Anda di halaman 1dari 15

Analisis Yuridis Pelayanan Sidang Online Berdasarkan Peraturan

Mahkamah Agung No. 04 Tahun 2020

I. Latar Belakang.

Kemunculan virus Covid-19 yang hadir pada akhir tahun 2019 lalu
memberikan dampak yang sangat besar. Yang dimana mestinya kegiatan yang
diakukan secara langsung harus mengalami penyesuaian secara online. Dalam proses
persidangan pada hakekatnya persidangan pidana dilakukan persidangan dengan
dihadiri secara langsung oleh pihak yang terlibat dalam kasus. Namun, terjadi
perubahan nilai-nilai budaya hukum di Indonesia yang merubah menjadi online.
Terdapat pergeseran makna yang membuat merugikan dari sisi nilai-nilai budaya
hukum yang ada di Indonesia terkait persidangan yang harus dihadiri secara
langsung.

Perkembangan yang dapat dilihat dari regulasi pelaksanaan sidang online


yang lebih pertama telah diterapkan di Amerika Serikat selama pandemi.
Pengadopsian ini menghasilkan sebuah kerancuan dalam harmonisasi hukum.
Ketidakselarasnya regulasi yang dirancang dengan implementasi yang terjadi
dilapangan ketika persidangan online berlangsung. Upaya yang dilakukan untuk
menekan laju pertumbuhan dapat diterima dengan baik, karena melalui pelaksanaan
persidangan perkara pidana secara elektronik mampu membantu proses penegakan
hukum tanpa adanya kerumunan dan potensi untuk tertular virus dapat diatasi.

Tahun 2020 ditandai dengan merebaknya pandemi Covid-19 serta desakan


dalam revolusi 4.0, dapat dikatakan sebuah saksi yang diterima atas perkembangan
dan pematangan teknologi digital yang diterapkan dalam dunia sains semata
(Nugroho & Suteki, 2020). Menarik semua dimensi kehidupan masyarakat dari
berbagai bidang seperti perdagangan, transportasi, kesehatan, pendidikan hingga
sosial. Persidangan online ini, merugikan dari sisi nilai-nilai budaya hukum yang ada
di Indonesia terkait persidangan yang harus dihadiri secara langsung. Regulasi yang
Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang telah diatur dalam pasal 1 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, ditegaskan bahwa segala
aspek kehidupan dalam kemasyarakatan, kenegaraan, dan pemerintahan harus
berdasarkan hukum.

Termasuk hubungan antar manusia dengan manusia juga diatur oleh hukum,
bagi siapapun yang melakukan tindak pidana akan dihukum sesuai dengan aturan
hukum. Dalam pelaksanan sebelum dijatuhi vonis atau hukuman tersangka akan
diadili di pengadilan. Tindak pidana tidak diadili dilakukan di pengadilan, karena
masa pandemi Covid 19 yang menyebabkan persidangan tidak dapat dilaksanakan
secara langsung namun dilakukan secara daring (online).

Pelaksanaan persidangan virtual melalui sarana teleconference yang sering


digunakan dan dipandang seiring dengan kebijakan social distancing dan phisyical
distancing, bertujuan untuk mengurangi dan menekan laju pertumbuhan virus Covid-
19. Berdasarkan hal tersebut, Jaksa Agung mengeluarkan point-point yang harus
diperhatikan dalam penanganan perkara pidana di masa Covid-19, hal ini tercantum
dalam Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia rB- 049/A/Suja/03/2020 tahun
2020 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Ditengah
Upaya Mencegah Penyebaran Covid-19 (selanjutnya disingkat SEJA No. Nomor B-
049/A/Suja/03/2020) (Nugroho & Suteki, 2020)1.

Diantara point-point yang terkandung dalam surat edaran tersebut


menegaskan bahwa upaya diatur mencakup dari segi lama masa tahanan yang
mengatur dari segi pengurangan masa tahanan. Adanya penundaan persidangan

1
Nugroho, D. R., & Suteki, S. (2020). Membangun Budaya Hukum Persidangan
Virtual (Studi Perkembangan Sidang Tindak Pidana via Telekonferensi). Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, 2(3), 291–304.
https://doi.org/10.14710/jphi.v2i3.291-304
perkara yang masa penahanannya masih memungkinkan untuk diperpanjang. Point
utama ialah sidang perkara pidana menggunakan sarana video conference / live
streaming yang dikoordir oleh ketua pengadilan negeri dan kepala rutan. Dengan
memperhatikan masa tanggap darurat Covid-19 yang diatur dalam wilayah masing-
masing sebagai bahan pertimbangan. Melalui kaidah yang telah diatur dalam sistem
peradulan Indonesia terbaru, merupakan sebuah terobosan mengarah dalam makna
positif.

