PENDAHULUAN
Panitera Pengganti (PP) merupakan bagian dari kepaniteraan, memiliki tugas pokok dan fungsi
yang sangat strategis, terutama membantu hakim antara lain dalam persidangan, dan dalam
menata tertib administrasi persidangan yang baik dan benar. Oleh karena itu mebicarakan tugas
pokok dan fungsi PP untuk diketahui oleh para pejabat fungsional kepaniteraan menjadi penting
agar mereka dapat memahami dan menerapkannya dalam praktek tugas keseharian mereka.
Berangkat dari latar belakang tersebut di atas maka tujuan hasil pembelajaran ini adalah :
1
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia ( Pasal 24 UUD 1945 )
1. Mahkamah Agung
Peradilan Umum (UU 2/86 jo. UU 8/04 jo. UU 49/09)
Peradilan Agama (UU 7/89 jo. UU 3/06 jo. UU 50/09)
Peradilan Militer (UU 31/97)
Peradilan TUN (UU 5/86 jo. UU 9/04 jo. UU 51/2009)
2. Mahkamah Konsitusi
2
Kepaniteraan pengadilan dipimpin oleh seorang panitera Pasal 94 PERMA 07 Tahun 2015
TUPOKSI KEPANITERAAN
Pelaksanaan koordinasi, pembinaan dasn pengawasan pelaksanaan tugas dalam pemberian
dukungan di bidang teknis;
Pelaksanaan pengelolaan administrsi perkara permohonan;
Pelaksanaan pengelolaan administrsi perkara gugatan;
Pelaksanaan pengelolaan administrsi penyajian data perkara dan transparansi perkara;
pelaksanaan adm keuangan prkr
Pelaksanaan pengelolaan administrsi mediasi;
Pelaksanaan pengelolaan administrsi teknis kepaniteraan dan kejurusitaan;
fungsi lain yang diberikan oleh KPA.
PANMUD PERMOHONAN
KEPANITERAAN PENGADILAN
PANMUD HUKUM
PANMUD GUGATAN
Mengapa Panitera disebut Jabatan Fungsional? Sama dengan hakim, pekerjaan sebagai
panitera memerlukan keahlian dalam administrasi peradilan, yang seyogyanya Panitera
juga harus mengerti hukum; sebab produk pekerjaan PP, yakni BAS adalah sebagai akta
authentik. selanjutnya terdapat beberapa hal yang terkait dengan kepaniteraan :
❑ Secara fungsional, Pejabat Kepaniteraan bertanggung jwb kpd Ketua Pengadilan. (Psl 2
PERMA No. 7/2015).
❑ Terkait Kedudukan, Tugas dan Fungsi masing pejabat kepaniteraan, dpt dilihat pada
PERMA tsb.
3
4
5
DASAR HUKUM
6
▪ Psl.17 (4), (5) jo. 45 .UU No.48/2009 Ttg Kekuasaan Kehakiman
▪ Psl.27 UU No.2/1986 Ttg Peradilan Umum jo Psl. 34 UU No.8/2004 Ttg Perubahan Atas
UU No.2/1986 jo UU N0.49/2009 Ttg Perubahan Kedua Atas UU No2/1986.
▪ Psl. 25 UU No. 18 Tahun 2001 Ttg Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa
Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darrussalam jo. Psl. 4 Keppres No.11/2003 Ttg
Mahkamah Syar'iyah Dan Mahkamah Syar'iyah Provinsi Di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
▪ Psl.28 UU No.51/2009 Ttg Perubahan Kedua Atas UU No.5/1986 Ttg Peradilan Tata
Usaha Negara jo Psl.34 UU No.9/2004 Ttg Perubahan Atas UU No.5/1986.
▪ PERMA No7/2015 jo PERMA No. 1/2017 Ttg Perubahan Atas PERMA 7/2015 Ttg
Organisasi Kepaniteraan Dan Tata Kerja Kesekretariatan Peradilan
▪ Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Peradilan Agama, 2013 (Buku II)
▪ Buku Pedoman Teknis Administrasi & Teknis Peradilan Umum, 2008 (Buku II)
KARAKTERISTIK TUGAS PP
❑ Sbg pembantu Hakim di persidangan, karakter tugas utama PP di Pengadilan Agama tdk
jauh berbeda yaitu melakukan “Proses Pencatatan/Notulensi” kejadian selama
persidangan berlangsung.
❑ Ada 2 metode dlm proses itu, menggunakan alat bantu perekam, sekarang dengan Audio
Translate Record (ATR) dan mengandalkan memori/ingatan melalui tulisan singkat dan
cepat (stenografi) dari PP.
