Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PPH DAN PPN

KELOMPOK 9
FAKTUR PAJAK DAN NOTA RETUR

DISUSUN OLEH :

Frida Ayusi N B.231.16.0194


Imelia Yuliarfiyono B.231.16.0219
Ocan Angesti B.231.16.0244
Rita Porwaningsih B.231.16.0233
Dhiya Al Aina B.231.16.0242
Devi Yuliyanti B.231.16.0325
Mirza Ulinnuha B.231.16.0086
Nila Amalia B.231.16.0066
Rika Anisatul B.231.16.0253

UNIVERSITAS SEMARANG
2017/2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………...hal 2
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..hal 3
1.3 Manfaat dan Tujuan………………………………………………………………hal 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Faktur Pajak………………………………………………………….hal 4
2.2 Jenis-Jenis Faktur Pajak………………………………………………………….hal 4
2.3 Fungsi Faktur Pajak……………………………………………………………..hal 5
2.4 Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Dalam Faktur Pajak………………………hal 5
2.5 Dokumen – Dokumen Tertentu Yang Diperrlakukan Sebagai Faktur Pajak ….hal 6
2.6 Petunjuk Pengisian Faktur Pajak…………………………………………………hal 7
2.6.1 Faktur Pajak Bentuk Standar…………………………………………..hal 7
2.6.2 Faktur Pajak Bentuk Gabungan ………………………………………hal 15
2.6.3 Faktur Pajak Bentuk Sederhana………………………………………..hal 16
2.6.4 Nota Retur…………………………………………………………… hal 22

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. hal 27
3.2 Saran dan Kritik………………………………………………………………... hal 27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................hal 28

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah sumber utama untuk membangun negara yang kuat dan tangguh
melalui pembangunan berkesinambungan yang dibiayai dari sumber penerimaan pajak
negara. Pada prinsipnya, pajak adalah satu-satunya pungutan yang resmi dan
diperbolehkan oleh negara.Di Indonesia sendiri perpajakan diatur dalam undang-undang
RI nomor 28 tahun 2007 yang menjadi dasar dari undang-undang nomor 6 tahun 1983,
dan pernah dilakukan perubahan ketiga tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan. Dalam undang-undang tersebut turut diatur pula hal-hal yang terkait dengan
kewajiban membayar pajak bagi wajib pajak. Selain itu juga turut disampaikan tentang
apa saja yang terkait langsung dengan kewajiban membayar pajak bagi seorang wajib
pajak. Dalam istilah perpajakan dikenal adanya istilah faktur pajak. Wajib pajak harus
mengerti serta memahami tentang faktur pajak ini agar tidak menimbulkan kerancuan
dalam hal membayar pajak. Pemahaman yang baik tentang faktur pajak juga akan
memudahkan komunikasi antara wajib pajak dengan petugas layanan paja
Pada aspek yang lebih jauh, mengenal secara mendalam tentang istilah perpajakan
secara tidak langsung merupakan wujud tanggung jawab seorang warga negara agar
dapat memahami kewajibannya dalam membayar pajak. Artikel kali ini akan membahas
lebih dalam tentang faktur pajak, jenis, serta fungsinya. Simak lebih mendalam
informasinya dan pahami kewajiban Anda sebagai pembayar pajak dengan baik. Secara
teoritits, pengertian dari faktur pajak itu adalah bukti dari pungutan pajak, yang dibuat
oleh pengusaha kena pajak (PKP) sebagai bagian dari kewajiban wajib pajak untuk
melakukan penyerahan jasa kena pajak (JKP), atau penyerahan barang
kena pajak (BKP).Dengan kata lain, faktur pajak menjadi bagian dari tanggungan
pengusaha kena pajak yang harus diserahkan kepada dinas perpajakan. Agar terjadi
transparansi dalam bidang perpajakan dan tidak terjadi penggelapan pajak. Sebelum
menjadi wajib pajak yang dikenai kewajiban untuk menyerahkan faktur pajak, maka
seorang pengusaha harus terlebih dahulu dikukuhkan oleh pihak Direktorat Jendral Pajak.

2
Setelah itu PKP atau Pengusaha Kena Pajak yang telah dikukuhkan secara otomatis
dikenai kewajiban untuk membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Faktur pajak dan Nota Retur?

2. Syarat-syarat apa yang dimuat dalam faktur ?

3. Sebutkan jenis - jenis faktur ?

4. Cara Mengisi faktur Pajak dan Nota Retur ?

1.3 Manfaat Dan Tujuan

Untuk mengetahui kegunaan faktur dalam kehidupan sehari – hari dan dalam
dunia kerja atau bisnis . serta untuk memperkuat transaksi yang terjadi antara penjual dan
pembeli apabila terjadi kesalahan dalam berbisnis .

