Anda di halaman 1dari 15

RMK TEORI PASAR MODAL

EMITEN, PERUSAHAAN PUBLIK, DAN REGULASI TERKAIT PERUSAHAAN


EFEK KELAS : A2

Oleh
Kelompok 6 :

Kadek Prilia Tirana (1907531185)


Ni Luh Putu Eka Putri Maharani (1907531251)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
1. Emiten
1.1 Definisi
Emiten adalah pihak yang melakukan Penawaran Umum, yaitu penawaran Efek yang
dilakukan oleh Emiten untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur
dalam Peraturan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya. Emiten dapat berbentuk perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi,
atau kelompok yang terorganisasi. Emiten dapat menawarkan Efek berupa surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Jenis Efek yang
lain adalah sukuk, yang merupakan Efek Syariah, yakni akad dan cara penerbitannya sesuai
dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Pada umumnya, Emiten melakukan penawaran Efek
melalui Pasar Modal untuk saham, obligasi, dan sukuk.
Pihak yang dapat melakukan penawaran umum hanyalah emiten yang telah
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada OJK (d/h Bepepam & LK) untuk menawarkan
atau menjual Efek kepada masyarakat dan Pernyataan Pendaftaran tersebut telah efektif. Emiten
wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran untuk melakukan Penawaran Umum dan
Perusahaan Publik wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran sebagai Perusahaan Publik.
Atas Pernyataan Pendaftaran tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam-LK)
memberikan pernyataan efektif yang menunjukkan kelengkapan atau dipenuhinya seluruh
prosedur dan persyaratan atas Pernyataan Pendaftaran yang diwajibkan dalam peraturan
perundangan yang berlaku. Pernyataan efektif tersebut bukan sebagai izin untuk melakukan
Penawaran Umum dan juga bukan berarti bahwa Otoritas Jasa Keuangan menyatakan informasi
yang diungkapkan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut adalah benar atau cukup.

1.2 Pernyataan Pendaftaran Penawaran Umum


Kewajiban dasar Emiten dalam Penawaran Umum adalah menyampaikan Pernyataan
Pendaftaran (PP) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dimana pernyataan tersebut telah
efektif, dan telah disclosure kepada masyarakat dalam bentuk prospektus. Prospektus adalah
setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran Umum dengan tujuan agar Pihak lain
membeli efek.
Adapun tata cara penyampaian pernyataan pendaftaran berdasarkan Pasal 74 UU No.8
Tahun 1995, yaitu :
1. Pernyataan Pendaftaran (PP) menjadi efektif pada hari ke-45 sejak diterimanya PP secara
lengkap atau pada tanggal yang lebih awal jika dinyatakan efektif oleh OJK. 2. Dalam jangka
waktu PP, OJK dapat meminta perubahan dan atau tambahan informasi dari Emiten.
3. Dalam hal Emiten menyampaikan perubahan atau tambahan informasi, PP tersebut
dianggap telah disampaikan kembali pada tanggal diterimanya perubahan atau tambahan
informasi tersebut.
4. PP tidak dapat menjadi efektif sampai saat informasi tambahan dan atau perubahan
sebagaimana dimaksud dalam angka 2 diterima dan telah memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh OJK.

Pasal 70 UU No 8 Tahun 1995 menyatakan bahwa, kewajiban dalam hal Pernyataan


Pendaftaran, tidak berlaku dalam :
a) Penawaran Efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun
b) Penerbitan sertifikat deposito
c) Penerbitan polis asuransi
d) Penawaran efek yang diterbitkan dan dijamin Pemerintah Indonesia
e) Penawaran efek lain yang ditetapkan oleh OJK

