4 TOKOH ANGGOTA pendudukan Jepang di Indonesia ,
Di dalam karir
BPUPKI
Oleh : Nareswara Wiranjalu
Vidyantara
Kelas: 4b/15
1. Mr. A SOEBARDJO
Nama A. Soebardjo atau lengkapnya
Ahmad Soebardjo Djojoadisutjo adalah
tokoh ngarawan , khususnya bidang
diplomasi. Soebardjo lahir di Teluk
Jambe , Karawang 23 Maret 1896.
Ahmad Soehardjo yang nama kecilnya
Abdul Manaf, merupakan anak bungsu
dari empat bersaudara keluarga Teuku
Yusuf, keturunan bangsawan Aceh
Ibunya bernama Wardinah, puteri
seorang camat di Cirebon , yang
berasal dari Jawa Tengah. Masa akhir
yang pertama.
yakni ketika BPUPKI dibentuk, Ahmad politiknya kemudian Ahmad Soebardjo
soebardjo termasuk di dalamnya bertugas sebagai menteri luar negari
sebagai anggota. Karena banyak dan pada masa Kabinet Sukiman tahun
begitu kompleksnya masalah yang 1952.. menjelang akhir hayatnya,
harus dibahas oleh BPUPKI serta untuk Soebardjo masih aktif berkarir di
menghindari kemacetan dalam bidang politik.
kegiatan-kegiatan persidangan, maka
2. RM. ABIKOESNO
dibentuklah Panitia Sembilan dimana TJOKROSOEJOSO
Soebardjo termasuk pula di dalamnya.
Ahmad Soebardjo mengakui bahwa ia
menyumbangkan dua gagasan penting,
yang menurutnya sebaiknya
dimasukkan dalam teks Pembukaan
Undang-Undang Dasar, sesudah
proklamasi kemerdekaan diadakan
sidang-sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di
mana Ahmad Soebardjo ikut pula
sebagai anggota. Sidang PPKI 18
Agustus 1945 antara lain membahas
tentang penetapan UUD 1945. Sidang
dipimpin oleh Ir. Soekamo sebagai
Abikoesno Thokrosoejoso dilahirkan
ketua PPKI dan Soebardjo
dari keluarga bangsawan di Delopo ,
berkedudukan sebagai anggota
Madiun, 15 Juni 1897. Abikoesno
tambahan bersama lima orang
adalah adik HOS. Tjokroarninoto ,
tambahan lainnya. Ia juga ikut di dalam
seorang pemimpin Sarekat Islam
detik~detik penyusunan teks
sebelum Perang Dunia II. Orang tuanya
proklamasi di kediaman Maeda.
bemama Raden Mas Tjokroamiseno ,
Setelah Indonesia merdeka, di mana
pensiunan wedana Distrik Kanigoro ,
mulai dibentuk kementerian-
Madiun. Ia adalah anak kesembilan dari
kementerian, Ahmad Soebardjo dipilih
duabelas bersaudara. Abikoesno
sebagai menteri luar negeri Indonesia
termasuk keturunan orang terhormat,
sehingga mempunyai kesempatan
masuk sekolah lebih leluasa
dibandingkan dengan kawan-kawannya
. Ia menamatkan menjadi seorang
arsitek pada 7 Februari 1925 di Jakarta.
Penjajah Jepang banyak memanfaatkan
tenaga tokoh-tokoh bangsa Indonesia
termasuk di antaranya RM. Abikoesno
Tjokrosujoso. Keahliannya dalam
bidang arsitek dimanfaatkan Jepang
untuk menangani pembuatan gedung-
gedung baru di Jakarta. Dalam sidang
BPUPKI yang pertarna (29 Mei 1945),
Abikoesno tarnpil sebagai tokoh dari
golongan Islam. Ia juga menjadi
anggota Panitia Kecil bersarna lr.