Rekapitulasi berdasarkan data yang terhitung per tanggal 30 Maret hingga 6


Juli 2020 telah tercatat sebanyak 176.912 kali persidangan tindak pidana secara
online (Kompas.com, 2020)2. Adapun solusi yang mampu meminimalisir guna
memperkuat payung hukum persidangan perkara pidana secara virtual, Mahkamah
Agung (MA) telah menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung No. 04 Tahun 2020
tentang Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan Secara
Elektronik (Perma Sidang Pidana Online).

Perma ini mengatur tata cara pelaksanaan persidangan perkara pidana baik
perkara pidana dalam lingkup peradilan umum, militer, maupun jinayat secara daring
(online). Mahkamah Agung sempat mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung
(SEMA) No 1 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa
Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Lingkungan
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang Berada Dibawahnya yang mana SEMA
ini juga sempat mengalami beberapa kali perubahan. Pengadopsian Peraturan
Mahkamah Konstitusi Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengajuan
Permohonan Elektronik (electronic filing) serta pengaturan mengenai Persidangan
Jarak Jauh (vido conference) yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan

2
Kompas.com. (2020). Kejagung: Ada 176.912 Sidang Online Tipidum Selama
Pandemi Covid-19. Retrieved.
masyarakat dan perkembangan teknologi. Penyesuaian situasi dan kondisi yang
kemudian diadopsi oleh Mahkamah Agung guna mengatasi pandemic virus covid-19
agar tidak semakin bertambah.

Melalui payung hukum yang telah ditetapkan oleh MA yang telah


kesepahaman dengan Kejaksaan, Kepolisian, Ditjen Pemasyrakatan Kementerian
Hukum dan HAM tentang Pelaksaan Persidangan Teleconference dalam Rangka
Pencegahan Covid-19. Sejalan dengan, peraturan tersebut ada kewenangan yang
diberikan kepada hakim untuk menunda melakukan sidang pemeriksaan yang
tercantum dalam SEMA RI Nomor 1 Tahun 2020 (Mahkamah Agung Republik
Indonesia, 2020)3. Meskipun, diterapkan persidangan online tidak semua persidangan
dilakukan secara elektronik. Dalam artian, pengadilan yang secara pidana berada
dilingkup yang lebih spesifik dapat dilaksanakan dengan hybrid secara khusus apabila
terdapat perkara tersebut. Sebuah perkara yang bersifat bisa ditangguhkan masa
penahanannya bisa dilakukan penundaan.

Penggunaan aplikasi e-Ligation atau penggunaan media online hanya


digunakan pada persidangan perkara Perdata di Pengadilan Negeri , Perdata Agama
di Pengadilan Agama. Dalam perkara tersebut, terdakwa tidak perlu melibatkan
terduga pelanggar yang sedang ditahan. Oleh karena itu, peraturan MA terkait
penggunaan persidangan elektronik tidak berlaku hanya berlaku dalam perkara
pidana. Terdapat terdakwa yang harus dihadirkan secara konvensional dalam ruangan
yang bisa hadir namun dengan pengawalan ketat sesuai prosedur protokol kesehatan
pencegahan Covid-19.

Kondisi Pengadilan Negeri Jember pada masa pandemic mengguanakan


kebijakan depending on condition yang melihat kondisi suatu daerah yang

3
Mahkamah Agung Republik Indonesia. (2020). SURAT EDARAN MAHKAMAH
AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2020.pdf.
memungkinkan untuk melakukan sidang perkara secara tatap muka. Tidak dapat
dipungkiri, Pengadilan Negeri Jember juga telah melaksanakan peraturan yang
dikeluarkanoleh Mahkamah Agung terkait pelakasaan sidang secara elektronik atau
daring. Namun secara bersamaan pula beberapa perkara dapat dilakukan persidangan
secara tatap muka, dengan tetap melaksanakan persidangan yang telah diatur oleh
MA. Ditinjau dari kondisi pada suatu daerah dan SOP protokol kesehatan Covid-19,
selain itu kondisi yang mengharuskan pengadilan melakukan pemeriksaan secara
langsung terhadap terdakwa diperbolehkan untuk hadir secara langsung ke tempat
pengadilan. Dengan syarakat ketentuan yang berlaku sesuai dengan prokes Covid-19
yang terjaga sangat ketat, tidak ada kelonggaran dalam persidangan yang dilakukan
secara tatap muka.

