Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Muhammad fadhli Septiansyah 182621544

MATKUL : Hukum Pidana

PRODI : Hukum Keluarag Islam 4A

ANALISAN KASUS TINDAK PIDANA

1. putusan_1647_pid.b_2014_pn_mdn tentang hapusnya tuntutan pidana

Ada kasus pidana yang melibatkan seorang pria bernama Sahat Hutagaol yang
didakwa melakukan penganiayaan terhadap seorang lelaki bernama Ramses Siboro dengan
menggunakan sebilah parang. Namun, selama sidang, diketahui bahwa Sahat Hutagaol telah
meninggal sebelum kasus itu selesai diproses. Oleh karena itu, pengadilan memutuskan untuk
menghentikan kasus ini dan membebaskan Sahat Hutagaol dari semua tuntutan pidana.
Mahkamah juga memerintahkan bahwa biaya sidang harus ditanggung oleh negara.
Keputusan ini didasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku, di mana kasus pidana tidak
dapat dilanjutkan jika terdakwa telah meninggal. Dalam hal ini, Sahat Hutagaol tidak dapat
diproses secara hukum karena dia telah meninggal sebelum kasusnya selesai dipraktikkan.
Dalam kasus seperti ini, biaya sidang biasanya ditanggung oleh negara karena terdakwa telah
meninggal sebelum kasusnya selesai diproses. Hal ini dilakukan untuk mencegah keluarga
terdakwa atau pihak lain yang terkait dengan kasus tersebut mengalami kerugian keuangan
yang lebih besar. Kesimpulannya, kasus pidana terhadap Sahat Hutagaol dihentikan karena
terdakwa telah meninggal sebelum kasusnya selesai diproses. Mahkamah memutuskan untuk
membebaskan Sahat Hutagaol dari semua tuntutan pidana dan memerintahkan agar biaya
sidang ditanggung oleh negara.

Hal ini didasarkan pada permintaan dari Jaksa Agung untuk menghapus tuntutan
pidana terhadap terdakwa. Keputusan ini diambil berdasarkan ketentuan Pasal 77 Kitab
Hukum Pidana dan peraturan-peraturan lain yang berlaku. Selain itu, ada informasi bahwa
terdakwa SAHAT HUTAGAOL meninggal pada 28 Juni 2014 di Rumah Sakit Bina Kasih
Medan. Oleh karena itu, sesuai dengan ketentuan hukum, tuntutan pidana terhadap terdakwa
tersebut dihapus. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa penghapusan tuntutan pidana
terhadap terdakwa SAHAT HUTAGAOL dilakukan karena terdakwa telah meninggal.
Keputusan ini diambil berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku dan permintaan dari Jaksa
Agung.
Dalam analisis kasus ini, ada masalah hukum yang timbul sehubungan dengan
kematian terdakwa, Sahat Hutagaol, sebelum kasus itu diselesaikan. Keputusan pengadilan
untuk membatalkan kasus ini dan membebaskan Sahat Hutagaol didasarkan pada prinsip
hukum bahwa kasus pidana tidak dapat dilanjutkan jika terdakwa telah meninggal.

Pertama, kasus ini melibatkan tuduhan penyalahgunaan yang dilakukan oleh Sahat
Hutagaol terhadap Ramses Siboro menggunakan machete. Namun, selama pengadilan,
ditemukan bahwa Sahat Hutagaol telah meninggal sebelum proses pengadilan selesai. Dalam
konteks ini, jika terdakwa meninggal sebelum pengadilan kasus telah selesai, peraturan
hukum menunjukkan bahwa kasus pidana harus diakhiri.

Keputusan pengadilan untuk membebaskan Sahat Hutagaol dari semua tuduhan


pidana juga didasarkan pada prinsip hukum bahwa seseorang tidak dapat dihukum secara
hukum jika ia telah meninggal. Dalam kasus ini, dengan kematian Sahat Hutagaol, tidak ada
terdakwa yang tersisa untuk diproses, sehingga pengadilan tidak memiliki dasar hukum untuk
melanjutkan kasus.

Selain itu, pengadilan juga memerintahkan bahwa biaya pengadilan ditanggung oleh
negara. Ini adalah praktik umum dalam kasus-kasus di mana terdakwa meninggal sebelum
kasus ini selesai. Tujuan dari keputusan ini adalah untuk mencegah keluarga terdakwa atau
pihak lain yang terkait dengan kasus tersebut mengalami kerugian keuangan yang lebih besar.

