Anda di halaman 1dari 10

Nama : Abiyyu Hidayat

NIM : 215030400111017
Faktur Pajak
A. Pengertian dan fungsi faktur pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP). Artinya, ketika PKP menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan
Faktur Pajak sebagai tanda bukti dirinya telah memungut pajak dari orang yang telah membeli
barang/jasa kena pajak tersebut. Perlu diingat bahwa barang/jasa kena pajak yang
diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain harga pokoknya.
PKP adalah bisnis/perusahaan/pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena
pajak dan/atau JKP yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PKP harus dikukuhkan
terlebih dahulu oleh DJP, dengan beberapa persyaratan tertentu. Perlu diingat, Faktur Pajak
harus dibuat oleh PKP untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor BKP tidak
berwujud, dan ekspor JKP.
B. Kewajiban membuat faktur pajak
PKP wajib membuat faktur pajak tersebut untuk sejumlah kegiatan. Pertama, setiap
penyerahan BKP sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a dan/atau Pasal 16D UU
PPN. Kedua, setiap penyerahan JKP sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU
PPN. Ketiga, ekspor BKP berwujud sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f UU
PPN. Keempat, setiap ekspor BKP tidak berwujud sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf g UU PPN. Kelima, setiap ekspor JKP sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf
h UU PPN.
C. Bentuk faktur pajak
1. Faktur Pajak Bentuk Standar
Adalah faktur pajak yang dibuat oleh
pengusaha kena pajak dengan mengacu
pada ketentuan dirjen pajak No. Kep-
53/PJ/1994 yang berlaku sejak tanggal 29
Desember 1994, dan berkewajiban untuk
dilaksanakan per satu januari 1995. Faktur
Pajak jenis ini berbentuk kuarto dan paling
sedikit harus memuat keterangan sebagai
berikut:
• Tertera NPWP, Alamat, dan Nama PKP
yang melakukan penyerahan dan atau
pembelian BKP (Barang Kena Pajak) atau
JKP (Jasa Kena Pajak).
• Memasukkan informasi tentang Barang atau Jasa, beserta jumlah harga jual atau
penggantian, dan potongan harga
• Jumlah PPN dan atau PPnBM yang dipungut
• Nomor seri, kode serta tanggal pembuatan faktur pajak
• Jabatan, Nama Terang serta tanda tangan dari pihak terkait yang berhak
Sebagai satu bentuk dokumen formal, pembuatan faktur pajak harus mengikuti ketentuan yang
diatur dalam undang-undang terkait dengan bentuk dan caranya.
2. Faktur Pajak Bentuk Gabungan

Sebenarnya Faktur Pajak Gabungan adalah, faktur pajak standar, yang cara
penggunaannya diijinkan untuk dijalankan oleh PKP jika terjadi beberapa kali penyerahan BKP
/JKP kepada pembeli atau
penerima jasa yang sama
yang dilakukan dalam
satu masa pajak. Faktur
Pajak Gabungan wajib
dibuat oleh PKP
selambat-lambatnya di
akhir bulan berikutnya
setelah bulan terjadinya
penyerahan BKP/JKP.
3. Faktur Pajak Bentuk
Sederhana
Dalam rancangan
teoritisnya, faktur pajak
semacam ini merupakan dokumen yang secara fungsional disamakan fungsinya sebagai faktur
pajak. Biasanya diserahkan kepada pembeli dan atau pengguna BKP/JKP dalam bentuk
sobekan kecil, hampir sama seperti karcis, yang bisa juga berbentuk bon kontan, atau faktur
bukti penjualan BKP atau penggunaan JKP.
D. Jenis faktur pajak
1. Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa kena pajak, dan atau barang
kena pajak yang tergolong dalam barang mewah;
2. Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP ketika
melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak dari PKP
lainnya;
3. Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang telah terbit
sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan pengisian NPWP.
Sehingga, harus dilakukan pembetulan agar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
4. Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena pajak atau jasa kena
pajak yang sama selama satu bulan kalender;
5. Faktur Pajak Digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan identitas
pembeli, nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat oleh PKP Pedagang
Eceran;
6. Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar,
dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam pengisian kode dan
nomor seri. Faktur pajak cacat dapat dibetulkan dengan membuat faktur pjak pengganti;
7. Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan adanya
pembatalan transaksi. Pembatalan juga harus dilakukan ketika ada kesalahan pengisian
NPWP dalam faktur pajak.
