Anda di halaman 1dari 20

KETUA MAHKAMAH AGUNG

REPUBLIK INDONESIA

“Tingkatkan Integritas Menuju Peradilan


Yang Agung”

PEMBINAAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI


PERADILAN BAGI PIMPINAN, HAKIM DAN APARATUR
PERADILAN TINGKAT BANDING DAN TINGKAT
PERTAMA PADA 4 (EMPAT) LINGKUNGAN
PERADILAN SELURUH INDONESIA

Labuan Bajo, 9 Oktober 2023


Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.

Dengan mengucapkan bismillaahirrahmaanirrahiim,


Pembinaan Teknis dan Administrasi Peradilan secara
luring bagi Pimpinan, Hakim dan Aparatur Peradilan
Tingkat Banding dan Tingkat Pertama pada 4 (empat)
Lingkungan Peradilan se-wilayah hukum Nusa
Tenggara Timur dan diikuti secara daring oleh
Pimpinan, Hakim, dan Aparatur Peradilan Tingkat
Banding dan Tingkat Pertama pada 4 (empat)
Lingkungan Peradilan di seluruh Indonesia, pada hari
ini, Senin, tanggal 9 Oktober 2023 secara resmi saya
nyatakan dibuka.

• Yang Mulia Wakil Ketua Mahkamah Agung


Republik Indonesia Bidang Yudisial sekaligus

2
sebagai Pelaksana Tugas Wakil Ketua Mahkamah
Agung Bidang Non Yudisial;

• Yang Mulia Para Ketua Kamar pada Mahkamah


Agung Republik Indonesia;

• Yang Mulia Para Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc


pada Mahkamah Agung Republik Indonesia;

• Yang Saya Hormati Panitera dan Pelaksana Tugas


Sekretaris Mahkamah Agung Republik Indonesia;

• Yang Saya Hormati Para Pejabat Eselon I dan Eselon


II pada Mahkamah Agung Republik Indonesia;

• Yang Saya Hormati Pimpinan Pengadilan Tingkat


Banding serta Pimpinan Pengadilan Tingkat
Pertama se-Wilayah Hukum Nusa Tenggara Timur
yang hadir secara langsung;

• Yang Saya Hormati Para Pimpinan Pengadilan


Tingkat Banding, Para Pimpinan Pengadilan
Tingkat Pertama pada 4 (empat) Lingkungan

3
Peradilan serta seluruh warga peradilan yang
mengikuti acara pembinaan ini secara daring dari
seluruh Indonesia yang saya banggakan;

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat


Allah SWT/Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga pada hari ini kita dapat
berkumpul bersama dalam acara Pembinaan Teknis
dan Administrasi Peradilan secara luring dan daring
bagi Pimpinan, Hakim, dan Aparatur Peradilan
Tingkat Banding dan Tingkat Pertama pada 4 (empat)
Lingkungan Peradilan di seluruh Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh


jajaran panitia, baik panitia di tingkat pusat maupun
panitia daerah yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk mempersiapkan acara pembinaan
ini, sehingga acaranya dapat berjalan dengan baik dan
lancar.

4
Bapak/Ibu peserta pembinaan yang saya
banggkan.

Pada pembinaan kali ini terdapat beberapa hal


penting yang perlu saya sampaikan, namun seperti
biasa saya hanya akan menyampaikan secara garis
besarnya saja, karena nanti secara rinci akan
dipaparkan oleh Yang Mulia Wakil Ketua Bidang
Yudisial, Para Ketua Kamar dan Para Pejabat Eselon I
yang hadir pada pembinaan kali ini. Adapun hal-hal
penting tersebut antara lain sebagai berikut:

Pertama, terkait pengawasan dan pembinaan


oleh atasan langsung berdasarkan Perma Nomor
8 Tahun 2016.

Aspek pengawasan tetap menjadi fokus utama


dalam agenda pembinaan kali ini, karena sekalipun
saat ini situasinya sudah mulai berangsur-angsur
membaik, namun kita tidak boleh lengah, karena akan
sulit bagi kita untuk memulihkan kembali

5
kepercayaan publik kepada lembaga peradilan jika
masih ada di antara hakim atau aparatur peradilan
yang masih melakukan tindakan penyimpangan.