Dengan demikian, kesimpulan dari analisis kasus ini adalah bahwa kasus pidana
terhadap Sahat Hutagaol dihentikan karena terdakwa meninggal sebelum kasus itu selesai.
Mahkamah memutuskan untuk membebaskan Sahat Hutagaol dari semua tuduhan pidana dan
menetapkan bahwa negara harus menanggung biaya pengadilan.

2. putusan_94_pid.sus_tpk_2014_pn.bdg tentang hapusnya pelaksanaan


persidangan

Dalam hal ini, ada beberapa aspek yang perlu dianalisis dengan jelas. Pertama, ada
keberatan atau pengecualian yang diajukan oleh penasihat hukum terdakwa, Rusli Wahyudi,
tetapi ini ditolak oleh panel hakim. Tanggapan atau pengecualian dapat berisi argumen atau
keberatan terhadap beberapa elemen atau tindakan hukum yang berkaitan dengan kasus ini.
Kedua, meskipun ada keberatan atau pengecualian yang ditolak, proses pemeriksaan
kasus masih dilanjutkan oleh pengadilan. Ini menunjukkan bahwa pengadilan memiliki
kekuatan dan wewenang untuk melanjutkan proses hukum bahkan jika ada penolakan atau
keberatan dari terdakwa.

Ketiga, dalam kasus ini, ada pembentukan tim penilaian harga yang dipimpin oleh
Soemino Eko Saputro, yang menjabat sebagai Direktur Utama Perum Kereta Api. Tim ini
ditugaskan untuk mengevaluasi atau menentukan harga atau nilai beberapa aspek yang terkait
dengan kasus ini. Partisipasi tim penilaian menunjukkan upaya untuk mendapatkan informasi
yang objektif dan akurat mengenai aspek-aspek tertentu yang relevan dengan kasus ini.

Keempat, dalam putusan pengadilan juga dijelaskan tentang pola dasar


pengembangan Karawang Regency Dati II yang menentukan lokasi untuk industri di Desa
Gintungkerta dan Desa Kiarapayung, Daerah Klari, Desa Karawang di Desa Dati 2. Informasi
ini menunjukkan apakah ada konteks geografis atau perencanaan pengembangan yang
relevan untuk kasus ini. Hal ini dapat mempengaruhi keputusan pengadilan dalam
menentukan dampak atau implikasi tindakan yang diambil oleh terdakwa.

Selain itu, dalam putusan pengadilan juga dijelaskan mengenai pengecualian yang
menyatakan penghapusan atau penghentian wewenang penuntut oleh jaksa. Hal ini dapat
terjadi ketika ada faktor-faktor tertentu yang diatur dalam ketentuan hukum, seperti exceptio
judicate atau nebis in idem, exceptio in tempores / kedaluwarsa, atau terdakwa meninggal.
Dalam kasus ini, pengadilan menyimpulkan bahwa otoritas penegak hukum telah dibatalkan
atau dinyatakan tidak sah berdasarkan argumen atau fakta yang berkaitan dengan pasal-pasal
hukum yang relevan.

ada keputusan dari Majelis Hakim bahwa wewenang Jaksa Penuntut Umum untuk
melakukan penuntutan terhadap Terdakwa telah gugur/dihapus karena telah melewati batas
waktu atau kadaluarsa. Oleh karena itu, pemeriksaan perkara dihentikan dan biaya perkara
ditanggung oleh Negara. Keputusan ini didasarkan pada Pasal 1 ayat 31 KUHAP dan Pasal
97 KUHP yang menyatakan bahwa dalam menentukan satu bulan adalah 30 hari dan satu
tahun adalah 12 bulan atau 360 hari. Dalam hal ini, waktu yang diizinkan untuk mengajukan
gugatan telah melampaui batas waktu yang ditetapkan oleh hukum. Dalam putusan itu juga
disebutkan bahwa ada perbedaan pendapat (dissenting opinion) di antara anggota Majelis
Hakim mengenai keberatan dari Penasihat Hukum tentang perkara yang telah berakhir.
Namun, keputusan akhir tetap sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dalam hal ini,
putusan itu menunjukkan pentingnya memperhatikan batas waktu yang ditetapkan oleh
hukum dalam melakukan penuntutan. Jika batas waktu tersebut telah berlalu, maka
wewenang Jaksa Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan akan dihapus dan
pemeriksaan perkara harus dihentikan.