Ada pula dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.
Yaitu dokumen yang tidak memiliki format sebagaimana faktur pajak pada umumnya, tetapi
tetap dipersamakan kedudukannya. Contohnya adalah tagihan listrik, tagihan pemakaian air,
tagihan telepon selular, dan lain sebagainya.
E. Cara pengisian faktur pajak
Tahap 1
• Masukkan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak yang telah didapat dari DJP
• Masukkan nama, alamat, dan NPWP Perusahaan yang menyerahkan Barang/Jasa Kena
Pajak pada kolom Pengusaha Kena Pajak
• Masukkan nama, alamat, dan NPWP Perusahaan yang membeli atau menerima
Barang/Jasa Kena Pajak pada kolom Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena
Pajak
Tahap 2
• Masukkan nomor urut sesuai dengan urutan jumlah barang atau jasa kena pajak yang
diserahkan (1, 2, 3,…)
• Masukkan nama barang/jasa kena pajak yang diserahkan
• Masukkan nominal harga pada kolom Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin
(jika nominal bukan dalam satuan rupiah, maka Anda harus memiliki Faktur Pajak
khusus untuk nominal selain rupiah, yakni Faktur Pajak Valas)
Tahap 3
• Total keseluruhan harga ditulis pada kolom Harga Jual/Penggantian/Uang
Muka/Termin
• Total nilai potongan harga Barang atau Jasa Kena Pajak ditulis (jika ada potongan)
ditulis pada kolom Dikurangi Potongan Harga
• Jika Anda sudah menerima uang muka seusai penyerahan Barang atau Jasa Kena Pajak,
maka nominal uang tersebut dapat ditulis pada kolom Nilai Uang Muka yang telah
diterima.
• Jumlah Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin dikurangi dengan Potongan Harga
dan Uang muka yang telah diterima, kemudian ditulis pada kolom Dasar Pengenaan
Pajak
• Jumlah PPN yang terutang sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak ditulis pada kolom
PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak
• Pada kolom Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), hanya diisi apabila terjadi
penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah. Dapat diisi dengan cara, besar
tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
• Masukkan Tempat dan Tanggal pada saat membuat Faktur Pajak tersebut
• Masukkan Nama dan Tanda Tangan dari Nama Pejabat yang telah ditunjuk oleh
Perusahaan (harus sesuai dengan Nama Pejabat pada saat Perusahaan resmi menjadi
Pengusaha Kena Pajak/PKP
F. Kode dan nomor seri faktur pajak
Ketentuan pemberian kode dan nomor faktur pajak mengacu pada PER-24/PJ/2012
jo PER-17/PJ/2014. Pengusaha tidak boleh sembarangan membuat faktur pajak dan
menentukan sendiri nomor faktur pajak. Faktur pajak harus menggunakan kode dan nomor
seperti yang ditentukan oleh peratuaran tersebut.
Format kode dan nomor seri faktur pajak terdiri dari 16 digit, yaitu:
• 2 (dua) digit pertama adalah kode transaksi;
• 1 (satu) digit berikutnya adalah kode status; dan
• 13 (tiga belas) digit berikutnya adalah nomor seri faktur pajak.
G. E-Faktur
Kementerian Keuangan telah menerbitkan peraturan yang menetapkan pengertian
bentuk Faktur Pajak terbaru, yang terdiri dari bentuk elektronik atau e-Faktur dan tertulis
(hardcopy) – PMK Nomor 151/PMK.011/2013. Berikut beberapa peraturan terkait e-Faktur
beserta penjelasannya:
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk,
Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka
Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur
Pajak
• Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan
Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik.
H. Pembetulan dan pembatalan faktur pajak
Cara Pembetulan Faktur Pajak yang Sudah Dilaporkan
Berdasarkan peraturan yang berlaku, tata cara pembetulan faktur pajak yang sudah
dilaporkan meliputi:
1. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP)
2. Identitas PKP, baik PKP penjual maupun PKP pembeli
3. Rincian Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP), berisi nomor urut BKP/JKP, nama
BKP/JKP, harga jual/penggantian atau termin.
4. Jumlah harga jual/penggantian atau termin
5. Potongan harga
6. Uang muka yang telah diterima
7. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
8. PPN = 11% x DPP
9. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
10. Tempat dan tanggal faktur dibuat
11. Nama dan tanda tangan PKP atau pegawai yang ditunjuk untuk menandatangani faktur
pajak tersebut.
