A. Identifikasi Isu
Perkembangan teknologi digital saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan
ekonomi digital. Aktivitas manusia yang awalnya serba manual berbasis fisik sekarang diganti
dengan pola digital yang berbasis komputer. Perubahan pola aktivitas semacam ini lazim disebut
sebagai transformasi digital. Tak terkecuali di bidang hukum dan membawa perubahan yang
signifikan dalam proses law enforcement, sehingga terjadi perubahan di beberapa pola
penegakan hukum dari konvensional ke digital. Perubahan pola aktivitas atau transformasi
digitial tersebut juga menimbulkan beberapa isu di bidang hukum termasuk di Pengadilan. Isu-
isu yang terjadi di Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu antara lain:
SMART ASN
1. Belum Optimalnya Implementasi Penggunaan Aplikasi E-Court di Pengadilan Tinggi
Agama Bengkulu
Menyikapi pesatnya perkembangan dan transformasi digital, Mahkamah Agung telah
membuat cetak biru (blue print) Pembaruan Peradilan 2010-2035, dimana salah satu point
pentingnya yaitu mewujudkan Badan Peradilan Indonesia yang Agung, melalui peradilan
modern dan berbasis Teknologi Informasi terpadu. Modernisasi Badan Peradilan dibawah
Mahkamah Agung dimulai pada tahun 2018 dengan menerbitkan Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 3 Tahun 2018 tentang peradilan elektronik (e-Court) yang didalamnya meliputi
pendaftaran perkara secara elektronik (e-Filing), pembayaran panjar perkara secara elektronik
(e-Payment) dan pemanggilan serta pemberitahuan kepada pihak berperkara secara elektronik
(e-Summons).
Sejak diselenggarakannya persidangan pidana secara elektronik, telah teridentifikasi
beberapa hambatan yang terjadi mulai dari koneksi internet yang belum stabil sampai dengan
kurangnya kemampuan dan pengetahuan aparat pengadilan akan teknologi pendukung yang
digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan
terhadap pelaksanaan administrasi perkara dan persidangan elektronik dengan tujuan untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat pencari keadilan sebagaimana telah menjadi
kebijakan Mahkamah Agung saat ini.
Aplikasi e-Court adalah sebuah instrumen pengadilan sebagai bentuk pelayanan terhadap
masyarakat dalam hal pendaftaran perkara secara online, pembayaran secara online, mengirim
dokumen persidangan (replik, duplik, kesimpulan, jawaban) dan pemanggilan secara online.
Aplikasi e-Court sendiri sangat membantu dalam pendaftaran perkara banding di Pengadilan
Tinggi Agama Bengkulu. Namun penggunaan aplikasi tersebut menyebabkan beberapa isu yang
muncul terjadi antara lain, kesalahan pada saat penginputan data di aplikasi. Kesalahan
penginputan ini bisa disebabkan oleh SDM yang kurang mengerti mengenai tata cara
penggunaan aplikasi tersebut. Kendala lainnya yaitu kurangnya sosialisasi mengenai tata cara
penggunaan aplikasi tersebut, dimana seharunya aparat pengadilan diberikan kegiatan pembinaan
atau bimbingan teknis mengenai bagaimana menggunakan aplikasi tersebut, sehingga mereka
bisa menerapkan penggunaan aplikasi tersebut dengan baik di lingkungan tempatnya bekerja.
Kendala selanjutnya yaitu koneksi internet yang belum stabil. Koneksi internet yang belum
stabil ini kadang kala menghambat user dalam mengakses aplikasi tersebut, dimana jika koneksi
internet tidak stabil, user diharuskan untuk login berulang kali sampai akhirnya bisa mengakses
aplikasi tersebut. Isu-isu yang muncul tersebut sangat penting untuk bisa diselesaikan karena
menimbulkan beberapa dampak bagi organisasi maupun masyarakat. Dampak yang timbul
antara lain terhambatnya penginputan berkas pada aplikasi, terkendalanya pendaftaran sidang
maupun pemanggilan serta pemberitahuan kepada pihak yang berperkara. Hal tersebut terbukti
dari sedikitnya perkara e-Court yang diterima oleh Pengadilan Tinggi Agama Bengkulu sampai
dengan saat ini.
Alasan saya memilih Bapak Saiful sebagai Mentor dalam kegiatan habituasi dan aktualisasi
Diklatsar CPNS tahun 2022 dikarenakan beliau memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Beliau
juga berkompeten dalam membimbing dan mengarahkan saya dalam membuat rancangan
aktualisasi Diklatsar CPNS 2022 ini.