Anda di halaman 1dari 19

PERAN SPBE (SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS

ELEKTRONIK) DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN


PERKARA DI PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO

SKRIPSI

OLEH:
RIVALDY LISYARDO PUTERA
NPM. 21701012057

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
2021
PERAN SPBE (SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS
ELEKTRONIK) DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN
PERKARA DI PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Malang Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program
Studi Hukum Keluarga Islam

Oleh:
Rivaldy Lisyardo Putera
NPM. 21701012057

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
2021
Abstrak

Rivaldy. 2021. Peran SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik)


Dalam Meningkatkan Pelayanan Perkara Di Pengadilan Agama Mojokerto.
Skripsi, Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam,
Universitas Islam Malang, Pembimbing 1: Dr. Dzulfikar Rodafi, Lc., MA.
Pembimbing 2: Dr. Moh. Muslim, M.Ag.

Kata Kunci : Peran, Elektronik, Pelayanan Perkara

Pengadilan Agama merupakan tempat dimana masyarakat yang beragama


islam mengajukan permohonan keadilan. Mahkamah Agung mengeluarkan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik dalam meningkatkan pelayanan perkara untuk
menjawab perkembangan zaman serta untuk mewujudkan penanganan perkara
yang professional, transparan, akuntabel, efektif, efisien dan modern.
Dalam penelitian ini terdapat tiga fokus penelitian yaitu: 1.) Bagaimana
model SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) dalam meningkatkan
pelayanan perkara di Pengadilan Agama Mojokerto? 2.) Bagaimana pelaksanaan
SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) dalam meningkatkan pelayanan
perkara di Pengadilan Agama Mojokerto? 3). Bagaimana hasil SPBE (Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik) dalam meningkatkan pelayanan perkara di
Pengadilan Agama Mojokerto?. Penelitian ini menggunakan metode jenis
penelitian kualitatif. Kemudian cara memperoleh data di lapangan melalui
wawancara dan dokumentasi. Sedangkan dalam proses pengolahan data
menggunakan teknik edit, klasifikasi, analisis, dan kesimpulan.
SPBE yang merupakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
merupakan organisasi administrasi yang menggunakan inovasi data dan
korespondensi untuk menawarkan jenis bantuan kepada klien SPBE. Secara
teratur kami mengalami masalah di pengadilan terkait penyelesaian kasus. Di
tengah masa gejolak modern 4.0, jelas kita tidak bisa menutupinya lagi. Misalnya,
(penundaan), kesederhanaan (akses), dan kepercayaan (kehormatan). Selain itu,
kami juga dapat menemukan masalah yang berbeda, misalnya, orang awam
jaringan dalam teknik prosedural, Merek terselubung, dan kurangnya kantor. Ini
jelas menghalangi semua pertemuan. Untuk menghilangkan masalah ini.
Mahkamah Agung berupaya memodernisasi kerangka hukum Indonesia, melalui
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018. Pengenalan organisasi
perkara di pengadilan secara elektronik merupakan bantuan bagi calon klien untuk
pendaftaran perkara online (e-Filling), memperoleh diharapkan angsuran awal di
web (e-Skum), pembayaran online (e-Payment), panggilan yang dilakukan
melalui saluran elektronik (e-Summon), dan persidangan yang diarahkan secara
elektronik (e-Litigasi).
Pelaksanaan SPBE pada Pengadilan Agama Mojokerto awal mula yang
diwajibkan memakai aplikasi SPBE masih terbatas untuk Advokat/Pengacara
dikarenakan dipercaya sanggup pada melaksanakan bercara secara elektronik
adalah kondisi awal diharuskannya memiliki akun terdaftar yang pada validasi
dari pihak Pengadilan Tinggi dimana lokasi dulu bersumpah sebelum melakukan
registrasi perkara. Advokat yeng sudah terverifikasi dari Pengadilan Tinggi, maka
dapat mendaftarkan perkaranya melalui SPBE. Dan bila penggunaan akun tidak
sinkron maka akan terdapat konsekuensi & dipercaya mekanisme yang tidak
sinkron menggunakan tatacara mengenai pemberlakuan PERMA Nomor 1 Tahun
2019. Setalah mendaftarakan perkaranya langkah selanjutnya merupakan
menunggu pembuktian dari registrasi masalah tersebut.
Melalui layanan e-litigation yang didukung dari layanan SPBE
menggunakan 3 (tiga) jenis utamanya, yaitu: registrasi kasus secara elektronik (e-
filling), pembayaran panjar biaya kasus secara elektronik (e-payment),
penyampaian pemberitahuan & panggilan sidang secara elektronik (e-summons),
Mahkamah Agung sudah membuka transparansi & akuntablitas terkait
menggunakan proses dan prosedur persidangan yang selebar-lebarnya pada
publik, khususnya pada rakyat para pencari keadilan. Bahkan, hasil berdasarkan
pelaksanaan persidangan, yang berupa putusan ataupun penetapan, juga bisa
diakses menggunakan lebih mudah dari rakyat melalui layanan Sistem Informasi
Penelusuran Perkara (SIPP) & layanan Direktori Putusan.
Abstract