Maka, dalam hal pernyataan pendaftaran yang dapat melakukan penawaran umum
hanyalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada OJK untuk
menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat dan pernyataan pendaftaran tersebut telah
efektif. (Pasal 70 UUPM No.8 tahun 1995)
Di dalam pasal 80 UU PM No.8 tahun 1995 menyatakan bahwa jika pernyataan
pendaftaran dalam rangka penawaran umum memuat informasi yang tidak benar tentang fakta
material atau tidak memuat informasi tentang fakta material sesuai dengan ketentuan undang
undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya sehingga informasi dimaksud menyesatkan, maka:
a) Setiap pihak yang menandatangani Pernyataan Pendaftaran,
b) Direktur dan komisaris emiten pada waktu pernyataan pendaftaran menjadi efektif,
c) Penjamin pelaksana emisi efek, dan
d) Profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan
atas persetujuannya dimuat dalam Pernyataan pendaftaran.
Wajib bertanggungjawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama atas kerugian yang
timbul akibat perbuatan dimaksud. Tuntutan ganti rugi terkait hal ini hanya dapat diajukan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak Pernyataan Pendaftaran efektif.
Setiap Pihak yang menawarkan atau menjual Efek dengan menggunakan Prospektus atau
dengan cara lain, baik tertulis maupun lisan, yang memuat informasi yang tidak benar tentang
Fakta Material atau tidak memuat informasi tentang Fakta Material dan Pihak tersebut
mengetahui atau sepatutnya mengetahui mengenai hal tersebut wajib bertanggungjawab atas
kerugian yang timbul akibat perbuatan dimaksud. Pembeli Efek yang telah mengetahui bahwa
informasi tersebut tidak benar dan menyesatkan sebelum melaksanakan pembelian Efek tersebut
tidak dapat mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul dari transaksi Efek
tersebut.

1.3 Prospektus dan Pengumuman


Mekanisme penawaran umum perdagangan saham perdana disebut dengan istilah IPO
(Initial Public Offering). Dalam IPO, ada yang disebut prospektus. Prospektus adalah setiap
informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli
efek (Pasal 1 angka 26 UUPM).
Adapun isi Prospektus terdiri dari :
1) Informasi yang terkait dengan go public : Syarat pemesanan efek; Masa penawaran efek;
Bursa efek tempat listing; Profesi dan lembaga penunjang; Jumlah dan harga efek yang
ditawarkan, dll.
2) Aspek Hukum : Status badan hukum perusahaan; Status hukum pemilikan kekayaan
perusahaan; Status perjanjian dengan pihak lain; Status sengketa hukum yang dihadapi
perusahaan, dll.
3) Aspek Usaha : Kegiatan produksi/operasi perusahaan; Risiko usaha; Lingkungan industri,
persaingan, pertumbuhan dll.
4) Aspek Keuangan/Akuntansi : Analisa dan pembahasan oleh manajemen atas laporan
keuangan dan informasi relevan lainnya; Penyajian laporan keuangan (Neraca, Laporan
Laba Rugi, Arus Kas, Perubahan Ekuitas dll.
5) OJK memastikan bahwa prinsip keterbukaan terpenuhi; tidak menyatakan kebenaran
informasi atau dokumen; hanya wajib memperhatikan kelengkapan, kecukupan,
obyektivitas, kejelasan, dan kemudahan dimengerti. (Peraturan Bapepam IX.C.2, IX.C.3,
IX.C.8, IX.C.9 dan IX.C.10)

Dan setiap prospektus yang dikeluarkan dalam penawaran umum, dilarang memuat
keterangan yang tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat keterangan yang benar
tentang fakta material yang diperlukan agar prospektus tidak memberikan gambaran yang
menyesatkan. (Pasal 78 UU PM No.8 tahun 1995)
1.4 Pendaftaran dan Pencatatan Saham Go Public
Tahap selanjutnya, perusahaan yang sudah terdaftar atau disebut juga emiten dapat
mencatatkan sahamnya di bursa efek, sebagai kelanjutan dan kontrak pendahuluan yang telah
dilakukan sebelumnya. Setelah pencatatan saham-saham emiten di bursa efek, perdagangan
saham di pasar sekunder tersebut, dapat langsung ditransaksikan. Tetapi, selama belum
dicatatkan, saham ini belum dapat diperdagangkan di bursa. Pencatatan saham dapat dilakukan
pada satu bursa yang disebut dengan single listing maupun dua bursa yang disebut dengan dual
listing. Jika sisa saham yang dicatatkan di bursa secara sekaligus, cara ini disebut company
listing. Jika sisa saham yang dicatatkan secara sebagian-sebagian (partial), cara ini dengan
partial listing.