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PE NGE RTIAN FAKTUR PA JAK

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP). Artinya, ketika PKP menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus
menerbitkan Faktur Pajak sebagai tanda bukti dirinya telah memungut pajak dari orang
yang telah membeli barang/jasa kena pajak tersebut. Perlu diingat bahwa barang/jasa
kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain harga pokoknya. PKP
adalah bisnis/perusahaan/pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak
dan/atau JKP yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PKP harus dikukuhkan
terlebih dahulu oleh DJP, dengan beberapa persyaratan tertentu. Lebih lanjut perihal
pengukuhan PKP dapat dilihat pada artikel, PPN di sini. Perlu diingat, Faktur Pajak harus
dibuat oleh PKP untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor BKP tidak
berwujud, dan ekspor JKP.

2.2 JENIS-JENIS FAKTUR PAJAK

1. Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak
saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa kena pajak, dan atau barang
kena pajak yang tergolong dalam barang mewah;

2. Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP ketika
melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak dari PKP lainnya;

3. Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang telah terbit
sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan pengisian NPWP.
Sehingga, harus dilakukan pembetulan agar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

4
4. Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena pajak atau jasa kena
pajak yang sama selama satu bulan kalender;

5. Faktur Pajak Digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan identitas
pembeli, nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat oleh PKP Pedagang
Eceran;

6. Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar,
dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam pengisian kode dan nomor
seri. Faktur pajak cacat dapat dibetulkan dengan membuat faktur pjak pengganti;

7. Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan adanya pembatalan
transaksi. Pembatalan faktur pajak juga harus dilakukan ketika ada kesalahan pengisian
NPWP dalam faktur pajak.

Ada pula dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur


pajak. Yaitu dokumen yang tidak memiliki format sebagaimana faktur pajak pada
umumnya, tetapi tetap dipersamakan kedudukannya dengan faktur pajak. Contohnya
adalah tagihan listrik, tagihan pemakaian air, tagihan telepon selular, dan lain sebagainya.

2.3 FUNGSI FAKTUR PAJAK

Peran penting Faktur Pajak sangat berguna bagi PKP. Dengan adanya faktur pajak
maka PKP memiliki bukti bahwa PKP telah melakukan penyetoran, pemungutan hingga
pelaporan SPT Masa PPN sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika tejadi kesalahan
dalam mengisi faktur pajak, PKP dapat melakukan pembetulan faktur pajak tersebut. Jika
tidak dilakukan pembetulan sama sekali, maka hal ini akan merugikan PKP yakni pada
saat auditor memeriksa pajak PKP.

2.4 SYARAT-SYARAT YANG HARUD DIPENUHI DALAM FAKTUR PAJAK

Faktur Pajak harus memenuhi syarat formal maupun material. Yang dimaksud dengan
syarat formal, bahwa Faktur Pajak Standar paling sedikit harus memuat keterangan:

5
a. Nama, alamat, NPWP yang melakukan penyerahan atau pembeli BKP atau JKP;
b. Jenis Barang atau Jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga;
c. PPN yang dipungut;
d. PPn BM yang dipungut;
e. Kode, nomor seri dan tgl pembuatan FP; dan
f. Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak.

Sedangkan yang dimaksud dengan syarat material, bahwa barang yang diserahkan benar
baik secara nilai maupun jumlah. Demikian juga pengusaha yang melakukan dan yang
menerima penyerahan BKP tersebut sesuai dengan keterangan yang tercantum pada
Faktur Pajak.

2.5 DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU YANG DIPERLAKUKAN SEBAGAI


FAKTUR PAJAK

a. PIB yang dilampiri SSP dan atau bukti pungutan pajak oleh Dirjen Bea dan Cukai
untuk impor BKP
b. PEB yang telah difiat muat oleh pejabat yang berwenang dari Dirjen Bea dan Cukai
dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan PEB tersebut;
c. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/ dikeluarkan oleh BULOG/
DOLOG untuk penyaluran tepung terigu.
d. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/ dikeluarkan oleh Pertamina untuk
penyerahan BBM dan atau bukan BBM.
e. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
f. Ticket, Tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/
dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri.
g. SSP untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean.
h. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/ dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhan;
i. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik.

6
2.6 PETUNJUK PE NGISIAN F AKTUR PAJAK

Dalam penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU PPN 1984, Undang-undang PPN


menyebutkan bahwa terdapat sekurang-kurangnya tiga jenis faktur pajak yaitu:

2.6.1 Faktur Pajak Bentuk Standar

7
Contoh Faktur Pajak Bentuk Standar

Adalah faktur pajak yang dibuat oleh pengusaha kena pajak dengan mengacu pada
ketentuan dirjen pajak No. Kep-53/PJ/1994 yang berlaku sejak tanggal 29 Desember
1994, dan berkewajiban untuk dilaksanakan per satu januari 1995. Dalam pasal 1 angka 3
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ/2006 tanggal 31 Oktober 2006
yang mengatur tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara
Penyampaian, Dan Tata Cara Pembetukan Faktur Pajak Standar menetapkan bahwa

8
Faktur Pajak Standar adalah Faktur Pajak yang paling sedikit memuat keterangan
tentang:

a) Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP atau JKP
b) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP
c) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga
d) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut
e) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut
f) Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak dan
g) Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

Faktur Pajak Gabungan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (2) UU PPN 1984
sebenar-nya adalah Faktur Pajak Standar yang memuat semua penyerahan BKP atau JKP
dalam satu Masa Pajak kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama.