Oleh karena itu, pentingnya menjaga integritas,


selain harus disadari oleh setiap hakim dan aparatur
peradilan, juga harus didukung dengan sistem
pengawasan yang baik. Seperti halnya kondisi
keimanan yang ada pada diri kita, maka integritas
seseorang juga bisa mengalami kondisi pasang surut,
sehingga fungsi pengawasan sangat dibutuhkan
untuk bisa memastikan bahwa setiap hakim dan
aparatur peradilan dapat menjalankan tugasnya
dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Sistem pengawasan melekat yang dilakukan oleh


atasan langsung sebagaimana diamanatkan oleh
Perma Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pengawasan Dan
Pembinaan Atasan Langsung Di Lingkungan
Mahkamah Agung Dan Badan Peradilan Di Bawahnya

6
tentu memberikan konsekuensi kepada para pimpinan
di setiap satuan kerja, selain harus mampu mengawasi
bawahannya juga harus mampu menjadi contoh dan
teladan yang baik bagi lingkungannya, jangan justru
sebaliknya, pimpinannya sendiri yang malah menjadi
biang keladi dari timbulnya masalah, sehingga tidak
mungkin bisa mengawasi bawahannya jika
pimpinannya sendiri yang justru memicu timbulnya
berbagai masalah.

Berdasarkan Perma Nomor 8 Tahun 2016, setiap


atasan langsung wajib melakukan pengawasan
kepada bawahannya yang meliputi:

1. M e m a n t a u , m e n g a m a t i , d a n m e m e r i k s a
pelaksanaan tugas agar berjalan sesuai dengan
rencana dan ketentuan yang berlaku secara
berdayaguna dan berhasilguna;

2. Meminta laporan dan pertanggungjawaban atas


pelaksanaan tugas bawahan;

7
3. Mengidentifikasi dan menganalisis gejala-gejala
dan penyimpangan serta kesalahan yang terjadi,
menentukan sebab dan akibatnya serta cara
mengatasinya;

4. Merumuskan tindak lanjut dan mengambil


langkah-langkah yang tepat sesuai dengan
kewenangannya dengan memperhatikan
kewenangan pejabat/instansi yang terkait; dan

5. Berkonsultasi kepada atasan langsungnya secara


berjenjang dalam rangka meningkatkan mutu
pengawasan yang dilakukannya.

Sedangkan kewajiban pembinaan yang harus


dilakukan oleh atasan langsung kepada bawahannya
meliputi:

1. Menjelaskan pembagian tugas, fungsi dan


kewenangan bawahan dalam struktur organisasi di
bawah kendalinya secara berkala;

8
2. Menetapkan dan menyetujui sasaran kinerja
bawahan serta memberikan penilaian dan evaluasi
terhadap pelaksanaan tugas capaian kinerja
bawahan;

3. Menjelaskan, membuat dan menyepakati prosedur


atau cara pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan
yang dinilai kurang jelas atau belum diatur secara
khusus; dan

4. Membina bawahan agar dapat melaksanakan tugas


dengan baik.

Bagi atasan langsung yang terbukti tidak


melaksanakan pengawasan dan pembinaan tersebut,
akan dijatuhi sanksi administratif karena telah
melalaikan kewajibannya sebagai atasan langsung.
Hal tersebut sebagaimana juga ditegaskan dalam butir
4 Maklumat Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 1/Maklumat/KMA/IX/2017
tentang Pengawasan dan Pembinaan Hakim, Aparatur

9
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya,
yang berbunyi “Mahkamah Agung akan
memberhentikan Pimpinan Mahkamah Agung atau
Pimpinan Badan Peradilan di bawahnya secara
berjenjang dari jabatannya selaku atasan langsung,
apabila ditemukan bukti bahwa proses pengawasan
dan pembinaan oleh pimpinan tersebut tidak
dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.”
Selain itu, Mahkamah Agung juga tidak akan
memberikan bantuan hukum kepada hakim maupun
aparatur Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di
bawahnya yang diduga melakukan tindak pidana dan
diproses di pengadilan.

Sistem tanggung jawab berjenjang yang diatur


dalam Perma Nomor 8 Tahun 2016 dan Maklumat
Nomor 1/Maklumat/KMA/IX/2017 bersifat
proporsional. Artinya, jika kewajiban pengawasan dan
pembinaan telah dijalankan oleh atasan langsungnya,
maka segala pelanggaran yang dilakukan oleh

10
bawahannya akan menjadi tanggung jawab secara
pribadi dari bawahannya, namun jika kewajiban
pengawasan dan pembinaan tidak dijalankan, maka
atasan langsungnya akan turut menerima sanksi dari
perbuatan yang dilakukan oleh bawahannya.

Kedua, tentang pengadaan calon Pegawai


Mahkamah Agung tahun 2023.

