Alung
Abstrak
Jurnal ini berguna untuk mengetahui peran Jurusita/Jurusita Pengganti dalam proses
pemanggilan Tergugat pada persidangan,bagaimana efektifitas dari peran
Jurusita/Jurusita Pengganti dalam menyampaikan relas Tergugat pada persidangan
serta apa saja hambatan dan pendukung dalam pelaksanaan pemanggilan bagi Jurusita
di Pengadilan Agama. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi hukum
sedangkan jenis penelitian ini kualitatif yuridis empiris dengan tujuan menggambarkan
fenomena dan kejadian sosial di masyarakat untuk mengetahui dan menemukan fakta-
fakta dan data-data yang dibutuhkan, yaitu dengan menggunakan dua jenis sumber data
yaitu data primer dan data sekunder yang di dapat dengan mengguganakan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa, peran Jurusita menyampaikan pengumuman
pengumuman, teguran-teguran dan pemberitahuan penetapan atau putusan Pengadila,
sedangkan efektifitas peran Jurusita/Jurusita Pengganti dalam menyampaikan relas
tergugat pada persidangan di Pengadilan Agama dalam hal ini Jurusita tidak memiliki
pengaruh yang signifikan untuk menghadirkan para pihak didalam persidangan. Faktor
penghambat secara umum bagi Jurusita atau Jurusita Pengganti dalam menjalankan
tugas diantaranya Para pihak tidak jujur dalam memberikan identitas. Dengan demikian
Pemerintah perlu mensosialisasikan ataumeningkatkan pemahaman dengan kegiatan-
kegiatan ke masyarakat tentang penting peran Jurusita dalam persidangan agar
terciptanya keharmonisan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat pencari
keadilan.
1
Soebyakto, Tentang Kejurusitaan Dalam Praktik Peradilan Perdata. Kencana : Jakarta 1997, Hlm.
1
2
A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1990 , Hlm 213
Pengganti tanpa harus disetujui dan dikuatkan oleh Pengadilan Negeri, karena
Pengadilan Agama sudah menjadi bagian dari Mahkamah Agung untuk
melaksanakan kekuasaan kehakiman (one roof system). Sementara itu, kejurusitaan
merupakan pranata dalam susunan organisasi Pengadilan Agama.3
Kedudukan Jurusita/Jurusita Pengganti termuat dalam Pasal 45 Undang-
undang 48 Tahun 2009 perubahan atas Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa, “Selain hakim, pada Mahkamah Agung
dan badan peradilan dibawahnya dapat diangkat panitera, sekretaris, dan/atau
jurusita.” Kemudian pada Pasal 47 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman lebih detail lagi dijelaskan tentang kedudukan Jurusita yaitu,
“Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian panitera, sekretaris, dan
jurusita serta tugas dan fungsinya diatur dalam undangundang. Pelaksanaan putusan
Pengadilan dalam perkara perdata dilakukan oleh Panitera dan Jurusita dipimpin oleh
Ketua Pengadilan.4
Kedudukan Jurusita pada Pengadilan Agama diatur dalam Undang undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pada Pasal 38 yang berbunyi: "Pada
setiap Pengadilan Agama ditetapkan adanya Jurusita dan Jurusita Pengganti." Lebih
lanjut dalam Pasal 40 ayat (1) dan (2) Undang undang Nomor 3 Tahun 2006
perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
disebutkan bahwa :
1. Jurusita Pengadilan Agama diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Mahkamah
Agung atas usul Ketua Pengadilan yang bersangkutan.
2. Jurusita Pengganti diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Pengadilan yang
bersangkutan.
Berdasarkan hal tersebut jelaslah bahwa Jurusita/Jurusita Pengganti
mempunyai eksistensi tersendiri sebagai pejabat adalah fungsional yang tidak
bisadipisahkan dalam suatu lembaga peradilan.