1.5 Laporan Keuangan Perusahaan Untuk Tahun Buku Terakhir di Audit Dengan Wajar
Tanpa Syarat
a. Saham yang dicatatkan minimal berjumlah 1.000.000 (satu juta) saham. b. Jumlah
pemegang saham, baik perorangan maupun lembaga minimal 200, dan pemegang saham
masing-masing memiliki minimal 1 (satu) satuan perdagangan.
c. Wajib mencatatkan seluruh saham yang telah disetor penuh, sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan tentang persentase pemilikan saham oleh pemodal asing. d. Perusahaan
telah berdiri dan beroperasi sekurang-kurangnya tiga tahun. e. Dalam dua tahun terakhir
mendapat laba operasi, tidak terdapat saldo kerugian pada posisi keuangan yang terakhir.

2. PERUSAHAAN PUBLIK
Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya
oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Perusahaan Publik (public company) dapat juga diartikan sebagai suatu Perseroan yang
telah Go Publik atau telah melakukan Penawaran Umum atau telah melakukan penjualan saham
kepada masyarakat, walaupun jumlah kepemilikan saham Emiten setelah Penawaran Umum di
bawah 50%, bahkan ada Emiten yang melakukan penawaran umum saham hanya sebesar 10%
dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan, atau dengan kata lain publik atau
masyarakat hanya memiliki porsi kepemilikan sebesar 10%.
Mengenai perbedaan antara Emiten dan Perusahaan Publik menurut Hammud M. Balfas,
SH, LL.M, yaitu emiten menjadi Emiten karena melakukan emisi atau mengeluarkan efek dalam
suatu penawaran umum dan perusahaan publik menjadi Perusahaan Publik bukanlah karena
secara sengaja melakukan penawaran efeknya kepada masyarakat dalam suatu penawaran umum.
Perusahaan menjadi Perusahaan Publik karena perusahaan memenuhi kriteria tertentu seperti
yang ditetapkan oleh UUPM.

3. REGULASI TERKAIT PERUSAHAAN EFEK


3.1 Definisi Perusahaan Efek
Menurut Pasal 1 angka 21 UUPM Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan
kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer
Investasi. Yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan Efek adalah Perseroan yang
telah memperoleh izin usaha dari Bapepam (OJK). Untuk melaksanakan kegiatan sebagai
Perusahaan Efek diperlukan berbagai persyaratan di antaranya keahlian dan permodalan yang
cukup. Perusahaan Efek bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan
Efek yang dilakukan oleh direktur, pegawai, dan Pihak perusahaan lain yang bekerja untuk
tersebut.

3.2 Jenis Perusahaan Efek Berdasarkan Kepemilikan


❖ Menurut PP No.45 Tahun 1995
Perusahaan Efek dapat berbentuk :
(1) Perusahaan Efek nasional, yang seluruh sahamnya dimiliki oleh orang perseorangan
WNI dan atau badan hukum Indonesia;
(2) Perusahaan Efek patungan, yang sahamnya dimiliki oleh orang perseorangan WNI,
badan hukum Indonesia dan atau badan hukum asing yang bergerak di bidang
keuangan.

❖ Menurut POJK No. 20/POJK.04/2016


Bentuk dari Perusahaan Efek menurut POJK ini sama seperti PP No 45 Tahun 1995.
Presentase Kepemilikan Saham Perusahaan Efek Patungan:
1) Dimiliki oleh Badan Hukum Asing yang bergerak di bidang jasa keuangan selain
sekuritas paling banyak 85% (delapan puluh lima persen) dari Modal Disetor 2) Dimiliki
oleh Badan Hukum Asing yang bergerak di bidang sekuritas yang telah memperoleh
negara asalnya paling banyak 99% ( sembilan puluh sembilan persen) dari modal disetor.
3.3 Syarat Permodalan Perusahaan Efek
❖ Syarat Permodalan Perusahaan Efek Menurut PP No 45 Tahun 1995 Menurut PP No
45 tahun 1995 Pasal 33 Perusahaan Efek wajib memenuhi persyaratan permodalan
sebagai berikut:
1) Untuk Perusahaan Efek Nasional:
a. Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek:
Modal disetor : Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) Modal kerja
bersih disesuaikan : Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) b. Perantara
Pedagang Efek:
Modal disetor : Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) Modal kerja bersih
disesuaikan : Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) c. Penjamin Emisi Efek,
Perantara Pedagang Efek dan Manajer Investasi Modal disetor :
Rp10.500.000.000,00 (sepuluh milyar lima ratus juta rupiah)
Modal kerja bersih disesuaikan : Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah)
d. Perantara Pedagang Efek dan Manajer Investasi
Modal disetor : Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Modal kerja bersih
disesuaikan : Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).