Banyak pertanyaan dari masyarakat terkait


dengan rekrutmen Analis Perkara Peradilan (APP)
tahun 2023 yang tidak diperuntukan bagi calon hakim
sebagaimana tahun 2021. Hal itu disebabkan karena
Pasal 2 Perma Nomor 1 tahun 2021 tentang Perubahan
Atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pengadaan Hakim menyebutkan bahwa
“pengadaan hakim berasal dari CPNS Analis Perkara
Peradilan tahun 2021” sehingga Perma tersebut tidak
dapat digunakan untuk rekrutmen hakim yang
berasal dari Analis Perkara Peradilan untuk tahun
berikutnya.

11
Perma Nomor 7 Tahun 2017 dan Perma Nomor 1
tahun 2021 merupakan aturan yang diterbitkan
Mahkamah Agung sebagai solusi yang digunakan
untuk mengantisipasi kekosongan hakim akibat tidak
ada formasi penerimaan bagi calon hakim berhubung
Kemenpan tidak berwenang lagi melakukan proses
pengadaan bagi calon hakim karena menurut Pasal 19
UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman disebutkan bahwa hakim adalah pejabat
negara.

Oleh karena itu, pihak Kemenpan menyarankan


kepada Mahkamah Agung untuk segera merumuskan
regulasi turunan dari Pasal 19 UU Kekuasaan
Kehakiman tersebut yang isinya mengatur tentang
tata cara penetapan formasi dan tata cara rekrutmen
hakim melalui peraturan yang diterbitkan oleh
Presiden.

Mahkamah Agung telah menyusun Naskah


Akademis dan draf Peraturan Presiden terkait dengan

12
mekanisme pengadaan hakim, saat ini prosesnya
memasuki tahapan harmonisasi di Biro Hukum dan
Humas sebelum dikirimkan ke Presiden. Ke
depannya, jika Perpres tersebut telah diterbitkan,
maka Mahkamah Agung dapat melakukan rekruitmen
sesuai dengan jumlah kekurangan hakim yang
dibutuhkan karena sudah ada regulasi yang menjadi
payung hukumnya.

Berdasarkan data yang kita miliki saat ini, jumlah


kekurangan hakim pada 3 lingkungan peradilan
sesuai perhitungan beban kerja pada satuan kerja
pengadilan di seluruh Indonesia adalah 4.224 orang,
yang terdiri dari Peradilan Umum sebanyak 2.762,
peradilan agama sebanyak 1.347, dan Peradilan Tata
Usaha Negara sebanyak 115. Padahal, APP hasil
rekrutmen tahun 2021 yang diproyeksikan untuk
menjadi hakim, jumlahnya hanya 1531 orang, artinya
jumlah tersebut tidak akan cukup untuk menutupi
kekurangan yang ada saat ini. Oleh karena itu, proses

13
penyusunan Perpres Pengadaan Hakim harus segera
diselesaikan dan bisa secepatnya ditandatangani oleh
Presiden sehingga kita bisa melakukan rekrutmen
untuk mengisi kekosongan hakim yang setiap tahun
jumlahnya terus bertambah akibat adanya yang
pensiun atau meninggal dunia.

Para APP dari pengadaan tahun 2021 tersebut,


selanjutnya akan diseleksi untuk menjadi calon hakim.
Bagi yang lulus akan mengikuti tahapan pendidikan
dan pelatihan calon hakim. Setelah lulus pendidikan
dan pelatihan mereka akan ditempatkan berdasarkan
peminatan dan penetapan jumlah kuota yang
ditentukan oleh Mahkamah Agung sesuai kebutuhan
masing-masing lingkungan peradilan. Sedangkan bagi
yang tidak lulus seleksi akan tetap menjadi Analis
Perkara Peradilan.

Ketiga, tentang perlindungan data dan


informasi pada Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya.

14
Beberapa waktu yang lalu Mahkamah Agung
telah melakukan kerjasama dengan pihak BSSN
terkait dengan pembentukan Tim Mahkamah Agung
Computer Incident Security Response Team atau (MA-
CSIRT) yaitu tim yang bertugas menyediakan layanan
dan dukungan untuk mencegah, mengelola, dan
menanggapi insiden keamanan informasi di
Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan
di bawahnya.