Selain dari itu Jurusita dan Jurusita Pengganti Peradilan Agama
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam proses hukum di Peradilan Agama
3
Wawancara bersama Ibu Raudah Rahman Sebagai Panmud Hukum Pengadilan Agama Jambi, 9
September 2021.
4
Lihat Pasal 54(2) UU Nomor 48 Tahun 2009
berdasarkan dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1989 pasal 103 menyebutkan tugas
Jurusita :
1. Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Ketua Sidang.
2. Menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran teguran dan
pemberitahuan penetapan atau putusan Pengadilan menurut cara-cara
berdasarkan ketentuan undang-undang.
3. Melaksanakan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan.
4. Membuat berita acara penyitaan, yang salinan resminya diserahkan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Penyampaian relaas secara umum (exploit) terdiri dari :
1. Pemanggilan para pihak yang akan berperkara.
2. Pemberitahuan (notifikasi)
Pemanggilan (relaas) pihak-pihak yang berperkara di pengadilan
merupakan unsur dasar yang menentukan kelancaran pemeriksaaan suatu perkara di
persidangan. Pemanggilan terhadap para pihak dilakukan oleh seorang Jurusita atau
Jurusita Pengganti dengan mengacu pada Penetapan Hari Sidang (PHS) yang
ditetapkan oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara yang
bersangkutan.
Panggilan dalam Hukum Acara Perdata adalah menyampaikan secara
resmi (Official) dan Patut (Properly) kepada pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
perkara di pengadilan agar memenuhi dan melaksanakan hal-hal yang diminta dan
diperintahkan majelis hakim atau pengadilan. 5
Yang dimaksud Resmi adalah pemanggilan harus tepat menurut tata cara
yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan yang
disebut Patut adalah dalam menetapkan tanggal dan hari persidangan hendaklah
memperhatikan letak jauh dekatnya tempat tinggal pihak-pihak yang berperkara,
yakni tenggang waktu yang ditetapkan tidak boleh kurang dari tiga hari sebelum
persidangan dimulai dan didalamnya tidak termasuk hari besar atau hari libur.
Tentu sebagai Jurusita/Jurusita Pengganti sebagai sebagai petugas yang
menyampaikan relaas haruslah menyampaikan secara resmi dan patut sehingga
proses acara peradilan tidak mempunyai cacat hukum sehingga Asas sederhana,
5
Presentasi Ketua Pengadilan Agama Jambi Drs. Lazuarman. M.Ag Tanggal 10 April 2021
cepat, dan biaya ringan menjadi terwujud bagi para pencari keadilan. Dari sini
jelaslah bahwa salah satu tugas pokok Jurusita dan Jurusita Pengganti adalah
menyampaikan Relaas (surat) panggilan dan memberitahukan (notifikasi) Putusan
supaya diketahui oleh para pihak yang berperkara. Sesuai dengan kebutuhan,
pelaksanaan tugas Jurusita selanjutnya dapat diatur oleh Mahkamah Agung, pada
saat ini aturan-aturan, petunjuk petunjuk termasuk blanko-blanko relaas yang berlaku
di lingkungan Peradilan Umum dengan sendirinya berlaku untuk Jurusita Pengadilan
Agama, sebagaimana Hakim, Panitera dan Jurusita sebelum menjalankan tugasnya
diambil sumpahnya oleh Ketua Pengadilan Agama.
Relas Panggilan/Pemberitahuan (Surat Panggilan para pihak dan
pemberitahuan baik putusan ataupun teguran), adalah instrumen yang sangat penting
dalam proses beracara perdata di Peradilan Agama sebab tanpa relaas maka putusan
hakim tidak bisa dipertanggung jawabkan dan tidak berdasarkan hukum.
6
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 4 Tahun 2004.
yang sesuai kepada pihak yang akan di panggil di Persidangan, agar memudahkan
Jurusita dalam mencari keberadaan Tenggugat yang akan berperkara di persidangan.
