jadi tidak bisa dijadikan PPh dibayar
dimuka, karena PPh ps.4 ayat 2 bersifat final.

Anda mungkin juga menyukai