Anda di halaman 1dari 6

SPT PPh Badan 1771

SPT PPh Badan 1771 merupakan formulir yang digunakan untuk


melaporkan pajak penghasilan, biaya dan perhitungan PPh terutang dalam
jangka waktu satu tahun pajak bagi wajib pajak badan.

Merujuk Pasal 1 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-19/PJ/2009 dijelaskan,


Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk
suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak, yang salah satunya meliputi SPT
Tahunan PPh Wajib Pajak Badan formulir 1771.

Penjelasan tentang Formulir SPT PPh


Badan 1771
Dalam formulir SPT PPh Badan 1771, Wajib Pajak Badan akan diminta
untuk memberitahukan informasi seperti berikut:

1. Identitas lengkap
2. Penghasilan kena pajak
3. PPh terutang
4. Kredit pajak
5. PPh kurang/lebih bayar
6. Angsuran PPh Pasal 25 tahun berjalan
7. Kompensasi kerugian fiskal
8. PPh final
9. Penghasilan lain yang bukan objek pajak

Formulir SPT 1771 ini terdiri lampiran I hingga VI yang juga wajib diisi guna
melaporkan berbagai informasi terkait dengan wajib pajak badan sesuai
yang diatur dalam PER-19-PJ-2014.
Berikut penjelasan enam lampiran dalam formulir SPT PPh Badan 1771 dan
cara mengisinya:

A. Lampiran Formulir 1771-I


Lampiran ini untuk memberitahukan laporan keuangan komersial dan
penghitungan penghasilan neto fiskal.

Pada lampiran ini, Anda harus mengisi data penghasilan neto komersial
dalam dan luar negeri, PPh yang dikenakan pajak final, penghasilan yang
tidak termasuk objek pajak, serta penyesuaian fiskal.

B. Lampiran Formulir 1771-II


Lampiran formulir 1771 II berisi perincian harga pokok penjualan (HPP),
biaya usaha secara komersial, dan biaya dari luar usaha.

Sehingga, harus memberikan data seperti nominal pembelian bahan atau


barang dagangan, biaya transportasi, biaya sewa, persedian awal dan akhir.

 Kolom (1) : nomor urut


 Kolom (2) : perincian
 Kolom (3) : diisi dengan biaya yang merupakan Harga Pokok
Penjualan
 Kolom (4) : diisi dengan Biaya Usaha Lainnya yang bukan merupakan
Harga Pokok Penjualan
 Kolom (5) : diisi dengan Biaya-biaya langsung yang terkait dengan
penghasilan dari luar usaha
 Kolom (6) : diisi dengan jumlah kolom (3) ditambah dengan kolom (4)
ditambah dengan kolom (5)
C. Lampiran Formulir 1771-III
Ini merupakan formulir yang diisi untuk melaporkan kredit pajak dalam
negeri.

Melalui formulir ini, WP diminta untuk memberitahukan rincian kredit PPh


pasal 23 dan PPh pasal 22 yang diterima perusahaan selama tahun pajak
yang bersangkutan.

Pemotongan PPh Pasal 26 yang dapat dikreditkan dengan PPh Terutang


untuk Tahun Pajak yang bersangkutan adalah pemotongan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5) Undang-Undang PPh.

 Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut untuk masing-masing jenis pajak
 Kolom (2) : diisi dengan Nama Pemotong/Pemungut Pajak. Dalam hal
PPh Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Nama Bank tempat
pembayaran
 Kolom (3) : diisi dengan NPWP Pemotong/Pemungut Pajak. Dalam hal
PPh Pasal 22 dibayar sendiri kolom ini diisi dengan Alamat Bank tempat
pembayaran
 Kolom (4) : diiisi dengan: – Untuk PPh Pasal 22 diisi dengan Jenis
Transaksi atau Pembayaran – Untuk PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 diisi
dengan jenis penghasilan yang dipotong PPh
 Kolom (5) : diisi dengan jumlah yang menjadi Dasar
Pemotongan/Pemungutan
 Kolom (6) : diisi dengan jumlah PPh yang dipotong/dipungut
 Kolom (7) : diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan Untuk
pemotongan/pemungutan PPh Pasal 22 yang pembayarannya dilakukan
sendiri, kolom (7) diisi dengan kata “SSP” atau “SSPCP”
 Kolom (8) : diisi dengan Tanggal Bukti Pemotongan/Pemungutan
dengan format penulisan dd/mm/yy
D. Lampiran Formulir 1771-IV
Lampiran ini merupakan formulir yang digunakan untuk melaporkan jumlah
penghasilan yang dikenakan PPh final, jumlah PPh final yang dibayarkan
dan jumlah penghasilan yang bukan merupakan objek PPh selama tahun
pajak yang bersangkutan.

