Anda di halaman 1dari 8

Kri.mi.no.

lo.gi
Mumaddadah, S.H.,M.H.
Alif Arhanda Putra, S.H.,M.H.
Kejahatan,
Penjahat, dan
Korban Kejahatan
Kejahatan
Kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh Negara sebagai kejahatan dalam hukum
pidananya dan diancam dengan suatu sanksi. Dengan mempelajari dan meneliti perbuatan-
perbuatan yang oleh undang-undang dinyatakan sebagai kejahatan (tindak pidana). Kejahatan
adalah delik hukum (recht delicten) yaitu perbuatan-perbuatan yang meskipun tidak ditentukan
dalam undang-undang sebagai peristiwa pidana, tetapi dirasakan sebagai perbuatan yang
bertentangan dengan tata hukum (Rusli Efendi, 1993: 1).

Setiap orang yang melakukan kejahatan akan diberi sanksi pidana yang telah diatur dalam KUHP
yang dinyatakan didalamnya sebagai kejahatan. Bahwa kejahatan sebagaimana terhadap dalam
perundang-undangan adalah setiap perbuatan (termasuk kelalaian) yang dilarang oleh hukum publik
untuk melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh negara (J. E. Sahetapy,
1979:100).
Kejahatan menurut Sosiologi (Non-hukum)
Kejahatan dalam sosiologis meliputi segala tingkah laku manusia, walaupun tidak atau bukan ditentukan dalam
undang-undang, karena pada hakikatnya warga masyarakat dapat merasakan dan menafsirkan bawah perbuatan
tersebut menyerang dan merugikan masyarakat (R. Soesilo, 1985:13).

Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki
berbagai macam perilaku yang berbeda-beda, akan tetapi memiliki pola yang sama. Gejala kejahatan terjadi dalam
proses interaksi antara bagian-bagian dalam masyarakat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan
tentang kejahatan dengan kelompok-kelompok masyarakat mana yang memang melakukan kejahatan.

Kejahatan (tindak pidana) tidak semata-mata dipengaruhi oleh besar kecilnya kerugian yang ditimbulkannya atau
karena bersifat amoral, melainkan lebih dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompoknya,
sehingga perbuatanperbuatan tersebut merugikan kepentingan masyarakat luas, baik kerugian materi maupun
kerugian/ bahaya terhadap jiwa dan kesehatan manusia, walaupun tidak diatur dalam undang-undang pidana
(Abdussalam H.R, 2007: 16).
Pelaku atau penjahat
Penjahat atau pelaku kejahatan merupakan para pelaku pelanggar hukum pidana dan telah
diputus oleh pengadilan atas pelanggarannya dan dalam hukum pidana dikenal dengan istilah
narapidana. Para pelaku kejahatan biasanya dikarenakan bukan karena pembawaan tetapi
karena kecenderungan, kelemahan, hawa nafsu dan karena kehormatan dan keyakinan (W .A.
Bonger, 1982: 82). Dalam mencari sebab-sebab kejahatan, kriminologi positif, dengan asumsi
dasar bahwa penjahat berbeda dengan bukan penjahat, perbedaan mana ada pada aspek
biologis, psikologis maupun sosio-kultural.

Oleh karena itu dalam mencari sebab-sebab kejahatan dilakukan terhadap narapidana atau
berkas narapidana, dengan cara mencarinya pada ciri-ciri biologisnya (determinis biologis)
dan aspek kultural (determinis kultural). Keberatan utama terhadap kriminologi positivis,
bukan saja asumsi dasar tersebut tidak pernah terbukti, akan tetapi juga karena kejahatan
konstruksi sosial.
Korban
Kejahatan
Secara yuridis, pengertian korban termaktub dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, yang dinyatakan bahwa korban adalah “seseorang yang mengalami penderitaan
fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.

Unsur-unsur seseorang bisa dikatakan sebagai korban kejahatan:


a. Setiap orang;
b. Mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau;
c. Kerugian ekonomi;
d. Akibat tindak pidana.

Sementara itu, Menurut Arief Gosita yang dimaksud dengan korban adalah mereka yang menderita jasmaniah
dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang bertentangan dengan kepentingan diri sendiri atau orang
lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan
hak asasi yang menderita.
Korban kejahatan diartikan sebagai seseorang yang telah menderita kerugian sebagai akibat suatu kejahatan dan
atau yang rasa keadilannya secara langsung telah terganggu sebagai akibat pengalamannyaa sebagai target
(sasaran) kejahatan.

Menurut Mendelsohn, berdasarkan derajat kesalahannya korban dibedakan menjadi lima macam, yaitu:
a. Yang sama sekali tidak bersalah;
b. Yang jadi korban karena kelalaiannya;
c. Yang sama salahnya dengan pelaku;
d. Yang lebih bersalah dari pelaku;
e. Yang korban adalah satu-satunya yang bersalah (dalam hal ini pelaku dibebaskan).

Dengan mengacu pada pengertian-pengertian korban diatas, dapat dilihat bahwa korban pada dasarnya tidak
hanya orang perorangan atau kkelompok yang secara langsung menderita akibat dari perbuatan-perbuatan yang
menimbulkan kerugian/ penderitaan bagi diri/kelompoknya, bahkan lebih luas lagi termasuk di dalamnya
keluarga dekat atau tanggungan langsung dari korban dan orang-orang yang mengalami kerugian ketika
membantu korban mengatasi penderitaannya atau untuk mencegah viktimisasi.
“Mata mereka silau melihat kejahatan dan
dosa-dosa mereka sendiri. Mereka lebih
suka menyembunyikannya dan tak
melihatnya. Tak mengingatnya dan tak
membukanya. Jangankan membukanya
kepada orang lain, kepada diri sendiri pun,
masing-masing enggan dan tak hendak
mengakuinya.”
― Mochtar Lubis, Harimau! Harimau!

Anda mungkin juga menyukai