2) Untuk Perusahaan Patungan dengan pihak asing:


a. Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek:
Modal disetor : Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) Modal Kerja
Bersih Disesuaikan : Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) b. Perantara
Pedagang Efek
Modal disetor : Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) Modal Kerja Bersih
Disesuaikan : Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) c. Penjamin Emisi Efek,
Perantara Pedagang Efek dan Manajer Investasi Modal disetor :
Rp11.000.000.000,00 (sebelas milyar rupiah) Modal Kerja Bersih Disesuaikan :
Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) d. Perantara Pedagang Edek dan
Manajer Investasi
Modal disetor : Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) Modal Kerja Bersih
Disesuaikan : Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)

Ketentuan besarnya modal disetor yang harus dipenuhin oleh Perusahaan efek diatur
oleh Menteri Keuangan, sedangakn Modal Kerja Bersih Disesuaikan yang harus dipenuhi
oleh Perusahaan Efek diatur oleh OJK.

❖ Syarat Permodalan berdasarkan POJK No. 20/POJK.04/2016


Menurut Pasal 8 POJK No. 20/POJK.04/2016 Perusahaan Efek wajib memenuhi
persyaratan permodalan sebagai berikut:
a. Penjamin Emisi Efek
Modal disetor : Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) b. Perantara
Pedagang Efek yang Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah Modal disetor
: Rp 30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) c. Perantara Pedagang Efek yang
tidak Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah Modal disetor : Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). d. Penjamin Emisi Efek dan Manajer
Investasi
Modal disetor : Rp75.000.000.000,00 (tujuh puluh lima miliar rupiah). e. Perantara
Pedagang Efek yang Mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah dan Manajer
Investasi
Modal disetor : Rp55.000.000.000,00 (lima puluh lima miliar)
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek
dan/atau Perantara Pedagang Efek wajib memiliki dan memelihara Modal Kerja
Bersih Disesuaikan sesuai dengan peraturan V.D.5

❖ Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD)


Pengaturan mengenai MKBD diatur dialam Peraturan V.D.5 tentang
Pemeliharaan dan Pelaporan Modal Kerja Bersih Disesuaikan. Modal Kerja Bersih
Disesuaikan yang disebut MKBD adalah jumlah aset lancar Perusahaan Efek
dikurangi dengan seluruh liabilitas Perusahaan Efek dan Ranking Liabilities,
ditambah dengan Utang Sub-Ordinasi, serta dilakukan penyesuaianpenyesuaian
lainnya.
a. Ketentuan yang Wajib dipenuhi Perusahaan Efek terkait MKBD: 1)
Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek wajib
memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp
25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).
2) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek
yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib memiliki Modal Kerja
Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima
miliar rupiah).
3) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek
yang tidak mengadministrasikan rekening Efek nasabah wajib memiliki Modal
Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
4) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Manajer Investasi wajib
memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
5) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Manajer Investasi wajib memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit
sebesar Rp25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua ratus juta rupiah).
6) Perusahaan Efek yang menjalankan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek
yang mengadministrasikan rekening Efek nasabah dan Manajer Investasi wajib
memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan paling sedikit sebesar Rp
25.200.000.000,00 (dua puluh lima miliar dua ratus juta rupiah).
b. Kewajiban Perusahaan Efek terkait pengisian Laporan MKBD:
1) Laporan tersebut wajib ditandatangani direktur Perusahaan Efek dan disimpan
pada bagian akuntansi kantor pusat Perusahaan Efek; dan
2) Laporan tersebut wajib disiapkan dalam format digital dengan lajur dan kolom dan
disampaikan dalam bentuk disket atau e-mail yang rincian teknisnya akan
ditentukan oleh Bapepam bagi setiap Perusahaan Efek
c. Tata Cara Penghitungan MKBD
1) Penghitungan MKBD dilakukan secara berurutan, dimulai dari menentukan nilai
modal kerja, lalu menentukan nilai modal kerja bersih, setelah itu baru
menentukan nilai MKBD.
2) Penyesuaian terhadap risiko atas likuiditas deposito.
3) Penyesuaian terhadap risiko Efek milik Perusahaan Efek yang dihitung
berdasarkan Haircut tertentu dari nilai pasar wajar.