Bagi Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha dengan


peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 23 Tahun 2018, wajib melampirkan rincian jumlah
penghasilan dan pembayaran PPh Final per Masa Pajak dari masing-masing
tempat usaha.

E. Lampiran Formulir 1771-V


Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar pemegang saham/pemilik
modal dan jumlah dividen yang dibagikan serta daftar susunan pengurus dan
komisaris.

Lewat formulir ini, WP diminta memerinci nama, alamat, NPWP, besaran


modal yang disetor serta jumlah dividen yang diberikan.

Bagian A : DAFTAR PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL DAN JUMLAH


DIVIDEN YANG DIBAGIKAN

 Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut


 Kolom (2) : diisi dengan Nama Pemegang Saham atau Pemilik Modal
sesuai dengan kartu identitas
 Kolom (3) : diisi dengan Alamat Lengkap Pemegang Saham atau
Pemilik Modal sesuai dengan kartu identitas
 Kolom (4) : diisi dengan NPWP Pemegang Saham atau Pemilik Modal.
Untuk pemegang saham/modal yang tidak memiliki NPWP (misalnya WP
Luar Negeri, WP yang penghasilannya di bawah PTKP) diisi dengan “Tidak
Ada”
 Kolom (5) : diisi dengan jumlah modal yang disetor
 Kolom (6) : diisi dengan persentase kepemilikan
 Kolom (7) : diisi dengan jumlah dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham.

Bagian B : DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS

 Kolom (1) : diisi dengan Nomor Urut


 Kolom (2) : diisi dengan Nama Pengurus dan Komisaris sesuai dengan
kartu identitas
 Kolom (3) : diisi dengan Alamat Lengkap Pengurus dan Komisaris
sesuai dengan kartu identitas
 Kolom (4) : diisi dengan NPWP Pengurus dan Komisaris. Untuk
Pengurus dan Komisaris yang tidak memiliki NPWP (misalnya WP Luar
Negeri, WP yang penghasilannya di bawah PTKP) diisi dengan “Tidak Ada”
 Kolom (5) : diisi dengan jabatan pengurus atau komisaris.

F. Lampiran Formulir 1771-VI


Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar penyertaan modal pada
perusahaan afiliasi, daftar utang dari pemegang saham dan/atau
perusahaan afiliasi, daftar piutang kepada pemegang saham dan/atau
perusahaan afiliasi.

G. Lampiran Khusus dan Dokumen Lain


Selain lampiran I – VI dalam formulir 1771, WP juga harus melengkapi
formulir lampiran khusus 1A – 8A.

Lampiran khusus tersebut berisi informasi di antaranya daftar penyusutan


dan amortisasi, daftar kantor cabang utama perusahaan, harta
berwujud/tidak berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan
yang dapat disusutkan/ diamortisasi.
Untuk kolom CATATAN diisi dengan informasi yang relevan (apabila ada)
mengenai:

 Tahun-tahun revaluasi yang pernah dilakukan;


 Fasilitas penanaman modal berupa penyusutan/amortisasi dipercepat.

Sedangkan kolom METODE PENYUSUTAN/AMORTISASI diisi dengan kode:

No. METODE PENYUSUTAN/AMORTISASI KODE PENGGUNAAN

1. Garis Lurus GL Komersial/Fiskal

2. Jumlah Angka Tahun JAT Komersial

3. Saldo Menurun SM Komersial/Fiska

4. Saldo Menurun Ganda SMG Komersial

5. Jumlah Jam Jasa JJJ Komersial

6. Jumlah Satuan Produksi JSP Komersial/Amortisasi Fiskal

7. Metode Lainnya ML Komersial


Bagi WP yang menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang asing
seperti USD, perhatikan ketentuan mengenai kurs konversi aktiva tetap.

Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.03/


2015 tentang Perubahan Kedua atas PMK No. 196/PMK.03/2007 tentang:

Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa


Asing Dan Satuan Mata Uang Selain Rupiah serta Kewajiban Penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
sebagaimana diubah dengan PMK No. 24/PMK.011/2012.

Anda mungkin juga menyukai