 Jenis Faktur Pajak Standart harus dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap 2,


yaitu :
Lembar ke-1 : Untuk pembeli BKP atau penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan
Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan faktur pajak standart sebagai bukti Pajak
Keluaran Dalam hal Faktur Pajak Standart dibuat lebih dari rangkap 2 (dua), maka
peruntukan lembar ketiga dan seterusnya harus dinyatakan secara jelas dalam faktur
pajak yang bersangkutan, misalnya,
Lembar ke-3 : Untuk KPP dalam hal penyerahan BKP atau JKP dilakukan kepada
pemungutPPN
Dokumen tertentu yang dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak di perlaku-kan
sebagai Faktur Pajak Standar.
Dokumen-dokumen tersebut harus memuat sekurang-kurangnya :
a) Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen ;
b) Nama, Alamat dan NPWP penerima dokumen sebagai wajib pajak dalam negeri;
c) Jumlah satuan apabila ada ;
d) Dasar Pengenaan Pajak ;
e) Jumlah pajak yang terutang.

9
 Pengadaan Formulir Faktur Pajak Standar :
Tata cara pengadaan formulir Faktur Pajak Standar dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Setiap Faktur Pajak Standar wajib menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
2. Bentuk formulir Faktur Pajak Standar disesuaikan dengan kebutuhan administrasi
PKP yang bersangkutan.
3. Formulir Faktur Pajak dapat dicetak dalam warna putih untuk seluruh lembar atau
antara lembar kesatu, kedua dan ketiga dapat dicetak dalam warna yang berbeda-beda
sesuai dengan keinginan atau keperluan PKP.
4. Faktur Pajak Standar dibuat minimal dalam rangkap 2 (dua) dengan peruntukan:
Lembar ke-1 : untuk diberikan kepada Pembeli BKP atau penerima JKP,
Lembar ke-2 : sebagai arsip PKP yang bersangkutan.
Dalam hal dibuat lembar ke-3, peruntukannya supaya disebutkan dengan jelas.
5. Faktur Pajak Standar dapat dibuat dengan menggunakan komputer sepanjang
memenuhi sya-rat yang telah ditentukan.

 Tata Cara Mengisi Faktur Pajak Standar


Adapun tata cara mengisi Faktur Pajak Standar, ditentukan sebagai berikut:
1. Penjelasan Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984, dan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Direk-tur Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ./2006 menetapkan bahwa
Faktur Pajak harus diisi de-ngan lengkap, benar dan jelas baik secara formal maupun
materiel dan ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang ditunjuk oleh PKP.
Faktur Pajak yang diisi tidak sesuai ketentuan ini menjadi Faktur Pajak cacat,
sehingga PPN yang ada di dalamnya tidak dapat dikreditkan.
Namun, kiranya perlu disadari bahwa tidak mencantumkan keterangan NPPKP
Pembeli dalam Faktur Pajak Standar tidak mengakibatkan Faktur Pajak Standar
menjadi cacat. Hal ini disebabkan oleh :
a. berdasarkan Pasal 3A ayat (1) UU PPN 1984, sejak 1 Januari 2001, UU PPN
1984 tidak mengakui eksistensi NPPKP;
b. Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
159/PJ./2006 pada dasarnya menetapkan bahwa keterangan yang ditentukan

10
dalam Pasal 1 angka 3 wajib diisi dengan lengkap, benar dan jelas oleh PKP.
Pasal 1 angka 3 ini merupakan duplikasi dari materi Pasal 13 ayat (5) UU
PPN 1984 yang menentukan syarat minimal keterangan yang wajib
dicantumkan dalam Faktur Pajak Standar. Dalam rincian kete-rangan tersebut
tidak tercantum keterangan tentang NPPKP Pembeli BKP atau Penerima
JKP. Oleh karena itu, tanpa mencantumkan keterangan tentang NPPKP
dimaksud, berarti Faktur Pajak Standar ini sudah diisi sesuai dengan Pasal 13
ayat (5) UU PPN 1984, sehingga tidak tergolong sebagai Faktur Pajak
Standar cacat.
2. Sejak 1 Januari 2007, berdasarkan Pasal 6 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-159/PJ./2006 ditetapkan bahwa PKP yang membuat Faktur Pajak Standar wajib
menggunakan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar sebagai berikut :
a. Kode Faktur Pajak, terdiri atas:
- 2 (dua) digit Kode Transaksi;
- 1 (satu) digit Kode Status, yang meliputi: 0 untuk Normal, 1 untuk Penggantian
- 3 (tiga) digit Kode Cabang.
b. Nomor Seri Faktur Pajak, terdiri atas:
- 2 (dua) digit tahun penerbitan;
- 8 (delapan) digit Nomor Urut.
3. Penandatanganan Faktur Pajak Standar.
a. PKP wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis nama pejabat yang berhak
menanda-tangani Faktur Pajak Standar disertai dengan contoh tandatangannya
kepada Kepala KPP paling lambat pada saat pejabat dimaksud mulai
menandatangani Faktur Pajak Standar, menggunakan formulir yang telah
ditetapkan.
b. Pejabat yang ditunjuk untuk menandatangani Faktur Pajak dapat lebih dari 1
(satu) orang.
c. Dalam hal PKP Orang Pribadi yang tidak memiliki struktur organisasi memberi
kuasa kepada pihak lain untuk menandatangani Faktur Pajak Standar, maka
dengan formulir khusus PKP wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada

11
Kepala KPP paling lambat pada saat pihak yang diberi kuasa mulai
menandatangani Faktur Pajak Standar dan menyertakan Surat Kuasa Khusus.
d. Apabila terjadi perubahan pejabat atau kuasa yang berhak menandatangani
Faktur Pajak Standar, maka PKP wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis
kepada KPP paling lambat pada saat pejabat atau kuasa pengganti mulai
menandatangani Faktur Pajak.
4. Dalam hal nama BKP/JKP yang diserahkan tidak dapat ditampung dalam satu Faktur
Pajak Standar, maka PKP dapat :
a. membuat lebih dari 1 (satu) formulir Faktur Pajak Standar yang masing-masing
formulir menggunakan kode, nomor seri, dan tanggal Faktur Pajak Standar yang
sama, serta ditan-datangani dan diberi keterangan nomor halaman pada setiap
lembarnya, dan khusus untuk pengisian baris/kolom “Jumlah, Potongan Harga,
Uang Muka yang telah diterima, Dasar Pengenaan Pajak, Pajak Pertambahan
Nilai”, cukup diisi pada formulir terakhir; atau
b. membuat 1 (satu) Faktur Pajak Standar dengan menunjuk nomor dan tanggal
Faktur Pen-jualan yang merupakan lampiran dari Faktur Pajak Standar tersebut.
5. Faktur Pajak yang terdapat kesalahan dalam pengisian supaya dibetulkan dengan
cara dibuat Faktur Pajak Standar Pengganti. Faktur Pajak yang salah tersebut
dilampirkan, dan pada Fak-tur Pajak Standar Pengganti dibubuhi cap yang
mencantumkan Nomor Seri, Kode dan tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti.
Pengisian Kode dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti
dapat ditulis secara manual.
6. Membetulkan Faktur Pajak tidak boleh dilakukan dengan cara lain misalnya dengan
coretan atau dihapus dengan cara apapun. Coretan tidak diperkenankan kecuali pada
kolom dengan tanda asterix (*) dengan catatan “coret yang tidak perlu”, wajib
dicoret.
7. Dalam hal Faktur Pajak Standar hilang, PKP yang berkepentingan dapat minta Faktur
Pajak sebagai pengganti kepada PKP Penjual/Pengusaha jasa dengan tembusan
kepada Kepala KPP tempat PKP Penjual/Pengusaha Jasa dan PKP Pembeli
dikukuhkan dengan cara:

12
1. Atas dasar permintaan tersebut, PKP Penjual atau Pengusaha Jasa membuat
fotokopi Faktur Pajak Standar yang disimpan, sebanyak 2 (dua) lembar,
2. Fotokopi tersebut kemudian dilegalisasi oleh KPP tempat PKP Penjual/Pengusaha
Jasa dikukuhkan sebagai PKP. Setelah dilegalisasi, satu lembar disimpan oleh
pejabat KPP dan lembar lainnya dikembalikan kepada PKP yang bersangkutan
untuk diserahkan kepada PKP Pembeli/Penerima JKP.
8. Pengisian yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku akan berakibat Faktur
Pajak terse-but tergolong sebagai Faktur Pajak Standar cacat.
 Tata Cara Penggantian/Pembetulan Faktur Pajak Standar
1. Penggantian Faktur Pajak Standar yang hilang
a. PKP pembeli mengajukan permohonan tertulis kepada PKP penjual dengan
tindasan kepada Kepala KPP tempat PKP pembeli dan PKP penjual dikukuhkan
sebagai PKP.
b. Berdasarkan permohonan tertulis dari PKP pembeli, PKP penjual membuat copy
dari arsip Faktur Pajak Standar yang disimpan untuk dilegalisir oleh KPP tempat
PKP penjual dikukuhkan.

Copy dibuat rangkap 2 (dua) yaitu :

- Lembar ke-1 : Diserahkan ke PKP pembeli melalui PKP


penjual, sebagai pengganti Faktur Pajak yang hilang.