3.4 Kegiatan yang Dilakukan Perusahaan Efek


1) Perusahaan Efek sebagai Perantara Pedagang Efek (Broker-Dealer) Perusahaan Efek
yang berlaku sebagai Perantara Pedagang Efek melakukan kegiatan usaha jual beli Efek
untuk kepentingan sendiri atau pihak lain (seperti investor, reksa dana, perusahaan
asuransi, dana pensiun, dll). Jual-beli Efek seperti saham dan obligasi dapat dilakukan di
Bursa Efek. Namun jual-beli juga dapat dilakukan secara transaksi di luar Bursa atau
sering disebut sebagai transaksi OTC (Over-the-Counter).
2) Penjamin Emisi Efek (Underwriter) adalah Perusahaan Efek yang berlaku sebagai
Penjamin Emisi Efek melakukan kontrak dengan calon Emiten dalam melaksanakan
Penawaran Umum Saham (Initial Public Offering/IPO), dengan atau tanpa kewajiban
untuk membeli sisa Efek yang tidak terjual
3) Manajer Investasi (Fund Manager, Investment Company) adalah Perusahaan Efek yang
berlaku sebagai Manajer Investasi melakukan kegiatan kegiatan usaha mengelola
portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk
sekelompok nasabah (kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang
melakukan sendiri kegiatan usahanya). Saat ini Manajer Investasi dikenal luas oleh
masyarakat sebagai pihak yang mengelola Reksa Dana yang telah banyak dijual melalui
Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD). Sebagian besar Reksa Dana ditawarkan dan
dijual melalui Bank Umum yang terdaftar sebagai APERD.

3.5 Perizinan
Perizinan perusahaan efek pada saat ini diatur oleh Peraturan OJK No.
20/POJK.04/2016 tentang Perizinan Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek (PEE) dan Perantara Pedagang Efek (PPE) (yang disebut POJK
Perizinan), menggantikan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan BAPEPAM No. V.A.1
tentang Perizinan Perusahaan Efek.

3.6 Larangan Bagi Perusahaan Efek


1) Larangan terkait Perizinan
a. Perseroan yang memperoleh izin usaha Perusahaan Efek sebagai Penjamin Emisi Efek
dilarang melakukan kegiatan usaha selain kegiatan usaha sesuai izin usaha yang dimiliki
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) dan ayat (5) POJK Perizinan. 2) Larangan
terkait Kepemilikan
a. Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai PEE atau PPE dilarang
mengeluarkan saham baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh perseroan lain
yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh Perusahaan
Efek dimaksud. Namun hal ini tidak berlaku apabila perusahaan efek dimaksud
dilakukan dalam kedudukannya sebagai emiten kepada:
(1) Perusahaan Efek lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah
dimiliki oleh Perusahaan Efek dimaksud, yang melaksanakan kewajiban
pembelian saham dalam penjaminan emisi Efek atas Penawaran Umum Efek
bersifat ekuitasnya.
(2) Perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki
oleh Perusahaan Efek dimaksud, yang melaksanakan hal-hal sebagaimana diatur
dalam Pasal 22 ayat (2) huruf b POJK Perizinan.
b. Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan saham Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai PEE atau PPE dilarang berasal:
(1) daripinjaman atau utang dalam bentuk apapun dari pihak manapun; dan/atau
(2) dari dan untuk tujuan pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme.

3) Larangan terkait Pengendalian


a. Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai PEE atau PPE yang menjadi
pemegang saham Bursa Efek dan afiliasinya baik sendiri maupun bersama dilarang
mempunyai hubungan dengan Perusahaan Efek lain yang melakukan kegiatan usaha
sebagai PEE atau PPE yang juga menjadi pemegang saham Bursa Efek yang sama
melalui:
(1) Kepemilikan, baik langsung maupun tidak langsung, 20% (dua puluh persen) atau
lebih saham. Perusahaan Efek lain dimaksud yang mempunyai hak suara; atau (2)

Pengendalian di bidang pengelolaan dan/atau kebijakan Perusahaan Efek lain


dimaksud, baik langsung maupun tidak langsung.
4) Larangan terkait Anggota Direksi & Komisaris
a. Direksi : Dilarang Bekerja pada perusahaan atau institusi lain dalam jabatan apapun
kecuali sebagai anggota Dewan Komisaris Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
b. Komisaris: Dilarang bekerja dalam jabatan apapun pada Perusahaan Efek lain yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek,
atau Manajer Investasi
3.7 Pengendalian dan Perlindungan Efek yang Disimpan Oleh Perusahaan Efek Pengaturan
mengenenai Pengendalian dan Perlindungan Efek yang disimpan oleh Perusahaan efek ini diatur
dalam Peraturan BAPEPAM No. V.D.4