Soekamo, Moh. Hatta, Soetardjo,
Wachid Hasjim, Hadikoesoerno, Oto
Iskandar Di Nata, Muhd. Yamin, dan
Mr. Maramis. Dalam sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI, 18 Agustus 1945) dibentuk 12
departemen dengan Abikoesno
Tjokrosoejoso ditunjuk sebagai menteri
perhubungan. Sebagai menteri
perhubungan, Abikoesno berusaha
keras untuk memperlancar transportasi
yang ada , antara lain dibukanya
hubungan kereta api antara Jakarta-
Merak untuk meningkatkan
perekonomian, perdagangan , dan lain-
lain. Setelah tidak menjadi menteri,
Abikoesno meneruskan kesibukannya
dalam bidang arsitek dan aktif dalam
kegiatan partai. Abikoesno hidup
sebagai pengusaha swasta hingga akhir
hayatnya. Tokoh pejuang nasional yang
penuh kontroversial ini meninggal
pacta tahun 1981 setelah beberapa saat
menderita sakit tekanan darah tinggi.
Almarhum dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Surabaya.
3. KH. A. WACHID HASJIM
Kiai Haji Abdul Wachid Hasjim
dilahirkan pada I Juni 1914 di
lingkungan Pesantren Tebuireng, Desa
Tebuireng, Jawa Timur. Ia adalah anak
kelima dari sepuluh bersaudara
pasangan Kiai Haji Hasjim Asy'ari dan
Nafiqah, puteri Kiai Ilyas dari Sewulan
Madiun. Dalam BPUPKI di mana
Wachid Hasjim menjadi anggota, ia
ikut terlibat dalam Panitia Sembilan.
Panitia ini menghasilkan rumusan
Piagam Jakarta yang kemudian menjadi
bagian dari Pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) dan menjadi
salah satu agenda pembicaraan pada
persidangan kedua BPUPKI dari 10
hingga 16 Juli 1945. Tugas tersebut
diserahkan kepada Panitia Perancang
UUD, dengan KH. Wachid Hasjim
sebagai salah satu anggotanya. Di
berbagai sidang BPUPKI kemudian
menjadi Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), KH.
Wachid Hasjim bersama-sama para
pendiri negara lainnya
menyumbangkan pikiran dan tenaganya
demi terciptanya dasar bagi masa depan
kehidupan Indonesia merdeka. Ia
pernah menjabat menteri negara dalam
Kabinet Soekamo-Hatta, menteri
agama Kabinet Moh. Natsir tahun
1950), dan menteri agama (Kabinet
Sukiman tahun 1951 ). Menjelang akhir
hayatnya, KH. Wachid Hasjim juga
mencurahkan waktunya sebagai ketua
umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama. KH. Wachid Hasjim meninggal
dunia pada 19 April 1953 dalam usia
relatif muda (38 tahun).
4. MR. AA. MARAMIS
 Ketika menjadi menteri keuangan
itulah Alex Maramis merancang,
membuat, dan menandatangani uang.
Republik Indonesia yang pertama ,
Oeang Republik Indonesia (ORI). Alex
Mararnis menghembuskan nafasnya
yang terakhir di Rumah Sakit Angkatan
Darat Jakarta pada 31 Juli 1977.

Alexander Andries Maramis dilahirkan

pada 20 Juni 1897 di Manado, sebagai
anak kedua dari tiga bersaudara
pasangan Andi Maramis dengan
Charlotte Ticoalu. Keluarga Maramis
berasal dari Tonsea, sebuah daerah di
Minahasa, Sulawesi Utara. Ketika
Pemerintah Jepang membentuk
BPUPKI, Alex Maramis termasuk
salah satu anggota yang diangkat.
Alasan pengangkatannya sebagai
anggota BPUPKI kemungkinan besar
karena pendidikannya yang
berwawasan internasional Alex
Maramis adalah anggota BPUPKI yang
sangat aktif ikut serta dalam
persidangan-persidangan. Ia ikut dalam
Panitia Sembilan yang membuat
pembukaan rancangan UUD Indonesia
Merdeka, dan merupakan satu-satunya
anggota yang beragama Kristen...