- Lembar ke-2 : arsip

c. Legalisir diberikan oleh KPP tempat PKP penjual dikukuhkan setelah meneliti
SPT Masa PPN dari PKP penjual tersebut.

d. KPP tempat PKP pembeli dikukuhkan, wajib melakukan penelitian atas SPT
Masa PPN dari PKP pembeli, apakah Faktur Pajak yang dilaporkan hilang
tersebut telah dikreditkan sebagai Pajak Masukan atau belum.

2. Pembetulan Faktur Pajak Standar yang rusak atau cacat atau salah dalam pengisian/
penulisan.

a. Dapat diganti dengan cara PKP penjual membuat Faktur Pajak Standar
sebagai pengganti.

13
b. Tidak diperkenankan dengan cara menghapus atau mencoret atau dengan cara
lain.

c. Penerbitan Faktur Pajak Pengganti dilaksanakan seperti halnya Faktur Pajak


Standar biasa.

d. Faktur Pajak Standar pengganti diisi berdasarkan keterangan yang seharusnya


dan dilampiri dengan Faktur Pajak Standar yang rusak atau cacat atau salah
dalam penulisan/pengisian tersebut.

e. Faktur Pajak Standar pengganti dibubuhi cap yang mencantumkan nomor seri,
kode dan tanggal Faktur Pajak Standar yang diganti tersebut.

f. Faktur Pajak Standar pengganti dilaporkan dalam SPT Masa PPN pada Masa
Pajak yang sama dengan Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak Standar
yang diganti.

g. Penerbitan Faktur Pajak Standar pengganti mengakibatkan adanya kewajiban


untuk membetulkan SPT Masa PPN pada Masa Pajak terjadinya kesalahan
pembuatan Faktur Pajak Standar tersebut.

Ketentuan Khusus :

a. Atas penyerahan BKP/ JKP tertentu yang PPN-nya ditanggung pemerintah


(Keppres. No.18 tahun 1986yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Keppres No.4 Tahun 1996), kecuali Perusahaan Air Bersih, tetap harus dibuat
Faktur Pajak sedikit-dikitnya dalam rangkap 3 (tiga).

b. Atas penyerahan JKP oleh kontraktor kepada Perum Perumnas atau developer
rumah murah atau rumah sangat sederhana atau bangunan dalam rangka proyek
transmigrasi swakarsa industri, harus dibuat Faktur Pajak sedikit-dikitnya dalam
rangkap 4 (empat).

Atas penyerahan buku-buku pelajaran umum, Kitab suci, dan buku-buku


pelajaran agama (Keppres. No.2 tahun 1990), dibuat Faktur Pajak sedikit-dikitnya
dalam rangkap 4 (empat)

14
2. 6.2 Faktur Pajak Bentuk Gabungan

Contoh Faktur Pajak Bentuk Gabungan

Sebenarnya Faktur Pajak Gabungan adalah, faktur pajak standar, yang cara
penggunaannya diijinkan untuk dijalankan oleh PKP jika terjadi beberapa kali
penyerahan BKP / JKP kepada pembeli atau penerima jasa yang sama yang dilakukan
dalam satu masa pajak terjadi selama satu bulan takwim kepada pembeli yang sama atau
penerima Jasa Kena Pajak yang sama.Faktur Pajak Gabungan wajib dibuat oleh PKP
selambat-lambatnya di akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan BKP
(Barang Kena Pajak) / JKP.(Jasa Kena Pajak) Bila terdapat pembayaran sebelum
penyerahan Barang Kena pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak atau sebelum
Faktur Pajak Gabungan tersebut dibuat, maka untuk pembayaran tersebut dibuat Faktur

15
Pajak tersendiri pada saat diterimanya pembayaran.
Tanggal pembayaran/penyerahan pada Faktur Pajak diisi dengan tanggal awal
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sampai dengan tanggal terakhir dari
Masa Pajak yang dibuatkan Faktur Pajak Gabungan, dengan melampirkan daftar tanggal
penyerahan dari setiap faktur pajak penjualan

2.6.3 Faktur Pajak Bentuk Sederhana

Contoh Faktur Pajak Bentuk Sederhana

16
Dalam Pasal 13 ayat (7) UU PPN 1984 jo Keputusan Direktur Jenderal Pajak
Nomor KEP-524/KMK.04/2000 tanggal 6 Desember 2000 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Kepu-tusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-128/PJ/2004 tanggal 25
Agustus 2004 ditetapkan bah-wa PKP dapat membuat Faktur Pajak Sederhana atas
penyerahan BKP atau JKP sepanjang meme-nuhi syarat sebagai berikut :