II. Rumusan Masalah.


1. Bagaimanakah pelayanan sidang online dalam kasus Pengadilan Negeri
Jember?
2. Bagaimanakah dasar hukum persidangan secara elektronik di masa pandemi
telah sesuai dengan peraturan per Undang – undangan?

III. Kerangka Dasar Teori.

Kerangka dasar teori bertujuan sebagai alat analisis untuk menjelaskan fakta
atau data yang akan diambil yang memuat asas-asas hukum, doktrin, maupun norma
hukum yang sejalan dengan karakteristik yang akan direlevankan.

A. Pengertian Persidangan

Persidangan adalah sidang-sidang yang dilakukan berupa memeriksa,


mengadili dan memutuskan perkara maupun permohonan yang diberikan
kepada MK yang dimana dalam sidang yang bersifat diskusi dan debat
terbuka (sidang panel). Maupun sidang yang dilaksanakan secara tertutup
yang hanya dihadiri oleh 9 orang Hakim Konstitusi (sidang pleno) yang
dilaksanakan oleh Mahkamah Kostitusi. Pada hakekatnya, sebuah persidangan
dilaksanakan secara konvensional atau secara tatap muka. Akibat merebaknya
virus Covid-19 yang tidak memungkinkan untuk terlaksananya sidang perkara
secara luring maka diadakan persidangan elektronik atau daring.

Persidangan elektronik merupakan sebuah inovasi baru yang


dilakukan oleh pemerintah dalam menekan pertumbuhan penyebaran virus
Covid-19. Faktor lain ialah lajunya perkembangan teknologi yang
menghadirkan sebuah inovasi persidangan elektronik. Upaya yang dilakukan
mampu membantu percepatan guna mengatasi penanganan perkara yang
diajukan ke pengadilan.

Dalam artian, penggunaan persidangan elektronik akan sangat berbeda


baik dari segi teknis maupun proses dalam pelaksanaan sidang perkara dengan
persidangan konvesional. Pelaksanan sidang elektronik digunakan untuk
mempermudah proses peradilan dalam Mahkamah, mengakomodasi
terjadinya masa tahanan yang akan habis apabila melakukan penundaan
persidangan akibat adanya masa pandemic. Kekhawatiran berupa berakhirnya
masa tahanan terdakwa akibatnya ialah harus dilepaskan secara hukum tanpa
diproses melalui persidangan pleno maupun panel.

B. PERMA No. 04/2020 tentang Administrasi dan Persidangan Perkara


Pidana di Pengadilan Secara Elektornik
Peraturan yang dibuat oleh pemerintah Mahkamah Agung guna untuk
mempercepat dalam proses penindakan perkara pidana kepada yang
bersangkutan. Upaya yang dilakukan ini, sejalan dengan agar kondisi dan
situasi dapat berjalan secara kondusif sesuai dengan SOP protokol kesehatan
Covid-19. Penerapan yang dilakukan dalam ruang pengadilan tidak semata
mata hanya menghadirkan sebuah sekat tetapi sebagai jalan keluar dalam
situasi pandemi yang mengharuskan proses peradilan perkara tetap dilakukan.
Dalam PERMA Nomor 04 Tahun 2020 yang mengisyaratkan bahwa
adanya alterasi ruang hukum yang awalnya secara konvesional menjadi ruang
hukum yang dilaksanakan secara elektronik. Terdapat pula alterasi ruang
yuridiksi dalam ranah hukum elektronik.
PERMA yang diatur tersebut, tidak memberikan keharusan bagi
pengadilan untuk semuanya dilaksanakan secara elektronik. Melainkan,
didalamnya diatur sebuah landasan dan pendoman yang mengatur batasan
mengenai kapan persidangan dilaksanakan secara elektronik. Situasi yang
mendesak untuk dilakukan persidangan secara teleconference sebuah panduan
yang terdapat dalam PERMA No. 04 Tahun 2020 yang tertuang dalam Pasal 1
butir 16 (Republik Agung Mahkamah, 2019)4.
C. SEMA No. 1 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Dalam
Upaya Pencegahan Merebaknya Virus Covid-19
Implementasi dari diedarkannya surat yang dinbuat oleh Mahkamah
Agung ialah untuk memberitahukan kepada aparatur peradilan dan hakim.
Terkait pelaksanaan pekerjaan secara daring atau work for home dengan
menerapkan social distancing apabila dalam pelayanan secara langsung di
instansi. Tetap mematuhi protokol kesehatan dalam kegiatan yang beberapa
masih aktif.
Meskipun MA menerapkan pula dalam proses administrasi yang
dilaksanakan secara elektronik. Sebuah aplikasi yang digunakan untuk
mendukung atau memperlancar proses dalam persidangan perkara secara
online. Terdapat penyesuaian kembali yang berpedoman pada Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 19 Tahun 2020 yaang berisi