Terkait Jurusita / Jurusita Pengganti adalah pejabat resmi negara, yang diangkat
berdasarkan Surat Keputusan (SK), Jurusita dan Jurusita pengganti adalah bagian
dari kepaniteraan suatu pengadilan sebagaimana SK No.004/SK/II/92 Mahkamah
Agung RI tentang organisasi dan tata kepaniteraan Pengadilan.
Dalam upaya Jurusita menghadirkan pihak Tergugat, Pemanggilan patut
dan sah adalah syarat diterimanya dari awal proses persidangan yang baik, untuk itu
efektivitas Jurusita slalu di kontrol agar bekerja semaksimal mungkin dalam
memberikan pelayanan kepada para pencari keadialan. Tidak hanya menjalankan
tugasnya dengan baik bahkan Jurusita di Pengadilan harus memaksimalkan perannya
sebagai petugas yang menyampaikan panggilan agar para tergugat hadir di
persidangan.
Peran yang harus di maksimalkan Jurusita agar tergugat hadir di
persidangan antara lain : Pertama, Jurusita menggunakan komunikasi yang baik
ketika menyampaikan relas. Kedua,memberikan bantuan kepada tergugat untuk
memahami isi dan maksud yang ada di dalam surat tersebut, jika tergugat tidak
paham atas isi surat tersebut maka dengan senang hati Jurusita harus membantu
menjelaskannya. Ketiga, Jurusita harus memberikan arahan serta pemahaman kepada
tergugat akan pentingnya hadir di persidangan, upaya ini dilakukan agar pihak
tergugat yang berkesan mengganggap sepele atas panggilan yang di sampaikan pada
dirinya akan paham pentingnya hadir di persidangan dan paham akan konsekuensi
hukum yang akan ditimbulkan jika tidak hadir di persidangan.7
Tugas pokok Jurusita atau Jurusita Pengganti adalah melaksanakan
pemanggilan kepada pihak-pihak yang berperkara, Jabatan Jurusita yang diangkat
berdasar Undang undang No. 49 tahun 2009 yang harus bisa mengatur jadual
penyampaian pemanggilan dengan jeda waktu panggilan yang dituangkan dalam
Berita Acara panggilan / relaas secara resmi dan patut. Disamping itu harus tahu dan
7
Muhammad Ais Setiawan, “Peran Jurusita Dalam Upaya Menghadirkan Tergugat Kasus
Perceraian”, Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, (2014), hlm. 50
lihai tentang jaringan yang menjadi lintas tugas penghubung pada Perangkat Desa,
Lurah, Rt / Rw setempat dan Media massa.8
Kemudian apabila perkara dijatuhkan Putusan oleh Majelis Hakim, maka
Jurusita bertugas memberitahukan isi Putusan kepada pihak-pihak dan setelah 14
(empat belas) hari setelah Putusan yang di jatuhkan diberitahukan (inkracht van
gewijsde). Bila ada yang harus melaksanakan Sita (beslag) maka menyiapkan tugas
Sita terhadap objek yang akan disita. 9
Bila sebelum jatuh Putusan yang sedianya dilaksanakan Sita yaitu Sita
Jaminan, sesuai SEMA RI No.5/1975 tanggal 9 Desember 1975, namun pelaksanaan
Sita sesudah Putusan adalah Sita Eksekusi.
Namun seiring dengan Dinamika zaman, maka Jurusita bergelar Sarjana utamanya
Sarjana Hukum.
8
Artikel Tesis. Dosen Pembimbing : Dr. Jemmy Sondhak, SH,MH; Dr. Donna. O Setiabudi, SH,
MH
9
R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta,
2009. Hlm 6-7
mengatur tentang peran Jurusita di Pengadilan Agama bahwa wewenang dan peran
Jurusita hanya menyampaikan Relas Panggilan.10
10
Wawancara bersama Ahmad Yahya Sebagai Jurusita Pengganti Pengadilan Agama Jambi, 9
September 2021
melaksanakan tugas yang tidak sesuai dengan koridor pekerjaannya. Dari hal
tersebut, pelaksaan tugas dari Jurusita atau Jurusita Pengganti harus terukur dan
terpantau dalam sistem kerja dalam proses peradilan, sehingga tidak muncul
kesalahan dalam melaksanakan tugasnya.