1. Faktur Pajak Sederhana boleh dibuat dalam hal :


a) penyerahan BKP atau JKP dilakukan kepada konsumen akhir ; atau
b) pembeli BKP/penerima JKP yang nama, alamat atau NPWP-nya tidak diketahui.
2. Membuat Faktur Pajak Sederhana tidak memerlukan ijin dari siapapun.
3. Faktur Pajak Sederhana dapat berupa bon kontan, faktur penjualan, karcis, kuitansi, segi
kas register, dan sejenisnya.
4. dalam Faktur Pajak Sederhana minimal mencantumkan nama, alamat dan NPWP di
Pembuat; Jenis dan kuantum BKP/JKP; harga.penyerahan termasuk PPN atau ditulis
terpisah; tanggal pembuatan Faktur Pajak
5. Faktur Pajak Sederhana harus dibuat dalam rangkap dua, atau satu lembar dengan
pertinggal berupa potongan/bagian dari Faktur Pajak Sederhana yang diserahkan kepada
pembeli/ pene-rima jasa, seperti pada umumnya yang terjadi pada karcis.
6. Kelemahan Faktur Pajak Sederhana adalah Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan
7. Dibuat paling lambat pada saat penyerahan BKP/JKP, atau paling lambat pada saat
pembayar-an dalam hal pembayaran diterima sebelum dilakukan penyerahan.
Dalam rancangan teoritisnya, faktur pajak semacam ini merupakan dokumen yang
secara fungsional disamakan fungsinya sebagai faktur pajak. Biasanya diserahkan kepada
pembeli dan atau pengguna BKP/JKP dalam bentuk sobekan kecil, hampir sama seperti
karcis, yang bisa juga berbentuk bon kontan, atau faktur bukti penjualan BKP atau
penggunaan JKP.
 Mengenai Faktur Pajak Sederhana paling sedikit harus memuat :
 Nama, alamat dan NPWP yang menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
Kena Pajak
 Jenis dan kuantitas Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak

17
 Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk PPN atau besarnya PPN
dicantumkan secara terpisah
 Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana

Bentuk Faktur Pajak Sederhana dapat berupa bon kontan, Faktur Penjualan,
segi cash register, karcis, kuitansi, yang dipakai sebagai tanda bukti penyerahan atau
pembayaran atas penyerahan BKP atau JKP oleh PKP yang bersangkutan.

 Faktur Pajak Sederhana dibuat paling sedikit dalam rangkap 2 (dua) yaitu :

Lembar ke-1 (asli) : untuk pembeli Barang Kena Pajak atau Penerima Jasa kena Pajak

Lembar ke-2 : untuk arsip Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan

Faktur pajak sederhana tidak bisa dipakai oleh pembeli Barang Kena Pajak atau penerima
jasa kena pajakyang digunakan sebagai sarana untuk pengkreditan pajak masukan.bentuk
faktur pajak seperti diatas, tentu akan menjadikan Anda lebih memahami tentang dunia
perpajakan. Untuk selanjutnya biar lebih mudah lagi, kami sampaikan juga rangkuman
informasi petunjuk pengisian faktur pajak berikut ini:
 Mengisi Faktur Pajak Cukup dengan Tiga Tahap, Hindari Kesalahan Saat Audit

Sebagaimana dijelaskan di awal tentang fungsi faktur pajak, pada bagian ini akan
dijelaskan tentang bagaimana mengisi faktur pajak. Mengisi faktur pajak harus dipahami
dengan baik agar jangan sampai merugikan Anda sebagai Pengusaha Kena Pajak
utamanya jika terjadi audit dari kantor pajak setempat. Berikut adalah rangkuman cara
yang harus Anda lakukan:

1. Tahap Pertama
 Inputkan Nomor seri dan Kode Faktur Pajak yang telah didapat dari DJP, sekaligus
dengan nama, NPWP sekaligus alamat Perusahaan yang menyerahkan Barang /
Jasa Kena Pajak pada kolom Pengusaha Kena Pajak.

18
 Untuk kolom Pembeli Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak, inputkan
nama, alamat dan NPWP Perusahaan yang membeli atau menerima Barang/Jasa
Kena Pajak.
2. Tahap Kedua
 Masukkan nomor urut sesuai dengan urutan jumlah barang atau jasa kena pajak
yang diserahkan, serta nama barang atau jasa kena pajak yang diserahkan.
 Pada kolom harga jual, penggantian, atau uang muka dan termin inputkan
nominal harga.
3. Tahap Ketiga
 Pada kolom Harga Jual atau Penggantian , Uang Muka atau Termin masukkan
total harga keseluruhan.
 Total nilai potongan BKP/JKP ditulis setelah dikurangi dengan potongan harga.
 Jika telah terjadi penerimaan uang muka seusai penyerahan BKP/JKP nominal
uang ditulis pada kolom Nilai Uang Muka yang telah diterima.
 Keseluruhan jumlah Penggantian / Harga Jual / Uang Muka / Termin dikurangi
dengan Potongan Harga dan Uang muka yang telah diterima, ditulis pada kolom
Dasar Pengenaan Pajak
 Pada kolom PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak, ditulis jumlah PPN 10% yang
terutang.
 Untuk bagian kolom PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah), hanya diisi
apabila terjadi penyerahan dari penjualan barang yang tergolong mewah saja.
 Selanjutnya isi bagian yang kolom nama, tanda tangan serta stempel dari pejabat
yang ditunjuk oleh perusahaan.