12. Menambah kolom valuta asing (jika transaksi menggunakan valuta asing)
Pembetulan Faktur Pajak yang Sudah Dilaporkan Menggunakan e-Faktur
Pembuatan faktur pajak pengganti sebagai upaya pembetulan faktur pajak yang sudah
dilaporkan saat ini menjadi lebih mudah, karena tidak harus dilakukan secara manual. Sebab,
di era penggunaan e-faktur, pembetulan faktur pajak yang sudah dilaporkan bisa langsung
dilakukan lewat aplikasi e-faktur yang dikeluarkan oleh DJP. Cara pembetulan faktur pajak
yang sudah dilaporkan dengan menggunakan aplikasi e-faktur adalah sebagai berikut:

1. Masuk ke aplikasi e-faktur, klik menu “Faktur” pilih “Pajak Keluaran” dan kemudian
“Administrasi Faktur”. Selanjutnya akan muncul data pajak keluaran PKP.
2. Klik faktur pajak yang akan diganti atau dibetulkan.
3. Klik tombol bertuliskan “Pengganti”.
4. Setelah itu klik tombol “Lanjutkan” dan kemudian masuk ke “Detail Transaksi”.
5. Pada “Detail Transaksi” PKP bisa merubah data faktur dengan mengklik tombol “Ubah
Transaksi”. Jika sudah selesai merubah, klik “Simpan”.
6. Setelah klik “Simpan” PKP akan diarahkan kembali ke halaman “Detail Transaksi”. Di
halaman “Detail Transaksi” klik tombol “Simpan”.
7. Setelah klik tombol “Simpan”, faktur pajak pengganti sudah dibuat, yang berarti
pembetulan faktur pajak yang sudah dilaporkan telah sukses dilakukan.
Faktur pajak pengganti sebagai pembetulan faktur pajak yang sudah dilaporkan harus diunggah
ke server DJP.
Cara Pembatalan Faktur Pajak
Di era penggunaan e-Faktur, PKP yang hendak melakukan pembatalan faktur pajak tentu
harus menggunakan e-Faktur, dengan melalui sejumlah alur proses. Cara pembatalan faktur
pajak dengan menggunakan e-Faktur sangat mudah. Langkah-langkah yang harus dilakukan
PKP adalah sebagai berikut:
1. Klik “Faktur” dan pilih opsi “Pajak Keluaran — Administasi Faktur” dan memilih
faktur pajak keluaran yang hendak dibatalkan.
2. Dalam faktur pajak yang hendak dibatalkan terdapat opsi pada bagian bawah
bertuliskan “Batalkan Faktur” dan akan muncul notifikasi yang menyatakan
pembatalan faktur pajak keluaran berhasil.
3. Status faktur pajak kemudian berubah menjadi “Batal”.
I. Faktur pajak hilang
Langkah Mengembalikan Data e-Faktur yang Hilang
Cara mengembalikan data e-Faktur yang hilang tanpa adanya backup membutuhkan upaya
yang tidak instan. Alasannya, Anda harus melibatkan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat
Anda terdaftar. Jika data hilang dan punya backup, tentu Anda dapat melakukan restore data.
Berikut ini cara mengembalikan data e-Faktur yang hilang sebelum Anda sempat membackup
data:
• Membuat surat permohonan secara formal yang ditujukan kepada KPP terdaftar
sebagaimana diatur dalam Pasal 8, Peraturan Direktur Jenderal Pajak no. PER-
16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk
Elektronik. Langkah-langkah yang perlu digaris bawahi adalah PKP dapat melakukan
cetak ulang melalui aplikasi atau sistem elektronik yang sudah disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
• Menyertakan surat-surat penting yang Anda dapatkan saat pertama kali mendaftar di
aplikasi e-Faktur dan password.
• Membawa flashdisk untuk menyimpan data e-Faktur yang akan Anda salin dalam
format zip. Jangan membuka folder ini secara langsung karena bisa terjadi kerusakan
data. Pastikan untuk mengekstrak data dalam format zip melalui aplikasi e-Faktur
Desktop.