Khusus di Pengadilan Agama dietapkan kode etik yang harus
dilaksanakan oleh Jurusita. Kode etik ini juga merupakan faktor pendukung
Kejurusitaan,yakni Jurusita atau Jurusita Pengganti :
a. Melaksanakan perintah yang diberikan oleh Ketua Pengadilan, Ketua Sidang,
dan Panitera.
b. Melakukan panggilan, menyampaikan pengumuman, teguran, protes protes,
dan pemberitahuan putusan Pengadilan menurut cara-cara keputusan
Undang-Undang.
c. Melakukan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri dan dengan teliti
melihat lokasi batas tanah yang disita beserta surat- suratnya yang sah apabila
penyitaan tanah.
d. Membuat berita acara penyitaan yang salinan resminya diserahkan pada
pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain kepada BPN setempat bila
terjadi penyitaan sebidang tanah (Peraturan Pemerintah Nomor 10/1961 jo
Pasal 198-199 HIR) e. Melakukan penawaran pembayaran uang titipan pihak
ketiga serta membuat berita acaranya. f. Melaksanakan tugasnya diwilayah
Pengadilan yang bersangkutan.11
2. Faktor Penghambat
Dalam segi pelaksanaan tugasnya Jurusita dan Jurusita Pengganti
melakukan tugas di luar sidang (lapangan), berbeda dengan hakim dan panitera
pengganti yang bertugas di ruangan sehingga dipahami tugas kejurusitaan
banyak mengalami hambatan. Disamping itu faktor penghambat yang terjadi
dalam menyampaikan relas panggilan Tegugat adalah :
a. Tergugat sudah keluar daerah.
Hambatan yang paling utama terjadi ketika panggilan yang
dilakukan kepada Tergugat, karena pada awal mereka suami istri sama-sama
11
Ibid. Hlm 437
alat dan serumah, namun saat hendak cerai mereka berpisah sehingga salah
satunya sulit ditemukan alamatnya. Sementara itu, tugas untuk melakukan
panggilan harus dilaksanakan 3 hari sebelum hari sidang kerja.
Dengan adanya faktor hambatan tersebut harus dipahami bahwa
proses penyelesaian suatu perkara yang ditangani oleh Jurusita merupakan
tindakan hukum yang di lakukan oleh Pengadilan, sehingga semua tindakan
yang dilakukannya harus benar-benar dilakukan menurut hukum yang
mengatur hal itu. Artinya apabila hal tersebut tidak berdasarkan hukum, maka
akan berakibat tindakan itu natal demi hukum, dan apabilan hal ini terjadi
maka beberapa kerugian akan diderita, terutama oleh pihak yang mencari
keadilan.
Untuk menjawab kebuntuan bagi Jurusita dalam memaksimalkan
Panggilan Ghaib agar relas panggilan sampai kepada pihak yang dituju ialah
dengan cara relas panggilan disiarkan. Beriringan dengan hal tersebut dasar
hukum yang mengaturnya terdapat dalam Pasal 27 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, Tergugat/Termohon yang tidak diketahui
alamatnya, dipanggil dengan cara menempelkan gugatan pada papan
pengumuman di Pengadilan dan mengumumkannya melalui satu atau
beberapa surat kabar atau masa media lain yang ditetapkan oleh Ketua
Pengadilan. Berdasarkan Pasal 27 ayat 1 PP No. 9 Tahun 1975 tersebut,
panggilan terhadap Tergugat/Termohon yang tidak diketahui alamatnya
dipanggil melalui dua cara sekaligus, yaitu :12
1) Menempelkan gugatan/permohonan pada papan pengumuman
pengadilan.