Tiga tahapan proses pengisian faktur pajak ini harus Anda lakukan jika Anda
tergolong PKP yang akan melakukan penyerahan BKP/JKP pada konsumen. Kesalahan
saat pengisian memang masih mungkin untuk diperbaiki namun sebaiknya Anda
menghindari kesalahan semacam itu karena jika terjadi audit dari Direktorat Jendral
Pajak RI bisa jadi Anda akan terkena masalah.

19
 Saat Pembuatan FakturPajak

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-


159/PJ/2006, Faktur Pajak dapat wajib dibuat paling lambat :
1. pada akhir bulan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan BKP dan/atau
JKP dalam hal
pembayaran diterima setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan
BKP dan/atau JKP
2. pada saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum akhir
bulan ber-ikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP
3. pada saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penye-rahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
4. pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan
5. pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan
Pemerintah sebagai Pemungut PPN.

Faktur Pajak Gabungan dibuat paling lambat :

1. pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan/atau JKP, dalam
hal pemba-yaran baik sebagian maupun seluruhnya terjadi setelah berakhirnya
bulan penyerahan BKP dan/atau JKP
2. pada akhir bulan penyerahan BKP dan/atau JKP, dalam hal pembayaran baik
sebagian atau seluruhnya terjadi sebelum berakhirnya bulan penyerahan BKP
dan/atau penyerahan JKP

Pasal 13 Peraturan Direktur Jenderal Pajak dimaksud menetapkan bahwa


Faktur Pajak Stan-dar yang dibuat telah melampaui jangka waktu 3 bulan sejak batas
waktu pembuatannya, diper-lakukan tidak sebagai Faktur Pajak sehingga PKP
dianggap belum membuat Faktur Pajak.

 Penyerahan BKP/JKP yang pembayarannya menggunakan valuta asing

20
Dalam hal terjadi penyerahan BKP/JKP yang pembayarannya menggunakan valuta asing,
berdasarkan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 diatur sebagai
berikut :
1. Apabila pembayaran atau Harga Jual atau Penggantian dilakukan dengan
mempergunakan mata uang asing, maka penghitungan besarnya Pajak yang
terutang harus dikonversi ke dalam mata uang rupiah dengan mempergunakan
kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan pada saat pembuatan
Faktur Pajak.
2. Dalam hal pembayaran atau Harga Jual atau Penggantian yang dilakukan
sehubungan dengan pelaksanaan Pasal 16A Undang-undang Pajak Pertambahan
Nilai mem-pergunakan mata uang asing, maka besarnya Pajak yang terutang
harus dikonversi ke dalam mata uang rupiah dengan mempergunakan kurs yang
berlaku menurut Ke-putusan Menteri Keuangan pada saat dilakukan pembayaran
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
Sejak 1 Januari 2007, apabila terjadi perubahan nilai kurs pada saat
pembayaran sehingga berbeda dengan nilai kurs yang digunakan dalam Faktur
Pajak atas penyerahan BKP atau JKP kepada Pemungut PPN, maka PKP Rekanan
wajib melakukan dua macam kegiatan yaitu :
1. Menyesuaikan nilai kurs dalam Faktur Pajak dengan nilai kurs pada saat
pembayaran dengan cara membuat Faktur Pajak Standar Pengganti.
2. Melakukan pembetulan SPT Masa PPN yang terkait
 Sanksi
1. Berdasarkan Pasal 14 ayat (4) UU KUP ditetapkan bahwa Pengusaha yang telah
dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau tidak mengisi
selengkapnya, dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2% (dua
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
2. Berdasaran Pasal 39A UU KUP, bagi setiap orang yang:
a) membuat atau menggunakan Faktur Pajak tidak berdasarkan transaksi yang
sebenarnya; atau
b) belum dikukuhkan sebagai PKP dengan sengaja membuat Faktur Pajak,

21
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun atau paling lama 6 (enam)
tahun serta denda paling sedikit dua kali jumlah pajak dalam Faktur Pajak.

2.6.4. NOTA RETUR

 Nota Returdan Nota Pembatalan


 Nota Returdibuatoleh penerima BarangKenaPajak (BKP)/ Jasa Kena Pajak
(JKP)dalam hal terjadi pengembalian pembeli kepada penjual. Retur hanya
mungkint erjadi dalam transaksi penyerahan Barang, dan tidak dapat terjadi dalam
penyerahan jasa
 Nota Pembatalanadalah nota yang dibuatolehpenerima JKP kepadapemberi JKP
karenaadanyapembatalanpenyerahanJasaKenaPajak.
 Dasar Hukum

Pembuatan nota returdan nota pembatalan ini telah diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengurangan Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah
atas Barang Kena Pajak yang Dikembalikan dan Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena
Pajak yang Dibatalkan.

