Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ISU DI INSTANSI

Nama : Putri Mayangsari


Kelompok : 2
Golongan/Angkatan : II / IV
Unit Kerja : Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu

A. Identifikasi Isu
Perkembangan teknologi digital saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan
ekonomi digital. Aktivitas manusia yang awalnya serba manual berbasis fisik sekarang diganti
dengan pola digital yang berbasis komputer. Perubahan pola aktivitas semacam ini lazim disebut
sebagai transformasi digital. Tak terkecuali di bidang hukum dan membawa perubahan yang
signifikan dalam proses law enforcement, sehingga terjadi perubahan di beberapa pola
penegakan hukum dari konvensional ke digital. Perubahan pola aktivitas atau transformasi
digitial tersebut juga menimbulkan beberapa isu di bidang hukum termasuk di Pengadilan. Isu-
isu yang terjadi di Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu antara lain:

SMART ASN
1. Belum Optimalnya Implementasi Penggunaan Aplikasi E-Court di Pengadilan Tinggi
Agama Bengkulu
Menyikapi pesatnya perkembangan dan transformasi digital, Mahkamah Agung telah
membuat cetak biru (blue print) Pembaruan Peradilan 2010-2035, dimana salah satu point
pentingnya yaitu mewujudkan Badan Peradilan Indonesia yang Agung, melalui peradilan
modern dan berbasis Teknologi Informasi terpadu. Modernisasi Badan Peradilan dibawah
Mahkamah Agung dimulai pada tahun 2018 dengan menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 3 Tahun 2018 tentang peradilan elektronik (e-Court) yang didalamnya meliputi
pendaftaran perkara secara elektronik (e-Filing), pembayaran panjar perkara secara elektronik
(e-Payment) dan pemanggilan serta pemberitahuan kepada pihak berperkara secara elektronik
(e-Summons).
Sejak diselenggarakannya persidangan pidana secara elektronik, telah teridentifikasi
beberapa hambatan yang terjadi mulai dari koneksi internet yang belum stabil sampai dengan
kurangnya kemampuan dan pengetahuan aparat pengadilan akan teknologi pendukung yang
digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan
terhadap pelaksanaan administrasi perkara dan persidangan elektronik dengan tujuan untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat pencari keadilan sebagaimana telah menjadi
kebijakan Mahkamah Agung saat ini.
Aplikasi e-Court adalah sebuah instrumen pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap
masyarakat dalam hal pendaftaran perkara secara online, pembayaran secara online, mengirim
dokumen persidangan (replik, duplik, kesimpulan, jawaban) dan pemanggilan secara online.
Aplikasi e-Court sendiri sangat membantu dalam pendaftaran perkara banding di Pengadilan
Tinggi Agama Bengkulu. Namun penggunaan aplikasi tersebut menyebabkan beberapa isu yang
muncul terjadi antara lain, kesalahan pada saat penginputan data di aplikasi. Kesalahan
penginputan ini bisa disebabkan oleh SDM yang kurang mengerti mengenai tata cara
penggunaan aplikasi tersebut. Kendala lainnya yaitu kurangnya sosialisasi mengenai tata cara
penggunaan aplikasi tersebut, dimana seharunya aparat pengadilan diberikan kegiatan pembinaan
atau bimbingan teknis mengenai bagaimana menggunakan aplikasi tersebut, sehingga mereka
bisa menerapkan penggunaan aplikasi tersebut dengan baik di lingkungan tempatnya bekerja.
Kendala selanjutnya yaitu koneksi internet yang belum stabil. Koneksi internet yang belum
stabil ini kadang kala menghambat user dalam mengakses aplikasi tersebut, dimana jika koneksi
internet tidak stabil, user diharuskan untuk login berulang kali sampai akhirnya bisa mengakses
aplikasi tersebut. Isu-isu yang muncul tersebut sangat penting untuk bisa diselesaikan karena
menimbulkan beberapa dampak bagi organisasi maupun masyarakat. Dampak yang timbul
antara lain terhambatnya penginputan berkas pada aplikasi, terkendalanya pendaftaran sidang
maupun pemanggilan serta pemberitahuan kepada pihak yang berperkara. Hal tersebut terbukti
dari sedikitnya perkara e-Court yang diterima oleh Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu sampai
dengan saat ini.