4
Republik Agung Mahkamah, I. (2019). PERMA_01_2019.pdf. In Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 (p. 18).
https://ecourt.mahkamahagung.go.id/PERMA_01_2019.pdf
dalam rangka pembedahan tugas pelayanan termasuk administrasi yang
diselenggaran secara online.
Penggunaan aplikasi e-Ligation atau penggunaan media online hanya
digunakan pada persidangan perkara Perdata di Pengadilan Negeri , Perdata
Agama di Pengadilan Agama. Dalam perkara tersebut, terdakwa tidak perlu
melibatkan terduga pelanggar yang sedang ditahan. Oleh karena itu, peraturan
MA terkait penggunaan persidangan elektronik tidak berlaku hanya berlaku
dalam perkara pidana. Terdapat terdakwa yang harus dihadirkan secara
konvensional dalam ruangan yang bisa hadir namun dengan pengawalan ketat
sesuai prosedur protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
IV. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui penerapan hukum pidana terhadap terdakwa dalam
persidangan elektronik.
2. Untuk mengetahui dasar hukum persidangan secara elektronik selama
pandemi Covid-19.
V. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini hendaknya memiliki manfaat untuk pemecahan masalah
yang sedang diteliti. Diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat
diantaranya :
1. Manfaat Teoritis;

Memberi kontribusi dalam bentuk untuk memperkaya wawasan


dengan memberikan masukan,memperluas pemikiran, dan sebagai kontribusi
terhadap perkembangan hukum di Indonesia khususnya dari segi hukum acara
pidana. Melalui adanya penelitian ini untuk memperjelas ruang lingkup
perubahan yang terdapat dalam persidangan elektronik. Terkhusus analisis
secara yuridis terkait PERMA No.04 Tahun 2020.
2. Manfaat Praktis;

Sebagai sumbangsih kepada masyarakat untuk mengerti dan


meningkatkan kesadaran dalam pengembangan peradilan, memberikan
manfaat bagi masyarakat luas maupun masyarakat Kabupaten Jember. Dalam
permasalahan pengoptimalisasian peran dan teknologi dalam lingkup
peradilan.

VI. Metode Penelitian.


6.1 Metode Pendekatan

Dalam pelaksanaan penelitian ini mengunakan topik analisis yuridis


pelayanan sidang online berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung No.04 Tahun 2020
yang dimana didalamnya terdapat berbagai permasalahan yang dirasakan pada masa
pandemi terdapat gap yang membuat alterasi ruang massa. Pada pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif, yaitu suatu
pendekatan empiris dilakukan terhadap pelaksaan peraturan yang telah memiliki
standarisasi berdasarkan perturan perundangan pada institusi terkait, pejabat, maupun
badan tertentu.

Dalam pendekatan empiris terdapat sebuah fenomena sosial yang terdiri dari
kebijakan dan perturan perundangan yang sedang dilaksanakan oleh sebuah institusi
maupun badan hukum lainnya. Dengan begitu proses penelitian ini, menjelaskan
tentang gejala sebagaimana gejala atau suatu peristiwa hadir disaat pengamatan,
dalam artian disini peneliti melakukan pengamatan melalui pengalaman-pengalaman
yang digali dan muncul dalam diri subjek.