2) Mengumumkannya melalui satu atau beberapa surat kabar atau media
masa lain yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan.
Pengumuman panggilan melalui surat kabar adalah pengumuman
dengan biaya tinggi, banyak pencari keadilan yang tidak mampu
membayarnya, karena itu jarang dipakai di Pengadilan Agama, kecuali untuk
12
Zairin harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo
persada,Jakarta, 2010, Hlm 44
perkara tertentu. Sebagai gantinya, Pengadilan Agama menggunakan Radio,
baik RRI maupun Radio Swasta sebagai mass media lain yang ditetapkan oleh
Ketua Pengadilan untuk mengumumkan panggilan terhadap
Tergugat/Termohon yang tidak diketahui alamatnya. Pada saat ini media yang
sedang digunakan publik untuk mendapatkan berbagi informasi adalah
internet.
Oleh karena itu, berdasarkan jenis-jenis media masa tersebut,
maka Website dapat dipilih sebagai media lain yang ditetapkan oleh Ketua
Pengadilan untuk mengumumkan panggilan terhadap Tergugat/Termohon
yang tidak diketahui alamatnya. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasan Kehakiman yang mengamanatkan agar
Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala
hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana,
cepat, dan biaya ringan. Pasal 58 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 tahun
1989 tentang Peradilan Agama juga memberi amanat yang sama, Pengadilan
membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi
segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana,
cepat, dan biaya ringan.13
Mahkamah Agung seringkali menggelar lomba berinovasi
dibawah Peradilan Agama masing-masing. Inovasi ini dilakukan untuk
memberikan layanan prima kepada para pencari keadilan. Dalam hal
ini,Seiring dengan perkembangan Iptek maka inovasi diperlukan dalam hal
apapun, tidak terkecuali pula pada pelayanan di badan Peradilan, termasuk
Pengadilan Agama. Melihat bahwasanya terdapat kelemahan dalam
panggilan dengan menempelkan gugatan/permohonan pada papan
pengumuman pengadilan, inovasi yang digunakan sebagai upaya untuk
memaksimalkan panggilan ghaib agar benar-benar tersampaikan kepada
pihak yang dituju ini berupa Radio. Walaupun panggilan melalui radio dirasa
13
Bachsan Mustala, Pokok-Pokok HukumAdminlstrasi Negara, Bandung: PT Citra Aditya
Bhakti, 1990,hlm 13
masih efektif di bangdingkan papan pengumuman yang jarang sekali di baca
oleh masyarakat.14
Inovasi lain juga penting untuk dilakukan, untuk mewujudkan misi
pemberian pelayanan prima kepada masyarakat. Diantara inovasi yang
dilakukan tersebut adalah SMS/ menghubungi pihak langsung yang akan
perkara. Sebagaimana dengan SMS perkara ini merupakan suatu terobosan
terbaru untuk memaksimalkan pemanggilan para pihak. SMS perkara ini
tidak hanya untuk perkara yang pihaknya ghaib saja akan tetapi untuk semua
jenis perkara.15 Dengan adanya SMS perkara ini diharapkan panggilan akan
benar-benar sampai langsung kepada pihak yang dituju tanpa perantara.