2. Belum Adanya Sistem Aplikasi berbasis Web bagi Penyandang Disabilitas


Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2020 tentang
Akomodasi yang layak untuk penyandang disabilitas dalam proses peradilan, maka pengadilan
diwajibkan untuk memberikan akomodasi yang layak bagi penyandang disabilitas.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 2078/DjA/HK.00/SK/8/2022 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pelayanan Ramah Penyandang Disabilitas di Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Agama.
Pedoman sebagaimana dimaksud yaitu pedoman bagi seluruh aparatur Peradilan Agama dalam
melaksanakan atau memberikan pelayanan ramah penyandang disabilitas yang berperkara di
Pengadilan sehingga kesetaraan hak dan akses bagi penyandang disabilitas dapat diwujudkan.
Pada Web Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu belum terdapat aplikasi yang bisa
digunakan untuk membantu penyandang disabilitas dalam mendapatkan informasi, sehingga
penyandang disabilitas kesulitan dalam mendapatkan informasi dari web tersebut. Pada profil
web Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu hanya ditampilkan tulisan saja tanpa adanya audio
ataupun juru bahasa isyarat bagi penyandang disabillitas khususnya tunarungu. Hal ini tentunya
akan menimbulkan dampak bagi organisasi dan masyarakat jika tidak segera diselesaikan,
dampak tersebut antara lain kurang optimalnya pelayanan yang diberikan bagi penyandang
disabilitas, penyandang disabilitas akan kesulitan mendapatkan informasi dari web tersebut.
Penyandang disabilitas akan merasa kesulitan dalam mendaftarkan perkara mereka dikarenakan
tidak adanya petunjuk di web tersebut.

3. Belum Adanya Sistem Pengambilan Nomor Surat Keluar secara Digital


Dalam melaksanakan tugas di satuan kerja, ada beberapa pekerjaan yang mengharuskan
kita untuk menulis surat. Surat tersebut setelah ditandatangani oleh atasan kemudian haruslah
diberi nomor oleh petugas di bagian umum. Pencatatan nomor surat keluar dilakukan dengan
mengurutkan nomor di buku nomor surat keluar. Selama ini pencatatan nomor surat keluar di
Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu masih dilakukan secara manual yaitu dengan menuliskan
surat keluar tersebut di buku nomor surat keluar. Hal ini mengakibatkan kinerja pegawai
menjadi lambat dan kurang efisien, sehingga menyebabkan pekerjaan lainnya juga ikut
terhambat.
Dalam hal ini, apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan menghambat fungsi
kerja ASN, termasuk dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Jika dilihat dari segi
SMART ASN, khususnya dalam literasi digital, maka pengambilan nomor surat keluar
seharusnya bisa dilakukan dengan memanfaatkan media digital yang ada.
MANAJEMEN ASN
A. Identifikasi Isu
Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan
masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan
bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata,
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945. Berbagai tantangan yang dihadapi oleh aparatur sipil negara dalam
mencapai tujuan tersebut semakin banyak dan berat, baik berasal dari luar maupun dalam negeri
yang menuntut aparatur sipil negara untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam menjalankan
tugas dan fungsinya serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawawi ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman. Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem
birokrasi selama ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN
tersebut juga harus jelas.
Berdasarkan hasil pengamatan penyusun selama masa percobaan (CPNS) terdapat isu
yang muncul berkaitan dengan manajemen ASN antara lain:

1. Belum Adanya Sistem Pengarsipan Berkas Perkara secara Digital


Beberapa isu yang muncul di Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu mengenai sistem
manajemen ASN yaitu belum adanya sistem pengarsipan berkas perkara secara digital dimana
sistem pengarsipan berkas perkara masih dilakukan secara manual oleh Arsiparis. Proses
pengarsipan berkas perkara yang sudah putus saat ini masih di lakukan secara manual yaitu
berkas asli yang sudah lengkap disimpan oleh Arsiparis dilemari arsip yang kemudian disusun
berdasarkan tanggal perkara tersebut diputus. Jika isu tersebut tidak segera diselesaikan, maka
hal ini tentu saja akan menimbulkan beberapa dampak, salah satunya yaitu menyebabkan
tertumpuknya berkas perkara yang masuk mulai dari awal instansi berdiri sampai dengan hari ini.
Dampak lainnya yaitu beberapa berkas perkara mulai mengalami kerusakan dan rentan hilang.
Kehilangan berkas tersebut dikarenakan tidak adanya pengawasan dalam proses peminjaman
arsip serta tidak adanya backup file dari arsip tersebut. Jika hal ini tidak segera diselesaikan
tentu saja akan berdampak dalam proses pengarsipan kedepannya, seharusnya di era digital saat
ini proses pengarsipan berkas perkara sudah dilakukan secara digital, dimana berkas perkara
tersebut bisa disimpan dalam bentuk file dan disimpan didalam folder pada server yang tersedia
di instansi tersebut.