Tim Tanggap Insiden Siber/Computer Security


Inicident Response Team Mahkamah Agung (MA-
CSIRT) ini ditetapkan dengan Surat Keputusan
Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nomor 119/SEK/
SK/IV/2023 tentang Pembentukan Tim Tanggap
Insiden Siber Mahkamah Agung yang mana ditunjuk
sebagai ketuanya adalah Kepala Biro Hukum dan
Humas Mahkamah Agung. Keberadaan Tim MA-
CSIRT ini sangat penting untuk melindungi keamanan
data dan informasi yang kita miliki, mengingat data

15
perkara yang dimiliki oleh Mahkamah Agung dan
badan peradilan di bawahnya termasuk dalam
kategori data yang sifanya sangat penting.

Apabila terjadi insiden siber di lingkungan


Mahkamah Agung dan Badan Peradilan dibawahnya
maka petugas IT pada masing-masing satuan kerja
dapat mengajukan pengaduan dengan mengikuti alur
tahapan sebagai berikut:

1. Menuliskan kronologis dan mengumpulkan bukti-


bukti insiden siber tersebut yang dapat berupa
Screenshot (tangkapan layer) dan/atau log insiden
siber.
2. Melaporkan kronologis dan bukti-bukti tersebut
kepada CSIRT Mahkamah Agung melalui saluran :
a. Email resmi MA-CSIRT atau
b. Portal Website MA-CSIRT. Untuk Satuan Kerja
Pengadilan ke depannya akan dibuatkan akun
khusus untuk melaporkan insiden siber yang
terjadi.

16
3. CSIRT Mahkamah Agung akan menindaklanjuti
laporan insiden siber dan memberikan Solusi
Teknisnya. Jika dibutuhkan penanganan lebih
lanjut, maka CSIRT Mahkamah Agung akan
berkoordinasi dengan CSIRT BSSN.

Dengan adanya mekanisme dan alur proses


pengaduan tersebut, maka diharapkan dampak yang
ditimbulkan dari adanya insiden siber tersebut dapat
diantisipasi secara cepat dan tepat dengan melakukan
mitigasi risiko sehingga dapat meminimalisasi
dampak yang yang timbul hingga sekecil mungkin.

Keempat, tentang himbauan bagi hakim dan


aparatur peradilan dalam menyongsong tahun
politik.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa


sebentar lagi kita akan memasuki tahun politik, yaitu
tahun pelaksanaan pesta demokrasi bagi pemilihan
Presiden dan pemilihan anggota legislatif. Oleh

17
karena itu, saya perlu mengingatkan kepada segenap
hakim dan aparatur peradilan di seluruh Indonesia
agar tidak ikut dalam proses dukung mendukung
kepada salah satu calon yang akan berkontestasi
dalam pilpres maupun pileg tersebut, baik secara
langsung ataupun tidak langsung, termasuk di media
sosial karena hal itu akan menimbulkan persepsi
publik bahwa kita telah bersikap tidak netral.

Lembaga peradilan harus memposisikan diri sebagai


lembaga yang netral dan independen karena sengketa
dan pelanggaran pemilu akan bermuara di lembaga
peradilan. Jangan sekali-kali mengunggah konten di
media sosial berupa gambar atau pernyataan yang
mengandung potensi untuk diartikan sebagai
dukungan kepada salah satu kontestan pemilu,
karena hal itu akan mengundang reaksi negatif dari
masyarakat. Jika publik sudah menganggap bahwa
kita tidak independen lagi, maka apapun yang kita
putusakan akan memicu reaksi penolakan dari publik.

18
Berhati-hatilah dalam setiap menggunakan
media sosial, karena jejak digital yang pernah
diunggah akan terus tersimpan di internet dan
mudah untuk bisa diakses oleh publik. Ada pepatah
yang mengatakan “jarimu harimaumu” karena saat
ini postingan-postingan yang dibuat oleh jari kita,
bisa menimbulkan dampak besar bagi diri kita sendiri
dan bagi masyarakat secara luas.

Bapak/Ibu peserta pembinaan yang saya cintai.

Sebelum mengakhiri sambutan pembinaan ini


saya ingin menyampaikan dua bait pantun untuk
memberikan semangat bagi kita semua.

Malam cerah bertabur bintang


Cahayanya terang bagai berlian
Meskipun banyak godaan yang datang
Tetaplah teguh pada pendirian

19
Makan leci rasanya nikmat
Sungguh manis terasa alami
Teguhkan hati luruskan niat
Jaga integritas tanpa kompromi

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, terima


kasih atas segala perhatiannya. Wabilahitaufik
walhidayah wassalamualaikum warohmatullahi
wabarokatuh.

Labuan Bajo, 9 Oktober 2023

Ketua Mahkamah Agung RI

Prof. Dr. H.M. Syarifuddin, S.H., M.H.

20

Anda mungkin juga menyukai