Namun SMS pekara ini sifatnya juga hanya sebagai penujang dan bukan
khusus untuk panggilan ghaib saja. SMS perkara ini fungsinya yaitu untuk
mengingatkan para pihak yang berperkara, tiga hari sebelum sidang para
pihak yang berperkara akan mendapat SMS dari pihak Pengadilan bahwa
mereka akan melaksanakan sidang pada tanggal yang telah ditentukan. Tak
terkecuali juga pada pihak yang gaib, selama ada kontak nomor yang bisa
dihubungi, secara otomatis dia juga akan mendapat pesan ini. Jadi dengan
seperti ini, dia bisa tahu langsung melalui ponselnya bahwa pihak suami atau
istrinya mengajukan gugatan cerai atau permohonan talak untuknya.Selain
adanya inovasi dalam bidang teknologi, dari segi relaas panggilannya sendiri
juga diperbarui formatnya. Karena panggilan resmi nya masih harus
dilakukan melalui radio, maka relaas panggilan ini masih menjadi bukti
otentik didalam persidangan. Format terbarunya yaitu, didalam relaas
panggilan kini diberi hari, tanggal, dan pada pukul berapa panggilan tersebut
disiarkan. Jadi, kini relaas panggilan bisa lebih dipertanggungjawabkan
lagi.Dibadingkan dengan relaas panggilan yang terdahulu, tidak ada hari,
tanggal, dan pukul berapa dilakukan siaran untuk pemanggilan, jadi dari
pihak Pengadilan Agama sendiri pun tidak mengetahui, apakah panggilannya
14
Djenal Hoesen KoesoemahatmarnadJa, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara,
PenerbitAlumni,Bandung, 1994, hlm 99
15
Mahkamah Agung RI.2004. Praktek Kejurusitaan Pengadilan. Jakarta.
benar telah disampaikan atau tidak.51Jadi relaas panggilan ini harus benar-
benar bisa harus bisa Dipertanggung jawabkan. Karena memanggil para pihak
secara resmi dan patut merupaka kewajiban atas pengadilan. Kelalaian
memanggil para pihak dapat berakibat batalnya pemeriksaan dan putusan,
meskipun mungkin para pihak hadir dalam persidangan.
Pada saat sekarang ini kecanggihan teknologi dalam peradilan itu
sendiri di namakan sebagai aplikasi e-Court(panggilan online) yang dalam e-
Court terdapat beberapa jenis panggilan dalam persidangan mulai dari :
pendaftaran perkara dinamakan (e-Filling), panjar biaya perkara online di
namakan dengan (e-Payment), panggilan elektronik dengan (e-Summons)
lalu persidangan elektronik di namakan dengan (eLitigasi). Maka dalam
pemanggilan secara elektronik e-Summons disini Jurusita dipermudahkan
dalam pencapain misinya sebagai Jurusita tanpa perlu mencari alamat
Tergugat maupun Penggugat saat beracara, mereka hanya perlu membaca
semua secara online untuk lebih detail maupun mengupload berkas secara
online.
b. Tergugat sudah melangsungkan pernikahan dengan orang baru.
Jurusita harus mengantar surat kepada para pihak yang berperkara baik secara
resmi dan patut. Resmi disampaikan oleh penjabat pengadilan sedangkan
patut disampaikan 3 hari kerja sebelum sidang.
Beberapa cara yang dilakukan oleh para pihak agar perkara cepat di proses
salah satu caranya dengan memberitahukan bahwa Tergugat sudah
melangsungkan pernikahan dengan orang baru, baik dalam penyampaian
relas maupun dalam isi gugatan Penggugat .
c. Tergugat takut terhadap tuntutan dari Penggugat.
Dilihat dari kasus yang ada di Pengadilan Agama menunjukkan bahwa
Tergugat takut terhadap tuntutan penggugat, baik berupa Hak Asuh Anak
(Hadhanah), pembagian harta gonogini baik bagi Penggugat maupun
Tergugat dan hal-hal lainnya yang terkait dengan tuntutan. Maka dari hal
tersebut Tergugat seringkali menolak akan surat relas panggilan yang
disampaikan oleh Jurusita Pengadilan setempat, yang disampaikan baik
secara Resmi dan Patut terutama dalam kasus cerai gugat.
d. Tergugat sudah tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Faktor selanjutnya juga merupakan penghambat bagi Jurusita yaitu, para
pihak sudah tidak memiliki rasa tanggung jawab akan perceraian yang akan
terjadi. Mengingat perceraian merupakan suatu tindakan yang halal dimata
Allah namun tidak disukainya. Maka dari hal tersebut sering kali disalah
artikan oleh pihak Tergugat.