3. Putusan MAHKAMAH AGUNG Nomor 1146 K/Pid.Sus/2015 tentang


pengulangan tindak pidana

Dalam analisis masalah ini, ada keputusan pengadilan yang berkaitan dengan kasus
pidana yang melibatkan pengulangan kejahatan. (recidive). Bagian pertama dari keputusan
menjelaskan bahwa alasan yang diajukan oleh pihak yang mengajukan kasasi tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan di tingkat kasasi. Pemeriksaan di tingkat kasasi hanya
berkaitan dengan penerapan peraturan hukum yang tidak dilakukan atau tidak diterapkan
dengan benar, atau apakah pengadilan melebihi batas-batas wewenangnya. Dalam hal ini,
pada tingkat kasasi, hanya akan dipertimbangkan apakah peraturan hukum telah diterapkan
dengan benar dan apakah pengadilan telah mematuhi batas-batas wewenangnya. Alasan lain
yang diajukan oleh pihak yang mengajukan kasasi tidak akan dipertimbangkan.

Dalam bagian kedua, Mahkamah Agung menyatakan bahwa alasan pembatalan yang
diajukan oleh Jaksa Agung tidak dapat dibenarkan karena Judex Facti (hakim pada tingkat
pemeriksaan fakta) tidak salah menerapkan hukum. Judex Facti telah memeriksa dan
memutuskan kasus ini dengan benar dan benar, dan menyatakan bahwa terdakwa telah
terbukti telah melakukan kejahatan tanpa hak untuk membawa dan mengendalikan senjata
menendang atau menendangnya, seperti yang dituduh oleh Jaksa Agung. Judex Facti
mempertimbangkan hukuman terdakwa dengan memeriksa semua fakta-fakta hukum yang
diungkapkan dalam sidang yang dilakukan terdakwa, serta memperhitungkan alasan terdakwa
untuk membawa senjata pemukul atau memukul, yang dipukulnya sehari-hari sebagai petani.

Dengan demikian, keputusan pengadilan ini menunjukkan bahwa dalam pemeriksaan


di tingkat kasasi, hanya masalah penerapan peraturan hukum dan batasan wewenang
pengadilan yang menjadi fokus utama. Mahkamah Agung juga menyatakan bahwa hakim di
tingkat pemeriksaan fakta telah melakukan tugasnya dengan benar dan benar, dan
mempertimbangkan semua fakta yang relevan dalam memutuskan hukuman tertuduh.
4. Putusan PN MAMUJU Nomor 123/Pid.B/2013/PN.Mu tentang Berbarengan
tindak pidana

Dalam kasus ini, terdakwa Kaharuddin alias Kahar Bin Syamsuddin dinyatakan
bersalah atas kejahatan tersebut “Sama-sama dengan beberapa tindakan pencurian dalam
keadaan memburuk yang dilakukan sebelum masa lima (lima) tahun sejak terdakwa
dihukum”. Panel hakim menghukum terdakwa kepada 10 (sepuluh) bulan penjara dan
memerintahkan terdakwa untuk tetap ditahan. Hukuman penjara dikurangi sepenuhnya oleh
waktu yang ditahan terdakwa. Selain itu, ada 29 barang bukti yang disita dan dimasukkan
sebagai bukti dalam kasus ini.

Dalam keputusan ini, panel hakim mempertimbangkan fakta-fakta yang diungkapkan


selama sidang untuk menentukan apakah terdakwa bersalah atau tidak atas tindakan yang
dituduh oleh jaksa. Terdakwa dibawa ke pengadilan dengan tuduhan subsidiaritas, yaitu, pada
dasarnya melanggar Pasal 363 ayat (1) 3-5 Kode Kriminal dikombinasikan dengan Pasal 65
ayat (1) Kode Krim dikombinasi dengan Pasalnya Pasal 486 KodeKriminal dalam
hubungannya Dengan Pasal 1 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Remaja, dan Subsidiary melangsungkan pelanggaran Pasal362 Kode Penjara Jo Pasal 65,
Pasal 1, Kode Criminal Jo, Pasal486 Kodi Kriminal Jo pasal 1 dari Pasal 3 Undang-undang
1997 tentang pengadilan remaja.