• Untuk permintaan database yang hilang di KPP terdaftar, PKP bersangkutan harus
datang sendiri tanpa boleh diwakilkan (wajib pajak pribadi). Sedangkan untuk PKP
badan, hanya dapat diurus oleh direktur perusahaan yang bersangkutan. Permintaan ini
akan ditindak lanjuti oleh Kepala KPP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
• Permintaan pengembalian data e-Faktur ke KPP terdaftar terbatas pada data e-Faktur
yang telah diunggah dan memperoleh persetujuan DJP.
• Jika Anda tetap merasa kesulitan dalam mengikuti tahap-tahap yang sudah dijelaskan
diatas, Anda dapat meminta bantuan petugas di KPP untuk memberikan penjelasan
yang lebih detil.
J. Dokumen yang dipersamakan dengan faktur pajak
Direktur Jenderal (Ditjen) Pajak menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan faktur pajak. Ketentuan mengenai dokumen yang dipersamakan dengan
faktur pajak ini ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-10/PJ/2010
tentang Dokumen Tertentu yang Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur Pajak
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-33/PJ/2014. Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur
Ppajak adalah:
1. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh
pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri
dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB
tersebut;
2. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh
BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
3. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA
untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak;
4. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;
5. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill, atau Delivery Bill, yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
6. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
7. Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan Iistrik;
8. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri dengan invoiceyang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor
JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud;
9. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang
berupa nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan dilampiri dengan
Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau
bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan
identitas pemilik barang berupa nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk
impor BKP;
10. SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar
Daerah Pabean;
11. Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Perusahaan Air Minum;
12. Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek;
13. Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan; dan
14. SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru lelang disertai dengan
Risalah Lelang.
K. Faktur pajak gabungan
Faktur pajak gabungan adalah adalah faktur pajak yang meliputi seluruh penyerahan
yang dilakukan kepada pembeli barang atau penerima jasa yang sama selama 1 bulan kalender.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, ada 14 dokumen yang ditetapkan
sebagai faktur pajak standar yakni:
1. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah mendapat persetujuan ekspor oleh
pejabat yang berwenang.
2. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang diterbitkan BULOG untuk penyaluran
tepung terigu.
3. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang diterbitkan PERTAMINA.
4. Bukti tagihan atas penyerahan jasa oleh perusahaan telekomunikasi.
5. Tiket dan Airway Bill/Delivery Bill yang diterbitkan jasa angkutan udara dalam negeri.
6. Nota Penjualan Jasa yang diterbitkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan.
7. Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik.
8. Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak (JKP) atau Barang Kena Pajak (BKP) Tidak
Berwujud.
9. Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
10. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan barang tidak
berwujud dan/atau jasa di luar daerah pabean.
11. Bukti tagihan atas penyerahan barang dan/atau jasa oleh Perusahaan Air Minum
(PAM).
12. Bukti tagihan atas penyerahan jasa oleh perantara efek.
13. Bukti tagihan atas penyerahan jasa oleh perbankan.
14. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPN atas penyerahan barang melalui juru
lelang disertai risalah lelang.
Untuk meringankan beban administrasi dalam membuat faktur pajak, PKP diperkenankan
untuk satu faktur pajak untuk seluruh transaksi dalam satu bulan kalender yang disebut dengan
faktur pajak gabungan. Faktur pajak gabungan merupakan faktur pajak yang meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama selama 1 (satu)
bulan kalender. Definisi ini diterangkan dalam Pasal 13 ayat 2 UU PPN dan PPnBM.
Sementara itu, berdasarkan Pasal 6 PMK 151/2013 faktur pajak gabungan harus dibuat paling
lama pada akhir bulan penyerahan BKP atau JKP.
L. Saat pembuatan faktur pajak
Pasal 3 ayat (2) PER-03/PJ/2022 memerinci ketentuan waktu pembuatan faktur
pajak. Pertama, saat penyerahan BKP dan/atau JKP. Kedua, saat penerimaan pembayaran
dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau sebelum
penyerahan JKP. Ketiga, saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan. Keempat, saat ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau
ekspor JKP. Kelima, saat lain yang diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang PPN. Saat penyerahan BKP dan/atau JKP serta saat ekspor BKP berwujud, ekspor BKP
tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP, dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
Dengan berlakunya PER-03/PJ/2022, sejumlah peraturan dan keputusan direktur
jenderal pajak dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pertama, PER-58/PJ/2010. Kedua, PER-
24/PJ/2012 s.t.d.t.d PER-04/PJ/2020. Ketiga, PER-16/PJ/2014 s.t.d.t.d PER-
10/PJ/2020. Kelima, KEP-754/PJ/2001. Selain mengenai saat pembuatan faktur pajak, ada pula
bahasan terkait dengan pengenaan pajak atas transaksi aset kripto. Kemudian, ada pula bahasan
tentang sejumlah kebijakan PPN yang masuk dalam Undang-Undang (UU) Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (HPP).