❑ Dgn alat perekam, PP dpt terbantu, dimana yang bersangkutan dpt mengecek ulang
keterangan dan perkerjaan pembuatan BAS lebih efisien. Kelemahannya, negara blm
mampu menyediakan sarana alat perekem tsb. Di beberapa pengadilan terutama di kota
besar, PP mengusahakan sendiri alat dimaksud utk penunjang tugasnya. Namun demikian
ada kelemahan lain yang harus diwaspadai dengan alat ini dimana jaringan ATR bisa saja
terekam keluar sebab terkoneksi internet sehingga terpublikasi padahal mungkin ada hal-
7
hal yang tidak boleh terpublikasi sebelum putusan dibacakan, terutama dalam perkara-
perkara hukum keluarga, seperti perceraian. Kecuali itu ATR tidak membebaskan sama
sekali PP untuk bekerja menyusun BAS, justeru merevisi hasil rekaman dianggap lebih
rumit daripada langsung PP menyususn sendiri BAS berdasarkan hasil catatan yang
dibuat selama persidangan berlangsung. Oleh karenanya di Pengadilan-Pengadilan yang
sudah mendapat kiriman ATR dari pusat mayoritas tidak dipungsikan sebab dianggap
tidak efektif
❑ Dgn mengandalkan memori/ingatan, PP dituntut harus cermat, teliti, dan memiliki daya
tangkap yang kuat saat mencatat semua kejadian atau fakta persidangan.
❑ Tugas PP sesungguhnya tdk sekedar berkutat pada aspek formalitas mencatat tetapi lbh
penting soal substansi hasil pencatatan.
❑ Prinsip : bhw materi Berita Acara Sidang (BAS) yang komprehensif dan lengkap akan
sangat membatu Hakim membuat pertimbangan yang baik sehingga putusannya tepat dan
berbobot karena dihasilkan dari seorang hakim profesional.
❑ Banyak tugas PP telah terbantu dgn adanya Sistem Informasi Penelusuran Perkara
(SIPP). Setiap membuat konsep BAS, PP dpt mengunduh di SIPP dan langsung
mengerjakan BAS dari hasil catatannya kemudian di-print out serta meminta koreksi dari
hakim.
❑ Setiap PP hrs memahami fungsinya juga sbg salah satu pengguna utama Sistem Informasi
Penulusuran Perkara (SIPP) di Pengadilan, yg mempercepat akses informasi kpd pencari
keadilan.
KUALIFIKASI TUGAS PP
PRA PERSIDANGAN
❑ Menjalankan protokoler proses sidang (memanggil dan mempersilahkan para pihak utk
memasuki ruang sidang, dstnya).
❑ Membuat produk tertentu sesuai perintah Hakim (misalnya Penetapan Hari Sidang/PHS).
Membuat Penetapan Penahanan/Perpanjangan Penahanan (utk PN/MSY) atau sesuai
karakter di Pengadilan;
DALAM PERSIDANGAN
8
- Mendampingi hakim mengikuti proses persidangan
- Membuat produk tertulis atas perintah Hakim (Contoh penetapan sita, perintah
menghadirkan ahli, dstnya)
PASCA PERSIDANGAN
❑ Melaporkan keadaan perkara yg sudah diputus berikut amar putusannya kpd Panmud
terkait;
❑ Mengetik putusan/penetapan berdasarkan konsep dari Hakim/Ketua Majelis.
❑ Menyerahkan berkas perkara kepada Panitera Muda terkait, bila telah diminutasi.
❑ Wajib mengundurkan diri sbg PP bila ada konflik kepentingan langsung atau tdk
langsung terkait perkara yg sedang ditanganinya. (Psl. 17 ayat (5) UU No. 48/2009 Ttg
Kekuasaan Kehakiman)
❑ Harus patuh dan taat mengisi atau meng-update tahapan kegiatan sidang perkara ke dlm
SIPP, sebab saat ini, di era digital, semua kegiatan/tugas pokok pengadilan dalam
penanganan perkara, dari sisi IT sudah dibuat aplikasinya, yang dulu untuk lingkungan
Peradilan Agama terintegrasi dgn SIADPA (Sistim Informasi Administrasi Perkara
Peradilan Agama) Ditjen Badilag, dimana dengan sistem ini semua kegiatan perkara
terpantau dan dievaluasi secara berkala.
❑ Wajib mentaati jam kerja dan mematuhi perintah atasannya terkait tugas kedinasan.
9
❑ Cermat dan teliti dlm melakukan tugas, agar terhindar dari kesalahan yg merugikan
kepentingan para pihak.
❑ PP hrs menunjukan kinerja prima dan integritas yg baik utk mendukung visi MA :
Tercipta Badan Peradilan Yg Agung Dan bermartabat.
❑ Wajib bersikap sopan dan santun serta tidak melakukan perbuatan tercela.
10