To achieve clean, effective governance, transparent, & accountable quality


public services & trustworthy is expected to be an electronic based government
system. For increase the cohesiveness & efficiency of the based government
system electronic is expected governance & governance system management
nationally based electronics. The legal basis for this Presidential Decree is:
Article 4 paragraph (1) of the 1945 Constitution. This Perpres regulates about:
governance-based system governance electronic; electronic-based management
system of government; audit information and communication technology;
administrators of the government system electronic based; acceleration of
electronic-based government systems; as well as monitoring and evaluation of
electronic-based government systems.

Keywords : goverment, system, electronic.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

SPBE yang merupakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

merupakan organisasi administrasi yang menggunakan inovasi data dan

korespondensi untuk menawarkan jenis bantuan kepada pengguna SPBE.

Secara teratur mengalami masalah di pengadilan terkait penyelesaian kasus. Di

tengah masa gejolak modern, jelas tidak bisa menutupinya lagi. Misalnya,

(penundaan), kesederhanaan (akses), dan kepercayaan (kehormatan). Sejauh ini

pengaruh SPBE, juga dapat menemukan masalah yang berbeda, misalnya, orang

awam jaringan dalam teknik prosedural, Merek terselubung, dan kurangnya

kantor. Ini jelas menghalangi semua pertemuan. Untuk menghilangkan masalah

ini. Mahkamah Agung berupaya memodernisasi kerangka hukum Indonesia,

melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018. Pengenalan

organisasi perkara di pengadilan secara elektronik merupakan bantuan bagi

pengguna untuk pendaftaran perkara online (e-Filling), memperoleh diharapkan

angsuran awal di web (e-Skum), pembayaran online (e-Payment), panggilan yang

dilakukan melalui saluran elektronik (e-Summon), dan persidangan yang

diarahkan secara elektronik (e-Litigasi).

e-Filling atau pendaftaran kasus online dilakukan setelah terdaftar sebagai

pengguna atau memiliki catatan pada aplikasi dengan memilih Pengadilan Negeri,

Pengadilan Agama, atau Pengadilan Tata Usaha Negara yang sudah efektif

memberikan e-Filling pengadilan. Semua catatan pendaftaran dikirim secara

elektronik melalui Mahkamah Agung Republik Indonesia. E-Filling dapat


digunakan untuk mendaftarkan kasus secara elektronik dalam klaim dan / atau

kasus umum, ketat, organisasi militer, atau organisasi negara. Aplikasi ini dapat

digunakan untuk meminta klaim dan / atau aplikasi seperti halnya menyerahkan

catatan elektronik. Akibat dari bagian dalam informasi yang dikonfirmasi dan

diakui secara prosedural akan memulai kasus umum. Aplikasi ini juga siap untuk

memasukkan arsip elektronik pada kasus yang ada. E-Filling juga dapat

digunakan untuk mentransfer dan mengunduh catatan tentang kasus umum / ketat

/organisasi militer/organisasi negara. Pengguna yang terdaftar harus

memperhatikan pedoman khusus yang menggabungkan desain laporan, ukuran,

gaya tekstual, ukuran dan/atau batasan berbeda yang telah ditetapkan dalam

mentransfer catatan melalui aplikasi.

Dengan mendaftarkan perkara secara online, para perkara akan

mendapatkan angsuran di muka dan nomor angsuran yang diharapkan (Virtual

Record) yang dapat dibayarkan melalui saluran elektronik yang dapat diakses

(Multi Channel).