Menggunakan metode penelitian normatif mampu menjawab tujuan dari


peneliti yakni mengetahui situasi yang dirasakan setelah dan sebelum terjadinya
ssebuah implementasi PERMA yang berada di Pengadilan Negeri Jember. Tujuan
utama dari penelitian mormatif ini yakni mencakup fenomena utama yang kemudian
dieksplorasi. Jika dijelaskan lebih dalam terkait topik yang diambil dalam penelitian
terkait bentuk implementasi pelayanan persidangan perkara pidana secara eletronik
dikala pandemi.

Telah tepat jika menggunakan penelitian normatif empiris karena dalam


penelitian empiris yang mengharuskan peneliti untuk mengkaji beberapa subjek yang
terlibat secara langsung dan yang terkenal relatif lama yang untuk mengembangkan
pola-pola dan relasi-relasi makna dalam keterkaitan sejumlah subjek untuk
menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi berdasarkan sudut pandang dari individu
yang terlibat.

6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam proposal ini adalah penelitian normatif dengan pendekatan
empiris, ialah suatu pendekatan yang dimana langsung menggambarkan kondisi
secara riil terkait apa yang dilihat di lapangan. Subjek yang diteliti tergambar dengan
sangat jelas, permasalahan yang dikaji dapat menemukan titik terang solusi terbaru.
Dalam penelitian ini, norma merupakan obyek penelitian yang digunakan sebagai
landasan untuk mengkaji suatu masalah. Dengan mengkaji menggunakan norma
hukum positif, dengan mengkolaborasikan bersama dengan situasi terkini penelitian.

Situasi pandemic Covid-19 mampu membuat banyak permasalahan yang


terdampak tidak hanya dari sektor ekonomi dan pariwisata yang paling terdampak.
Persidangan mengalami perubahan dalam pelayanan yang beralih fungsi ke
teleconference. Kondisi yang membuat beberapa administrasi dan rumitnya
pelayanan peradilan perkara, serta belum efesiennya sebuah urgensi yang difokuskan.

Melalui permasalahan yang tengah dingkat dalam penelitian ini, peneliti memilih
menggunakan penelitian normatif yang berfokus pada analisis yuridis berdasarkan
PERMA No.04 Tahun 2020 tentang Pelayanan Sidang Online. Aturan hukum yang
berlaku pada masa itu, membuat beberapa propaganda yang memicu adaya
ketidaktransparansi keputusan dan terhambat oleh kondisi setiap daerah. Subyek
hukum yang akan dikaji berupa relasi dan hubungan timbal balik dalam situasi norma
yang berjalan dalam peraturan yang sedang dilakasanakan maupun tidak.

6.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data dengan melakukan


penelitian berupa :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang terkini berasal dari kondisi riil yang
terjadi dilapangan berdasarkan observasi, wawancara, dan melihat serta
berada dalam waktu yang lama untuk mengamati sekaligus mempelajari pola-
pola yang terbangun dalam sebuah fenomena. Informan yang digunakan yang
dianggap mengetahui mengenai permasalahan mengenai pelayanan peradilan
perkara pidana secara eletkronik selama pandemic. Populasi dalam penelitian
ini ialah pegawai sipil di Pengadilan Negeri Jember yang meliputi ketua
pengadilan.

b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang terdiri
dari data yang berasal dari sumber data yang tertulis. Data ini, dapat diperoleh
dari dokumentasi, arsip, buku, dan studi kepustakaan. Meliputi beberapa data
sekunder terdiri dari :
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukm yang bersifat mengikat atau resmi yang terdiri dari
perundang-undangan berkaitan dengan objek yang diteliti. Dokumen resmi
yang didalamnya memuat ketentuan hukum. Adapun dalam penelitian ini,
terdiri dari :
a) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2020 tentang
Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana di Pengadilan secara
Elektronik
b) SEMA RI Nomor 01 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama
Masa Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19
2) Bahan Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu mengenai Surat Edaran Jaksa Agung
Republik Indonesia rB- 049/A/Suja/03/2020 tahun 2020 tentang Optimalisasi
Pelaksanaan Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Ditengah Upaya Mencegah
Penyebaran Covid-19 (selanjutnya disingkat SEJA No. Nomor B-
049/A/Suja/03/2020). Serta bahan dari jurnal, artikel, dan literatur-literatur
berita yang berhubungan dengan topik permasalahan yang diteliti.