1. Kewajiban Perusahaan Efek untuk menempatkan Efek Nasabah Dalam Pengendalian


Langsung Perusahaan Efek:
1) Perusahaan Efek wajib untuk mengambil tindakan yang cepat dan efektif untuk menjaga
agar Efek yang ada dalam Posisi Long rekening Efek nasabah berada dalam pengendalian
langsung Perusahaan Efek.
2) Efek Bebas yang bukan Efek dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek sesudah
periode 5 (lima) hari kerja harus diganti dengan Efek yang dibeli oleh Perusahaan Efek. 3)
Perusahaan Efek dimungkinkan untuk memperpanjang waktu 5 (lima) hari kerja untuk
membeli Efek, dengan ketentuan bahwa:
(a) Perusahaan Efek telah menyisihkan uang sejumlah nilai pasar wajar Efek yang belum
berada dalam pengendalian langsung Perusahaan Efek tersebut dan ada dalam
rekening khusus di bank atas nama Perusahaan Efek untuk kepentingan (qq)
pemegang rekening untuk menjamin Efek Bebas yang bukan Efek dalam
pengendalian langsung Perusahaan Efek; dan
(b) Perusahaan Efek telah secara aktif dan terus menerus melakukan tindakan terbaik dan
benar untuk memastikan Efek dimaksud dalam pengendalian langsung Perusahaan
Efek.
2. Perlindungan Efek Nasabah:
1) Perusahaan Efek tidak dapat menggunakan Efek nasabah untuk jaminan penyelesaian
kewajiban Perusahaan Efek kepada Lembaga Kliring dan Penjaminan kecuali apabila
disetujui oleh nasabah yang bersangkutan dengan perjanjian khusus yang jelas dan
terpisah dari perjanjian lainnya.
2) Perjanjian khusus diatas wajib mengikuti ketentuan dalam angka 7 huruf b butir 4)
Peraturan Bapepam dan LK Nomor V.D.3 tentang Pengendalian Internal Perusahaan
Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek.
3) Dalam hal nasabah menyetujui penggunaan Efek nasabah sebagai Efek Jaminan maka
Perusahaan Efek wajib membuka Sub Rekening Efek Jaminan atas nama nasabah
dimaksud dan menempatkan Efek Jaminan tersebut dalam Sub Rekening Efek Jaminan
pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
4) Apabila terdapat nasabah umum yang mendapatkan penjatahan Efek pada Penawaran
Umum, dan belum memiliki rekening Efek, maka nasabah dimaksud wajib membuka
rekening Efek sehingga menjadi nasabah pemilik rekening, dan Perusahaan Efek wajib:
5) Membuka Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atas nama
nasabah dimaksud; dan
6) Memindahbukukan Efek milik nasabah dimaksud ke dalam Sub Rekening Efek nasabah
sesuai dengan tanggal distribusi yang ditentukan Emiten.
7) Perusahaan Efek wajib memberikan akses informasi kepada nasabahnya yang
memungkinkan nasabahnya dapat secara langsung memonitor mutasi dan/atau saldo Efek
dan/atau dana yang disimpan pada Sub Rekening Efek atas nama nasabah tersebut pada
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.
3.8 Pengendalian Internal Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai
Perantara Pedagang Efek
Peraturan Mengenai Pengendalian Internal Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan
Usaha Sebagai Perantara Pedagang Efek diatur didalam Peraturan BAPEPAM No. V.D.3 ❖
Fungsi-Fungsi sebagai Perantara Pedagang Efek
⮚ PPE wajib mempunyai dan melaksanakan paling kurang 6 (enam) fungsi, sebagai berikut:
1) fungsi pemasaran; 2) fungsi manajemen risiko; 3) fungsi pembukuan; 4) fungsi
Kustodian; 5) fungsi teknologi informasi; dan 6) fungsi kepatuhan.
⮚ Apabila PPE ingin memiliki fungsi riset maka fungsi tersebut wajib dipisahkan dari
keenam fungsi diatas.
❖ Ketentuan Pemisahan Fungsi
1) Pegawai dilarang merangkap fungsi
2) Apabila Perusahaan Efek memiliki izin Penjamin Emisi Efek (PEE) atau Manajer
Investasi (MI) selain PPE, maka :
a. SOP fungsi-fungsi kegiatan usaha lain tersebut wajib terpisah dari SOP fungsi PPE. b.
Pelaksanaan masing-masing fungsi manajemen risiko, pembukuan, IT, kepatuhan,
dan/atau riset dapat dilakukan oleh satu unit kerja yang melaksanakan fungsi tersebut.