M. Penentuan saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penyerahan BKP berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang bergerak,
terjadi pada saat: Pasal 17 ayat (3) huruf a PP 1 Tahun 2012:
1. BKP berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima barang untuk
pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan antar cabang;
2. BKP berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan;
atau
3. harga atas penyerahan BKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat
diterbitkan faktur penjualan oleh PKP, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan diterapkan secara konsisten.
Penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang
tidak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai Barang
Kena Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli. Pasal
17 ayat (3) huruf b PP 1 Tahun 2012.
Penyerahan Jasa Kena Pajak terjadi pada saat: Pasal 17 ayat (5) huruf a PP 1 Tahun 2012:
1. harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;
2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana dimaksud pada
huruf a tidak diketahui; atau
3. mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian
atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri Jasa Kena
Pajak.
N. Faktur pajak tidak tepat waktu dan tidak lengkap
Istilah faktur pajak lengkap dan faktur pajak tidak lengkap sebenarnya merujuk pada
pasal 13 ayat 5 UU PPN yang menjelaskan, faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak yang
dapat digunakan sebagai sarana mengkreditkan pajak masukan yang harus diisi secara lengkap.
Istilah faktur pajak tidak lengkap menggantikan istilah sebelumnya yaitu “faktur pajak cacat”
yang tercantum dalam PER-13/PJ/2010. Istilah faktur pajak cacat tidak lagi dipakai lantaran
dianggap tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam UU KUP. Kita juga harus
mengetahui kriteria faktur pajak lengkap yang diatur melalui pasal 5 PER 24/PJ/2012. Menurut
aturan tersebut, sebuah faktur pajak dikatakan lengkap apabila memuat keterangan mengenai
penyerahan Barang Kena Pajak/Penyerahan Jasa Kena Pajak (BKP/JKP) yang berisi beberapa
informasi seperti berikut:
• Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP/JKP.
• Nama, alamat dan NPWP pembeli BKP/penerima JKP.
• Jenis barang/jasa, harga jual/penggantian dan potongan harga.
• Jumlah PPN yang dipungut.
• Jumlah PPnBM yang dipungut.
• Kode, nomor seri serta tanggal pembuatan faktur pajak.
• Tanda tangan dan nama pihak yang menandatangani faktur pajak.
O. Nota retur dan nota pembatalan
Nota pembatalan akan digunakan sebagai dokumen pendukung saat isi faktur pajak
tidak bisa diperbaiki dengan faktur pajak pengganti. Nota ini diterbitkan oleh Pengusaha Kena
Pajak dalam transaksi jual beli produk yang terdaftar sebagai BKP (Barang Kena Pajak). Nota
pembatalan ini juga memiliki fungsi lain yaitu untuk mengurangi pajak masukan (bagi
pembeli) dan pajak keluaran (bagi penjual) dalam periode diterbitkannya.
Sebaliknya nota retur merupakan dokumen untuk transaksi pengembalian Barang Kena
Pajak oleh pembeli ke penjual. Jadi bisa dipastikan, pembeli yang bisa membuat nota retur
adalah pembeli dengan status Pengusaha Kena Pajak dan memiliki hak untuk memungut PPN.
Faktanya, ada cukup banyak alasan yang mendasari kenapa Barang Kena Pajak harus
dikembalikan. Bisa karena kerusakan, tidak sesuai dengan pesanan dan lain sebagainya.
Peraturan nota retur pajak bisa dilihat pada PMK No. 65/PMK.03/2010. Dalam peraturan
ini terdapat tata cara pengurangan PPN dan PPnBM yang dibatalkan atau dikembalikan. Jadi,
berdasarkan peraturan tadi nota retur bisa digunakan untuk mengurangi pajak keluaran dan
PPnBM terutang oleh penjual dengan status PKP (Pengusaha Kena Pajak).

Anda mungkin juga menyukai