3) Data Tersier
Data yang memberikan tata cara atau penjelasan yang lebih detail
mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berasal dari
berbagai sumber mulai dari dokumen, KBBI, buku, berita, dan internet.

VII. Teknik Pengambilan Data.


Dalam penelitian ini, menggunakan dua prosedur dalam menempuh
untuk memperoleh data yang akurat, yaitu:

1). Studi Kepustakaan (Library Research)

Menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara membaca, mencatat,


mengutip dan memahami dari berbagai literatur yang terdiri dari buku,
artikel ilmiah, jurnal ilmiah, laporan penelitian terdahulu, dan peraturan
perundang-undangan.

2). Studi Lapangan (Field Research)


Studi lapangan merupakan sebuah teknik pengumpulan data melalui
penelitian secara langsung pada tempat atau objek yang akan diteliti.
Adapun prosedur dalam studi lapangan ialah dilakukan guna memperoleh
data primer yang dilakukan dengan metode wawancara bersama dengan
narasumber yang sesuai dengan objek yang diteliti.

VIII. Lokasi Penelitian.


Analisis yuridis pelayanan sidang online yang diimplemntasi dari PERMA
No. 04 Tahun 2020 yang berfokus pada pengoperasian secara rill kondisi
persidangan perkara secara online pada awal tahun 2020. Lokasi penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini berlokasi di Pengadilan Negeri Jember.
Peneliti menggunakan lokasi tersebut, karena lokasi yang bisa dibilang
implementasi peraturan yang dikeluarkan MA masih dilaksanakan secara
hybrid antara online dengan luring.

IX. Responden
9.1 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah pegawai sipil
yang bekerja dalam Pengadilan Negeri Jember dan masyarakat yang
memiliki kepentingan di pengadilan, dengan karakteristik sebagai
berikut :
a) Domisili Jember dengan kualifikasi rentan usia 25 tahun
keatas. Dengan alasan peneliti ingin meninjau lebih jauh
mengenai perkembangan yang terbaru terkait pelayanan yang
dilakukan secara elektronik.
b) Setidaknya mengerti terkait perturan yang berlaku di
lingkungan pengadilan. Dengan asumsi bahwa masyarakat
maupun petugas yang bekerja telah mengerti alur yang akan
dibicarakan dengan begitu mampu mempersepsikan pelayanan
online secara lebih rill.

X. Rencana Penelitian dan Pelaporan


Rencana penelitian yang akan dilaporkan berupa kumpulan dari hadil
obersvasi dan ekperimental yang berkaitan dnegan intrumen yang telh
terkumpul selama berada dilapangan. Terkait teknik pengukuran yang
digunakan ialah menggunakan analisis melalui penelitian normatif dengan
menggunakan pendekatan empiris. Melalui pendekatan empiris mampu
memberikan output yang sesuai dengan objek yang diteliti ialah dokumen
resmi yang berupa PERMA yang tercantum dalam perundang-undagan.
Penarikan kesimpulan yang dapat menjawab pertanyaan dari
permasalahan yang diinginkan oleh peneliti terkait “Pelayanan Sidang
Perkara Pidana secara Online Selama Pandemi Covid-19”. Bentuk pelaporan
berupa sebuah penarikan presepsi yang akan dikerucutkan yang berfokus pada
bentuk implementasi peraturan yang diadopsi pada tahun 2019 yang
kemudian terdapat perubahan dengan menyesuaikan kondisi saat masa
pandemi pada awal tahun 2020.

Daftar Pustaka.

Kompas.com. (2020). Kejagung: Ada 176.912 Sidang Online Tipidum Selama


Pandemi Covid-19. Retrieved.

Mahkamah Agung Republik Indonesia. (2020). SURAT EDARAN MAHKAMAH


AGUNG NOMOR 1 TAHUN 2020.pdf.

Nugroho, D. R., & Suteki, S. (2020). Membangun Budaya Hukum Persidangan


Virtual (Studi Perkembangan Sidang Tindak Pidana via Telekonferensi). Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, 2(3), 291–304.
https://doi.org/10.14710/jphi.v2i3.291-304

Republik Agung Mahkamah, I. (2019). PERMA_01_2019.pdf. In Peraturan


Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 (p. 18).
https://ecourt.mahkamahagung.go.id/PERMA_01_2019.pdf

Anda mungkin juga menyukai