22
Nota Retur paling sedikit memuat:
a. Nomor urut nota retur
b. Nomor Seri dan tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan
c. Nama, alamat, dan NPWP pembeli
d. Nama, alamat, NPWP PKP Penjual
e. Jenisbarangdanjumlahhargajual BKP yang dikembalikan
f. PPNatas BKP yang dikembalikan
g. PPnBMatas BKP yang tergolong mewah yang dikembalikan
h. Tanggalpembuatan Nota Retur
i. Nama dan tanda tangan yang berhak menanda tangani nota retur

23
Nota Pembatalan Paling Sedikit Memuat
a. Nomor nota pembatalan
b. Nomor Seri dan tanggal Faktur Pajak dari JKP yang dibatalkan
c. Nama, alamat, dan NPWP penerima JKP
d. Nama, alamat, NPWP PKP Pemberi Jasa Kena Pajak
e. Jenis jasa danj umlah penggantian JKP yang dibatalkan
f. PPN atas JKP yang dibatalkan
g. Tanggal pembuatan Nota pembatalan
h. Nama dan tandatangan yang berhak menandatangani nota pembatan

CARA MEMBUAT NOTA RETUR

Nota retur dibuat dalam rangkap 2 (dua):


lembar pertama :untuk PKP Penjual dan

24
lembar kedua : untuk arsip pembeli.
Nota retur dibuat pada Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak terjadinya pengembalian
BKP. Bentuk dan ukuran Nota Retur dapat disesuaikan dengan kebutuhan admnistrasi
pembeli. Nota retur yang tidak mencantumkan informasi minimal yang disyaratkan tidak
dapat diperlakukan sebagai nota retur. Nota retur harus dibuat oleh pembeli dalam masa
pajak yang sama dengan saat terjadinya pengembalian barang.

 Teknis pembuatan Nota Retur

Nota Retur sekurang-kurangnya mencantumkan :

a. Nomor urut
b. Nomor dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan
c. Nama, alamat dan NPWP pembeli
d. Nama, alamat, NPWP, serta nomor dan tanggal pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak
e. Macam, jenis, kuantum dan harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
f. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan
g. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Mewah yang dikembalikan
h. Tanggal pembuatan Nota retur
i. Tandatangan pembeli.

 Fungsi Nota Retur Bagi Penjual


Fungsi Nota Retur bagi penjualan adalah untuk mengurangi Pajak Keluaran dan/atau PPn
BM pada Masa Pajak diterimanya Nota Retur.

Misal : Apabila pada bulan Juni 2008 diterima nota retur dari pembeli atas transaksi
penyerahan BKP yang terjadi pada bulan Januari 2008, maka PPN yang tercantum dalam
nota retur tersebut dikurangkan dari Pajak Keluaran dalam SPT Masa PPN Juni 2000.

 Fungsi Nota Retur Bagi Pembeli

25
Fungsi nota retur bagi pembeli adalah untuk mengurangi Pajak Masukan pada Masa
Pajak dibuatnya Nota Retur, dalam hal Pajak Masukan tersebut telah dikreditkan.
Mengurangi beban (expense) atau biaya perolehan aktiva atas Pajak Masukan yang tidak
dapat dikreditkan atau atas PPn BM yang telah dibebankan/dikapitalisir dalam harga
perolehan aktiva.
Misal: Jika nota retur dibuat pada bulan Mei 2008 atas pembelian BKP yang terjadi pada
bulan Januari 2000, maka PPN yang tercantum dalam nota retur tersebut dikurangkan
dari Pajak Masukan dalam SPT Masa PPN Mei 2008.
a. Nota Retur harus dibuat dalam Masa Pajak pada saat terjadinya pengembalian
BKP.
b. Pihak yang membuat Nota Retur adalah Pengusaha Kena Pajak Pembeli.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah bawa faktur adalah sebuah bukti transaksi
antara penjual dan pembeli dalam melakukan kegiatan usaha . Faktur terdiri dari berbagai
jenis yang berbeda terdiri dari : Faktur penjualan , Faktur Pembelian , Faktur Pajak (
Standart , Gabungan , Sederhana ).Masing masing jenis faktur pun memiliki fungsi yang
berbeda , ada yang sebagai bukti pencatatan , laporan , dll . Dengan adanya Faktur maka
transaksi dalam dunia bisnis bis berjalan dengan lancar dan baik .

3.2 Saran Dan Kritik

Saran dan kritik ada sangat diperlukan dalam pembuatan makalah ini , semoga
dengan adanya makalah ini , kita semua dapat mengambil ilmu pengetahuan dari makalah
ini , dan semoga dengan ada nya makalah ini sistem perpajakan di Indonesia dapat
berjalan dengan lancer dan sesuai dengan harapan .

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/id/pengertian-e-faktur-contoh-faktur-pajak

http://keuanganlsm.com/tata-cara-petunjuk-pengisian-faktur-pajak/

http://caramengisi.blogspot.co.id/2013/09/cara-mengisi-faktur-pajak.html

http://keuanganlsm.com/mekanisme-pembuatan-nota-retur/

28

Anda mungkin juga menyukai