2. Belum Optimalnya Proses Penyelenggaraan Penjagaan Unit Pelayanan Terpadu Satu


Pintu (PTSP) di Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah terobosan baru yang dikeluarkan untuk
memberi kemudahan dan kepastian pada masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari Satker di
Pengadilan, PTSP merupakan sebuah inovasi dari pemerintah dalam rangka peningkatan layanan
publik, memangkas birokrasi pelayanan dan sebagai upaya menciptakan good governance yang
baik. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Pengadilan memberikan pengaruh besar terhadap
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Petugas PTSP di Pengadilan memiliki peran yang
sangat strategis, karena menjadi garda terdepan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Petugas PTSP dalam melayani permohonan informasi sangat menentukan terhadap
kualitas informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat. Dalam proses penyelenggaraan
penjagaan unit PTSP di Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu setidaknya terdapat 4 orang
pegawai yang diharuskan untuk menjadi petugas pelayanan, namun seringkali yang terjadi
adalah pegawai yang menjadi petugas pelayanan hanya ada 2 sampai 3 orang saja. Jika tidak
segera diselesaikan, tentu saja hal ini akan berdampak pada penilaian penjagaan PTSP dari
tingkat pusat dan penyelenggaraan pelayanan publik tidak terlaksana dengan baik. Dampak
lainnya yaitu terjadinya penumpukan antrian dari masyarakat yang ingin mengajukan
pendaftaran perkara, permohonan informasi, serta pengajuan pengaduan dan keluhan.
Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan mengingat masyarakat sulit
memperoleh informasi dikarenakan petugas penjaga PTSP yang berjaga masih kurang jumlahnya.
3. Belum Adanya Standar Operasional Pelayanan (SOP) Alur Khusus untuk Penyandang
Disabilitas Tunarungu di Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu
Negara menjamin hak masyarakat untuk memperoleh akses terhadap keadilan, termasuk
bagi para penyandang disabilitas. Pada tahun 2011, Indonesia telah meratifikasi Convention on
the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yaitu konvensi tentang Hak-hak
difabel/penyandang disabilitas dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Convention On The Rights of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-
Hak Penyandang Disabilitas), selanjutnya pada tahun 2016 lahirlah Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Hal inilah yang menjadi dasar kuat untuk
memberikan perlindungan dan pemenuhan secara menyeluruh terhadap hak penyandang
disabilitas tanpa diskriminasi di Indonesia. Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama
Mahkamah Agung Republik Indonesia sesuai tugas dan fungsinya dituntut untuk mengambil
peran dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam undang-undang tersebut, terutama
dalam hal pelayanan hukum bagi penyandang disabilitas ketika berhadapan dengan hukum di
pengadilan agama/mahkamah syar'iyah dalam rangka mewujudkan pelayanan peradilan agama
yang inklusif. Di Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu sendiri belum adanya Standar
Operasional Pelayanan (SOP) alur khusus untuk penyandang disabilitas khususnya tunarungu.
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun
tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Belum adanya SOP
mengenai alur khusus untuk pelayanan bagi penyandang disabilitas tunarungu ini menjadi salah
satu faktor terhambatnya pemberian pelayanan dan pemenuhan secara menyeluruh kepada para
penyandang disabilitas tunarungu. Hal ini juga menyebabkan pelaksanaan pemberian pelayanan
ramah penyandang disabilitas yang berperkara di Pengadilan tidak dapat diwujudkan, sehingga
kesetaraan hak dan akses bagi penyandang disbilitas tidak dapat dijalankan dengan baik. Jika isu
tersebut tidak diselesaikan, maka akan berdampak terhadap optimalisasi pelayanan bagi
penyandang disabilitas tunarungu. Dampak lainnya yaitu, jika sewaktu-waktu terdapat
penyandang disabilitas tunarungu yang datang ke Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu, maka
petugas PTSP akan kurang maksimal dalam memberikan pelayanan dikarenakan belum adanya
SOP dalam pelaksanaan pelayanan ramah penyandang disabilitas tunarungu tersebut. Maka,
akan lebih baik jika dibuat Standar Operasional Pelayanan (SOP) alur khusus untuk penyandang
disabilitas tunarungu yang bisa digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan dan
memberikan pelayanan ramah penyandang disabilitas tunarungu di Pengadilan Tinggi Agama
Bengkulu, sehingga mereka bisa mendapatkan kesetaraan hak dan perlakuan yang sama dengan
masyarakat pada umumnya.

Pemilihan Calon Mentor untuk Rancangan Aktualisasi


Nama : Saiful Alamsyah, S.Ag., S.H., M.H., M.M.
Jabatan : Panitera
NIP : 19741009 199403 1 001
Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda / IV.c

Alasan saya memilih Bapak Saiful sebagai Mentor dalam kegiatan habituasi dan aktualisasi
Diklatsar CPNS tahun 2022 dikarenakan beliau memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Beliau
juga berkompeten dalam membimbing dan mengarahkan saya dalam membuat rancangan
aktualisasi Diklatsar CPNS 2022 ini.

Rencana Kegiatan dalam Pembuatan Rancangan Aktualisasi


Berikut tabel rencana kegiatan dalam pembuatan rancangan aktualisasi yang akan
dilaksanakan bersama mentor selama sepekan mulai dari tanggal 26 s/d 30 September 2022.
September 2022
No Kegiatan
26 27 28 29 30

1. Berkoordinasi dengan Pimpinan / atasan langsung


mengenai pemilihan Mentor

2. Berkonsultasi dan Berkoordinasi dengan Mentor


dalam menentukan isu yang akan diangkat
3. Membuat Rancangan aktualisasi

4. Pembimbingan rancangan aktualisasi

Anda mungkin juga menyukai