Terkait dengan adanya perbedaan Undang-Undang yang mengatur tentang
tugas pokok antara Jurusita di Pengadilan Negeri dan Agama, yang mana
Jurusita di Pengadilan Agama hanya bertugas menyampaikan relas atau
pemberitahuan kepada para pihak dan tidak berwenang untuk menghadirkan
para pihak secara paksa dan mengikat.
E. Kesimpulan
1. Peran Jurusita/Jurusita Pengganti dalam proses pemanggilan Tergugat pada
persidangan telah di atur Undang-undang No. 7 Tahun 1989 pasal 103
menyebutkan bahwa menyampaikan pengumuman-pengumuman,
teguran teguran dan pemberitahuan penetapan atau putusan Pengadilan
menurut cara cara berdasarkan ketentuan undang-undang dan melakukan
penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan. Namun pada masa sekarang ini sudah
diganti menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 hal
tersebut tidak menghilangkan yang tertera di dalam Undang-undang No. 7
Tahun 1989 pasal 1 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 dalam poin 5 di
sebutkan bahwa Jurusita dan atau Juru Sita Pengganti adalah Jurusita dan atau
Jurusita Pengganti pada Pengadilan Agama. Hanya saja sebagaian dari
pengadilan tersendiri itu memiliki peran masing di wilayah Kopetensinya seperti
seorang Jurusita harus melakukan pelayanan Pemanggilan Saksi yang tidak
bersedia hadir, mohon pelayanan peemeriksaan setempat dan mohon bantuan
pemeriksaan setempat dari Pengadilan Agama lain. Hal tersebut merupakan
penambahan dalam setiap pengadilan agar mengupayakan peradilan yang sesuait
dengan yang di harapkan.
2. Efektivitas dari peran Jurusita/Jurusita Pengganti dalam Menyampaikan Relas
Tergugat pada persidangan di Pengadilan Agama Sejauh ini Jurusita di
Pengadilan Agama sudah efektif, sesuai dengan hasil penyampaian dari tahun ke
tahun, untuk memenuhi sesuai dengan ketentuan yang ada ini bahwa
menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran dan
pemberitahuan penetapan atau putusan Pengadilan menurut cara-cara
berdasarkan ketentuan undang-undang dan melakukan penyitaan atas perintah
Ketua Pengadilan dengan yang terjadi saat penyampaianya relas yang
berlangsung ada pihak yang tidak langsung mengantarkan pengumuman
terhadap pihak karana ada peraturan yang mengaturnya sehingga hal tersebut
menjadi suatu yang tidak efektif lagi di kalangan jurusita yang ada.
3. Faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pemanggilan Tergugat
oleh Jurusita/Jurusita Pengganti di Pengadilan Agama secara umum bagi
Jurusita atau Jurusita Pengganti dalam menjalankan tugas diantaranya Para
pihak tidak jujur dalam meberikan identitas dan alamat tempat tinggal sehingga
menjadi penghambat bagi Jurusita atau Jurusita Pengganti dalam menjalankan
tugasnya Selanjutnya Jurusita tidak harus bertemu langsung kepada para pihak
cukup dengan lurah desa setempat sehingga relas tidak lagi sesuai dengan
harapan undang-undang bahwa menyampaikan pengumuman-pengumuman,
baik itu berupa surat relas atau pemberitahuan akan pentingnya untuk
menghadiri persidangan. Faktor pendukung yang dalam pelaksanaan
pemanggilan tergugat oleh Jurusita ialah dengan kemajuan teknologi yang
berdampak terhadap pendukung dalam pemanggilan Tergugat. Sehingga
Jurusita bisa memanfaatkan alat komunikasi yang sudah canggih diantaranya
Smartphone melalui aplikasi Whattapp.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal/Artikel