Permintaan pembayaran elektronik dapat digunakan untuk membuat biaya

pengadilan prabayar yang ditentukan oleh permintaan e-Skum sebagai kelanjutan

dari pendaftaran elektronik. Pengguna terdaftar harus dengan cermat mengamati

dan memahami jumlah angsuran pertama biaya pengadilan yang harus dibayar,

jumlah rekening pembayaran (rekening virtual), periode penagihan angsuran

pertama dari biaya pengadilan yang ditetapkan oleh sistem dan memahami bahwa

mereka setuju bahwa semua kesalahan , keterlambatan dan biaya tambahan yang

timbul dari perbedaan antara bank yang digunakan oleh pengguna terdaftar dan

rekening pengadilan resmi tempat gugatan diajukan adalah tanggung jawab


pengguna terdaftar. Untuk menjaga kelancaran program SPBE, Mahkamah Agung

RI bekerja sama dengan bank-bank pemerintah untuk mengatur first rate fee

dalam kasus tertentu. Dalam kasus ini, bank yang ditunjuk menyediakan

pengadilan yang perkaranya didaftarkan dengan akun virtual sebagai alat

pembayaran.

Sesuai dengan Pasal 11 dan 12 Peraturan Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2018 disebutkan bahwa panggilan untuk hadir di pengadilan terhadap para

pihak dalam perkara dapat diajukan secara elektronik. Panggilan elektronik

dilakukan kepada penggugat yang mendaftar secara elektronik dan mempunyai

bukti tertulis, sedangkan panggilan pertama dilakukan melalui juru sita pengadilan

dan dapat dipanggil secara elektronik dengan menyatakan persetujuan tertulis

untuk dipanggil secara elektronik, dan kuasa hukum harus mendapat persetujuan

tertulis dari prinsipal kepada lanjutkan secara elektronik.

e-Litigasi adalah persidangan yang diarahkan secara elektronik dengan

membatasi persidangan untuk sidang langsung dan pergi ke kantor pengadilan,

untuk membuatnya dasar, cepat dan mudah. Sebenarnya, persidangan bisa

mengarahkan beberapa pengaturan acara awal sebelum PC (Personal Computer)

mereka sendiri. E-Litigasi sendiri adalah salah satu dari empat sorotan yang

dimiliki Pengadilan Tinggi sebagai bagian dasar dari program induk.

Bagaimanapun juga, perlu digarisbawahi bahwa berdasarkan Pengumuman

Pengadilan Tinggi Nomor 129 / KMA / SK / VIII / 2019 tidak semua perkara di

pengadilan dapat dilakukan dengan e-Litigasi, namun hanya terbatas pada perkara

dengan pengaturan Gugatan, Klaim Dasar, dan Bantuan Aplikasi diterapkan.


Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Peran SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) Dalam

Meningkatkan Pelayanan Perkara Di Pengadilan Agama Mojokerto”.

B. Fokus Penelitian

Dari konteks penelitian yang telah dijelaskan di atas maka peneliti

menuliskan beberapa fokus penelitian. Fokus penelitian yang diangkat peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) dalam

meningkatkan pelayanan perkara di Pengadilan Agama Mojokerto?

2. Bagaimana pelaksanaan SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik)

dalam meningkatkan pelayanan perkara di Pengadilan Agama Mojokerto?

3. Bagaimana hasil SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) dalam

meningkatkan pelayanan perkara di Pengadilan Agama Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Dari konteks penelitian yang telah dijelaskan di atas maka peneliti

menuliskan beberapa tujuan dari penelitian, sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis model SPBE (Sistem Pemerintahan

Berbasis Elektronik) dalam meningkatkan pelayanan perkara di Pengadilan

Agama Mojokerto.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan SPBE (Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik) dalam meningkatkan pelayanan perkara di

Pengadilan Agama Mojokerto.


3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil SPBE (Sistem Pemerintahan

Berbasis Elektronik) dalam meningkatkan pelayanan perkara di Pengadilan

Agama Mojokerto.

D. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian tentang SPBE ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan

atau manfaat sebagai berikut:

1. Secara praktis penelitian ini dapat berguna atau bermanfaat bagi:

a. Pembentukan yang menawarkan waktu kepada peneliti untuk situasi ini adalah

Pengadilan Agama Mojokerto karena dipercaya bisa mendapatkan salah satu

rujukan atau laporan SPBE di lembaga tersebut.

b. Penulis memberikan pengetahuan dan pengalaman untuk menemukan bahwa

persidangan perlu menunjukkan bukti ekstra setelah setiap mentransfer arsip

bukti.

c. Memberikan kontribusi kepada pimpinan organisasi dan buruh agar memiliki

pilihan untuk memperluas manfaat SPBE.

2. Secara teoritis penelitian ini dapat berguna atau bermanfaat untuk:

a. Sebagai karya yang logis, konsekuensi dari pemeriksaan ini dinyatakan

memiliki opsi untuk menambah kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di

pengadilan-pengadilan di seluruh Indonesia terkait dengan pemanfaatan organisasi

oleh SPBE.

b. Sebagai komitmen yang ditengarai di bidang hukum dan sebagai bahan

eksplorasi tambahan guna meningkatkan ilmu pengetahuan.

c. Efek samping dari pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai aturan untuk

latihan eksplorasi masa depan yang sejenis. Pemeriksaan yang diidentifikasi


dengan Perma Nomor 3 Tahun 2018 di Pengadilan Agama Mojokerto tentang

pemanfaatan organisasi elektronik diperlukan untuk menambah pemahaman

terhadap suatu informasi maka dengan diadakannya pemeriksaan ini juga

diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai bahan ajar kepada

masyarakat, populasi umum termasuk bagaimana menyikapi pemanfaatan media

berbasis web.

E. Definisi Operasional

Tujuan diperlukannya definisi operasional adalah untuk memberi batasan

mengenai apa saja yang akan diteliti dalam penelitian ini. supaya tidak terjadi

kesalahpahaman, maka peneliti akan memberikan beberapa pengertian dari istilah-

istilah yang terdapat dalam judul karya ilmiah ini, antara lain:

1. Peran : suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang

atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau

kedudukan tertentu.

2. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik : Di dalam peraturan Presiden

tentang sistem pemerintahan berbasis elektronik di jelaskan bahwa Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik yang selanjutnya disingkat SPBE

adalah penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk memberikan layanan kepada Pengguna

SPBE. Tata kelola SPBE adalah kerangka kerja yang memastikan

terlaksananya pengaturan, pengarahan, dan pengendalian dalam penerapan

SPBE secara terpadu.

3. Pelayanan Perkara: Pelayanan perkara adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk

atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan perkara yaitu setiap institusi penyelenggara

Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan

undang-undang untuk kegiatan pelayanan perkara, dan badan hukum lain

yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan perkara.

4. Pengadilan Agama Mojokerto: Lembaga kehakiman tingkat pertama

yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian terkait Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai usaha untuk memudahkan dan mengarahkan penulisan proposal

penelitian ini, terdapat uraian susunan sistematika penulisan yaitu:

Bab I merupakan Pendahuluan, pada bab ini peneliti akan

mendeskripsikan secara umum isi dan maksud dalam penelitian, karena urgensi

dari penelitian terletak pada bab ini. Isi pada bab ini terdiri dari konteks penelitian,

fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional dan

sistematika penulisan. Hal tersebut merupakan pijakan awal dalam penelitian,

sehingga pembaca mengetahui arah penelitian yang dituju.

Bab selanjutnya adalah Bab II yang berisikan tentang penelitian terdahulu

dan kajian pustaka, pada bab ini menguraikan tentang teori dan konsep yang

mendasari penelitian dan sebagai acuan dalam menganalisis. Pada Bab II ini

terdiri dari sub bab pertama, peran. Kedua, sistem pemerintahan berbasis

elektronik. Ketiga, pelayanan perkara. Keempat, pengadilan agama.


Bab selanjutnya adalah Bab III yang merupakan metode penelitian. Pada

bab ini peneliti akan menjelaskan metode penelitian yang dipakai dalam penelitian

ini, di antaranya jenis penelitian, pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi

penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

pengecekan keabsahan data.

Bab selanjutnya adalah Bab IV, paparan data dan temuan penelitian,

bagian ini memaparkan data dan temuan penelitian seperti wawancara, observasi

mengenai Peran Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di Pengadilan Agama

Mojokerto.

Bab selanjutnya adalah Bab V yaitu pembahasan, pada Bab ini membahas,

menganalisis dan menjelaskan yang ada pada fokus penelitian di Bab I.

Dan bab terakhir yaitu Bab VI sebagai penutup. Pada Bab ini berisi

kesimpulan dan saran yang merupakan rangkaian akhir dari suatu penelitian.

Kesimpulan yakni deskripsi singkat yang menjawab pertanyaan atau fokus

penelitian pada Bab I. Selain itu, pada bab ini juga memaparkan saran terhadap

analisis dan paparan data. Serta, berisi harapan dari peneliti kepada semua pihak

yang berkompeten dalam penelitian ini agar penelitiannya dapat memberikan

kontribusi yang maksimal.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil paparan data dan analisis yang telah dilakukan Hakim

Pengadilan Agama Mojokerto mengenai Pengaruh Sistem Pemerintahan Berbasis

Elektronik Terhadap Pelayanan Perkara di Pengadilan Agama Mojokerto, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. SPBE yang merupakan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

merupakan organisasi administrasi yang menggunakan inovasi data dan

korespondensi untuk menawarkan jenis bantuan kepada klien SPBE. Secara

teratur kami mengalami masalah di pengadilan terkait penyelesaian kasus. Di

tengah masa gejolak modern 4.0, jelas kita tidak bisa menutupinya lagi. Misalnya,

(penundaan), kesederhanaan (akses), dan kepercayaan (kehormatan). Selain itu,

kami juga dapat menemukan masalah yang berbeda, misalnya, orang awam

jaringan dalam teknik prosedural, Merek terselubung, dan kurangnya kantor. Ini

jelas menghalangi semua pertemuan. Untuk menghilangkan masalah ini.

Mahkamah Agung berupaya memodernisasi kerangka hukum Indonesia, melalui

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018. Pengenalan organisasi

perkara di pengadilan secara elektronik merupakan bantuan bagi calon klien untuk

pendaftaran perkara online (e-Filling), memperoleh diharapkan angsuran awal di

web (e-Skum), pembayaran online (e-Payment), panggilan yang dilakukan

melalui saluran elektronik (e-Summon), dan persidangan yang diarahkan secara

elektronik (e-Litigasi).
2. Pelaksanaan SPBE pada Pengadilan Agama Mojokerto awal mula yang

diwajibkan memakai aplikasi SPBE masih terbatas untuk Advokat/Pengacara

dikarenakan dipercaya sanggup pada melaksanakan bercara secara elektronik

adalah kondisi awal diharuskannya memiliki akun terdaftar yang pada validasi

dari pihak Pengadilan Tinggi dimana lokasi dulu bersumpah sebelum melakukan

registrasi perkara. Advokat yeng sudah terverifikasi dari Pengadilan Tinggi, maka

dapat mendaftarkan perkaranya melalui SPBE. Dan bila penggunaan akun tidak

sinkron maka akan terdapat konsekuensi & dipercaya mekanisme yang tidak

sinkron menggunakan tatacara mengenai pemberlakuan PERMA Nomor 1 Tahun

2019. Setalah mendaftarakan perkaranya langkah selanjutnya merupakan

menunggu pembuktian dari registrasi masalah tersebut.

Kelebihan sistem pemerintahan berbasis elektronik yang sanggup

diperoleh menurut pelaksanaan ini adalah:

a. Penggunaan pelaksanaan ini menguntungkan ke 2 belah pihak. Pihak yang

berperkara & pengadilan. Bagi pihak yang berperkara, efisisensi ketika biaya

rendah yang berperkara memakai jasa advokat. Jelas memerlukan biaya rendah

menurut jasa advokat yang sanggup dihapuskan. Kedua, transportasi. Karena

prosesnya sanggup dilakukan pada rumah. Sementara bagi pengadilan, pelayanan

yang diberikan pada rakyat bisa lebih maksimal. Masyarakat tidak membludak

tiba ke pengadilan.

b. Penerapan e-litigasi pada pengadilan diperlukan sanggup menjawab keluhan

rakyat. Melalui e-litigasi, pada persidangan elektronik tidak mengharuskan

kehadiran pihak secara fisik. Dan seluruh data persidangan terdapat pada
pelaksanaan digital. Serta e-litigasi bisa meminimalisir ketidak hadiran pada

mencatat insiden persidangan.

c. Dibandingkan menggunakan buku manual, langkah yang diambil menurut

manual menuju digital ini setidaknya mempunyai beberapa keuntungan:

1) Kerapian & kevalidan data.

2) Beban kerja bisa terminimalisir.

3) Mempercepat kinerja.

4) Tersimpan pada lokasi yang aman.

Namun, dalam pelaksanaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik ini

tidak terlepas dari berbagai faktor kekurangan, diantaranya:

a. Para pihak yang mendaftar masih gagap teknologi saat petugas menjelaskan

berperkara secara elektronik. Salah satu misalnya yaitu para pencari keadilan tidak

mempunyai alamat e-mail. Padahal alamat e-mail sangat krusial pada

penyelesaian masalah secara elektronik

b. Para Advokat/Pengacara dan pihak sumber daya manusia pada pengadilan

sendiri masih belum terbiasa memakai SPBE.

c. Kualitas SDM perlu ditingkatkan pada menghadapi teknologi baik menurut

internal pengadilan juga eksternal pengadilan.


B. Saran

1. Masyarakat (penggugat)

Masyarakat dapat memanfaatkan sistem peradilan elektronik dengan mempelajari

aturan-aturan yang ada, sehingga memudahkan proses perkara di pengadilan,

terutama dalam proses persidangan.

2. Mahkamah Agung

Dalam proses pengiriman dokumen berupa balasan, salinan, pengulangan, dan /

atau kesimpulan melalui persidangan elektronik, Mahkamah Agung akan

mempertimbangkan pengurangan mediasi agar majelis hakim dapat mencapai

tujuan utama rekonsiliasi seluas-luasnya.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan para peneliti yang membahas topik yang sama berikut ini tidak hanya

mempelajari pengaruh sistem pemerintahan elektronik, tetapi juga efektivitas

sistem pemerintahan elektronik.


DAFTAR RUJUKAN

Abdulkadir, Muhammad. Hukum dan Penelitian. Bandung: Citra Aditya Bakti,


2004.

Achmadi, Abu dan Cholid Narkubo. Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005.

Asikin, Zainal dan Amirudin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:


Rajawali Grafindo Persada, 2004.

Adam, Panji. Hukum Islam (Konsep, Filosofi dan Metodologi). Jakarta: Sinar
Grafika. 2019.

Ali, Ahmad. Teori Hukum dan Implementasinya. Bandung: Rajawali Pers. 2007.

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2016.

Amiruddin dan Zainal Asikin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada. 2006.

Arto, Mukto. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. 1998.

Ali, Zainuddin Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Arto, Mukti, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 1998.

Bintana, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Karangka Fiqh Al-Qadha,
Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Harahap, M. Yahya, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Keputusan Direktur Jendral Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung Republik


Indonesia Nomor 1294/DJA/HK.00.6/SK/05/2018 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang
Administrasi Perkara di Pengadilan secara Elektronik.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018 tentang Administrasi Perkara


di Pengadilan secara Elektronik.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi dan


Persidangan di Pengadilan secara Elektronik.
Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.

Pasal 49 dan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan


Atau Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Yohana Efendi Fazrin. Pelaksanaan Pencatatan Perkara Di Pengadilan Agama


Kabupaten Malang (Studi Komparasi Antara System Manual Dan System
Audio to Text Recording). Skripsi. 2017.

Nurkholis. Implementasi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2018


Tentang Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik (Studi di
Pengadilan Agama Surabaya). Skripsi. 2019.

Luky Adrian. Validitas Audio Text Recording Dalam Penulisan Berita


Persidangan (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Kabupaten Malang).
Skripsi. 2018.

Elizabeth Nurhaini Butarbutar. Konsep Keadilan Dalam Hukum Perdata.


Mimbar Hukum. 2009.

Dr. Hj. Nurul Maulidah, S.Ag., M.H. Ketua Pengadilan Agama Mojokerto.
2021.

https://www.harianbhirawa.co.id/implementasi-sistem-pemerintahan-berbasis-

elektronik/

http://www.new.pa-mojokerto.go.id/

https://sipp.pa-mojokerto.go.id/

Anda mungkin juga menyukai