Selain itu, panel hakim juga menganggap bahwa terdakwa melakukan kejahatan
dalam jangka waktu kurang dari lima tahun setelah melayani seluruh atau sebagian dari
hukuman penjara sebelumnya yang diberikan kepadanya. Pertimbangan ini berkaitan dengan
elemen waktu dalam menentukan kalimat berulang.

Keputusan panel hakim didasarkan pada pertimbangan fakta yang diungkapkan


selama sidang, hukum yang berlaku, dan bukti yang disajikan. Mengingat semua faktor ini,
panel hakim memutuskan untuk memberlakukan hukuman penjara pada terdakwa, yang
kemudian dikurangi oleh waktu yang ditahan terdakwa.

Dengan demikian, keputusan pengadilan mengkonfirmasi bahwa terdakwa dinyatakan


bersalah atas kejahatan yang dituduh, dan hukuman yang dikenakan oleh panel hakim akan
dieksekusi dengan mempertimbangkan periode penahanan yang telah dipenuhi terdakwa.
Selain itu, bukti yang disita masih akan digunakan sebagai bukti dalam kasus ini.
5. PUTUSAN PN JEMBER 675/PID.B/2012/PN.JR tentang penyertaan pidana
Dalam kasus ini, terdakwa dengan nama Buani alias B. Dia dinyatakan bersalah atas
kejahatan pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal 362 Kode Kriminal berdasarkan satu
tuduhan. Panel hakim menetapkan hukuman penjara 6 (enam) bulan kepada terdakwa dan
memerintahkan terdakwa untuk ditahan. Selain itu, panel hakim juga memerintahkan
pengembalian bukti dalam bentuk 4 (empat) pohon sengon untuk menyaksikan Siti Mufliha.
Selain itu, terdakwa juga dikenakan biaya pengadilan sebesar Rp. 2000 yang lain.

Dalam catatan pertahanan yang diserahkan oleh penasihat hukum terdakwa,


dinyatakan bahwa terdakwa harus memenuhi syarat sebagai “Doen Plegen” atau “middelijke
Dader” atau manus Domina, bukan sebagai orang dengan posisi “Plegen”, “Dader”, atau
manus ministra. Penasihat hukum berpendapat bahwa dalam kasus ini, orang yang harus
dituduh dan dibawa ke pengadilan adalah orang yang memainkan peran “Plegen” atau
“Dader” atau manuskrip Ministra. Oleh karena itu, mereka meminta pengadilan untuk
membebaskan terdakwa dari dakwaan. (ontslag van alle rechtsvervolging).

Namun, jaksa persis dengan tuduhan awal dan mengajukan jawaban atas catatan
pertahanan. Terdakwa dan penasihat hukumnya juga menyatakan secara lisan bahwa mereka
tetap dalam memorandum pertahanan.

Dalam dakwaan yang diajukan oleh jaksa, terdakwa Buani alias B. Ho dituduh
melakukan kejahatan pencurian pada 24 Oktober 2011 sekitar pukul 09.00 WIB atau pada
Oktober 2011 di halaman Jalan Cadika RT.02 RW.04, Sempusari Village, Distrik Kaliwates,
Jember Regency atau tempat lain yang masih berada di bawah yurisdiksi Pengadilan Distrik
Jember. Terdakwa diduga tanpa hak dan sengaja mengambil 17 (tujuh belas) batang pohon
sengon yang dimiliki saksi Siti Mufliha dengan maksud dimiliki secara ilegal. Terdakwa
melakukan kejahatan ini dengan memotong pohon sengon yang berdekatan dengan rumah
dan halaman rumahnya, lalu menjualnya kepada pembeli dengan menggunakan sabun rantai
senso seharga Rp 700.000 untuk 17 (sepuluh) pokok sengon. Uang tersebut digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari pembeli. Sebelum melakukan pemeriksaan, saksi a. QUSEARI
memperingatkan terdakwa. H sebagai kepala desa di Desa Sempusari. Tindakan terdakwa
diatur dan dihukum sesuai dengan Pasal 362 Kode Kriminal.

Anda mungkin juga menyukai