CONTOH KASUS
Buntut Kasus Jouska, BEI Periksa Perusahaan Sekuritas
JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek
Indonesia (BEI), Laksono Widodo, mengatakan pihaknya masih memeriksa PT Phillip Sekuritas
Indonesia terkait kasus pengelolaan dana nasabah tanpa izin oleh PT Jouska Finansial Indonesia.

PT Philip Sekuritas Indonesia ditunjuk sebagai penjamin emisi saat penawaran umum
perdana atau IPO PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK). Sementara itu, seluruh klien
Jouska membuka rekening dana investor (RDI) di perusahaan sekuritas tersebut. Sebagaimana
diketahui, para klien Jouska merasa dirugikan oleh Jouska karena nilai investasi mereka turun
signifikan dan nyangkut di saham LUCK. Laksono menuturkan otoritas akan segera
mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap Phillip Sekuritas apakah terlibat dalam kasus Jouska.
Satuan Tugas Waspada Investasi pada akhir Juli lalu memutuskan untuk menghentikan
operasional PT Jouska Finansial Indonesia dan dua perusahaan mitranya yakni PT Mahesa
Strategis Indonesia dan PT Amarta Investa Indonesia. Mereka diduga telah bertindak sebagai
perusahaan penasehat keuangan, sekuritas dan manajer investasi tanpa izin. Dalam pemeriksaan,
Satgas menemukan kesimpulan bahwa PT Jouska Finansial Indonesia baru mendapatkan izin di
Online Single Submission (OSS) untuk kegiatan jasa pendidikan lainnya. Kemudian, dalam
kegiatannya Jouska telah berperan sebagai penasehat Investasi seperti yang diatur dalam
Undang-Undang Pasar Modal Nomor 1995 yaitu pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain
mengenai penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa. PT Jouska juga
melakukan kerja sama dengan PT Mahesa Strategis Indonesia dan PT Amarta Investa Indonesia
dalam pengelolaan dana nasabah seperti kegiatan manajer investasi.
Sebelumnya, CEO PT Jouska Finansial Indonesia (Jouska), Aakar Abyasa Fidzuno,
berkomitmen mempertanggung jawabkan penyelesaian masalah atas kerugian portofolio
investasi saham yang dialami kliennya. Komitmen tersebut disampaikan melalui e-mail kepada
tiap klien yang dilayangkan sebagai surat permohonan maaf dan komitmen terbuka. Dalam surat
tersebut, Aakar memohon kebijaksanaan para klien untuk dapat memberi waktu selambat
lambatnya hingga tanggal 1 September 2020 untuk menyusun dan menyampaikan strategi terkait
pelunasan klaim ganti rugi yang diderita para klien.
Adapun sejak pertemuan dengan Satgas Waspada Investasi (SWI) pada Jumat,
(24/7/2020), proses dialog dengan para klien terus dilakukan dengan mengedepankan itikad baik
dari kedua belah pihak. Pengiriman surat kepada klien juga diinfokan kepada SWI dan Asosiasi
Perencana Keuangan Independen (IFPC - Independent Financial Planner Club).
Daftar Pustaka
TICMI. 2016. Hukum dan Etika: Emiten dan Perusahaan Publik. Jakarta: The Indonesia Capital
Market Institute

TICMI. 2016. Hukum dan Etika: Regulasi Terkait Perusahaan Efek. Jakarta: The Indonesia
Capital Market Institute

Idris, Muhammad. 2020. Buntut Kasus Jouska, BEI Periksa Perusahaan Sekuritas.Kompas.com.
Terdapat pada : https://money.kompas.com/read/2020/08/11/170232926/buntut-kasus
jouska-bei-periksa-perusahaan-sekuritas?page=all. Diakses pada tanggal 29 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai